You are on page 1of 7

STUDI KELAYAKAN USAHA DAN DAYA SAING PADA INDUSTRI TEPUNG

TAPIOKA DI KECAMATAN POGALAN KABUPATEN TRENGGALEK


STUDY OF FEASIBILITY AND COMPETITIVE ADVANTAGE
ON TAPIOCA FLOUR INDUSTRY IN POGALAN, TRENGGALEK

Winda Amilia1 dan Miftahul Choiron1


¹Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Jember
Email: winda.ftp@unej.ac.id

ABSTRACT

Small and Medium Enterprises play an important role for economic growth in Indonesia. As an
agricultural country, development on agricultural sector should be done to meet the needs of in-
dustries. As agricultural commodities, cassava requires processing efforts to increase the product
value. Anis Jaya has been processing tapioca flour since 1983 in the center of tapioca flour on
Pogalan, Trenggalek Regency. Since 2015, Anis Jaya has decreased production number, due to
the decline on market demand. This has an impact on the decline of cassava purchasing price by
industry. Therefore, the objective of this research is to analyze the feasibility of Anis Jaya business
and to analyze business competitiveness using Porter’s Diamond model approach for business de-
velopment. The analysis shows that the Net Present Value is Rp. 88.690.571,74 (NPV > 1), Internal
Rate of Return is 54,98% and Payback Period less than 1 year. Net B/C ratio of Anis Jaya is 2,82
which indicates that the industry is still worth continuing. The formulated development strategy is
making efficiency by adding capital, improving product and service quality, optimizing labor per-
formance, and managing raw material inventory and auxiliary materials.

Keywords: cassava, tapioka flour, small medium enterprises, feasibility, competitive advantage

PENDAHULUAN Usaha Mikro Kecil dan Menengah me-


Indonesia memiliki luas daratan 190,923 megang peranan yang penting bagi pertumbu-
juta ha, dengan 70,8 juta ha yang dipergunakan han ekonomi Indonesia (Amilia, 2015). Belum
untuk kegiatan budidaya seperti sawah, ladang, kuat dan kokohnya pondasi perekonomian In-
maupun perkebunan. Pertanian merupakan se- donesia mendorong pemerintah untuk terus
ktor utama yang menyokong perekonomian In- berupaya memberdayakan sektor Usaha Mikro
donesia, yang dikembangkan selain untuk me- Kecil dan Menengah (UMKM). Hal ini dikare-
menuhi kebutuhan konsumsi masyarakat juga nakan UMKM terbukti mampu menyerap tena-
dipergunakan untuk kebutuhan industri domes- ga kerja yang besar dan mampu menggerakkan
tik maupun ekspor. roda usahatani sebagai penyedia bahan baku
Sektor pertanian terbagi atas subsektor (Nuraini, Maharani, Andrianto, 2016).
tanaman pangan, subsektor hortikultura, subse- Industri sentra yaitu kelompok jenis in-
ktor perkebunan, subsektor peternakan dan sub- dustri yang dari segi satuan usaha mempunyai
sektor perikanan. Sektor tanaman pangan ada- skala kecil, tapi membentuk suatu kawasan
lah penyumbang terbesar terhadap PDB sektor produksi yang terdiri dari kumpulan unit usaha
pertanian, yaitu sebesar 51,8 persen dari PDB yang menghasilkan barang sejenis (Suhartini
sektor pertanian pada tahun 2009 (BPS, 2010). dan Yuliawati, 2014). Sentra industri tepung
Tanaman ubikayu memiliki berbagai tapioka di Kabupaten Trenggalek terletak di ke-
varietas atau klon yang dapat dikonsumsi camatan Pogalan. Wilayah ini diresmikan oleh
langsung maupun dipergunakan sebagai bahan Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan
baku makanan dan industri. Salah satu industri kabupaten Trenggalek sebagai sentra tepung
yang menggunakan bahan baku ubikayu adalah tapioka sejak tahun 2014, namun kegiatan pem-
industri tepung tapioka. Tepung tapioka diper- buatan tepung tapioka telah dilakukan sejak ta-
gunakan sebagai bahan baku industri makanan, hun 1975. Pertumbuhan industri tepung tapioka
makanan ternak, kertas, kayu lapis, dan lainnya. di Kecamatan Pogalan telah menggeser pola
kehidupan masyarakat dari petani menjadi mas-

JSEP Vol 10 No. 2 Juli 2017 51


yarakat industri. Penelitian ini menggunakan sumber data
Tepung tapioka yang dihasilkan di Ke- primer dan sekunder. Data primer diperoleh
camatan Pogalan Kabupaten Trenggalek di- dari cara observasi dan wawancara langsung
pasarkan ke sejumlah industri yang ada di Jawa kepada responden. Data sekunder diperoleh
Timur, antara lain industri kerupuk, industri dari instansi terkait dan berbagai sumber liter-
pakan ternak, dan industri makanan kecil khas atur yang berhubungan dengan penelitian ini.
Trenggalek. Namun, sejak tahun 2015 jumlah Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober –
produksi tepung tapioka di wilayah tersebut Desember 2016. Penelitian ini menggunakan
perlahan-lahan terus mengalami penurunan. analisis kriteria investasi yang terdiri dari ana-
Pada tahun 2016 produksi tepung tapioka di in- lisis NPV, IRR, Net B/C dan PBP, serta ana-
dustri-industri rumah tangga tidak lagi dilaku- lisis daya saing indutri dengan menggunakan
kan secara ajeg, melainkan dilakukan 3 hari pendekatan model Diamond Porter.
sekali sebagai akibat rendahnya permintaan
pasar (Rokhani dan Suryaningrat, 2016). Analisis Kelayakan Finansial.
Eksistensi UMKM terbukti mam- Metode Net Present Value (NPV) yaitu selisih
pu bertahan serta menjadi roda penggerak antara present value dari investasi dengan nilai
ekonomi, terutama pada saat krisis ekonomi. sekarang dari penerimaan-penerimaan kas
UMKM memerlukan strategi peningkatan daya bersih (aliran kas operasional maupun aliran
saing yang tepat untuk menghadapi kendala, kas terminal) di masa yang akan datang. NPV
tantangan, dan memanfaatkan peluang pasar dapat dihitung dengan menggunakan persa-
(Nuraini, Maharani, dan Andrianto, 2016). maan berikut:
Pengembangan daya saing menjadi penting
untuk membantu usaha/industri untuk berta-
han dalam persaingan. Michael Porter (1995)
mengemukakan bahwa daya saing sebuah us- Dimana:
aha berkaitan dengan performa industri/usaha NPV = Net Present Value
pendukung yang dikombinasikan dengan fak- Bt = Benefit atau manfaat pada tahun ke-t
tor-faktor lain untuk menciptakan nilai bagi Ct = Cost atau biaya pada tahun ke-t
pelanggan (Kokonya, 2014). i = suku bunga yang digunakan
Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. t = tahun ke-t
Mengetahui kelayakan finansial usaha tepung Indikator kelayakan NPV adalah jika bernilai
tapioka Anis Jaya, 2. Melakukan analisis daya positif (NPV > 0) maka usaha layak untuk
saing usaha untuk pengembangan industri dijalankan, sedangkan jika dihasilkan NPV
tepung tapioka Anis Jaya bernilai negatif (NPV < 0) maka usaha tidak
layak untuk dijalankan.
METODE PENELITIAN Net Benefit-Cost Ratio. Kelayakan sua-
Penelitian ini dilaksanakan di Sentra tu usaha dapat dihitung dengan menggunakan
Industri Tepung Tapioka di Kecamatan Po- analisis Net Benefit-Cost Ratio. Net B/C-ratio
galan Kabupaten Trenggalek. Penentuan loka- adalah adalah rasio antara manfaat bersih yang
si dilakukan secara sengaja (purposive) dengan menguntungkan usaha dengan manfaat bersih
pertimbangan bahwa industri rumah tangga yang merugikan usaha (Khotimah dan Sutiono,
Tepung Tapioka “Anis Jaya” dan “ merupakan 2014). Net B/C Ratio diformulasikan sebagai
salah satu industri yang relatif besar di wilayah berikut :
Kecamatan Pogalan.
Responden pada penelitian ini ditentu-
kan secara sengaja (purposive), dan dilakukan (4)
dengan wawancara langsung pada pimpinan Keterangan :
usaha pengolahan tepung tapioka. Responden Net B/C = Net Benefit-Cost
yang diambil dalam penelitian ini adalah 2 Bt = Benefit atau manfaat tahun ke-t
pimpinan dan 5 karyawan dibagian produksi. Ct = Cost atau biaya pada tahun ke-t
Hal ini didasarkan atas pertimbangan agar data i = suku bunga yang digunakan
yang diperoleh dari pimpinan dan karyawan t = tahun ke-1 sampai tahun ke n
merupakan data riil dari perusahaan sehingga
hasil yang diperoleh cukup akurat dan repre- Kriteria kelayakan dari Net B/C tersebut ada-
sentatif sesuai dengan tujuan yang diharapkan lah:
dalam penelitian ini. Net B/C = 1 : maka usaha tidak untung dan

52 JSEP Vol 10 No. 2 Juli 2017


tidak rugi atau impas kan diantaranya Net Present Value (NPV), Net
Net B/C < 1 : menunjukkan bahwa usaha terse- Benefit Cost Ratio (Net B/C), Internal Rate of
but tidak layak untuk diusahakan Return (IRR) dan Payback Period (PBP). Ana-
Net B/C > 1 : berarti usaha tersebut layak untuk lisis finansial tersebut menggunakan arus kas
di usahakan. (cashflow) untuk mengetahui besarnya man-
Internal Rate of Return. Tingkat suku bun- faat dan biaya yang dikeluarkan selama umur
ga maksimum yang dapat mengembalikan bisnis.
biaya-biaya yang dikeluarkan disebut dengan Industri tepung tapioka Anis Jaya ber-
Internal Rate of Return (IRR). Analisis IRR produksi sejak tahun 1982. Jumlah produksi
digunakan untuk mencari tingkat bunga yang yang dihasilkan Anis Jaya mengalami pe-
menyamakan nilai sekarang dari arus kas yang nurunan yang signifikan pada tahun 2016, jika
diharapkan di masa datang (Swastawati, 2011). dibandingkan dengan produksi tahun 2014
Persamaan yang dipergunakan untuk meng- maupun 2016. Tabel berikut ini merupakan ta-
hitung IRR adalah sebagai berikut: bel yang menunjukkan jumlah produksi tepung
tapioka 2014-2016.
Tabel 1. jumlah produksi tepung tapioka 2014-
2016
Tahun Produksi
Indikator kelayakan dari IRR adalah jika Parameter
IRR lebih besar dari suku bunga bank yang 2014 2015 2016
berlaku maka usaha layak untuk diusahakan. B. Baku 320560 291050 139000
Sebaliknya jika IRR lebih kecil dari suku bun- Harga B. 1.000 1.000 800
ga yang berlaku maka usaha tidak layak untuk Baku (Rp)
dijalankan.
Produksi 64112 58210 27800
Payback Period. PBP atau payback period
(kg/th)
adalah suatu periode yang diperlukan untuk
menutup kembali pengeluaran investasi den- Harga jual 6.000 6.000 4.000
gan menggunakan aliran kas. Secara matema- (Rp)
tis PBP dapat dirumuskan sebagai berikut:
Dalam analisis kelayakan finansial pada
agroindustri tepung tapioka Anis Jaya dipergu-
nakan beberapa asumsi: (1) umur kegiatan 10
Keterangan: tahun, (2) suku bunga 16% sesuai dengan suku
I = nilai investasi bunga pinjaman KUR pada KUD setempat, (3)
Ab = kas masuk bersih yang telah didiskon- jumlah produksi tepung tapioka mengalami
to peningkatan sebesar 15% setiap tahunnya se-
Usaha layak untuk dijalankan jika nilai pay- jak tahun ke 4, (4) sewa tanah dan bangunan,
back period tidak lebih lama dari umur investa- kebutuhan bahan bakar, serta harga bahan sisa
si. adalah stabil. Hasil perhitungan analisis finan-
Model Diamond Porter. Model Diamond sial dapat dilihat pada tabel 2 dan cashflow
Porter digunakan untuk menentukan dimen- agroindustri tepung tapioka Anis Jaya pada
si-dimensi yang digunakan untuk mengukur tabel 2.
daya saing pada industri tepung tapioka Anis Tabel 2. Hasil analisa kelayakan investasi
Jaya. Dimensi-dimensi yang diukur adalah agroindustri tepung tapioka Anis
faktor kondisi, faktor permintaan pasar, faktor Jaya
industri terkait dan industri pendukung, serta Indika-
faktor strategi usaha, struktur, dan persaingan. Kriteria Nilai tor Ke- Hasil
layakan
HASIL DAN PEMBAHASAN NPV 88.690.571,74 NPV>0 Layak
Analisis finansial dilakukan untuk me- Net B/C 2,82 Net B/C Layak
lihat sejauh mana usaha agroindustri tepung >1
tapioka yang dimiliki Bapak Nyaidi ini dapat
IRR 54,98% IRR > Layak
dikatakan layak dari aspek finansial. Untuk me- DR
nilai layak atau tidak usaha tersebut dari aspek
finansial digunakan kriteria kelayakan investa- P a y b a c k 0,66
Period
si. Kriteria kelayakan investasi yang diguna-

JSEP Vol 10 No. 2 Juli 2017 53


1) Net Present Value Dimensi-dimensi Pendekatan Model Dia-
Perhitungan Net Present Value (NPV) mond Porter. Model Competitive Advantage
menunjukkan nilai sebesar Rp. 88.690.571,74 yang dipopulerkan oleh Porter memperkenal-
selama periode usaha. Nilai NPV ini menunjuk- kan integrasi competitive advantage dari mas-
kan bahwa usaha pembuatan tepung tapioka Anis ing-masing usaha terhadap teori competitive
Jaya tersebut akan menghasilkan tambahan man- strategy. Secara natural, masing-masing usaha
faat sebesar Rp. 88.690.571,74. Nilai NPV lebih atau industri memiliki perbedaan sumber daya
dari 1 (NPV > 1) tersebut juga mengindikasikan dan kapabilitas dalam membentuk keunggulan-
bahwa usaha tepung tapioka ini layak untuk di- nya.
jalankan. Hasil analisis kelayakan usaha yang baik
2) Net Benefit Cost Ratio hanya akan memberikan gambaran secara finan-
Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) meru- sial bahwa usaha tersebut layak untuk dijalankan.
pakan perbandingan antara manfaat bersih yang Lebih dari itu, berjalannya usaha juga memerlu-
menguntungkan usaha dengan manfaat bersih kan faktor-faktor pendukung yang dipergunakan
yang merugikan usaha. Pada analisis Net B/C sebagai competitive advantage atau nilai kom-
yang dilakukan pada agroindustri tepung tapioka petitif dari usaha tersebut. Analisis daya saing
Anis Jaya menunjukkan besaran 2,82. Dapat di- usaha agroindustri tepung tapioka Anis Jaya ini
artikan bahwa setiap penambahan biaya sebesar meliputi analisis kondisi faktor, analisis kondisi
Rp. 1.000 akan memberikan penambahan man- permintaan pasar, analisis industri terkait dan in-
faat bersih sebesar Rp. 2.820 bagi Anis Jaya. dustri pendukung, serta analisis kondisi strategi
Nilai Net B/C lebih dari 1 (Net B/C > 1) tersebut usaha, struktur usaha serta persaingan.
dapat disimpulkan bahwa usaha tepung tapioka Kondisi faktor. Kondisi ini mengacu pada fak-
tersebut layak untuk dijalankan. tor produksi yang digunakan, seperti tenaga ker-
3) Internal Rate of Return ja, sumber daya modal, infrastruktur dan modal.
Internal Rate of Return merupakan suatu Ditinjau dari faktor-faktor tersebut, kondisi di
kriteria investasi yang digunakan untuk meng- industri tepung tapioka Anis Jaya adalah sebagai
etahui persentase keuntungan kegiatan usaha berikut:
setiap tahun. Analisis IRR yang dilakukan pada 1) Manajemen agroindustri tepung tapioka
agroindustri tepung tapioka Anis Jaya dilakukan Anis Jaya belum mengadopsi model mana-
dengan metode trial and error dengan meng- jemen modern, sehingga pencatatan produksi
gunakan tingkat suku bunga. Cara ini dilaku- maupun keuangan dilakukan dengan sangat
kan dengan mencari nilai NPV positif dengan sederhana dan belum mampu menunjukkan
menurunkan nilai discount factor, dan mencari cashflow perusahan.
nilai NPV negatif dengan menaikkan nilai dis- 2) Tenaga kerja yang dibutuhkan oleh indus-
count factor. Dengan metode ini maka nilai dis- tri tersebut adalah tenaga kerja terampil dan
count factor yang digunakan adalah 50% dan tidak terampil. Kebutuhan tenaga kerja dipe-
55%. nuhi dari masyarakat sekitar.
Dari perhitungan diketahui bahwa nilai 3) Upah tenaga kerja lebih rendah jika diband-
IRR sebesar 54,98% yang lebih besar jika dib- ingkan dengan UMK Kabupaten Trenggalek
andingkan nilai bunga pinjaman. Hal ini menun- tahun 2016 sebesar Rp. 1.283.000,-, upah
jukkan bahwa tingkat pengembalian yang di- harian tenaga kerja di Anis Jaya sebesar Rp.
hasilkan dari investasi pada pengembangan 20.000,- dengan jumlah tenaga kerja 15 orang
agroindustri tepung tapioka Anis Jaya lebih besar per produksi.
jika dibandingkan dengan tingkat pengembalian 4) Upah tenaga kerja yang rendah merupakan
investasi yang dilakukan pada KUD setempat. salah satu faktor yang menguntungkan bagi
4) Payback Period industri karena dapat menekan biaya total
Analisis payback period (PBP) dilakukan produksi, sehingga memberikan pendapatan
untuk mengetahui jangka waktu pengembalian yang lebih tinggi.
investasi, yang dihitung dari arus penerimaan 5) Pemilik usaha Anis Jaya tidak memperguna-
bersih yang telah di-discount factor. Pada anali- kan modal dari lembaga perbankan maupun
sis PBP usaha agroindustri tepung tapioka Anis lembaga keuangan lainnya penilaian manaje-
Jaya menunjukkan angka 0,66 atau kurang dari 1 men bahwa kapasitas produksi belum men-
tahun. Angka tersebut diperoleh karena investa- datangkan keuntungan yang dapat diperguna-
si yang digunakan dalam usaha agroindustri ini kan untuk membayar bunga pinjaman.
rendah, hanya sebesar Rp. 16.200.000 jika dib- 6) Ketidakmampuan dan keengganan pemilik
andingkan dengan kas masuk bersih. Berdasar- agroindustri tepung tapioka Anis Jaya untuk
kan kriteria investasi maka usaha ini layak untuk mengadopsi teknologi modern.
dilanjutkan. 7) Infrastruktur jalan cukup memadai bagi

54 JSEP Vol 10 No. 2 Juli 2017


pengembangan usaha tepung tapioka di Ke- untuk mengembangkan usaha. Upaya yang
camatan Pogalan karena akses jalan yang dilakukan hanya untuk bertahan walaupun
lebar bagi truk pengangkut hasil produksi permintaan pasar terus mengalami penurun-
tepung tapioka. an.
8) Tersedianya kesempatan bagi UMKM (Usa- 2) Pemasaran produk dilakukan melalui peda-
ha Mikro Kecil dan Menengah) untuk men- gang pengumpul yang ada di Kecamatan Po-
gajukan pinjaman modal melalui perbankan galan maupun pedagang pengumpul dari luar
dengan bunga pinjaman yang ringan. Seh- Kecamatan Pogalan.
ingga ini merupakan peluang yang baik bagi 3) Penentu harga adalah pedagang pengumpul,
UMKM untuk mengembangkan usahanya. bukan produsen tepung tapioka.
Kondisi Permintaan Pasar. Permintaan pasar 4) Persaingan usaha justru datang dari perusa-
mengacu pada tersedianya pasar domestik yang haan yang ada di Lampung dan Pati. Perusa-
siap berperan sebagai penggerak dalam meng- haan-perusahaan tersebut
hasilkan daya saing. Kondisi permintaan pada 5) menawarkan tepung tapioka dengan harga
industri tepung tapioka Anis Jaya adalah sebagai lebih murah dibandingkan tepung tapioka
berikut: produksi Kecamatan Pogalan.
1) Permintaan pasar mengalami penurunan yang Untuk menentukan strategi pengemban-
menyebabkan penurunan jumlah produksi. gan yang sesuai, maka hasil survey berdasarkan
2) Penurunan permintaan pasar disebabkan ka- faktor Porter’s Diamond perlu dipetakan per-
rena dibukanya kran impor tepung tapioka masalahan yang dihadapi Anis Jaya berdasarkan
yang menyebabkan industri pakan ternak dua aspek, yaitu aspek internal dan aspek ekster-
(pasar terbesar dari Anis Jaya) mengalihkan nal. Deskripsi ringkas hasil survey tentang dua
pembeliannya dari Anis Jaya. aspek tersebut seperti disajikan pada Tabel 5.
Secara umum, daya saing yang dimiliki
Industri Terkait dan Industri Pendukung. oleh sentra tepung tapioka Kecamatan Pogalan
Tersedianya serangkaian industri pendukung khususnya Anis Jaya masih rendah. Daya saing
dan adanya kekuatan tawar pada industri pen- produk masih rendah yang dibuktikan oleh mu-
dukung dapat meningkatkan daya saing industri dahnya pasar beralih dari tepung tapioka pro-
tepung tapioka Anis Jaya. Adapun kondisi in- duksi Kecamatan Pogalan pada tepung tapioka
dustri terkait dan industri pendukung Anis Jaya produksi daerah lain. Kapasitas produksi yang
adalah sebagai berikut: rendah disebabkan oleh penggunaan teknologi
1) Kabupaten Trenggalek, Kabupaten Tulun- proses yang masih tradisional, sehingga jika ada
gagung, dan Kabupaten Kediri merupakan permintaan pasar yang besar industri tidak mam-
daerah-daerah penghasil kerupuk dan alen- pu memenuhi.
alen (makanan khas daerah) yang mengguna- Untuk meningkatkan daya saing tersebut,
kan bahan baku tepung tapioka. diperlukan kajian lebih lanjut mengenai faktor
2) Pedagang pengepul tepung tapioka merupa- produksi yang dapat dioptimalkan guna mene-
kan perantara bagi Anis Jaya dan industri pa- kan biaya produksi dan meningkatkan produk-
kan ternak maupun industri pengemas tepung tivitas. Karena tingginya biaya produksi yang
tapioka. ditanggung oleh industri Anis Jaya menyebab-
3) Keterbatasan kemampuan produsen untuk kan harga produk lebih mahal jika dibandingkan
mengetahui industri pendukung maupun in- dengan tepung tapioka produksi sentra produk-
dustri pengguna si tepung tapioka di Lampung dan Pati. Upaya
4) Permintaan industri pengguna secara penggantian teknologi telah dilakukan oleh
langsung kepada produsen sulit untuk dipe- pemerintah, namun sayangnya teknologi yang
nuhi sebagai akibat terbatasnya kapasitas diberikan tidak sesuai dengan kebutuhan indus-
produksi tri Anis Jaya, sehingga bantuan tersebut tidak
Kondisi Strategi Usaha, Struktur Usaha, dan termanfaatkan.
Persaingan. Faktor ini mengacu pada kemamp- Peningkatan daya saing dapat dilakukan
uan usaha atau industri untuk menyusun strategi dengan melakukan efisiensi pada kegiatan pro-
bisnis dan menjalankan strategi tersebut dalam duksi tepung tapioka dengan penambahan mod-
struktur usaha yang jelas. Strategi bisnis yang al, peningkatan kualitas produk dan layanan, op-
tepat dapat memberikan dampak positif bagi timalisasi kinerja tenaga kerja, serta pengelolaan
peningkatan daya saing perusahaan terhadap persediaan bahan baku dan bahan penolong (Hi-
persaingan bisnis. Kondisi strategi usaha, struk- dayat, 2012). Menurut Susilo (2010), UMKM
tur usaha, dan persaingan pada Anis Jaya adalah dapat maju dan berkembang jika kelompok usa-
sebagai berikut: ha ini dipandang dan ditanggapi sebagai kelom-
1) Anis Jaya belum menerapkan strategi bisnis pok bisnis murni. Namun demikian, dukungan

JSEP Vol 10 No. 2 Juli 2017 55


Tabel 5. Permasalahan Internal dan Eksternal Industri Tepung Tapioka Anis Jaya
No Aspek Internal Aspek Eksternal
1 Kondisi Sumber Daya Manusia (Pemilik Pesaing telah menggunakan manajemen mod-
Usaha) belum memiliki kapabilitas untuk ern dalam pemasaran, keuangan perusahaan,
menjalankan manajemen modern (pemasa- dan kegiatan operasional produksi
ran, keuangan perusahaan, kegiatan opera-
sional produksi)
2 Keterbatasan modal yang dimiliki pemilik Kondisi ekonomi yang kurang stabil sehingga
usaha untuk meningkatkan produktivitas mempengaruhi harga bahan baku dan harga
produksi produk
3 Keterbatasan kapasitas produksi yang men- Membanjirnya tepung tapioka produksi sentra
gakibatkan permintaan pasar tidak dapat tepung tapioka daerah lain dan dari China
terpenuhi
4 Tingginya biaya produksi sebagai akibat Produk sejenis dari sentra tepung tapioka daer-
dari inefisiensi alat dan mesin yang diguna- ah lain (Lampung dan Pati) menawarkan harga
kan dalam proses produksi berdampak pada yang lebih rendah
harga jual yang tinggi
5 Lemahnya keterkaitan antara Anis Jaya Lemahnya kontribusi pemerintah dan aktor
dengan industri pendukung lain di sepanjang rantai pasok
6 Keterbatasan penggunaan teknologi proses Ketidaksesuaian antara bantuan teknologi dari
pemerintah dengan kebutuhan industri
7 Kurangnya kemampuan untuk memenuhi Produk sejenis dengan mutu baik mudah
spesifikasi mutu yang diharapkan konsu- ditemukan di pasar
men
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2016

stakeholders diperlukan untuk melakukan produk, pengembangan ketrampilan pekerja dan


pengembangan UMKM. Dukungan tersebut di- pemilik, serta pengembangan teknologi proses.
harapkan datang dari asosiasi pengusaha, CSR,
perguruan tinggi, dinas/instansi terkait di ling- DAFTAR PUSTAKA
kungan kota/kabupaten/provinsi (Hamid dan Amilia, W. 2015. Agrocraft as a Creative Econ-
Susilo, 2011). Pilihan pemilik Anis Jaya untuk omy Development: Woven Bamboo. Pro-
menerapkan strategi bertahan dan memelihara siding Seminar International. KNE Pub-
dapat dilakukan dengan menerapkan beberapa lishing.
teknik yaitu dengan mengembangkan dan meng-
hasilkan produk yang berkualitas, mengadop- Giatman, M. 2006. Ekonomi Teknik. Edisi Perta-
si teknologi proses yang sesuai, menghasilkan ma. Rajagrafindo. Jakarta.
produk yang sesuai dengan keinginan pasar, dan
pengembangan tenaga kerja untuk meningkatkan Hamid, E.S. dan Susilo, Y.S. 2011. Strategi
ketrampilan tenaga kerja sehingga tenaga kerja Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan
dapat menjalankan pekerjaan secara efisien. Menengah di Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta.Jurnal Ekonomi Pembangu-
KESIMPULAN nan, 12(1):45-55.
Industri tepung tapioka Anis Jaya masih
layak untuk dijalankan karena perhitungan Net Hidayat, A.H. 2012. Efisiensi Produksi kain Ba-
Present Value menghasilkan nilai sebesar Rp. tik Cap. Jurnal Ekonomi Pembangunan,
88.690.571,74 (NPV > 1), Net Benefit-Cost Ra- 13(1): 79-95.
tio > 1 yaitu sebesar 2,82, nilai Internal Rate
of Return sebesar 54,98% dan Payback Peri- Khotimah, H. dan Sutiono. 2014. Analisis Ke-
od kurang dari 1 tahun. Berdasarkan Porter’s layakan Finansial Usahatani Budidaya
Diamond diketahui bahwa industri Anis Jaya Bambu. Jurnal Ilmu Kehutanan, 8(1):
masih memiliki berbagai kelemahan yang ter-
kait dengan sumber daya manusia, industri ter- Kokonya, S.N. 2014. An Application of Porter’s
kait, permintaan pasar dan strategi usaha. Untuk Diamond Model Within Deposit – Taking
mengembangkan Anis Jaya, diperlukan upaya Microfinance Institutions in Kenya. Re-
untuk meningkatkan kualitas dan kapasitas search Report. Business Administration,

56 JSEP Vol 10 No. 2 Juli 2017


School of Business University of Kenya.
Kenya. http://erepository.uonbi.ac.ke. Di-
akses tanggal 10 Februari 2017.

Nuraini, F., Maharani, R,.Andrianto. 2016.


Strategi Peningkatan Daya Saing UMKM
dan Koperasi Dalam Menghadapi AEC
(Asean Economic Community): Suatu
Telaah Kepustakaan. Prosiding Seminar
Nasional Ekonomi dan Bisnis. Universitas
Muhammadiyah Sidoarjo.

Rokhani dan Suryaningrat, I.B. 2016. Perbai-


kan Hubungan Industrial Untuk Stabilitas
Daya Tawar Petani Ubikayu. Laporan Pe-
nelitian. Universitas Jember. Jember.

Soekartawi, 2002. Analisis Usahatani. Universi-


tas Indonesia Press. Jakarta.

Suhartini dan Yuliawati, E. 2014. Analisis Val-


ue Chain Untuk Peningkatan Daya Saing
Produk Batik. Prosiding Seminar Nasion-
al Manajemen Teknologi XXI. Program
Studi Magister Manajemen Teknologi –
ITS.

Susilo, Y.S. 2010. Strategi Meningkatkan Daya


Saing UMKM Dalam Menghadapi Imple-
mentasi Cafta dan MEA. Journal Buletin
Ekonomi, 8(2): 70-80.

Swastawati, F. 2011. Studi Kelayakan dan


Efisiensi Usaha Pengasapan Ikan dengan
Asap cair Limbah Pertanian. Jurnal Di-
namika Ekonomi Pembangunan, 1(1): 18-
24.

JSEP Vol 10 No. 2 Juli 2017 57

You might also like