You are on page 1of 10

Gizi Indon 2017, 40(2):69-78

GIZI INDONESIA
Journal of the Indonesian Nutrition Association
p-ISSN: 0436-0265 e-ISSN: 2528-5874
http://ejournal.persagi.org/ojspersagi2481/index.php/Gizi_Indon

EDUKASI GIZI UNTUK PENINGKATAN KUALITAS MENU ANAK BALITA DENGAN KONSUMSI
GONAD BULU BABI SEBAGAI SUMBER PROTEIN ALTERNATIF PADA KELUARGA ETNIS
BAJO SOROPIA

Nutrition Education to Improve Quality of Menu for Children Under-Five through Consumption of
Sea Urchin Gonads as an Alternative Source of Protein among Bajo Soropia Ethnic Family

Wiralis1, Teguh Fathurrahman1, Hariani1, Wahyu Puji Nugraheni2


1Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Gizi
2Pusat Penelitian dan Pengembangan Humaniora dan Manajemen Kesehatan

E-mail: wiralisgizimedik@gmail.com

Diterima: 14-03-2017 Direvisi: 03-04-2017 Disetujui terbit: 18-04-2017

ABSTRACT

Bajo tribe rely on seafood as a source of family food. In the west wind season, the fishermen can not go
for fishing resulting in unavailability of protein rich food source, especially in the menu of children under-
five. The research objective is to study whether intervention of nutrition education may change the family
perception through improvement in knowledge, attitudes and skills in order to increase the quality of the
children under-five diet through the utilization of sea urchin gonads. The research method was pre-
experimental using pre- and post-test design to assess the impact of nutrition education with the method
of group counseling, accompaniment of family, and finally competition of urchin gonads dish product for
children under-five meals among 50 families in the Bokori and Mekar villages. Nutrition education carried
out for 4 months. The results showed that the mean knowledge improvement of 32.8 points, attitude was
31.9 points and skills was 92.7 points and these were significant achievement using t-test (p<0.05). In
conclusion, through nutrition education, there were increasing in knowledge, attitude and practice to
support health and nutrition. The family has been able to process more varied sea urchin gonads. In
addition, there was increasing interest and acceptance of family in sea urchin gonads as an important part
of the family menu, especially for children under-five.

Keywords: sea urchin gonads, family dish, nutrition education, children under-five, Bajo Soropia

ABSTRAK

Suku Bajo mengandalkan hasil laut sebagai sumber pangan keluarga. Pada musim angin barat, nelayan
tidak melaut, mengakibatkan tidak tersedia bahan pangan sumber protein, khususnya pada menu anak
balita. Tujuan penelitian melakukan edukasi gizi untuk mengubah persepsi keluarga dengan perbaikan
pengetahuan, sikap dan keterampilan serta meningkatkan kualitas menu anak balita melalui pemanfaatan
gonad bulu babi (sea urchin gonads). Metode penelitian pre-eksperimen dengan desain pre-post test
untuk menilai hasil intervensi berupa edukasi gizi dalam bentuk penyuluhan kelompok, pendampingan
dan lomba mengolah gonad bulu babi untuk anak balita. Sampel terpilih adalah ibu anak balita sebanyak
50 orang. Intervensi dilakukan selama 4 bulan dari Agustus sampai November 2014. Hasil penelitian
menunjukkan, terdapat peningkatan rerata pengetahuan sebesar 32,8 poin; peningkatan sikap positif yang
mendukung praktik kegizian 31,9 poin serta rerata keterampilan 92,7 poin. Uji statistik dengan t-test
menunjukkan perbedaan signifikan. Terdapat peningkatan pengetahuan gizi, sikap positif dan praktik gizi
setelah intervensi dan terjadi perubahan kesadaran dan ketertarikan dalam evaluasi dan uji coba nilai
bahwa gonad bulu babi dapat menjadi sumber protein menu anak balita pada musim angin barat.

Kata kunci: gonad bulu babi, hidangan keluarga, edukasi gizi, anak di bawah lima tahun, Bajo Soropia

69
Gizi Indon 2017, 40(2):69-78 Edukasi gizi untuk peningkatan kualitas menu… Wiralis, dkk

PENDAHULUAN Pola melaut nelayan etnis Bajo berkaitan


erat dengan ketersediaan pangan di tingkat

M
engakhiri segala bentuk malnutrisi, keluarga. Saat musim angin barat, nelayan tak
termasuk kekurangan gizi, pada anak melaut, sehingga ketersediaan pangan di ting-
adalah target kedua dari Tujuan Pem- kat keluarga menjadi rendah dan terbatas. Kon-
bangunan Berkelanjutan (SDGs), yakni meng- disi ini tergambar dalam pola menu anak balita
akhiri kelaparan, mencapai ketahanan pangan, yang berubah ketika musim angin barat, yang
memperbaiki gizi, dan meningkatkan pertanian lebih sering berganti menjadi nasi dengan mi
berkelanjutan.1 Kekurangan gizi pada anak instan dibandingkan nasi/sagu dengan lauk
balita masih menjadi masalah kesehatan di hewani darat, seperti telur.6
Indonesia, termasuk di kawasan pesisir seperti Salah satu bahan makanan sumber laut
di Sulawesi Tenggara. Stunting dan berat- etnis Bajo Soropia saat musim angin barat ada-
kurang (gizi kurang dan gizi buruk) dialami oleh lah gonad bulu babi, dengan spesies yang ter-
42,6 dan 23,9 persen (15,9% dan 8,0%) anak kenal mencakup spesies Tripneustes gratilla
balita di Sulawesi Tenggara; di atas prevalensi dan Mespilia globulus, serta subspesies Dia-
nasional (37,2% dan 19,6%).2 dema setosum dan Echinometra Sp. Untuk
Penyebab kekurangan gizi pada anak itu anggota keluarga yang sudah besar (>5 tahun),
multisektor, meliputi penyebab langsung (level secara turun-temurun nenek moyang etnis Bajo
individu), utama (level keluarga), dan dasar makan gonad (telur) dari bulu babi (sea urchin
(level masyarakat). Kekurangan gizi pada anak gonads) tanpa diolah (mentah) atau diolah se-
balita ialah hasil kombinasi ketidakcukupan derhana. Nilai ini ditunjang oleh ketersediaan
asupan zat gizi dan kejadian infeksi. Ada tiga bahan yang tinggi, terutama ketika musim angin
penyebab utama yang menimbulkan hasil terse- barat. Makan pangan laut juga merupakan ke-
but: kerawanan pangan rumah-tangga; layanan hormatan bagi etnis Bajo karena hal tersebut
kesehatan yang tidak memadai dan lingkungan menunjukkan kemandirian mereka. Itu sesuai
yang tidak sehat; serta ketidakmemadaian pe- dengan moto etnis Bajo, “jangan makan makan-
rawatan untuk anak dan ibu.3 Ketiga penyebab an orang daratan”, sebab dianggap akan „tun-
utama itu didasari oleh faktor ekonomi, sosio- duk pada orang daratan‟.6
politis, hukum, dan budaya, dengan kemiskinan Gonad bulu babi dimanfaatkan sebagai
yang berperan sentral.3,4 Unsur budaya men- „makanan hiburan‟ atau lauk, yang bernilai gizi
ciptakan susunan hidangan dan pola pemberian tinggi. Hasil analisis yang telah dilakukan mem-
makanan, serta kebiasaan makan individu, yang perlihatkan, pangan laut tersebut kaya gizi
terkait dengan faktor memilih dan mengonsumsi untuk memperbaiki kekurangan gizi anak de-
makanan (reaksi terhadap efek fisiologis, psiko- ngan memperbaiki sistem kekebalan tubuhnya.
logis, sosial), keter-sediaan pangan, pola sosial, Anak yang kekurangan gizi sering sakit, yang
budaya dan faktor individu.5 tidak dapat diperbaiki hanya dengan meningkat-
kan kualitas makanan, tetapi diperlukan upaya
Studi budaya makan „Tetehe & Tayong‟ pengobatan yang dipadukan dengan makanan.
etnis Bajo di Kecamatan Soropia (2014),6 me- Sudah diketahui potensi gonad bulu babi se-
laporkan, 46 persen asupan energi anak balita bagai obat yang dapat menunjang mutu menu
kurang (70-90% AKG), 14 persen asupan anak balita dan memperbaiki mutu kesehatan-
energinya defisit (<70% AKG), dan 30 persen nya. Permasalahannya, pada etnis Bajo di lo-
asupan proteinnya kurang (70-90% AKG). Menu kasi penelitian, gonad bulu babi tidak diberikan
anak balita etnis Bajo Soropia tampak tak se- pada anak balita karena alasan budaya. Untuk
imbang, mayoritas terdiri dari makanan pokok memperbaiki penerimaan masyarakat terhadap
(nasi/sagu) dan ikan, bila anggota keluarga ke gonad bulu babi sebagai bagian dari menu anak
laut mencari ikan (34% makan lauk 2-3 kali se- balita etnis Bajo, diperlukan upaya edukasi.6
minggu, 2% tidak mengonsumsi lauk hewani; Edukasi gizi merupakan salah satu upaya
60% makan sayur 1-3 kali seminggu, 16% tidak; kulturisasi nilai-nilai yang mendukung praktik
50% makan buah 1-3 kali seminggu, 6% tidak). kegizian yang terdapat di masyarakat. Edukasi
Ketika hasil tangkapan ikan berlimpah, jumlah gizi bertujuan meningkatkan gizi masyarakat,
ikan yang dikonsumsi sangat banyak (melebihi terutama golongan rawan gizi, seperti anak
kebutuhan, >100 g setiap kali makan). balita, melalui upaya mengubah pengetahuan,

70
Gizi Indon 2017, 40(2):69-78 Edukasi gizi untuk peningkatan kualitas menu… Wiralis, dkk

sikap dan keterampilan dalam mengolah Efek pendidikan gizi dilakukan dengan
makanan untuk mengubah perilaku yang baik mengukur perubahan pengetahuan dan sikap
terkait gizi. terkait dengan praktik gizi dan keterampilan
Untuk mengatasi masalah kekurangan menggunakan perbedaan skor hasil pengukur-
asupan protein, khususnya pada anak balita, an sebelum dan setelah edukasi gizi, dilanjut-
manfaat gonad bulu babi merupakan kearifan kan dengan uji statistik menggunakan t-test
lokal masyarakat Bajo sebagai alternatif paired. Pengukuran tambahan untuk menilai
mengatasi masalah rendahnya asupan protein keterampilan pengolahan gonad, dilakukan
pada musim barat (nelayan tidak melaut karena lomba menu mengolah gonad untuk anak balita
ombak tinggi). Tujuan penelitian adalah dan dinilai secara deskriptif, diukur dengan
melakukan edukasi gizi untuk mengubah teknik observasi sebelum dan setelah
persepsi keluarga dengan perbaikan pendampingan, serta mengukur interest dan uji
pengetahuan, sikap dan keterampilan, serta coba nilai masyarakat melalui lomba dan
meningkatkan kualitas menu anak balita melalui pameran olah gonad.
pemanfaatan gonad bulu babi. Data karateristik sampel dan keluarga
dikumpulkan dengan metode wawancara
menggunakan alat bantu kuesioner. Penelitian
METODE PENELITIAN
dilakukan di Desa Bokori dan Mekar Kecamatan
Jenis penelitian adalah pre-eksperimen Soropia, Kabupaten Konawe, Sulawesi Teng-
dengan desain pre-post test group. Intervensi gara. Populasi adalah keluarga etnis Bajo yang
dalam bentuk edukasi gizi. Edukasi gizi memiliki anak balita yang tinggal di Desa Mekar
menggunakan metode penyuluhan kelompok, (60 keluarga) dan Bokori (90 keluarga). Sampel
pendampingan, pameran dan perlombaan. penelitian ini adalah keluarga yang memiliki
Teknik penyuluhan berupa ceramah dan anak balita (1-5 tahun), yang ditetapkan
tanya-jawab. Alasan pemilihan teknik menggunakan rumus proporsional, dengan hasil
penyuluhan adalah jumlah sampel cukup besar, jumlah sampel untuk Desa Bokori sebanyak 22
yaitu 20-30 orang setiap kelas. Penyuluhan ibu dan Desa Mekar 28 ibu. Penelitian dilakukan
menggunakan media leaflet dan lembar balik selama 4 bulan, mulai bulan Agustus sampai
yang berisi informasi tentang makanan November 2014. Sampel yang memenuhi
seimbang, sumber nilai gizi bahan pangan, kriteria sebagai etnis asli Bajo dan telah tinggal
kandungan gizi gonad bulu babi (sea urchin di wilayah penelitian selama minimal 10 tahun,
gonads), teknik persiapan yang dapat menjamin kemudian dilakukan randomisasi, yang bersedia
kualitas sanitasi gonad bulu babi dan variasi ikut dalam penelitian mengisi inform consent.
pengolahan. Pelaksana atau tutor pada Data yang dikumpulkan meliputi: data
kegiatan intervensi dilakukan oleh peneliti. karateristik wilayah penelitian atau demografi,
Materi disusun dalam bentuk leaflet dan lembar data karateristik sampel yang mencakup nama,
pendidikan yang didasarkan pada kebutuhan pendidikan, jumlah anggota keluarga, pekerjaan
informasi untuk menunjang proses pendidikan dan pendapatan, pengetahuan, sikap gizi, dan
gizi. Leaflet dan lembar pendidikan yang keterampilan mengolah gonad bulu babi untuk
dikembangkan menggunakan bahasa Bajo anak balita, persepsi ibu anak balita tentang
untuk memudahkan pemahaman masyarakat. gonad bulu babi sebagai potensi sumber protein
Leaflet dan lembar pendidikan didesain oleh saat musim barat.
peneliti. Data karateristik wilayah penelitian
Penyuluhan dilakukan 4 kali selama diperoleh melalui penelusuran dokumen. Data
penelitian dan pameran dilakukan satu kali di karateristik sampel, seperti nama, pendidikan,
akhir kegiatan penelitian. Pendampingan dan pendapatan, menggunakan metode
ditujukan untuk mengingat-kan kembali materi wawancara dengan bantuan kuesioner.
penyuluhan yang dilakukan dengan cara Data skor nilai pengetahuan, sikap gizi
silaturahmi pada keluarga anak balita yang dan keterampilan diperoleh dengan mengajukan
mendapat edukasi gizi. Pen-dampingan pertanyaan terstruktur secara langsung
dilakukan oleh peneliti. Pameran dipilih untuk menggunakan bantuan daftar pertanyaan.
mengukur inovasi variasi pengolahan gonad Khusus keterampilan mengolah gonad bulu babi
bulu babi keluarga anak balita. diperoleh dengan wawancara dan observasi

71
Gizi Indon 2017, 40(2):69-78 Edukasi gizi untuk peningkatan kualitas menu… Wiralis, dkk

langsung saat keluarga mengolah bahan, serta HASIL


dilakukan lomba yang dipusatkan di kedua
desa, yakni Mekar dan Bokori. Keterampilan Karateristik wilayah penelitian
mengolah gonad bulu babi meliputi kemampuan Desa Mekar dan Bokori terletak di pesisir
ibu mengolah gonad dengan bersih/saniter, pantai Kecamatan Soropia, Kabupaten Konawe,
jumlah dan jenis olahan yang dapat dilakukan Provinsi Sulawesi Tenggara. Masyarakat Bokori
dengan baik untuk menu anak balita. dan Mekar sebagian besar merupakan etnis
Data yang dikumpulkan, kemudian Bajo yang mendiami sepanjang pantai Soropia
dibersihkan dari informasi yang bias, dan membangun rumah di atas laut.
diklasifikasikan berdasarkan kelompok dan
dinalisis secara deskriptif menggunakan
persentase dan nilai mutlak, seperti untuk
kenaikan nilai efek edukasi dan uji analitik
menggunakan t-test paired.

Tabel 1
Karateristik Subjek Penelitian

Karakteristik n = 50 %
Kelompok umur kepala keluarga
 ≤ 35 Tahun 29 58
 > 35 tahun 21 42
Kelompok umur Ibu
 ≤ 32 tahun 31 62
 > 32 tahun 19 38
Jumlah anggota keluarga
 ≤ 4 orang 23 46
 > 4 orang 27 54
Pekerjaan kepala keluarga
 PNS/POLRI/TNI 9 18
 Swasta 9 18
 Nelayan 32 64
Pekerjaan Ibu
 PNS 3 6
 Ibu rumah-tangga 44 88
 Lain-lain 3 6
Pendapatan keluarga
 ≤ 60% (pendapatan cukup) 19 38,0
 > 60% (pendapatan kurang) 31 62,0
Pendidikan kepala keluarga
 TS dan SD 15 30
 > SMP 35 70
Pendidikan ibu
 TS dan SD 27 54
 > SMP 23 46
Jumlah 50 100,0

72
Gizi Indon 2017, 40(2):69-78 Edukasi gizi untuk peningkatan kualitas menu… Wiralis, dkk

Karateristik subjek penelitian Edukasi gizi diberikan pada subjek


Sebagian besar subjek (62%) berusia penelitian (ibu anak balita) etnis Bajo di
kurang dari 32 tahun, sebagaimana disajikan Kecamatan Soropia, untuk mengubah
pada Tabel 1. Jumlah anggota keluarga pengetahuan, sikap dan keterampilan sebagai
sebagian besar (54%) lebih dari 4 orang. upaya perbaikan kualitas menu keluarga balita
Pekerjaan 88 persen adalah ibu rumah-tangga. melalui pemanfaatan gonad bulu babi sebagai
Pendapatan keluarga subjek 60 persen dalam sumber bahan pangan tinggi protein, khususnya
kategori kurang. Persentase terbesar pada musim barat.
pendidikan subjek penelitian adalah tamat SD Metode edukasi gizi pada penelitian ini
sebanyak 44 persen, 26 persen tamat SMP dan adalah penyuluhan menggunakan media leaflet,
sebagian kecil (10%) tidak sekolah, tamat SMA lembar pendidikan gizi dan modul pendidikan
dan Perguruan tinggi. gizi berbahasa Bajo untuk masyarakat etnis
Bajo di Soropia. Selama edukasi pendampingan
Edukasi gizi dilakukan oleh peneliti. Penyuluhan kelompok
Penyuluhan dan pendampingan yang dilakukan selama 4 kali, dilanjutkan dengan
dilakukan empat kali selama 4 bulan dengan pendampingan untuk mengubah sikap dan
satu kali kegiatan lomba mengolah gonad bulu membangun keterampilan ibu anak balita di
babi untuk anak balita mampu meningkatkan daerah penelitian.
pengetahuan, memperbaiki sikap dan
keterampilan sampel. Materi penyuluhan Pengaruh edukasi gizi terhadap
disusun dalam modul, lembar pendidikan gizi pengetahuan
dan leaflet manfaat gonad bulu babi dalam Edukasi gizi yang dilakukan meningkatkan
bahasa Bajo. Khusus modul memuat materi rerata pengetahuan subjek dari nilai 27,42
tentang konsep gizi seimbang untuk keluarga menjadi 60,1 dengan peningkatan poin
sehat, triguna makanan, bahan makanan maksimum dari 43 menjadi 85 serta poin
penukar, porsi dan ukuran makanan untuk anak minimum dari 21 menjadi 54. Secara rinci
balita dan menyusun menu keluarga sesuai disajikan pada Tabel 2. Hasil t-test
konsep gizi seimbang.7 menunjukkan nilai p = 0,00

Tabel 2
Rerata Pengetahuan Sebelum dan Setelah Edukasi Gizi

Pengetahuan gizi Sebelum intervensi Setelah intervensi Delta t-test paired


Rerata 27,42 60,1 32,8
SD 5,3 8,3
p = 0,00
Nilai maksimum 43 85 42
Nilai minimum 21 54 33

Tabel 3
Sikap Subjek Penelitian Sebelum dan Setelah Edukasi Gizi

t-test
Sikap terhadap kegizian Sebelum intervensi Setelah intervensi Delta
paired
Rerata 7,64 39,5 31,9
SD 4,67 5,5
p= 0,00
Nilai maksimum 17 54 37
Nilai minimum -4 23 27

73
Gizi Indon 2017, 40(2):69-78 Edukasi gizi untuk peningkatan kualitas menu… Wiralis, dkk

Tabel 4
Keterampilan Sebelum dan Setelah Edukasi Gizi

t-test
Keterampilan Mengolah Makanan Sebelum intervensi Setelah intervensi Delta
paired
Rerata 552 644,8 92,7
SD 9,7 6,4
p =0,00
Nilai maksimum 590 655 65
Nilai minimum 545 630 85

Pengaruh edukasi gizi terhadap sikap adalah: Sup Tayong, Perkedel Tetehe dan
Edukasi gizi membangun sikap positif Tayong, Pepes Tayong, sajian Tetehe dan
mendukung praktik gizi yang baik, diketahui Tayong mentah, Tetehe dan Tayong kukus,
rerata sikap gizi sebelum intervensi 7,64 Tetehe dan Tayong bakar, Telur Dadar isi
menjadi 39,5 dengan nilai maksimum dari 17 Tayong, Sambel Goreng Tayong, Kandoang
menjadi 54 serta nilai minimum dari (-4) menjadi Tetehe dan Tayong. Nilai organoleptik sup,
23. Perbedaan rerata nilai sikap adalah 31,9; perkedel, pepes, telur dadar isi, sambel goreng
nilai maksimum 37 dan nilai minimum 27 (Tabel dan kandoang memiliki rasa, tekstur, aroma
3). yang disukai dari penilaian juri dan diterima oleh
anak balita yang hadir pada saat lomba. Sajian
Pengaruh edukasi gizi terhadap gonad mentah, rebus dan bakar hanya disukai
keterampilan oleh masyarakat yang mengonsumsi gonad
Edukasi gizi memperbaiki keterampilan bulu babi.
subjek dalam mengolah makanan, termasuk
mengolah gonad bulu babi yang saniter agar
BAHASAN
dapat dikonsumsi oleh anak balita. Edukasi gizi
meningkat rerata nilai 92,7 dengan peningkatan Keberhasilan intervensi edukasi gizi pada
nilai maksimum 65 poin dan nilai minimum 85 penelitian ini dilakukan melalui evaluasi
poin. Data disajikan pada Tabel 4. pengetahuan, sikap dan praktik gizi serta
penerimaan olahan gonad bulu babi oleh anak
Edukasi gizi membangun kesadaran, balita yang disajikan saat pameran.
ketertarikan, evaluasi dan uji coba nilai Penyuluhan adalah bentuk edukasi untuk
bahwa gonad bulu babi sebagai sumber mengubah pengetahuan dengan tujuan akhir
protein menu anak balita saat musim barat mengubah perilaku. Untuk mempercepat
Ketertarikan dan penerimaan masyarakat perubahan dan internalisasi nilai yang
di wilayah penelitian diukur saat lomba ditawarkan pada penelitian ini penyuluhan
menggunakan kriteria variasi jenis olahan, dengan kombinasi pendampingan.
penggunaan gonad bulu babi, kebersihan dan Pendidikan dan pengetahuan merupakan
organoleptik yang meliputi: keindahan faktor tidak langsung yang mempengaruhi
penyajian, rasa, tekstur, dan garnis. Tim juri perilaku seseorang. Pengetahuan yang dapat
diketuai oleh ibu ketua penggerak PKK diserap seseorang tidak terlepas dari tingkat
Kecamatan Soropia, dengan anggota adalah pendidikan individu secara formal. Makin tinggi
ketua 1 Pengurus PKK Kecamatan, ketua pendidikan orang, pengetahuan umumnya
Kelompok Kerja (POKJA) 4 PKK Kecamatan semakin luas.8
Soropia, ketua penggerak PKK Desa Bokori dan Edukasi gizi yang dilakukan dalam
Mekar, kepala dan sekretaris desa. Lomba penelitian ini mampu meningkatkan
masak Tetehe dan Tayong dilaksanakan secara pemahaman subjek penelitian dalam hal ini
terpisah antara Desa Mekar dan Bokori. adalah ibu anak balita dari keluarga etnis Bajo
Hasil lomba yang dilakukan menunjukkan, di Soropia akan pentingnya makanan dan gizi
sajian 10 menu diikuti oleh 9 kelompok dari untuk tumbuh kembang anak balita, serta mau
wilayah penelitian. Adapun menu yang disajikan menerima nilai bahwa gonad bulu babi tidak

74
Gizi Indon 2017, 40(2):69-78 Edukasi gizi untuk peningkatan kualitas menu… Wiralis, dkk

bertentangan dengan budaya Bajo serta dilakukan oleh Wahyuningsih dkk (2015)
terampil mengolah gonad bulu babi secara pendidikan gizi dilakukan selama satu bulan
higienis dan bervariasi. dengan 8 kali pertemuan, waktu 30 menit setiap
Edukasi gizi yang dilakukan merupakan pertemuan, menunjukan peningkatan
suatu proses mempengaruhi keputusan pengetahuan yang signifikan dengan media
masyarakat untuk memperbaiki pola makan nutrisi card.9
anak balita dan membangun pola makan Pada penelitian ini variasi skor
seimbang yang memenuhi asupan energi, pengetahuan setelah intervensi lebih tinggi
protein, lemak, vitamin dan mineral sesuai dibandingkan sebelum intervensi; hasil yang
kebutuhan anak. sama dilaporkan pada penelitian Silalahio dkk.10
Edukasi yang dilakukan juga bertujuan Edukasi gizi adalah upaya memberikan
untuk mengenalkan serta mengadopsi nilai informasi, meskipun terjadi keragaman
bahwa gonad bulu babi bernilai gizi dan tidak penerimaan informasi pada saat penyuluhan,
berbahaya bila diberikan pada anak balita, keragaman informasi dapat diperkecil saat
memberikan pengetahuan tentang konsep gizi pendampingan, faktor pendidikan dan bahasa
seimbang, untuk mendukung alih pengetahuan pengantar yang berbeda tidak menjadi
melalui lomba masak untuk menu anak balita hambatan penerimaan informasi yang diberikan.
dengan tujuan untuk memperkuat nilai-nilai Pendampingan memberikan hasil maksimal
budaya yang positif mendukung perbaikan gizi untuk mengubah nilai negatif tentang gizi
keluarga dan anak balita. Nilai budaya menjadi nilai positif, dan diharapkan nilai yang
merupakan informasi untuk menguatkan telah diterima terinternalisasi dalam kehidupan
perilaku gizi yang meliputi pengetahuan, sikap sosial masyarakat dan meninggalkan nilai yang
dan keterampilan praktik mengolah makanan tidak sesuai dengan konsep gizi.
yang baik. Edukasi gizi dengan penyuluhan dan
Edukasi gizi pada penelitian ini mampu pendampingan terbukti dapat memperbaiki
meningkatkan 32,8 poin rerata pengetahuan sikap kegizian dari tidak mendukung praktik gizi
subjek penelitian lebih tinggi, yakni skor menjadi mendukung. hal ini ditunjukkan adanya
60,1±8,3 dibandingkan sebelum intervensi, peningkatan rerata sikap mendukung praktik
yaitu memiliki skor 27,42±5,3. Skor penelitian kegizian dari skor 7,64±4,67 menjadi 39,5±5,5.
ini lebih rendah dibandingkan dengan skor Edukasi gizi juga meningkatkan ketrampilan
pendidikan gizi yang dilakukan oleh Nuryanto sampel, dari skor rerata keterampilan 552±9,7
dkk (2014) dua kali ceramah dengan media menjadi 644,8±6,4.
booklet hasil skor pengetahuan gizi meningkat Edukasi gizi bentuk penyuluhan dan
dari 62,39 ±12,5 poin menjadi 72,31 ± 17,01 pendampingan meningkatkan pengetahuan,
yang dilakukan pada anak SD.8) Peningkatan sikap dan keterampilan melalui upaya
skor pengetahuan yang lebih rendah pada mempelajari budaya makan, agar mengetahui
penelitian ini, dapat disebabkan oleh berbagai sumbangan gizi gonad bulu babi terhadap menu
faktor antara lain perbedaan karateristik subjek keluarga. Lomba menu olah Tetehe dan Tayong
penelitian, tingkat pendidikan, media informasi adalah proses yang dilakukan untuk mengukur
keluarga, tempat tinggal (kota dan desa) dan daya terima masyarakat wilayah penelitian
media yang digunakan, mempengaruhi terhadap inovasi yang ditawarkan melalui alih
pencerapan informasi. Sebagaian besar subjek teknologi sederhana.11
penelitian ini tamat SD dan pola hidup pesisir Budaya makan gonad bulu babi adalah
pantai dengan pendapatan yang rendah kebiasaan makan masyarakat Bajo yang
dimungkinkan akses terhadap berbagai diadopsi secara turun-temurun. Ketersediaan
informasi akan semakin sedikit, meskipun bahan makanan menjadi faktor yang
dengan metode sederhana seperti penggunaan mendorong pemilihan gonad bulu babi sebagai
bahasa setempat (Bajo), media yang digunakan makanan masyarakat Bajo. Pola kehidupan
banyak gambar dan mudah untuk dipahami oleh yang sederhana tercermin dari teknik mengolah
audiens. Rendahnya pendidikan dapat gonad bulu babi sebagai makanan seperti
menghambat penerimaan informasi bila makan mentah atau direbus dan ditumis pada
menggunakan bahasa yang bukan bahasa ibu. awal penelitian, edukasi gizi menggeser nilai
Hasil yang sama dengan penelitian yang manfaat gonad bulu babi menjadikan sampel

75
Gizi Indon 2017, 40(2):69-78 Edukasi gizi untuk peningkatan kualitas menu… Wiralis, dkk

tahu manfaat gizi gonad bulu babi sebagai mencari kerang dan Tetehe saat air surut).
sumber protein yang berkualitas tinggi dan Untuk menghindari sakit perut donad diolah
dapat mendukung tumbuh kembang anak balita, dengan cara yang bersih.
khususnya untuk memenuhi asupan protein Lebih jauh lagi gonad bulu babi belum
saat musim angin barat, yaitu bulan agustus- menjadi bagian dari bahan makanan
desember; dimana waktu tersebut nelayan etnis pendamping ASI (MP-ASI) karena faktor
Bajo tidak melaut, sehingga tidak tersedia pengetahuan kurang (belum mengetahui
sumber protein dari ikan tangkapan nelayan, manfaat dan kandungan gizi). Intervensi ini
implikasinya masyarakat beralih memanfaatkan diarahkan pula untuk menguatkan nilai bahwa
biota laut lain, seperti bulu babi, teripang, gurita budaya makan gonad bulu babi pada anak
dan kerang-kerangan. Kearifan lokal balita merupakan sumber protein yang murah
masyarakat Bajo antara lain tidak menangkap bagi menu keluarga dan dapat mengatasi
ikan selama 12 bulan penuh, pengaturaan masalah gizi kurang dan buruk dan dapat
waktu penangkapan berdampak pada digunakan sebagai bagian bahan makanan
ketersediaan biota laut tetap lestari. 6 pendamping ASI.
Pengaruh budaya menempatkan gonad Potensi gizi berbagai spesies gonad bulu
bulu babi memiliki fungsi sosial dalam babi digambarkan pada hasil analisis proksimat.
masyarakat di wilayah penelitian, lebih dominan seperti protein total, asam amino, lemak total,
dibandingkan fungsi makanan sumber gizi. asam lemak, mineral kalsium dan seng,
Ketersediaan spesies Echinometra Sp. yang merupakan unsur gizi yang sangat dibutuhkan
lebih tinggi (ditemukan sepanjang tahun di tepi untuk menunjang proses tumbuh-kembang
pantai) tidak dapat menjadi alasan sebagai anak, termasuk perkembangan otak anak, serta
sumber pangan gizi untuk keluarga. Nilai dapat menjadi upaya perbaikan kondisi kurang
budaya yang sama terhadap pemanfaatan gizi, bahkan gizi buruk, untuk mengejar tumbuh-
gonad bulu babi pada masyarakat pantai, juga kembang anak yang memiliki status gizi kurang
ditemukan pada etnis Bajo di daerah lain, dan buruk.
seperti Wakatobi di Sulawesi Tenggara, di Sebagai sumber gizi, gonad bulu babi
Kalimantan, Bali, dan Pulau Seribu Jakarta.6,11 merupakan makanan bernilai gizi tinggi yang
Pemanfaatan gonad bulu babi spesies T mengandung protein 15,43 persen hingga 25,67
gratilla dan M globullus sebagai bagian dari persen.6 Kadar protein total dari gonad bulu
susunan menu masyarakat Bajo di wilayah babi di pesisir Bokori spesies Tripneustes
penelitian dapat dioptimalkan untuk mengatasi gratilla paling tinggi, mencapai 20,40 persen
keadaan gizi kurang dan buruk pada anak dari 3 spesies yang dikenal masyarakat etnis
balita di wilayah penelitian melalui peningkatan Bajo di Kecamatan Soropia. Kandungan asam
kualitas menu keluarga. Upaya ini telah dicoba amino gonad yang dianalisis adalah metionin
pada penelitian melalui kegiatan pendidikan gizi (1,97%), leusin (1,75%), valin dan histidin
dengan metode penyuluhan kelompok dan (1,42%). Kadar asam amino sistein lebih tinggi
pendampingan untuk mempengaruhi keputusan (0,253%) pada spesies T. Gratilla dibandingkan
masyarakat dari nilai budaya negatif yang tidak D. setosum (0,152%).6,12
mendukung tujuan umum intervensi yaitu Kandungan lemak total gonad
menguatkan nilai budaya positif yang Echinometra Sp. 6,2 persen dan T Gartilla
mendukung intervensi. adalah 5,7 persen. Kadar asam lemak laurat
Nilai budaya negatif yang dipegang oleh yang paling kecil dan yang paling tinggi adalah
masyarakat, seperti tidak memberikan gonad asam palmitat (28,254%). kadar kalsium yang
bulu babi pada anak balita karena alasan takut paling tinggi adalah pada gonad Mespilia
sakit perut, kepercayaan ini diadopsi turun globulus (8,69%); kadar seng yang paling tinggi
temurun. Edukasi yang diberikan diharapkan pada gonad Tripneustes gratilla (3,0%).6
mampu mengubah persepsi dan mengadopsi Telah dilaporkan pula bahwa gonad bulu
nilai anak balita diberikan gonad karena babi mengandung α-tokoferol, fenolik dan
mengandung nilai gizi tinggi (hasil analisis pigmen yang mirip karotenoid pada gonad D.
proksimat), sebagai sumber protein yang murah setosum vitamin A, B kompleks dan mineral.13
karena tidak perlu dibeli, dapat diperoleh secara Penguasaan teknologi pengolahan pangan
mudah melalui “meti-meti” (aktivitas ibu nelayan untuk pengawetan juga tidak dimiliki.

76
Gizi Indon 2017, 40(2):69-78 Edukasi gizi untuk peningkatan kualitas menu… Wiralis, dkk

Pengolahan gonad bulu babi pada tingkat masyarakat atau keluarga.14 Perubahan sosio-
keluarga yang diadopsi yaitu dimakan mentah budaya dapat terjadi bila ada kontak dengan
karena alasan organoleptik, bakar atau masak. budaya asing atau nilai yang berbeda.
Gonad bulu babi dapat diolah dengan Perubahan budaya menggambarkan gejala
pengawetan, seperti pengeringan dengan berubahnya struktur sosial dan pola budaya
matahari, pengemasan dan fermentasi.13 dalam sebuah masyarakat. Nilai budaya makan
yang kurang mendukung kesehatan perlu
Dalam penelitian ini upaya peningkatan
dilakukan pergeseran nilai. Perubahan budaya
pemanfaatan gonad bulu babi sebagai Makanan
dapat timbul akibat perubahan lingkungan
Pendamping ASI dianjurkan pada anak yang
masyarakat, atau penemuan baru, seperti
telah berusia satu tahun, sebagai lauk melalui
inovasi-inovasi baru dalam kebudayaan, berupa
variasi pengolahan bahan menjadi bentuk
makan gonad bulu babi tidak menentang nilai
hidangan yang lebih variatif dan lebih disukai,
sosial budaya Bajo.15
melalui peningkatan potensi subjek penelitian
Penetrasi budaya dapat dilakukan melalui
pada lomba keterampilan mengolah gonad bulu
pendidikan dan pendampingan pada
babi, yang dilakukan sebelum intervensi, juga
masyarakat. Penetrasi budaya dapat terjadi
demo masak saat intervensi berupa pengolahan
dengan dua cara, yaitu penetrasi damai
“nugget” dan “rollade”.
(penetration pasifique) dan penetrasi kekerasan
Nilai positif yang dipertahankan dari
(penetration violante). Penetrasi damai adalah
budaya masyarakat Bajo adalah gonad bulu
masuknya sebuah budaya dengan jalan damai.
babi sebagai makanan yang memiliki fungsi
Penerimaan budaya tersebut tidak
sosial. Intervensi penelitian ini menekankan
mengakibatkan konflik, tetapi memperkaya
pada fungsi sumber pangan bergizi agar
khasanah budaya masyarakat setempat.
dilestarikan, sehingga menjadi pertimbangan
Pengaruh kedua budaya ini pun tidak
keluarga dalam menyusun menu, terutama
mengakibatkan hilangnya unsur-unsur asli
menu anak balita. Nilai positif lain yang
budaya masyarakat. Penyebaran budaya
mendukung intervensi adalah tidak adanya
secara damai akan menghasilkan melalui
stigma negatif, persepsi negatif, perbedaan
kulturasi, similasi, atau sintesis. Akulturasi
strata sosial dalam pemamfaatan gonad bulu
adalah bersatunya dua kebudayaan sehingga
babi, sehingga memudahkan dalam penguatan
membentuk kebudayaan baru tanpa
nilai yang positif.
menghilangkan unsur kebudayaan asli.
Upaya membudayakan makan gonad bulu
Asimilasi adalah bercampurnya dua
babi sebagai bagian dari susunan menu anak
kebudayaan sehingga membentuk kebudayaan
pada masyarakat Bajo di wilayah penelitian
baru. Sintesis adalah bercampurnya dua
merupakan penguatan yang positif, dengan
kebudayaan yang berakibat pada terbentuknya
menggeser kebiasaan pemberian mi instan
sebuah kebudayaan baru yang sangat berbeda
sebagai pengganti lauk saat ikan tidak diperoleh
dengan kebudayaan asli.15,16
atau tidak tersedia di rumah-tangga atau di
Keluarga belum melakukan praktik olahan
tetangga.
gonad bervariasi untuk konsumsi anak, dengan
Rendahnya kualitas pola menu anak balita
alasan sibuk. Untuk mengukur perubahan
dan asupan protein, terutama pada musim
perilaku mengolah gonad bervariasi, butuh
angin barat dapat diatasi dengan
waktu lebih lama untuk membiasakan nilai baru.
merekomendasikan gonad bulu babi sebagai
potensi bahan pangan sumber protein, untuk Kelemahan penelitian
meningkatkan kualitas menu anak balita. Gonad Tidak dapat evaluasi praktik pemberian
bulu babi mengandung semua unsur gizi yang gonad bulu babi pada anak balita saat musim
dibutuhkan anak balita saat pertumbuhan. barat setelah penelitian, karena penelitian
Kepercayaan bahwa bila anak balita makan berakhir sebelum musim barat berikutnya tiba.
gonad bulu babi akan menyebabkan sakit perut,
dihindari dengan cara mengolah makanan yang SIMPULAN DAN SARAN
baik.
Budaya makan membentuk karakter Simpulan
makanan masyarakat yang ditransfer secara Terjadi peningkatan pengetahuan gizi,
turun-temurun, dan dipraktikkan oleh sikap positif dan praktik gizi yang mendukung

77
Gizi Indon 2017, 40(2):69-78 Edukasi gizi untuk peningkatan kualitas menu… Wiralis, dkk

kesehatan dan kegizian. Keluarga mampu menu pada keluarga Suku Bajo Relokasi
mengolah gonad bulu babi lebih bervariasi. Pulau Bokori di Kabupaten Konawe.
Terjadi interest, penerimaan, evaluasi dan Laporan Akhir Riset Intervensi Kesehatan
adopsi nilai oleh masyarakat bahwa gonad bulu Berbasis Budaya Lokal. Surabaya: Pusat
babi penting menjadi bagian dari menu anak Humaniora, Kebijakan Kesehatan dan
balita. Pemberdayaan Masyarakat Badan Litbang-
kes & Poltekkes Kemenkes Kendari, 2015.
Saran 7. Herman S. Penggunaan leaflet dalam
Penelitian lanjutan untuk mengembangkan pendidikan gizi dan pengaruhnya terhadap
produk olahan gonad bulu babi yang awet agar tingkat pengetahuan ibu. Penel Gizi Makan.
dapat menjadi bagian menu anak balita saat 1990; 13: 39-46.
musim barat lebih lama. 8. Nuryanto, Pramono A, Puruhita N, Muis SF.
Pengaruh pendidikan gizi terhadap penge-
tahuan dan sikap tentang gizi anak sekolah
UCAPAN TERIMA KASIH
dasar. Jur. Gizi Indonesia 2014; 3(1): 32-6.
Ucapan terima kasih kami sampaikan 9. Wahyuningsih NP, Nadhiroh SR, Adriani M.
kepada Puslitbang Humaniora dan Manajemen Media pendidikan gizi nutrition card ber-
Kesehatan di Surabaya, yang telah memberikan pengaruh terhadap perubahan pengetahu-
biaya penelitian ini; Direktur Poltekkes an makanan jajanan anak sekolah dasar.
Kemenkes Kendari; Kepala Dinas Kesehatan Media Gizi Indonesia. 2015; 10(1): 26-31.
Konawe; kepala Wilayah Kecamatan Soropia; 10. Silalahio V, Aritonang E, Ashar T. Potensi
kepala puskesmas dan staf puskesmas pendidikan gizi dalam meningkatkan asup-
Soropia; kepala desa, aparat desa dan an gizi pada remaja putri yang anemi di
masyarakat Bokori dan Mekar. Kota Medan. Kemas. 2016; 11(2): 98-102.
11. Suryanegara E, Suprajaka, Nahib I.
RUJUKAN Perubahan sosial pada kehidupan suku
Bajo: Studi kasus di Kepulauan Wakatobi,
1. GBD 2015 SDG Collaborators. Measuring Sulawesi Tenggara. Majalah Globe. 2015;
the health-related Sustainable Develop- 17(1): 67-78.
ment Goals in 188 countries: a baseline 12. Silaban BB, Srimariana ES. Kandungan
analysis from the Global Burden of Disease nutrisi dan pemanfaatan gonad bulu babi
Study 2015. Lancet. 2016; 388: 1813-50. (Echinothirxs calamaris) dalam pembuatan
2. Tim Riskesdas 2013. Pokok-pokok Hasil kue bluder. JPHPI. 2013; 16(2): 108–18.
Riskesdas Indonesia Tahun 2013: Buku 1. 13. Afifudin IK, Suseno SH, Jacoeb AM. Profil
Cetakan Ke-2. Jakarta: Lembaga Penerbit asam lemak dan asam amino gonad bulu
Badan Litbangkes, 2014. babi. JPHPI. 2014; 17(1): 60–70.
3. UNICEF. The State of the World's Children 14. Dewi M, Aminah M. Pengaruh edukasi gizi
1998. Oxfordshire, UK: Oxford University terhadap feeding practice ibu balita stunting
Press, 1998. usia 6-24 bulan. Indones J Hum Nutr
4. Black RE, Allen LH, Bhutta ZA, Caulfield [Internet]. 2016; 3(1): 1–8. Available from:
LE, de Onis M, Ezzati M, et al. Maternal http://ijhn.ub.ac.id/index.php/ijhn/article/vie
and child undernutrition: global and regional w/138
exposures and health consequences. 15. Muhajir N. Ilmu Pendidikan dan Perubahan
Lancet. 2008; 371: 243-60. Sosial. Jogyakarta: Rake Surasin; 2003.
5. Peribadi. Kedudukan dan Peranan 16. Yudi H. Hubungan Faktor Sosial Budaya
Perempuan dalam Sistem Kekerabatan dengan Status Gizi Anak Usia 6-24 bulan di
Masyarakat Bajo: Sebuah Studi Komunitas Kecamatan Medan, area Kota Medan tahun
di Kecamatan Soropia, Kabupaten Kendari, 2007. Universitas Sumatra Utara, 2008.
Propinsi Sulawesi Tenggara. Tesis. Bogor:
Program Pascasarjana IPB, 2000.
6. Wiralis, Fathurrahman T, Hariani,
Nugraheni WP. Budaya makan tetehe dan
tayong dalam upaya meningkatkan kualitas

78

You might also like