Professional Documents
Culture Documents
The general objective of this research was to study the food consumption
pattern on Papua society. This research used cross-sectional study design, was
held at Tablanusu Village, Depapre District, Jayapura Residence, Papua
Province from May to June 2011. Total of sample was 48 households which done
by sensus survey from number of population (81 households). The result showed
that Tablanusu society were common to consume cerealia such as rice (83,1
times/month), tuber such as cassava (9,9 times/month), animal food sources
such as aquatic fish (66,8 times/month), plant food sources such as tofu (13,1
times/month), vegetables such as papaya leaves and papaya flower (25,7
times/month), fruits such as banana (10,6 times/month) and dairy product such
as skim milk (17,5 times/month). Most of Tablanusu society processed their food
by frying, steaming, pan-frying as well as without any cooking process. Most of
Tablanusu society acquired their food by purchasing, cultivating and from their
environment. There was perception of food taboos among the Tablanusu society.
The average consumption of energy and protein on Tablanusu society was
1641±433 kkal and 38,9±12,0 g, respectively. While the average of energy and
protein adequacy on Tablanusu society was 75,1±18,1 % and 81±21,5 %,
respectively. Most of the subject in Tablanusu society (45,8%) were categorized
as clear energy deficient (<70% AKG), whereas most of the subject in Tablanusu
society (35,4%) were categorized as clear protein deficient (<70% AKG) and
35,4% as normal. There were no correlation between sosio-economic
characteristic and energy and protein adequacy.
Keyword : food consumption pattern, Papua society, energy and protein intake
RINGKASAN
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mempelajari pola konsumsi
pangan masyarakat Papua. Tujuan khusus dari penelitian ini antara lain : 1)
Mempelajari karakteristik keluarga, 2) Mempelajari frekuensi konsumsi menurut
kelompok pangan keluarga, 3) Mempelajari cara mengolah dan memperoleh
pangan keluarga, 4) Mempelajari pantangan pangan (taboo) keluarga, 5)
Mempelajari preferensi pangan keluarga, 6) Mempelajari jenis dan jumlah
konsumsi serta tingkat kecukupan gizi keluarga dan individu, dan 7) Menganalisis
hubungan antara karakteristik ekonomi dengan tingkat kecukupan gizi keluarga.
Penelitian ini didesain dengan menggunakan metode cross sectional
study, yang berlokasi di Kampung Tablanusu, Distrik Depapre, Kabupaten
Jayapura, Provinsi Papua. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Mei hingga
Juni 2011. Total contoh pada penelitian ini adalah 48 keluarga yang diambil
secara sensus dari jumlah populasi keluarga yang ada (81 keluarga)
berdasarkan kriteria inklusi yaitu : 1) Penduduk asli Papua, 2) Keluarga lengkap
atau utuh yang tinggal dalam rumah tangga yang sama yang terdiri dari kepala
keluarga (KK), isteri KK, dan anak, serta 3) Bersedia untuk dijadikan contoh.
Rata-rata jumlah anggota keluarga masyarakat Kampung Tablanusu
adalah sedang (5,4). Sebagian besar (58,3%) umur KK berkisar antara 30-49
tahun. Begitu pula dengan isteri KK, sebagian besar (62,5%) umur isteri KK
berkisar antara 30-49 tahun. Sebagian besar (35,4%) tingkat pendidikan terakhir
KK adalah SMA dan sebagian besar (33,3%) tingkat pendidikan terakhir isteri KK
adalah tamat SD. Sebagian besar (40,4%) KK bekerja sebagai nelayan dan
sebagian besar (77,1%) isteri KK bekerja sebagai ibu rumah tangga.
Berdasarkan garis kemiskinan Provinsi Papua tahun 2011, sebagian besar
(65,6%) masyarakat Kampung Tablanusu termasuk ke dalam kategori tidak
miskin.
Frekuensi konsumsi menurut kelompok pangan serealia, umbi-umbian,
pangan hewani, pangan nabati, sayuran, buah-buahan dan susu yang paling
sering dikonsumsi oleh masyarakat Kampung Tablanusu masing-masing adalah
beras (83,1 kali/bulan), singkong (9,9 kali/bulan), ikan laut (66,8 kali/bulan), tahu
(13,1 kali/bulan), daun pepaya dan bunga pepaya (25,7 kali/bulan), pisang (10,6
kali/bulan), dan susu bubuk (17,5 kali/bulan).
Sebagian besar masyarakat Kampung Tablanusu mengolah bahan
pangan dengan cara digoreng, direbus, dikukus, ditumis, dan tanpa diolah (tanpa
dimasak). Sebagian besar masyarakat Kampung Tablanusu memperoleh
kelompok bahan pangan dengan cara pembelian, menanam atau memelihara,
dan memperoleh dari alam. Tabu makanan masih berlaku pada masyarakat
Kampung Tablanusu, namun jumlahnya sangat sedikit. Beberapa masyarakat
Kampung Tablanusu memiliki preferensi terhadap pangan.
Rata-rata asupan energi dan protein keluarga masyarakat Kampung
Tablanusu masing-masing adalah 1641±433 kkal dan 38,9±12,0 g. Sementara
itu, rata-rata tingkat kecukupan energi dan protein keluarga masyarakat
Kampung Tablanusu masing-masing adalah 75,1±18,1 % dan 81,5±21,5 %.
Sebagian besar (45,8%) tingkat kecukupan energi keluarga masyarakat
Kampung Tablanusu adalah defisit tingkat berat dan sebagian besar (35,4%)
tingkat kecukupan protein keluarga masyarakat Kampung Tablanusu adalah
defisit tingkat berat dan normal. Rata-rata asupan energi dan protein individu
masyarakat Kampung Tablanusu masing-masing adalah 1616±560 kkal dan
38,2±15,3 g. Sementara itu, rata-rata tingkat kecukupan energi dan protein
individu masyarakat Kampung Tablanusu masing-masing adalah 73,9±20,8 %
dan 79,8±27,6 %. Sebagian besar (45,9%) tingkat kecukupan energi individu
masyarakat Kampung Tablanusu adalah defisit tingkat berat dan sebagian besar
(41,2%) tingkat kecukupan protein individu masyarakat Kampung Tablanusu
adalah defisit tingkat berat.
Berdasarkan hasil uji korelasi Pearson dan Spearman, menunjukkan tidak
terdapat hubungan yang nyata antara tingkat kecukupan energi dan protein
dengan tingkat pendidikan KK (p>0,05) dan isteri KK (p>0,05), tidak terdapat
hubungan yang nyata antara tingkat kecukupan energi dan protein dengan
pendapatan per kapita keluarga (p>0,05) dan tidak terdapat hubungan yang
nyata antara tingkat kecukupan energi dan protein dengan besar keluarga
(p>0,05).
Mengingat frekuensi konsumsi masyarakat umumnya masih kurang dan
konsumsi pangan kurang beragam, maka untuk memperbaiki tingkat kecukupan
gizi, perlu diberikan pendidikan kepada masyarakat untuk meningkatkan
frekuensi dan keragaman konsumsi pangan.
POLA KONSUMSI PANGAN MASYARAKAT PAPUA
(Studi Kasus di Kampung Tablanusu, Distrik Depapre,
Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua)
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Gizi pada
Departemen Gizi Masyarakat
Menyetujui,
Dosen Pembimbing Skipsi
Mengetahui,
Ketua Departemen Gizi Masyarakat
Tanggal lulus :
ii
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Pola Konsumsi Pangan Masyarakat Papua (Studi Kasus di
Kampung Tablanusu, Distrik Depapre, Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua)”.
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Gizi pada
Mayor Ilmu Gizi, Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut
Pertanian Bogor. Terselesaikannya penulisan skripsi ini tidak terlepas dari
bantuan dan dukungan dari banyak pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. Ir. Siti Madanijah, MS selaku dosen pembimbing skripsi atas
bimbingan yang diberikan selama penyelesaian skripsi ini.
2. Prof. Dr. Ir. Dadang Sukandar, M.Sc selaku dosen pemandu seminar dan
penguji ujian skripsi.
3. Dr. Ir. Drajat Martianto, M.Si selaku dosen pembimbing akademik.
4. Papa, Mama dan adik (Iwan) yang telah memberikan kasih sayang,
dukungan dan doa yang tulus.
5. Sahabat yang selalu ada dalam suka dan duka (Merita, Linda Dwi
Jayanti, Nurlaely Fitriana, Stephany, Faiz Nur Hanum, Novi Lusiana).
6. Teman seperjuangan (Luminaire), teman satu kelompok Internship
Dietetik, teman KKP, teman pembahas seminar (Erna, Alda, Yunica, dan
Sri), Reginer’s (Mair, Deka, Ka Rahme, Ka Meyji, Ka Icha, Ka Rida, Ka
Mey, dll), terima kasih atas dukungan dan semangatnya.
7. Mam Eka, kakak Magda, Mba Luki, dan Agusta, terima kasih untuk
bantuannya selama penelitian.
8. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, terima kasih
banyak telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat dan memberikan
kontribusi bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Penulis menyadari masih
terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat membutuhkan kritik
dan saran untuk kesempurnaan penelitian ini.
Bogor, Oktober 2011
Penulis
iii
RIWAYAT HIDUP
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pola konsumsi
pangan masyarakat Papua.
Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini antara lain :
1. Mempelajari karakteristik keluarga
2. Mempelajari frekuensi konsumsi menurut kelompok pangan keluarga
3. Mempelajari cara mengolah dan memperoleh pangan keluarga
4. Mempelajari pantangan pangan (taboo) keluarga
5. Mempelajari preferensi pangan keluarga
6. Mempelajari jenis dan jumlah konsumsi pangan serta tingkat kecukupan
gizi keluarga dan individu
7. Menganalisis hubungan antara karakteristik ekonomi dengan tingkat
kecukupan gizi keluarga
Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pengembangan informasi
dalam upaya memperbaiki konsumsi pangan masyarakat, serta diharapkan dapat
memberikan tambahan informasi tentang keragaman sumber pangan
masyarakat di daerah Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua. Penelitian ini juga
diharapkan dapat menjadi dasar untuk penelitian lebih lanjut mengenai pola
konsumsi pangan di daerah Provinsi Papua.
TINJAUAN PUSTAKA
Besar Keluarga
Besar keluarga adalah banyaknya anggota keluarga yang terdiri dari
ayah, ibu, anak, dan anggota keluarga lain yang hidup dari pengelolaan
sumberdaya yang sama. Besar keluarga mempengaruhi jumlah pangan yang
dikonsumsi dan pembagian ragam yang dikonsumsi dalam keluarga. Kualitas
maupun kuantitas pangan secara langsung akan menentukan status gizi
keluarga dan individu. Besar keluarga mempengaruhi pengeluaran pangan.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pendapatan per kapita dan
pengeluaran pangan menurun dengan peningkatan besar keluarga (Sanjur
1982). Sementara itu, menurut Suhardjo (1989) jumlah anggota keluarga
mempunyai andil dalam permasalahan gizi. Keluarga yang memiliki anggota
keluarga dalam jumlah banyak akan berusaha membagi makanan yang terbatas
sehingga makanan yang dikonsumsi tidak sesuai dengan kebutuhan masing-
masing anggota keluarga. Anak-anak yang tumbuh dalam suatu keluarga yang
miskin adalah yang paling rawan terhadap kurang gizi di antara seluruh anggota
keluarga dan anak yang paling kecil biasanya terpengaruh oleh kekurangan
pangan, sebab semakin besar keluarga bertambah, maka pangan untuk setiap
anak berkurang dan banyak orang tua yang tidak menyadari bahwa anak-anak
yang sangat muda memerlukan pangan relatif lebih banyak daripada anak-anak
yang lebih tua.
Pendidikan
Tingkat pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor yang
berpengaruh terhadap pola konsumsi pangan dan status gizi. Umumnya
pendidikan seseorang akan mempengaruhi sikap dan perilakunya dalam
kehidupan sehari-hari. Ibu yang memiliki tingkat pendidikan tinggi akan lebih
mudah menerima pesan dan informasi mengenai gizi dan kesehatan anak
(Rahmawati 2006). Orang yang berpendidikan tinggi juga cenderung memilih
makanan yang murah tetapi memiliki kandungan gizi yang tinggi, sesuai dengan
jenis pangan yang tersedia dan kebiasaan makan sejak kecil sehingga
kebutuhan gizi dapat terpenuhi dengan baik (Suhardjo 1996).
Tingkat pendidikan akan mempengaruhi tingkat konsumsi pangan
seseorang dalam memilih bahan pangan demi memenuhi kebutuhan hidupnya.
Orang yang memiliki pendidikan tinggi cenderung memilih bahan pangan yang
lebih baik dalam kuantitas maupun kualitas dibanding dengan orang yang
berpendidikan rendah (Hardinsyah 1985 diacu dalam Jaenudin 2010).
Konsumsi Pangan
Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang diperlukan tubuh
setiap hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energi dan za-zat gizi,
kekurangan dan kelebihan dalam jangka waktu yang lama akan berakibat buruk
terhadap kesehatan. Kebutuhan akan energi dan zat gizi bergantung pada
berbagai faktor seperti umur, gender, berat badan, iklim, dan aktifitas fisik
(Almatsier 2002).
Konsumsi pangan adalah informasi mengenai jenis dan jumlah pangan
yang dikonsumsi seseorang atau sekelompok orang (keluarga atau rumah
tangga) pada waktu tertentu. Hal ini menunjukkan bahwa telaahan terhadap
konsumsi pangan dapat ditinjau dari aspek jenis pangan yang dikonsumsi dan
jumlah pangan yang dikonsumsi. Susunan jenis pangan yang dapat dikonsumsi
berdasarkan kriteria tertentu disebut pola konsumsi pangan (Martianto 1992).
Pola konsumsi pangan adalah jenis dan frekuensi beragam pangan yang
biasa dikonsumsi, biasanya berkembang dari pangan setempat atau dari pangan
yang telah ditanam di tempat tersebut untuk jangka waktu yang panjang
(Suhardjo 1996). Sanjur (1982) menyatakan jumlah pangan yang tersedia di
suatu wilayah akan berpengaruh terhadap pola konsumsi pangan.
Kebiasaan Makan
Kebiasaan makan adalah suatu istilah untuk menggambarkan kebiasaan
dan perilaku yang berhubungan dengan makan dan makanan, seperti tata krama
makan, frekuensi makan seseorang, pola makanan yang dimakan, kepercayaan
tentang makanan, distribusi makanan di antara anggota keluarga, penerimaan
terhadap makanan, cara pemilihan bahan makanan yang hendak dimakan
sebagai reaksi terhadap pengaruh fisiologik, psikologik, sosial, dan budaya
(Suhardjo 1989).
Menurut Khumaidi (1989), pada dasarnya ada dua faktor yang
mempengaruhi kebiasaan makan manusia yaitu faktor intrinsik (yang berasal dari
dalam diri manusia) antara lain asosiasi emosional, keadaan jasmani dan
kejiwaan yang sedang sakit dan penilaian yang lebih terhadap mutu makanan
dan faktor ekstrinsik (yang berasal dari luar diri manusia) yang meliputi
lingkungan alam, lingkungan budaya dan agama, lingkungan sosial dan
lingkungan ekonomi.
Lingkungan Alam
Pola makanan masyarakat pada umumnya berasal dari bahan makanan
yang umum dan dapat diproduksi daerah setempat. Jenis atau jumlah pangan di
suatu wilayah biasanya berkembang dari pangan setempat atau pangan yang
ditanam di tempat tersebut dalam jangka waktu yang lama atau panjang
(Suhardjo 1989). Misalnya pada masyarakat nelayan di daerah pantai, ikan
merupakan makanan sehari-hari yang dipilih karena dapat diproduksi sendiri.
Daerah-daerah pertanian padi, masyarakatnya berpola pangan beras. Daerah
dengan produksi pangan utama jagung seperti Madura dan Jawa Timur bagian
selatan, masyarakatnya berpola pangan jagung. Pola pangan pokok
menggambarkan salah satu ciri dari kebiasaan makan. Di daerah dengan pola
pangan pokok beras biasanya belum puas atau mengatakan belum makan
apabila belum makan nasi, meskipun sudah kenyang oleh makanan lain non
beras.
Lingkungan Budaya
Setiap masyarakat mengembangkan cara yang turun-temurun untuk
mencari, memilih, menangani, menyiapkan, menyajikan, dan cara-cara makan.
Adat dan tradisi merupakan dasar dari perilaku tersebut, yang biasanya
sekurang-kurangnya dalam beberapa hal berbeda di antara kelompok yang satu
dengan kelompok yang lain. Nilai-nilai, sikap dan kepercayaan yang ditentukan
budaya, merupakan kerangka kerja dimana cara makan, daya terima terhadap
makanan terbentuk, yang dijaga dengan seksama dan diajarkan dengan tekun
kepada setiap generasi berikutnya (Suhardjo 1989).
Lingkungan budaya yang berkaitan dengan kebiasaan makan biasanya
meliputi nilai-nilai kehidupan rohani dan kewajiban-kewajiban sosial. Budaya
menentukan apa yang akan digunakan sebagai makanan, dalam keadaan
bagaimana, kapan seseorang boleh atau tidak memakannya, apa saja yang
dianggap tabu (pantangan). Unsur-unsur budaya mampu menciptakan suatu
kebiasaan makan penduduk yang kadang bertentangan dengan prinsip gizi.
Berbagai budaya memberikan peran dan nilai yang berbeda-beda terhadap
pangan atau makanan, misalnya bahan-bahan makanan tertentu karena alasan-
alasan tertentu, sementara itu ada pangan yang dinilai sangat tinggi baik dari
segi ekonomi maupun sosial (Suhardjo 1989).
Preferensi Pangan
Setiap masyarakat mengembangkan cara turun temurun untuk mencari,
memilih dan menangani, menyiapkan, menyajikan dan mengkonsumsi makanan
yang dihidangkan. Hal ini dimulai dari permulaan hidupnya dan menjadi bagian
perilaku yang berakar di antara kelompok penduduk. Bersamaan dengan pangan
yang disajikan dan diterima langsung atau tidak langsung anak-anak menerima
pula informasi yang berkembang menjadi perasaan, sikap, tingkah laku dan
kebiasaan mereka yang berkaitan dengan pangan (Suhardjo 1989). Menurut
Pilgrin (1957) diacu dalam Suhardjo (1989), preferensi pangan (food
preferences) adalah tindakan atau ukuran suka atau tidak suka seseorang
terhadap pangan. Fisiologi, perasaan dan sikap integrasi membentuk preferensi
terhadap pangan dan akhirnya membentuk perilaku konsumsi pangan.
Preferensi yang bersifat positif berarti penerimaan terhadap pangan
tersebut. Preferensi ini dapat berubah dan dapat dipelajari sejak kecil. Preferensi
terhadap pangan bersifat plastis terutama pada orang-orang muda dan akan
permanen bila telah memiliki gaya hidup yang kuat (Sanjur 1982).
Suatu makanan memenuhi selera atau tidak bukan hanya ditentukan oleh
fisik pangan, akan tetapi karena pengaruh sosial budaya. Faktor penting dalam
pemilihan pangan adalah flavor yang meliputi bau, tekstur, dan suhu.
Penampilan yang meliputi warna dan bentuk juga akan mempengaruhi sikap
terhadap pangan. Selain pengaruh reaksi indera terhadap pemilihan pangan
(warna atau bentuk), kesukaan pribadi semakin terpengaruh oleh pendekatan
melalui media radio, televisi, pamflet, iklan dan bentuk media massa lain
(Suhardjo 1989). Menurut Elizabeth dan Sanjur (1981) diacu dalam Suhardjo
(1989), ada tiga faktor utama yang mempengaruhi konsumsi pangan yaitu
karakteristik individu, karakteristik pangan, dan karakteristik lingkungan. Suatu
model atau kerangka pemikiran yang dapat mempelajari konsumsi pangan
kaitannya dengan berbagai karakteristik tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.
Konsumsi Pangan
Preferensi Pangan
Karakteristik sosial
ekonomi - Asosiasi emosional
- Pendidikan Tingkat Kecukupan - Keadaan jasmani dan
- Pekerjaan Energi dan Zat gizi kejiwaan yang sedang
- Pendapatan sakit
- Besar keluarga - Penilaian yang lebih
terhadap mutu makanan.
Status gizi
Keterangan :
Populasi Keluarga
(81 Keluarga)
Kriteria inklusi
48 Keluarga
Definisi Operasional
Keluarga adalah sekelompok manusia dalam suatu rumah tangga yang terdiri
dari KK, isteri KK serta anak dan anggota keluarga lainnya yang hidup
dari pengelolaan sumberdaya keluarga yang bersangkutan.
Karakteristik sosial ekonomi adalah karakteristik keluarga yang terdiri dari
pendidikan terakhir orang tua, jenis pekerjaan orang tua, pendapatan per
kapita keluarga, dan besar keluarga.
Pekerjaan orang tua. Data jenis pekerjaan orang tua yang dikategorikan
menjadi petani, nelayan, PNS, wirausaha, karyawan swasta, perangkat
desa dan tidak bekerja.
Pendapatan per kapita keluarga adalah besarnya rata-rata penghasilan yang
diperoleh dari seluruh anggota keluarga dan dibagi dengan jumlah
anggota keluarga.
Pendidikan orang tua adalah data tingkat pendidikan orang tua yang diolah
dengan mengelompokkannya menjadi lima kategori yaitu tidak sekolah,
tidak tamat SD, tamat SD, tamat SMP, tamat SMA, dan perguruan tinggi.
Frekuensi konsumsi pangan adalah berapa kali individu mengonsumsi
makanan lengkap dalam waktu sehari.
Frekuensi konsumsi menurut kelompok pangan adalah derajat keseringan
mengonsumsi pangan dalam satu bulan terakhir.
Tabu makanan adalah suatu larangan untuk mengkonsumsi suatu jenis pangan
tertentu, karena terdapat ancaman bahaya atas hukuman terhadap orang
yang melanggarnya.
Preferensi pangan adalah tingkat kesukaan keluarga contoh terhadap jenis
pangan tertentu, termasuk pangan yang disukai.
Tingkat kecukupan energi atau protein adalah persentase energi atau protein
yang dikonsumsi per kapita per hari dibagi dengan angka kecukupan
energi atau protein yang dianjurkan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambar 4 Peta Provinsi Papua
Papua merupakan provinsi yang terletak di wilayah paling timur
Indonesia. Provinsi Papua memiliki luas wilayah 317.062 km2 yang membawahi
19 kabupaten dan 1 kota dengan 250 kecamatan. Secara geografis Provinsi
Papua terletak pada 130 - 1400 Bujur Timur dan 2025’ Lintang Utara - 90 Lintang
Selatan (BPS 2007). Jumlah penduduk di provinsi ini mencapai 1.875.388 Jiwa
dengan komposisi 970.299 orang pria dan 905.089 orang wanita. Mayoritas
penduduk lokal memiliki pendidikan rendah, hal ini dapat dibaca dari tingginya
(52%) jumlah penduduk yang tidak tamat sekolah dasar (Anonim 2009).
Provinsi Papua memiliki keragaman yang tinggi dalam kondisi biofisik
seperti iklim, topografi, dan vegetasi (Petocz dan Tucker 1987 diacu dalam
Kepas 1990). Keragaman ini juga dijumpai dalam kondisi budaya, adat,
kepercayaan, dan bahasa (± 250 bahasa daerah). Wilayah ini memiliki delapan
zone ekosistem yaitu rawa pasang surut, rawa air tawar, jalur pantai laut, sabana
dan padang rumput, hutan tropik basah, hutan montane bawah, hutan montane
atas, dan pegunungan alpin. Wilayah ini memiliki iklim tropik basah, kondisi iklim
daerah sangat dipengaruhi oleh topografi yang tidak rata.
Provinsi Papua terdapat banyak suku dan di antara suku-suku tersebut
masih sulit bekerja sama. Beberapa suku yang cukup besar di antaranya adalah
suku Arfak, Dani, Yali, Asmat, dan Ekagi (Boelaars 1986 diacu dalam Kepas
1990). Setiap suku mempunyai karakteristik dalam memanfaatkan sumberdaya,
sehingga menghasilkan sistem pertanian yang berbeda. Kebutuhan hidup
masyarakat Papua umumnya dipenuhi dari kegiatan bercocok tanam, meramu,
peternakan, dan perikanan. Jenis tanaman pangan yang diusahakan adalah ubi
jalar, ubi kayu, dan keladi. Di dataran rendah, tanaman tersebut
ditumpangsarikan dengan tebu, pisang, jagung, dan sebagainya. Masyarakat
pegunungan mengusahakan kentang, bawang merah atau bawang putih, serta
sayuran lainnya, seperti yang dilakukan di sekitar Pegunungan Arfak atau di
Pegunungan Jayawijaya (Kepas 1990).
KK Isteri KK
Jenis pekerjaan
n % n %
Petani 0 0,0 2 4,2
Nelayan 19 40,4 0 0,0
Petani dan nelayan 11 23,4 0 0,0
PNS 8 17,0 4 8,3
Wirausaha 0 0,0 4 8,3
Perangkat desa 4 8,5 0 0,0
Pensiunan PNS 3 6,4 1 2,1
Ibu Rumah tangga 0 0,0 37 77,1
Karyawan swasta 2 4,3 0 0,0
Total 47 100,0 48 100,0
Berdasarkan tabel di atas, secara umum mayoritas KK bekerja sebagai
nelayan dengan persentase sebesar 40,4%. Adapun KK yang bekerja sebagai
nelayan merangkap sebagai petani adalah sebesar 23,4%, sedangkan kepala
KK yang bekerja sebagai PNS sebesar 17,0%, sisanya bekerja sebagai
perangkat desa, pensiunan PNS dan karyawan swasta. Sementara itu, sebagian
besar jenis pekerjaan isteri KK adalah sebagai ibu rumah tangga dengan
persentase sebesar 77,1%, sisanya bekerja sebagai PNS, wirausaha, petani,
dan pensiunan PNS.
Faktor alam yang mendukung sebagai daerah dengan topografi pantai,
disertai pendidikan yang rendah yaitu hanya tamat SD (tidak memiliki keahlian
khusus) merupakan alasan yang melatarbelakangi sebagian besar KK memilih
bekerja sebagai nelayan.
Gambar 6 Jenis pangan talas/keladi yang telah diolah menjadi kue pandey
Jenis pangan betatas/ubi jalar biasanya diolah dengan cara diparut lalu
ditambahkan tepung terigu dan digoreng. Masyarakat Kampung Tablanusu
menamakan kue tersebut dengan sebutan kue sarang burung.
Tabel 19 menggambarkan daftar pangan hewani serta cara mengolah
atau memasak yang diterapkan oleh masyarakat Kampung Tablanusu.
Tabel 19 Daftar pangan hewani serta cara mengolah yang diterapkan
Cara Mengolah
Jenis pangan hewani
Direbus Dibakar Digoreng Diasap
Daging sapi 9 9 9
Daging kambing 9
Daging Babi 9
Daging Ayam 9 9
Telur Ayam 9 9
Ikan kawalina 9 9 9
Ikan kombong 9 9 9
Ikan bandeng 9
Ikan mujair 9
Udang 9
Kerang/bia 9
Cumi 9
Ikan Asin 9
Kepiting 9 9
Berdasarkan Tabel 19 di atas, dapat diketahui bahwa tidak ada jenis
pangan hewani yang diolah dengan cara dikukus atau tanpa dimasak. Sebagian
besar pangan hewani diolah dengan cara digoreng, seperti ikan laut maupun
ikan air tawar, daging sapi, daging kambing, daging ayam, dan lainnya.
Pengolahan dengan cara diasap hanya diterapkan pada daging sapi.
Masyarakat Kampung Tablanusu biasanya mengolah jenis pangan ikan
menjadi abon. Masyarakat ini mengolah atau memasak kerang atau biasa
disebut bia laut dengan cara ditumis. Masyarakat Kampung Tablanusu mengolah
ikan bubara dengan cara dibakar atau digoreng, dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7 Jenis ikan laut (ikan bubara) yang dikonsumsi oleh masyarakat
Kampung Tablanusu
Kacang-kacangan merupakan pangan sumber nabati. Beberapa jenis
kacang-kacangan dan olahannya yang disajikan pada tabel di bawah ini adalah
kacang tanah, kacang hijau, kacang kedelai, tempe, dan tahu. Kacang tanah
dapat diolah dengan cara digoreng dan direbus, sedangkan kacang hijau hanya
dapat diolah dengan cara direbus yaitu dibuat bubur dengan menambahkan
santan atau susu. Sementara itu, masyarakat terbiasa mengolah tempe dan tahu
dengan cara digoreng, sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 20.
Tabel 20 Daftar pangan nabati serta cara mengolah yang diterapkan
Cara Mengolah
Jenis pangan nabati
Direbus Digoreng
Tempe 9
Tahu 9
Kacang kedelai 9
Kacang hijau 9
Kacang Tanah 9 9
Sayuran merupakan pangan sumber vitamin dan mineral, berikut
merupakan daftar jenis sayuran dan cara mengolah yang diterapkan.
Tabel 21 Daftar jenis sayuran serta cara mengolah yang diterapkan
Cara Mengolah
Jenis sayuran
Tanpa Dimasak Dikukus Direbus Ditumis
Bayam 9 9
Wortel 9 9
Sawi 9
Buncis 9
Kangkung 9
Daun singkong 9 9
Daun pepaya 9 9 9
Bunga pepaya 9
Daun ubi/petatas 9
Genemo 9
Lilin 9
Gedi 9
Mentimun 9
Tauge 9 9
Sayuran merupakan jenis pangan yang biasanya diolah dengan cara
direbus ataupun ditumis, tetapi ada juga sayuran yang dapat langsung dimakan
tanpa diolah terlebih dahulu, seperti wortel dan mentimun. Masyarakat Kampung
Tablanusu biasanya mengolah bunga pepaya dengan cara ditumis dan
dicampurkan dengan sayur daun singkong, selain itu dapat dicampurkan pula
dengan sayur kangkung, sedangkan sayur wortel dan buncis biasanya diolah
menjadi sayur sop. Jenis sayur bunga pepaya yang ditumis dengan campuran
daun singkong dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 9 Keramba yang digunakan masyarakat untuk memelihara ikan air tawar
Jenis pangan hewani seperti daging sapi, daging kambing, dan daging
babi, sebagian besar diperoleh melalui lainnya, lainnya berarti diperoleh melalui
acara yang diselenggarakan di Kampung Tablanusu.
Tabel 26 Sebaran keluarga berdasarkan asal pangan nabati yang dikonsumsi
Asal pangan yang dikonsumsi
Jenis pangan nabati
Pembelian
Tempe 100,0
Tahu 100,0
Kacang kedelai 100,0
Kacang hijau 100,0
Kacang Tanah 100,0
Tabel 26 di atas menunjukkan bahwa kelompok pangan kacang-
kacangan sebesar 100,0% diperoleh melalui pembelian. Tidak ada kelompok
pangan kacang-kacangan yang diperoleh melalui menanam sendiri, barter, dan
pemberian oleh orang lain.
Kelompok pangan sayuran yang dikonsumsi oleh masyarakat Kampung
Tablanusu sebagian besar diperoleh melalui menanam sendiri di pekarangan
rumah atau di ladang kebun. Jenis sayuran tersebut antara lain daun singkong,
daun pepaya, bunga pepaya, daun ubi/betatas, sayur genemo, lilin, dan gedi,
sedangkan jenis sayur seperti bayam, wortel, sawi, buncis, dan kangkung
sebagian besar diperoleh dengan cara pembelian. Tidak ada kelompok pangan
sayuran yang diperoleh melalui barter, memperoleh dari alam, dan pemberian.
Hal tersebut ditunjukkan pada tabel berikut.
Tabel 27 Sebaran keluarga berdasarkan asal pangan sayuran yang dikonsumsi
Asal pangan yang dikonsumsi
Jenis sayuran
Pembelian Menanam
Bayam 77,1 22,9
Wortel 100,0 0,0
Sawi 100,0 0,0
Buncis 100,0 0,0
Kangkung 100,0 0,0
Daun singkong 31,3 68,8
Daun pepaya 35,4 64,6
Bunga pepaya 37,5 62,5
Daun ubi/petatas 31,3 68,8
Genemo 35,4 64,6
Lilin 35,4 64,6
Gedi 35,4 64,6
Tabel 28 menunjukkan daftar pangan buah-buahan yang dikonsumsi oleh
masyarakat Kampung Tablanusu dan cara memperoleh pangan yang diterapkan.
Jenis Kelamin
Tingkat kecukupan energi Laki-laki Perempuan
n % n %
Defisit tingkat berat 74 52,9 44 37,6
Defisit tingat sedang 27 19,3 25 21,4
Defisit tingkat ringan 13 9,3 20 17,1
Normal 23 16,4 22 18,8
Kelebihan 3 2,1 6 5,1
Total 140 100,0 117 100,0
Rata-rata ± SD 71,8±19,5 76,4±22,2
Kesimpulan
Kampung Tablanusu merupakan salah satu kampung yang terletak di
Distrik Depapre, Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua. Rata-rata jumlah anggota
keluarga masyarakat Kampung Tablanusu adalah sedang (5,4). Berdasarkan
sebaran umur orang tua, sebagian besar umur KK dan Isteri KK berkisar antara
30-49 tahun (dewasa madya). Berdasarkan sebaran tingkat pendidikan orang
tua, sebagian besar tingkat pendidikan terakhir KK adalah SMA dan isteri KK
adalah tamat SD. Berdasarkan sebaran jenis pekerjaan orang tua, sebagian
besar KK dan Isteri KK bekerja sebagai nelayan dan ibu rumah tangga.
Sebagian besar masyarakat Kampung Tablanusu termasuk ke dalam kategori
tidak miskin dengan rata-rata pendapatan per kapita keluarga adalah Rp
474.499/kapita/bulan.
Sebagian besar pangan yang dikonsumsi oleh Masyarakat Kampung
Tablanusu adalah pangan yang tersedia di daerah lokalnya dan merupakan
pangan yang berkembang di daerah Kampung Tablanusu. Faktor yang paling
mempengaruhi pola konsumsi pangan masyarakat Kampung Tablanusu adalah
ketersediaan pangan daerah dan akses terhadap pangan.
Sebagian besar masyarakat Kampung Tablanusu mengolah bahan
pangan dengan cara digoreng, direbus, dikukus, ditumis, dan tanpa diolah (tanpa
dimasak). Sebagian besar masyarakat Kampung Tablanusu memperoleh
kelompok bahan pangan dengan cara pembelian, menanam atau memelihara,
dan memperoleh dari alam.
Tabu makanan masih berlaku pada masyarakat Kampung Tablanusu,
namun jumlahnya sangat sedikit. Beberapa masyarakat Kampung Tablanusu
memiliki preferensi terhadap pangan.
Rata-rata asupan energi dan protein masyarakat Kampung Tablanusu
masih rendah (di bawah AKG yang dianjurkan) yaitu 1641±433 kkal dan
38,9±12,0 g pada tingkat keluarga dan 1616±560 kkal dan 38,2±15,3 g pada
tingkat individu. Sebagian besar tingkat kecukupan energi dan protein
masyarakat Kampung Tablanusu tergolong ke dalam kategori defisit yaitu
75,1±18,1 % dan 81,5±21,5 %. pada tingkat keluarga dan 73,9±20,8 % dan
79,8±27,6 % pada tingkat individu.
Berdasarkan hasil uji korelasi Pearson dan Spearman, menunjukkan tidak
terdapat hubungan yang nyata antara tingkat kecukupan energi dan protein
dengan tingkat pendidikan KK (p>0,05) dan isteri KK (p>0,05), tidak terdapat
hubungan yang nyata antara tingkat kecukupan energi dan protein dengan
pendapatan per kapita keluarga (p>0,05), dan tidak terdapat hubungan yang
nyata antara tingkat kecukupan energi dan protein dengan besar keluarga
(p>0,05).
Saran
Saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian antara lain :
1. Rata-rata frekuensi konsumsi pangan masyarakat Kampung Tablanusu
masih kurang yaitu dua kali dalam sehari, disamping itu konsumsi pangan
masih kurang beragam. Perlu diberikan pendidikan kepada masyarakat
agar meningkatkan frekuensi dan keragaman konsumsi pangan untuk
memperbaiki tingkat kecukupan gizi.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai status gizi masyarakat
Kampung Tablanusu, mencari mutu keragaman pangan dengan
menggunakan pola pangan harapan (PPH) dan mencari faktor-faktor
dominan yang berpengaruh terhadap tingkat kecukupan energi dan
protein.
DAFTAR PUSTAKA
Baliwati Yayuk B, Ali Khomsan, C Meti Dwiriani. 2004. Pengantar Pangan dan
Gizi. Jakarta : Penebar Swadaya.
BPS. 2007. Papua dalam Angka. Papua : Badan Pusat Statistik Propinsi papua.
_______. 2011. Indikator penting Propinsi Papua. Papua : Badan Pusat Statistik
Propinsi papua.
den Hartog AP, WA van Staveren, & ID Brouwer. 2006. Food Habits and
Consumption in Developing Countries : Manual for Field Studies.
Wageningen Academic Publishers. The Netherlands.
Depkes RI. 1996. 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang. Jakarta: Direktorat Bina Gizi
Kesehatan Keluarga.
Gibson RS. 2005. Principles of Nutrition Assessment (2nd Edition). New York :
Oxford University Press.
Harper L.J, B.J.Deaton dan J.A. Driskel. 1988. Pangan, Gizi dan Pertanian.
Suhardjo (penerjemah). Jakarta : UI press.
Kusharto Clara & Sa’diyyah NY. 2008. Diktat Penilaian Konsumsi Pangan. Bogor
: Diktat yang tidak diterbitkan.
Nasution Amini & Riyadi Hadi. 1995. Gizi Terapan. Jakarta : Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan
Menengah. Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan.
Rahmawati D. 2006. Status Gizi dan Perkembangan Anak Usia Dini di Taman
Pendidikan Karakter Sutera Alam Desa Sukamantri Bogor. [Skripsi].
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Sanjur, D. 1982. Social and Cultural Perspectives in Nutrition. Prentice. New
York.
Sukandar D. 2007. Studi Sosial Ekonomi, Aspek Pangan, Gizi dan Sanitasi :
Petani Daerah Pasang Surut di Barito Kuala Kalimantan Selatan. Bogor :
Institut Pertanian Bogor.
Supariasa IDN, B Bakri dan I Fajar. 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta : Buku
Kedokteran EGC.
Soekirman. 1994. Ilmu Gizi dan Aplikasinya untuk Keluarga dan Masyarakat.
Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan tinggi, Departemen Pendidikan
Nasional.
[WKNPG] Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi. 2004. Ketahanan Pangan
dan Gizi DI Era Otonomi Daereh dan Globalisasi. Jakarta: LIPI.
LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner Penelitian
Kode Responden:
KUESIONER PENELITIAN
POLA KONSUMSI PANGAN MASYARAKAT PAPUA (Studi
kasus di Kampung Tablanusu, Distrik Depapre,
Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua).
Departemen Gizi Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia,
Institut Pertanian Bogor (IPB)
Sheet 1 : Cover
Desa/Kelurahan : Co3__________________________________________
Kecamatan : Co4__________________________________________
Kabupaten : Co5__________________________________________
Enumerator : Co7__________________________________________
Sheet 2 : Sosek Keluarga
A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8 A9 A10 A11
No Nama JK Status Status Tgl Umur Kondisi Pekerjaan Pendidikan Pendapatan
dlm nikah lahir Thn Bln fisiologis utama terakhir
klg
1
10
Keterangan :
Status dalam keluarga : 1=Suami, 2=Isteri, 3=Anak, 4=Lainnya
Umur : dalam bulan dan tahun
Jenis Kelamin (JK) : 1=Laki-laki, 2=Perempuan
Kondisi fisiologis : 1=Hamil, 2=Menyusui (Hanya untuk ibu)
Pendidikan : 1= Tidak sekolah, 2= SD (kelas), 3= SMP (kelas), 4= SMA
(kelas), dan 5= Perguruan Tinggi
Pekerjaan : 1=Petani, 2=Nelayan, 3=Pedagang, 4=Buruh tani, 5=Buruh
nelayan, 6=PNS/ABRI, 7=Tidak bekerja, 8.Lainnya, sebutkan.
Pendapatan : Per hari/per bulan
Sheet 3 : Food Recall
B. RECALL KONSUMSI PANGAN (1X24 JAM)
CONTOH:
URT = Ukuran Rumah Tangga: piring, mangkok, piring kecil, gelas, bungkus,
sendok makan, sendok teh, cangkir, tusuk, bungkus, potong, porsi, buah.
*= tidak perlu diisi oleh responden.
HARI/TANGGAL :___________________________
Pagi
Selingan
Siang
Selingan
Malam
Selingan
URT = Ukuran Rumah Tangga: piring, mangkok, piring kecil, gelas, bungkus,
sendok makan, sendok teh, cangkir, tusuk, bungkus, potong, porsi, buah.
*= tidak perlu diisi oleh responden.
Sheet 4 : Kebiasaan Makan
C. KEBIASAAN MAKAN
1. Berapa kali frekuensi makan makanan pokok keluarga anda dalam
sehari?
a. 1 kali c. 3 kali
b. 2 kali d. >3 kali
D. TABU MAKANAN
Makanan, minuman, dan olahannya yang tidak boleh/dipantang dikonsumsi
oleh responden.
D1 D2 D3
1 Balita
2 Balita perempuan
3 Balita Laki-laki
4 Wanita dewasa
5 Laki-laki dewasa
6 Wanita hamil
7 Wanita menyusui
E1 E2 E3 E4 E5 E6 E7
7 Cemilan/selingan Biskuit
Gorengan
Snack
Keripik
...................
...................
....................
Keterangan :
*Sumber :
1=Pembelian
2=Produksi sendiri
3=Hadiah
3=Barter
4=Dapat dari lingkungan sekitar (memancing, berburu)
Lampiran 2 Rata-rata frekuensi konsumsi berdasarkan kelompok pangan