You are on page 1of 9

VOLUME 32, NO.

3,AGUSTUS 2012
0111ln1ulK@ndl.tl Ftm1tn1a1I Wlley Dangkt ubagal Produk Ml11um1n dt11g111 Rnpo1111S1"/•u Mdltodology ll$
Op1fmi:uf/on (ljf".!rmc111arlon Condlt/uns ofDangko lt'hl')•as 81:>1troge P""'1«:1 by Usmg RnP')IU1r. Swrfatt M#tltodology
S/nrak
F1uma,Socpaino, Nurliyani,Chw;nulHida)';1l.Muh.ammDdTaufik
Ek$1nk!I~luluu d.rt P1Jd llw~lt Kaklo Mtn"-un1kln Sodium llldroblda 223
Cd/u/Qtc&trac1io11/romCacau Pod 1'/115JiUsf11gSodiWfl ll;vJro.xld.-
011101Siswo lhl1omo, DJagol Witc$o MIU'$Cf'IO.Sri Angerahini,Supriyanio
Fe1rm11lnl dan S111bllll1$ J\flkrcwmulsl 0/W nb1g1I Ptmbo1·1 f.0utoun1bln 230
Forn1,,/mfo"""'' Stabllit)' o/0/W ,\fir:rormulslornn FllCCWlnlhl"Ddin:ry
l.u1fi Subc:ndB,Sri Rlharjo,l"udjl Hastuti, Chu.snl.llHid.iy1u
Ptrb1ndh1g.1n Ek.nnikil OJ~min Bljl Pala (mJ•riaiN Fr.gr.,u lloun) Aul M1lukt1 U11r. Mtn.ueu11ku Mtlode 240
Masnulda11 G1bun111n Dbtllul- M1nrasl
COMPARISONOF NUTMEG (M;'risticafragraMlfo1m)OltcamlnE.rrrot'riott/rowN . onh Molflkfl Uling Mo«rtJtkM and
Cumbirmt/()uu/ DJs1(11a1/011·MtU:f'rutionMf'thodJ
Muh~mm11d t\,ssagaf, Pudji Hasruu, Chu.snul llid.iym, Supriy1di

A.kth'llHAnlloJu-ld11n 8trb11j!ll Frabl din Ehotr1k Mrhlnollk Oaun Btlunlu(Plutl1ulndica Leu) 249
Ant/(J,r/dmtl ActMtj'esof J'Qnous Froctfrms and Mrtlranolic £xtrac:tC >[Bd1U1ku (PhM:hnr Jndk" las) Uo\-a
Paini Sri Widy1WJ111i, Hanny Wijm)'a. reni Suprapti Hllljosworo, Oondin Saju1h1

PottnJI lhkftri M•m l.1k1U YllftJl Olisolnl d1ri lkkaHm Rb•a•I Pfl1gbull.A11giQlf'tq/11 co,0Yrti11g£11"'IH 258
lnh\bllor p1d.11 1'' crm~n11sl Btkuam ll~ PNHl14t'I
Po111myof l.actkAr:ldBocten"alsolu1.·Jfrom&kasam as Atrg1omulnComwtlllg En::)"ll«' /nl11b11orPnxiuc111g·&u:tffla in
1'"t:rmemario1u1/B~lw.1at11" I.IfieProduct"
Primo Retne \Vibmdari. Supanno, Yu.s1in1.1$ MaDOOO, Endang Sutruwati Rahlyu

P~modrbut M111rmatlk Ptrub1b11n Jlaramrttr Mutu Hl1m1 Pc-nylmp1111n d111 SorpJi-lM>ltrml Ktrupuk Gortng 265
Pulr
Ma1/im101/c.u( M1kMl11g o/Chtmgt: o{Qu11lity PQrametc-rdun'ng Storo~atfd Sorption·lsotltr""' of Chip Fric:s Sand
Si,..,..'antom, Budi Rah~rdjo. N~igit Biilloro, Pudji Hiwuri

l'engarub Suhu dan Lim• Proses Sulfonui dalam Proses ProdublMetlryl EsuS ' ulfot1icAdd (n:iaa) MtaC(llHkan 275
Singl-t TuM Ft11/ln1t Film R""ctor(STFR)
J::fl«.U o[Tcm11t:ro1unt ond $11/fono.tion 71ml' Oii Meihyl Ester Sulfi»rk .tlcld (MESA} Produait}trPr«m usbtg Si11glt Tubot
Falling Fifm Rt'/Jt:tor (STFR)
Sici Mujdalip:ab, E Hambali.A Swy11ni, E Zulthaidir
AGRITECH,
AGRITECH,Vol.
Vol.32,
32,No.
No.3,3,
AGUSTUS
AGUSTUS2012
2012

APLIKASI MODEL AVSWAT2000 UNTUK PREDIKSI LIMPASAN PERMUKAAN,


EROSI, DAN SEDIMENTASI DI SUB DAS KEDUANG: DAS BENGAWAN SOLO HULU

Aplication Model AVSWAT2000 to Predict Surface Runoff, Erosion, and Sedimentation


in Keduang Watershed: Upper Bengawan Solo Watershed

Siti Mechram1, Muhjidin Mawardi2, Putu Sudira2


1
Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala, Tanoh Abee, Banda Aceh
2
Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Jl. Flora No.1, Bulaksumur, Yogyakarta 55281
Email: mechram_tp@yahoo.com

ABSTRAK

Data laju erosi yang diperoleh dari model hidrologi dapat digunakan dalam pengambilan keputusan untuk menentukan
usaha konservasi lahan yang dapat mengurangi laju erosi yang terjadi di DAS. Model hidrologi yang dipergunakan
dalam penelitian ini adalah model AVSWAT2000 (Arc View Soil and Water Assessment Tools 2000) yang dapat
memprediksi limpasan permukaan, erosi dan sedimentasi. Penelitian ini dilakukan di sub DAS Keduang (36.574,34
Ha). Hasilnya menunjukkan bahwa, besarnya limpasan permukaan, erosi dan sedimentasi di sub DAS Keduang pada
kondisi saat ini masing-masing sebesar 424,09 mm, 87,87 ton/ha/th, dan 375,07 ton/th. Dengan melakukan perubahan
penggunaan lahan jumlah limpasan permukaan, erosi dan sedimentasi bisa mengalami penurunan, di sub DAS Keduang
laju limpasan permukaan, erosi dan sedimentasi menurun masing-masing menjadi 412,61 mm, 36,78 ton/ha/th, dan
353,60 ton/th.

Kata-kata kunci: Limpasan permukaan, erosi, sedimentasi, model AVSWAT2000

ABSTRACT

Erosion rate data obtained from the hydrological model can be used in making decisions to determine which land
conservation efforts can reduce the rate of soil erosion in the watershed. The hydrologic model applied is AVSWAT2000
(Arc View Soil and Water Assessment Tools 2000) to predict surface runoff, erosion, and sedimentation. This study
was conducted at sub watershed Keduang (36.574,34 Ha). The results indicated that surface runoff, erosion, and
sedimentation in Keduang watershed at the existing condition are 424,09 mm, 87,87 ton/ha/th, and 375,07 ton/th,
respectively. By simulation be adjusting the land use scenario, the surface runoff, erosion, and sedimentation rate could
be reduce to become : 412,61 mm, 36,78 ton/ha/th, 353,60 ton/th, respectively, In Keduang watershed.

Key words: Surface runoff, erosion, sedimentation, model AVSWAT2000

PENDAHULUAN
hujan 164 hari (Proyek Penelitian dan Pengembangan DAS,
Keduang merupakan DAS terluas diantara enam DAS 1998).
yaitu Wuryantoro, Alang, Temon, Keduang, Wiroko dan Solo Stasiun pengamatan arus sungai DAS Keduang terletak
hulu yang menjadi cathment area waduk Gadjah Mungkur. di Dukuh Ngadipiro, Desa Ngadipiro, Kec. Nguntoronadi,
Secara geografis, DAS Keduang terletak pada 7°42’29” - Kab. Wonogiri. Stasiun ini dilengkapi dengan alat penakar
7°55’39” LS dan 4°11’01” - 4°24’54” BT. DAS Keduang hujan otomatis (Automatic Rainfall Recorder) dan alat
termasuk ke dalam kelompok DAS dengan curah hujan pengukur tinggi muka air otomatis (AWLR) yang terletak di
tahunan yang tinggi yaitu 5.404 mm/thn dengan jumlah hari dukuh Gondangsari, Kec. Jatisrono, Kab. Wonogiri.

325 325
AGRITECH,
AGRITECH,Vol.
Vol.32,
32,No.
No.3,3,
AGUSTUS
AGUSTUS2012
2012

Besarnya pengaruh teknik konservasi tanah terhadap pengumpulan bahan dan alat-alat yang digunakan dalam
erosi dan aliran permukaan dapat dievaluasi dengan penelitian. Bahan berupa data spasial dan data non spasial
melakukan pengukuran secara langsung di lapangan atau akan dihimpun dari BPK (Dinas kehutanan) Solo, dan atau
dengan memprediksinya menggunakan model. Pengukuran dinas instansi terkait dengan pengelolaan sumber daya
secara langsung membutuhkan waktu pengamatan yang air Bengawan Solo, seperti BBWS Bengawan Solo, dan
relatif lama dan memerlukan biaya yang mahal, baik untuk BPSDA (Dinas Pekerjaan Umum). (ii) Tahap Validasi Data.
instalasi alat, pengoperasian, maupun pemeliharaan alat. Pada tahap ini dilakukan pengujian konsistensi data hujan
Oleh karena itu, penggunaan model dapat menjadi salah satu sebelum digunakan dalam pengujian model. Termasuk di
pilihan. AVSWAT2000 merupakan salah satu model hidrologi dalam tahap validasi data adalah kegiatan pemilihan kejadian
yang sudah lama dikembangkan, akan tetapi aplikasinya di hujan dan debit sungai yang akan digunakan dalam model.
Indonesia masih kurang digunakan. Di dalam analisis hidrologi perlu dilakukan pengujian
SWAT adalah model hidrologi yang dikembangkan konsisitensi data hujan yang diperoleh dengan menggunakan
untuk memprediksi pengaruh pengelolaan lahan terhadap teknik RAPS (Rescaled Adjusted Partical Sums).
hasil air, sedimen, muatan pestisida dan kimia hasil pertanian
dalam periode waktu yang panjang. Penelitian yang dilakukan Analisis dan Pengolahan Data
Neitsch et al., (2002); Fohrer dan Frede, 2002 dalam Purwanto Analisis dan pengolahan data dilakukan dengan
(2008) melaporkan bahwa SWAT mampu menggambarkan beberapa tahap, yaitu: pengolahan data hujan, penetapan
pengaruh pengelolaan lahan terhadap hidrologi DAS. kebijakan penggunaan lahan dengan menggunakan Sistem
Girolamo et al., (2003) mengintegrasikan SIG dan SWAT, dan Informasi Geografi (SIG), analisis limpasan permukaan,
menyimpulkan bahwa integrasi SIG dan SWAT sesuai untuk erosi dan sedimentasi dengan menggunakan AVSWAT2000
mengevaluasi kondisi hidrologi penggunaan lahan pertanian. (ArcView Interface for SWAT2000). Perhitungan limpasan
Pengujian terhadap penggunaan model SWAT untuk menggunakan modifikasi rumus rasional,
memprediksi limpasan permukaan, erosi, dan sedimentasi
q↓(peak=(α↓tc .Q ↓(surf · Area)/(3,6·t↓cone) .............(1)
pada DAS telah banyak dilakukan, antara lain oleh Jha
and Misrha (2007), Stehr, et.al (2008), Surgawa (2004) Erosi menggunakan metode MUSLE,
serta Purwanto (2008), model ini memiliki kelebihan dan sed = 11.8·( Q↓surf · q↓peak · area ↓( hru))↑0.56·K↓
kekurangan. Kelebihan yang dimiliki model ini adalah dalam USLE ·C ↓USLE ·P ↓USLE ·LS ↓USLE ·CFRG...(2)
hal membangkitkan data (Stehr, et.al., 2008), dan mampu
Total sedimen yang terangkut keluar dari sungai
mensimulasikan dalam periode yang panjang (> 50 tahun)
tersebut,
dan kekurangannya adalah memiliki keterbatasan terhadap
sed ↓out = sed ↓ch·V↓out/V↓ch .................................(3)
keakuratan hasilnya jika model diterapkan pada DAS dengan
ukuran lebih kecil dari 100 km² (Schwab, et.al. 2006).
Untuk mengkalibrasi akurasi model AVSWAT2000
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perkiraan
di sub DAS Keduang, terlebih dahulu dilakukan pengujian
besarnya limpasan permukaan, erosi, dan sedimentasi, dari
terhadap output debit model dengan debit terukur, yaitu
berbagai kondisi penggunaan lahan di sub DAS Keduang,
dengan menggunakan metode koefisien determinasi dan uji-t.
pada kondisi saat ini dan kondisi setelah dilakukan skenario
Kalibrasi model ini diperlukan jika antara debit model dengan
penggunaan lahan.
debit terukur setelah dilakukan uji-t hasilnya berbeda nyata,
selanjutnya dengan cara coba-coba (trial and error) nilai-
METODE PENELITIAN nilai parameter input. Pengujian ini dihentikan apabila hasil
uji-t tidak berbeda nyata.
Bahan dan Alat Setelah tahap kalibrasi selesai, selanjutnya dilakukan
Bahan-bahan yang digunakan adalah data harian berupa skenario penggunaan lahan, sehingga didapatkan nilai
hujan, debit, klimatologi dari tahun 1995-2004, peta DEM, limpasan permukaan, erosi, dan sedimentasi saat ini serta
peta penggunaan lahan, peta jenis tanah dan peta jaringan hasil setelah dilakukan skenario penggunaan lahan. Kegiatan
sungai. Peralatan yang digunakan adalah komputer. skenario penggunaan lahan dilakukan dengan cara merubah
tingkat bahaya erosi sangat berat dan berat menjadi erosi
Prosedur Penelitian sedang dan ringan, dengan cara merubah faktor C dan P
Penelitian dilakukan dengan beberapa tahap, yaitu: berdasarkan bentuk pola penggunaan lahan dari BRLKT
(i) tahap persiapan. Pada tahap ini dilakukan studi pustaka, DAS Bengawan Solo.

326 326
AGRITECH,
AGRITECH,Vol.
Vol.32,
32,No.
No.3,3,
AGUSTUS
AGUSTUS2012
2012

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil Kalibrasi Model AVSWAT2000
Berdasarkan hasil running SWAT menggunakan
parameter input, diperoleh nilai-nilai debit model. Selanjutnya
nilai debit DAS Keduang tersebut dibandingkan dengan nilai
debit yang terukur sebenarnya untuk memastikan keberlakuan
model SWAT dalam memprediksi aliran permukaan, erosi,
dan sedimentasi. Setelah melalui proses kalibrasi diperoleh
perbandingan antara nilai debit model dengan debit terukur
seperti disajikan pada Gambar 1 dengan nilai simpangan
Gambar 2. Grafik besarnya limpasan permukaan rata-rata Hydrologic
sebesar 4,43%.
Respon Unit (HRU) DAS Keduang
Keterangan: HUTN = Hutan; PDRT = Padang Rumput; PKBN = Perkebunan;
SMKB = Semak Belukar; TGLN = Tegalan; SWTH = Sawah
Tadah Hujan; URMD = Pemukiman; SWAH = Sawah

Limpasan permukaan terkecil terjadi pada penggunaan


lahan semak dengan jenis tanah litosol sebesar 290,17 mm,
hal ini disebabkan karena penggunaan lahan semak memiliki
vegetasi yang lebih rapat dibandingkan sawah sehingga
penggunaan lahan sawah memiliki nilai limpasan permukaan
yang lebih besar jika dibandingkan dengan semak, sedangkan
jenis tanah litosol memiliki tekstur tanah beranekaragam,
dan pada umumnya berpasir, umumnya tidak berstruktur,
terdapat kandungan batu, kerikil dan kesuburannya
bervariasi, sehingga terjadi laju infiltrasi yang lebih besar jika
dibandingkan tanah mediteran.
Gambar 1. Hubungan debit model dengan debit terukur (m³/dtk) Limpasan permukaan pada penggunaan lahan hutan
lebih besar dari penggunaan lahan semak karena apabila kita
Dari Gambar 1 dapat dilihat bahwa koefisien deter- cermati lebih jauh, pada wilayah das bengawan solo hulu atau
minasi sub DAS Keduang sebesar 0,920. Demikian pula uji pulau jawa pada umumnya, sebagian besar hutan yang ada
t menunjukkan tidak ada perbedaan antara debit model dan merupakan hutan tanaman yang menurut fungsi tata guna
debit terukur, sehingga parameter-parameter terukur yang hutannya merupakan hutan tanaman produksi, hanya sebagian
diperoleh selanjutnya dapat diterapkan untuk simulasi atau kecil hutan alam (rimba) pada beberapa kawasan konservasi.
pemodelan. Hutan tanaman tersebut di dominasi oleh tegakkan jati,
pinus dan mahoni. Kondisi tegakan hutan seperti itu jelas
Limpasan Permukaan akan menurunkan fungsi hidrologinya, karena fungsi tajuk,
Besarnya limpasan permukaan diduga menggunakan perakaran dan tumbuhan bawah sebagai penahan butiran
model AVSWAT2000 yang telah dikalibrasi. Dari hasil hujan menjadi tidak maksimal.
penelitian Gambar 2 dapat dijelaskan bahwa, kawasan
Erosi
pemukiman dengan jenis tanah mediteran menghasilkan
limpasan permukaan sebesar 487,86 mm. besarnya limpasan Perhitungan erosi yang dihasilkan dari running SWAT
permukaan ini disebabkan karena lahan pemukiman memiliki adalah erosi untuk setiap unit lahan HRU dan erosi untuk
daerah yang terbuka atau tutupan lahannya kurang sehingga setiap sub DAS, dengan periode waktu simulasi selama 10
menyebabkan limpasan permukaan terjadi lebih besar bila tahun.
dibandingkan dengan tutupan lahan yang lain seperti lahan Berdasarkan Gambar 3 terlihat bahwa erosi terbesar
hutan, padang rumput, perkebunan, semak, sawah, sawah terjadi pada HRU yang digunakan untuk pemukiman pada
tadah hujan dan tegalan. ketiga jenis tanah, kemudian diikuti dengan semak belukar,
padang rumput, perkebunan, tegalan, sawah tadah hujan,
sawah, dan hutan secara berurutan. Erosi terbesar terjadi

327 327
AGRITECH,
AGRITECH,Vol.
Vol.32,
32,No.
No.3,3,
AGUSTUS
AGUSTUS2012
2012

pada penggunaan lahan pemukiman dengan jenis tanah kemudian total hasil sedimen di DAS Keduang dihitung pada
mediteran sebesar 270,04 ton/ha/th. Erosi terkecil terjadi pada titik pengamatan di outlet sungai.
penggunaan lahan hutan dengan jenis tanah latosol pada DAS Nilai koefisien determinasi (R) dan Thitung merupakan
Keduang sebesar 9,83 ton/ha/th. ukuran keberlakuan model yang mengarah pada ketepatan
atau akurasi model dalam memprediksi nilai keluarannya.
Nilai koefisien determinasi pada Gambar 4 adalah 0,865 dan
koefisien korelasi sebesar 0,93 dan R tabel adalah 0,6139,
sedangkan uji T (T-test), diperoleh nilai Thitung = 0,65, nilai ini
berada pada daerah penerimaan (-2,262< T <2,262) untuk

Gambar 3. Grafik besarnya erosi rata-rata Hydrologic Respon Unit (HRU)


DAS Keduang
Keterangan: HUTN = Hutan; PDRT = Padang Rumput; PKBN = Perkebunan;
SMKB = Semak Belukar; TGLN = Tegalan; SWTH = Sawah
Tadah Hujan; URMD = Pemukiman; SWAH = Sawah

Tingginya erosi pada lahan pemukiman karena


penggunaan lahan pemukiman memiliki nilai indeks C dan P
terbesar, yaitu 1 yang berarti bahwa erosi aktual yang terjadi
sama dengan erosi potensialnya. Sedangkan erosi terkecil
terjadi pada HRU yang memiliki bentuk penggunaan lahan
hutan pada jenis tanah latosol. Penggunaan lahan oleh hutan
memiliki nilai indeks C sebesar 0,001 yang berarti bahwa
erosi aktual yang akan terjadi adalah sebesar 0,1% dari erosi
potensialnya (Asdak, 2004). Hal ini sesuai dengan hasil
penelitian Senawi (2009) diketahui bahwa lahan hutan dan
hutan rakyat mampu mengendalikan erosi tanah dan tata air
paling baik dibanding bentuk penggunaan lahan yang lain.
Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Arief
(2000) dengan menggunakan model ANSWER dan AGNPS
bahwa dengan dilakukan penambahan luas hutan 50% akan
mengurangi laju erosi hingga 40%.

Sedimentasi
Perkiraan hasil sedimen di DAS Keduang dengan model
SWAT diperhitungkan dari erosi yang terjadi di unit lahan
HRU, kemudian erosi yang terjadi di setiap unit lahan HRU
tersebut akan dibawa oleh limpasan permukaan sampai ke
sungai utama sebagai erosi masing-masing sub DAS, dimana
sebagian akan terdeposisi di cekungan-cekungan permukaan
lahan, besarnya sedimen yang berasal dari erosi tersebut
kemudian mengalami proses transportasi sedimen melalui
anak sungai (tributary channel) sebelum akhirnya sampai
ke sungai utama (main channel). Dalam proses transportasi
sedimen di anak sungai dan sungai utama tersebut besarnya
deposisi dan degradasi sedimen di sungai akan diperhitungkan,

328 328
AGRITECH,
AGRITECH,Vol.
Vol.32,
32,No.
No.3,3,
AGUSTUS
AGUSTUS2012
2012
hitung
uji dua sisi (two tailed test) pada taraf signifikansi 5%.

Gambar 4. Hubungan sedimentasi model dengan sedimentasi terukur (ton/


ha/th)

Berdasarkan nilai-nilai tolok ukur keberlakuan model


hasil kalibrasi model AVSWAT2000 pada DAS Keduang,
menunjukkan bahwa sedimentasi model dapat diterima
sebagai sedimentasi yang tidak berbeda nyata dengan
sedimentasi terukur, sehingga model dapat digunakan pada
DAS Keduang. Gambar 4, terlihat adanya hubungan langsung
positif antara sedimentasi model dengan sedimentasi terukur.

Skenario Penggunaan Lahan


Tujuan utama dilakukannya skenario penggunaan lahan
pada kondisi saat ini adalah untuk menurunkan besarnya
erosi yang terjadi pada unit lahan, terutama pada lahan yang
mempunyai tingkat bahaya erosi sangat berat sampai berat.
Tingkat Bahaya Erosi (TBE) dapat dihitung dengan cara
membandingkan tingkat erosi suatu lahan (land unit) dan
kedalaman tanah efektif pada satuan lahan tersebut, kelas TBE
ditentukan dengan menggunakan matriks. klasifikasi tingkat
bahaya erosi tersebut dinyatakan dengan kelas sangat ringan,
kelas ringan, kelas sedang, kelas berat dan kelas sangat berat.
Dengan melakukan perubahan penggunaan lahan terse-
but diharapkan nilai faktor pengelolaan tanaman (C) pada
lahan yang kritis akan menurun sehingga laju erosi di lahan
kritis tersebut juga akan turun. Selain nilai C, faktor lain yang

329 329
AGRITECH,
AGRITECH,Vol.
Vol.32,
32,No.
No.3,3,
AGUSTUS
AGUSTUS2012
2012

merupakan faktor penyebab terjadinya erosi adalah nilai Perbandingan Hasil Model dengan Skenario Perubahan
faktor pengelolaan dan konservasi tanah (P), skenario yang Penggunaan Lahan
dilakukan terhadap nilai P secara umum adalah melakukan Dengan melakukan skenario perubahan penggunaan
perbaikan kondisi teras bangku pada semua lahan yang ada lahan saat ini menjadi kondisi penggunaan lahan skenario
di sub DAS. sesuai dengan pola penggunaan lahan dan kondisi lahan
Penentuan skenario penggunaan lahan di sub DAS kritisnya, akan terjadi penurunan erosi, limpasan permukaan,
berpedoman pada pola penggunaan lahan dari BRLKT dan dan penurunan sedimentasi di sungai, besarnya penurunan
analisa tingkat bahaya erosi masing-masing unit lahan HRU. tersebut berturut-turut adalah 2,71%, 58,14% dan 5,72%
Proses analisa untuk menskenario penggunaan lahan Saat (Tabel 2), begitu juga dengan lahan kritis terjadi penurunan
ini dilakukan dari peta pola penggunaan lahan di sub DAS 5,22% pada erosi sangat berat dan erosi berat sebesar 59,05%
beserta data atributnya, skenario yang dilakukan tersebut dan terjadi kenaikan lahan tidak kritis sebesar 63,88% pada
dijelaskan pada Tabel 1. erosi sedang dan 68,27 % pada erosi ringan (Tabel 3).

Tabel 1. Skenario penggunaan lahan DAS Kedu

Tingkat bahaya erosi Tata guna lahan saat ini Kawasan penggunaan lahan Tata guna lahan modifikasi Pengelolaan dan konservasi tanah
Padang rumput Lindung
Hutan -
Sawah tadah hujan
Sangat berat Penyangga Kebun campuran Penutup tanah rapat
Lindung Hutan -
Semak belukar
Penyangga Kebun campuran Penutup tanah rapat
Padang rumput Tanaman semusim Tegal tumpangsari Perbaikan teras bangku
Lindung Hutan -
Perkebunan/kebun Penyangga Penutup tanah rapat
Perkebunan
Tanaman tahunan Penutup tanah rapat
Sawah tadah hujan Tanaman semusim Tegal tumpangsari Perbaikan teras bangku
Berat
Lindung Hutan -
Tegalan/ladang Penyangga Kebun campuran Penutup tanah rapat
Tanaman semusim Tegal tumpangsari Perbaikan teras gulud
Lindung Hutan -
Semak belukar

Sumber: analisa spasial ArcView 3.2a.

Tabel 2. Perbandingan hasil simulasi AVSWAT2000 pada Tabel 3. Penurunan dan kenaikan luas lahan kritis DAS
kondisi penggunaan lahan saat ini dan skenario Keduang
DAS Keduang
Luas (Ha) Persentase Persentase
Kelas Penggunaan lahan Penurunan Kenaikan
Penggunaan lahan Persentase TBE
Perbandingan TBE Lahan Tidak
Saat ini Skenario Penurunan Saat ini Skenario Lahan Kritis
Kritis
Limpasan permukaan (mm) 424,09 412,61 2,71 I Sangat 169,30 169,30 - -
Erosi (ton/ha/thn) 87,87 36.78 58,14 Ringan
II Ringan 5.775,00 9.833,40 - 68,27
Sedimentasi (ton/thn) 375,07 353,60 5,72
III Sedang 8.276,30 13.563,50 - 63,88
Sumber: hasil analisis
IV Berat 15.181,50 6.216,60 59,05 -
V Sangat 7.297,00 6.916,30 5,22 -
Berat
TOTAL 36.574,30 36.574,30
Sumber: hasil analisis

330 330
AGRITECH,
AGRITECH,Vol.
Vol.32,
32,No.
No.3,3,
AGUSTUS
AGUSTUS2012
2012

KESIMPULAN using RS and GIS: the case of the Bagmati River,


Nepal. Methodology in hydrology. (Proceedings of The
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka Second International Symposium on Methodology in
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: hydrology Held in Nanjing, China, October-November
1. Pengujian model dilakukan dengan cara membandingkan 2005). IAHS Publ. 311. 2007: 480-484.
debit model dengan debit terukur, diuji secara statistik Neitsch, S.L. Arnold, J.G. Kiniry, J.R. and K.W. King.
menggunakan uji berpasangan dan uji koefisien Williams, J.R. (2002). Soil and Water Assessment Tool
determinasi, hasil pengujian menunjukkan bahwa debit Theoretical Documentation version 2000. Grassland,
model tidak berbeda dengan debit terukur, sehingga Soil and Water Research Laboratory. Agricultural
model ini bisa digunakan pada DAS Keduang. Research Service. Temple, Texas. Blackland Research
2. Besarnya limpasan Permukaan terbesar terjadi pada Center. Texas Agricultural Experiment Station. Temple,
penggunaan lahan pemukiman dengan jenis tanah Texas. Published 2002 by Texas Water Resources
mediteran pada DAS Keduang sebesar 487,86 mm. Erosi Institute, College Station, Texas.
terbesar di DAS Keduang diperoleh pada penggunaan
Purwanto, B.P. (2008). Studi Konservasi Daerah Aliran
lahan pemukiman dengan jenis tanah mediteran sebesar
Sungai (DAS) untuk Pengendalian Pencemaran
270,04 ton/ha/th. Limpasan permukaan terkecil terjadi
Kualitas Air (Studi Kasus di Waduk Selorejo, Malang,
pada penggunaan lahan semak dengan jenis tanah
Jawa Timur, Indonesia). Tesis. Program Studi Teknik
latosol pada DAS Keduang sebesar 290,17 mm. Erosi
Sipil. Minat Teknik Sumber Daya Air. Pasca Sarjana
terkecil terjadi pada penggunaan lahan hutan dengan
Universitas Brawijaya, Malang.
jenis tanah latosol pada DAS Keduang sebesar 9,83 ton/
ha/th. Schwab, G.O, Huffman, R.L, Workman, S.R, Elliot, W.J and
3. Besarnya limpasan permukaan, erosi dan sedimentasi Fangmeier, D.D. (2006). Soil and Water Conservation
di sub DAS Keduang pada kondisi saat ini masing- Engineering. Fifth Edition. Clifton Park, New York.
masing sebesar 424,09 mm, 87,87 ton/ha/th, dan 375,07 Senawi (2009). Nilai Penting Hutan untuk Pengendalian
ton/th. Setelah dilakukan skenario penggunaan lahan Erosi Tanah dan Rehabilitasi Lahan pada Bentanglahan
jumlah limpasan permukaan, erosi dan sedimentasi Volkan. Prosiding Simposium Nasional Sains
mengalami penurunan, di sub DAS Keduang laju Geoinformasi-I (17-18 November 2009). PUSPICS.
limpasan permukaan, erosi dan sedimentasi menurun Fakultas Geografi. Universitas Gadjah Mada,
masing-masing menjadi 412,61 mm, 36,78 ton/ha/th, Yogyakarta.
dan 353,60 ton/th.
Soepraptohardjo, M. (1980). Jenis-jenis Tanah di Indonesia.
Seksi Ilmu Tanah dan Pupuk. Fakultas Pertanian UPN
DAFTAR PUSTAKA Veteran, Yogyakarta.

Arief, E. (2000). Aplikasi Models Answers dan AGNPS untuk Stehr, A. Debels, P. Romero, F. Alcayaga, H. (2008).
Memprediksi Aliran Permukaan, Erosi, dan Sedimentasi Hydrological modelling with SWAT under conditions
di DAS Bengawan Solo Hulu. Tesis. Program Pasca of limited data availibility: evaluation of result from
Sarjana. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. a Chilean case study. Hydrological Sciences Journal
53(3). IAHS. 589-601.
Asdak, C. (2004). Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran
Sungai. Edisi Revisi. Cetakan ketiga. Gadjah Mada Suhartanto, E. (2008). Panduan AVSWAT 2000 dan
University Press, Yogyakarta. Aplikasinya di Bidang Teknik Sumberdaya Air. Penerbit
C.V. Asrori, Malang.
Dharmawati, N.D. (2001). Aplikasi Model Bilangan Kurva
(Curve Number)-SCS untuk Memprediksi Limpasan Surgawa, I.K.F. (2004). Analisa Tingkat Kekritisan DAS di
Permukaan. Tesis. Program Pasca Sarjana Universitas Sub DPS Bango dengan Menggunakan Sistem Informasi
Gadjah Mada, Yogyakarta. Geografi. Skripsi. Jurusan Pengairan. Fakultas Teknik.
Universitas Brawijaya, Malang.
Jha, R and Mishra, B.K. (2007). Impact of land-use on runoff

331 331
Slnlesl~ f'1nfollpld Mtng1ndun~Aum Um•k 0.J dari FodolipldKtdt11I daii Mh1),.)( K1y•Aum Um1k 0-3 dllri 284
Hull Sunpl11i:l'fnJ.!•lt11g1n Tuna
Sy111llc#J' cf Ph(1,,11}wUpid Cu111uml11g w-J Falt)' Aciibff'OIPI SoJ• J>hosplwllpld1 ant.I Fish Oil f.rvkA~ ,..,,_. orJ Fa11y AdJJ
/tYJm 7/ma Cam1ingP11X.ml11g
T¢tl Estlasih.Moch.Nw, J1y1 MaharM-'jpn.Sauio Maulana
Pt111taruh Ptrrnd1m1n din Ptrt'buian1trh1d1p Kandung_HPro1tln.Gula.To11I Ft-Dollk dJ11tAk1MwAnllok:ild1n 294
K\.'r1nd1nii:(Ca"111"'//r11fro.~11)
7'1rr lf{/«J of $JIJAl1is 01Td Bolli11g ()II Prord,,, Ollgoso«liarldu. Tmol PUM/ic Coli1ui1 otwl Andoxldam AnMty of
Krrr111da11g (Cm1a1<aflC1 11ro1a)
Thick f.arinntiDjnaf11t,UnwS11.n1ou,Mulwnmad Nur Cahy&1110. Endana Suuuwati Raha)11
l'trkirun UmurSlmpan Kat11ng Rtnd•h l.tm1k Oi11phl drni;1n C.rbo\ftntlbyl Ctllul- ,'tttnpun1bn Mtlodt 301
Anrfmitr.d Slrt<lflife Tr.u(ASL1)
Shdfllfe /lretlict/011 o/Partlally Defa11al Pl!illllJICoatNI 10th Corbo:l)•1t1t'IJJ;of Ulllllf»r'! Using Accdcrottd SM!fLJfe Test
(ASLT)Mcrlr(Jd
YudiPn1110!o, Djspl Wimo MW'S¢nU, ll11ryadi
Po1cn~I Hljl d11n Eblrak Bijl Trn11I (/!o}•1t1pht1N puM,·c~"s\\111d} Kbtg1l Ptntq:1h [)11rr p1da TtkUJ Pcrcobnn )1)8
y1ni;:Dlln1trnnsll::tl)llF,n1trop11oe;cnlk
(11ri: l'mt:nC)• of ll'i1tr.rllly's Sttd (Nymph11r11 pubQulfS lfilld) and hs £xtrar:t O.f /}{arrlltu 1'1'e'Yntutfrc fn Rat.r 1ha1
lntervent..'11 wilh £mtrophu1(}gcnfcE.tchr.ridia coli)
YuspihannFitnol. t.bdc:Aslllwan, Soe\l'uno T.Socbno, Komang O.Wiryawm. Tu1ik Wradiyau

Studl lnlcmp~i 1tuJ11n p1d1 1tu111n T1n1mu Ellnil)p1us Prlli111 F.mllfll di R11u )18
$Mly <if Ralnfoll lMtrr:ep1/onm f.'ucolJ'plWp
! tllita F.Mutll P/011ratfonFOIYSI'" Rlt111
Agung Budi Supang11, Putu Sudin. Haryuno Supriyo, F.my Potdjirah.Jjoc

Aptlb5I Modtl Al'5w11tlOOO unruk Prcdlbl Lhnp11µ,n Prrmubai:a. E~l.d•n &dlmcalllil di S11b Oa.t Ktdu1ng: 325
Du Bcng11W1n Salo Hulu
Apllcotio" Mudtd Al'Sll~nO<HJ 10 Prrdict Swfarx R"noff. Eros-ion. uml !ktJ.,,1nrta11on In K~"ang lr&t"1hnl: Upprr
Bt:11g1J"~m Solo Wartznht.'tl
Si1i Mecbram,Muhjidin Maw!J'di, Puru Sudira
Kcus11.11hu1. Modf'l lnfillttil Philips u111uk Pndlksl Umpuan Pt:rmu.k.11.0Mto"unakfia Mtiodt Bllsngll.D Kul'\o~ 331
Suiwhiliry PhUips Jnfiltrolion Mode/for StufauRU11ojf Pm!ICIU)ft Usmg C11n~ A'lllflbuMtthod
Sri Rit1W11.ti. Muhjid!nMa\Wfdi.Swwto Ciodladi

You might also like