Professional Documents
Culture Documents
net/publication/274712388
CITATIONS READS
0 711
4 authors, including:
Bernatal Saragih
Universitas Mulawarman
51 PUBLICATIONS 17 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
Advanced Tests for New Multivitamin Release from Local Ingredients View project
IDENTIFIKASI DAN KARAKTERISASI BAHAN PANGAN LOKAL ETNIS DAYAK UNTUK MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN View project
All content following this page was uploaded by Bernatal Saragih on 10 April 2015.
Bernatal Saragih
Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian
Universitas Mulawarman Samarinda
Email: saragih_bernatal@yahoo.com
ABSTRACT
ABSTRAK
1
di Kabupaten Kutai Timur. Hasil. Rata-rata status gizi (z-skor) bayi adalah
-0,3. Ibu pelaku positive deviance (PD) memberikan menu makanan
berdasarkan ketersediaan dan kesukaan dari balita. Informasi utama yang
diperoleh ibu (informan) dalam menentukan variasi makanan dari
posyandu, selain itu dari media televisi, teman dan orang tua/mertua. Ibu
memiliki usaha yang gigih untuk mengatasi masalah nafsu makan pada
balita terutama terutam saat sakit dengan makanan yang mudah ditelan
anak seperti bubur. Walaupun miskin keluarga pelaku Positive Deviance
juga memiliki ketahanan pangan yang baik. Kesimpulan. Pemberian
makan dengan membujuk anak makan selain dengan gizi yang berimbang
merupakan strategi yang paling sering dilakukan ibu sebagai pelaku PD.
PENDAHULUAN
masyarakat2-3.
2
Ketahanan pangan dan kemiskinan merupakan dua masalah serius
hingga akhir tahun 2012 masih ada puluhan ribu jiwa. Ancaman
pada bayi dan balita membutuhkan perhatian serius oleh segenap elemen
Salah satu kajian yang menarik yang dapat dijadikan pijakan dalam
METODE
3
memiliki balita gizi baik yang ada dilokasi penelitian 4 RT yaitu di
Samarinda Ilir dan di Kelurahan Teluk Lerong Samarinda Ulu dan Desa
Sangkima Lama Dusun II dan Dusun III serta Desa Singa Geweh
tangga miskin yang memiliki bayi dengan status gizi baik yang datanya
kemiskinan Samarinda dan Kutai Timur yang memiliki gizi balita yang baik.
Karakteristik anak meliputi jenis kelamin, umur dan berat badan. Data
berat badan anak diukur dengan menimbang berat badan dengan alat
timbangan merek Sayota (ketelitian 0,1kg) dan data status gizi dianalisis
dan dikatakan rumah tangga tahan pangan bila menjawab Tidak pada
4
HASIL
Karakteristik Ibu
87% (19 orang), sedangkan 13 % (3 orang) selain ibu rumah tangga juga
memiliki pekerjaan tambahan (satu orang jualan kue, satu orang jualan
pakaian dan satu orang pembantu rumah tangga). Ibu berumur 24 sampai
37 tahun, dengan jumlah ibu yang berumur 24-30 tahun sebanyak 45%
(10 orang) dan berumur >30-37 tahun sebanyak 55% (12 orang). Jumlah
Karakteristik anak
berdasarkan umur, jenis kelamin dan status gizi tertera pada Tabel 1.
5
9 1 2 17 48 0,4 Baik
10 1 1 11 22 -0,9 Baik
11 1 1 14 41 -0,7 Baik
12 1 1 13 36 -0,8 Baik
13 2 1 11 22 -0,6 Baik
14 2 1 13 34 -0,6 Baik
15 2 1 12 36 -1,4 Baik
16 2 1 12 26 -0,4 Baik
17 2 2 14 59 -1,7 Baik
18 2 2 10 25 -1,2 Baik
19 2 2 11 24 -0,4 Baik
20 2 2 9 12 0,1 Baik
21 2 1 10 17 -0,6 Baik
22 2 1 11 24 -0,9 Baik
Keterangan: Jenis Kelamin: 1(laki-laki), 2(Perempuan);
Daerah: 1 (kota), 2(Desa)
nomor 13 sampai 22. Nilai Z-skor rata-rata anak balita adalah -0,3 BB/U
(Tabel 1).
“Menurut saya makanan yang bagus itu makanan yang disukai anak saya
balita serta memberikan makanan nasi, ikan dan sayur yang berimbang.
Rata-rata balita menyukai olahan sayur bening dan ikan serta dilengkapi
dengan buah-buahan.
6
Berapa kali pemberian makan anak?
makan anak minimum 3 kali sehari hampir dilakukan oleh semua informan
pada anaknya hal ini sangat sesuai karena kebutuhan zat gizi anak
“Penyakit penyerta anak balita pileks, demam, batuk, muntah dan satu
yaitu sebagai berikut: “Biasanya berat badan bayi turun itu lagi sakit,
walaupun jarang jua(juga) sih turun. Kalau turun ya dikasih makan yang
baik, jajannya saya kurangi. Saya beri minum susu. Kalau beratnya turun
kader pasti tanya kenapa bisa, atau kalau kelebihan kader kasih tahu
“Saya memberi makan anak saya bila tidak nafsu makan baik pada saat
7
berdasarkan makanan kesukaan anak saya jika dia mau mi saya beri mi
frekuensi pemberian variasi menu para ibu pun memperhatikan pola asuh
kepada balita karena pola asuh makan pun berperan dalam menjaga
“Kalau anak minta makan saya langsung kasih karena mumpung dia mau
makan. Tergantung anak saya minta makan kapan saja jadi selalu
menyiapkan makanan yang ingin dimakan sama dia. Kalau dia tidak minta
makan ya saya tidak kasih. Saya juga tidak pernah melarang dia mau
khususnya pengasuhan gizi lebih banyak dilakukan oleh sang ibu dan
Ada juga ibu (9 informan) menjawab sambil diajak main agar dia mau
makan dan kurang memperhatikan jadwal makan pada balita secara baik.
meminta makan, bukan dari kedisiplinan ibu untuk mengatur waktu makan
8
“Yang paling penting kebutuhan anak paling penting, untuk beli susu dan
lain-lain, kemudian jika ada sisanya baru saya atur untuk kebutuhan lain”
makanan dari posyandu (22 informan) selain itu dari media televisi dan
Apa saja usaha menjaga gizi balita selain pemberian variasi makanan?
Usaha lain yang dilakukan oleh informan untuk menjaga gizi balita
berikut:
ceritaan itu tanya-tanya juga sama kader apa ja yang bagus dimakan
9
Dari 22 informan ibu semuanya memiliki rumah tangga yang tahan
pangan(Tabel 2).
meminjam sama sudara dan orang tua menjadi prioritas utama jika
10
pangan terjadi karena pendapatan menurun dan musim panceklik (Tabel
2). Ketahanan pangan keluarga juga dalam kategori baik lebih dari 50%
BAHASAN
indikator BB/U atau Berat badan menurut Umur karena Berat badan
tentang massa tubuh (otot dan lemak). Massa tubuh sifatnya akut
menunjukkan rata-rata status gizi (z-skor) bayi adalah -0,3 dengan tidak
ada gizi lebih (Z-skor >+2 SD), pada hal keluarga miskin. Akar masalah
gizi adalah terjadinya krisis ekonomi, politik dan sosial termasuk kejadian
status gizi balita. Adanya gizi baik pada balita dipengaruhi beberapa faktor
salah satunya ada usaha/cara ibu untuk menjaga gizi baik pada balita.
Salah satu bentuk usaha diwujudkan oleh ibu adalah dengan giatnya
11
Ibu Sebagai Pelaku Penyimpangan Positif
beragam dan bergizi sudah baik dan juga memperhatikan kesukaan anak.
Namun, ada juga jenis menu yang juga sering diberikan seharusnya tidak
diberikan pada balita, yaitu pemberian menu instan seperti mie instan. Hal
ini terjadi karena kemudahan ibu untuk mempersiapkan jika tidak ada
bahan pangan lain atau buru-buru mau mengerjakan aktivitas ibu rumah
ditanya ulang adalah makanan yang mudah didapat dan selalu tersedia
bayam.
oleh semua informan dalam memenuhi asupan gizi sumber energi, protein,
vitamin dan mineral. Perilaku penyimpangan positif ibu yang miskin sangat
berkembang7.
badan balita. Kalau beratnya turun kader pasti tanya kenapa bisa, atau
12
kalau kelebihan kader kasih tahu untuk kasih diet anak saya. Tingkat
pada masa bayi cenderung menjadi sebab mediator antara konsumsi dan
status gizi. Morbiditas dapat disebabkan oleh status gizi yang kurang,
dalam tubuh sehingga pemanfaatan zat gizi oleh sistem tubuh menjadi
tidak optimal dan menurunkan status gizi. Infeksi dan ketidakcukupan zat
gizi, khususnya energi, protein, vitamin A dan besi pada masa bayi dan
untuk menunjang gizi balita berarti balita adalah hal utama yang menjadi
Dari hasil wawancara diatas “Yang paling penting kebutuhan anak paling
penting, untuk beli susu dan lain-lain, kemudian jika ada sisanya baru
13
saya atur untuk kebutuhan lain” (dijawab oleh 18 informan). Kebijakan ibu
pemenuhan gizi anak. Asuh makan pada bayi berhubungan positif dengan
teman serta orang tua. Makin tinggi pendidikan dan pengetahuan orang
tua, makin baik status gizi anaknya. Anak-anak dari ibu mempunyai latar
Apa saja usaha menjaga gizi balita selain pemberian variasi makanan?
14
merasakan manfaat dari kegiatan posyandu dalam mendapatkan
Ketahanan Pangan
menunjang kesehatan pada balita. Oleh karena itu indikator utama pada
keluarga yang miskin serta memiliki status gizi yang baik terletak pada
penghidupan yang layak11. Oleh karena itu sebagai tidak lanjut nantinya
pangan masyarakat.
15
KESIMPULAN
Semua subyek menyatakan posyandu sebagai sumber utama
dalam penyusunan menu anak dan tambahan media informasi televisi,
teman serta orang tua. Keluarga ibu sebagai Pelaku Positive Deviance
tidak pernah kekurangan pangan sebesar 54,5% dan memiliki ketrsediaan
pangan yang cukup. Melakukan pemberian makan dengan pola makan
yang baik dan membujuk anak makan sebagai strategi yang dilakukan ibu
sebagai pelaku Positive Deviance.
SARAN
Adopsi metode PD (Positive Deviance) dapat dilakukan dengan
strategi penyuluhan pada orang tua agar dengan penekanan pada metode
pengasuhan anak terutama pola persuasif pada anak agar suka makan.
Peningkatan ketahanan pangan keluarga dapat dilakukan dengan
peningkatan akses pangan dan pemanfaatan dan diversifikasi ketersedian
pangan yang ada
Ucapan Terimkasih
Terimakasih disampaikan atas pendanaan Penelitian ini dari Dana BOPTN
DIKTI
RUJUKAN
16
Senegalese pregnant women. Food and Nutrition Bulletin. 2009: 30 (2):
128-136.
17