You are on page 1of 8

J. Sains MIPA, Agustus 2011, Vol. 17, No. 2, Hal.

: 75 - 82
ISSN 1978-1873

STUDI PERILAKU HARIAN RUSA SAMBAR (Cervus unicolor)


DI TAMAN WISATA ALAM BUMI KEDATON
Bainah Sari Dewi dan Endang Wulandari

Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung, Bandar Lampung 35145


E-mail: safirafadhilla@yahoo.com

ABSTRACT
Sambar deer (Cervus unicolor) is one of the components in the forest ecosystem which plays an
important role in the food chain cycle. However, the overexploitation by human being could decrease the
population of this animal in the nature. One of the conservation effort which can be conducted is by ex-situ
conservation. This research is then performed to find out the daily behavior of 4 sambar deers at Taman
Wisata Alam Bumi Kedaton (TWABK) from 21 July to 3 August 2010. The daily behavior data were obtained
by direct observation using scan animal sampling method for 14 days. The result showed that highest daily
behavior of the sambar deer (C. unicolor) at TWABK was rest where for deers of A, B, C and D were 4435 min
(44%); 4738 min.(47%); 4738 min. (47%) and 4435 min. (44%), respectively. The highest rest time was at
17.00-18.00, while the lowest was at 08.00-09.00, the highest moving time was at 12.00-13.00 and 17.00-
1800, while the lowest was at 08.00-09.00. The highest feeding time was at 08.00-09.00 and the lowest was
at 17.00-18.00.

Keywords: C. unicolor, TWABK, daily behavior, deer captive breeding, scan animal sampling.

ABSTRAK
Rusa sambar (C. unicolor) merupakan salah satu komponen pembentuk ekosistem hutan, yang
peranannya sangat penting dalam siklus rantai makanan. Akan tetapi, terjadinya pemanfaatan rusa oleh
manusia secara berlebihan dan tidak terkendali dapat mengakibatkan penurunan populasi satwa tersebut di
alam. Salah satu upaya konservasi yang dapat dilakukan adalah dengan penangkaran (konservasi ex-situ).
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui: perilaku harian empat ekor rusa sambar yang ada di Taman
Wisata Bumi Kedaton pada tanggal 21 Juli s/d 3 Agustus 2010. Data mengenai perilaku harian diperoleh
melalui pengamatan langsung dengan menggunakan metode scan animal sampling selama 14 hari
pengamatan. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan perilaku harian rusa sambar (C. unicolor) yang ada di
dalam penangkaran di Taman Wisata Bumi Kedaton (TWABK) perilaku tertingginya adalah istirahat yaitu rusa
A 4435 menit (44%), rusa B 4738 menit (47%), ruisa C 4738 menit (47%), dan rusa D 4435 menit (44%).
Waktu istirahat tertinggi pada pukul 17.00-18.00, terendah pada pukul 08.00-09.00, waktu pindah tertinggi
pada pukul 12.00-13.00 dan 17.00-18.00 terendah pada pukul 08.00-09.00. waktu makan tertinggi pada pukul
08.00-09.00 terendah pada pukul 17.00-18.00.

Kata kunci: C. unicolor, TWABK, perilaku harian, penangkaran rusa, scan animal sampling

1. PENDAHULUAN
Indonesia memiliki keanekaragaman jenis satwa liar yang tinggi, dan tersebar di beberapa tipe
habitat. Bermacam-macam jenis satwa liar ini merupakan sumberdaya alam yang dimanfaatkan untuk
banyak kepentingan manusia, salah satu diantaranya adalah kepentingan ekologis.
Manusia memanfaatkannya dengan berbagai cara, dan sering kali menyebabkan terjadinya
penurunan populasi mereka, bahkan telah menyebabkan beberapa jenis satwa liar terancam kepunahan1).
Ancaman kepunahan dapat diatasi dengan program-program yang tertuang di dalam kegiatan konservasi
sumber daya alam. Kegiatan konservasi tersebut meliputi perlindungan, pelestarian, dan pemanfaatan yang
lestari (Undang-undang Nomor 5 tahun 1990).
Rusa Sambar (C. unicolor ) adalah salah satu dari empat jenis rusa di Indonesia yang sudah
dilindungi oleh undang-undang namun jumlah populasinya terus terus berkurang akibat perburuan liar dan
semakin tingginya degradasi habitat aslinya2). Rusa Sambar merupakan rusa terbesar untuk daerah Tropik
dengan sebaran di Indonesia terbatas di pulau Sumatera, Kalimantan dan pulau di sekitar Sumatera3).

 2011 FMIPA Universitas Lampung 75


Bainah Sari Dewi dan Endang Wulandari… Studi Perilaku Harian Rusa Sambar (Cervus unicolor)

Menghindari kepunahan dan sekaligus memanfaatkan rusa secara optimal dan berkelanjutan dapat
dilakukan melalui penangkaran (konservasi ex-situ). Penangkaran rusa mempunyai prospek karena rusa
mudah beradaptasi dengan lingkungan di luar habitat alaminya, mempunyai tingkat produksi dan reproduksi
yang tinggi. Peningkatan produksi dan reproduksi merupakan indikator keberhasilan dari usaha budi daya
satwa4). Dalam pembangunan penangkaran ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu komponen habitat
yang terdiri dari pakan, air, naungan (cover), dan ruang5). Rusa mempunyai adaptasi yang tinggi dengan
lingkungannya sehingga mudah untuk ditangkarkan.
Habitat penangkaran berbeda dengan habitat alami. Berdasarkan ciri habitatnya, pada habitat
penangkaran terdapat peningkatan nutrisi, bertambahnya persaingan intraspesifik untuk memperoleh
makanan, berkurangnya pemangsaan oleh predator alami, berkurangnya penyakit dan parasit serta
meningkatnya kontak dengan manusia6). Karakteristik morfologi pada pemeliharaan rusa di suatu
penangkaran sangat diperlukan untuk menentukan sistem pemeliharaan rusa7).
Pakan merupakan salah satu faktor yang penting dalam keberhasilan penangkaran. Pakan utama
rusa adalah daun-daunan dan rumput-rumputan. Nilai gizi yang terkandung dalam hijauan tersebut, seperti
protein dan energi, relatif rendah sehingga perlu ditambahkan pakan konsentrat berupa jagung untuk
mencukupi kebutuhan gizi rusa. Pakan konsentrat biasanya disukai oleh rusa dan mengandung cukup energi
sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan rusa8).
Strategi terbaik bagi pelestarian jangka panjang bagi keanekaragaman hayati adalah perlindungan
populasi dan komunitas alami di habitat, yang dikenal sebagai pelestarian in-situ (atau dalam kawasan).
Kemampuan spesies untuk menjalankan proses adaptasi evolusi mengikuti lingkungan komunitas mereka
yang selalu berubah-ubah hanya dapat berlangsung di alam bebas. Namun, bagi banyak spesies langka yang
telah terdesak oleh pengaruh perbuatan manusia, pelestarian in-situ bukan pilihan yang nyata. Kalau suatu
populasi sisa/ tertinggal berukuran terlalu kecil, atau bila seluruh individu tersisa hanya ditemukan diluar
kawasan-kawasan yang dilindungi, maka pelestarian in-situ mungkin tidak dapat berhasil. Satu-satunya jalan
untuk mencegah kepunahan spesies adalah dengan memelihara individu-individu dalam kondisi terkendali,
dibawah pengawasan manusia9).
Strategi ini dikenal sebagai pelestarian ex-situ (atau diluar habitatnya). Sejumlah spesies yang punah
di alam masih dapat bertahan sebagai koloni-koloni peliharaan, misalnya rusa pere david, elaphurus
davidianus. Pohon Franklin yang cantik sekarang hanya hidup di kebun tanaman dan tidak lagi ditemukan di
alam bebas.
Upaya-upaya konservasi ex-situ merupakan bagian terpenting bagi strategi konservasi terpadu untuk
melindungi satwa terancam punah10) strategi-strategi konservasi secara ex-situ dan in-situ merupakan
pendekatan yang menunjang11). Individu-individu dari populasi ex-situ dapat dilepas di alam secara berkala
untuk memperbesar upaya konservasi yang sedang berjalan. Penelitian pada hewan tangkaran dapat
mengungkapkan ekologi dasar suatu spesies dan dapat pula memberikan arah untuk membentuk strategi-
strategi konservasi yang baru untuk populasi-populasi in-situ. Populasi-populasi ex-situ yang bertahan secara
mandiri juga dapat mengurangi tuntutan untuk mengoleksi individu-individu dari alam demi keperluan
pendidikan ataupun penelitian. Pada akhirnya hewan-hewan tangkaran yang dapat di tonton masyarakat
dapat membantu pendidikan masyarakat tentang pentingnya melestarikan spesies, dalam rangka melindungi
anggota lain dari komunitas tempat spesies tersebut ditemukan di alam. Sementara itu, pelestarian spesies
secara in-situ amat penting bagi kelangsungan hidup spesies yang sulit di tangkar (misalnya badak, maupun
bagi kelanjutan kebun binatang, akuarium, dan kebun raya agar dapat menampilkan spesies-spesies baru.
Konservasi ex-situ tidaklah murah, biaya pemeliharaan badak hitam dan gajah dari afrika di kebun binatang
mencapai 50 kali biaya perlindungan individu-individu kedua spesies tersebut di alam12).
Penelitian ini dilakukan di Taman Wisata Alam Bumi Kedaton. Taman Wisata Bumi terletak di
Kampung Batu Putuk-Teluk Betung Bandar lampung. Penelitian ini dilakukan karena Rusa sambar (C.
unicolor) merupakan sumberdaya alam hayati yang dilindungi, banyak brmanfaat bagi ilmu pengetahuan dan
hiburan serta mempunyai tingkat produksi dan reproduksi yang tinggi.
Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui perilaku harian empat ekor rusa
sambar yang ada di Taman Wisata Bumi Kedaton.

2. METODE PENELITIAN
2.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan di Taman Wisata Bumi Kedaton pada bulan Juli-Agustus 2010.

76  2011 FMIPA Universitas Lampung


J. Sains MIPA, Agustus 2011, Vol. 17, No. 2

2.2. Bahan dan Alat


Bahan yang menjadi objek penelitian ini adalah empat ekor rusa sambar yang berada di Taman Wisata
Bumi Kedaton. Sedangkan alat yang digunakan adalah: (1) kamera untuk mengambil gambar sebagai
dokumentasi, (2) Jam tangan sebagai penunjuk waktu.; (3) Tally Sheet.; (4) Alat Tulis.

2.3. Jenis Data yang Dikumpulkan


2.3.1. Data primer
Data primer pada penelitian ini berupa perilaku harian dengan parameter yang diamati meliputi
perilaku makan, perilaku istirahat, dan perilaku berpindah tempat.

2. Data sekunder
Data sekunder yaitu data yang tersedia dari instansi-instansi terkait dalam hal ini Balai Konservasi
Sumber Daya Alam (BKSDA), pihak pengelola Taman Wisata Alam Bumi Kedaton(TWABK), jurnal dan
artikel.

2.4. Metode Analisis Data


2.4.1. Perilaku harian
Data mengenai perilaku harian rusa sambar (Cervus Unicolor) diperoleh dari pengamatan langsung
dengan metode scan sampling. Dengan metode ini dilakukan pencatatan terhadap perilaku rusa sambar
dengan interval waktu tertentu. Pengamatan dilakukan 14 hari, dengan interval waktu mulai dari pukul 06.00
sampai dengan pukul 18.00WIB. Interval waktu yang digunakan dalam penelitian ini adalah 5 menit.

Tabel 1. Contoh hasil pengumpulan data.

Waktu Perilaku Keterangan

Makan Istirahat Pindah

Perilaku yang diamati selam pengamatan adalah :


1. Perilaku makan, yaitu perilaku yang dilakukan rusa sambar untuk mengunyah, ruminansia, dan
memasukan makan kedalam mulut.
2. Perilaku perpindahan tempat, seperti jalan, berkeliaran, berlari, dan perilaku lainnya yang berhubungan
dengan perpindahan tempat.
3. Istirahat, yaitu keadaan atau perilaku rusa sambar saat tidak melakukan perpindahan tempat dan perilaku
makan, seperti tidur, duduk dan lain-lain.

2.4.2. Analisis data


Data yang diperoleh selama dua minggu pengamatan dirata-rata dan dipersentasekan untuk mengetahui
persentase perilaku harian setiap hari dan interval waktu perjam.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


Pola perilaku harian ditunjukkan oleh masing-masing rusa sambar pada penangkaran di Taman
Wisata Bumi Kedaton memiliki perilaku yang berbeda. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian yang
dideskripsikan pada pada Gambar 1 dan Tabel 2.
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan dan data diatas tenyata persentase perilaku tertinggi
yang dilakukan rusa A adalah perilaku istirahat. Hal ini diduga karena sistem pemberian pakan yang
berdasarkan waktu sehingga membatasi waktu-waktu makan rusa, sedangkan untuk melakukan pindah
tempat dibatasi oleh ruang lingkup kandang yang tidak terlalu luas.

 2011 FMIPA Universitas Lampung 77


Bainah Sari Dewi dan Endang Wulandari… Studi Perilaku Harian Rusa Sambar (Cervus unicolor)

Gambar 1. Persentase Perilaku Harian Rusa Sambar A, B, C, dan D selama 14 hari pengamatan di Taman
Wisata Bumi Kedaton.

Perilaku istirahat biasanya dilakukan sebagai perilaku yang menyelingi perilaku makan, yang
dilakukan dengan berbaring di bawah pohon sambil memamah biak. Perilaku ini juga dilakukan untuk
berteduh dan berlindung dari teriknya sinar matahari pada siang hari, untuk menjaga kestabilan suhu tubuh.
Sedangkan perilaku bergerak (movement) biasa dilakukan rusa untuk berpindah dari satu tempat ke tempat
lain, umumnya dari satu areal vegetasi ke areal vegetasi lainnya untuk mencari makan, atau untuk mencari
tempat berlindung yang lebih aman akibat ada gangguan.
Perilaku istirahat atau resting memiliki beberapa kategori. Menurut Semiadi et al.13) perilaku istirahat
adalah perilaku selain makan dan memamah biak. Namun demikian definisi ini tidak menjelaskan pada posisi
apa perilaku iatirahat itu dilakukan. Bisa jadi berpindahnya seekor rusa dari satu tempat ketempat lain disebut
istirahat karena tidak sedang melakukan perilaku makan atau memamah biak14). Sama seperti pada rusa A
pada rusa B pun perilaku tertinggi yaitu perilaku istirahat yaitu sebanyak 47%.
Perilaku istirahat pada pagi hari (06.00-7.00) dilakukan di daerah dekat pepohonan sebelum
melakukan perilaku makan bersama-sama. Kondisi ini ditandai dengan perilaku istirahat bergerombol dengan
jarak tiap individu yang tidak berjauhan. Perilaku yang dilakukan selama istirahat seringkali adalah memamah
biak. Siang hari (10.00-13.00) setelah perilaku makan. Hal ini berbeda pada sore hari (15.00-18.00) dimana
individu-individu beristirahat dalam kelompok-kelompok kecil yang saling berjauhan satu sama lain.
Perilaku istirahat pada rusa C pagi hari (06.00-7.00) tidak berbeda jauh dengan perilaku ketiga rusa
yang lainnya. Kondisi ini ditandai dengan besarnya persentasi perilaku istirahat pada waktu-waktu tersebut.
Perilaku yang dilakukan selama istirahat seringkali adalah memamah biak. Siang hari (10.00- 13.00) setelah
perilaku makan. Kondisi ini ditandai dengan perilaku istirahat bergerombol dengan jarak tiap individu yang
tidak berjauhan. Hal ini berbeda pada sore hari (15.00-18.00) dimana individu-individu beristirahat dalam

78  2011 FMIPA Universitas Lampung


J. Sains MIPA, Agustus 2011, Vol. 17, No. 2

kelompok-kelompok kecil yang saling berjauhan satu sama lain selain memamah biak beberapa diantaranya
tidur untuk satu atau dua jam.
Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Semiadi et al.13) terhadap rusa sambar diketahui
bahwa perilaku istirahat dilakukan pada antara pukul 08.00-10.00 dan 13.00- 15.00. Perbedaan ini dapat
terjadi karena perbedaan iklim antara tropis dan sub tropis (New Zealand), namun demikian perilaku istirahat
pada pagi hari menampakkan kesamaan yang jelas.
Rusa D menunjukkan perilaku tertinggi adalah perilaku istirahat yaitu 44%. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan alokasi waktu untuk setiap perilaku harian dari rusa sambar di
kawasan penangkaran Taman Wisata bumi Kedaton pada setiap periode perilaku yakni pagi, siang dan sore
hari. Sebagian besar alokasi waktu digunakan untuk istirahat (44 %), selanjutnya perilaku ingesti atau makan-
minum (43 %) sebagai perilaku utama untuk memenuhi kebutuhn hidup (energi), dan diikuti, bergerak
(6,12%).
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan tenyata persentase perilaku tertinggi yang dilakukan
rusa sambar adalah perilaku istirahat. Hasil pengamatan selama 12 jam untuk setiap harinya, didapatkan
hasil ternyata rusa sambar tidak hanya berperilaku di tempat drop in pakan saja, tetapi juga berperilaku di
sekitar kandang secara merata untuk memenuhi kebutuhan pakannya. Besarnya intensitas makan, pindah,
dan istirahat dari keempat rusa sambar yang ada di Taman Wisata Bumi Alam Kedaton dapat dilihat pada
Gambar 2.

Gambar 2. Persentase perilaku rata-rata dalam interval waktu per jam dari Rusa A, Rusa B, Rusa C dan
Rusa D.

Gambar 2 dapat dilihat persentase makan tertinggi ada pada pukul 08.00-09.00 dan 13.00-14.00.
Hal ini dikarenakan pada jam tersebut adalah jam pemberian makan rusa. Menurut Takatsuki 1980, perilaku
makan dari cervus nipon di kepulauan Kinkazan Jepang memiliki komposisi pakan yang berbeda dengan
perbedaan habitat yang ada. Menurut riset Takatsuki15), perilaku pakan seekor rusa akan berbeda
berdasarkan komposisi pakan dan perbedaan tipe habitat.

Tabel 2. Menu harian rusa di TWABK

No Hari Makan Makan Makan


. tanggal Pagi Siang sore
Jenis Jum Jenis Jum- Jenis Jum- Jenis Jum- Jenis Jum- Jenis Jum
-lah lah lah lah lah -lah
(kg) (kg) (kg) (kg) (kg) (kg)
1. Selasa Rumput 21 Dedak 2 Ubi 8 Kecambah 1.3 Wortel 1.2 Rumput 22

 2011 FMIPA Universitas Lampung 79


Bainah Sari Dewi dan Endang Wulandari… Studi Perilaku Harian Rusa Sambar (Cervus unicolor)

20 Juli'10
2. Rabu Rumput 25 Dedak 2.5 Ubi 8 Kecambah 1.5 Wortel 1.2 Rumput 21
21 juli'10
3. Kamis Rumput 23 Dedak 2.7 Ubi 6.5 Kecambah 1.5 Wortel 1 Rumput 24
22 juli'10
4. Jum'at Rumput 20 Dedak 3 Ubi 7.8 Kecambah 1.2 Wortel 1 Rumput 23
23 juli'10
5. Sabtu Rumput 20 Dedak 3 Ubi 7.8 Kecambah 1.2 Wortel 0.6 Rumput 24
24 juli'10
6. Minggu Rumput 21 Dedak 2.5 Ubi 8.1 Kecambah 1.4 Wortel 0.7 Rumput 22
25 juli'10
7. Senin Rumput 22 Dedak 1.5 Ubi 8 Kecambah 1.5 Wortel 1.5 Rumput 23
26 juli'10
8. Selasa Rumput 20 Dedak 1.8 Ubi 6 Kecambah 1.1 Wortel 1 Rumput 21
27 Juli'10
9. Rabu Rumput 22 Dedak 1.7 Ubi 7.5 Kecambah 1.5 Wortel 1.1 Rumput 21
28 juli'10
10. Kamis Rumput 22 Dedak 1.1 Ubi 6.22 Kecambah 1 Wortel 2 Rumput 22
29 juli'10
11. Jum'at Rumput 23 Dedak 2.1 Ubi 8 Kecambah 0.9 Wortel 1.5 Rumput 21
30 juli'10
12. Sabtu Rumput 20 Dedak 3 Ubi 6.8 Kecambah 1.5 Wortel 1.2 Rumput 24
31 juli'10
13. Minggu Rumput 21 Dedak 2.7 Ubi 7.1 Kecambah 1.3 Wortel 1.1 Rumput 23
01 ags'10
14. Senin Rumput 26 Dedak 3.4 Ubi 6,9 Kecambah 1.3 Wortel 1.5 Rumput 24
02 ags'10
∑ 306 33 95.82 18.2 16.6 315
Rata-rata 21.9 2.4 6.9 1.3 1.2 22.5
Per ekor 5.5 0.6 1.8 0.32 0.3 5.6

Hasil pengukuran perilaku makan (Tabel 2) berkisar 472,63-526,19 menit per 12 jam. Penelitian
menurut Afzalani dkk16) perilaku makan rusa Sambar berkisar 297,25-332,78 menit per 12 jam. Firkin17)
menyatakan bahwa lama waktu makan dipengaruhi oleh bahan kering pakan yang diberikan, bentuk fisik dan
komposisi kimia pakan. Menurut Semiadi18) tingkat kesuksesan penangkaran rusa Sambar dipengaruhi oleh
banyak faktor antara lain pemberian air susu, dan perawatan harian rusa tersebut. Hasil penelitian Ismail19)
mendeskripsikan bahwa lama waktu makan rusa Jawa di Cariu 192,67±59,88 menit per 12 jam, sedangkan di
penangkaran Ranca Upas perilaku makan 341,80±141,51 menit per 12 jam. Perbedaan lama perilaku makan
rusa yang diperoleh dalam penelitian ini dibandingkan dengan rusa pada dua daerah penangkaran tersebut
disebabkan oleh adanya perbedaan jenis (rusa Sambar vs rusa Jawa), perbedaan bobot badan (rusa Sambar
memiliki bobot badan lebih tinggi) dan jenis bahan pakan yang diberikan. Bahan pakan pada penelitian
Afzalani dkk16) adalah daun cabe-cabe, rumput Kumpai, rumput Lapang, rumput Kolonjono. Menurut
Wulandari dan Dewi20) bahan pakan rusa Sambar di TWBK adalah rumput, dedak, wortel, ubi, dan kecambah.
Menurut Wirdateti dkk21) penangkaran rusa di Taman Safari Indonesia memberikan pakan rumput Raja, gulma
kebun, ubi jalar dan wortel, serta pakan konsentrat komersial. Nusa Tenggara Timur, pakan yang biasa
diberikan pada rusa Timor di dalam penangkaran antara lain rumput gajah (P. purpureum), rumput raja (P.
purpureopoidhes), turi (Sesbania grandiflora), lamtoro (Leucaena leucocephala), beringin (Ficus benjamina)
dan Kabesak (Acacia leucocephala). Menurut Wirdateti22)jenis tumbuhan yang disukai atau dimakan rusa
tercatat ada sekitar 40 suku. Jenis tumbuhan ini dikelompokkan menjadi empat kelompok yaitu; jenis rumput-
rumputan, perdu, semak, dan pohon. Jenis yang terbanyak adalah pada suku Euphorbiaceae, Leguminoceae,
Fabaceae, Poaceae, dan Convolvulaceae. Di samping itu jenis-jenis tumbuhan yang berdaun tebal seperti
daun coro (Ficus, sp), berdaun pahit seperti kapuraca (Calophylum inophyllum), dan berdaun yang berbau
menusuk seperti daun kayu sirih (Piper aduncum) tidak disukai.
Persentase istirahat tertinggi adalah pada pukul 17.00-18.00. Aktivitas istirahat biasanya dilakukan
sebagai aktivitas yang menyelingi aktivitas makan. aktivitas yang dilakukan adalah dengan berbaring di
bawah pohon dan duduk-duduk, Aktivitas ini juga dilakukan untuk berteduh dan berlindung dari teriknya sinar

80  2011 FMIPA Universitas Lampung


J. Sains MIPA, Agustus 2011, Vol. 17, No. 2

matahari pada siang hari untuk menjaga kestabilan suhu tubuh. Sedangkan aktivitas bergerak (movement)
biasa dilakukan rusa untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lain, berjalan, dan berlari. `

4. KESIMPULAN DAN SARAN


Perilaku harian rusa sambar (Cervus unicolor) yang ada di dalam penangkaran di Taman Wisata Bumi
Kedaton Provinsi Lampung perilaku tertingginya adalah istirahat yaitu rusa A 44%, rusa B 47%, ruisa C 47%,
dan rusa D 44%. Sehingga perlu disarankan agar pengelola hendaknya menanam tanaman yang rindang
untuk menaungi rusa pada saat beristirahat.

DAFTAR PUSTAKA

1. Alikodra, H.S.1990. Pengelolaan Satwa Liar jilid I. Fakultas Kehutanan. IPB. Bogor.

2. Ma’ruf, A., Atmoko, T. dan Syahbani, I. 2006. Teknologi penangkaran rusa sambar (cervus unicolor) di
Desa Api-Api Kabupaten Panajam Paser Utara Kalimantan Timur. Prosiding Gelar dan Dialog Teknologi
2005 : Halaman 57-68 , 2006

3. Whitehead, G.K. 1994. Encylopedia of Deer. Shrewsbury: Swann Hill Press.

4. Garsetiasih, R. 2000. Bioekologi rusa timor dan peluang pengembangan budidayanya. Buletin
Kehutanan dan Perkebunan 1(1):21-32.

5. Garsetiasih, R dan Mariana. 2007. Model penangkaran rusa. Prosiding Ekspose Hasil-Hasil Penelitian.
2007

6. Grier, J.W. and Burk, T. 1992. Biology of animal behaviour. Dubuque, IO: W.C. Brown.

7. Pattiselanno, F., Tethool, A.N. dan Yeseray, D.Y. 2008. Karakteristik Morfologi dan Praktek
Pemeliharaan Rusa Timor di Manokwari. Berkala Ilmiah Biologi, 7 (2): 61-67.

8. Garsetiasih, R. 1988. Daya cerna rumput dan campurannyadengan daun beringin, daun kabesak, dan
daun turi sebagai pakan rusa (Cervus timorensis). Buletin Santalum 3:17-26.

9. Conway, W.G. 1980. Where we go from here. International Zoo Yearbook, 20 (1): 184-189.

10. Falk, S. 1991: A review of the scarce and threatened flies of Great Britain (part 1).—Research and
survey in nature conservation 39. Peterborough, Nature Conservancy Council.

11. Robinson, G. E. 1987. Modulation of alarm pheromone perception in the honey bee: evidence for
division of labor based on hormonall regulated response thresholds. Journal of Comparative Physiology
A: Neuroethology, Sensory, Neural, and Behavioral Physiology, 160 (5): 613-619,

12. Leader-Williams, N., Albon, S.D. and Berry, P.S.M. 1990. Illegal exploitation of black rhinoceros and
elephant populations: patterns of decline, law enforcement and patrol effort in Luangwa Valley, Zambia.
Journal of Applied Ecology, 27: 1055-1087.

13. Semiadi, G., Muir, P.D., Barry, T. and Veltman, N. 1993. Grazing patterns of sambar deer (Cervus
unicolor) and red deer (Cervus elaphus) in captivity. New Zealand Journal of Agricultural Research, 36:
253-260.

14. Lelono, A. 2001. Pola aktivitas makan harian rusa (Cervus timorensis) dalam penangkaran. Seminar
Biologi

 2011 FMIPA Universitas Lampung 81


Bainah Sari Dewi dan Endang Wulandari… Studi Perilaku Harian Rusa Sambar (Cervus unicolor)

15. Takatsuki, S. 1980. Food Habits of Sika Deer on Kinkazan Island. The science of the Tohoku University,
Fourth series. Biology. XXXVIII (1): 31 pages.

16. Afzalani, Muthalib, R.A, dan Musnandar, E. 2008. Preferensi Pakan, Tingkah Laku Makan dan
Kebutuhan Nutrien Rusa Sambar (Cervus unicolor) dalam Usaha Penangkaran di Provinsi Jambi. Media
Peternakan, 31 (2): 114-121

17. Firkin, J.L. 2002. Optimizing rumen fermentation. In: Proc. Tri-State Dairy Nutrition Conference, USA.
p.39-53

18. Semiadi, G. 1997. Teknik Perawatan Anak Rusa Tropika Sejak Lahir Hingga Masa Sapih (Hand-Rearing
Technique of Tropical Deer From Birth to Weaning Age). Media Konservasi, 2: 77-80.

19. Ismail, D. 2001. Kajian tingkah laku dan kinerja reproduksi rusa Jawa (Cervus timorensis) yang dipelihara
di penangkaran. Disertasi. Program Pascasarjana. Universitas Padjadjaran, Bandung.

20. Wulandari, E dan Dewi, B.S. 2011. Studi Suplai Pakan dan Perilaku Makan Rusa Sambar (Cervus
unicolor) di Taman Wisata Bumi Kedaton. Skripsi Mahasiswa Jurusan Kehutanan. Fakultas Pertanian.
Universitas Lampung.

21. Wirdateti, Farida, W.R. dan Zein, M.S.A. 1997. Perilaku Harian Rusa Jawa (Cervus timorensis) di
Penangkaran Taman Safari Indonesia. Biota, 2: 78-81.

22. Wirdateti, W., Mansur, M. dan Kundarmasno. A. 2005. Pengamatan Tingkah Laku Rusa Timor (Cervus
timorensis) di PT Kuala Tembaga, Desa Artembaga, Bitung-Sulawesi. Animal Production, 7 (2): 121-
126.

82  2011 FMIPA Universitas Lampung

You might also like