You are on page 1of 12

Analisis Perbedaan Pola Konsumsi Makanan dan Asupan Zat Gizi Makro Masyarakat Wilayah Pulau Sumatera dan

Jawa
(Analisis Data Riskesdas 2010)
ANALISIS PERBEDAAN POLA KONSUMSI MAKANAN DAN ASUPAN
ZAT GIZI MAKROMASYARAKAT WILAYAH
PULAU SUMATERA DAN JAWA
(ANALISIS DATA RISKESDAS 2010)
Rachmanida Nuzrina
Prodi IlmuGizi, FakultasIlmu-ilmuKesehatan, UniversitasEsaUnggul
Jl. Arjuna Utara No. 9, KebonJeruk, Jakarta 11510
rachmanida.nuzrina@esaunggul.ac.id

Abstract
Food Consumption pattern in general is influenced by environmental and cultural
factors. Culture and environment usually led people to behave in order to fulfill their
basic biological needs, including the need for food. Culture affects a person in
deciding what to eat, how to process the food, and to whom, and under what
conditions the food is consumed. The diversity of food consumption at the household
level closely related to demographic characteristics, social, economic as well as the
potential of local natural resources. That difference, along with constraints in the food
distribution among regions, causing food consumption patterns between regions will
vary from one region to another. The sample was all the community age 4-97 years
old who lived in Sumateran and jawa Island. This was a descriptive study with cross
sectional design using secondary data from RISKESDAS 2010. Data analysis was
performed by descriptive and inferential test Independent T Test. The results showed
food consumption pattern among Jawa and Sumatera Community relatively similar,
but several food were different from two region which shows the traditional food in
that provinces. For almost all age group, the analysis showed that there is significant
different of macronutrient intake between Jawa and Sumatera community (p<0.005).

Keywords: Food pattern, macronutrient, Sumatera and Java Island

Abstrak
Pola makan secara umum dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan kebudayaan.
Kebudayaan dan lingkungan sekitar menuntun orang dalam berperilaku dan
memenuhi kebutuhan dasar biologisnya, termasuk kebutuhan terhadap pangan.
Budaya mempengaruhi seseorang dalam menentukan apa yang akan dimakan,
bagaimana pengolahan, persiapan, dan penyajian, serta untuk siapa, dan dalam
kondisi bagaimana pangan tersebut dikonsumsi. Keragaman konsumsi pangan di
tingkat tumah tangga erat kaitannya dengan ciri-ciri demografis, aspek sosial,
ekonomi serta potensi sumber daya alam setempat. Perbedaan tersebut, ditambah
dengan kendala dalam distribusi pangan antar daerah, menyebabkan pola
konsumsi makanan antar daerah akan bervariasi dari satu daerah ke daerah lain.
Sampel penelitian ini adalah seluruh masyarakat berusia 4-97 tahun yang tinggal
di wilayah pulau Sumatera dan Jawa. Penelitian ini bersifat deskriptif cross
sectional dengan menggunakan data sekunder Riset kesehatan Dasar 2010.
Analisis data dilakukan secara deskriptif dan inferensia dengan uji Independent T
Test. Hasil penelitian menunjukkan pola konsumsi masyarakat Jawa dan
Sumatera relatif sama dengan perbedaan beberapa sumber bahan makanan yang
tersedia serta merupakan tradisi wilayah setempat. Pada Sebagian besar kelompok
umur terdapat perbedaan yang signifikan pada asupan zat gizi makro berdasarkan
wilayah Jawa dan Sumatera (p<0.05).

Kata kunci: Pola konsumsi, zat gizi makro, Pulau Sumatera dan Jawa

Pendahuluan Organization (WHO) menyatakan di


Saat ini, lebih dari 1,1 miliar seluruh dunia, lebih dari 1 milyar orang
dewasa di seluruh dunia kelebihan berat dewasa berada dalam kategori overweight
badan, dan 312 juta di antaranya dan lebih dari 300 juta mengalami
mengalami obesitas, World Health obesitas. Kelebihan berat badan

NutrireDiaita Volume 8 Nomor 2, Oktober 2016 114


Analisis Perbedaan Pola Konsumsi Makanan dan Asupan Zat Gizi Makro Masyarakat Wilayah Pulau Sumatera dan Jawa
(Analisis Data Riskesdas 2010)
merupakan permasalahan kesehatan yang banyak manfaatnya apabila jenis-jenis
dapat ditemukan hampir di seluruh makanan yang tersedia tidak cocok
kelompok usia pada semua tingkat dengan pola kebiasaan individu dalam
masyarakat. Keadaan gizi seseorang memilih makanan dan mengkonsumsinya
sejatinya sangat berkaitan erat dengan sebagai reaksi terhadap pengaruh
pola makan. Pola makan yang baik fisiologis, psikologis, sosial, dan budaya
biasanya diiringi dengan tingkat keadaan (Suhardjo, 1989).
gizi yang baik, atau apabila baik konsumsi Penyediaan makanan dalam
makan seseorang maka akan baik pula keluarga sangat berpengaruh pada
status gizinya selama seseorang tersebut perilaku dan daya beli masyarakat serta
tidak memiliki faktor-faktor lain yang pola konsumsi dan kebiasaan makan,
merugikan seperti penyakit infeksi dimana pola konsumsi dan kebiasaan
(Suhardjo, 1986) makan dalam keluarga memberi dampak
Pola makan secara umum pada distribusi makanan antar anggota
dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan keluarga. Tidak sedikit keluarga yang
kebudayaan. Kebudayaan dan lingkungan menerapkan pendistribusian makanan
sekitar menuntun orang dalam yang didasarkan pada status hubungan
berperilaku dan memenuhi kebutuhan keluarga bukan berdasarkan
dasar biologisnya, termasuk kebutuhan pertimbangan gizi yang diperlukan oleh
terhadap pangan. Budaya mempengaruhi tubuh (Sediaoetama, 1993).
seseorang dalam menentukan apa yang Pola makan keluarga yang baik
akan dimakan, bagaimana pengolahan, akan menghasilkan status gizi keluarga
persiapan, dan penyajian, serta untuk yang baik pula. Status gizi keluarga dapat
siapa, dan dalam kondisi bagaimana dikatakan baik bila anggota keluarga yang
pangan tersebut dikonsumsi termasuk dalam kelompok rentan gizi
(Sulistyoningsih, 2011). (bayi, balita, anak sekolah, remaja, ibu
Keragaman konsumsi pangan di hamil/menyusui dan lansia) tidak
tingkat tumah tangga erat kaitannya bermasalah dengan status gizinya.
dengan ciri-ciri demografis, aspek sosial, Kelompok rentan gizi dipergunakan
ekonomi serta potensi sumber daya alam sebagai acuan status gizi keluarga karena
setempat. Perbedaan tersebut, ditambah kelompok rentan gizi adalah kelompok
dengan kendala dalam distribusi pangan rawan yang perlu mendapatkan perhatian
antar daerah, menyebabkan pola lebih dibandingkan kelompok-kelompok
konsumsi makanan antar daerah akan lainnya (Husaini, 1996).
bervariasi dari satu daerah ke daerah lain. Masayarakat etnis Sumatera dan
Bangsa Indonesia terdiri lebih dari Jawa sudah lama terkenal memiliki pola
300 suku bangsa. Contoh suku di makan yang spesifik. Mayoritas suku
Indonesia antara lain suku Jawa, suku Jawa diidentikkan menyukai makanan
Sunda, suku Tengger, suku Aceh, suku berasa manis. Sedangkan suku Melayu
Batak, suku Asmat, suku Dayak, suku diidentikkan lebih menyukai makanan
Bali, suku Sasak, suku Melayu dan yang berasa sedikit asin dan
sebagainya. Suku bangsa tersebut pengolahannya dengan menggunakan
memiliki adat istiadat dan budaya yang santan dan lemak tinggi. (Fauci et al.
berbeda satu sama lain. Secara fisik pun 2008). Kondisi demografis yang berbeda
kadang mempunyai ciri khas tersendiri antara pula jawa dan sumatera juga
(Shahab, 2003). Beragam budaya yang mungkin menjadi faktor yang
ada maka beragam juga jenis makanan mempengaruhi pola konsumsi
yang tersedia dan beragam juga kebiasaan masyarakatnya.
makannya. Fungsi budaya adalah untuk Makanan dan pola konsumsi
menjamin kelangsungan hidup dan masyarakat merupakan salah satu bagian
kesejahteraan masyarakat melalui cara- dari fenomena budaya masyarakat yang
cara yang teruji untuk memenuhi menentukan arah dan rancangan akan
keperluan manusia seperti kebutuhan hidupnya mengenai makanan ke dalam
pangan (Suhardjo, 1989). Persediaan bentuk pola makan. Sistem pengetahuan
makanan yang cukup atau melimpah dan norma-norma berkenan dengan
untuk mencukupi kebutuhan gizi tidak makanan tentunya tidak terlepas akan

NutrireDiaita Volume 8 Nomor 2, Oktober 2016 115


Analisis Perbedaan Pola Konsumsi Makanan dan Asupan Zat Gizi Makro Masyarakat Wilayah Pulau Sumatera dan Jawa
(Analisis Data Riskesdas 2010)
pemahaman mereka dari segi emik. Foster Hasil dan Pembahasan
(1968:315) mengartikan makanan sebagai Sampel ada penelitian ini adalah
sesuatu yang tumbuh di ladang–ladang, seluruh masyarakat yang tinggal di
yang berasal dari lauk yang muncul wilayah pulau Jawa dan Sumatera dan
dimeja kita pada waktu makan. Dapat berusia 4-97 tahun. Seperti yang
berarti pula bahwa yang dikategorikan tercantum pada tabel 5.1, mayoritas umur
sebagai makanan adalah bahan yang ada sampel adalah 30-49 tahun (32.6%),
di lingkungan tersebut. berjenis kelamin perempuan (50.9%).
Indonesia sebagai negara Sampel terbanyak berasal dari Wilayah
kepulauan yang memiliki lebih dari 300 pulau Jawa yaitu sejumlah 121.498 orang
etnis memiliki berbagai jenis kebudayaan dan lebih dari separuh tinggal di daerah
dan kondisi lingkungan yang daat pedesaan.
mempengaruhi pola konsumsi pangan Tabel 1
rumah tangga masyarakat. Pengaruh Karakteristik Responden
kebiasaan dan kebudayaan yang ada Karakteristik
n %
mungkin bisa membatasi masyarakat Responden
dalam memilih makanan yang Usia
dikonsumsi. Upaya penganekaragaman 4-6 tahun 7446 4.3
pangan diharapkan dapat merubah 7-9 tahun 11431 6.6
kebiasaan makan ataupun pola makan 10-12 tahun 10806 6.3
yang ada dalam masyarakat. Perubahan 13-15 tahun 10455 6.1
ini diharapkan agar susunan menu 16-18 tahun 9075 5.3
makanan sehari-hari memenuhi 19-29 tahun 32141 18.7
kecukupan gizi yang dianjurkan, serta 30-49 tahun 56122 32.6
ketergantungan akan satu jenis makanan 50-64 tahun 23531 13.7
lambat laun dapat berubah. Adapun 65-80 tahun 9747 5.7
tujuan dari penelitian ini adalah >80 tahun 1180 0.7
menganalisis perbedaan pola konsumsi Jenis Kelamin
dan asupan energi dan zat gizi Makro Laki-laki 84502 49.1
Masyarakat wilayah pulau Sumatera dan
Perempuan 87432 50.9
Jawa.
Provinsi
Metode Sumatera 50436 29.3
Penelitian ini menggunakan data Jawa 121498 70.7
sekunder yang bersumber dari hasil Tipe Wilayah
Riskesdas Kementerian Kesehatan Desa 91458 53.2
Republik Indonesia tahun 2010. Wilayah Kota 80476 48.6
Penelitian meliputi Seluruh Provinsi di
wilayah pulau Sumatera dan Jawa. Pola Konsumsi Sumber Bahan Makanan
Sebanyak 121498 untuk masyarakat Pokok
pulau Jawa dan 50436 untuk masyarakat Pola konsumsi masyarakat di pulau
pulau Sumatera menjadi sampel pada Jawa dan Sumatera, ditandai dengan jenis
penelitian ini. Sampel tersebut diambil bahan makanan yang dikonsumsi relatif
dengan cara purposive sesuai dengan cukup beragam, dengan nasi masih
kriteria lalu dikelompokkan berdasarkan dominan sebagai sumber bahan makanan
kelompok umur sesuai dengan Angka pokok, ikan dan daging sebagai sumber
kecukupan Gizi yang dianjurkan tahun protein hewani, tahu dan tempe sebagai
2013. sumber protein nabati dan beragam jenis
Analisis data menggunakan metode sayuran dan buah-buahan. Pola
Independent T-Test untuk melihat apakah konsumsi pangan adalah berbagai
ada perbedaan pola konsumsi dan asupan informasi yang memberikan gambaran
zat gizi makro pada masyarakat di Pulau mengenai jenis, frekuensi dan jumlah
Jawa dan Sumatera. Analisis univariat bahan pangan yang dimakan tiap hari
dilakukan untuk melihat gambaran oleh satu orang atau merupakan ciri khas
karakteristik masyarakat. untuk sesuatu kelompok masyarakat

NutrireDiaita Volume 8 Nomor 2, Oktober 2016 116


Analisis Perbedaan Pola Konsumsi Makanan dan Asupan Zat Gizi Makro Masyarakat Wilayah Pulau Sumatera dan Jawa
(Analisis Data Riskesdas 2010)
tertentu (Santoso, 2004). Pangan hasil olahannya. Makanan sumber zat
merupakan kebutuhan mendasar bagi pengatur adalah semua sayur-sayuran
hidup manusia. Pangan yang dikonsumsi dan buah-buahan. Makananini
beragam jenis dengan berbagai cara mengandung berbagai vitamin dan
pengolahanya. Di masyarakat dikenal pola mineral, yang berperan untuk
pangan atau kebiasaan makan yang ada melancarkan bekerjanya fungsi organ
pada masyarakat dimana seseorang anak tubuh. Keanekaragaman makanan dalam
hidup. Keadaan kesehatan tergantung hidangan sehari-hari yang dikonsumsi
dari tingkat konsumsi. Tingkat konsumsi minimal harus berasal dari setiap satu
ditentukan oleh kualitas serta kuantitas jenis makanan sumber zat tenaga, zat
hidangan. Kuantitas hidangan pembangun dan zat pengatur. Prinsip
menunjukan adanya semua zat gizi yang idealnya setiap kali makanan, hidangan
diperlukan tubuh di dalam susunan tersebut terdiri dari 4 kelompok makanan
hidangan dan perbandingannya yang satu (makanan pokok, lauk pauk, sayur dan
terhadap yang lain. Kuantitas buah).
menunjukan jumlah masing-masing zat Masyarakat di pulau Sumatera
gizi terhadap kebutuhan tubuh. Jika masih memilih nasi sebagai sumber
susunan hidangan memenuhi kebutuhan pangan makanan pokok (63%) diikuti
tubuh, baik dari sudut kualitas maupun dengan Mie (20%) dan berbagai sumber
kuantitasnya, maka tubuh akan bahan makanan lain. (Gambar 1). Hampir
mendapat kondisi kesehatan gizi yang serupa dengan masyarakat wilayah
sebaik-baiknya. Konsumsi yang Sumatera, di pulau Jawa nasi juga masih
menghasilkan kesehatan gizi yang sebaik- mendominasi sebagai sumber makanan
baiknya disebut konsumsi adekuat. Bila pokok utama bagi masyarakat (59%).
konsumsi baik kuantitasnya dan dalam Namun jenis bahan makanan pokok yang
jumlahnya melebihi kebutuhan tubuh dikonsumsi di wilayah Jawa sedikit lebih
dinamakan konsumsi berlebih, maka beragam dengan adanya Misoa (1%),
akan terjadi suatu keadaan gizi lebih. Beras ketan (1%), Singkong (4%0 dan
(Sediaoetama, 2002). tepung-tepungan.
Makan makanan beranekaragam
sangat bermanfaat bagi kesehatan, karena Pola Konsumsi Sumber Protein Hewani
tidak ada satu jenis makanan yang Gambar 2 menunjukkan bahwa
mengandung semua zat gizi yang bahan makanan sumber protein hewani
dibutuhkan seseorang untuk tumbuh yang dikonsumsi oleh masyarakat pulau
kembang menjadi sehat dan produktif. sumatera cukup beragam, diantaranya
Makanan anekaragam menjamin adalah daging sapi (15%), Ikan teri (21%),
terpenuhinya kecukupan sumber zat dan ayam (15%) selain itu mereka juga
tenaga, zat pembangun, dan zat pengatur. mengkonsumsi berbagai jenis unggas,
Makanan sumber zat tenaga seperti beras, telur unggas, daging babi dan daging
jagung, gandum, roti, dan ubi, olahan sebagai sumber protein Hewani.
menghasilkan energi untuk aktivitas Serupa dengan masyarakat di pulau
sehari-hari. Makanan sumber zat Sumatera, masyarakat pulau jawa
pembangun berperan sangat penting konsumsi bahan makanan sumber protein
untuk pertumbuhan dan perkembangan hewani didominasi oleh ayam (21%),
kecerdasan seseorang berasal dari bahan daging sapi (13%) dan daging olahan
makanan nabati seperti kacang-kacangan, (13%).
tempe, tahu. Sedangkan yang berasal dari
hewan adalah ikan, ayam, susu serta

NutrireDiaita Volume 8 Nomor 2, Oktober 2016 117


Analisis Perbedaan Pola Konsumsi Makanan dan Asupan Zat Gizi Makro Masyarakat Wilayah Pulau Sumatera dan Jawa
(Analisis Data Riskesdas 2010)

Gambar 1
Pola Bahan Makanan Pokok yang Dikonsumsi di Pulau Jawa dan Sumatera

Gambar 2
Pola Bahan Makanan Sumber Protein Hewani yang Dikonsumsi di Pulau Jawa dan
Sumatera

Pola Konsumsi Sumber Protein Hewani dikonsumsi oleh masyarakat. Namun


Sumber Protein Hewani dianggap didaerah sumetera terdapat sumber yang
alternatif lauk pelengkap bahan makanan tidak dikonsumsi oleh masyarakat di
pokok, namun tidak jarang masyarakat pulau jawa yaitu kacang putih, yang
Indonesia mengonsumsi sumber protein merupakan makanan khas daerah
hewani sebagai kudapan yang biasa sumatera bagian utara sebagai campuran
dikonsumsi di sela-sela waktu makan. dari gulai atau sayur. Kacang-kacangan
Seperti yang ditunjukkan oleh gambar 3, lain seperti kacang hijau, kacang koro,
sumber bahan makanan yang dikonsumsi dan oncom merupakan jenis bahan
oleh masyarakat wilayah Jawa dan makanan sumber protein nabati lain yang
Sumatera hampir sama. Secara umum dikonsumsi oleh masyarakat di Pulau
tempe dan tahuadalah bahan makanan Jawa dan Sumatera.
sumber protein nabati yang paling sering

Gambar 3
Pola Bahan Makanan Sumber Protein Nabati yang Dikonsumsi di Pulau Jawa dan
Sumatera

Pola Konsumsi Sayur-sayuran sayuran yang paling banyak dikonsumsi.


Keragaman jenis sayur-sayuran Seperti yang digambarkan pada gambar. 4
yang dikonsumsi oleh masyarakat baik di Selain bayam kacang panjang, nangka,
pulau Jawa dan Sumatera hampir sama, daun ubi jalar, terong, ketimun dan wortel
dengan bayam dan kangkung sebagai sebagai sumber sayuran lainnya.

NutrireDiaita Volume 8 Nomor 2, Oktober 2016 118


Analisis Perbedaan Pola Konsumsi Makanan dan Asupan Zat Gizi Makro Masyarakat Wilayah Pulau Sumatera dan Jawa
(Analisis Data Riskesdas 2010)
Keragaman ini mungkin disebabkan oleh Tabel 2
jenis masakan khas yang berbeda di Perbedaan Asupan Zat Gizi Makro di
setiap daerah di pulau jawa dan Pulau Jawa dan Sumatera pada
sumatera, selain itu, ketersediaan Kelompok Umur 4-6 tahun
sayuran sepanjang musim dikarenakan Asupan n Mean ± SD P-
indonesia adalah negara tropis juga Energi value
memungkinkan keragaman sumber Sumatera 2534 1080.56±457.06 0.000
sayuran Jawa 4912 1195.52±516.16
Asupan n Mean P-
Pola Konsumsi Buah-buahan Protein value
Masyarakat Indonesia pada Sumatera 2534 39.37±21.27 0.539
umumnya belum mengonsumsi buah- Jawa 4912 39.06±20.31
buahan seperti anjuran pedoman gizi Asupan n Mean P-
seimbang yaitu 3-5 porsi perhari. Buah- Lemak value
buahan yang dikonsumsi oleh Sumatera 2534 31.55±23.24 0.000
masayarakat baik di Pulau Jawa dan Jawa 4912 39.48±25.25
Sumatera hampir sama dan cukup Asupan n Mean P-
beragam, dengan jeruk, pepaya dan KH value
pisang yang paling banyak dikonsumsi. Sumatera 2534 156.84± 69.14 0.000
Selain itu terdapat apel, durian, Jawa 4912 170.11±85.08
rambutan, salak, semangka dan melon Asupan n Mean P-
sebagai sumber buah-buahan. Serat value
Berbagai penelitian telah dilakukan Sumatera 2534 4.22±3.50 0.000
mengenai keragaman konsumsi bahan Jawa 4912 5.13±3.49
makanan dimasyarakat Indonesia, faktor
yang mempengaruhi diantara lain ciri-ciri Perbedaan Asupan Zat Gizi Makro di
demografis, sosial ekonomi dan potensi Pulau Jawa dan Sumatera pada
sumber daya alam setempat. Selain itu Kelompok Umur 7-9 tahun
perbedaan demografi juga menjadi
kendala dalam distribusi pangan sehingga Tabel 3
juga bisa menjadi salah satu faktor Perbedaan Asupan Zat Gizi Makro di
perbedaan pola konsumsi antar daerah. Pulau Jawa dan Sumatera
Faktor kebiasaan yang berkaitan dengan padaKelompok Umur 7-9 tahun
unsur sosial budaya juga mempengaruhi Asupan n Mean ± SD P-value
seseorang dalam melakukan pemilihan Energi
jenis makanan. Sumatera 3829 1159 ±484.42 0.000
Jawa 7602 1258±533.16
Perbedaan Asupan Zat Gizi Makro di Asupan n Mean ± SD P-value
Pulau Jawa dan Sumatera pada Protein
Kelompok Umur 4-6 tahun Sumatera 3829 42.95±23.54 0.000
Berdasarkan tabel berikut, secara Jawa 7602 41.08±21.04
umum dapat dilihat bahwa asupan anak Asupan n Mean ± SD P-value
usia 4-6 tahun di wilayah Jawa lebih Lemak
tinggi dibandingkan dengan yang tinggal Sumatera 3829 33.58±25.23 0.002
di wilayah Sumatera, selain itu dapat Jawa 7602 41.55±26.52
diambil kesimpulan bahwa terdapat Asupan n Mean ± SD P-value
perbedaan asupan energi, lemak KH
Karbohidrat dan serat yang signifikan Sumatera 3829 168.28±73.79 0.000
diantara masyarakat kelompok umur 4-6 Jawa 7602 179.35±90.68
tahun yang tinggal di Pulau Jawa dan Asupan n Mean ± SD P-value
Sumatera (p<0.005). Berbeda dengan Serat
asupan zat gizi makro yang lain, asupan Sumatera 3829 4.7±3.30 0.000
protein pada masyarakat jawa dan Jawa 7602 5.65±3.97
sumatera tidak terdapat perbedaan yang
siginifikan (p >0.05).

NutrireDiaita Volume 8 Nomor 2, Oktober 2016 119


Analisis Perbedaan Pola Konsumsi Makanan dan Asupan Zat Gizi Makro Masyarakat Wilayah Pulau Sumatera dan Jawa
(Analisis Data Riskesdas 2010)
Pada umur 7-9 tahun, anak Asupan zat-zat gizi yang seimbang
memasuki usia sekolah. Anak sekolah dan sesuai dengan kebutuhan remaja
merupakan golongan yang mempunyai akan membantu remaja mencapai
karakteristik mulai mencoba pertumbuhan dan perkembanganyang
mengembangkan kemandirian dan optimal. Ketidak seimbangan antara
menentukan batasan-batasan norma. Di asupan kebutuhan atau kecukupan akan
sinilah variasi individu mulai lebih mudah menimbulkan masalah gizi baik itu
dikenali seperti pertumbuhan dan berupa masalah gizi lebih maupun gizi
perkembangannya, pola aktivitas, kurang. Masalah kesehatan remaja boleh
kebutuhan zat gizi, perkembangan jadi berawal pada usia yang sangat dini
kepribadian, serta asupan makanan (Arisman, 2005)
(Yatim, 2005). Berdasarkan hasil, tabel 4 asupan zat
Anak akan banyak berada di luar gizi makro anak usia 10-12 tahun di
rumah untuk jangka waktu antara 4-5 pulau Jawadan Sumatera masih dibawah
jam. Aktivitas fisik anak semakin Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan
meningkat seperti pergi dan pulang (Depkes 2013), namun secara umum
sekolah, bermain dengan teman, akan asupan anak-anak di Pulau Jawa masih
meningkatkan kebutuhan energi. Apabila lebih baik dibandingkan di Pulau
anak tidak memperoleh energi sesuai Sumatera.
kebutuhannya maka akan terjadi Berdasarkan hasil uji T didapatkan
pengambilan cadangan lemak untuk hasil bahwa terdapat perbedaan signifikan
memenuhi kebutuhan energi, sehingga Asupan zat gizi makro antara anak usia
anak menjadi lebih kurus dari 10-12 tahun di Pulau Jawa dan Sumatera
sebelumnya (Khomsan, 2010). (p<0.05)

Perbedaan Asupan Zat Gizi Makro di Perbedaan Asupan Zat Gizi Makro di
Pulau Jawa dan Sumatera pada Pulau Jawa dan Sumatera pada
Kelompok Umur 10-12 tahun Kelompok Umur 13-15 tahun

Tabel 4 Tabel 5
Perbedaan Asupan Zat Gizi Makro di Perbedaan Asupan Zat Gizi Makro di
Pulau Jawa dan Sumatera pada Pulau Jawa dan Sumatera pada
Kelompok Umur 10-12 tahun Kelompok Umur 13-15 tahun
Asupan n Mean ± SD P- Asupan n Mean ± SD P-
Energi value Energi value
Sumatera 3508 1224.40±502.89 0.000 Sumatera 3339 1260.39±510.06 0.000
Jawa 7298 1296.82±556.86 Jawa 7116 1302.12±551.72
Asupan n Mean ± SD P- Asupan n Mean ± SD P-
Protein value Protein value
Sumatera 3508 45.09±24.62 0.000 Sumatera 3339 46.56±25.61 0.000
Jawa 7298 42.09±22.61 Jawa 7116 42.55±22.81
Asupan n Mean ± SD P- Asupan n Mean ± SD P-
Lemak value Lemak value
Sumatera 3508 34.42±26.74 0.000 Sumatera 3339 34.90±27.65 0.000
Jawa 7298 42.44±28.64 Jawa 7116 42.51±29.30
Asupan n Mean ± SD P- Asupan n Mean ± SD P-
KH value KH value
Sumatera 3508 180.00±74.63 0.000 Sumatera 3339 186.30±75.95 0.828
Jawa 7298 185.89±91.82 Jawa 7116 186.69±88.60
Asupan n Mean ± SD P- Asupan n Mean ± SD P-
Serat value Serat value
Sumatera 3508 5.20±3.7 0.003 Sumatera 3339 5.50±4.21 0.000
Jawa 7298 5.95±3.9 Jawa 7116 6.15±3.99

NutrireDiaita Volume 8 Nomor 2, Oktober 2016 120


Analisis Perbedaan Pola Konsumsi Makanan dan Asupan Zat Gizi Makro Masyarakat Wilayah Pulau Sumatera dan Jawa
(Analisis Data Riskesdas 2010)
Pada usia remaja, kekurangan seperti yang ditampilkan pada tabel 6,
asupan energi dan protein akan terdapat perbedaan yang signifikan dari
mengakibatkan menurunnya berat badan asupan energi, protein, lemak, dan serat
dan keadaan kekurangan zat gizi yang pada anak usia 13-15 tahun yang tinggal
lain. Penurunan berat badan yang di wilayah Pulau Sumatera dan Jawa
berlanjut akan menyebabkan keadaan gizi (p<0.05) dimana secara umum asupan
kurang yang akan berakibat anak di wilayah pulau Jawa lebih tinggi
terhambatnya proses tumbuh kembang dibandingkan dengan Asupan zat gizi
(Nurmalia, 2013). Dari hasil penelitian ini, makro anak di Pulau Sumatera.
terlihat bahwa asupan energi dan protein
anak usia 13-15 tahun masih dibawah Perbedaan Asupan Zat Gizi Makro di
80% dari angka kecukupan gizi yang Pulau Jawa dan Sumatera pada
dianjurkan. Namun seperti yang Kelompok Umur 19-29 tahun
ditampilkan pada tabel 5, terdapat
perbedaan yang signifikan dari asupan Tabel 7
energi, protein, lemak, dan serat pada Perbedaan Asupan Zat Gizi Makro di
anak usia 13-15 tahun yang tinggal di Pulau Jawa dan Sumatera pada
wilayah Pulau Sumatera dan Jawa Kelompok Umur 19-29 tahun
(p<0.05). Asupan n Mean ± SD P-
Energi value
Perbedaan Asupan Zat Gizi Makro di Sumatera 10040 1323.52±500.83 0.010
Pulau Jawa dan Sumatera pada Jawa 22101 1339.62±528.12
Kelompok Umur 16-19 tahun Asupan n Mean ± SD P-
Protein value
Tabel 6 Sumatera 10040 48.87±25.77 0.000
Perbedaan Asupan Zat Gizi Makro di Jawa 22101 44.74±22.81
Pulau Jawa dan Sumatera pada Asupan n Mean ± SD P-
Kelompok Umur 16-19 tahun Lemak value
Sumatera 10040 35.47±26.97 0.000
Asupan n Mean ± SD P- Jawa 22101 42.69±29.03
Energi value Asupan n Mean ± SD P-
Sumatera 2829 1270.40±485.73 0.000 KH value
Jawa 6264 1327.68±548.35 Sumatera 10040 198.60±75.66 0.000
Asupan n Mean ± SD P- Jawa 22101 193.64±81.18
Protein value Asupan n Mean ± SD P-
Sumatera 2829 47.04±24.11 0.000 Serat value
Jawa 6264 43.80±23.40 Sumatera 10040 5.95±4.93 0.000
Asupan n Mean ± SD P- Jawa 22101 6.76±4.35
Lemak value
Sumatera 2829 34.87±26.86 0.000
Masa dewasa awal dimulai pada
Jawa 6264 43.39±30.08 umur 18 tahun sampai kira-kira umur 40
Asupan n Mean ± SD P- tahun. Saat perubahan-perubahan fisik
KH value dan psikologis yang menyertai
Sumatera 2829 188.32±73.47 0.402 berkurangnya kemampuan reproduktif
Jawa 6264 189.88±85.40 (Hurlock, 1996). Pada masa dewasa ini
Asupan n Mean ± SD P- perhatian lebih khusus ditujukan pada
Serat value keterkaitan berat badan, meskipun berat
Sumatera 2829 5.68±5.61 0.000 badan dan keterkaitanya ada di sepanjang
Jawa 6264 6.47±4.08 siklus kehidupan ini, karena
permasalahan berat badan ini mencapai
Dari hasil analisis, terlihat bahwa puncaknya pada masa dewasa, demikian
asupan energi,protein, lemak, juga prevalensi dan keparahanya
karbohidrat, dan serat anak usia 16-19 (Departemen FKM UI Gizi dan Kesehatan
tahun masih dibawah 80% dari angka Masyarakat, 2008). Asupan zat gizi makro
kecukupan gizi yang dianjurkan. Namun yang berlebihan dapat mengakibatkan

NutrireDiaita Volume 8 Nomor 2, Oktober 2016 121


Analisis Perbedaan Pola Konsumsi Makanan dan Asupan Zat Gizi Makro Masyarakat Wilayah Pulau Sumatera dan Jawa
(Analisis Data Riskesdas 2010)
munculnya enyakit degeneratif yang lebih karbohidrat dan lemak. Berdasarkan
awal, dan sebaliknya kekurangan asupan anjuran WHO (2010) dan IOM (2005),
zat gizi makro secara terus menerus kontribusi energi dari lemak bagi remaja
mengakibatkan rendahnya produktifitas dan dewasa sebaiknya tidak melebihi
dan rentan terhadap penyakit infeksi. 30%. Anjuran konsumsi lemak bagi orang
Berdasarkan hasil analisis pada dewasa seperti tercantum dalam salah
tabel 7, didapatkan hasil bahwa terdapat satu pesan Pedoman Umum Gizi
perbedaan yang signifikan dari asupan Seimbang adalah batasi konsumsi lemak
energi, protein, lemak, karbohidrat dan sampai 25% kecukupan energi.
serat padamasyarakat usia 19-29 tahun Berdasarkan hasil analisis pada
yang tinggal di wilayah Pulau Sumatera tabel 8 diatas, didapatkan hasil bahwa
dan Jawa (p<0.05) dimana secara umum terdapat perbedaan yang signifikan dari
asupan masyarakat di wilayah pulau asupan, protein, lemak, karbohidrat dan
Jawa lebih tinggi dibandingkan dengan serat pada masyarakat usia 30-49 tahun
Asupan zat gizi makro anak di pulau yang tinggal di wilayah Pulau Sumatera
Sumatera. dan Jawa (p<0.05) dimana secara umum
asupan masyarakat di wilayah pulau
Perbedaan Asupan Zat Gizi Makro di Jawa lebih tinggi dibandingkan dengan
Pulau Jawa dan Sumatera pada Asupan zat gizi makro masyarakat di
Kelompok Umur 30-49 tahun pulau Sumatera.

Tabel 8 Perbedaan Asupan Zat Gizi Makro di


Perbedaan Asupan Zat Gizi Makro di Pulau Jawa dan Sumatera pada
Pulau Jawa dan Sumatera pada Kelompok Umur 50-64 tahun
Kelompok Umur 30-49 tahun
Tabel 9
Asupan n Mean ± SD P- Perbedaan Asupan Zat Gizi Makro di
Energi value Pulau Jawa dan Sumatera pada
Sumatera 15998 1346.85±494.94 0,650 Kelompok Umur 50-64 tahun
Jawa 40124 1349.03±520.97 Asupan n Mean ± SD P-
Asupan n Mean ± SD P- Energi value
Protein value Sumatera 5986 1301.29±491.06 0.029
Sumatera 15998 49.27±25.67 0.000 Jawa 17545 1258.07±512.62
Jawa 40124 44.83±23.03 Asupan n Mean ± SD P-
Asupan n Mean ± SD P- Protein value
Lemak value Sumatera 5986 47.46±25.82 0.000
Sumatera 15998 34.72±25.87 0.000 Jawa 17545 42.10±22.32
Jawa 40124 42.59±25.58 Asupan n Mean ± SD P-
Asupan n Mean ± SD P- Lemak value
KH value Sumatera 5986 32.60±25.55 0.000
Sumatera 15998 205.95±77.94 0.000 Jawa 17545 40.24±27.85
Jawa 40124 196.81±79.03 Asupan n Mean ± SD P-
Asupan n Mean ± SD P- KH value
Serat value Sumatera 5986 201.62±76.67 0.000
Sumatera 15998 6.03±4.20 0.000 Jawa 17545 189.59±77.65
Jawa 40124 7.03±4.71 Asupan n Mean ± SD P-
Serat value
Analisis data konsumsi pangan Sumatera 5986 5.81±4.1 0.000
Riskesdas 2010 (Hardinsyah dkk, 2012) Jawa 17545 6.95±4.85
menunjukkan rata-rata proporsi
konsumsi energi dari lemak penduduk Pada saat seseorang memasuki usia
Indonesia saat ini sekitar 25-29% dari 50-64 tahun, saat itu ia memasuki masa
total konsumsi energi. Secara umum prelansia. Pada tahap ini, gaya hidup dan
penduduk Indonesia ini masih konsumsi pola konsumsi yang diterapkan sejak usia
protein rendah dan cenderung tinggi muda bahkan anak-anak dapat ber-

NutrireDiaita Volume 8 Nomor 2, Oktober 2016 122


Analisis Perbedaan Pola Konsumsi Makanan dan Asupan Zat Gizi Makro Masyarakat Wilayah Pulau Sumatera dan Jawa
(Analisis Data Riskesdas 2010)
pengaruh besar terhadap asupan zat gizi disimpulkan bahwa terdapat perbedaan
makro yang diterima oleh tubuh, sehingga yang signifikan asupan zat gizi makro
secara tidak sadar asupan berlebih yang masyarakat usia 65-80 tahun yang tinggal
diterima tubuh pada saat muda dapat di wilayah Jawa dan Sumatera (p<0.05)
berdampak besar pada saat usia pre
lansia (45-54 tahun) ditambah kurangnya Tabel 10
aktifitas fisik (Phillips et al, 2012). Perbedaan Asupan Zat Gizi Makro di
Berdasarkan hasil analisis pada Pulau Jawa dan Sumatera pada
tabel 9, didapatkan hasil bahwa terdapat Kelompok Umur 65-80 tahun
perbedaan yang signifikan dari asupan Asupan n Mean ± SD P-
energi, protein, lemak, karbohidrat dan Energi value
serat padamasyarakat usia 50-64 tahun Sumatera 2100 1169.670±463.59 0.050
yang tinggal di wilayah Pulau Sumatera Jawa 7674 1147.20±479.99
dan Jawa (p<0.05) dimana secara umum Asupan n Mean ± SD P-
asupan masyarakat di wilayah Pulau Protein value
Sumatera lebih tinggi dibandingkan Sumatera 2100 42.65±22.63 0.000
dengan asupan zat gizi makro masyarakat Jawa 7674 36.98±20.91
di Pulau Jawa. Asupan n Mean ± SD P-
Lemak value
Perbedaan Asupan Zat Gizi Makro di Sumatera 2100 28.33±23.33 0.000
Pulau Jawa dan Sumatera pada Jawa 7674 35.52±26.20
Kelompok Umur 64-80 tahun Asupan n Mean ± SD P-
Lanjut usia merupakan proses KH value
alamiah yang pasti akan dialami oleh Sumatera 2100 183.08±74.45 0.000
semua orang yang dikaruniai usia Jawa 7674 171.02±71.77
panjang. Seiring bertambahnya usia, Asupan n Mean ± SD P-
lansia banyak mengalami perubahan baik Serat value
perubahan struktur dan fungsi tubuh, Sumatera 2100 4.9±3.70 0.000
kemampuan kognitif maupun perubahan Jawa 7674 6.21±4.49
status mental. Perubahan struktur dan
fungsi tubuh pada lansia terjadi hampir di Perbedaan Asupan Zat Gizi Makro di
semua sistem tubuh, seperti sistem saraf, Pulau Jawa dan Sumatera pada
pernafasan, endokrin, kardiovaskuler dan Kelompok Umur >80 tahun
kemampuan musculoskeletal. Salah satu Menurut hasil susenas 2010
perubahan struktur dan fungsi terjadi terdapat peningkatan jumlah lansia dari
pada sistem gastrointestinal. Banyak 14 juta jiwa menjadi 19 juta jiwa dan
masalah gastrointestinal yang dihadapi diproyeksikan akan terus meningkat
oleh lansia berkaitan dengan gaya hidup. sehingga diperkirakan pada tahun 2020
Mulai dari gigi sampai anus terjadi akan menjadi 28,8 juta jiwa.
perubahan morfologik degeneratif, antara Penambahan jumlah lanjut usia
lain perubahan atrofi pada rahang, akan menimbulkan berbagai
mukosa, kelenjar dan otot-otot permasalahan kompleks bagi lansia,
pencernaan (Prastiwi, 2010). Selain itu, keluarga maupun masyarakat meliputi
perubahan besar terjadi juga pada aspek fisik, biologis, mental maupun
komposisi tubuh sebagai akibat proses sosial ekonomi. Seiring permasalahan
menua. tersebut, akan mempengaruhi asupan
Berdasarkan hasil analisis yang makannya yang pada akhirnya dapat
dilakukan pada 9774 orang sampel, berpengaruh terhadap status gizi.
didapatkan hasil bahwa asupan zat gizi Berbagai penelitian yang telah dilakukan
makro masyarakat usia 65-80 tahun yang selama ini memperlihatkan hasil bahwa
tinggal di wilayah Jawa dan Sumatera sebagian lansia mengalami kurang energi
masih dibawah angka kecukupan gizi kronis dan juga permasalahan kelebihan
yang dianjurkan. berat bdan dan obesitas.
Analisis dilanjutkan dengan uji t Berdasarkan hasil analisis yang
independen, berdasarkan hasil uji t, dan dilakukan pada 1108 orang sampel,
seperti ditunjukkan oleh tabel 10 dapat

NutrireDiaita Volume 8 Nomor 2, Oktober 2016 123


Analisis Perbedaan Pola Konsumsi Makanan dan Asupan Zat Gizi Makro Masyarakat Wilayah Pulau Sumatera dan Jawa
(Analisis Data Riskesdas 2010)
didapatkan hasil bahwa asupan zat gizi tahun masih dibawah 80% dari angka
makro masyarakat usia >80 tahun yang kecukupan gizi yang dianjurkanAsupan
tinggal di wilayah Jawa dan Sumatera zat gizi makro masyarakat usia 4-97
masih dibawah angka kecukupan gizi tahun di Wilayah Sumatera relatif lebih
yang dianjurkan. Analisis dilanjutkan rendah dibandingkan asupan masyarakat
dengan uji t independen, dan seperti wilayah Jawa.Ada perbedaan signifikan
ditunjukkan oleh tabel 11 bahwa terdapat asupan zat gizi makro (P<0.05) pada
perbedaan yang signifikan asupan zat gizi masyarakat di wilayah Jawa dan
makro masyarakat usia >80 tahun yang Sumatera Analisis keragaman pangan
tinggal di wilayah Jawa dan Sumatera dengan metode yang lebih spesifik
(p<0.05) mungkin diperlukan untuk analisis
lanjutan. Analisis faktor sosial ekonomi
Tabel 11 dan budaya terhadap pola konsumsi dan
Perbedaan Asupan Zat Gizi Makro di asuan zat gizi disarankan untuk
Pulau Jawa dan Sumatera pada penelitian selanjutnya.
Kelompok Umur >80 tahun
Asupan n Mean ± SD P- Daftar Pustaka
Energi value Apomfires, F. (2002). Makanan pada
Sumatera 273 1106.120±441.97 0.369 komunitas adat Jae: Catatan
Jawa 907 1078.86±438.11 sepintas lalu dalam penelitian gizi.
Asupan n Mean ± SD P- Jurnal Antropologi Papua, 1(2).
Protein value
Sumatera 273 40.31±21.56 0.000 Arisman. (2002). Buku ajar ilmu gizi: Gizi
Jawa 907 34.07±18.59 dalam daur kehidupan. Palembang:
Asupan n Mean ± SD P- Buku Kedokteran
Lemak value
Sumatera 273 27.15±20.43 0.000 Bahri, S. (2003). Pola makan vegetarian
Jawa 907 33.42±23.49 dan non vegetarian pada kelompok
Asupan n Mean ± SD P- Maitreya Indonesia di Medan.
KH value (Skripsi), Universitas Sumatera
Sumatera 273 172.35±70.57 0.032 Utara, Medan.
Jawa 907 162.16±86.18
Asupan n Mean ± SD P- Balitbangkes. (2009). Laporan hasil Riset
Serat value Kesehatan Dasar (Riskesdas).
Sumatera 273 4.69±3.840 0.000 Departemen Kesehatan Republik
Jawa 907 6.19±5.28 Indonesia.

Kesimpulan Balitbangkes. (2010). Laporan hasil Riset


Pola konsumsi masyarakat Kesehatan Dasar (Riskesdas)
Sumatera dan Jawa masih didominasi Indonesia tahun 2010. Kementerian
oleh nasi sebagai makananpokok, daging Kesehatan Republik Indonesia.
sapi, ikan asin dan telur sebagai sumber
protein hewani, tahu dan tempe sebagai Depkes RI. (2000). Rencana pembangunan
sumber bahan makanan protein kesehatan menuju Indonesia sehat.
nabati.Sayur dan buah yang banyak Jakarta.
dikonsumsi oleh masyarakat baik di Pulau
Jawa dan Sumatera kebanyakan adalah Foster, A. (1986). Antropologi kesehatan.
buah dan sayur yang tersedia sepanjang Jakarta: UI-Press.
tahun seperti bayam, buncis dan wortel,
serta pisang, pepaya dan jeruk. Sebagian Fauci et al. (2008). Harrison’s Principle of
bahan makanan merupakan bahan Internal Medicine, (17th ed) (page.
makanan khas wilayah tertentu sehingga 1553-1558). New York: McGraw-
tidak biasa dikonsumsi oleh masyarakat Hill.
wilayah lainnya. Hampir semua asupan
zat gizi makro masyarakat usia 4-97

NutrireDiaita Volume 8 Nomor 2, Oktober 2016 124


Analisis Perbedaan Pola Konsumsi Makanan dan Asupan Zat Gizi Makro Masyarakat Wilayah Pulau Sumatera dan Jawa
(Analisis Data Riskesdas 2010)
Husaini. (1996). Makanan bayi bergizi. Departemen Pendidikan dan
(Cetakan ke-7). Yogyakarta: Gadjah Kebudayaan Dirjen Pendidikan
Mada University Press. Tinggi.

Moehji, S. (1985). Ilmu gizi. Jakarta: Sulistyoningsih, H. (2011). Gizi untuk


Bhratara Karya Aksara. kesehatan ibu dan anak.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Nurmalia, D. (2013).Pengetahuan gizi,
body image, dan status gizi remaja Syahhril, M. (2002). Pola makan keluarga
di SMA Islam Athirah Makassar. pada Suku Batak Toba dan Suku
Jawa di Kecamatan Percut Sei Tuan
Sediaoetama, A. (2004). Ilmu gizi untuk tahun 2002. (Skripsi). Universitas
mahasiswa dan profesi. (edisi Sumatera Utara, Medan.
kelima, hal: 1-244). Jakarta: Dian
Rakyat. Santoso, S, dkk. (2004). Kesehatan dan
gizi, (cetakan kedua). Jakarta: PT.
Suhardjo. (1986). Pangan, gizi, dan Asdi Mahasatya
pertanian. Jakarta: UI Press.
WHO. (2004). Diakses dari:http://www.who.
Suhardjo. (1989). Sosio budaya gizi. int/gho/ncd/risk_factors/overweight/en/
Bogor: PAU Pangan dan Gizi IPB,

NutrireDiaita Volume 8 Nomor 2, Oktober 2016 125

You might also like