You are on page 1of 15

15 GIZIDO Volume 8 No.

1 Mei 2016Menu Luhu Semuel Layuk, dkk

MENU LUHU (Katuk Saorophus Androginus) SEBAGAI KEARIFAN LOKAL


DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI ASI FREKUENSI DAN DURASI
MENYUSUIDI KABUPATEN KEPULAUAN SANGIHE

Semuel Layuk1, Daniel Robert2, dan Nonce Nova Legi3


1
Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes Manado
2.3.
Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Manado

ABSTRACT

Background: Feeding behavioris an activityandculturewithin a family, had astrong influence


onwhat, whenandhowpeopleeat. Eating habitsandculturalpatternswillinfluence thetypesof
foodthatshould be consumedboth concerningprocessing and presentationso as tomeet
thenutritionalneedsof each family member. Luhuleafis one type ofits kindkatukunknownin
detailbutthisis akindkatuktypicalmenuinSangihe Islands Regencyin North Sulawesi.
Menuluhuhas longbecomea daily menuby residents ofthe region ofSangihe Islands
Regency, TalaudandSitaro, as a main mealcookedvegetablesare processed
intoclearordisantanandspecificallygiven tonursing mothers.Fish, is a kind ofhealthy foodthat
islow in saturated fat, high in protein, and is animportant source ofomega 3 fatty acids.
The design of the study: The study is a randomized quasy Experimentnon-one-group
pretest and posttest study design will be implemented in some areas of health centers in
Sangihe Islands Regency in April, 2015. The population in this study were all nursing
mothers in the health centers that have Sangihe Islands Regency proportion of nursing
mothers and infants with high malnutrition status amounted to 145 people.
Univariatedataanalysisusingfrequency distribution tablestoobtaingeneral informationabout
the characteristics ofthe sampleand therespondents andthe research variables.
Bivariateanalysisto determineMenuLuhu(Katuk Saorophusandrogynous) AsLocal
WisdomIn Increasingmilk productionFrequencyandDuration ofBreastfeedinginSangihe
Islands Regencyusing ChiSquare(X ²) at the95% significance level(α =0.05).
Results:MenuLuhumodifiedwith tunagenerallyacceptableasfoodfor nursing mothers.
MenuLuhumodified withtunafishcan be used asan alternativemenufor mothers who
arebreast-feedingbecause it canincrease milk productionthrough thefrequencyandduration
of breastfeeding. Tutomodifiedmenuwith tunawhen givenregularly canimprove themother's
weightandcan further improvethe nutritionalstatusof mothers
andinfants.MenuLuhumodifiedwith tunais amodified conventionalmenuandcan be received
byalocalweaning foodwithoutreducingthe values oflocal wisdom. Menu Luhu modified with
tuna is a modified conventional menu and can be received by a local weaning food without
reducing the values of local wisdom. Menu Luhu modified with tuna into alternative foods
for breastfeeding mothers that can be patented to the next can be utilized by the
community specifically in Sangihe and generally in society as a menu nutritional value.
Modifications need to be done again with other food ingredients to increase nutritional
value Luhu menu to be more impregnate both micro and macro nutrients that are essential
to increase milk production for breastfeeding mothers.
Keyword: Menuluhu, frequencyandduration of breastfeeding, NutritionalStatusNursing
Mothers, Babiesstatus.

PENDAHULUAN macam suku dan tradisi sehingga


Perbedaan latar belakang dan pembentukan kebiasaan
tradisi kebiasaan makan berhubungan makannyabermacam-macamdan
erat dengan lingkungan hidup, tingkat beragam. Beberapa hal yang
kehidupan serta pendidikan dan mempengaruhi kebiasaan makan
pengalaman seseorang. Indonesia seperti tahayul (mistik), kepercayaan
terdiri dari berbagai pulau dan berbagai (agama), adat kebiasaan serta
16 GIZIDO Volume 8 No. 1 Mei 2016Menu Luhu Semuel Layuk, dkk

preferensi. Kebiasaan makan diartikan Keluaran rencana aksi diharapkan


sebagai cara individu atau kelompok dapat menjembatani pencapaian
individu memilih pangan dan MDGs yang telah disepakati dalam
mengkonsumsinya sebagai reaksi RPJMN 2010-2014 yaitu menurunnya
terhadap pengaruh fisiologis, prevalensi gizi kurang anak balita
psikologis, dan budaya (Suhardjo, menjadi 15,5 persen, menurunnya
2003b). prevalensi pendek pada anak balita
Para ahli antropologi menjadi 32 persen, dan tercapainya
berpendapat bahwa kebiasaan makan konsumsi pangan dengan asupan
dan susunan hidangannya merupakan kalori 2.000 Kkal/orang/hari strategi
salah satu manifestasi kebudayaan nasional yang menjabarkan kebijakan
yang biasa disebut dengan “Lifestyle” diatas meliputi:(1) Perbaikan gizi
atau gaya hidup. Gaya hidup ini masyarakat, terutama pada ibu pra-
merupakan hasil kondensasi dari hamil, ibu hamil, dan anak melalui
interaksi berbagai faktor sosial, budaya peningkatkan ketersediaan dan
dan lingkungan hidup. Pelaksanaan jangkauan pelayanan kesehatan
dari unit terkecil ialah keluarga berkelanjutan difokuskan pada
(household), sehingga gaya hidup intervensi gizi efektif pada ibu pra-
keluarga merupakan pencerminan dari hamil, ibu hamil, bayi, dan anak
kehidupan suatu masyarakat baduta; (2) Peningkatan akssebilitas
(Suhardjo, 2003a). pangan yang beragam melalui
Perilaku makan merupakan peningkatan ketersediaan dan
suatu kegiatan dan budaya dalam aksesibiltas pangan yang difokuskan
suatu keluarga, mempunyai pengaruh pada keluarga rawan pangan dan
yang kuat terhadap apa, kapan dan miskin; (3) Peningkatan pengawasan
bagaimana penduduk makan. mutu dan keamanan pangan melalui
Kebiasaan makan dan pola peningkatan pengawasan keamanan
kebudayaan akan mempengaruhi jenis pangan yang difokuskan pada
pangan yang harus dikonsumsi baik makanan jajanan yang memenuhi
yang menyangkut pengolahan dan syarat dan produk industri rumah
penyajian sehingga dapat memenuhi tangga (PIRT) tersertifikasi; (4)
kebutuhan akan zat gizi setiap anggota Peningkatan perilaku hidup bersih dan
keluarga (Suhardjo, 2003b). sehat (PHBS) melalui peningkatan
Rencana Pembangunan pemberdayaan masyarakat dan peran
Jangka Menengah Nasional (RPJMN) pimpinan formal serta non formal,
2010-2014 secara tegas telah terutama dalam peribahan perilaku
memberikan arah Pembangunan atau budaya konsumsi pangan yang
Pangan dan Gizi yaitu meningkatkan difokuskan pada penganekaragaman
ketahanan pangan dan status konsumsi pangan berbasis sumber
kesehatan dan gizi masyarakat. daya lokal, perilaku hidup bersih dan
Selanjutnya dalam Instruksi Presiden sehat, serta merevitalisasi posyandu;
No. 3 tahun 2010 tentang Program dan (5) Penguatan kelembagaan
Pembangunan yang Berkeadilan yang pangan dan gizi melalui penguatan
terkait dengan rencana tindak lanjut kelembagaan pangan dan gizi ditingkat
upaya pencapaian tujuan nasional, provinsi, dan kabupaten dan
pembangunan milenium (MDGs), kota yang mempunyai kewenangan
ditegaskan perlunya disusun dokumen merumuskan kebijakan dan program
Rencana Aksi Nasional Pangan dan bidang pangan dan gizi, termasuk
Gizi (RAN-PG) 2011-2015 dan rencana sumber daya serta penelitian dan
Aksi Daerah Pangan dan Gizi (RAD- pengembangan (Bappenas, 2011)
PG) 2011-2015 di 33 provinsi.
17 GIZIDO Volume 8 No. 1 Mei 2016Menu Luhu Semuel Layuk, dkk

Gizi memegang peranan Kelahiran bayi di dunia hanya


penting dalam siklus hidup 36 % yang mendapat ASI eksklusif .
manusia.Kekurangan gizi pada ibu UNICEF memperkirakan bahwa
hamil dapat menyebabkan Bayi Berat pemberian ASI eksklusif sampai usia 6
Lahir Rendah (BBLR) dan dapat pula bulan dapat mencegah kematian 1,3
menyebabkan penurunan tingkat juta anak berusia di bawah 5 tahun.
kecerdasan. Pada bayi dan anak, Suatu penelitian di Ghana
kekurangan gizi akan menimbulkan menunjukkan 16 % kematian bayi
gangguan pertumbuhan dan dapat dicegah dengan pemberian ASI
perkembangan yang apabila tidak dimulai sejak pertama kelahirannya.
diatasi secara dini dapat berlanjut Cakupan pencapaian pemberian ASI
hingga dewasa. eksklusif masih dibawah target
Usia 0-24 bulan pada Balita cakupan Nasional yaitu pemberian ASI
merupakan masa pertumbuhan dan eksklusif bayi 0-5 bulan sebesar 27,2
perkembangan yang pesat, sehingga %. (RISKESDAS 2010).
kerap diistilahkan sebagai periode Hasil Riset Kesehatan Dasar
emas sekaligus periode kritis. Periode tahun 2013 menunjukkan bahwa
emas dapat diwujudkan apabila pada Persentase proses mulai menyusu
masa ini bayi dan anak memperoleh pada anak 0-23 bulan di provinsi
asupan gizi yang sesuai untuk tumbuh Sulawesi Utara kurang dari satu jam
kembang optimal. Sebaliknya apabila (IMD) setelah bayi lahir adalah 56,8
bayi dan anak pada masa ini tidak persen, tertinggi di Bolaang
memperoleh makanan sesuai Mongondow (76,8%), sedangkan
kebutuhan gizinya, maka periode emas presentase menyusu kurang dari satu
akan berubah menjadi periode kritis jam (IMD) paling rendah adalah di
yang akan mengganggu tumbuh Kepulauan Sangihe (17,5%)
kembang bayi dan anak, baik pada (Balitbangkes, 2013).
saat ini maupun masa selanjutnya. Menyusui sejak dini mempunyai
Guna mencapai tumbuh dampak yang positif baik bagi ibu
kembang optimal, di dalam Global maupun bayinya. Bagi bayi, menyusui
Strategy for Infant and Young Child mempunyai peran penting yang
Feeding, WHO/UNICEF fundamental pada kelangsungan hidup
merekomendasikan empat hal penting bayi, kolostrum yang kaya dengan zat
yang harus dilakukan yaitu; pertama antibodi, pertumbuhan yang baik,
memberikan air susu ibu kepada bayi kesehatan, dan gizi bayi. Untuk
segera dalam waktu 30 menit setelah mengurangi morbiditas dan mortalitas
bayi lahir, kedua memberikan hanya air bayi dan balita, Inisiasi menyusu dini
susu ibu (ASI) saja atau pemberian mempunyai peran penting bagi ibu
ASI secara eksklusif sejak lahir sampai dalam merangsang kontraksi uterus
bayi berusia 6 bulan, ketiga sehingga mengurangi perdarahan
memberikan makanan pendamping air pasca melahirkan (postpartum).
susu ibu (MP-ASI) sejak bayi berusia 6 Menyusui dalam jangka panjang dapat
bulan sampai 24 bulan, dan keempat memperpanjang jarak kelahiran karena
meneruskan pemberian ASI sampai masa amenorhoe lebih panjang,
anak berusia 24 bulan atau lebih. pemulihan status gizi yang lebih baik
Rekomendasi tersebut menekankan, sebelum kehamilan berikutnya.
secara sosial budaya MP-ASI UNICEF dan WHO membuat
hendaknya dibuat dari bahan pangan rekomendasi pada ibu untuk menyusui
yang murah dan mudah diperoleh di eksklusif selama 6 bulan kepada
daerah setempat (indigenous food) bayinya. Sesudah usia 6 bulan bayi
(Depkes R.I., 2006). baru dapat diberikan makanan
18 GIZIDO Volume 8 No. 1 Mei 2016Menu Luhu Semuel Layuk, dkk

pendamping ASI (MP-ASI) dengan ini merupakan menu khas yang ada di
tetap memberikan ASI sampai minimal Kabupaten Kepulauan Sangihe
umur 2 tahun. Pemerintah Sulawesi Sulawesi Utara. Menu LUHU sudah
Utara melalui Kementerian Kesehatan sejak lama menjadi menu sehari-hari
juga merekomendasi kepada ibu untuk oleh penduduk diwilayah Kabupaten
menyusui eksklusif selama 6 bulan Kepulauan Sangihe, Talaud dan Sitaro,
kepada bayinya (Balitbangkes, 2013). sebagai makanan utama yang diolah
Daun Luhuadalah salah satu menjadi sayur dimasak bening atau
jenis katuk yang belum diketahui disantan dan secara khusus diberikan
jenisnya secara detail tetapi jenis katuk pada ibu menyusui.

Gambar 1. Gambar Daun Luhu (Katuk Saorophus Androginus)

Ikan, merupakan jenis tuna dapat meningkatkan produksi ASI


makanan sehat yang rendah lemak dan durasi menyusui serta status gizi
jenuh, tinggi protein, dan merupakan baik ibu maupun bayi di Kabupaten
sumber penting asam lemak omega 3. Kepulauan Sangihe Provinsi Sulawesi
Ikan baik untuk tambahan diet karena Utara. Tujuan penelitian ini adalah
kaya akan vitamin, mineral, dan nutrisi meningkatkan kualitas dan nilai gizi
yang dibutuhkan agar tubuh tetap Menu LUHU dengan suplementasi
sehat. Orang yang sering makan ikan protein ikan tuna dalam membantu
cenderung mengIonsumsi lebih sedikit meningkatkan Produksi ASI, frekuensi
daging dan keju. dan Durasi Menyusui di Kabupaten
Lebih dari 90 persen masalah Kepulauan Sangihe.
kesehatan terkait dengan makanan.
Faktor penentu mutu makanan BAHAN DAN CARA
adalah keanekaragaman jenis Jenis penelitian ini adalah Quasy
pangan, keseimbangan gizi dan Experimentnon-randomized pretest
keamanan pangan. and postest one group design
Ketidakseimbangan gizi akibat penelitian ini akan dilaksanakan di
konsumsi pangan yang tidak beberapa wilayah Puskesmas yang
beraneka ragam telah membawa ada di Kabupaten Kepulauan Sangihe
dampak pada munculnya masalah pada bulan Nopember 2015.
gizi ganda di Indonesia, yaitu gizi Populasi dalam penelitian ini
kurang maupun gizi lebih(Setneg, adalah seluruh ibu menyusui yang ada
2009). di beberapa wilayah Puskesmas
Dari uraian diatas maka Kabupaten Kepulauan Sangihe.
dirumuskan permasalahan dalam Sampel dalam penelitian ini yaitu ibu
penelitian ini yaitu apakah menu LUHU menyusui yang mempunyai bayi (<1
yang dimodifikasi dengan protein ikan tahun) bertempat tinggal di wilayah
19 GIZIDO Volume 8 No. 1 Mei 2016Menu Luhu Semuel Layuk, dkk

Puskesmas yang ada di Kabupaten population proportion sebesar 40 ibu


Kepulauan Sangihe serta memenuhi menyusui.
kriteria inklusi antara lain bersedia dan Menu Luhu konvensional adalah
menandatangani inform consent, adalah menu yang diberikan pada ibu
berada ditempat saat penelitian, menyusui dengan komposisi daun
kooperatif dan mengikuti proses luhu, bawang merah dan garam
penelitian sampai selesai. Wilayah secukupnya, yang direbus bersamaan
Puskesmas yang menjadi tempat dengan air atau santan sampai matang
penelitian ditentukan menggunakan diberikan pada ibu
consecutive sampling dimana menyusui.Suplementasi ikan tuna
Puskesmas yang menjadi lokasi adalah suatu cara menggunakan
penelitian adalah Puskesmas yang potensi lokal ikan tuna yang melimpah
mempunyai proporsi ibu menyusui dan di Sulawesi utara selain melimpah nilai
bayi dengan status gizi kurang yang gizinya baik untuk kecukupan protein
tinggi.Besar sampel dalam penelitian dan asam lemak untuk kecerdasan.
ini ditentukan berdasarkan rumus Berikut ini adalah nilai gizi ikan tuna
estimating the difference between two per 100 gram dan kebutuhan zat gizi
untuk kelompok usia 4-12 bulan :

Tabel 2. Komposisi Nilai Gizi Ikan Tuna (yellowfin. ckd. dry heat)
========================================================
Analysis of the diet
========================================================
FoodAmount energy carbohydr.
__________________________________________________________
tuna yellowfin. ckd. dry heat100 g 139,1 kcal 0,0 g
Meal analysis: energy 139,1 kcal (0 %), carbohydrate 0,0 g (0 %)
========================================================
Result
========================================================
Nutrient analysed recommended percentage
value value/day fulfillment
__________________________________________________________
energy 139,1 kcal 700,0 kcal 20 %
water 0,0 g 1000,0 g 0%
protein 30,0 g(92%) 10,0 g(12 %) 300 %
fat 1,2 g(8%) 30,0 g(< 30 %) 4%
carbohydr. 0,0 g(0%) 91,0 g(> 55 %) 0%
PUFA 0,4 g 5,0 g 8%
Vit. A 20,0 µg 600,0 µg 3%
Vit. B1 0,5 mg 0,4 mg 125 %
Vit. B2 0,1 mg 0,4 mg 15 %
Vit. B6 0,3 mg 0,3 mg 117 %
Vit. C 0,0 mg 55,0 mg 0%
calcium 21,0 mg 400,0 mg 5%
magnesium 27,0 mg 60,0 mg 45 %
phosphorus 245,0 mg 300,0 mg 82 %
iron 0,9 mg 8,0 mg 11 %
zinc 0,7 mg 2,0 mg 35 %
1 GIZIDO Volume 8 No. 1 Mei 2016Menu Luhu Semuel Layuk, dkk

Menu Luhu yang modifikasi menambahkan protein yang berasal


adalah adalah menu yang diberikan ikan asap Thunnus albacores
pada ibu menyusui dengan komposisi (Yellowfin Tuna/Madidahang) 200
daun luhu, bawang merah, bawang gram, kunyit 2 gram dengan komposisi
putih, kunyit, ikan asap (Thunnus zat gizi Energi 723 kal, Protein 73
albacores (Yellowfin gram, Lemak 34,8 gram, Karbohidrat
Tuna/Madidahang) garam secukupnya, 37,4 gram dan Serat 12,8 Gram.
yang direbus bersamaan santan sehingga menghasilkan menu LUHU
sampai matang diberikan pada ibu dengan komposisi zat gizi yang dapat
menyusui. membantu memenuhi kebutuhan gizi
Suplementasi protein pada sehari ibu menyusui berdasarkan AKG
menu LUHU adalah suatu proses 2013. Berikut ini adalah nilai gizi menu
modifikasi menu dengan LUHU yang dimodifikasi :

Tabel 3. Analisis Estimasi Zat Gizi menu LUHU


==============================================================
Analysis of the diet
==============================================================
Food Amount energy carbohydr.
_________________________________________________________________
daun Luhu 200 g 120,0 kcal 22,4 g
tuna yellowfin. ckd. dry heat 200 g 278,2 kcal 0,0 g
santan (kelapa dan air) 300 g 318,4 kcal13,8 g
kunyit 2g 6,5 kcal1,2 g
Meal analysis: energy 723,0 kcal (100 %), carbohydrate 37,4 g (100 %)
==============================================================
Result
==============================================================
Nutrient analysed recommended percentage
value value/day fulfillment
_________________________________________________________________
energy 723,0 kcal 1900,0 kcal 38 %
water 0,0 g 2600,0 g 0 %
protein 73,9 g(40%) 47,0 g(12 %) 157 %
fat 34,8 g(40%) 73,0 g(< 30 %) 48 %
carbohydr. 37,4 g(20%) 332,0 g(> 55 %) 11 %
dietary fiber 12,8 g 30,0 g 43 %
PUFA 1,4 g 10,0 g 14 %
Vit. A 1444,0 µg 800,0 µg 180 %
Vit. B1 1,5 mg 1,0 mg 151 %
Vit. B2 1,2 mg 1,2 mg 98 %
Vit. B6 2,6 mg 1,2 mg 220 %
Vit. C 65,2 mg 100,0 mg 65 %
sodium 131,0 mg 2000,0 mg 7 %
potassium 1513,9 mg 3500,0 mg 43 %
calcium 365,6 mg 1000,0 mg 37 %
magnesium 391,1 mg 300,0 mg 130 %
phosphorus 733,0 mg 700,0 mg 105 %
iron 9,1 mg 15,0 mg 61 %
zinc 3,4 mg 7,0 mg 48 %
21 GIZIDO Volume 8 No. 1 Mei 2016Menu Luhu Semuel Layuk, dkk

Angka kecukupan zat gizi yang


dianjurkan (AKG) adalah suatu standar Cara Membuat :
kebutuhan sebagaimana yang 1. Tumis daun jeruk, batang sereh
dimaksudkan pada Permenkes nomor dan bumbu yang dihaluskan
75 tahun 2013 tentang Angka sampai matang.
Kecukupan Gizi yang Dianjurkan bagi 2. Masukkan Ikan tuna.
Bangsa Indonesia. 3. Tambahkan santan cair, masak
Status gizi adalah suatu hingga mendidih.
keadaan tubuh yang diakibatkan 4. Masukkan daun Luhu.
langsung oleh asupan zat gizi dan 5. Masukkan batang bawang,
faktor penyakit yang dapat diukur kemangi dan gula pasir.
menggunakan indikator antropometri 6. Masukkan santan kental.
berat badan, tinggi badan berdasarkan 7. Tambahkan garam, aduk terus
kelompok umur yang dinyatakan hingga mendidih.
dengan nilai standar baku 8. Setelah mendidih, angkat dan
antropometri. dinginkan.
9. Dikemas dengan menggunakan
A. Cara Pembuatan Menu LUHU kotak makanan
(untuk 2 orang): 10. Masing-masing kemasan
memiliki berat @ + 50 gram
Bahan Penyusun Menu Luhu :
1. Daun Luhu 100 gram, dicuci, Pengawasan dan kulitas data
ditiriskan dalam penelitian ini dikendalikan sejak
2. Ikan Tuna 1 ptg (100 gram), proses penentuan lokasi tempat
dibersihkan penelitian berdasarkan data dari dinas
3. Santan kelapa kental (1 btr + 100 kesehatan setempat, petugas
cc) pengumpul data yang mempunyai
4. Santan Cair (dari 1 butir kelapa + pendidikan D-III atau D-IV Gizi, proses
500 cc) pelatihan enumerator termasuk teknis
5. Batang bawang 2 btg, potong2 pembuatan menu Luhu yang
6. Daun jeruk 2 lbr dimodifikasi, penetapan subjek
7. Kemangi sec penelitian monitoring dan evaluasi data
8. Batang sereh 1 bh asupan makanan yang diberikan
9. Gula Pasir 1 sdt (5 gram) secara bersamaan dengan menu Luhu
10. Garam halus sec. yang disuplementasi untuk
mengendalikan data tersebut
Bumbu Yang dihaluskan : dipastikan bahwa subjek yang terlibat
1. Bawang Putih 1 siung dalam penelitian ini benar-benar ibu
2. Bawang merah 2 siung yang sedang menyusui dengan status
3. Kunyit setengah ruas (1/4 ruas) gizi kurang dan untuk mengendalikan
diulek halus data status gizi ibu menyusui maka
dibedakan antara ibu menyusui yang
Alat : mendapat menu Luhu dan Ibu
1. Panci bertangkai menyusui yang tidak mendapatkan
2. Sendok pengaduk menu Luhu.
3. Gelas Ukur Mengawasi dan mengendalikan
4. Saringan proses pemberian menu Luhu yang
5. Wajan dimodifikasi sehingga benar-benar
6. Ulekan dikonsumsi oleh ibu menyusui
7. Pisau demikian pula dengan sisa makanan
dikendalikan dengan melakukan food
22 GIZIDO Volume 8 No. 1 Mei 2016Menu Luhu Semuel Layuk, dkk

recall 24 jam dan pada tahap


pengumpulan data dipastikan A. HASIL
dilakukan oleh ahli gizi yang dilatih 1. Gambaran Umum Lokasi
terlebih dahulu. Analisis data dalam Kabupaten Kepulauan Sangihe
penelitian ini akan disesuaikan dengan merupakan bagian integral dari
uji statistik yang sesuai. propinsi Sulawesi Utara dengan
Pengolahan dan analisis data ibukota Tahuna, berjarak sekitar 142
diawali dengan melakukan editing, dan Mil laut dari ibu kota propinsi
coding data untuk memudahkan Sulawesi Utara, Manado. Sangihe
proses pemasukan data kemudian terletak antara 2°4’13”-4°44’22”
dilanjutkan dengan mengentri data Lintang Utara dan 125°8’28”-
pada program software statistik, 125°56’57” Bujur Timur, berada
tahapan selanjutnya adalah diantara Pulau Sulawesi dengan
melakukan Analisis data univariat Pulau Mindanao (Republik Philipina),
(karakteristik dan distribusi frekuensi sehingga Kabupaten Kepulauan
variabel) untuk mengetahui Sangihe dapat dikategorikan daerah
proporsi/distribusi dan karakteristik perbatasan. Disamping sebagai
subjek penelitian, Hasil analisis dan daerah perbatasan, tiga karakteristik
interpretasi data selanjutnya disajikan lain yang membedakan Kabupaten
dalam bentuk tabel, diagram dan Kepulauan Sangihe dengan
pembahasan yang sesuai dengan Kab/Kota lain yaitu daerah
realita yang ada. Analisis bivariat Kepulauan, daerah perbatasan, dan
dilakukan menggunakan uji daerah rawan bencana alam. Luas
komparative antara variabel dependen daratan Sangihe sebesar 736,98
dan variabel independen dengan km, terdapat 105 pulau, terdiri dari 15
output akhir adalah ratio prevalensi Kecamatan, 22 Kelurahan dan 145
(RP). Untuk mengetahui perbedaan desa. Jumlah penduduk Kabupaten
status gizi sebelum dan sesudah Kepulauan Sangihe pada tahun 2014
intervensi pada masing-masing sejumlah 129.103 jiwa, 9.706 jiwa,
kelompok menggunakan uji beda dua diantaranya adalah anak balita 0-4
kelompok berpasangan, dan untuk tahun. Fasilitas kesehatan yang
mengetahui perbedaan status gizi tersedia antara lain RSUD 1,
antara kelompok intervensi dan Puskesmas108, Posyandu
kelompok kontrol menggunakan uji 197(Satistik Daerah Kabupaten
beda dua kelompok tidak Kepulauan Sangihe Tahun 2015).
berpasangan. Subjek dalam penelitian ini adalah
anak berusia <2 tahun tersebar pada
16 Kelurahan berjumlah 40 orang ibu
menyusui.
HASIL DAN PEMBAHASAN
2. Karakteristik Sampel
a. Umur Bayi
Tabel 4. Disribusi Responden Berdasarkan Umur Bayi
Laki-laki Perempuan Total
Umur
n % n % n %
0-6 bulan 11 27.5 8 20 19 47.5
>6 bulan 7 17.5 14 35 21 52.5
Total 18 45 22 55 40 100
1 GIZIDO Volume 8 No. 1 Mei 2016Menu Luhu Semuel Layuk, dkk

Tabel tersebut menunjukkan dan 22 orang perempuan (55%).


bahwa umur bayi yang menjadi Sedangkan yang berumur 0-6 bulan
sampel paling banyak berusia > 6 sebanyak 11 orang laki-laki (27.5%)
bulan yaitu 18 orang laki-laki (45%) dan 8 orang perempuan (20%).

b. Umur Ibu
Tabel 5. Disribusi Responden Berdasarkan Umur Ibu

Total
Umur
n %
< 20 tahun 5 12.5
20-25 tahun 18 45
26-30 tahun 9 22.5
31-35 tahun 3 7.5
36-40 tahun 5 12.5
Total 40 100

Tabel tersebut menunjukkan bahwa orang (45%). Sedangkan yang paling


umur ibu yang menjadi sampel paling sedikit berumur 31-35 tahun (7.5%).
banyak berusia > 20-25 tahun yaitu 18

c. Pekerjaan Ibu Menyusui

Tabel 6. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Ibu Menyusui

Total
Pekerjaan Ibu Menyusui
n %
Ibu Bekerja 1 2.5
Ibu Tidak Bekerja 39 97.5
Total 40 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa ini yaitu berjumlah 39 orang (97.5%)


sebagian besar ibu-ibu menyusui sebagai ibu rumah tangga.
yang menjadi sampel pada penelitian

3. Frekuensi Menyusui

Tabel 7. Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Menyusui

Sebelum Sesudah
P
Frekuensi Menyusui Intervensi Intervensi
n % n %
Normal = ≥8 kali/24 jam 2 5 28 70
0.000
Kurang = <8 kali/24 jam 38 95 12 30
Total 40 100 40 100

Dari tabel tersebut menyusui sebelum intervensi paling


menunjukkan bahwa frekuensi ibu banyak mempunyai frekuensi
25 GIZIDO Volume 8 No. 1 Mei 2016Menu Luhu Semuel Layuk, dkk

menyusui yang kurang dari 8 kali / 24 adanya perbedaan variabel yang diteliti
jam yaitu sebanyak 38 orang ibu sebelum dan sesudah intervensi
(95%). Sedangkan frekuensi menyusui (P<0,00). Hal ini menunjukkan bahwa
sesudah intervensi meningkat,hal ini ada pengaruh pemberian menu luhu
dibuktikan dengan frekuensi menyusui yang dimodifikasi terhadap
yang paling banyak yaitu > 8 kali / 24 peningkatan frekuensi menyusui pada
jam sebanyak 28 orang ibu. Analisis ibu menyusui sebelum dan sesudah
paired sample t test menunjukkan intervensi.

4. Durasi Menyusui

Tabel 8. Distribusi Responden Berdasarkan Durasi Menyusui

Sebelum
Sesudah Intervensi P
Durasi Menyusui Intervensi
n % n %
Normal (> 5 Menit) 6 15 0.000 70
0.000
Kurang (< 5 menit) 34 85 12 30
Total 40 100 40 100

Dari tabel tersebut paired sample t test menunjukkan


menunjukkan bahwa durasi ibu adanya perbedaan variabel yang
menyusui sebelum intervensi paling diteliti sebelum dan sesudah
banyak mempunyai durasi menyusui intervensi (P<0,00). Hal ini
yang kurang dari 5 menit yaitu menunjukkan bahwa ada pengaruh
sebanyak 34 orang ibu (85%). pemberian menu luhu yang
Sedangkan durasi menyusui sesudah dimodifikasi dengan ikan tuna
intervensi meningkat, hal ini terhadap peningkatan waktu
dibuktikan dengan durasi menyusui menyusui / durasi menyusui ibu pada
yang paling banyak yaitu lebih dari 5 bayinya.
menit sebanyak 28 orang ibu.Analisis

5. Status Gizi Ibu Menyusui

Tabel 9. Status Gizi Ibu Menyusui Berdasarkan Berat Badan


Menurut Tinggi Badan

Status Gizi Ibu Menyusui Sebelum Sesudah


Bersadarkan Indeks Intervensi Intervensi P
Massa Tubuh (IMT) n % n %
Obesitas ( > 25) 3 7.5 0.001 7.5
Kelebihan BB (23-25) 9 22.5 9 22.5
0.000
Normal (18-23) 10 25 16 40
Kurang (<18) 18 45 12 30
Total 40 100 40 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa status gizi kurang yaitu sebanyak18


status gizi ibu menyusui yang orang (45%), dan yang paling sedikit
menjadi sampel pada penelitian ini mempunyai status gizi obesitas yaitu
sebelum intervensi mempunyai sebanyak 3 orang (7.5%).
25 GIZIDO Volume 8 No. 1 Mei 2016Menu Luhu Semuel Layuk, dkk

Sedangkan status gizi ibu sesudah sebanyak 3 orang (7.5%). Analisis


intervensi paling banyak mempunyai paired sample t test menunjukkan
status gizi normal yaitu sebanyak 16 adanya perbedaan variabel yang
orang (40%) dan yang paling sedikit diteliti sebelum dan sesudah
mempunyai status gizi obesitas yaitu intervensi (P<0,00).

6. Status Gizi Bayi


Tabel10. Status Gizi Bayi Berdasarkan Berat Badan Menurut Umur
Status Gizi Bayi Sebelum Sesudah
P
Berdasarkan Standar Intervensi Intervensi
Deviasi n % n %
Gizi Baik (-2 SD s/d 2 SD) 26 65 32 80
Gizi Kurang (-3 SD s/d -2 0.001
14 35 8 10
SD)
Total 40 100 40 100

Tabel diatas menunjukkan variabel yang diteliti sebelum dan


bahwa status gizi bayi sebelum sesudah intervensi (P<0,001). Jadi,
intervensi paling banyak status gizi pemberian menu luhu mempunyai
baik yaitu 26 orang (65%) dan pengaruh yang sangat signifikan
sesudah intervensi sebanyak 32 terhadap peningkatan status gizi bayi
orang (80%).Analisis paired sample t sebelum dan sesudah intervensi.
test menunjukkan adanya perbedaan

7. Cita Rasa Menu Luhu


Untuk mengetahui tingkat sebagai panelis tidak terlatih tetapi
kesukaan terhadap menu intervensi analisis ini dilakukan untuk proses
maka peneliti melakukan analisis pengembangan menu luhu dari sisi
sederhana tentang tingkat kesukaan warna rasa aroma tekstur dan
menuluhu yang dimodifikasi dengan penampilan. Berikut ini adalah hasil
ikan tuna. Hal ini dilaksanakan analisis organoleptik menu luhu
dengan anggapan bahwa responden yang dimodifikasi dapat dilihat pada
dalam penelitian ini dianggap tabel berikut ini.

Tabel 11. Analisis Organoleptik Cita Rasa Menu Luhu

Kategori Rasa Warna Aroma Tekstur Penampilan


Sangat Tidak Suka 0 0 0 0 0
Tidak Suka 0 0 4 0 0
Suka 30 38 30 33 31
Sangat Suka 1 2 10 7 9
Jumlah 40 40 40 40 40

B. PEMBAHASAN bahwa semua variabel memberi


Penelitian ini terfokus pada faktor kontribusi terhadap produksi ASI.
produksi ASI yang meliputi frekuensi Hasil penelitian menunjukkan
dan durasi menyusui sebelum dan bahwa umur bayi yang menjadi sampel
sesudah intervensi ,status gizi ibu paling banyak berusia > 6 bulan yaitu 18
menyusui, status gizi bayi. Secara teori orang laki-laki (45%) dan 22 orang
perempuan (55%). Dan yang berumur
26 GIZIDO Volume 8 No. 1 Mei 2016Menu Luhu Semuel Layuk, dkk

0-6 bulan sebanyak 11 orang laki-laki mungkin timbul. Hasil penelitian di


(27.5%) dan 8 orang perempuan (20%). Amerika Serikat menemukan ibu yang
Sedangkan umur ibu yang menjadi memberikan ASI 8 kali selama 24 jam
sampel paling banyak berusia > 20-25 dapat mempertahankan produksi ASI.
tahun yaitu 18 orang (45%). Hasil penelitian ini menunjukkan
Sedangkan yang paling sedikit berumur bahwa frekuensi ibu menyusui sebelum
31-35 tahun (7.5%). intervensi paling banyak mempunyai
frekuensi menyusui yang kurang dari 8
1. Produksi ASI kali / 24 jam yaitu sebanyak 38 orang
Produksi ASI mengalami defisiensi ibu (95%). Sedangkan frekuensi
atau kekurangan, maka kondisi ini akan menyusui sesudah intervensi
berdampak pada penurunan IQ point. meningkat, hal ini dibuktikan dengan
Penelitian yang dilakukan oleh frekuensi menyusui yang paling banyak
Anderson di Amerika menemukan yaitu > 8 kali / 24 jam sebanyak 28
bahwa anak yang diberi ASI sejak lahir orang ibu.Hal tersebut menunjukkan
memiliki IQ 5 kali lebih tinggi dari anak bahwa pemberian menu Luhu yang di
yang diberi susu formula. Mereka modifikasi dengan ikan tuna ternyata
menemukan bahwa bayi yang menyusu mampu meningkatkan frekuensi
kurang dari sebulan memiliki IQ rata- menyusui ibu pada bayinya.
rata 99,4 sebagai orang dewasa, Hasil penelitian menunjukkan
menyusui selama dua sampai tiga bulan bahwa durasi ibu menyusui sebelum
memiliki IQ rata-rata 101,7, sementara dan sesudah intervensi mengalami
mereka yang diberi ASI selama tujuh perubahan atau peningkatan. Dimana
sampai Sembilan bulan dengan skor kebanyakan ibu – ibu yang menyusui
tertinggi 106. bayinya sebelum mendapat intervensi
Menyusui sejak dini mempunyai kurang dari 5 menit yaitu sebanyak 34
dampak yang positif baik bagi ibu orang ibu (85%). Namun setelah
maupun bayinya. Bagi bayi, menyusui dilakukan intervensi yaitu pemberian
mempunyai peran penting yang menu luhu yang dimodifikasi, ternyata
fundamental pada kelangsungan hidup mengalami peningkatan waktu yaitu
bayi, kolostrum yang kaya dengan zat lebih dari 5 menit sebanyak 28 orang
antibodi, pertumbuhan yang baik, ibu.
kesehatan, dan gizi bayi. Penelitian ini membuktikan bahwa
Peningkatan produksi ASI pemberian intervensi menu luhu yang
diketahui melalui frekuensi dan durasi dimodifikasi dengan ikan tuna ternyata
menyusui. Banyak faktor yang mampu meningkatkan frekuensi dan
menyebabkan produksi ASI rendah, durasi menyusui.
diantaranya kurangnya gizi ibu, bayi
tidak bisa menghisap ASI secara efektif, 2. Status Gizi Sebelum dan sesudah
kurangnya frekuensi menyusui, kelainan Intervensi
endokrin ibu. a. Ibu Menyusui
Menyusui bayi dilakuan secara Gizi pada ibu menyusui sangat
tidak dijadwal (on demand), karena bayi erat kaitannya dengan produksi air
akan menentukan sendiri susu, yang sangat dibutuhkan untuk
kebutuhannya. Menyusui yang tumbuh kembang bayi. Bila pemberian
dijadwalkan akan berakibat kurang baik, ASI berhasil baik, maka berat badan
karena isapan sangat berpengaruh bayi akan meningkat, integritas kulit
pada rangsangan produksi ASI baik, tonus otot serta kebiasaan makan
selanjutnya. Dengan menyusui tidak yang memuaskan.
dijadwalkan sesuai kebutuhan bayi, Kebutuhan nutrisi selama laktasi
akan mencegah banyak masalah yang didasarkan pada kandungan nutrisi air
27 GIZIDO Volume 8 No. 1 Mei 2016Menu Luhu Semuel Layuk, dkk

susu dan jumlah nutrisi penghasil susu. berlangsung lama dan parah, maka
Ibu menyusui disarankan memperoleh pertumbuhan tinggi badan akan
tambahan zat makanan 800 Kkal yang terpengaruh pula, bahkan proses
digunakan untuk memproduksi ASI dan pendewasaan akan terganggu.
untuk aktivitas ibu itu sendiri. Pertumbuhan tinggi badan bisa
Hasil penelitian menunjukkan terhambat bila seorang anak mengalami
bahwa status gizi ibu menyusui yang defisiensi protein (meskipun konsumsi
menjadi sampel pada penelitian ini energinya cukup). Intake gizi yang baik
sebelum intervensi paling mempunyai berperanan penting di dalam mencapai
status gizi kurang yaitu 18 orang (45%), pertumbuhan badan yang optimal
sedangkan yang paling sedikit mencakup pula pertumbuhan otak yang
mempunyai status gizi obesitas yaitu sangat menentukan kecerdasan
sebanyak 3 orang (7.5%). Namun seseorang. Dampak akhir dari konsumsi
sesudah mendapat intervensi status gizi gizi yang baik dan seimbang adalah
ibu meningkat jumlahnya yang meningkatnya kualitas sumber daya
mempunyai status gizi normal yaitu manusia (Khomsan,2003).
sebanyak 16 orang (40%) sedangkan Menurut Nuryati (2009) gagal
status gizi kurang menjadi berkurang tumbuh yang terjadi akibat kurang gizi
yaitu sebanyak 12 orang (30%) dari 18 pada masa-masa balita akan berakibat
orang (45%). buruk pada kehidupan berikutnya yang
Hal ini menunjukkan bahwa sulit diperbaiki. Menurut UNICEF, anak
pemberian interensi gizi menu Luhu yang menderita stunted berat
yang di modifikasi dengan ikan Tuna mempunyai rata-rata IQ 11 point lebih
mempunyai pengaruh pada peningkatan rendah dibandingkan rata-rata anak-
status gizi ibu menyusui. anak yang tidak stunted. Masalah ini
sering terjadi di negara berkembang.
b. Status Gizi Bayi Hasil penelitian menunjukkan
Perbedaan berat badan bayi bahwa status gizi bayi sebelum
mengalami perubahan yang signifikan, intervensi paling banyak mempunyai
dimana berat badan bayi yang status gizi baik yaitu 26 orang (65%)
berhubungan langsung dengan dan sesudah intervensi mengalami
konsumsi makanan yaitu ASI baik peningkatan yaitu menjadi 32 orang
kualitas maupun kuantitasnya. Jika (80%).Hasil analisis beda dua kelompok
konsumsi makanan baik maka berat berpasangan menggunakan Paired
badan dengan sendirinya meningkat. sample T Test menunjukkan bahwa
Sebaliknya, jika konsumsi makanan terdapat perbedaan baik berat badan
kurang, maka berat badan akan maupun status gizi subjek dalam
mengalami penurunan. Peningkatan penelitian ini (p<0,01).Hal ini berarti ada
berat badan seseorang berhubungan pengaruh yang sangat signifikan dalam
langsung dengan pertumbuhan. pemberian menu tuto sebelum dan
Seorang anak yang sehat dan sesudah intervensi yaitu dapat
normal akan tumbuh sesuai dengan meningkatkan status gizi pada bayi.
potensi genetik yang dimilikinya. Tetapi
pertumbuhan ini juga akan dipengaruhi
oleh intake zat gizi yang dikonsumsi 2) Menu Luhu Modifikasi dengan
dalam bentuk makanan. Anak –anak Ikan Tuna
yang menderita gizi kurang
berpenampilan lebih pendek dengan Sebelum dilakukan penelitian,
bobot badan lebih rendah dibandingkan kami melakukan uji analisis organoleptik
rekan-rekannya sebaya yang sehat dan Cita Rasa Menu Luhu terlebih dahulu.
bergizi baik. Bila defisiensi gizi Dan hasil yang diperoleh yaitu Persepsi
28 GIZIDO Volume 8 No. 1 Mei 2016Menu Luhu Semuel Layuk, dkk

Responden yang kami anggap sebagai konvensional yang dimodifikasi dan


Panelis tidak terlatih memberikan dapat diterima oleh sebagai MP-ASI
penilaian terhadap cita rasa, warna, lokal tanpa mengurangi nilai-nilai
aroma, tekstur dan penampilan menu kearifan lokal
ternyata disukai oleh responden (ibu 5. Menu Luhu yang dimodifikasi
menyusui). dengan ikan tuna menjadi makanan
Menu luhu ini sebelum diberikan alternative untuk ibu menyusui yang
kepada subjek penelitian kami uji coba dapat dipatenkan untuk selanjutnya
sebanyak 3 kali pada panelis terlatih dapat dimanfaatkan oleh masyrakat
(dosen kuliner jurusan Gizi) sehingga secara khusus di Kepulauan
mendapat masukan dan koreksi teknik Sangihe dan secara umum pada
pengolahan dan variasi menu luhu yang masyarakat sebagai menu yang
berbeda dengan yang konvensional bernilai gizi.
namun dalam pelaksanaannya ada B. Saran
beberapa responden yang memberikan 1. Perlu dilakukan modifikasi kembali
saran agar menu dibuat dalam bentuk dengan bahan makanan yang lain
abon dan dikemas sama banyaknya tiap untuk menambah nilai gizi menu
bungkus / kemasan. Luhu agar semakin memenuhi zat
Yang memudahkan dalam gizi baik mikro maupun makro yang
penelitian ini yaitu kebanyakan ibu-ibu sangat penting untuk meningkatkan
tidak bekerja sebagai PNS atau di luar produksi ASI bagi ibu menyusui.
rumah, jadi mempnyai waktu dan 2. Perlu mensosialisasikan sekaligus
kesempatan yang lebih baik untuk pengujian organoleptik pada ibu –
melaksakanakan dan mematuhi ibu menyusui lainnya dari berbagai
intervensi yang diberikan. Semakin kalangan suku yang ada di Sulawesi
banyak waktu di rumah membuat Utara untuk mendapatkan cita rasa
responden semakin patuh untuk yang pas dan cocok untuk ibu
mengkonsumsi menu luhu yang menyusui.
diberikan. 3. Perlu dukungan pemerintah
setempat (Dinas Kesehatan)
KESIMPULAN DAN SARAN sebagai stakeholder yang dapat
membantu mengsosialisasikan
A. Kesimpulan menu luhu untk dimodifikasi menjadi
menu sebagai kearifan lokal yang
1. Menu Luhu yang dimodifikasi padat gizi dan sesuai kebutuhan ibu
dengan ikan tuna secara umum menyusui..
dapat diterima sebagai makanan
untuk ibu menyusui. DAFTAR PUSTAKA
2. Menu Luhu yang dimodifikasi dengan Almatsier, S (2004) Prisip Dasar
ikan tuna dapat dijadikan sebagai Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama,
salah satu alternatif menu untuk ibu Jakarta.
yang sedang menyusui karena dapat Arisman, (2004) Gizi dalam daur
meningkatkan produksi ASI melalui kehidupan :Buku Ajar Ilmu Gizi.Penerbit
frekuensi dan durasi menyusui. Buku kedokteran EGC, Jakarta.
3. Menu tuto yang dimodifikasi dengan Depkes R.I., 2006. Pedoman
ikan tuna jika diberikan secara teratur Umum Pemberian Makanan
dapat meningkatkan berat badan ibu Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI)
dan selanjutnya dapat meningkatkan Lokal Tahun 2006
status gizi ibu dan bayi. Balitbangkes, 2013. Riset
4. Menu Luhu yang dimodifikasi Kesehatan Dasar Tahun 2013.
dengan ikan tuna merupakan menu
29 GIZIDO Volume 8 No. 1 Mei 2016Menu Luhu Semuel Layuk, dkk

Balitbangkes, 2014. Survey Diet UniversitasIndonesia, 2007. PT. Raja


Total Tahun 2014 Grafindo Persada Jakarta 2012
Bappenas, 2011. Rencana Aksi Kementerian Kesehatan R.I, 2013.
Nasional Pangan Dan Gizi 2011-2015. Permenkes R.I Nomor 75 tahun 2013
Kementerian Perencanaan Tentang Angka Kecekupan Gizi yang
Pembangunan Nasional. dianjurkan bagi Bangsa Indonesia.
DPR-RI, 2012. Undang-Undang Lemeshow, S., Hosmer, D. W.,
Republik Indonesia Nomor 18 Tahun Klar, J. & Lwanga, S. K. (1997) Besar
2012 Tentang Pangan Sampel dalam Penelitian
Gibson, R.S. (2005) Principle of KesehatanYogyakarta, Gajah Mada
Nutritional Assessment. New York: University Press.
Oxford University Press. Suhardjo, 2003. Berbagai Cara
Gizi dan Kesehatan Masyarakat pendidikan Gizi. Bogor: Bumi Aksara
Fakultas Kesehatan Masyarakat Suhardjo, 2003. Sosio Budaya
Gizi.Bogor: IPB.

You might also like