You are on page 1of 66

MEMPELAJARI KEHILANGAN HEAD PADA PIPA DISTRIBUSI

JARINGAN SUPLAI AIR BERSIH PDAM TIRTA PAKUAN

SKRIPSI

AKHMAD AZIZ FATHURROHMAN


F44080046

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN


INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012
STUDY ON HEADLOSS IN PIPE DISTRIBUTION OF PDAM TIRTA
PAKUAN WATER SUPPLY NETWORK
Akhmad Aziz Fathurrohman dan Prastowo
Department of Civil and Environmental Engineering, Faculty of Agricultural Technology,
Bogor Agricultural University, IPB Dramaga Campus, PO Box 220, Bogor, West Java, Indonesia.
e-mail: aziz.akhmad@yahoo.co.id

ABSTRACT

Headloss is energy loss from friction in pipeline caused by pipe wall friction and the viscous
dissipating in flowing water. Headloss was differentiated as two type i.e., major losses and minor
losses. Major losses is caused by friction and all other losses are reffered to minor losses. The
objective of this study were to find headloss of PDAM Tirta Pakuan water supply network. Headloss
was calculated using Hazzen-William, Darcy-Weisbach, and De Chezy-Manning equations. Domestic
Water requirment was calculated by citizens walfare criterion. In this case, Bogor City is include in
big city category. The analysis result showed that the citizens of Yasmin Garden Sector 6 needs clean
water 0.002 m3/s. The calculated headloss from water supply network at Yasmin Garden Sector 6
inlets was 78.24 m, where the static head available from reservoir to Yasmin Garden Sector 6 inlet
was 80 m, so it has1,76 m range pressure. At this condition, gravity system used by PDAM Tirta
Pakuan was resonably and can secure water continuity. The result of analyz, showed that water flow
in service pipe is 0.0002 m3/s with 1.507 bar of working pressure.

Key words: headloss, pipe network, water supply

ii
AKHMAD AZIZ FATHURROHMAN. F44080046. Mempelajari Kehilangan
Head pada Pipa Distribusi Jaringan Suplai Air Bersih PDAM Tirta Pakuan. Di
bawah bimbingan Prastowo. 2012

RINGKASAN

Air bersih merupakan kebutuhan dasar bagi manusia sehingga wajar jika sektor air bersih
mendapat prioritas dalam penanganan dan upaya pemenuhanya. Kebutuhan air tiap daerah berbeda
berdasarkan tingkat kesejahteraan warganya. Semakin sejahtera warga suatu kota, maka kebutuhan air
akan semakin besar. Dalam Hal ini, Kota Bogor termasuk dalam kategori kota besar sehingga menurut
Agustina (2004) kebutuhan air warganya sebesar 170 lt/org/hari. Sebagai kebutuhan dasar, distribusi
air harus dipastikan sampai kepada yang membutuhkan. Hal ini memerlukan suatu sistem jaringan
suplai air bersih yang sesuai dengan kebutuhan pelangganya. Sistem jaringan tersebut harus dirancang
sesuai dengan kriteria parameter hidrolika.
PDAM Tirta Pakuan sebagai perusahaan daerah yang bertugas memenuhi kebutuhan air Kota
Bogor harus memperhatikan kontinuitas aliran air. Dalam menjaga kontinuitas air, perlu rancangan
yang tepat berdasarkan parameter hidrolika. Headloss merupakan salah satu parameter hidrolika yang
harus diketahui dalam merancang suatu sistem distribusi. Nilai headloss akan menentukan suatu
sistem baik berdasarkan perbedaan ketinggian maupun berdasarkan jenis peralatan yang digunakan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai headloss pada jaringan distribusi suplai air bersih
PDAM Tirta Pakuan.
Pada penelitian ini dilakukan tiga tahapan. Tahap pertama berupa kegiatan pengumpulan data
primer dan data sekunder. Tahap kedua berupa pengolahan data. Data yang diperoleh diolah untuk
mengetahui nilai parameter hidrolika berupa headloss dan debit aliran. Pada tahap ketiga dilakukan
analisa data dan hasil pengolahan data. Data yang dikumpulkan berupa data parameter hidrolika
seperti debit aliran, tekanan, dan dimensi jaringan perpipaan. Dalam menentukan nilai headlos
menggunakan tiga persamaan yaitu Hazzen-William, Darcy-Weisbach, dan De Cezzy-Manning.
Analisis dilakukan terhadap debit dan tekanan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kelayakan kinerja
sistem distribusi. Dari hasil analisis diperoleh bahwa nilai debit rata-rata pada pipa pelayanan adalah
0.0002 m3/s dan tekanan rata-rata adalah 1.507 bar.
Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh nilai total headloss aktual PDAM Tirta Pakuan pada
saluran primer sebesar 78.24 m. Nilai Headloss minor (akibat belokan, sambungan, reducer) sebesar
10% dari headloss mayor adalah 7.82 m. Sedangkan headloss rata-rata pada pipa pelayanan sebesar
2,412 m. Dari nilai headloss tersebut selanjutnya dapat diketahui nilai sisa tekan. Sisa tekan
digunakan untuk menentukan kelayakan cara kerja sistem. Sisa tekan yang diperoleh dari hasil
perhitungan pada Inlet Taman Yasmin Sektor Enam adalah 1.76 m, sehingga secara teknis mampu
mendistribusikan air secara gravitasi.

iii
MEMPELAJARI KEHILANGAN HEAD PADA PIPA DISTRIBUSI
JARINGAN SUPLAI AIR BERSIH PDAM TIRTA PAKUAN

SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA TEKNIK
pada Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan
Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor

Oleh:
AKHMAD AZIZ FATHURROHMAN
F44080046

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN


INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Judul Skripsi : Mempelajari Kehilangan Head pada Pipa Distribusi Jaringan


Suplai Air Bersih PDAM Tirta Pakuan
Nama : Akhmad Aziz Fathurrohman
NIM : F44080046

Menyetujui,
Dosen Pembimbing Akademik

Dr. Ir. Prastowo, M.Eng


(NIP. 19580217 198703 1 004)

Mengetahui,
Ketua Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan

Prof. Dr. Ir. Asep Sapei, M.Sc


(NIP. 19600625 198003 1003)

Tanggal lulus :

ii
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi dengan judul Mempelajari


Kehilangan Head pada Pipa Distribusi Jaringan Suplai Air Bersih PDAM Tirta Pakuan adalah
hasil karya saya dengan arahan Dosen Pembimbing Akademik, dan belum diajukan dalam bentuk apa
pun pada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Juli 2012


Yang membuat pernyataan

Akhmad Aziz Fathurrohman

iii
© Hak cipta milik Akhmad Aziz Fathurrohman, tahun 2012
Hak cipta dilindungi

Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari


Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apa pun,
baik cetak, fotokopi, microfilm, dan sebagainya

iv
BIODATA PENULIS

Penulis dilahirkan di Wonosobo, pada tanggal 13 April 1990 sebagai anak


pertama dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Pawito dan Ibu Mariah.
Penulis menyelesaikan pendidikan dasar pada tahun 2002 di SD Negeri Perboto
01, kemudian melanjutkan pendidikan menengah pertama di SLTP Negeri 2
Kalikajar dan lulus pada tahun 2005. Penulis menamatkan pendidikan
menengah atas di SMA Negeri 2 Wonosobo dan lulus pada tahun 2008. Pada
tahun 2008 penulis melanjutkan pendidikan tinggi di Institut Pertanian Bogor
(IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis memilih Program Studi Teknik
Sipil dan Lingkungan, Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas Teknologi Pertanian.
Selama menuntut ilmu di IPB, penulis aktif di beberapa organisasi kemahasiswaan, di antaranya
sebagai Ketua Departemen Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Himpunan Mahasiswa Teknik Sipil dan
Lingkungan (HIMATESIL) IPB (2010), Wakil Ketua Ikatan Keluarga Mahasiswa Wonosobo (2010),
dan Staf Departemen Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas
Teknologi Pertanian (2009). Selain itu, Penulis aktif dalam kegiatan pengabdian masyarakat,
diantaranya yaitu IPB Goes To Field 2011, SD Ceria oleh Himatesil, dan Peduli Lingkungan oleh
Himatesil. Penulis melakukan Praktik Lapangan (PL) pada tahun 2011 dengan topik “Manajemen
Lingkungan Dan Keselamatan Kerja pada Pekerjaan Penambahan Lajur Jalur A (Jakarta-Bogor) Tmii-
Cibubur (Km 3+800-Km 13+800)”. Selama menjadi mahasiswa, penulis juga aktif dalam kepanitiaan
maupun sebagai peserta dalam kegiatan departemen, himpunan profesi maupun universitas, dan
seminar berskala nasional maupun internasional. Untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik, penulis
menyelesaikan skripsi dengan judul Mempelajari Kehilangan Head pada Pipa Distribusi Jaringan
Suplai Air Bersih PDAM Tirta Pakuan di bawah bimbingan Dr. Ir. Prastowo, M.Eng.

v
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas izin-Nya skripsi dengan judul
“Mempelajari Kehilangan Head pada Pipa Distribusi Jaringan Suplai Air Bersih PDAM Tirta
Pakuan” ini dapat selesai dengan baik. Penelitian ini telah berlangsung dari bulan Maret2012
hinggaMei 2012.
Dengan tersusunya skripsi ini, penulis ingin menyampaikan terimakasih dan pernghargaan
kepada
1. Dr. Ir. Prastowo, M.Eng selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan arahan,
bimbingan, solusidan rasa semangat kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini
2. Dr. Ir. Roh Santoso B.W, M.T dan Dr.Ir. Yuli Suharnoto, M.Eng selaku dosen penguji
3. Bapak, ibu, dan adik-adik tercinta yang banyak memberikan dukungan dan motivasi serta doa
selama proses pembuatan skripsi ini
4. Windu Nugraha MH, Dede Rezkian Noor, M `Ramdan S, Joan Kartini, dan Sekar Dwi Rizki
selaku rekan sebimbingan.
5. Sahabat-sahabat terbaik yang turut membantu dan menyemangati penulis dalam penelitian
Fathimatuz Zahra A, Husna Kusnandar, Andi Iqro Selle Pais, Anton S, dan Nina Tri Lestari
6. Teman-teman seperjuangan di HIMATESIL, BEM FatetaIPB Kabinet Merah Saga, Ikamanos, dan
tentunya seluruh teman-teman SIL 45, yang akan menjadi teman-teman terbaik
7. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya yang telah membantu penulis dalam
menyusuns kripsi ini.
Penulis menyadari dalam skripsi ini belum sempurna,oleh Karena itu penulis mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun agar tulisan ini dapat lebih sempurna dikemudian hari.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi civitas akademika IPB serta masyarakat pada
umumnya.

Bogor, Juli 2012

Penulis

vi
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR ................................................................................................. vi
DAFTAR ISI ............................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ...................................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................. x
I. PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1
1.1 LATAR BELAKANG ..................................................................................... 1
1.2 TUJUAN .......................................................................................................... 2
II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................... 3
2.1 SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH ............................................................. 3
2.2 KINERJA JARINGAN .................................................................................... 5
2.3 HIROLIKA PIPA DISTRIBUSI...................................................................... 8
II. METODE PENELITIAN ....................................................................................... 14
3.1 LOKASI DAN WAKTU ............................................................................... 14
3.2 ALAT DAN BAHAN .................................................................................... 14
3.3 METODE PENELITIAN ............................................................................... 14
IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN ....................................................... 16
V. HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................................. 19
5.1 TATA LETAK JARINGAN PIPA ................................................................ 19
5.2 HEADLOSS .................................................................................................... 27
5.3 DEBIT DAN TEKANAN ............................................................................. 32
5.4 KINERJA PELAYANAN TERHADAP PELANGGAN .............................. 34
VII. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................... 36
6.1 KESIMPULAN .............................................................................................. 36
6.2 SARAN .......................................................................................................... 36
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 37
LAMPIRAN ................................................................................................................ 38

vii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Konsumsi air berdasarkan kategori kota ............................................................................. 5


Tabel 2. Koefisien kehilangan tekanan minor ................................................................................... 7
Tabel 3. Besarnya nilai koefisien geseran Hazen-William (CH)......................................................... 7
Tabel 4. Koefisien Hazen-William ................................................................................................... 9
Tabel 5. Nilai ε untuk koefisien Colebrook .................................................................................... 11
Tabel 6. Nilai C untuk koefisien Manning ...................................................................................... 12
Tabel 7. Harga K akibat penyempitan tiba-tiba .............................................................................. 12
Tabel 8. Harga K menurut besarnya θo ........................................................................................... 13
Tabel 9. Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Kota Bogor Tahun 2010 .............................. 16
Tabel 10. Dimensi dan jenis pipa pada jaringan distribusi ................................................................ 20
Tabel 11. Hasil perhitungan kebutuhan pelanggan ............................................................................ 20
Tabel 12. Hasil perhitungan headloss tiap ruas jaringan pipa primer ................................................ 28
Tabel 13. Hasil perhitungan headloss tiap ruas jaringan pipa sekunder ............................................. 28
Tabel 14.Hasil perhitungan headlosspada jaringan pipa pelayanan .................................................. 28
Tabel 15. Hasil perhitungan headlosstiap 100 m menggunakan persamaan Hazen-William pada
jaringan pipa primer ......................................................................................................... 29
Tabel 16. Hasil perhitungan headlosstiap 100 m menggunakan persamaan Darcy-Weisbach pada
jaringan pipa primer ......................................................................................................... 29
Tabel 17. Hasil perhitungan headloss tiap 100 m menggunakan persamaan De Chezy-Manning pada
jaringan pipa primer ......................................................................................................... 29
Tabel 18.Hasil perhitungan debit tiap ruas pada jaringan pipa primer ............................................... 32
Tabel 19. Hasil perhitungan debit tiap ruas pada jaringan pipa sekunder .......................................... 32
Tabel 20. Hasil pengukuran debit pada jaringan pipa pelayanan ....................................................... 33
Tabel 21. Hasil pengukuran debit dan tekanan pada jaringan pipa pelayanan.................................... 34

viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. a. Sistem penyaluran air dengan gravitasi, b. Sistem penyaluran air dengan pompa, dan
c. Sistem penyaluran air gabungan ................................................................................ 4
Gambar 2. a. Pipa stainless steel untuk distribusi air minum dan b. Aksesoris pipa untuk kegiatan
penyambungan .............................................................................................................. 6
Gambar 3. Jenis fitting- constraction ............................................................................................ 12
Gambar 4. Jenis fitting-Enlargement ............................................................................................ 13
Gambar 5. Jenis fitting- penyempitan ........................................................................................... 13
Gambar 6. Kerangka pemikiran penelitian.................................................................................... 15
Gambar 7. Daerah pelayanan dan pengembangan PDAM Tirta Pakuan ........................................ 17
Gambar 8. Kondisi debit dan tekanan sepanjang hari pada Inlet Taman Yasmin Sektor Enam
berdasarkan data sekunder (Bulan Februari, 2012) ...................................................... 18
Gambar 9. Tipikal penanaman pipa .............................................................................................. 21
Gambar 10. Sketsa HGL untuk jalur transmisi reservoir – Inlet Taman Yasmin Sektor Enam ........ 22
Gambar 11. Contoh tipikal sambungan pada Node 3 jaringan pipa primer ...................................... 23
Gambar 12. Skema pola distribusi jarigan primer ........................................................................... 24
Gambar 13. Tipikal Inlet Taman Yasmin Sektor Enam................................................................... 25
Gambar 14. Tipikal jembatan pipa .................................................................................................. 26
Gambar 15. Kurva perbandingan headloss ..................................................................................... 27
Gambar 16. Hubungan debit dengan headloss per 100 m berdasarkan persamaan Hazen-William .. 30
Gambar 17. Hubungan debit dengan headloss per 100 m berdasarkan persamaan Darcy-Weisbach
.................................................................................................................................. .30
Gambar 18. Hubungan debit dengan headloss per 100 m berdasarkan persamaan De Chezy-
Manning .................................................................................................................... 31
Gambar 19. Hubungan headloss per 100 m dengan kemiringan jaringan pipa (gradient) pada
jaringan pipa sekunder ................................................................................................ 31
Gambar 1. Kurva hubungan tekanan dengan debitpada Inlet Taman Yasmin Sektor Enam........... 34

ix
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Data pengukuran debit dan tekanan ............................................................................. 39


Lampiran 2. Data debit harian bulan Februari ................................................................................. 40
Lampiran 3. Data tekanan harian bulan Februari ............................................................................. 41
Lampiran 4. Data perhitungan headloss .......................................................................................... 42
Lampiran 5. Data pengukuran tiap node.......................................................................................... 43
Lampiran 6. Contoh Perhitungan .................................................................................................... 44
Lampiran 7. Data dimensi pipa PVC yag beredar di pasar ............................................................... 47
Lampiran 8. Hubungan headloss per 100 m dengan debit dan jumlah penduduk ............................. 47
Lampiran 9. Jalur Penanaman pipa jaringan distribusi air PDAM Tirta Pakuan ............................... 50
Lampiran 10. Foto-foto kegiatan pengukuran.................................................................................... 51
Lampiran 11. Diagram Hazzen-William ............................................................................................ 53

x
I. PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Air merupakan salah satu sumberdaya alam yang ketersedianya melimpah baik yang berasal
dari air hujan, air permukaan, dan air tanah. Air banyak dibutuhkan oleh berbagai macam kegiatan
baik yang dilakukan oleh manusia maupun makhluk hidup lain. Pemanfaatan air harus bijaksana
sehingga dapat dimanfaatkan secara berkesinambungan. Dari segi kuantitas jumlah minimum air yang
dikonsumsi harus tercapai sedangkan dari segi kualitas harus memenuhi standar kualitas tertentu
(Dharmasetiawan 2004).
Air bersih merupakan kebutuhan dasar bagi manusia sehingga menjadi hal wajar jika sektor air
bersih mendapat prioritas dalam penanganan dan pemenuhanya (Agustina 2007). Sebagai kebutuhan
dasar, distribusi air harus dipastikan sampai kepada yang membutuhkan sehingga diperlukan jaringan
suplai air bersih yang sesuai dengan kebutuhan pengguna baik domestik maupun industri. Jaringan
suplai air bersih dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu jaringan dengan sistem tertutup atau
bertekanan dan jaringan dengan saluran terbuka. Jaringan dengan sistem bertekanan pada umumnya
berupa sistem perpipaan dan dikelola oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) dan jaringan
dengan sistem terbuka dikelola oleh masyarakat baik secara individu maupun kelompok.
Kehadiran PDAM di Indonesia dimungkinkan melalui Undang-Undang No. 5 Tahun 1962
sebagai kesatuan milik Pemda yang memberikan jasa pelayanan dan menyelenggarakan kemanfaatan
umum di bidang air minum. Dalam pelaksanaan proses distribusi air bersih, PDAM memiliki
beberapa permasalahan yang mengurangi tingkat efisiensi distribusi seperti kehilangan tekanan,
kebocoran, maupun masuknya kontaminan dari luar. Menurut Paturahman (2009) menyatakan bahwa
PDAM Tirta Pakuan mendapatkan beberapa keluhan dari pelanggan berupa keluhan teknis dan non-
teknis. Keluhan teknis merupakan keluhan yang disebabkan oleh pipa distribusi atau pipa dinas bocor,
kebocoran sekitar meter, persil bocor, galian belum rapi, air mengalir kecil, air keruh, air tidak
mengalir, meteran buram, stop cock atau gate valve rusak, pemindahan letak meter, meteran air
macet, kaca meter rusak, meter hilang, gangguan angka meter, dan tidak ada segel. Sedangkan
keluhan non teknis dapat disebabkan oleh petugas yang tidak ramah, pembacaan stand meter, dan
penetapan golongan tarif yang tidak tepat. Pada umumnya permasalahan tersebut dialami hampir oleh
setiap PDAM yang ada di Indonesia.
Keluhan yang disampaikan kepada PDAM Tirta Pakuan merupakan suatu peluang yang baik
untuk dapat memperbaiki kinerja PDAM saat ini dan menemukan suatu cara untuk menyelesaikan
permasalahan PDAM dengan efektif dan efisien. Dengan hal tersebut, diharapkan PDAM dapat
memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan sehingga menumbuhkan tingkat kepercayaan
masyarakat akan produk dan layanan PDAM Tirta Pakuan.
PDAM Tirta Pakuan memiliki enam zona pelayanan yang berada pada topografi yang berbeda-
beda. Hal ini menuntut untuk menerapkan sistem yang tepat untuk distribusi air bersih. Ketepatan
dalam menentukan sistem yang distribusi dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya yaitu:
topografi, kebutuhan masyarakat, debit aliran, tekanan, dan kecepatan aliran. Dalam pelaksanaanya,
PDAM Tirta Pakuan menggunakan sistem bertekanan atau sistem perpipaan. Sistem ini dimaksudkan
untuk menghindari masuknya kontaminan dari luar.
Penerapan sistem bertekanan harus seseuai dengan rancangan berdasarkan kebutuhan
masyarakat dan hidrolika dari sistem tersebut. Oleh karena itu, faktor-faktor yang mempengaruhi
berjalanya suatu sistem jaringan distribusi air minum, seperti debit aliran, kecepatan aliran, dan

1
kondisi tekanan aliran perlu diperhatikan dan dilakukan pengukuran secara berkala. Hasil dari analisis
ini dapat dijadikan dasar usulan rekomendasi pengelolaan sistem distribusi yang tepat.

1.2 TUJUAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kehilangan head pada pipa distribusi jaringan suplai
air bersih PDAM Tirta Pakuan yang meliputi:
1. Kehilangan head pada pipa penyaluran
2. Kehilangan head pada pipa distribusi yaitu pada sambungan, reducer, belokan, dan pembagi
3. Kehilangan head pada sambungan pelayanan

2
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH


Sistem infrastruktur merupakan pendukung utama fungsi sistem sosial dan ekonomi dalam
kehidupan masyarakat. Sistem infrastruktur didefinisikan sebagai fasilitas-fasilitas atau struktur-
struktur dasar, peralatan-peralatan, instalasi-instalasi yang dibangun dan yang dibutuhkan untuk
berfungsinya sistem sosial dan ekonomi masyarakat (Agustina 2007).
Pengertian air bersih menurut Permenkes RI No 416/Menkes/PER/IX/1990 adalah air yang
digunakan untuk keperluan sehari-hari dan dapat diminum setelah dimasak sedangkan pengertian air
minum menurut Kepmenkes RI No 907/MENKES/SK/VII/2002 adalah air yang melalui proses
pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan (bakteriologis, kimiawi,
radioaktif, dan fisik) dan dapat langsung diminum
Sistem penyediaan air bersih merupakan salah satu sistem infrastruktur yang dapat menjadi
faktor penentu kebijakan perkembangan suatu daerah atau kawasan. Sistem jaringan air bersih dibuat
untuk memenuhi kebutuhan air bersih penduduk suatu kota sehingga dapat dilihat bahwa pemenuhan
kebutuhan air bersih memegang peranan penting dalam perkembangan suatu kota. Apabila fasilitas
infrastruktur telah terbangun secara benar, dan penyediaan pelayanan umum telah terjamin sesuai
dengan rencana yang ditetapkan, maka pola perkembangan masyarakat dapat dikendalikan secara
efektif.
Pada masa lalu dimana daya dukung alam masih baik, manusia dapat mengkonsumsi air dari
alam secara langsung. Sejalan dengan penurunan daya dukung alam, menurun pula ketersediaan air
yang dapat dikonsumsi secara langsung dari alam. Untuk itu, manusia berupaya mengolah air yang
tidak memenuhi standar kualitasnya menjadi air yang memenuhi standar kualitas yang ada. Upaya ini
dilakukan dengan membuat suatu sistem penyediaan air minum (Dharmasetiawan,2004).
Secara umum, sistem penyediaan air minum terdiri atas dua jenis, yaitu sistem produksi dan
sistem distribusi. Sistem produksi mempunyai peranan dalam mengambil air dari alam. Sumber air
yang digunakan dalam sistem produksi berasal dari sungai, danau, mata air, dan dapat berasal dari air
tanah menggunakan sumur bor. Air yang berasal dari alam tidak langsung disalurkan kepada
masyarakat melainkan melalui tahapan pengolahan hingga air layak dikonsumsi oleh masyarakat.
Proses distribusi dilakukan dengan cara manual yaitu menggunakan tangki yang membawa air dari
tempat penampungan sampai ke konsumen, sistem saluran terbuka, dan sistem saluran tertutup atau
dengan sistem perpipaan. Distribusi air bersih menggunakan tangki biasanya digunakan untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat yang bersifat insidental. Sistem distribusi air bersih dengan saluran
terbuka biasanya dikelola oleh masyarakat secara swadaya sedangkan sistem bertekanan digunakan
oleh instansi penyedia air bersih seperti PDAM. Pada umumnya, proses distribusi dilakukan dengan
saluran tertutup. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari terjadinya kontaminasi air yang mengalir di
dalam pipa. Menurut Dharmasetiawan (2004), sistem distribusi dengan sistem perpipaan lebih mudah
dialirkan karena adanya tekanan air.
Sistem distribusi air bersih mempunyai beberapa komponen penting, diantaranya yaitu
reservoir atau penampungan air, sistem perpipaan, dan sistem sambungan pelanggan. Reservoir
merupakan bangunan yang digunakan untuk menampung air sementara sebelum didistribusikan
kepada pelanggan. Lama penyimpanan air di dalam reservoir disesuaikan dengan tingkat pemakaian
air dari pelanggan. Kontruksi reservoir juga dibuat sedemikian rupa sehingga air ditampung tidak
mengalami kontaminasi. Sistem perpipaan merupakan rangkaian pipa yang menghubungkan antara

3
reservoir dengan pelanggan. Sistem perpipaan mempunyai hirarki berdasarkan jumlah air yang
dibawa. Hirarki pada sistem perpipaan berupa pipa induk, pipa sekunder/tersier/retikulasi, dan pipa
pipa pelayanan. Sistem sambungan pelanggan merupakan akhir dari sistem perpipaan. Sistem
sambungan pelanggan digunakan sebagai acuan untuk menentukan kapasitas pipa yang melayani.
Dalam sistem perpipaan, terdapat beberapa aksesoris yang diperlukan untuk kegiatan
penyambungan. Aksesoris dalam sistem perpipaan terdiri atas katup, meter air, dan reducer. Katup
digunakan untuk kegiatan penyambungan baik sesama pipa induk, pipa retikulasi, pipa pelayanan,
maupun menghubungkan antar jenis pipa. Fungsi serupa juga terdapat pada reducer. Meter air
digunakan untuk kegiatan pengukuran. Pemasangan meter air dapat diletakan setelah pompa atau
outlet gravitasi, dan pada zona pelayanan. Keakuratan meter air dipengaruhi oleh tingkat turbulensi
aliran sehingga pemasanganya harus sedemikian rupa agar tidak terganggu.
Metode pendistribusian air dibedakan menjadi tiga berdasarkan kondisi topografi dari sumber
air dan posisi para konsumen berada. Metode yang dipakai adalah cara gravitasi, cara pemompaan,
dan cara gabungan. Cara gravitasi digunakan apabila elevasi sumber air mempunyai perbedaan cukup
besar dengan elevasi daerah pelayanan, sehingga tekanan yang diperlukan dapat dipertahankan. Cara
pemompaaan digunakan untuk menaikan tekanan sehingga air dapat terdistribusi. Sistem ini
digunakan apabila elevasi antara sumber air dan daerah pelayanan tidak memberikan tekanan yang
cukup. Cara gabungan digunakan untuk mempertahankan tekanan yang diperlukan selama periode
pemakaian tinggi dan pada kondisi darurat.

Sumber: (Agustina 2005)


Gambar 2. a. Sistem penyaluran air dengan gravitasi, b. Sistem penyaluran air dengan pompa, dan
c. Sistem penyaluran air gabungan

4
Menurut Houghtalen et all (2010), pola jaringan distribusi terdiri atas dua jenis, yaitu sistem
bercabang (branch) dan sistem loop. Sistem bercabang mengalirkan air pada arah yang sama, jaringan
pipa tidak berhubungan, dan mempunyai dead-end. Pada sistem loop, air mengalir dalam dua arah,
pipa saling berhubungan, dan tidak memiliki dead-end. Sistem jaringan perpipaan air bersih
merupakan salah satu upaya untuk memenuhi kebutuhan air bersih masyarakat. Dalam perencanaan
dan pengoperasianya, sistem perpipaan digunakan apabila kondisi topografi tidak memungkinkan
untuk dibangun open channel. Meskipun demikian, jaringan perpipaan harus memperhatikan daya
tahan pipa terhadap tekanan, kemudahan pemasangan, lokasi jalur pipa, peletakan pipa, dan biaya
investasi.

2.2 KINERJA JARINGAN


Tingkat efisiensi dan keefektifan suatu jaringan air bersih berpengaruh terhadap target
pelayanan. Menurut Agustina (2004), efisiensi meliputi bagaimana suatu sistem penyediaan air bersih
dapat dengan optimal memberikan pelayanan, sedangkan efektifitas meliputi bagaimana suatu target
pelayanan dapat terpenuhi. Secara garis besar, pada penelitian ini menitikberatkan pada hidrolika
jaringan berupa debit, tekanan dan kemampuan sistem dalam memenuhi kebutuhan konsumen.
Kinerja penyediaan air bersih sangat terkait dengan kualitas dan kuantitas air yang dapat
dinikmati oleh konsumen sebagai pengguna jasa. Selain itu, kriteria teknis dan standar desain yang
berlaku dalam perencanaan sistem penyediaan air bersih mencakup ketersediaan air, standar tekanan
1.2 - 2 bar, kuantitas yang memadai, dan kualitas air yang memenuhi standar penting diperhatikan
dalam mendukung kinerja jaringan.
Kuantitas air bersih ditentukan dari ketersediaan air baku. Hal ini menunjukan bahwa air baku
digunakan untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan kebutuhan daerah dan jumlah penduduk yang
dilayani. Syarat kuantitas air juga dapat ditinjau dari standar debit air bersih yang dialirkan kepada
konsumen sesuai dengan jumlah kebutuhan air bersih. Kebutuhan air bersih masyarakat bergantung
pada letak geografis, kebudayaan, tingkat ekonomi, dan skala perkotaan tempat tinggalnya. Besarnya
konsumsi air berdasarkan kategori kota dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Konsumsi air berdasarkan kategori kota


Kategori kota Jumlah penduduk (orang) Konsumsi air (lt/org/hari)
Metropolitan > 1.000.000 210
Besar 500.000 - 1.000.000 170
Sedang 100.000 - 500.000 150
Kecil 20.000 - 100.000 90
Sumber: Kimpraswil, 2003

Sistem kinerja jaringan didesain untuk membawa suatu kecepatan dan tekanan aliran tertentu.
Dalam hal ini harus memperhatikan dimensi dan karakteristik pipa harus diperhatikan, sehingga
kuantitas aliran dapat terpenuhi. Pipa sebagai komponen utama yang berfungsi menyalurkan air dari
reservoir kepada pelanggan dapat dibedakan menjadi beberapa jenis.
1. Jenis-jenis pipa berdasarkan materialnya
Berdasarkan jenis materialnya, pipa dibedakan menjadi dua jenis, yaitu pipa yang berasal dari
logam dan non-logam. Pipa logam dapat berupa pipa baja, pipa besi tulang, ductile cost iron pipe
(DCIP), galvanized iron pipe (GIP), cost iron pipe (CIP), dan pipa logam campuran (metal/alloy).
Pipa non-logam terdiri atas pipa beton, pipa PVC (poly vinyl chloride), Pipa fiber glass (GRP = Glass
fiber reinforced pipe), pipa asbes semen, dan pipa PE (Poly ethylene).

5
2. Jenis pipa berdasarkan bentuk melintangnya
Jenis pipa berdasarkan bentuk melintangnya dibedakan menjadi dua jenis yaitu pipa bulat dan
pipa bulat telur. Pipa bulat biasanya digunakan untuk air bersih atau air minum sedangkan pipa bulat
telur (elips) digunakan untuk air buangan.
3. Jenis pipa berdasarkan bentuk ujungnya
Berdasarkan bentuk ujungnya, jenis pipa terdiri atas flanged end pipe (pipa ujung flens), Bell
and plain pipe (pipa ujung bell dan spigot), Screwed end pipe (pipa ujung ulir), dan double plain end
pipe (pipa ujung rata). Pipa ujung flens terbuat dari baja dan memiliki diameter yang besar. Pipa ujung
bell dan spigot umunya jenis PVC atau DCIP. Pipa ujung ulir biasanya jenis GIP dan memiliki
diameter yang kecil. Pipa ujung rata terdiri atas pipa ujung rata biasa, ujung rata dengan lidah, dan
ujung rata dengan takikan.

(a) (b)
Sumber: (http://www.chinaflagpoles.net/)
Gambar 3. a. Pipa stainless steel untuk distribusi air minum dan b. Aksesoris pipa untuk kegiatan
penyambungan

Dalam perencanaan distribusi air bersih, kriteria hidrolika berpengaruh terhadap pemilihan
jenis pipa. Sebagai contoh dalam perencanaan distribusi air siap minum. Pada distribusi air siap
minum, pipa yang harus digunakan adalah jenis stainless steel. Begitu pula untuk aksesorisnya.
Gambar 2 menunjukan pipa dan aksesorisnya berjenis stainless steel yang digunakan untuk distribusi
air siap minum.
Dalam merancang jaringan distribusi air bersih, perlu memperhatikan karakteristik dari
komponen yang akan digunakan. Tabel 1 menunjukan bahwa setiap jenis pipa mempunyai koefisien
yang berbeda-beda. Koefisien kehilangan tekanan ini berpengaruh terhadap kehilangan head pada
jaringan distribusi. Menurut Kodoatie (2005) karakteristik pipa mempunyai koefisien geseran Hazen-
William yang berbeda-beda. Besarnya nilai koefisien pipa dapat dilihat pada Tabel 2.

6
Tabel 2. Koefisien kehilangan tekanan minor
No. Perlengkapan Pipa KL No. Perlengkapan Pipa KL
1. Ujung Pipa Masuk 9. Radius Bend 90o
Bentuk Lonceng 0.03-0.05
Radius/D =4 0.160-0.18
Ujung Bulat 0.20-0.25
Radius/D =2 0.190-0.25
Ujjung Tajam 0.50
Radius/D =1 0.350-0.40
Kerucut 0.78
2. Konstraksi Tajam 10. Bend
θ = 15o 0.05
D2/D1=0,80 0.18 θ = 30o 0.10
D2/D1=0,50 0.37 θ = 45o 0.20
D2/D1=0,20 0.49 θ = 60o 0.35
θ = 90o 0.80
3. Konstraksi Kerucut 11. Tee
D2/D1=0,80 0.05
Tee-y 0.35
D2/D1=0,50 0.07
Tajam 0.80
D2/D1=0,2 0.08
4. Pembesaran Tajam 12. Cross
D2/D1=0,80 0.16
Mulus 0.50
D2/D1=0,50 0.57
Tajam 0.75
D2/D1=0,2 0.92
5. Pembesaran-kerucut 13. 45o
D2/D1=0,80 0.03
Tee-y 0.50
D2/D1=0,50 0.08
Tajam 0.50
D2/D1=0,2 0.13
6. Gate-Valve terbuka 14. Check valve
2/3 terbuka 1.10 Konensial 4.00
½ terbuka 4.80 Mulus (Clearway) 1.50
¼ terbuka 27.00 Bola 4.50
Butterfly Valve-
7. Globe Valve-terbuka 10.00 15. 1.20
terbuka
Foot Valve-hinged 2.25
8. Angle Valve-terbuka 4.30
Foot Valve-topet 12.50
Sumber: (Dharmasetiawan 2004)

Tabel 3. Besarnya nilai koefisien geseran Hazen-William (CH)


CH (koefisien geseran
No. Karakteristik pipa
Hazen-William)
1 Pipa baru dan kondisi memuaskan untuk cast iron dan pipa baja 140
dengan lining bituminous sentrifugal, pipa beton sentrifugal,
pipa asbes semen, pipa plastik, pipa kaca
2 Pipa lama dengan kondisi seperti di atas, dipasang dengan baik 130
dengan diameter > 24 inch
3 Pipa dengan sambungan mortar semen (cemen mortar-lined 120
pipe), diameter < 24 inch dengan pemasangan biasa; papan
kayu; pipa cast iron yang dicelup dalam air tir baik pipa baru
maupun ppa lama dalam air yang tidak aktip
4 Pipa lama tidak ada liningnya atau pipa cast iron yang dicelup 100
dalam tir dengan kondisi baik
5 Pipa cast iron lama dengan kondisi lubang-lubang 10-80
Sumber: (Kodoatie 2005)

7
2.3 HIROLIKA PIPA DISTRIBUSI
Perbedaan mendasar antara aliran pada saluran terbuka dan aliran pada saluran tertutup adalah
adanya permukaan yang bebas yang (hampir selalu) berupa udara pada saluran terbuka. Jadi
seandainya pada pipa aliranya tidak penuh sehingga masih ada rongga yang berisi udara maka sifat
dan karakteristik aliranya sama dengan aliran pada saluran terbuka. Pada kondisi penuh air, desainya
harus mengikuti kaidah aliran pada pipa (Kodoatie 2005).
Dalam merancang pipa distribusi memerlukan pengetahuan tentang hubungan antara debit
yang mengalir dalam pipa dan kaitanya dengan diameter pipa sehingga dapat diketahui gejala-gejala
timbulnya tekanan, kehilangan energi, dan gaya-gaya lain yang timbul. Menurut Dharmasetiawan
(2004), dalam menelaah aspek hidrolika kita beranggapan bahwa air adalah fluida yang mempunyai
sifat incompresibel atau diasumsikan tidak mengalami perubahan volume apabila terjadi tekanan.
Selain mengetahui karakterisik hidrolika diatas, karakteristik aliran juga perlu diperhatikan.
Karakteristik aliran merupakan dasar hidrolika yang selanjutnya digunakan untuk kegiatan
perancangan maupun kegiatan evaluasi.
Tipe aliran yang biasa kita jumpai di alam berupa aliran mantap (steady flow), aliran tidak
mantap (unsteady flow), aliran merata (uniform flow), dan aliran tidak merata (non uniform flow).
Fluida yang bergerak di dalam pipa pada umumnya berada dalam kondisi steady state atau air
dianggap mempunyai kecepatan sama dari waktu ke waktu apabila melalui diameter yang sama. Akan
tetapi, pada kenyataanya, aliran ini tidak sepenuhnya terjadi. Hal ini disebabkan oleh adanya belokan,
katup, dan penyempitan pipa yang menyebabkan fenomena water hammer.
Pada umumnya dalam perancangan sistem air bersih memperhatikan dua hal yaitu kebutuhan
air dan pasokan air. Kebutuhan air akan memberikan dampak pada pasokan air sehingga dari sisi
pasokan air harus memperhatikan debit yang sampai pada pelangan. Perhitungan debit saluran pada
aliran tetap menggunakan rumus:

(1)
2
A : Luas penampang melintang saluran (m )
V : Kecepatan rata-rata aliran (m/detik)

Kehilangan energi akibat gesekan disebut juga kehilangan energi primer atau major loss.
Terjadi akibat adanya kekentalan zat cair dan turbulensi karena adanya kekasaran pipa dan akan
menimbulkan gaya gesek yang akan menyebabkan kehilangan energi disepanjang pipa dengan
diameter konstan pada aliran seragam. Kehilangan energi sepanjang satu satuan panjang akan konstan
selama kekasaran dan diameter tidak berubah.
Salah satu faktor yang penting dalam menghitung hidrolika perpipaan adalah dalam hal
perhitungan kehilangan tekanan. Ada beberapa rumus yang dapat digunakan dalam menghitung
kehilangan tekanan, yaitu persamaan Hazen-William, persamaan Darcy Weisbach, dan persamaan De
Chezy.
1. Persamaan Hazen-William
Persamaan ini umum dipakai untuk menghitung kehilangan tekanan pada pipa besar yaitu
diatas 100 mm. Selain itu, persamaan Hazen-William umum digunakan karena lebih mudah dipakai.
Persamaan Hazen-William secara empiris menyatakan bahwa debit yang mengalir didalam pipa
adalah sebanding dengan diameter pipa (d) dan kemiringan hidrolis (S) yang dinyatakan sebagai rasio
antara kehilangan tekanan (hL) terhadap panjang pipa (L) atau S= (hL/L).
Faktor C yang menggambarkan kondisi fisik dari pipa seperti kehalusan dinding dalam pipa
yang menggambarkan jenis pipa dan umur. Secara umum rumus Hazen-William adalah sebagai
berikut:

8
(2)

(3)

Sehingga

(4)

Keterangan
C : Koefisien Hazen-William
d : Diameter pipa dalam (m)
S : Kemiringan lahan
hL : Headloss mayor (m)
L : Panjang pipa (m)

Nilai C (koefisien Hazen-William) berbeda untuk setiap berbagai jenis pipa. Koefisien Hazen-William
dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 4. Koefisien Hazen-William


No. Jenis (material) Pipa Nilai C perencanaan
1. Asbes Cement 120
2. Poly Vinil Chloride (PVC) 120-140
3. High Density Poly Ethylene (HDPE) 130
4. Medium Density Poly Ethylene (MDPE) 130
5. Ductile Cast Iron Pipe (DCIP) 110
6. Besi tuang, Cast Iron (CIP) 110
7. Galvinized Iron Pipe (GIP) 110
8. Steel Pipe (Pipa Baja) 110
Sumber : (Dharmasetiawan 2004)

2. Persamaan Darcy Weisbach


Persamaan Darcy Weisbach diturunkan secara sistematis dan menyatakan bahwa: “Kehilangan
tekanan sebanding dengan kecepatan kuadrat dari aliran air, panjang pipa dan berbanding terbalik
dengan diameter”.
Secara empiris nilai faktor f ditentukan.

(5)

Keterangan
L : Panjang pipa (m)
D : Diameter pipa (m)
V : Kecepatan aliran (m/s)
f : Faktor gesekan
hL : Headloss mayor (m)

Persamaan Darcy berlaku untuk aliran laminer atau turbulen. Faktor gesekan untuk laminer
dapat dihitung secara analisis sedangkan untuk aliran turbulen harus ditentukan secara empiris.
Perumusan koefisien f dapat dicari dengan menggunakann beberapa metode, yaitu

9
a. Faktor gesekan pada aliran laminar
Persamaan Hagen Poiseeille

(6)

Dengan menggunakan persamaan Darcy, faktor gesekan pada aliran laminer dapat ditentukan :
32LV L V2 32LV D 2g 64g
hL   f  f x 
D 2 D 2g D 2 L V 2 VD 
64 64
  g  f  
 VD
VD
g
VD 64
NR   f
 NR (7)
Keterangan
L : Panjang pipa (m)
D : Diameter pipa (m)
V : Kecepatan aliran (m/s)
f : Faktor gesekan
hL : Headloss mayor (m)
ρ : Density (kg/m3)
γ : Berat jenis (N/m3)
μ : Viskositas (N.s/m2)

b. Faktor gesekan pada aliran turbulen


Pada aliran turbulen, perhitungan tidak bisa dihitung secara analitis, tergantung pada bilangan
Reynold dan kekasaran relative, dan harus ditentukan secara empiris menggunakan grafik, tabel, dan
persamaan empiris. Beberapa persamaan yang digunakan untuk menentukan koefisien berdasarkan
Bilangan Reynold yaitu:

Persamaan Blasius
(8)

Persamaan Blasius hanya berlaku untuk pipa licin (smooth pipe) dengan Bilangan Reynold berada
pada rentang 3.000 sampai 100.000.

Persamaan Karman-Nikuradse
Persamaan Karman-Nikuradse hanya berlaku untuk Bilangan Reynold yang besar (fully turbulent) dan
hanya tergantung pada kekasaran relatif.
1  2 
 1,74  2 log 
f D (9)

Persamaan Colebrook
Persamaan Colebrook berlaku untuk sembarang pipa dan sembarang Bilangan Reynold. Dapat juga
digunakan tabel yang dibuat berdasarkan persamaan Colebrook.
 
1 D 2,51 
 2 log   
f  3,7 N R f 
  (10)

10
Grafik Moody
Faktor gesekan dapat diperkirakan dari grafik dengan absis bilangan Reynold, ordinat faktor gesekan
dan parameter kekasaran relatif.
(11)

Persamaan Swamee & Jain (1976)


Persamaan Swamee & Jain berlaku untuk kekasaran relatif dari 102 sampai 106 dan berlaku untuk
bilangan Reynold dari 5 x103 sampai 106
(12)

Tabel 5. Nilai ε untuk koefisien Colebrook


Nilai dalan mm
No. Lapisan dalam pipa
Nilai ancar-ancar Angka
1. Kuningan 0.0015 0.0015
2. Tembaga 0.0015 0.0015
3. Beton 0.3000- 3.0000 1.2000
4. Besi tuang-tanpa pelapisan 0.1200-0.6100 0.2400
5. Besi tuang-pelapisan aspal 0.0610-0.1830 0.1200
6. Besi tuang-pelapisan semen 0.0024 0.0024
7. Galvanized iron pipe 0.0610-0.2400 0.0024
8. Pipa besi 0.0300-0.0240 0.1500
9. Welded steel pipe 0.0200-0.0910 0.0610
10. Riveted steel pipe 0.0200-0.0910 1.8100
11. PVC 0.0015 0.0015
12. HDPE 0.0070 0.0070
Sumber : (Dharmasetiawan 2004)

3. Persamaan De Chezy
Persamaan ini umum dipakai di saluran terbuka, tetapi dapat juga dipakai di jaringan
perpipaan. Secara umum persaman De Chezy adalah sebagai berikut:

(13)
Keterangan
V : Kecepatan (m/s)
R : Radius hidrolils pipa
S : Slope hidrolis
C : koefisien Manning dimana C = R1/6/n
(14)

Apabila

atau (15)

Maka

(16)

11
Tabel 6. Nilai C untuk koefisien Manning

No. Lapisan dalam pipa Angka


1. Asbestos Cement Pipe 0.011
2. Tembaga 0.011
3. Pipa Beton 0.011
4. Besi Tuang 0.012
5. Galvanized Iron Pipe 0.012
6. Pipa Besi 0.012
7. Welded Steel Pipe 0.010
8. Riveted Steel Pipe 0.019
9. PVC 0.010
10. HDPE 0.010
Sumber : (Dharmasetiawan 2004)

Kehilangan energi akibat perubahan penampang dan aksesoris lainnya disebut juga kehilangan
energi sekunder atau minor loss. Ada berbagai macam faktor yang mempengaruhi kehilangan tekanan,
diantaranya karena fitting, seperti belokan (bends), konstraksi, perbesaran dan gate valve dengan cara
pengukuran perbedaan tekanan (pressure drop) yang terjadi pada fitting. Jenis-jenis sambungan
berpengaruh dalam hilangnya energi pada pipa.
Jenis-jenis fitting diantaranya:
1. Constraction
Constarction yaitu pipa yang mengalami pengurangan cross sectional area secara mendadak dari
saluran dengan membentuk pinggiran yang tajam. Tekanan yang melewati pinggiran yang tajam akan
semakin besar.

(a) Sudden Constraction (b) Gradual Constraction


Gambar 4. Jenis fitting- constraction

Tabel 7. Harga K akibat penyempitan tiba-tiba


D1/D2 4.00 3.50 3.00 2.50 2.00 1.50 1.10 1.00
Kc 0.45 0.43 0.42 0.40 0.37 0.28 0.01 0.00

2. Enlargement
Enlargement, pipa yang mengalami penambahan cross sectional area secara mendadak dari
saluran. Tekanan yang melewatinya akan semakin kecil.

3. Long Bend
Long Bend adalah belokan panjang pada pipa dengan sudut yang melingkar dan cross sectional
area yang besar sehingga tekanannya kecil.
4. Short Bend
Short Bend merupakan belokan seperti pipa long bend tetapi lebih pendek dan cross sectional
area yang lebih kecil sehingga tekanannya lebih besar.

12
(a) Sudden Enlargement (b) Gradual Enlargement
Gambar 5. Jenis fitting-Enlargement

Tabel 8. Harga K menurut besarnya θo


θo = 20.00 40.00 60.00 80.00
K= 0.20 0.28 0.32 0.35

Gambar 6. Jenis fitting- penyempitan

5. Elbow bend
Elbow Bend merupakan belokan pada pipa yang membentuk sudut siku-siku (90o) dengan
cross sectional area yang sangat kecil sehingga akan menimbulkan efek tekanan yang sangat besar.
Secara umum rumus kehilangan tekanan karena aksesoris pipa dinyatakan dengan:
(17)

Keterangan
hm : Headloss minor (m)
K : Koefisien Kehilangan tekanan minor
V : Kecepatan aliran (m/s)
g : Percepatan gravitasi (m2/s)
n : Jumlah aksesoris

13
III. METODE PENELITIAN

3.1 LOKASI DAN WAKTU


Penelitian dilakukan di PDAM Tirta Pakuan dimulai dari reservoir induk sampai pipa
pelayanan atau pipa service pada pelanggan di Perumahan Taman Yasmin Sektor Enam. Penelitian
dilakukan pada bulan Maret hingga bulan Mei 2012.

3.2 ALAT DAN BAHAN


Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder, seperangkat
komputer dengan program Microsoft Excell, Google Earth, Garmin Oregon-550 , manometer, gelas
ukur, alat tulis, dan alat bantu hitung. Bahan-bahan yang digunakan berupa serangkaian data primer
tentang parameter hidrolika dan data sekunder meliputi:
1. Data pelanggan meliputi jumlah pelanggan dan kapasitas pemakaian air
2. Data indikator kinerja PDAM meliputi parameter operasional

3.3 METODE PENELITIAN


Metode penelitian yang dilakukan terdiri atas beberapa tahapan, yaitu
1. Studi pustaka
Metode studi pustaka digunakan untuk mempelajari dan memahami berbagai metode untuk
menentukan kehilangan tekanan yang terjadi pada pipa distribusi, sambungan, belokan, reducer, dan
pada pipa service.
2. Pengumpulan Data dan Informasi
Data yang diperlukan berupa data sekunder meliputi debit, tekanan, dan kecepatan aliran,
jumlah pelanggan dan kapasitas pemakaian air. Informasi yang diperlukan berupa peralatan sistem
suplai air bersih PDAM Tirta Pakuan.
3. Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan dan analisis data dilakukan di kampus IPB Dramaga dan PDAM Tirta Pakuan.
Kegiatan yang dilakukan berupa identifikasi daerah layanan PDAM Tirta Pakuan, pehitungan
kehilangan head, membuat hubungan kehilangan head dengan debit, dan melakukan analisis kriteria
hidrolika untuk memenuhi kebutuan air pelanggan.
Tahapan pengolahan data dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai headloss,
sehingga tahapan pertama yang dilakukan yaitu menghitung nilai debit pada jaringan pipa. Debit yang
dihasilkan digunakan untuk menghitung nilai headloss menggunakan persamaan Hazen-William (4),
persamaan Darcy-Weisbach (5), dan persamaaan De Chezy-Manning (16). Nilai headloss selanjutnya
digunakan untuk menghitung sisa tekan dengan persamaan
(18)
Keterangan
HR : Elevasi reservoir (m)
H1 : Elevasi node n (m)
HL : Headloss pada node 1 (m)
Pada tahapan analisis data melakukan perbandingan nilai debit, tekanan, dan headloss jaringan
pipa pada kondisi dilapangan dengan desain. Hasil analisis digunakan untuk evaluasi kinerja jaringan
pipa sehingga dapat diketahui kelayakan sistem distribusi air yang digunakan.

14
Mulai

Latar belakang masalah


1. Meningkatnya kebutuhan air bersih
2. Pelayanan kebutuhan air bersih belum terpenuhi
3. Kualitas, kuantitas, dan kontinuitas air PDAM
belum memenuhi standar
4. Keluhan Pelanggan terhadap layanan PDAM

Permasalahan
1. Aliran air PDAM tidak 24 jam Dasar Teori
2. Tingginya tingkat kebocoran 1. Standar pelayanan air bersih perkotaan
3. Suplai PDAM belum memenuhi kebutuhan 2. Analisa jaringan distribusi
pelanggan

Tujuan penelitian
Mempelajari headloss mayor dan headloss
minor pada jaringan distribusi air bersih

Pengumpulan data

Data primer Data sekunder

Pengolahan data

Analisa data

Hasil

Kesimpulan

Gambar 7. Kerangka pemikiran penelitian

15
IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

PDAM Tirta Pakuan merupakan Badan Usaha Milik Daerah Kota Bogor yang bergerak di
bidang distribusi air. Secara administrasi PDAM ini beralamat pada Jl. Siliwangi No. 121. Bogor.
Jawa Barat. Sebagai badan usaha yang bergerak di bidang distribusi air bersih, PDAM Tirta Pakuan
membagi daerah kerjanya menjadi empat Zona, yaitu zona satu, zona dua, zona tiga, dan zona empat.
Hal ini dilakukan untuk meningkatkan efisiensi distribusi mengingat daerah pelayanan PDAM Tirta
Pakuan adalah seluruh Kota Bogor. Tabel 9 menyajikan data mengenai jumlah penduduk dan tingkat
kepadatan tiap kecamatan yang ada di kota bogor.

Tabel 9. Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Kota Bogor Tahun 2010
Penduduk (orang) Luas Kepadatan
No. Kecamatan 2 penduduk
jumlah % Km %
(orang/km2)
1 Bogor Selatan 181,392 19.09 30.81 26.00 5,887
2 Bogor Timur 95,098 10.01 10.15 8.57 9,369
3 Bogor Utara 170,443 17.94 17.72 14.95 9,619
4 Bogor Tengah 101,398 10.67 8.13 6.86 12,472
5 Bogor Barat 211,084 22.21 32.85 27.72 6,426
6 Tanah Sereal 190,919 20.09 18.84 15.90 10,134
Jumlah 950,919 100.00 118.50 100.00 8,020
Sumber: Badan Pusat Statistik,2010

Penelitian dilaksananakan di komplek Perumahan Taman Yasmin Sektor Enam. Secara


administrasi Perumahan Taman Yasmin Sektor Enam berada dalam kelurahan Curug, Kecamatan
Bogor Barat, Kota Bogor. PDAM Tirta Pakuan mempunyai pelanggan yang berada di komplek
tersebut sebanyak 292 pelanggan. Jumlah pelanggan tersebut merupakan sebagian kecil dari jumlah
total pelanggan yang mencapai 104,858 pelanggan pada Bulan Februari. Hal ini tentunya menjadi
tantangan besar bagi PDAM Tirta Pakuan untuk mengembangkan jaringan distribusinya agar mampu
mengakomodasi kebutuhan tiap pelangganya. Salah satu cara yang telah ditempuh yaitu dengan
membagi zona distribusi air. Pembagian zona dapat dilihat pada Gambar 7.
Dalam memenuhi kebutuhan pelanggan khususnya yang berlokasi di Taman Yasmin Sektor
Enam, PDAM Tirta Pakuan menerapkan sistem distribusi dengan jenis gravitasi dan menggunakan
pola gabungan. Sistem gravitasi dilakukan karena perbedaan elevasi reservoir yang terletak di Jl.
Padjajaran dengan lokasi Taman Yasmin Sektor Enam cukup tinggi. Reservoir terletak pada koordinat
6036’29.64” S dan 106046’33.04” T dengan elevasi 290 m diatas permukaan laut (dpl). Sedangkan
Taman Yasmin Sektor Enam terletak pada koordinat 6 033’38.03” S dan 106000’53.04” dengan elevasi
212 m dpl.
Jaringan distribusi PDAM Tirta Pakuan untuk pelanggan di Taman Yasmin Sektor Enam
ditanam dalam tanah dan berada di samping jalan. Beberapa jalan yang dilalui oleh jaringan distribusi
dri reservoir Padjajaran secara berurutan yaitu Jl. Riau, Jl Otto Iskandar Dinatta, Jl. Raya Padjajaran,
Jl. Jalak Harupat, Jl. Sudirman, Jl. Gang Baru, Jl. Merdeka, Jl. Raya Cimanggu, Jl. Johar, dan Jl. Ring
Road Bogor.

16
Sumber: PDAM Tirta Pakuan
Gambar 8. Daerah pelayanan dan pengembangan PDAM Tirta Pakuan

17
Sistem distribusi air bersih yang ideal akan memberikan kuantitas dan kualitas air yang sama
untuk semua jaringan pelayanan sehingga masing-masing pelanggan akan menerima jumlah air yang
sama dengan kualitas yang sama dalam setiap periode. Dalam prakteknya dilapangan, hal ini sulit
dicapai karena debit dan tekanan aliran dipengaruhi oleh topografi dan faktor hidrolika. Gambar 8
menunjukan fluktuasi debit dan tekanan harian pada Inlet Taman Yasmin Sektor Enam. Debit
maksimal berada pada pukul 10.00 dengan debit 0.011 m3/s dan debit minimum berada pada pukul
00.45 dengan debit 0.004 m3/s. Tekanan tertinggi berada pada pukul 01.00 yaitu 6.778 bar dan
tekanan terendah berada pada pukul 7.00 yaitu 1.185 bar. Data debit harian lebih lengkap disajikan
pada lampiran 2 dan data tekanan pada lampiran 3.

Gambar 9. Kondisi debit dan tekanan sepanjang hari pada Inlet Taman Yasmin Sektor Enam
berdasarkan data sekunder (Bulan Februari, 2012)

Gambar 8 menunjukan kondisi tekanan rata-rata dan debit rata-rata sepanjang hari pada Inlet
Taman Yasmin Sektor Enam. Kurva di atas menunjukan hubungan tekanan dan debit dimana tekanan
dalam pipa berbanding terbalik dengan debit pemakaian yaitu tekanan dalam pipa bernilai tinggi pada
debit pemakaian rendah dan bernilai rendah pada debit pemakaian tinggi.

18
V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 TATA LETAK JARINGAN PIPA

Kegiatan perencanaan merupakan hal dasar dalam menentukan sistem distribusi air bersih.
Menurut Dharmasetiawan (2004), kegiatan perencanaan terdiri atas dua kategori, yaitu perencanaan
pada daerah yang belum ada sistem distribusi perpipaan sama sekali atau biasa disebut sebagai daerah
Green Area dan perencanaan pada daerah yang sudah ada sistem distribusi air bersih dan sifat
perencanaan adalah mengembangkan sistem yang sudah ada.
Jaringan perpipaan merupakan suatu rangkaian pipa yang saling terhubung satu sama lain
secara hidrolis sehingga apabila pada salah satu titik pipa mengalami perubahan debit aliran maka
akan berpengaruh pada pipa yang lain. Oleh karena itu, jaringan perpipaan memerlukan desain
sedemikian rupa agar dapat menghindari permasalahan-permasalahan seperti perubahan debit akibat
kebocoran.
Dalam prakteknya di lapangan, jaringan perpipaan yang menghubungkan reservoir Padjajaran
dengan pelanggan di Taman Yasmin Sektor Enam di tanam dalam tanah dengan kriteria berbeda
untuk setiap diameter. Gambar teknik penanaman pipa dapat dilihat pada Gambar 9. Skema hidraulic
grade line (HGL) dan contoh tipikal sambungan dapat dilihat pada gambar 10 dan gambar 11. Skema
jalur penanaman pipa disajikan pada Gambar 12 dan tipikal Inlet Taman Yasmin Sektor Enam
disajikan pada Gambar 13. Pola jaringan gabungan yang diterapkan yaitu pola sistem bercabang dan
sistem loop. Pola bercabang terdapat pada jaringan pipa primer yang berawal dari outlet reservoir
Padjajaran sampai Inlet Taman Yasmin Sektor Enam. Sistem loop terdapat pada beberapa jaringan
pipa sekunder yang berawal dari Inlet Taman Yasmin Sektor Enam sampai pada jaringan pipa
pelayanan.
Gambar 10 menampilkan skema Hidroulic Grade Line (HGL) pada jaringan pipa primer yang
berawal dari reservoir Padjajaran sampai pada Inlet Taman Yasmin Sektor Enam. Sketsa tersebut
menunjukan perbedaan elevasi yang dimliki oleh PDAM Tirta Pakuan untuk mensuplai kebutuhan air
pelanggan di Komplek Perumahan Taman Yasmin Sektor Enam. Jaringan pipa primer pada saluran
distribusi jaringan suplai air bersih PDAM Tirta Pakuan untuk daerah Taman Yasmin Sektor Enam
terbagi menjadi enam node. Node pertama berada pada elevasi + 267 m dpl dengan panjang pipa ruas
reservoir dengan node satu adalah 1044.2 m. Data lebih lengkap disajikan pada lampiran 5. Dalam
prakteknya di lapangan, jaringan perpipaan PDAM Tirta Pakuan ditanam di dalam tanah dengan
kriteria tertentu. Skema jalur penanaman jaringan pipa pimer disajikan pada Gambar 12. Jalur yang di
tempuh oleh jaringan pipa primer tidak sepenuhnya tertanam di dalam tanah melainkan ada yang
melalui jembatan pipa. Gambar 14 meyajikan tipikal jembatan jaringan pipa primer.
Fuida yang bergerak di dalam pipa dianggap dalam kondisi uniform flow atau air dianggap
mempunyai kecepatan yang konstan sepanjang apabila melalui diameter yang sama. Pada
kenyataannya di lapangan kondisi yang dijelaskan dalam asumsi ini tidak terlalu selalu tercapai
terutama kondisi steady flow dan uniform flow. Penyimpangan ini disebut keadaan transient yang
umum terjadi pada saat awal pembukaan dan penutupan valve. Efek yang ditimbulkan disebut sebagai
water hammer yang terefleksi dengan kejadian pengempisan pipa, pecahnya pipa, atau menimbulkan
bunyi ketukan (Dharmasetiawan,2004).
Setiap aliran dalam pipa harus memenuhi asas kontinuitas dimana debit aliran yang masuk
harus sama dengan debit yang keluar. Debit aliran dalam pipa mempunyai kecepatan yang berbeda-
beda tergantung dari diameter pipanya. Pipa dengan diameter pipa lebih besar akan mempunyai

19
kecepatan lebih rendah daripada pipa dengan diameter kecil pada debit yang sama. Sistem pengaliran
yang digunakan oleh PDAM Tirta Pakuan berdasarkan topografi daerah pelayanan, lokasi sumber air
baku, dan struktur kota.
Jaringan perpipaan yang menghubungkan resevoir Padjajaran dengan Inlet Taman Yasmin
Sektor Enam mempunyai panjang pipa 9,514.2 m dengan diameter pipa yang berbeda-beda. Pada
jaringan tersebut, diameter yang digunakan bervariasi pada jarak tertentu. Jaringan pipa sekunder
mempunyai diameter 100 mm dan 50 mm sedangkan diameter jaringan pipa pelayanan berukuran 10
mm. Dimensi dan jenis pipa yang digunakan disajikan pada Tabel 10. Data mengenai dimensi pipa
yang beredar di pasar disajikan pada lampiran 7.

Tabel 10. Dimensi dan jenis pipa pada jaringan distribusi


Dimensi (m)
Jaringan Jenis pipa Debit (m3/s)
Diameter Panjang
3.2274 0.900 1,044.2
0.5234 0.700 1,938.5
Pipa primer PVC 0.4410 0.500 1,137.5
0.0934 0.300 4,105.1
0.0632 0.200 1,288.9
0.0082 0.100 1,140.4
Pipa sekunder PVC
- 0.050 -
Pipa pelayanan PVC 0.0002 0.001 -
Berdasarkan hasil perhitungan, kebutuhan pelanggan Taman Yasmin Sektor Enam adalah
0.002 m3/s. Dengan debit tersebut maka jaringan perpipaan harus mampu mencukupi debit kebutuhan
pelanggan. Hal ini diperlukan perencanaan yang sesuai agar debit yang diharapkan dapat terpenuhi.
Tabel 11 menyajikan hasil perhitungan kebutuhan pelanggan Taman Yasmin Sektor Enam. Dari Tabel
11 dapat diketahui bahwa kebutuhan pelanggan yang berlokasi di Perumahan Taman Yasmin Sektor
Enam dapat dipenuhi. Hal ini terlihat pada nilai rata-rata debit pada Inlet Taman Yasmin Sektor Enam
lebih besar dari pada debit kebutuhan pelanggan yaitu sebesar 0.008 m3/s.
Tabel 11. Hasil perhitungan kebutuhan pelanggan
Parameter Nilai Satuan
Asumsi kebutuhan 170.000 l/org/hari
Jumlah pelanggan 292.000 pelanggan
Total pengguna 1,168.000 org
Kebutuhan pelanggan 0.002 m3/s
Qrata-rata pada Inlet Taman
0.008 m3/s
Yasmin Sektor Enam

20
b. Tampak atas

Keterangan

: Pasir

: Kerikil

Skala 1 : 100
Satuan mm

a. Potongan melintang
Gambar 10. Tipikal penanaman pipa

21
Skala 1 : 42000
Satuan mm
Gambar 11. Sketsa HGL untuk jalur transmisi reservoir – Inlet Taman Yasmin Sektor Enam
22

22
Keterangan
: Gate valve

: Tee

: Socket

: Reducer

: Pipa
Skala : tidak di skala

Gambar 12. Contoh tipikal sambungan pada Node 3 jaringan pipa primer
23
24

23
`
23

Gambar 13. Skema pola distribusi jarigan primer


24
23

24
Keterangan
: Gate valve : Reducer

: Tee : Pipa

: Socket : meter air

Skala : tidak di skala

Gambar 14. Tipikal Inlet Taman Yasmin Sektor Enam


25

25
Keterangan :
1 : Jeruji
2 : Gate valve
3 : Tanah urugan
4 : Beton
5 : Pasir

Gambar 15. Tipikal


26

26
5.2 HEADLOSS
Headloss pada pipa dibedakan menjadi dua macam yaitu headloss mayor dan headloss minor.
Headloss mayor terjadi akibat gesekan pada jaringan pipa sedangkan headloss minor terjadi akibat
adanya aksesoris pada jaringan pipa. Perhitungan headloss dapat dilakukan dengan persamaan Hazen-
William(4), Darcy-Weisbach(5), dan De Chezy-Manning(16). Hal ini dilakukan agar dapat melakukan
perbandingan nilai headloss. Pada perhitungan yang dilakukan pada Inlet Taman Yasmin Sektor
Enam berdasarkan data sekunder dengan persamaan Hazen-William menggunakan koefisien C = 120,
diperoleh nilai headloss mayor 0.39 m. Perhitungan dengan persamaan Darcy-Weisbach diperoleh
nilai headloss mayor sebesar 0.63 m. Perhitungan dengan persamaan De Chezy-Manning diperoleh
nilai headloss mayor 0.38 m. Perhitungan terhadap headloss minor menggunakan asumsi 10% dari
nilai headloss mayor sehingga diperoleh nilai headloss minor untuk setiap persamaan 4, 5, dan 16
masing-masing 0.04 m, 0.06 m, dan 0.04 m. Data lebih lengkap tersaji pada lampiran 4.
Nilai headloss sebanding dengan besarnya debit dan panjang pipa suatu jaringan dan
berbanding terbalik dengan diameter pipa yang digunakan. Perbedaan hasil perhitungan tiga
persamaan diatas terjadi karena perbedaan prinsip dari masing-masing persamaan. Persamaan Hazen-
William dan De Chezy-Manning mempunyai nilai hampir sama akan tetapi berbeda cukup tinggi
dengan persamaan Darcy-Weisbach. Perbandingan nilai headloss dapat dilihat pada Gambar 15.

Gambar 16. Kurva perbandingan headloss

Besarnya nilai headloss erat kaitanya dengan debit aliran, diameter pipa dan panjang pipa.
Pada Gambar 15 menunjukan hubungan nilai headloss dengan debit pada Inlet Taman Yasmin sektor
Enam. Dari kurva di atas dapat dilihat bahwa nilai headloss akan meningkat seiring dengan kenaikan
debit aliran. Nilai headloss berdasarkan persamaan Darcy-Weisbach mempunyai nilai lebih tinggi
dibandingkan nilai headloss berdasarkan persamaan Hazen-William dan De Chezy-Manning. Hal ini
dikarenakan nilai headloss berdasarkan persamaan Darcy-Weisbach dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Menurut Houghtalen et all (2010) persamaan Darcy-Weisbach sangat erat kaitanya dengan jenis
aliran, kecepatan aliran dalam pipa, dimensi, dan panjang pipa sehingga terjadinya ketidakseragaman
pada faktor tersebut berpengaruh pada nilai headloss yang dihasilkan.

27
Berdasarkan hasil perhitungan, nilai headloss pada tiap ruas jaringan pipa primer berbeda-
beda. Hal ini dikarenakan perbedaan parameter yang digunakan dalam perhitungan berupa diameter,
panjang pipa, dan kemiringan jaringan. Hasil perhitungan headloss menggunakan persamaan Hazen-
William pada jaringan pipa primer, jaringan pipa sekunder, dan jaringan pipa pelayanan disajikan pada
Tabel 12, 13, dan 14.

Tabel 12. Hasil perhitungan headloss tiap ruas jaringan pipa primer
Diameter Panjang pipa Headloss Headloss
Ruas Debit (m3/s)
(m) (m) (m) (m/100 m)
R-N1 0.9 1,044.2 0.323 23.05 2.21
N1-N2 0.7 1,938.5 0.052 5.02 0.26
N2-N3 0.5 1,137.5 0.044 11.03 0.97
N3-N4 0.3 4,105.1 0.009 27.10 0.66
N4-N5 0.2 174.0 0.006 4.01 2.30
N5-N6 0.2 1,114.9 0.003 8.03 0.72
Total 9,514.2 78.24 0.82

Tabel 13. Hasil perhitungan headloss tiap ruas jaringan pipa sekunder
Ruas Diameter (m) Panjang pipa (m) Debit (m3/s) Headloss (m)
I-S1 0.1 99.8 0.020 8.01
S1-S2 0.1 44.4 0.018 3.00
S1-S6 0.1 154.9 0.007 2.01
S6-S7 0.1 82.3 0.007 1.00
S6-S8 0.1 88.4 0.021 8.01
S7-S3 0.1 48.6 0.009 1.00
S3-S5 0.1 97.2 0.006 1.00

Tabel 14. Hasil perhitungan headloss pada jaringan pipa pelayanan


Pelanggan Diameter (m) Panjang pipa (m) Debit (m3/s) Headloss
Pelanggan 1 0.01 3.17 0.0003 2.57
Pelanggan 2 0.01 3.56 0.0003 2.22
Pelanggan 3 0.01 3.20 0.0003 2.23
Pelanggan 4 0.01 5.03 0.0002 2.34
Pelanggan 5 0.01 3.55 0.0002 1.52
Pelanggan 6 0.01 7.10 0.0002 2.58
Pelanggan 7 0.01 6.89 0.0002 2.67
Rata-rata 0.0002 2.41

Berdasarkan hasil perhitungan di atas, nilai headloss pada jaringan pipa distribusi berbeda-
beda. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa perbedaan nilai headloss tersebut dikarenakan
perbedaan nilai parameter yang digunakan, yaitu diameter pipa, panjang pipa, dan kemiringan
jaringan. Nilai headloss tertinggi pada jaringan pipa primer terdapat pada ruas N4-N5 yaitu 2.30 m
/100 m dan headloss terendah terdapat pada ruas N1-N2 yaitu 0.26 m/100 m sehingga diperoleh nilai
headloss total jaringan pipa primer adalah 0.82 m/100 m. Pada jaringan pipa sekunder, headloss
tertinggi terdapat pada ruas I-S1 yaitu 8.01 m dan headloss terendah terdapat pada ruas S7-S3 yaitu
1.00 m. Pada jaringan pipa pelayanan, nilai headloss tertinggi terdapat pada pelanggan 7 yaitu 2.67 m
dan headloss terendah terdapat pada pelanggan 5 yaitu 1.52 m. Nilai headloss tiap 100 m disajikan
pada Tabel 15, 16, dan 17.

28
Tabel 15. Hasil perhitungan headloss tiap 100 m menggunakan persamaan Hazen-William pada
jaringan pipa primer
Diameter (m)
Daerah Jumlah Debit
0.9 0.7 0.5 0.3 0.2 0.1
pelayanan penduduk (m3/s)
Headloss (m/100 m)
Bogor Selatan 181392 0.35 0.04 0.13 0.66 7.88 56.71 1653.15
Bogor Timur 95098 0.19 0.01 0.04 0.20 2.38 17.17 500.59
Bogor Utara 17044 0.34 0.03 0.11 0.59 7.02 50.54 1473.29
Bogor Tengah 101398 0.20 0.01 0.04 0.22 2.68 19.34 563.67
Bogor Barat 211084 0.42 0.05 0.17 0.87 10.44 75.07 2188.33
Tanah Sereal 190919 0.38 0.04 0.14 0.72 8.67 62.34 1817.35

Tabel 16. Hasil perhitungan headloss tiap 100 m menggunakan persamaan Darcy-Weisbach pada
jaringan pipa primer
Diameter (m)
Daerah Jumlah Debit
0.9 0.7 0.5 0.3 0.2 0.1
pelayanan penduduk (m3/s)
Headloss (m/100 m)
Bogor Selatan 181392 0.35 0.02 0.08 0.40 4.75 34.14 1025.98
Bogor Timur 95098 0.19 0.01 0.02 0.11 1.30 9.38 281.99
Bogor Utara 17044 0.34 0.02 0.07 0.35 4.19 30.14 905.86
Bogor Tengah 101398 0.20 0.01 0.02 0.13 1.48 10.67 320.60
Bogor Barat 211084 0.42 0.03 0.11 0.54 6.43 46.23 1389.36
Tanah Sereal 190919 0.38 0.03 0.09 0.44 5.26 37.82 1136.59

Tabel 17. Hasil perhitungan headloss tiap 100 m menggunakan persamaan De Chezy-Manning pada
jaringan pipa primer
Diameter (m)
Daerah Jumlah Debit
0.9 0.7 0.5 0.3 0.2 0.1
pelayanan penduduk (m3/s)
Headloss (m/100 m)
Bogor Selatan 181392 0.35 0.02 0.09 0.53 8.07 70.14 2827.79
Bogor Timur 95098 0.19 0.01 0.02 0.15 2.22 19.28 777.24
Bogor Utara 17044 0.34 0.02 0.08 0.47 7.12 61.93 2496.72
Bogor Tengah 101398 0.20 0.01 0.03 0.17 2.52 21.92 883.63
Bogor Barat 211084 0.42 0.03 0.12 0.72 10.93 94.98 3829.32
Tanah Sereal 190919 0.38 0.03 0.10 0.58 8.94 77.70 3132.63

Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 15, 16, dan 17 diketahui bahwa pada debit yang
sama, nilai headloss per 100 m bertambah besar apabila diameter pipa yang digunakan semakin kecil.
Tabel 15, 16, dan 17 menyajikan besarnya nilai headloss yang terjadi apabila menggunakan pipa PVC
dengan seluruh diameter jaringan pipa primer seragam. Pada kenyataanya di lapangan, pemasangan
pipa pada jaringan pipa primer tidak seragam. Hal ini disesuaikan dengan kebutuhan pelanggan dan
untuk efisiensi biaya. Kurva hubungan debit dengan headloss per 100 m disajikan pada gambar 16,
17, dan 18.

29
Gambar 17. Hubungan debit dengan headloss per 100 m berdasarkan persamaan Hazen-William

Gambar 18. Hubungan debit dengan headloss per 100 m berdasarkan persamaan Darcy-Weisbach

30
Gambar 19. Hubungan debit dengan headloss per 100 m berdasarkan persamaan De Chezy-Manning

Gambar 17, 18, dan 19 menyajikan hubungan debit dengan headloss berdasarkan persamaan
Hazen-William, Darcy-Weisbach, dan De Chezy-Manning pada jaringan pipa primer. Dari ketiga
gambar di atas terlihat bahwa besarnya nilai headloss akan meningkat seiring dengan meningkatnya
debit. Selain itu, dari gambar di atas terlihat bahwa diameter yang lebih besar mempunyai nilai
headloss lebih kecil dibandingkan dengan diameter yang lebih kecil. Hubungan debit dengan headloss
per 100 m pada diameter 0.3 m, 0.2 m, dan 0.1 m disajikan pada lampiran 8.

Gambar 20. Hubungan headloss per 100 m dengan kemiringan jaringan pipa (gradient) pada jaringan
pipa sekunder

31
Gambar 19 menyajikan hubungan headloss dengan kemiringan jaringan pipa (gradient) pada
jaringan pipa sekunder. Nilai gradient diperoleh dari perbandingan antara perbedaan elevasi dengan
panjang pipa. Dari Gambar 19 dapat diketahui bahwa nilai headloss akan meningkat seiring dengan
meningkatnya nilai gradient.. Dari gambar 19 diperoleh persamaan regresi polinomial yaitu y = -
0.002x2 + 0.030x – 0.017 menyatakan hubungan antara headloss dengan gradient. Persamaan tersebut
sesuai untuk analisis regresi dimana nilai R2 lebih dari 67.50 % yaitu 0.894 dan 1.
Head statis yang dimiliki PDAM Tirta Pakuan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan pada
Taman Yasmin Sektor Enam adalah 80 m. Nilai head statis selanjutnya digunakan untuk menentukan
nilai sisa tekan. Sisa tekan merupakan salah satu dasar untuk menentukan suatu sistem distribusi. Sisa
tekan menentukan kelayakan suatu sistem distribusi dapat dilaksanakan dengan sistem gravitasi atau
dengan sistem pompa. Menurut Dinas Pekerjaan umum, syarat minimum untuk memakai sistem
gravitasi yaitu mempunyai sisa tekan ≥ 10 m atau memiliki tekanan ≥ 1 bar. Berdasarkan hasil
perhitungan, sisa tekan yang ada pada Inlet Taman Yasmin Sektor Enam adalah 1.76 m. Dengan nilai
sisa tekan tersebut maka sistem gravitasi yang dipakai oleh PDAM Tirta Pakuan untuk memenuhi
kebutuhan pelanggan di Perumahan Taman Yasmin Sektor Enam layak.

5.3 DEBIT DAN TEKANAN


Debit merupakan salah satu parameter yang digunakan untuk menghitung nilai headloss. Pada
jaringan perpipaan terjadi perbedaan debit pada jaringan pipa primer, jaringan pipa sekunder, dan
jaringan pipa pelayanan. Perbedaan ini disebabkan oleh perbedaan dimensi jaringan pipa. Besarnya
nilai debit pada jaringan pipa primer dan jaringan pipa sekunder disajikan pada Tabel 18 dan 19.

Tabel 18. Hasil perhitungan debit tiap ruas pada jaringan pipa primer
Diameter Panjang pipa Kecepatan
Ruas Elevasi (m) Slope Debit (m3/s)
(m) (m) (m/s)
R-N1 0.9 1,044.2 267 0.022 0.51 0.322
N1-N2 0.7 1,938.5 262 0.003 0.14 0.052
N2-N3 0.5 1,137.5 251 0.009 0.23 0.044
N3-N4 0.3 4,105.1 224 0.007 0.13 0.009
N4-N5 0.2 174.0 220 0.023 0.20 0.006
N5-N6 0.2 1,114.9 212 0.007 0.11 0.003
Tabel 19. Hasil perhitungan debit tiap ruas pada jaringan pipa sekunder
Diameter Panjang pipa Kecepatan
Ruas Elevasi (m) Slope Debit (m3/s)
(m) (m) (m/s)
I-S1 0.1 99.8 204 0.08 2.55 0.020
S1-S2 0.1 44.4 201 0.07 2.33 0.018
S1-S6 0.1 154.9 202 0.01 0.95 0.007
S6-S7 0.1 82.3 201 0.01 0.92 0.007
S6-S8 0.1 88.4 194 0.09 2.73 0.021
S7-S3 0.1 48.6 200 0.02 1.23 0.009
S3-S5 0.1 97.2 199 0.01 0.84 0.006
Dari Tabel 18 dan Tabel 19 dapat diketahui bahwa debit pada masing-masing ruas berbeda.
Perbedaan ini disebabkan oleh perbedaan slope dan dimensi pipa yang digunakan. Debit tertinggi pada
jaringan pipa primer terdapat pada ruas Reservoir(R) - Node 1(N1) yaitu 0.322 m3/s dan debit
terendah pada Node 5(N5) – Node 6(N6) yaitu 0.003 m3/s. Pada jaringan pipa sekunder, debit

32
tertinggi terdapat pada ruas Sekunder 6(S6) – Sekunder 8(S8) yaitu 0.021 m3/s dan debit terendah
terdapat pada ruas Sekunder 3(S3) – Sekunder 5(S5) yaitu 0.006 m3/s. Debit rata-rata hasil
pengukuran pada jaringan pipa pelayanan yaitu 0.0002 m3/s. Hasil pengukuran lebih lengkap disajikan
pada Tabel 20.

Tabel 20. Hasil pengukuran debit pada jaringan pipa pelayanan


Panjang pipa
Pelanggan Diameter (m) Elevasi (m) Debit (m3/s)
(m)
Pelanggan 1 0.01 3.17 200 0.0003
Pelanggan 2 0.01 3.56 200 0.0003
Pelanggan 3 0.01 3.20 196 0.0003
Pelanggan 4 0.01 5.03 199 0.0002
Pelanggan 5 0.01 3.55 198 0.0002
Pelanggan 6 0.01 7.10 196 0.0002
Pelanggan 7 0.01 6.89 185 0.0002

Debit rata-rata berdasarkan data sekunder pada Inlet Taman Yasmin Sektor Enam adalah 0.008
3
m /s. Hal ini masih berada di atas debit yang seharusnya ada untuk memenuhi kebutuhan pelanggan
yaitu 0.002 m3/s. Dengan debit 0.008 m3/s maka diperoleh nilai kecepatan pada titik ini adalah 1.044
m/s. Nilai kecepatan pada titk ini masih berada dalam kriteria perencanaan. Menurut Dharmasetiawan
(2004), asumsi kecepatan dalam perencanaan berada dalam rentang 0.8 m/s – 1.5 m/s. Asumsi
kecepatan yang terlalu rendah akan menyebabkan terjadinya endapan dalam pipa, sedangkan asumsi
kecepatan yang terlalu tinggi menyebabkan tekanan kerja pipa meningkat dan mengakibatkan biaya
pengaliran tinggi dan pipa rawan terhadap kebocoran teknis.
Berdasarkan hasil perhitungan, terjadi perbedaan debit pada Inlet Taman Yasmin sektor Enam.
Nilai debit berdasarkan data sekunder adalah 0.008 m3/s sedangkan debit berdasarkan pengukuran
langsung dilapangan adalah 0.006 m3/s. Perbedaan nilai debit juga terjadi pada jaringan pipa
pelayanan. Hasil perhitungan menghasilkan nilai debit rata-rata pada jaringan pelayanan adalah
0.0005 m3/s dan debit rata-rata hasil pengukuran pada jaringan pipa pelayanan adalah 0.0002 m3/s.
Perbedaan ini terjadi karena data sekunder pada inlet Taman Yasmin yang digunakan merupakan rata-
rata hasil pengukuran sepanjang hari sedangkan hasil pengukuran langsung hanya dilakukan pada
waktu tertentu.
Tekanan mempunyai kaitan erat dengan debit aliran. Aliran yang mempunyai tekanan cukup
akan mampu mengalirkan air dengan baik. Akan tetapi, apabila tekanan dalam pipa tidak mencukupi
dapat menyebabkan air tidak dapat mengalir. Besarnya tekanan rata-rata pada Inlet Taman Yasmin
Sektor Enam adalah 2.89 bar dan rata-rata pada pelanggan adalah 1.57 bar. Data nilai tekanan pada
Inlet Taman Yasmin Sektor Enam disajikan pada lampiran 3 sedangkan hasil pengukuran tekanan
pada pelanggan disajikan pada Tabel 21. Tekanan pada jaringan pipa distribusi berada pada rentang
syarat yaitu 1.2 – 2 bar sehingga dapat dipastikan memenuhi syarat tekanan dan air dapat mengalir
dengan lancar. Hubungan nilai tekanan dan debit dapat dilihat pada Gambar 20.
Gambar 20 menunjukan hubungan tekanan harian dan debit harian pada Inlet Taman Yasmin
Sektor Enam. Dari kurva di atas diperoleh persamaan regresi polinominal y = -0.000x2 + 0.000x +
0.010 dengan nilai R2 = 0.912. Persamaan di atas sesuai untuk analisis regresi dimana nilai R 2 lebih
dari 67.50 %. Kurva di atas menunjukan bahwa nilai tekanan berpengaruh terhadap debit. Nilai
tekanan rendah terjadi pada saat debit pemakaian tinggi dan sebaliknya, nilai tekanan tinggi terjadi
pada saat debit pemakaian rendah. Hal ini sesuai dengan gambar 8 yang menunjukan hubungan yang

33
sama yaitu tekanan dalam pipa akan meningkat apabila debit pemakaian menurun dan akan menurun
apabila debit pemakaian air meningkat.

Tabel 21. Hasil pengukuran debit dan tekanan pada jaringan pipa pelayanan
Pelanggan Tekanan (bar)
Pelanggan 1 1.40
Pelanggan 2 1.30
Pelanggan 3 1.50
Pelanggan 4 1.35
Pelanggan 5 1.45
Pelanggan 6 1.50
Pelanggan 7 2.05

Gambar 21. Kurva hubungan tekanan harian dengan debit harian pada Inlet Taman Yasmin Sektor
Enam

5.4 KINERJA PELAYANAN TERHADAP PELANGGAN


Berdasarkan data sekunder, kondisi aliran di lapangan mengalir selama 24 jam. Pemakaian
tertinggi terjadi pada pukul 09.00-10.00 sebesar 0.011 m3/s dan pemakaian air terendah terjadi pada
pukul 01.00-02.00 sebesar 0.004 m3/s. Berdasarkan Gambar 8, terjadi peningkatan pemakaian air
yang signifikan dimulai pada pukul 04.00-06.00 dan penurunan pemakaian air pada pukul 10.00 dan
19.00. berdasarkan hasil pengukuran dilapangan dapat diketahui bahwa karakteristik pola pemakaian
air bersih pada Perumahan Taman Yasmin Sektor Enam terjadi pemakaian air pada kondisi puncak
pada waktu pagi hari dan sore hari, yaitu pada jam 09.00-10.00 yaitu dan jam 18.00-19.00. Fluktuasi
kebutuhan debit tersebut harus mampu terpenuhi oleh PDAM Tirta Pakuan.
Menurut Dinas Pekerjaan Umum (2007), kebutuhan pemakaian air untuk rumah adalah 120 -
200 l/org/hari. Sedangkan menurut Kimpraswil (2003), debit miminum yang seharusnya terpenuhi
untuk kota besar adalah 170 lt/orang/hari. Kebutuhan pemakaian air di Perumahan Taman Yasmin

34
Sektor Enam apabila setiap pelanggan mempunyai empat orang anggota keluarga maka kebutuhan
rata-rata kebutuhan perorang sebesar 0.002 m3/s. Menurut hasil analisa, kebutuhan pelanggan yang
berada pada Perumahan Taman Yasmin Sektor Enam dapat terpenuhi dengan kontinuitas air selama
24 jam. Hal ini ditunjukan dengan debit dan tekanan rata-rata pada Inlet Taman Yasmin Sektor Enam
yaitu masing-masing 0.008 m3/s dan 3.654 bar.
Tekanan merupakan salah satu faktor penting yang mendukung kepuasan pelanggan terhadap
pelayanan yang diberikan oleh PDAM. Hal ini berkaitan dengan kontinuitas air PDAM. Berdasarkan
hasil pengukuran dilapangan, tekanan rata-rata jaringan pipa pada Inlet Taman Yasmin Sektor Enam
adalah 3.654 bar dan tekanan rata-rata pada jaringan pipa pelayanan 1.507 bar. Tekanan maksimum
terjadi pada pukul 00.45 sebesar 6.80 bar dan tekanan minimum berada pada pukul 07.00 sebesar 1.16
bar. Fluktuasi tekanan terjadi sepanjang waktu. Data lebih lengkap tersaji pada lampiran 3.
Berdasarkan data tersebut, tekanan yang ada pada sistem masih berada pada rentang syarat tekanan
aliran dalam pipa yaitu 1.2-2 bar. Hal ini menunjukan bahwa air dapat mengalir dalam sistem secara
berkelanjutan. Meskipun demikian, faktor tekanan harus diperhatikan karena apabila tekanan yang ada
pada sistem melebihi batas maka akan terjadi kerusakan pipa akibat teknis seperti pipa pecah sehingga
mengakibatkan kebocoran.
Sistem jaringan distribusi yang dikembangkan oleh PDAM Tirta Pakuan telah sesuai dengan
kriteria-kriteria yang ada. Minimnya keluhan dari pelanggan menunjukan bahwa kinerja PDAM telah
sesuai harapan pelanggan. Meskipun demikian, prestasi tersebut harus terus dijaga dengan melakukan
berbagai macam upaya. Upaya yang dapat dilakukan untuk menjaga prestasi diatas yaitu dengan
menjaga performa kinerja yang telah ada dan melakukan pembaharuan sesuai dengan perkembangan
jaman, melakukan checking and controlling secara rutin dan berkala, melakukan penggantian
perangkat yang telah melebihi umur pemakaian, dan pengembangan jaringan menggunakan peralatan
yang tahan lama dan sedikit kerusakan. Selain itu, mengingat tingginya tingkat pertumbuhan
penduduk Indonesia dan meningkatnya degradasi lingkungan maka perlu dilakukan upaya antisipasi
dengan kembali melakukan kajian terhadap cadangan sumberdaya air sehingga diharapkan kedepan
tidak terjadi kekurangan air pada pelanggan PDAM Tirta Pakuan.

35
VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 KESIMPULAN

1. Kehilangan head pada jaringan pipa penyaluran dari Reservoir Padjajaran menuju Inlet Taman
Yasmin Sektor Enam adalah 78.24 m atau setara dengan 0.82 m per 100 m panjang pipa.
2. Kehilangan head pada sambungan, reducer, belokan, dan pembagi (headloss minor) jaringan pipa
distribusi Reservoir Padjajaran menuju Inlet Taman Yasmin Sektor Enam adalah 7.62 m atau
setara dengan 0.08 m per 100 m.
3. Kehilangan head pada jaringan pipa pelayanan Taman Yasmin Sektor Enam berkisar antara 1.52
m sampai 2.67 m atau rata-rata sebesar 2.41 m.

6.2 SARAN

1. Perlu ada stasiun pengukuran pada setiap sektor sehingga pemantauan terhadap kinerja sistem
lebih mudah
2. Dengan sisa tekan kurang dari 10 m maka perlu upaya pengelolaan yang baik agar air dapat
sampai kepada pelanggan dengan mencegah terjadinya kebocoran jaringan.

36
DAFTAR PUSTAKA

Agustina, Dian Vitta. 2007. Analisa Kinerja Sistem Distribusi Air Bersih PDAM Kecamatan
Banyumanik di Perumnas Banyumanik. Thesis. Semarang: Program Pasca Sarjana Magister
Teknik Sipil Universitas Diponegoro eprints.undip.ac.id/15472/1/Dian_Vita_Agustina.pdf
[14 Februari 2012]

Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor [BPS Bogor]. 2010. Jumlah Penduduk dan Kepadatan
Penduduk di Kota Bogor. http://bogorkota.bps.go.id/index.php/penduduk-dan-tenaga-kerja/13-
jumlah-penduduk-dan-kepadatan-penduduk-menurut-kecamatan.pdf [28 Juni 2012]

Dharmasetiawan, Martin. 2004. Sistem Perpipaan Distribusi Air Minum. Jakarta:Yayasan Ekamitra
Nusantara

Direktorat Jenderal Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum. 2007. Buku Panduan Pengembangan
Air Minum. Jakarta: Direktorat Jenderal Cipta Karya

Direktorat Jenderal Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum. 2007. Pengembangan Air Minum.
Jakarta: Direktorat Jenderal Cipta Karya

Departemen Pekerjaan Umum. 2009. Buku Pintar. Jakarta: DPU

Houghtalen, Robert J., Hwang, Ned H. C., and Akan, A. Asman. 2010. Fundamentals of Hydrolic
Engineering Systems.Upper Suddle River:Pierson

Kodoatie, Robert J. 2005. Hidrolika Terapan. Jogjakarta : Andi

Mandang, Tineke. Dkk. 2010. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bogor: IPB Press

Paturahman, Tedi. 2009. Analisis Kepuasan Pelanggan Rumah Tangga dan Kualitas Penanganan
Keluhan Pelanggan (Studi Kasus PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor). Skripsi. Bogor:
Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Manajemen IPB

Raswari. 1986. Teknologi dan Perencanaan Sistem Perpipaan. Jakarta:UI-Press

Shook, C.A and Roco, M.C. 1991. Slurry Flow:Principles and Practice. Stoneham:Butterwoth-
Heinemann

37
LAMPIRAN

38
Lampiran 1. Data pengukuran debit dan tekanan
Pengukuran ke 1 Pengukuran ke 2 Rata-rata
Lokasi Elevasi (m) Jarak (m)
Debit (l/s) Tekanan (bar) Debit (l/s) Tekanan (bar) Debit (m/s) Tekanan (bar)
Inlet taman yasmin sektor 6 212.00 9514.20 0.01 1.60 0.01 1.60 0,0112 1.60
Pelanggan 1 200.00 9700.46 0.29 1.40 0.31 1.40 0,0003 1.40
Pelanggan 2 200.00 9787.32 0.26 1.40 0.25 1.20 0,0003 1.30
Pelanggan 3 196.00 9893.18 0.27 1.60 0.28 1.40 0,0003 1.50
Pelanggan 4 199.00 9960.85 0.22 1.50 0.22 1.20 0,0002 1.35
Pelanggan 5 198.00 10066.82 0.21 1.40 0.21 1.50 0,0002 1.45
Pelanggan 6 196.00 10049.14 0.19 1.50 0.19 1.50 0,0002 1.50
Pelanggan 7 185.00 10191.24 0.20 2.20 0.20 1.90 0,0002 2.05
Rata-rata pelanggan 196.28 9949.86 0.24 1.57 0.24 1.44 0,0002 1.51
39

39
Lampiran 2. Data debit harian bulan Februari
Tanggal Rata-rata
Jam 3/2 3/4 3/5 3/6 3/7 3/8 3/12 3/13 3/15 3/16 3/17 3/19 3/20 3/21 3/22 3/23 3/26 3/27 3/28 3/29
Debit (m3/s)
1.00 16.00 15.60 15.60 16.00 15.20 16.00 15.60 16.80 12.80 14.00 16.00 12.40 14.00 15.20 15.20 14.00 14.14
2.00 16.40 15.20 15.60 15.20 15.20 15.20 16.00 16.00 16.00 13.20 15.60 14.80 12.00 14.40 14.80 14.40 14.00 14.11
3.00 16.00 15.60 15.60 15.60 15.20 15.20 16.00 16.00 13.20 27.20 15.60 12.00 14.40 16.00 14.40 14.80 14.87
4.00 17.20 18.80 19.60 18.40 18.80 18.80 18.00 16.80 39.20 17.20 14.80 18.40 16.80 17.60 15.20 17.85
5.00 24.40 34.00 34.40 33.60 32.40 37.60 36.00 32.00 33.60 34.00 30.00 31.20 35.60 33.20 28.80 30.68
6.00 33.60 38.40 36.40 35.60 36.80 36.00 36.80 34.80 37.20 34.00 37.20 36.40 36.40 31.20 37.20 35.87
7.00 33.20 36.40 36.00 34.80 36.00 34.40 35.60 35.60 40.40 34.80 32.40 33.60 30.80 32.80 32.40 34.61
8.00 36.00 39.60 37,60 38.00 36.80 36.80 37.20 36.00 39.20 36.80 34.40 36.40 37.20 36.00 37.00
9.00 37.60 40.80 38.40 38.40 38.40 38.80 39.20 39.20 38.00 39.20 41.20 36.80 36.00 36.40 36.80 38.35
10.00 38.80 40.00 44.00 38.40 42.40 40.80 38.40 39.60 38.00 39.60 38.80 43.20 41.20 45.20 40.60
11.00 34.80 40.00 33.20 33.60 36.40 31.60 32.00 37.20 33.60 32.80 40.00 38.80 36.80 34.00 35.34
12.00 30.80 30.40 26.80 28.00 28.00 26.80 34.80 30.00 30.40 32.80 31.60 35.60 33.60 28.00 30.54
13.00 32.80 28.00 29.60 30.40 30.80 27.60 28.80 30.40 32.40 28.80 30.00 29.60 31.60 32.00 30.20
14.00 24.40 26.00 26.40 25.60 26.40 26.00 27.60 24.40 28.00 26.80 27.60 28.00 27.20 27.60 26.57
15.00 25.60 24.40 26.80 24.80 25.20 24.00 27.20 28.00 26.00 28.80 28.00 22.40 26.40 26.40 26.00
16.00 32.00 38.40 34.00 26.40 30.00 30.00 31.60 31.60 31.60 26.80 30.40 32.40 32.40 31.35
17.00 34.40 30.80 31.60 31.60 32.40 30.80 34.40 33.20 35.60 34.00 32.80 36.00 32.80 33.11
18.00 33.20 31.60 31.20 31.60 29.60 30.80 32.40 33.60 28.00 35.60 32.80 34.00 33.20 34.00 32.26
19.00 36.80 31.60 36.80 35.20 35.20 32.00 34.80 37.20 34.00 32.00 23.60 33.60 30.80 36.80 31.60 29.60 40.00 33.62
20.00 28.40 24.40 29.60 27.20 27.20 28.00 27.20 24.00 26.80 25.60 23.20 30.40 24.80 29.20 26.80 29.60 27.60 27.06
21.00 24.00 24.00 24.00 28.00 26.00 28.00 27.60 26.00 24.40 25.20 17.60 28.80 20.00 26.80 24.80 30.40 26.00 25.39
22.00 24.00 26.80 22.40 25.20 6.40 21.20 22.40 24.40 22.40 19.20 15.20 22.80 21.20 21.20 22.40 22.00 22.40 21.27
23.00 20.80 18.80 17.60 18.80 19.60 19.20 18.40 20.40 16.80 14.00 20.00 15.20 16.00 18.40 18.00 20.40 17.20
24.00 17.60 18.40 16.40 17.60 17.20 19.60 19.20 17.60 13.60 13.20 16.80 12.80 15.60 15.60 16.40 17.20 15.58
40

40
Lampiran 3. Data tekanan harian bulan Februari
Tanggal
Jam 3/2 3/4 3/5 3/6 3/7 3/8 3/12 3/13 3/15 3/16 3/17 3/19 3/20 3/21 3/22 3/23 3/26 3/27 3/28 3/29
Tekanan (bar)
1,00 6.66 6.13 6.62 6.54 7.02 6.96 6.96 7.04 6.88 6.98 6.83 6.82 6.76 6.94 6.80
2,00 6.76 3.61 6.62 6.60 7.08 7.07 7.04 6.94 7.02 6.91 6.91 6.91 6.96 6.65
3,00 6.47 1.13 5.94 6.07 6.63 5.94 6.69 6.63 6.57 6.40 6.47 6.51 6.68 6.01
4,00 6.35 1.17 5.47 5.94 6.37 5.21 6.51 6.40 6.19 6.16 6.29 6.19 6.43 5.74
5,00 4.27 1.25 1.91 2.86 3.14 1.63 3.30 3.17 2.47 2.80 2.72 2.99 2.94 2.73
6,00 2.24 1.42 1.17 1.09 1.30 1.19 1.30 1.11 1.19 1.13 1.16 1.16 1.17 1.28
7,00 1.44 1.22 1.09 1.25 1.11 1.24 1.22 1.11 1.13 1.09 1.16 1.13 1.18
8,00 1.30 1.38 1.17 1.25 1.33 1.45 1.31 1.17 1.09 1.19 1.22 1.22 1.26
9,00 1.42 1.69 1.58 1.69 1.58 1.64 1.64 1.70 1.66 1.24 1.24 1.31 1.49 1.45 1.52
10,00 2.46 1.64 2.66 2.47 2.33 2.33 2.53 2.53 2.39 2.44 1.49 1.60 2.00 2.11 2.22 2.21
11,00 3.44 2.52 3.74 3.74 3.33 3.35 3.39 3.39 3.93 3.78 2.19 2.50 2.86 3.21 3.33 3.25
12,00 3.61 3.77 4.08 4.07 3.47 4.18 2.99 2.99 4.05 4.29 2.50 3.21 3.61 3.82 3.46 3.61
13,00 4.05 4.38 4.02 4.11 3.55 4.39 4.19 4.19 4.07 4.38 3.32 3.46 3.88 4.27 4.14 4.03
14,00 4.74 4.99 4.82 4.60 4.46 4.86 4.80 4.80 4.65 4.85 4.18 4.38 4.52 4.55 4.65 4.66
15,00 4.32 4.75 4.49 4.75 4.90 4.93 4.74 4.72 4.55 4.55 4.47 4.22 4.62
16,00 2.53 2.97 2.94 3.25 3.35 3.14 3.44 3.32 2.92 3.39 2.86 2.88 2.78 3.06
17,00 4.85 2.97 2.60 3.11 3.05 3.21 2.92 2.92 2.85 2.53 2.24 2.44 2.66 3.00 2.95
18,00 2.63 5.10 1.83 2.56 2.97 2.58 2.88 2.56 2.25 1.25 1.69 2.25 2.44 1.95 2.50
19,00 3.38 5.52 3.86 2.77 3.64 3.30 3.66 4.02 3.53 3.74 2.67 3.72 3.85 3.88 3.68
20,00 4.94 6.08 4.61 4.54 4.49 4.80 4.80 4.99 4.80 4.90 4.39 4.69 4.74 4.82 4.83
21,00 5.49 6.40 5.15 5.02 4.80 5.46 5.57 5.46 5.08 5.36 5.05 5.21 5.33 5.32 5.34
22,00 5.69 6.62 5.77 5.68 0.41 5.88 5.88 6.15 5.93 6.04 5.90 5.82 5.88 5.76 5.53
23,00 6.13 6.63 6.27 6.16 6.40 6.62 6.68 6.51 6.60 6.43 6.41 6.49 6.49 6.45
24,00 6.44 6.62 6.51 6.40 6.88 6.87 6.87 6.77 6.82 6.68 6.68 6.71 6.82 6.70
41

41
Lampiran 4. Data perhitungan headloss
Headloss (m)
Lokasi Mayor Minor Total
Hazzen- Darcy- De Chezzy- Hazzen- Darcy- De Chezzy- Hazzen- Darcy- De Chezzy-
William Weisbach Manning William Weisbach Manning William Weisbach Manning
Inlet taman yasmin sektor 6 0.69 0.44 0.71 0.07 0.04 0.07 077 0.48 0.78
Pelanggan 1 2.42 1.66 3.75 0.24 0.16 0.37 2.66 1.83 4.13
Pelanggan 2 2.09 1.45 3.18 0.20 0.14 0.31 2.30 1.60 3.50
Pelanggan 3 2.10 1.45 3.23 0.21 0.14 0.32 2.31 1.60 3.55
Pelanggan 4 2.20 1.56 3.27 0.22 0.15 0.32 2.42 1.71 3.59
Pelanggan 5 1.43 1.01 2.11 0.14 0.10 0.21 1.57 1.11 2.32
Pelanggan 6 2.43 1.73 3.53 0.24 0.17 0.35 2.67 1.91 3.89
Pelanggan 7 2.52 1.79 3.68 0.25 0.17 0.36 2.77 1.97 4.05
Rata-rata pelanggan 2.31 1.63 3.47 0.23 0.16 0.34 2.54 1.79 3.81
42

42
Lampiran 5. Data pengukuran tiap node
a. Data pengukuran tiap node pada jaringan pipa primer
Ruas Diameter (m) Panjang pipa (m) Elevasi (m dpl) Slope
R-N1 0.9 1,044.2 267 0.022
N1-N2 0.7 1,938.5 262 0.002
N2-N3 0.5 1,137.5 251 0.009
N3-N4 0.3 4,105.1 224 0.006
N4-N5 0.2 174.0 220 0.022
N5-N6 0.2 1,114.9 212 0.007

b. Data pengukuran tiap node pada jaringan pipa sekunder


Ruas Diameter (m) Panjang pipa (m) Elevasi (m dpl) Slope
I-S1 0.1 99.82 204 0.08
S1-S2 0.1 44.40 201 0.06
S1-S6 0.1 154.96 202 0.01
S6-S7 0.1 82.34 201 0.01
S6-S8 0.1 88.39 194 0.09
S7-S3 0.1 48.55 200 0.02
S3-S5 0.1 97.20 199 0.01
43
42

43
Lampiran 6.Contoh Perhitungan
1. Perhitungan pada jaringan distribusi saluran primer dan sekunder
a. Perhitungan slope pipa ruas reservoir – node 1 (R-N.1)

b. Perhitungan kecepatan pada ruas reservoir – node 1 menggunakan persamaan Manning

c. Perhitungan debit

d. Perhitungan headloss menggunakan persamaan Hazen-William

e. Perhitungan sisa tekan

44
2. Perhitungan kebutuhan pelanggan
Jumlah pelanggan = 292 pelanggan
Asumsi satu rumah pelanggan terdiri atas empat orang, maka total pengguna air adalah 292 x 4 =
1168 orang
Kebutuhan air = 170 lt/orang/hari
Total kebutuhan air = 2 lt/s
Qaktual = 8 lt/s

3. Perhitungan debit
Berdasarkan persamaan Hazen-William

4. Perhitungan headloss mayor pada Inlet Taman Yasmin Sektor Enam berdasarkan
a. Persamaan Hazen-William

b. Persamaan Darcy-Weisbach

45
c. Persamaan De Chezzy-Manning

5. Perhitungan headloss minor


Perhitungan nilai headloss mengacu pada asumsi yang digunakan Agustina,2004 yaitu sebesar 10%
dari headloss mayor.
Headloss minor = 10% x headloss mayor
= 10% x 0.769
= 0.077 m

46
Lampiran 7. Data dimensi pipa PVC yag beredar di pasar

Diameter (inch)
Kelas Panjang (m)
AW D
½ ½ 4
¾ 4
1 4
1¼ 4
1½ 1½ 4
2 2 4
2½ 2½ 4
3 3 4
4 4 4
5 5 4
6 6 4
8 8 4
10 10 4
12 12 4
Sumber : Wavin, 2010

47
Lampiran 8. Hubungan debit dengan headloss per 100 m

Hubungan debit dengan headloss per 100 m berdasarkan persamaan Hazen-William

Hubungan debit dengan headloss per 100 m berdasarkan persamaan Darcy-Weisbach

48
Hubungan debit dengan headloss per 100 m berdasarkan persamaan De Chezy-Manning

49
Lampiran 9. Jalur Penanaman pipa jaringan distribusi air PDAM Tirta Pakuan

Sumber : Google earth 2012


50

50
Lampiran 10. Foto-foto kegiatan pengukuran

Alat pengukur tekanan

Alat pengukur debit

51
Pengukuran tekanan di lapangan

52
Lampiran 11. Diagram Hazzen-William

(sumber : http//www.engineeringtoolbox.com/)

53

You might also like