You are on page 1of 9

NAMA : SRI AYU SEPTIANA

NIM : P00313019025
FERMENTASI WHEY LIMBAH KEJU UNTUK PRODUKSI KEFIRAN
OLEH KEFIR GRAINS

FERMENTATION OF CHEESE WHEY FOR KEFIRAN PRODUCTION BY KEFIR GRAINS

Asri Nursiwi1), Rohula Utami1), Martina Andriani1), Ayu Purnama Sari2) 1)Jurusan
Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret, Surakarta
Email: asrinursiwi@gmail.com
ABSTRACT
Exopolysaccharide (EPS) known as kefiran is biopolymer which is produced by lactic acid bacteria in kefir
grains. Kefiran is applied in many fields as a thickener, stabilizer, emulsifier, fat substitute or gelling agent, and
biofilm. Cheese whey waste can be used as carbon source in fermentation medium of kefiran production. It is
because cheese whey waste contains high amount of lactose. The purpose of the research was to investigate
chemical characteristic of cheese whey waste, enumeration of total bacteria, lactic acid bacteria and yeast in
kefir grains, and to investigate the changes in kefir grains biomass, lactic acid content, pH value, lactose
content, and kefiran yield during fermentation. Fermentation was carried out at ambient temperature and 37 0C
during 72 jam, and analysed every 24 hours. The result of research showed that cheese whey waste has 93,42%
moisture content; 0,46% ash content; 0,22% lactic acid content; 0,76% protein content; 5,4% lactose content,
and pH value was about 4,6. Total bacteria in kefir grain was 8,6 x 108 CFU/g, lactic acid bacteria was 1,2 x
107 CFU/g and yeast was 1,9 x 108 CFU/g. During fermentation the change of kefir grains biomass did not
significantly, lactic acid content was increase which make pH value and lactose content decrease. Kefiran yield
was decrease during fermentation.
Key word: kefiran, exopolysaccharide, kefir grains, cheese whey
ABSTRAK
Kefiran merupakan eksopolisakarida (EPS) yang bisa dihasilkan oleh bakteri asam laktat yang terdapat dalam
biji kefir (kefir grains). Kefiran bisa diaplikasikan sebagai pengental, penstabil, pengemulsi, gelling agent, serta
dapat pula dibuat menjadi film. Whey keju merupakan limbah produksi keju yang bisa dimanfaatkan sebagai
sumber karbon oleh mikrobia karena mengandung laktosa dalam jumlah yang tinggi. Tujuan dari penelitian ini
adalah karakterisasi kimia whey limbah keju, enumerasi total bakteri, bakteri asam laktat (BAL) dan yeast yang
ada dalam kefir grains, serta mengetahui perubahan berat biomassa, kadar asam laktat, nilai pH , kadar laktosa,
dan rendemen kefiran setelah fermentasi limbah whey keju oleh kefir grains. Fermentasi dilakukakn pada suhu
ruang dan suhu 37 0C selama 72 jam, tiap 24 jam dilakukan analisis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa whey
keju mempunyai kadar air 93,42%, kadar abu 0,46%, kadar asam 0,22%, kadar protein 0,76%, kadar laktosa
5,4%, dan nilai pH 4,60. Jumlah populasi total bakteri dalam kefir grains adalah 8,6 x 10 8 CFU/g, bakteri asam
laktat sebesar 1,2 x 107 CFU/g, dan yeast sebesar 1,9 x 10 8 CFU/g. Selama proses fermentasi perubahan berat
biomassa kefir grains tidak signifikan. Kadar asam laktat meningkat, disertai dengan penurunan pH dan
penurunan kadar laktosa. Rendemen kefiran mengalami penurunan dengan semakin lamanya waktu fermentasi.
Kata kunci : kefiran, eksopolisakarida, kefir grains, whey keju

PENDAHULUAN GRAS (Generally Recognized As Safe)


seperti bakteri asam laktat (BAL).
Bakteri asam laktat mampu Salah satu sumber yang dapat dijadikan
menghasilkan eksopolisakarida (EPS). Dalam kultur produksi eksopolisakarida adalah biji
bidang pangan, EPS berfungsi sebagai kefir (kefir grains) dengan eksopolisakarida
pembentuk konsistensi dan reologi susu yang dihasilkan biasa disebut dengan kefiran
fermentasi, pengental, penstabil, pembentuk (Ghasemlou dkk.., 2012; Zajsek dkk.., 2013;
emulsi, binders, gelling agents, dan Cheirsilp dan Radchabut, 2011; Harta dkk..,
pembentuk biofilm (Seesuriyachan dkk., 2003). Kefiran merupakan glukogalaktan
2011). Sehingga dalam beberapa tahun bercabang yang larut dalam air yang
terakhir ini permintaan polimer alam untuk mengandung jumlah D-Glukosa dan D-
aplikasi di bidang pangan tersebut terus Galaktosa yang sama besar (Rimada dan
meningkat terutama dari mikroorganisme Abraham, 2001). Kefiran banyak
diaplikasikan sebagai pengental, penstabil,
pengemulsi,, atau gelling agent. Selain itu kefiran juga memiliki aktivitas antitumor, aktivitas
Jurnal Teknologi Hasil Pertanian, Vol. VIII, No. 1, Februari 2015 1
antimikrobia, dan berefek positif terhadap parameter proses yang tepat. Keberhasilan
metabolisme kolesterol. Karena sifat dan proses fermentasi dipengaruhi oleh salah
karakteristiknya ini permintaan akan produk satunya kondisi proses yang digunakan. Suhu
kefiran semakin meningkat setiap tahunnnya dan waktu fermentasi merupakan salah satu
dan produksi kefiran semakin banyak parameter proses yang penting. Suhu
dilakukan untuk kepentingan industri fermentasi berkaitan dengan aktivitas optimal
sehingga efektivitas produksi kefiran yang mikrobia dalam kefir grains yang digunakan
tinggi dan bersifat low cost wajib dalam memproduksi kefiran. Penelitian ini
dikembangkan (Cheirsilp dan Radchabut, bertujuan untuk karakterisasi kimia whey
2011). Hal tersebut baru dilalukan di luar limbah keju, enumerasi total bakteri, total
negeri. BAL dan yeast yang ada dalam kefir grains,
Kefiran dihasilkan oleh Lactobacillus serta mengetahui perubahan biomassa kefir
kefiranofaciens yang terdapat pada biji kefir grains, kadar asam laktat, nilai pH, kadar
(kefir grains) (Cheirsilp dan Radchabut, laktosa, dan rendemen kefiran yang
2011). Telah diketahui secara luas bahwa dihasilkan setelah fermentasi dalam media
kefir grains memiliki mikroflora kompleks. whey keju selama 72 jam yang diinkubasi
yang terdiri dari lebih dari 100 jenis bakteri pada suhu ruang dan suhu 37 0C.
dan yeast. Interaksi mikroorganisme dalam
flora tersebut diklasifikasikan menjadi empat
kelompok, yaitu bakteri asam laktat METODE PENELITIAN
homofermentatif, bakteri asam laktat
heterofermentatif, yeast yang mengasimilasi Bahan
laktosa, dan yeast yang tidak mengasimilasi Bahan yang digunakan meliputi limbah whey
laktosa. Yeast yang tidak mengasimilasi keju yang diperoleh dari industri keju di
laktosa ini hidup dengan mengkonsumsi daerah Boyolali dan kefir grains komersial
galaktosa dan dan asam laktat sebagai sumber yang diperoleh dari Rumah Kefir
karbon (Cheirsilp dan Radchabut, 2011) Yogyakarta. Media yang digunakan adalah
sehingga diharapkan dapat mengurangi susu pasteurisasi komersial, media deMann
jumlah asam laktat. Asam laktat ini dapat Rogosa Sharpe (MRS) agar, Plate Count
menyebabkan autotoksin bagi bakteri asam Agar (PCA) dan Peptone Glucose Yeast
laktat yang ada di dalamnya selama (PGY). Bahan kimia yang digunakan adalah
fermentasi. Dengan berkurangnya asam laktat alkohol 96%., NaOH 0,1 N, Nelson A dan B,
dari media mungkin akan meningkatkan arsenomolibdat, indikator PP, NaOH–
produksi dari kefiran (Cheirsilp dan Na2S2O3, H2SO4 pekat, asam Borat 4%, BCG-
Radchabut, 2011). MR, HCl 0,02 N, katalisator N.
Whey keju merupakan limbah produksi keju
yang bisa dimanfaatkan sebagai sumber
Tahapan Penelitian
karbon oleh mikrobia karena mengandung
laktosa dalam jumlah yang banyak (Cheirsilp Persiapan Kefir
dan Radchabut, 2011) sehingga berpotensi Grains
sebagai media fermentasi untuk
Kefir grains ditumbuhkan pada media susu
memproduksi kefiran. Selama ini whey pada
pasteurisasi (Schoevers dan Britz, 2003)
kebanyakan perusahaan keju hanya menjadi
sebanyak 5% (b/v) pada suhu ruang selama
limbah dan belum termanfaatkan secara
24 jam (Zajsek dkk., 2013 dengan
optimal. Penggunaan whey keju ini bertujuan
modifikasi). Setelah itu kefir grains
untuk meningkatkan kegunaannya yaitu
dipisahkan
dijadikan sebagai sumber media fermentasi dari media menggunakan
yang murah. penyaring dan siap digunakan untuk
fermentasi. Kefir grains yang
Untuk menghasilkan kefiran dalam tidak
digunakan disimpan disuhu refrigerator
jumlah yang tinggi diperlukan suatu
dengan penambahan susu pasteurisasi dan
disegarkan kembali secara berkala.
Fermentasi Whey Menggunakan Kefir Grains
2 Jurnal Teknologi Hasil Pertanian, Vol. VIII, No. 1, Februari 2015
Kefir grains yang sudah disiapkan Metode Analisis
kemudian diinokulasikan ke dalam whey
yang sudah disterilisasi sebanyak 25 g kefir Analisis kadar air menggunakan metode
grains ke dalam 250 ml whey. Kemudian gravimetri (AOAC, 1995), kadar protein
diinkubasi pada suhu ruang dan suhu 37 0C menggunakan metode mikrokjeldahl (AOAC,
selama 72 jam. Setiap 24 jam dilakukan 1995), kadar abu menggunakan metode
analisis berat biomassa, kadar asam laktat, pengabuan kering (AOAC, 1995), kadar
pH, kadar laktosa, dan rendemen kefiran laktosa menggunakan metode Nelson-
yang dihasilkan. Somogyi (AOAC, 1995), kadar asam laktat
menggunkan metode titrimetri NaOH 0,1 N
Isolasi Kefiran (Hadiwiyoto, 1994), nilai pH menggunakan
Isolasi kefiran menggunakan metode Rimada pH meter, berat biomassa menggunakan
dan Abraham (2003), Piermaria dkk. (2009) metode Zajsek dkk. (2013).
dengan modifikasi. Isolasi kefiran dibagi
menjadi dua, yaitu isolasi kefiran dari broth HASIL DAN PEMBAHASAN
(media fermentasi) dan dari kefir grains.
Proses isolasi kefiran diawali dengan Karakteristik Kimia Whey Keju
pemisahan antara kefir grains dengan broth Whey yang digunakan adalah hasil
(media fermentasi) menggunakan kertas samping dari proses pengolahan keju. Whey
saring. ini dihasilkan dari proses pemisahan curd.
Isolasi kefiran dari broth melewati tahap Hasil analisis kimia dari whey keju ini
pemanasan pada air mendidih selama 15 terlihat pada whey yang diperoleh dari hasil
menit untuk melarutkan polisakarida yang samping pengolahan keju mozarella ini
terikat pada sel dan untuk menginaktivasi memiliki kadar air sebesar 93,42%, kadar
enzim yang dapat menghidrolisis polimer. asam tertitrasi sebesar 0,22%, dan pH 4,6. Di
Kemudian sel dipisahkan dengan sentrifugasi dalam whey masih terkandung berbagai
pada 3000 rpm selama 20 menit pada 20 0C. nutrisi. Diantaranya adalah laktosa sebesar
Kefiran yang berada pada broth dipresipitasi 5,43%, protein sebesar 0,76%, dan abu
menggunakan etanol 96% dengan volume sebesar 0,46%. Menurut Goyal dan Gandhi
dua kali volume broth dan disimpan pada (2009) pH whey keju adalah 6,21, kadar
suhu refrigerator selama 24 jam. Selanjutnya laktosa pada whey keju sebesar 5%, kadar
sampel disentrifugasi pada 3000 rpm selama protein sebesar 0,53%, dan masih
15 menit, pada suhu 4 0C. Pellet dipresipitasi mengandung berbagai mineral seperti sodium
kembali dengan menambahkan etanol 96% 260 mg/l, potasium 1300 mg/l, kalsium 291
dengan volume dua kali dari volume broth mg/l, klorida 1167 mg/l, dan zink 210 μg/l.
dan disimpan pada suhu refrigerator selama Sedangkan Anonim (2006) menyebutkan
24 jam. Setelah itu disentrifugasi pada 3000 bahwa whey asam mempunyai kadar air
rpm selama 15 menit, suhu 4 0C. sebesar 94-95%, kadar asam laktat mencapai
Untuk isolasi kefiran dari kefir grains , kefir 0,8%, pH 4,6-5, laktosa sebesar 3,8-4,3%,
grains ditambah dengan aquades dengan protein 0,8-1%, dan mineral sebesar 0,5-
perbandingan aquades dan berat kefir grains 0,7%.
adalah 1:10, kemudian dilanjutkan dengan
pemanasan kefir grains yang telah ditambah Tabel 1. Karakteristik Kimia Whey Keju
aquades selama 15 menit. Proses selanjutnya
Analisis Nilai (%wb)
sama dengan proses isolasi kefiran dari Kadar Air 93,42
broth. Pellet yang diperoleh dibilas dengan Kadar Abu 0,46
air panas, lalu disaring dengan kertas saring, Kadar Asam Laktat 0,22
kemudian dikeringkan menggunakan oven Kadar Protein 0,76
pada suhu 105 0C selama 24 jam, kemudian Kadar Laktosa 5,43
ditimbang.
pH 4,60
Kadar laktosa yang bisa digunakan oleh di dalam whey ini masih cukup tinggi. Selain itu di
mikrobia untuk hidup sebagai sumber karbon dalam whey juga masih mengandung mineral,

Jurnal Teknologi Hasil Pertanian, Vol. VIII, No. 1, Februari 2015 3


tercermin dari kadar abu sebesar 0,46 %. Menurut Pogacic dkk. (2013) di dalam
Bakteri asam laktat, bakteri dominan pada kefir grains mengandung sekitar 109
kefir grains mampu memfermentasi laktosa Lactococcus, 104 - 105 yeast, 104 - 105 bakteri
sehingga bakteri Lactobacillus asam asetat, dan sejumlah kapang
kefiranofaceins dalam kefir grains bisa hidup Geotrichum candidum. Simova dkk. (2002)
dengan memetabolisme laktosa dalam whey menyebutkan bahwa di dalam kefir grains
sebagai sumber karbon. Bakteri inilah yang terdapat 83-90% bakteri asam laktat dan 10-
akan menghasilkan kefiran sebagai hasil dari 17% yeast. Bakteri asam laktat yang terdapat
metabolismenya. dalam kefir grains yaitu Lactococcus lactis
Karakteristik Mikrobiologi Kefir Grains subsp. lactis, Streptococcus thermophilus,
Lactobacillus delbrueckii subsp. bulgaricus,
Mikrobia yang berperan dalam Lactobacillus helveticus, Lactobacillus casei
menghasilkan kefiran dalam penelitian ini subsp. pseudoplantarum dan Lactobacillus
berasal dari kefir grains. Hasil analisis brevis. Yeast yang terdapat dalam kefir
mikrobilogis kefir grains terlihat pada Tabel grains adalah Kluyveromyces marxianus var.
2. lactis, Saccharomyces cerevisiae, Candida
Tabel 2.Karakteristik Mikrobiologi inconspicua, dan Candida maris.
Kefir Grains
Analisis Jumlah (CFU/g) Perubahan Setelah Fermentasi
Total bakteri 8,6 x 108 Biomassa Biji Kefir (Kefir Grains)
Bakteri asam laktat 1,2 x 107
Yeast 1,9 x 108 Pengukuran biomassa bertujuan untuk
mengetahui perubahan berat dari biji kefir
Berdasarkan Tabel 2, di dalam kefir (kefir gains) setelah o
fermentasi pada suhu
grains terdapat sejumlah bakteri asam laktat ruang dan suhu 37 C selama 24 jam, 48 jam,
dan yeast. Populasi total bakteri dalam kefir dan 72 jam. Berat awal kefir grains sebelum
grains yang digunakan dalam penelitian ini fermentasi adalah seberat 25 g.
sebesar 8,6 x 108 CFU/g, bakteri asam laktat Hasil analisis biomassa kefir gains
7
sebesar 1,2 x 10 CFU/g, dan yeast sebesar setelah fermentasi 24 jam dapat dilihat pada
8
1,9 x 10 CFU/g. Hal ini sesuai dengan Gambar 1. Berdasarkan data pada Gambar
Pogacic dkk. (2013) yang menyebutkan 1 tampak berat kefir grains mengalami
bahwa populasi mikrobia dalam kefir grains penurunan setalah fermentasi. Menurut
terdiri dari bakteri asam laktat, bakteri asam Rimada dan Abraham (2003), penurunan
asetat, yeast, dan jamur berfilamen yang berat biomassa kefir grains disebabkan oleh
bersimbiosis. Berdasarkan penelitian pelepasan jumlah total polisakarida termasuk
Abraham dan Rimada (2001) di dalam kefir eksopolisakarida (EPS) terlarut dari kefir
grains terdapat bakteri asam laktat sebesar grains. Faktor-faktor yang dapat
8
1,8 x 10 CFU/g dan yeast sebesar 2,1 x 10 7 mempengaruhi biomassa diantaranya,
CFU/g. Perbandingan antara bakteri asam interval waktu penggantian media tumbuh
laktat dan yeast yang terdapat dalam kefir kefir grains, suhu, konsentrasi penambahan
grains yang digunakan dalam penelitian ini nutrisi yang tepat pada media pertumbuhan,
berbeda dengan yang digunakan oleh Rimada komposisi mikrobia asal kefir grains, dan tipe
dan Abraham (2001). Menurut Pogacic dkk. strain bakteri pada kefir gains.
(2013) rasio dan jumlah masing-masing
spesies mikrobia dalam kefir grains
bergantung pada asalnya dan metode
kultivasi.

4 Jurnal Teknologi Hasil Pertanian, Vol. VIII, No. 1, Februari 2015


.
Gambar 1. Berat Kefir Grains Setelah Fermentasi pada Whey
(Suhu Ruang dan Suhu 37 oC )

Berdasarkan data yang dapat dilihat


pada Gambar 1, tampak bahwa berat kefir Kadar Asam Laktat
grains antar sampel setelah fermentasi Selama proses fermentasi terjadi
tampak tidak saling berbeda nyata. Akan peningkatan nilai total asam akibat aktivitas
tetapi apabila ditinjau dari perbandingan lama bakteri asam laktat. Laktosa merupakan
fermentasi terlihat bahwa fermentasi disakarida yang tersusun atas galaktosa dan
selama glukosa dengan ikatan β-1,4. Surono (2004)
24 jam menunjukkan biomassa tertinggi menyatakan, berbagai monosakarida
dibanding dengan fermentasi selama 48 jam dimetabolisme oleh bakteri asam laktat
dan 72 jam, yaitu terdapat pada sampel menjadi glukosa-6-fosfat atau fruktosa-6-
dengan perlakuan suhu 37 0C selama 24 jam fosfat dan kemudian dimetabolisme melalui
dengan biomassa yang dihasilkan sebesar jalur Embden Meyerhoff Parnas (EMP) yang
24,75 gram. Hal ini selaras dengan penelitian akhirnya dihasilkan asam laktat.
Rimada dan Abraham (2001) bahwa bakteri Nilai pH
asam laktat (BAL) dan yeast mengalami fase
stasioner setelah inkubasi 24 jam, sehingga Nilai pH merupakan kombinasi fungsi
apabila melewati waktu 24 jam fermentasi dari asam tertitrasi dan basa terkonjugasi.
jumlah biomassa tidak meningkat. Selain itu Konsentrasi ion hidrogen bebas direfleksikan
fermentasi setelah 24 jam menunjukkan dengan nilai pH (Nielsen, 2003). Yang
bahwa setelah waktu tertentu inkubasi atau (2000) menyatakan bahwa fermentasi oleh
dalam kondisi lingkungan tertentu, kefir BAL pada kefir grains ditandai dengan
grains dapat terlarut, membebaskan terakumulasinya asam-asam organik yang
komponen ke media. Sedangkan ditinjau dari diikuti dengan penurunan pH. Tingkat dan
suhu fermentasi yang digunakan tampak tipe dari asam-asam organik selama proses
bahwa suhu 37 0C menunjukkan biomassa fermentasi tergantung kepada spesies
yang lebih tinggi dibanding dengan suhu organisme, komposisi kultur dan kondisi
ruang, yaitu 24,75 gram. Hal ini seperti yang pertumbuhan.
dinyatakan oleh Habibi dkk.. (2011) bahwa Berdasarkan data yang didapat
bakteri asam laktat pada kefir grains sebagian (Gambar 4), tampak bahwa penurunan pH
besar memiliki suhu optimum pertumbuhan terjadi seiring dengan semakin lama waktu
37 0C. Akan tetapi, setelah melewati waktu fermentasi. Hal ini selaras dengan
24 jam, biomassa kefir grains pada suhu meningkatnya kadar asam laktat (Gambar 3)
ruang menunjukkan biomassa lebih tinggi sehingga mempengaruhi penurunan nilai pH
dibanding pada suhu 37 0C. Hal ini karena di dalam whey, yaitu dari pH 3,48 menjadi
fermentasi pada suhu 37 0C menyebabkan 3,33 pada perlakuan suhu ruang dan pH 3,46
eksopolisakarida terlarut lebih cepat ke dalam menjadi 3,38 pada perlakuan suhu 37 0C.
media fermentasi dibanding pada suhu ruang Sedangkan ditinjau dari suhu fermentasi yang
(Rimada dan Abraham, 2001). digunakan tampak bahwa nilai pH media
fermentasi pada perlakuan suhu ruang lebih Namun pH yang terjadi pada sampel
tinggi dibanding dengan suhu 37 0C, berkebalikan dari asam laktat yang
seharusnya apabila kadar asam laktat yang dihasilkan. Nilai pH yang didapat ini tidak
tinggi pada perlakuan suhu ruang juga selaras dengan asam laktat yang dihasilkan
menyebabkan pH pada sampel dengan pada Gambar 2.
perlakuan suhu ruang lebih rendah jika
dibanding dengan perlakuan suhu 37 0C.

Gambar 2. Kadar Asam Laktat Whey setelah Fermentasi


(Suhu Ruang dan Suhu 37 oC)

Gambar 3. pH Whey Setelah Fermentasi (Suhu Ruang dan Suhu 37 oC )


Gambar 4. Kadar laktosa pada whey setelah fermentasi pada suhu ruang dan
Suhu 370C
Hal ini karena adanya asam organik lain yang mampu memefermentasi laktosa, yaitu
seperti asam asetat yang juga dihasilkan oleh Kluyveromyces marxianus var. Lactis.
bakteri asam laktat mempengaruhi pH pada Ditinjau dari suhu fermentasi yang
media fermentasi. Rendahnya nilai pH pada dilakukan, tampak bahwa kadar laktosa pada
perlakuan suhu 37 0C diduga karena adanya media fermentasi dengan perlakuan suhu 37
0
asam asetat yang lebih tinggi dibanding C lebih tinggi daripada suhu ruang. Dari data
dengan perlakuan pada suhu ruang. Hal ini pada Gambar 4 tampak bahwa perlakuan
selaras dengan penelitian Magalhães dkk.. dengan perbedaan suhu tampak saling
(2011) yang menunjukkan bahwa asam asetat berbeda nyata. Hal ini selaras dengan
yang diduga dihasilkan dari bakteri asam aktivitas mikroorganisme pada sampel
asetat dan bakteri asam laktat dengan perlakuan suhu ruang yang lebih
heterofermentatif juga berperan dalam tinggi dibanding dengan aktivitas
penurunan pH dengan menghasilkan asam mikroorganisme pada sampel dengan
asetat 0,7 g/l setelah fermentasi 2-48 jam. perlakuan suhu 37 0C (Gambar 2). Aktivitas
mikroorganisme ini dapat dilihat dari asam
Kadar Laktosa laktat yang dihasilkan pada perlakuan suhu
ruang lebih tinggi dibanding dengan asam
Selama fermentasi terjadi penurunan
laktat pada perlakuan suhu 37 0C, sehingga
kadar laktosa pada whey, baik yang
didug konsumsi laktosa oleh mikroorganisme
difermentasi pada suhu ruang maupun suhu
pada suhu ruang cenderung lebih tinggi
37 0C (Gambar 4), yaitu dari 5,17% menjadi
dibanding dengan suhu 37 0C.
1,63% untuk yang difermentasi suhu ruang
dan 6,64% menjadi menjadi 1,88% untuk
Rendemen Kefiran
yang difermentasi suhu 37 0C.
Hal ini terjadi karena laktosa telah Gambar 5 merupakan data total
dimetabolisme oleh bakteri asam laktat dan kefiran yang disolasi dari media fermentasi
yeast. Menurut Simova dkk. (2002) didalam (broth) dan kefir grains dengan rendemen
kefir grains terdapat bakeri asam laktat, yeast total kefiran berkisar antara 2,08–5,19 g/l.
dan sejumlah kapang. Bakteri asam laktat Kefiran yang dihasilkan antar sampel tidak
akan memfermentasi laktosa dan dihasilkan memiliki perbedaan yang signifikan. Akan
asam laktat. tetapi, walaupun tidak menghasilkan
Menurut Kosoemawardani, dkk. rendemen kefiran yang berbeda secara
(2013), jumlah bakteri asam laktat yang signifikan, tampak bahwa semakin lama
tinggi menyebabkan perombakan gula waktu fermentasi yang dilakukan,rendemen
menjadi asam laktat jauh lebih besar. Selain kefiran yang dihasilkan semakin sedikit.
itu di dalam kefir grains juga terdapat yeast
Gambar 5. Produksi kefiran pada whey yang difermentasi pada suhu ruang dan suhu
37 oC
Pada perlakuan suhu ruang tampak rendemen pH dan penurunan kadar laktosa. Rendemen
kefiran yang dihasilkan mulai dari 4,82 g/l kefiran mengalami penurunan dengan
turun menjadi 2,08 g/l dan 2,27 g/l setelah semakin lamanya waktu fermentasi
melewati lama fermentasi 24 jam. Sedangkan
rendemen kefiran pada fermentasi suhu 37 0C UCAPAN TERIMA KASIH
rendemen kefiran yang dihasilkan pada lama
fermentasi 24 jam adalah 5,19 g/l kemudian Terimakasih disampaikan kepada
turun menjadi 3,45 g/l pada lama fermentasi Universitas Sebelas Maret yang telah
48 jam dan 2,27 g/l pada lama fermentasi 72 membiayai penelitian ini melalui Hibah
jam. Hal ini selaras dengan biomassaa yang Unggulan Fakultas (UF-UNS) dana PNBP
dihasilkan bahwa biomassa pada fermentasi tahun 2014 melalui No Kontrak
selama 24 jam menunjukkan biomassa 501/UN27.11/PN/2014
tertinggi, sehingga diduga dapat
menghasilkan rendemen kefiran yang lebih DAFTAR PUSTAKA
tinggi juga. Selain itu penurunan rendemen
kefiran yang didapat setelah fermentasi 24 Anonim.(2006).Whey.http://www.dairyforall.
jam diduga karena adanya degradasi com/whey.php. [3 September 2014].
polisakarida. Beberapa peneliti menyatakan AOAC. (1995). Official Methods of Analysis.
bahwa bakteri asam laktat (BAL) Association of Official Analytical
membebaskan cytoplasmic hidrolases setelah Chemists, Washington DC
lama inkubasi tertentu yang bisa
mendegradasi eksopolisakarida (Rimada dan Cheirsilp, B. dan Radchabut,S . (2011). Use
Abraham, 2001). of whey lactose from dairy industryfor
economical kefiran production
KESIMPULAN byLactobacillus kefiranofaciens in
mixedcultures with yeasts. Elsevier,
Whey keju mempunyai kadar air 93,42%, New Biotechnology 28.
kadar abu 0,46%, kadar asam 0,22%, kadar
protein 0,76%, kadar laktosa 5,4%, dan nilai Ghasemlou, Me., Faramarz, K., Kambiz,J.,
pH 4,60. Jumlah populasi total bakteri dalam Seyed, M.T.G.,Salma, T. (2012).
kefir grains adalah 8,60 x 108 CFU/g, bakteri Structural investigation and response
7
asam laktat sebesar 1,17 x 10 CFU/g, dan surface optimisation for improvement
yeast sebesar 1,91 x 108 CFU/g. Selama of kefiran production yield from a low-
proses fermentasi perubahan berat biomassa cost culture medium. Journal Food
kefir grain tidak signifikan. Kadar asam Chemistry 133. Pages: 383–389.
laktat meningkat, disertai dengan penurunan Goyal,N., Gandhi,D.N. (2009). Comparative
analysis of Indian paneer and cheese Comparative study of different
whey for electrolyte whey drink. World methodologies to determine the
Journal of Dairy & Food Sciences 4 exopolysaccharide produced by kefir
(1): 70-72, 2009. grains in milk and whey. Lait 83: 79–
Hadiwiyoto,S. (1994). Teori dan Prosedur 87.
Pengujian Mutu Susu dan Hasil Schoevers,A., Britz,T.J., (2003). Influence of
Olahannya. Liberty. Yogyakarta different culturing conditions on kefir
Harta, O., M, Iconomopoulou., A, grain increase International Journal of
Bekatorou., P, Nigam., M, Dairy Technology. Vol 56, No 3
Kontominas., A.A, Koutinas. (2003). August.
Effect of various carbohydrate Seesuriyachan, Phisit,
substrates on the production of kefir Kuntiya,A.,Hanmoungjai,P.,
grains for use as a novel baking starter. Techapun,C. (2011).
Food Chemistry 88. Pages: 237–242. Exopolysaccharide production by
Kosoemawardani, D., Samsul,R., Moralita, T. Lactobacillus confusus TISTR 1498
(2013). Perubahan sifat mikrobiologi using coconut water as an alternative
dan kimiawi rusip selama fermentasi. carbon source: the effect of peptone,
Jurnal Agritech, Vol. 33, No. 3. Hal: yeast extract and beef extract.
265 – 272. Songklanakarin J. Sci. Technol.33 (4),
379-387, Jul. - Aug. 2011.
Magalhães, K.T., Giuliano, D., Gilberto, V.
D.M.P., Jose, M.O., Lucilia, D., Jose, Simova, E., D, Beshkova., A, Angelov., T.S,
A. Texeira, Joao,Silva.B.A, Rosane, Hristozova., dan Z, Spasov. (2002).
F.S. (2011). Comparative study of the Lactic acid bacteria and yeasts in kefir
biochemical changes and volatile grains and kefir made from them.
compound formations during the Journal of Industrial Microbiology &
production of novel whey-based kefir Biotechnology, 28, 1–6.
beverages and traditional milk kefir. Surono, S. (2004). Probiotik, Susu
Food Chemistry 126. Pages: 249–253. Fermentasi dan Kesehatan. YAPMMI,
Piermaria,J.A., Pinotti, A., Garcia, M.A., Jakarta.
Abraham, A.G.(2009). Films based on Yang, Z. (2000). Antimicrobial Compounds
kefiran, an exopolysaccharide obtained and Extracellular Polysaccharides
from kefir grain: development and Produced by Lactic Acid Bacteria:
characterization. Food Hydrocolloids Structures and Properties. Dissertation.
23 : 684–690. Faculty of Agriculture and Forestry
Pogacic,T., Sinko,S., Zamberlin,S., University of Helsinki, Helsinki.
Samarzija,D., (2013). Microbiota of Zajsek, K., Gorsek,A., Kolar,M. (2013).
kefir grains. Mljekarstvo 63 (1), 3- Cultivating conditions effects on
14 kefiran production by the mixed culture
Rimada,P.S., Abraham,A.G. (2001). of lactic acid bacteria imbedded within
Polysaccharide production by kefir kefir grains. Jurnal elsevier, Food
grains during whey fermentation. Chemistry.
Journal of Dairy Research 68 653±661.
Rimada,P.S., Abraham,A.G. (2003).

You might also like