Professional Documents
Culture Documents
3,AGUSTUS 2012
0111ln1ulK@ndl.tl Ftm1tn1a1I Wlley Dangkt ubagal Produk Ml11um1n dt11g111 Rnpo1111S1"/•u Mdltodology ll$
Op1fmi:uf/on (ljf".!rmc111arlon Condlt/uns ofDangko lt'hl')•as 81:>1troge P""'1«:1 by Usmg RnP')IU1r. Swrfatt M#tltodology
S/nrak
F1uma,Socpaino, Nurliyani,Chw;nulHida)';1l.Muh.ammDdTaufik
Ek$1nk!I~luluu d.rt P1Jd llw~lt Kaklo Mtn"-un1kln Sodium llldroblda 223
Cd/u/Qtc&trac1io11/romCacau Pod 1'/115JiUsf11gSodiWfl ll;vJro.xld.-
011101Siswo lhl1omo, DJagol Witc$o MIU'$Cf'IO.Sri Angerahini,Supriyanio
Fe1rm11lnl dan S111bllll1$ J\flkrcwmulsl 0/W nb1g1I Ptmbo1·1 f.0utoun1bln 230
Forn1,,/mfo"""'' Stabllit)' o/0/W ,\fir:rormulslornn FllCCWlnlhl"Ddin:ry
l.u1fi Subc:ndB,Sri Rlharjo,l"udjl Hastuti, Chu.snl.llHid.iy1u
Ptrb1ndh1g.1n Ek.nnikil OJ~min Bljl Pala (mJ•riaiN Fr.gr.,u lloun) Aul M1lukt1 U11r. Mtn.ueu11ku Mtlode 240
Masnulda11 G1bun111n Dbtllul- M1nrasl
COMPARISONOF NUTMEG (M;'risticafragraMlfo1m)OltcamlnE.rrrot'riott/rowN . onh Molflkfl Uling Mo«rtJtkM and
Cumbirmt/()uu/ DJs1(11a1/011·MtU:f'rutionMf'thodJ
Muh~mm11d t\,ssagaf, Pudji Hasruu, Chu.snul llid.iym, Supriy1di
A.kth'llHAnlloJu-ld11n 8trb11j!ll Frabl din Ehotr1k Mrhlnollk Oaun Btlunlu(Plutl1ulndica Leu) 249
Ant/(J,r/dmtl ActMtj'esof J'Qnous Froctfrms and Mrtlranolic £xtrac:tC >[Bd1U1ku (PhM:hnr Jndk" las) Uo\-a
Paini Sri Widy1WJ111i, Hanny Wijm)'a. reni Suprapti Hllljosworo, Oondin Saju1h1
PottnJI lhkftri M•m l.1k1U YllftJl Olisolnl d1ri lkkaHm Rb•a•I Pfl1gbull.A11giQlf'tq/11 co,0Yrti11g£11"'IH 258
lnh\bllor p1d.11 1'' crm~n11sl Btkuam ll~ PNHl14t'I
Po111myof l.actkAr:ldBocten"alsolu1.·Jfrom&kasam as Atrg1omulnComwtlllg En::)"ll«' /nl11b11orPnxiuc111g·&u:tffla in
1'"t:rmemario1u1/B~lw.1at11" I.IfieProduct"
Primo Retne \Vibmdari. Supanno, Yu.s1in1.1$ MaDOOO, Endang Sutruwati Rahlyu
P~modrbut M111rmatlk Ptrub1b11n Jlaramrttr Mutu Hl1m1 Pc-nylmp1111n d111 SorpJi-lM>ltrml Ktrupuk Gortng 265
Pulr
Ma1/im101/c.u( M1kMl11g o/Chtmgt: o{Qu11lity PQrametc-rdun'ng Storo~atfd Sorption·lsotltr""' of Chip Fric:s Sand
Si,..,..'antom, Budi Rah~rdjo. N~igit Biilloro, Pudji Hiwuri
l'engarub Suhu dan Lim• Proses Sulfonui dalam Proses ProdublMetlryl EsuS ' ulfot1icAdd (n:iaa) MtaC(llHkan 275
Singl-t TuM Ft11/ln1t Film R""ctor(STFR)
J::fl«.U o[Tcm11t:ro1unt ond $11/fono.tion 71ml' Oii Meihyl Ester Sulfi»rk .tlcld (MESA} Produait}trPr«m usbtg Si11glt Tubot
Falling Fifm Rt'/Jt:tor (STFR)
Sici Mujdalip:ab, E Hambali.A Swy11ni, E Zulthaidir
AGRITECH,
AGRITECH,Vol.
Vol.32,
32,No.
No.3,3,
AGUSTUS
AGUSTUS2012
2012
ABSTRAK
Data laju erosi yang diperoleh dari model hidrologi dapat digunakan dalam pengambilan keputusan untuk menentukan
usaha konservasi lahan yang dapat mengurangi laju erosi yang terjadi di DAS. Model hidrologi yang dipergunakan
dalam penelitian ini adalah model AVSWAT2000 (Arc View Soil and Water Assessment Tools 2000) yang dapat
memprediksi limpasan permukaan, erosi dan sedimentasi. Penelitian ini dilakukan di sub DAS Keduang (36.574,34
Ha). Hasilnya menunjukkan bahwa, besarnya limpasan permukaan, erosi dan sedimentasi di sub DAS Keduang pada
kondisi saat ini masing-masing sebesar 424,09 mm, 87,87 ton/ha/th, dan 375,07 ton/th. Dengan melakukan perubahan
penggunaan lahan jumlah limpasan permukaan, erosi dan sedimentasi bisa mengalami penurunan, di sub DAS Keduang
laju limpasan permukaan, erosi dan sedimentasi menurun masing-masing menjadi 412,61 mm, 36,78 ton/ha/th, dan
353,60 ton/th.
ABSTRACT
Erosion rate data obtained from the hydrological model can be used in making decisions to determine which land
conservation efforts can reduce the rate of soil erosion in the watershed. The hydrologic model applied is AVSWAT2000
(Arc View Soil and Water Assessment Tools 2000) to predict surface runoff, erosion, and sedimentation. This study
was conducted at sub watershed Keduang (36.574,34 Ha). The results indicated that surface runoff, erosion, and
sedimentation in Keduang watershed at the existing condition are 424,09 mm, 87,87 ton/ha/th, and 375,07 ton/th,
respectively. By simulation be adjusting the land use scenario, the surface runoff, erosion, and sedimentation rate could
be reduce to become : 412,61 mm, 36,78 ton/ha/th, 353,60 ton/th, respectively, In Keduang watershed.
PENDAHULUAN
hujan 164 hari (Proyek Penelitian dan Pengembangan DAS,
Keduang merupakan DAS terluas diantara enam DAS 1998).
yaitu Wuryantoro, Alang, Temon, Keduang, Wiroko dan Solo Stasiun pengamatan arus sungai DAS Keduang terletak
hulu yang menjadi cathment area waduk Gadjah Mungkur. di Dukuh Ngadipiro, Desa Ngadipiro, Kec. Nguntoronadi,
Secara geografis, DAS Keduang terletak pada 7°42’29” - Kab. Wonogiri. Stasiun ini dilengkapi dengan alat penakar
7°55’39” LS dan 4°11’01” - 4°24’54” BT. DAS Keduang hujan otomatis (Automatic Rainfall Recorder) dan alat
termasuk ke dalam kelompok DAS dengan curah hujan pengukur tinggi muka air otomatis (AWLR) yang terletak di
tahunan yang tinggi yaitu 5.404 mm/thn dengan jumlah hari dukuh Gondangsari, Kec. Jatisrono, Kab. Wonogiri.
325 325
AGRITECH,
AGRITECH,Vol.
Vol.32,
32,No.
No.3,3,
AGUSTUS
AGUSTUS2012
2012
Besarnya pengaruh teknik konservasi tanah terhadap pengumpulan bahan dan alat-alat yang digunakan dalam
erosi dan aliran permukaan dapat dievaluasi dengan penelitian. Bahan berupa data spasial dan data non spasial
melakukan pengukuran secara langsung di lapangan atau akan dihimpun dari BPK (Dinas kehutanan) Solo, dan atau
dengan memprediksinya menggunakan model. Pengukuran dinas instansi terkait dengan pengelolaan sumber daya
secara langsung membutuhkan waktu pengamatan yang air Bengawan Solo, seperti BBWS Bengawan Solo, dan
relatif lama dan memerlukan biaya yang mahal, baik untuk BPSDA (Dinas Pekerjaan Umum). (ii) Tahap Validasi Data.
instalasi alat, pengoperasian, maupun pemeliharaan alat. Pada tahap ini dilakukan pengujian konsistensi data hujan
Oleh karena itu, penggunaan model dapat menjadi salah satu sebelum digunakan dalam pengujian model. Termasuk di
pilihan. AVSWAT2000 merupakan salah satu model hidrologi dalam tahap validasi data adalah kegiatan pemilihan kejadian
yang sudah lama dikembangkan, akan tetapi aplikasinya di hujan dan debit sungai yang akan digunakan dalam model.
Indonesia masih kurang digunakan. Di dalam analisis hidrologi perlu dilakukan pengujian
SWAT adalah model hidrologi yang dikembangkan konsisitensi data hujan yang diperoleh dengan menggunakan
untuk memprediksi pengaruh pengelolaan lahan terhadap teknik RAPS (Rescaled Adjusted Partical Sums).
hasil air, sedimen, muatan pestisida dan kimia hasil pertanian
dalam periode waktu yang panjang. Penelitian yang dilakukan Analisis dan Pengolahan Data
Neitsch et al., (2002); Fohrer dan Frede, 2002 dalam Purwanto Analisis dan pengolahan data dilakukan dengan
(2008) melaporkan bahwa SWAT mampu menggambarkan beberapa tahap, yaitu: pengolahan data hujan, penetapan
pengaruh pengelolaan lahan terhadap hidrologi DAS. kebijakan penggunaan lahan dengan menggunakan Sistem
Girolamo et al., (2003) mengintegrasikan SIG dan SWAT, dan Informasi Geografi (SIG), analisis limpasan permukaan,
menyimpulkan bahwa integrasi SIG dan SWAT sesuai untuk erosi dan sedimentasi dengan menggunakan AVSWAT2000
mengevaluasi kondisi hidrologi penggunaan lahan pertanian. (ArcView Interface for SWAT2000). Perhitungan limpasan
Pengujian terhadap penggunaan model SWAT untuk menggunakan modifikasi rumus rasional,
memprediksi limpasan permukaan, erosi, dan sedimentasi
q↓(peak=(α↓tc .Q ↓(surf · Area)/(3,6·t↓cone) .............(1)
pada DAS telah banyak dilakukan, antara lain oleh Jha
and Misrha (2007), Stehr, et.al (2008), Surgawa (2004) Erosi menggunakan metode MUSLE,
serta Purwanto (2008), model ini memiliki kelebihan dan sed = 11.8·( Q↓surf · q↓peak · area ↓( hru))↑0.56·K↓
kekurangan. Kelebihan yang dimiliki model ini adalah dalam USLE ·C ↓USLE ·P ↓USLE ·LS ↓USLE ·CFRG...(2)
hal membangkitkan data (Stehr, et.al., 2008), dan mampu
Total sedimen yang terangkut keluar dari sungai
mensimulasikan dalam periode yang panjang (> 50 tahun)
tersebut,
dan kekurangannya adalah memiliki keterbatasan terhadap
sed ↓out = sed ↓ch·V↓out/V↓ch .................................(3)
keakuratan hasilnya jika model diterapkan pada DAS dengan
ukuran lebih kecil dari 100 km² (Schwab, et.al. 2006).
Untuk mengkalibrasi akurasi model AVSWAT2000
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perkiraan
di sub DAS Keduang, terlebih dahulu dilakukan pengujian
besarnya limpasan permukaan, erosi, dan sedimentasi, dari
terhadap output debit model dengan debit terukur, yaitu
berbagai kondisi penggunaan lahan di sub DAS Keduang,
dengan menggunakan metode koefisien determinasi dan uji-t.
pada kondisi saat ini dan kondisi setelah dilakukan skenario
Kalibrasi model ini diperlukan jika antara debit model dengan
penggunaan lahan.
debit terukur setelah dilakukan uji-t hasilnya berbeda nyata,
selanjutnya dengan cara coba-coba (trial and error) nilai-
METODE PENELITIAN nilai parameter input. Pengujian ini dihentikan apabila hasil
uji-t tidak berbeda nyata.
Bahan dan Alat Setelah tahap kalibrasi selesai, selanjutnya dilakukan
Bahan-bahan yang digunakan adalah data harian berupa skenario penggunaan lahan, sehingga didapatkan nilai
hujan, debit, klimatologi dari tahun 1995-2004, peta DEM, limpasan permukaan, erosi, dan sedimentasi saat ini serta
peta penggunaan lahan, peta jenis tanah dan peta jaringan hasil setelah dilakukan skenario penggunaan lahan. Kegiatan
sungai. Peralatan yang digunakan adalah komputer. skenario penggunaan lahan dilakukan dengan cara merubah
tingkat bahaya erosi sangat berat dan berat menjadi erosi
Prosedur Penelitian sedang dan ringan, dengan cara merubah faktor C dan P
Penelitian dilakukan dengan beberapa tahap, yaitu: berdasarkan bentuk pola penggunaan lahan dari BRLKT
(i) tahap persiapan. Pada tahap ini dilakukan studi pustaka, DAS Bengawan Solo.
326 326
AGRITECH,
AGRITECH,Vol.
Vol.32,
32,No.
No.3,3,
AGUSTUS
AGUSTUS2012
2012
327 327
AGRITECH,
AGRITECH,Vol.
Vol.32,
32,No.
No.3,3,
AGUSTUS
AGUSTUS2012
2012
pada penggunaan lahan pemukiman dengan jenis tanah kemudian total hasil sedimen di DAS Keduang dihitung pada
mediteran sebesar 270,04 ton/ha/th. Erosi terkecil terjadi pada titik pengamatan di outlet sungai.
penggunaan lahan hutan dengan jenis tanah latosol pada DAS Nilai koefisien determinasi (R) dan Thitung merupakan
Keduang sebesar 9,83 ton/ha/th. ukuran keberlakuan model yang mengarah pada ketepatan
atau akurasi model dalam memprediksi nilai keluarannya.
Nilai koefisien determinasi pada Gambar 4 adalah 0,865 dan
koefisien korelasi sebesar 0,93 dan R tabel adalah 0,6139,
sedangkan uji T (T-test), diperoleh nilai Thitung = 0,65, nilai ini
berada pada daerah penerimaan (-2,262< T <2,262) untuk
Sedimentasi
Perkiraan hasil sedimen di DAS Keduang dengan model
SWAT diperhitungkan dari erosi yang terjadi di unit lahan
HRU, kemudian erosi yang terjadi di setiap unit lahan HRU
tersebut akan dibawa oleh limpasan permukaan sampai ke
sungai utama sebagai erosi masing-masing sub DAS, dimana
sebagian akan terdeposisi di cekungan-cekungan permukaan
lahan, besarnya sedimen yang berasal dari erosi tersebut
kemudian mengalami proses transportasi sedimen melalui
anak sungai (tributary channel) sebelum akhirnya sampai
ke sungai utama (main channel). Dalam proses transportasi
sedimen di anak sungai dan sungai utama tersebut besarnya
deposisi dan degradasi sedimen di sungai akan diperhitungkan,
328 328
AGRITECH,
AGRITECH,Vol.
Vol.32,
32,No.
No.3,3,
AGUSTUS
AGUSTUS2012
2012
hitung
uji dua sisi (two tailed test) pada taraf signifikansi 5%.
329 329
AGRITECH,
AGRITECH,Vol.
Vol.32,
32,No.
No.3,3,
AGUSTUS
AGUSTUS2012
2012
merupakan faktor penyebab terjadinya erosi adalah nilai Perbandingan Hasil Model dengan Skenario Perubahan
faktor pengelolaan dan konservasi tanah (P), skenario yang Penggunaan Lahan
dilakukan terhadap nilai P secara umum adalah melakukan Dengan melakukan skenario perubahan penggunaan
perbaikan kondisi teras bangku pada semua lahan yang ada lahan saat ini menjadi kondisi penggunaan lahan skenario
di sub DAS. sesuai dengan pola penggunaan lahan dan kondisi lahan
Penentuan skenario penggunaan lahan di sub DAS kritisnya, akan terjadi penurunan erosi, limpasan permukaan,
berpedoman pada pola penggunaan lahan dari BRLKT dan dan penurunan sedimentasi di sungai, besarnya penurunan
analisa tingkat bahaya erosi masing-masing unit lahan HRU. tersebut berturut-turut adalah 2,71%, 58,14% dan 5,72%
Proses analisa untuk menskenario penggunaan lahan Saat (Tabel 2), begitu juga dengan lahan kritis terjadi penurunan
ini dilakukan dari peta pola penggunaan lahan di sub DAS 5,22% pada erosi sangat berat dan erosi berat sebesar 59,05%
beserta data atributnya, skenario yang dilakukan tersebut dan terjadi kenaikan lahan tidak kritis sebesar 63,88% pada
dijelaskan pada Tabel 1. erosi sedang dan 68,27 % pada erosi ringan (Tabel 3).
Tingkat bahaya erosi Tata guna lahan saat ini Kawasan penggunaan lahan Tata guna lahan modifikasi Pengelolaan dan konservasi tanah
Padang rumput Lindung
Hutan -
Sawah tadah hujan
Sangat berat Penyangga Kebun campuran Penutup tanah rapat
Lindung Hutan -
Semak belukar
Penyangga Kebun campuran Penutup tanah rapat
Padang rumput Tanaman semusim Tegal tumpangsari Perbaikan teras bangku
Lindung Hutan -
Perkebunan/kebun Penyangga Penutup tanah rapat
Perkebunan
Tanaman tahunan Penutup tanah rapat
Sawah tadah hujan Tanaman semusim Tegal tumpangsari Perbaikan teras bangku
Berat
Lindung Hutan -
Tegalan/ladang Penyangga Kebun campuran Penutup tanah rapat
Tanaman semusim Tegal tumpangsari Perbaikan teras gulud
Lindung Hutan -
Semak belukar
Tabel 2. Perbandingan hasil simulasi AVSWAT2000 pada Tabel 3. Penurunan dan kenaikan luas lahan kritis DAS
kondisi penggunaan lahan saat ini dan skenario Keduang
DAS Keduang
Luas (Ha) Persentase Persentase
Kelas Penggunaan lahan Penurunan Kenaikan
Penggunaan lahan Persentase TBE
Perbandingan TBE Lahan Tidak
Saat ini Skenario Penurunan Saat ini Skenario Lahan Kritis
Kritis
Limpasan permukaan (mm) 424,09 412,61 2,71 I Sangat 169,30 169,30 - -
Erosi (ton/ha/thn) 87,87 36.78 58,14 Ringan
II Ringan 5.775,00 9.833,40 - 68,27
Sedimentasi (ton/thn) 375,07 353,60 5,72
III Sedang 8.276,30 13.563,50 - 63,88
Sumber: hasil analisis
IV Berat 15.181,50 6.216,60 59,05 -
V Sangat 7.297,00 6.916,30 5,22 -
Berat
TOTAL 36.574,30 36.574,30
Sumber: hasil analisis
330 330
AGRITECH,
AGRITECH,Vol.
Vol.32,
32,No.
No.3,3,
AGUSTUS
AGUSTUS2012
2012
Arief, E. (2000). Aplikasi Models Answers dan AGNPS untuk Stehr, A. Debels, P. Romero, F. Alcayaga, H. (2008).
Memprediksi Aliran Permukaan, Erosi, dan Sedimentasi Hydrological modelling with SWAT under conditions
di DAS Bengawan Solo Hulu. Tesis. Program Pasca of limited data availibility: evaluation of result from
Sarjana. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. a Chilean case study. Hydrological Sciences Journal
53(3). IAHS. 589-601.
Asdak, C. (2004). Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran
Sungai. Edisi Revisi. Cetakan ketiga. Gadjah Mada Suhartanto, E. (2008). Panduan AVSWAT 2000 dan
University Press, Yogyakarta. Aplikasinya di Bidang Teknik Sumberdaya Air. Penerbit
C.V. Asrori, Malang.
Dharmawati, N.D. (2001). Aplikasi Model Bilangan Kurva
(Curve Number)-SCS untuk Memprediksi Limpasan Surgawa, I.K.F. (2004). Analisa Tingkat Kekritisan DAS di
Permukaan. Tesis. Program Pasca Sarjana Universitas Sub DPS Bango dengan Menggunakan Sistem Informasi
Gadjah Mada, Yogyakarta. Geografi. Skripsi. Jurusan Pengairan. Fakultas Teknik.
Universitas Brawijaya, Malang.
Jha, R and Mishra, B.K. (2007). Impact of land-use on runoff
331 331
Slnlesl~ f'1nfollpld Mtng1ndun~Aum Um•k 0.J dari FodolipldKtdt11I daii Mh1),.)( K1y•Aum Um1k 0-3 dllri 284
Hull Sunpl11i:l'fnJ.!•lt11g1n Tuna
Sy111llc#J' cf Ph(1,,11}wUpid Cu111uml11g w-J Falt)' Aciibff'OIPI SoJ• J>hosplwllpld1 ant.I Fish Oil f.rvkA~ ,..,,_. orJ Fa11y AdJJ
/tYJm 7/ma Cam1ingP11X.ml11g
T¢tl Estlasih.Moch.Nw, J1y1 MaharM-'jpn.Sauio Maulana
Pt111taruh Ptrrnd1m1n din Ptrt'buian1trh1d1p Kandung_HPro1tln.Gula.To11I Ft-Dollk dJ11tAk1MwAnllok:ild1n 294
K\.'r1nd1nii:(Ca"111"'//r11fro.~11)
7'1rr lf{/«J of $JIJAl1is 01Td Bolli11g ()II Prord,,, Ollgoso«liarldu. Tmol PUM/ic Coli1ui1 otwl Andoxldam AnMty of
Krrr111da11g (Cm1a1<aflC1 11ro1a)
Thick f.arinntiDjnaf11t,UnwS11.n1ou,Mulwnmad Nur Cahy&1110. Endana Suuuwati Raha)11
l'trkirun UmurSlmpan Kat11ng Rtnd•h l.tm1k Oi11phl drni;1n C.rbo\ftntlbyl Ctllul- ,'tttnpun1bn Mtlodt 301
Anrfmitr.d Slrt<lflife Tr.u(ASL1)
Shdfllfe /lretlict/011 o/Partlally Defa11al Pl!illllJICoatNI 10th Corbo:l)•1t1t'IJJ;of Ulllllf»r'! Using Accdcrottd SM!fLJfe Test
(ASLT)Mcrlr(Jd
YudiPn1110!o, Djspl Wimo MW'S¢nU, ll11ryadi
Po1cn~I Hljl d11n Eblrak Bijl Trn11I (/!o}•1t1pht1N puM,·c~"s\\111d} Kbtg1l Ptntq:1h [)11rr p1da TtkUJ Pcrcobnn )1)8
y1ni;:Dlln1trnnsll::tl)llF,n1trop11oe;cnlk
(11ri: l'mt:nC)• of ll'i1tr.rllly's Sttd (Nymph11r11 pubQulfS lfilld) and hs £xtrar:t O.f /}{arrlltu 1'1'e'Yntutfrc fn Rat.r 1ha1
lntervent..'11 wilh £mtrophu1(}gcnfcE.tchr.ridia coli)
YuspihannFitnol. t.bdc:Aslllwan, Soe\l'uno T.Socbno, Komang O.Wiryawm. Tu1ik Wradiyau
Studl lnlcmp~i 1tuJ11n p1d1 1tu111n T1n1mu Ellnil)p1us Prlli111 F.mllfll di R11u )18
$Mly <if Ralnfoll lMtrr:ep1/onm f.'ucolJ'plWp
! tllita F.Mutll P/011ratfonFOIYSI'" Rlt111
Agung Budi Supang11, Putu Sudin. Haryuno Supriyo, F.my Potdjirah.Jjoc
Aptlb5I Modtl Al'5w11tlOOO unruk Prcdlbl Lhnp11µ,n Prrmubai:a. E~l.d•n &dlmcalllil di S11b Oa.t Ktdu1ng: 325
Du Bcng11W1n Salo Hulu
Apllcotio" Mudtd Al'Sll~nO<HJ 10 Prrdict Swfarx R"noff. Eros-ion. uml !ktJ.,,1nrta11on In K~"ang lr&t"1hnl: Upprr
Bt:11g1J"~m Solo Wartznht.'tl
Si1i Mecbram,Muhjidin Maw!J'di, Puru Sudira
Kcus11.11hu1. Modf'l lnfillttil Philips u111uk Pndlksl Umpuan Pt:rmu.k.11.0Mto"unakfia Mtiodt Bllsngll.D Kul'\o~ 331
Suiwhiliry PhUips Jnfiltrolion Mode/for StufauRU11ojf Pm!ICIU)ft Usmg C11n~ A'lllflbuMtthod
Sri Rit1W11.ti. Muhjid!nMa\Wfdi.Swwto Ciodladi