You are on page 1of 16

ANALISIS FINANSIAL USAHATANI JAMBU BIJI DI KOTA

PEKANBARU PROVINSI RIAU

GUAVA FARM FINANCIAL ANALYSIS IN PEKANBARU CITY RIAU


PROVINCE

Satria Ahmad Negara1, Jum’atri Yusri2, Novia Dewi2


Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Riau
Jln. HR. Soebrantas KM 12,5 Simpang Baru, Pekanbaru 28294
Email: satria1991@ymail.com

ABSTRACT

The purpose of this research to know whether guava farm is worthy for
being business in Pekanbaru , to know how long time return of capital who used
while to know whether guava farm in Pekanbaru still worthy for being business if
there are changes in benefits and costs. Location of the research is purposive in
Rumbai and Marpoyan Damai. Data used on this research are Secondary and
primary. Primary data obtained from interviews with farmers in region guava
Pekanbaru to get technical coefficient data, secondary data obtained from relevant
agencies. Analysis data method was used financial analysis and sensitivity
analysis. The result showed of the guava farm for acres 0,6 Ha NPV is Rp .
718.515.947, 0.4 Ha NPV is Rp. 593.990.733. and 0,3 Ha NPV is Rp.
487.614.520. Net B/C 0,6 Ha is 6,49, Net B/C 0,4 Ha is 6,66. Net B/C 0, 3 Ha is
6,62. NPV value and Net B/C obtained more than 1. IRR value for the acres 0, 6
Ha is 37,4%, IRR 0, 4 Ha is 36,7%, IRR 0, 3 Ha is 35,5% this value bigger than
Discount Factor that used 12%. Value of the payback period obtained for acres
0,6 Ha is 3 years 10,5 months, 0,4 Ha is 4 years 2,9 months , 0,3 Ha is 4 years 7
months . Sensitivity analysis by lowering 10% of output prices, production and
increasing input prices of the guava was categorized as “feasible” because NPV,
Net B / C, IRR are worth positive.

Keywords: Feasibility, Investment Criteria Analysis, Sensitivity Analysis

PENDAHULUAN produksi dan pengembangan


Pertanian merupakan sektor tanaman holtikultura khususnya pada
yang penting dalam perekonomian buah–buahan.Salah satu jenis
nasional, karena sektor ini tanaman buah yang diusahakan oleh
memberikan peran yang sangat besar para petani di Indonesia adalah
terhadap PDB dengan jumlah jambu biji (Psidium guajava L).
persentase sebesar 15,01%. Oleh Disamping dikonsumsi dalam bentuk
karena itu pembangunan disektor buah segar, jenis buah ini juga bisa
pertanian dapat meningkatkan digunakan sebagai bahan baku
perekonomian Indonesia. Salah satu pembuatan jus, bubur buah,
upaya yang dilakukan untuk minuman sari buah (seperti
meningkatkan kontribusi sektor buahvita) dan lain-lain. Produksi
pertanian ialah usaha peningkatan jambu biji di Kota Pekanbaru terus
1.
Mahasiswa Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Riau
2.
Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Riau

Jom Faperta Vol 2 No 1 Feruari 2015


menunjukkan peningkatan seiring Analisis Data
dengan meningkatnya permintaan Analisis kelayakan finansial
pasar. Usaha jambu biji di Kota menggunakan perhitungan kriteria
Pekanbaru pada saat ini baru ada di investasi yang terdiri dari : net
Kecamatan Rumbai dan Marpoyan present value, net benefit cost ratio,
Damai dengan luas tanaman yang internal rate of return, payback
relatif kecil dan merupakan sumber period. Perhitungan dilakukan
penghasilan tumuhan. Penelitian ini selama satu priode produksi yaitu 25
bertujuan untuk mengetahui tahun. Koefisien teknis usahatani
kelayakan usahatani jamu biji secara jambu biji berupa jumlah kebutuhan
finansial dan melakukan analisis input dan tingkat produksi
sensitivitas terhadap perubahan menggunakan data inpiris dan studi
tingkat produksi, input, harga output. literatur. Perkiraan harga – harga
input dan output menggunakan
METODE PENELITIAN pendekatan analisis trend dan tingkat
Penelitian ini dilakukan di inflasi.
Kecamatan Rumbai dan Marpoyan a. Net Present Value (NPV).
Damai Kota Pekanbaru Provinsi Net Present Value (NPV)
Riau.Penentuan daerah penelitian formula untuk net present value
dilakukan secara purposive adalah sebagai berikut :
(sengaja) dengan pertimbangan (Ibrahim,2009)
bahwa Rumbai dan Marpoyan damai
merupakan salah satu tempat
pengembangan tanaman jambu biji
di daerah Pekanbaru. Penelitian ini
di lakukan pada bulan April 2014.
Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam dimana :
penelitian meliputi data primer dan Bt = Benefit yang telah
data skunder. Data primer didiscount factor
didapatkan dari pengamatan dan Ct = Cost yang telah didiscount
wawancara dengan pihak yang factor
terlibat langsung dalam n = Umur ekonomis
pengembangan usaha tani jambu i = Tingkat discont rate (bunga)
biji. Data sekunder diperoleh dari t = Tahun
Dinas Tanaman Pangan dan Apabila :
Holtikultura Provinsi Riau, Badan NPV > 0, usaha jambu biji feasible
Pusat Statistik dan hasil penelitian (go) untuk dilaksanakan,
terdahulu. Responden pada NPV < 0, usaha jambu biji tidak
penelitian ini adalah petani jambu layak untuk dilaksanakan,
biji di Kota Pekanbaru. Penentuan NPV = 0, usaha jambu biji berada
sampel pada penelitian ini dengan dalam keadaan break even point
metode Purposive sampling dengan
kriteria bahwa sampel merupakan
petani jambu biji yang telah
melakukan budidaya jambu biji
secara komersil di Kota Pekanbaru.

Jom Faperta Vol 2 No 1 Feruari 2015


b. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) IRR = SOCC, usaha jambu biji
berada dalam keadaan break even
point
IRR < SOCC, usaha jambu biji
karet tidak layak untuk dilaksanakan
d. Payback Period
Formula untuk mencari Payback
dimana: Period dirumuskan sebagai berikut:
Bt = Benefit yang telah
didiscount factor
Keterangan :
Ct = Cost yang telah didiscount n = Tahun terakhir dimana
factor. jumlah arus kas masih belum
n = Umur ekonomis. bisa menutup investasi mula-
i = Tingkat discont rate (bunga) mula
t = Tahun a = Jumlah investasi mula-mula
Apabila : b = Jumlah kumulatif arus kas
Net B/C > 1, usaha jambu biji pada tahun ke – n
feasible (go) untuk dilaksanakan c = Jumlah kumulatif arus kas
Net B/C = 1, usaha jambu biji berada pada tahun ke n + 1
dalam keadaan break even point Periode pengembalian lebih cepat :
Net B/C < 1, usaha jambu biji tidak layak
layak untuk dilaksanakan Periode pengembalian lebih lama :
c. Internal Rate of Return (IRR) tidak layak
Internal Rate of Return e. Analisis Sensitivitas
adalah suatu kriteria investasi Analisis sensitivitas bertujuan
yang digunakan untuk mengetahui untuk menganalisis kriteria investasi
persentase keuntungan kegiatan kembali, apabila terjadi peruahan
usaha setiap tahun. IRR juga pada kondisi perekonomian seperti
merupakan alat ukur kemampuan penurunan harga output dan
kegiatan usaha dalam kenaikan harga input.
mengembalikan bunga pinjaman. Analisis sensitivitas dilakukan
Formula untuk mencari IRR dapat dengan cara menurunkan NPV
dirumuskan sebagai berikut : menjadi 0 (nol), hal ini bertujuan
untuk melihat pengaruh perubahan
salah satu faktor produksi yang
mungkin terjadi selama proses
dimana : produksi. Analisis sensitifitas
i1 = tingkat bunga yang dilakukan bila terjadi kenaikan biaya
menghasilkan NPV positif sarana produksi, penurunan harga
i2 = tingkat bunga yang jual dan penurunan produksi pada
menghasilkan NPV negatif usaha tani Jambu biji.
NPV positif – NPV negatif =
merupakan selisih antara NPV
tertinggi dengan terendah.
Apabila :
IRR > SOCC, usaha jambu biji
feasible (go) untuk dilaksanakan

Jom Faperta Vol 2 No 1 Feruari 2015


HASIL DAN PEMBAHASAN April dan September s/d Desember.
Deskripsi Umum Daerah Musim Kemarau jatuh pada bulan
Penelitian Mei s/d Agustus. Kelembapan
Geografis dan Topografi Wilayah maksimum antara 96% - 100%.
Kelembapan minimum antara 46% -
Kota Pekanbaru terletak 62%.
antara 101°14' - 101°34' Bujur Kependudukan
Timur dan 0°25' - 0°45' Lintang Kota Pekanbaru 2011, Kota
Utara. Ketinggian dari permukaan Pekanbaru dihuni oleh 477,151
laut berkisar 5 - 50 meter. orang laki-laki dan 460,788 orang
Permukaan wilayah bagian utara perempuan. Sedangkan jumlah yang
landai dan bergelombang dengan bergerak dibidang pertanian yaitu
ketinggian berkisar antara 5 - 11 sebesar 18,062 orang (2%) (Kota
meter. Berdasarkan Peraturan Pekanbaru, 2011). Berdasarkan data
Pemerintah No. 19 Tahun 1987 dari Pemerintah Kota Pekanbaru
Tanggal 7 September 1987 Daerah dalam monografi Kota Pekanbaru
Kota Pekanbaru diperluas dari ± menunjukkan bahwa penduduk yang
62,96 Km² menjadi ± 446,50 Km², tergolong kedalam tenaga kerja atau
terdiri dari 8 Kecamatan dan 45 usia produktif terdapat 348,107
Kelurahan/Desa. Dari hasil orang (37.1%) ( dapat dilihat pada
pengukuran/pematokan di lapangan Tabel 1 ).
oleh BPN Tk. I Riau maka Tabel 1 . Jumlah penduduk
ditetapkan luas wilayah Kota menurut golongan usia di Kota
Pekanbaru adalah 632,26 Pekanbaru
Km².Dengan meningkatnya kegiatan Jenis kelamin

pembangunan menyebabkan No Rentang usia laki - laki Perempuan jumlh %

meningkatnya kegiatan penduduk 1 0-14 234,606 329,166 563,772 60.10753


disegala bidang yang pada akhirnya 2 15-55 223,086 125,021 348,107 37.11403
meningkatkan pula tuntutan dan 19,459 6,601
3 56+ 26,060 2.778432
kebutuhan masyarakat terhadap
Jumlah 477,151 460,788 937,939 100
penyediaan fasilitas dan utilitas
perkotaan serta kebutuhan Lainnya. Sumber: Data olahan
Untuk lebih terciptanya tertib
Tingkat Pendidikan
pemerintahan dan pembinaan
Terciptanya sumber daya
wilayah yang cukup luas, maka
manusia yang berkualitas merupakan
dibentuklan Kecamatan Baru dengan
sasaran dari pembangunan
Perda Kota Pekanbaru No. 4 Tahun
pendidikan. Dalam pergerakan
2003 menjadi 12 Kecamatan dan
Kelurahan/Desa baru dengan Perda perekonomian suatu wilayah, tingkat
tahun 2003 menjadi 58 pendidikan penduduk merupakan
Kelurahan/Desa. suatu faktor penunjang. Faktor
Pekanbaru pada umumnya penunjang tersebut akan
beriklim tropis dengan suhu udara mempengaruhi daya pikir dalam
maksimum berkisar antara 34,1ºC- mengadopsi teknologi, terutama
35,6ºC dan suhu minimum antara dalam sektor pertanian, selain itu
20,2ºC - 23,0ºC. Curah hujan antara kualitas sumberdaya manusia juga
38,6 - 435,0 mm/tahun. Musim dipengaruhi oleh tingkat pendidikan
hujan jatuh pada bulan Januari s/d seseorang (Adnan dalam Fatur,
2011).

Jom Faperta Vol 2 No 1 Feruari 2015


Tabel 3 .Penggunaan tanah di
Tabel 2 . Penduduk menurut Kota Pekanbaru 2009
pendidikan di Kota Pekanbaru No Jenis penggunaan tanah luas(ha) %

No Tingkat pendidikan %
A. Lahan Terbagun
Tidak Sekolah Kawasan Perumahan 10914.44 17.26
1 12.56 1
Tamat SD Kawasan Pemerintahan 100.23 0.16
2 15.38 2
Tamat SLTP Kawasan Pendidikan 282.3 0.45
3 19.57 3
Tamat SLTA Kawasan Perdagangan 666.07 1.05
4 39.83 4
Tamat Akademi Kawasan Industry 1794.94 2.84
5 4.56 5
Tamat Perguruan Tinggi Militer 134.93 0.21
6 8.1 6

Jumlah 100 Bandara 276 0.44


7
Sumber : Monografi Kota Pekanbaru Lain-lain 723.07 1.14
8
Tabel 2 menunjukkan tingkat Jumlah 14891.98 23.55
pendidikan masyarakat di Kota B. Lahan Tidak Terbagun
Pekanbaru cukup tinggi, ini ditandai Kawasan Lindung 2605.75 4.12
1
banyak masyarakat yang Kawasan Perkebunan 18372.33 29.06
2
berpendidikan SD keatas. Namun
Kawasan Semak Belukar 24733.49 39.12
demikian masih perlu adanya 3
Hutan 2622.45 4.15
peranan dari pemerintah daerah 4
Jumlah 76.45
48334.02
dalam meningkatkan pengetahuan Total 63226 100.00

masyarakat dengan diadakannya Sumber: Monografi Kota Pekanbaru 2012


pendidikan-pendidikan non formal.
Tabel 3 menunjukkan
Penggunaan Lahan pemanfaatan penggunaan lahan yang
Luas lahan terbangun (built- ada di Kota Pekanbaru belumlah
up areas) sekitar 24% dari luas optimal. Sebagian besar lahan masih
wilayah kota dan dimanfaatkan merupakan semak belukar yang
sebagai kawasan perumahan (sekitar tidak produktif. Luas lahan yang
73% dari luas areal terbangun), pusat belum dimanfaatkan sebesar
pemerintahan, pendidikan, 27355.94 Ha atau sekitar 43.27 %
perdagangan, industri, militer, dari luas tanah. Penggunaan tanah
bandara, dan lain-lain. Areal belum untuk pertanian masih cukup
terbangun (non-built up areas) sedikit, yaitu sekitar 29.06%.
adalah sekitar 76% dari luas wilayah Identitas Sampel
kota saat ini yang merupakan Identitas sampel yang
kawasan lindung, perkebunan, dimaksud dalam penelitian ini
semak belukar, dan hutan. Areal ini adalah umur petani, tingkat
sebagian besar terdapat di wilayah pendidikan, jumlah tanggungan
utara Kecamatan Rumbai dan keluarga dan pengalaman
Rumbai Pesisir. berusahatani.
Umur Petani Sampel
Menurut Adnan dalam Fatur
(2011), umur mempengaruhi

Jom Faperta Vol 2 No 1 Feruari 2015


produktifitas, daya ingat, pla pikir terhadap keberhasilan usahatani.
dalam menerima inovasi, serta Petani denga tingkat pendidikan
keberanian dalam mengambil resiko. yang baik akan memiliki pola pikir
Oleh karena itu umur sangat
yang berbeda dari petani yang
menentukan dalam pencapaian
keberhasilan usaha. Berdasarkan kurang berpendidikan, baik dalam
hasil penelitian diketahui umur hal cara kerja, adopsi inovasi serta
petani jambu biji Kota Pekanbaru perlakuan terhadap tanaman.
berkisar antara 35 tahun sampai Distribusi tingkat pendidikan petani
dengan 74 tahun. dapat dilihat pada Tabel 5 .
Tabel 4. Distribusi golongan usia Tabel 5. Distribusi tingkat
petani jambu biji
pendidikan petani jambu biji
No Golongan Usia Frekwensi Persentase (%) N Lama Pendidikan Jumlah Persentase
0 (tahun) (jiwa) (%)
1 35-44 4 66.67
1 Perguruan tinggi 1 16.67

2 45-54 2 33.33 2 Tamat SLTA 3 50.00

3 Tamat SLTP 2 33.33


Jumlah 6 100.00
4 SD 0 0
Sumber : Data olahan Jumlah 6 100.00
Berdasarkan distribusi usia, Sumber : Data olahan
semua responden berada pada Tabel 5 menjelaskan bahwa
kelompok usia produktif . Jumlah responden yang memiliki jenjang
responden berdasarkan kelompok pendidikan sekolah lanjutan tingkat
usia tersebut terdiri dari 4 responden atas (SLTA) seanyak 50% dari total
responden dan tamatan perguruan
(66,67%) berada pada kelompok usia
tinggi haya sebesar 16,67%
35-44 tahun dan 2 responden pendidikan SLTP sebanyak 2 jiwa
(33,33%) berada pada kelompok usia atau 33,33%, ini menunjukkan
45-54 tahun. bahwa masih adanya tingkat
Menurut Soekirno dalam pendidikan petani sampel yang
Fatur (2011), usia produktif berkisar relatif rendah. Hal ini akan
berpengaruh terhadap pola pikir dan
antara umur 15-54 tahun, jadi petani
cepat lambatnya petani sampel
sampel yang tergolong dalam usia dalam mengadopsi suatu teknologi
produktif yaitu berjumlah 100 %. atau inovasi yang baru. Menurut
Sampel yang tergolong usia Hernanto dalam Fatur (2011), ada
produktif memiliki potensi, baik dari beberapa cara yang dapat diterapkan
segi fisik maupun mental untuk guna mengatasi rendahnya tingkat
mengusahakan kegiatan pendidikan formal yang ada pada
petani, diantaranya yaitu,
usahataninya.
meningkatkan peran pembinaan
Tingkat Pendidikan melalui penyuluhan, pelatihan dan
Tingkat pendidikan petani kursus, karena cara tersebut
akan mempengaruhi kemampuan merupakan pendidikan non formal
dalam sikap dan perilaku dalam yang dapat diikuti oleh petani dan
berusahatani jambu biji. Menurut keluarganya.
Adnan dalam Fatur (2004),
pendidikan sangat berpengaruh

Jom Faperta Vol 2 No 1 Feruari 2015


Pengalaman Berusahatani Jambu Tabel 7. Distribusi jumlah
Biji tanggungan keluarga petani
Pengalaman berusahatani merupakan jambu biji
salah satu indikator penentu No Jumlah tanggungan Jumlah (jiwa) Persentase (%)

keberhasilan. Semakin lama petani


1 0–2 4 66.67
menjalankan usahanya, maka akan
berpengaruh terhadap perilaku petani 2 3 sd 5 2 33.33

dalam menjalankan usahanya dan


Jumlah 6 100.00
lebih matang dalam pengambilan
keputusan (Adnan dalam Fatur, Sumber :Data olahan
2004). Pengalaman berusahatani Tabel 7 menjelaskan bahwa
petani sampel dapat dilihat pada jumlah tanggungan keluarga terbesar
Tabel 6 . berada pada kelompok 0 – 2 yaitu
Tabel 6. Distribusi tingkat sebesar 4 jiwa atau 66.67%. secara
pengalaman berusahatani
N Pengalaman Berusahatani Jumlah Persentase
umum, data ini menunjukkan bahwa
o (tahun) (jiwa) (%)
jumlah tanggungan keluarga yang
1 1 sd 5 3 50.00
dimiliki petani sampel masih relatif
2 6 sd 11 2 33.33 kecil. Selain berpengaruh terhadap
3 12 sd 17 1 16.67
kebutuhan pokok dan beban
ekonomi keluarga, jumlah anggota
Jumlah 6 100.00
keluarga turut mempengaruhi
Sumber : Data olahan seseorang dalam mengelola suatu
Pengalaman petani sampel dalam
usahatani, terutama sebagai sumber
berusaha tani jambu biji bervariasi,
pengalaman petani yang berada pada tenaga kerja bagi anggota rumah
kelompok tahun 1 - 5 tahun tangga yang berumur produktif.
sebanyak 3 jiwa atau 50%, Semakin besar anggota rumah
kelompok 6-11 tahun sebanyak 2 tangga yang berada di usia produktif
jiwa atau 33,33% dan kelompok 12 – maka makin besar pula jumlah
17 tahun sebanyak 1 jiwa atau anggota rumah tangga yang dapat
16,67%.
ikut bekerja untuk menghasilkan
Jumlah Tanggungan Keluarga
Banyaknya anggota keluarga pendapatan. Sebaliknya bila
akan berpengaruh terhadap sebagian besar dari jumlah anggota
pendapatan dan pengeluaran rumah rumah tangga berada dalam usia
tangga petani sampel. Selanjutnya belum atau tidak produktif
besar pendapatan dan pengeluaran mengakibatkan beban tanggungan
akan mempengaruhi tingkat rumah tangga tersebut makin besar
kesejahteraan petani sampel. Tabel (Adnan dalam Fatur, 2011).
7. Luas Lahan
Menurut Adnan dalam Fatur
(2011), luas lahan untuk
meningkatkan pertanian ditentukan
oleh ketersediaan sumberdaya tanah
dan beberapa struktur lainnya,

Jom Faperta Vol 2 No 1 Feruari 2015


seperti ukuran lahan, tingkat bayak masuk kategori golongan
kesuburan tanah, macam petani kecil.
penggunaan serta faktor-faktor Analisis Finansial
Asumsi Analisis Finansial
lainnya yang menunjang untuk
Analisis aspek finansial
meningkatkan hasil pertanian. Hal digunakan untuk membandingkan
yang terpenting dalam usahatani antara biaya dan manfaat untuk
merupakan pemililkan lahan menentukan apakah suatu proyek
pertanian. Dalam usahatani, Semakin akan menguntungkan selama umur
sempit lahan usaha maka semakin proyek tersebut. Analisis ini
tidak efisien usahatani yang dituangkan dalam bentuk arus kas
(cash flow) yang disusun untuk
dilakukan, kecuali jika suatu usaha
menunjukkan perubahan kas selama
dijalankan dengan tertib dan satu periode tertentu. Dari arus kas
menggunakan administrasi yang baik tersebut dapat diketahui hasil
serta penggunaan teknologi yang kelayakan usaha pengolahan jambu
tepat. Untuk melihat luas lahan biji berdasarkan empat kriteria yaitu
petani sampel, dapat dilihat pada NPV, IRR, Net B/C, dan Payback
Tabel 8. Periode.
Analisis aspek finansial
Tabel 8. Luas lahan kebun jambu diawali dengan menetapkan berbagai
biji
asumsi yang berhubungan dengan
No Luas Lahan Jumlah (jiwa) Persentase (%)
rencana usaha. Asumsi-asumsi yang
1 0.3 4 66.67 digunakan dalam analisis ini
diantaranya adalah:
2 0.4 1 16.67
1. Umur usaha adalah 25 tahun,
3 0.6 1 16.67 didasarkan oleh umur jambu biji
Jumlah 6 100.00
30 tahun dengan asumsi 25 tahun
merupakan umur produktif dari
Sumber : Data olahan
jambu biji.
Menurut Rahardjo dalam
Amin (2012) berdasarkan luas tanah 2. Perhitungan analisis finansial
dilakukan untuk tiga jenis luas
yang dimiliki, petani dapat
lahan, berdasarkan kondisi aktual
digolongkan menjadi enam, yaitu,
di lapangan yaitu 0,3 ha, 0,4 ha
golongan buruh tani (< 0,01 ha),
dan 0,6 ha.
golongan petani gurem (0,10 – 0,25
3. Biaya yang dikeluarkan dalam
ha), golongan petani kecil (0,25 –
usahatani jambu biji terdiri dari
0,5 ha), golongan petani sedang (0,5
biaya invesatasi dan biaya
– 2,0 ha), golongan petani kaya (2,0
operasional. Biaya investasi
– 5,0 ha), golongan tuan tanah (> 5
biaya yang dikeluarkan pada
ha). Tabel 9 menjelaskan petani
tahun pertama atau sebelum
sampel yang terbanyak yaitu
berproduksi. Biaya operasional
golongan petani kecil dengan luas
lahan 0,3 Ha atau 66,67 % dan 0,4 biaya yang dikeluarkan setelah
Ha atau 16,67%, golongan petani jambu biji berproduksi hingga
sedang dengan luas lahan 0,6 Ha akhir produksi.
atau 16,67%. Dapat dilihat bahwa 4. Pemanenan jambu biji dalam
petani jambu biji dipekanbaru lebih satu tahun dilakukan sebanyak
22 kali, dari perhitungan sebagai

Jom Faperta Vol 2 No 1 Feruari 2015


berikut : masa berbuah jambu 9. Keutuhan input berupa
biji ada 2 kali dalam satu tahun. tenagakerja, pupuk dan pestisida
Pada bulan Agustus – Oktober baik pada masa TBM dan TM
merupakan masa puncak mengacu pada data empiris
produksi diman pemanenan petani sampel. Tabel 9.
jambu biji 1 kali dalam 1 minggu Tabel 9. Kebutuhan tenagakerja,
dan bulan Januari – Mei pupuk, pestisida untuk 0,3 ha, 0,4
pemanenan jambu biji dilakukan ha, 0,6 ha.
1 kali dalam 2 minggu. Bulan Jumlah
Satuan
0,3 0,4 0,6
November – Desember dan Juni Nama input Ha Ha Ha

– Juli merupakan masa Kebutuhan input TBM


1. Penanaman
berbunganya jambu biji. a. Bibit
2. Pemupukan TBM
137 94 63 Batang

5. Potensi buah jambu biji untuk a. Urea 50 50 50


gr/poho
n
tahun 1 sampai tahun 11 b. NPK 100 100 100
gr/poho
n
didapatkan melalui data empiris c. KCL 50 50 50
gr/poho
n
dari petani, potensi untuk tahun d. Kandang 50 50 50
Kg/poh
on
selanjutnya berdasarkan studi 3. Pembasmian gulma
a. Pestisida 3,6 2,8 2,6 Liter
literatur. 4. Tenaga kerja 4 4 4 HOK
a. Membersihkan lahan 14 10 8 HOK
6. Pada analisis finansial usahatani b. Pembuatan lubang tanam 10 8 6 HOK
jambu biji ini tingkat bunga c.
d.
Piringan
Pembumbunan
24
32
16
24
12
16
HOK
HOK
yang digunakan adalah tingkat e. Penyisipan 1 1 1 HOK
f. Penyiraman 77,14 51,4 51,4 HOK
bunga yang dikeluarkan oleh g. Pemupukan 8 8 4 HOK

social opportunity of capital Kebutuhan input TM


1. Pemupukan TM
(Tingkat bunga dimasyarakat) gr/poho
a. Urea 100 100 100 n
yaitu kredit investasi dengan gr/poho
b. NPK 200 200 200 n
tingkat bunga 12% per tahun. gr/poho
c. KCL 100 100 100 n
Tingkat bunga ini dipilih karena Kg/poh
d. Kandang 50 50 50 on
lebih dominan berlaku dihampir 2. Penanganan HPT
a. Pestisida
setiap kecamatan diseluruh Kota  Round up 3.6 2.8 2.6 Liter

Pekanbaru dibanding tingkat 
Regen
Lanent
6
6
4.3
4.3
3.6
3.6
Liter
Liter
bunga yang ditawarkan oleh  Curaccron 6 4.3 3.6 Liter
 Antrakol 6 4.3 3.6 Liter
bank-bank lainnya. 4. Pembungkusan
a. umur 9-17
7. Data harga jambu biji yang  Plastik 260 180 120 Kg
 Koran 260 180 120 Kg
digunakan yaitu data yang b. umur 2-6 dan 20 -25
 Plastik 160 110 90 Kg
didapat dari harga pasar untuk  Koran 160 110 90 Kg
5.Tenaga kerja
tahun 2006-2014 sedangkan a. Pemupukan 8 8 4 HOK
b. Penanganan HPT 28 28 28 HOK
untuk tahun 2015-2039 dicari c. Pembungkusan 20 20 16 HOK
d. Perempelan 8 6 4 HOK
dengan menggunakan metode
perkiraan analisis trend.
8. Kebutuhan plastik dan koran Alokasi Biaya
pada kegiatan pembungkusan Sebelum menjalankan usaha,
jambu biji pada tahun ke 7 – 18 penting bagi pengusaha untuk
berbeda dengan tahun ke 2 – 6 membuat perencanaan. Salah satu
dan tahun ke 19 – 25. Didasarkan perencanaan yang disusun
oleh produksi pada tahun ke 7 – pengusaha untuk menjalankan
18 lebih tinggi dibandingkan usahanya ialah dari segi penggunaan
dengan tahun lainnya. keuangan. Biaya yang dikeluarkan
dalam usaha jambu biji biaya
investasi dan biaya operasional.

Jom Faperta Vol 2 No 1 Feruari 2015


Biaya investasi merupakan biaya Biaya Operasional
yang di keluarkan oleh petani Biaya operasional
sebelum jambu biji berproduksi, merupakan biaya-biaya yang harus
biaya operasional merupakan biaya- dikeluarkan untuk segala keperluan
biaya yang harus dikeluarkan untuk usaha sejak awal berproduksi hingga
segala keperluan usaha sejak awal berakhirnya produksi. Seperti
berproduksi hingga berakhirnya pemupukan, pembasmian hama,
produksi. pembungkusan, perempelan,
Biaya Investasi pemanenan. Untuk melihat rincian
Biaya investasi merupakan biaya operasional jambu biji dapat
biaya-biaya yang dikeluarkan untuk lebih jelas dilihat pada penjelasan
pembukaan atau pendidirian suatu masing–masing kegiatan dalam
usaha sampai usaha tersebut biaya operasional.
menghasilkan. Pada penelitian ini Pemupukan Tanaman
biaya investasi terdiri dari biaya Menghasilkan ( TM )
pembelian tanah, pembagunan Untuk menjaga agar
gudang, pembelian peralatan, biaya kesuburan lahan tanaman jambu biji
opraional pemeliharaan pada periode tetap stabil perlu diberikan pupuk
tanaman belum menghasilkan secara berkala. Pada pemupukan
(TBM). Total biaya investasi jambu biji dosis yang diberikan
berturut – turut dengan luasan 0,3 untuk tanaman telah menghasilkan
ha, 0,4 ha, 0,6 ha sebagai berikut Rp. (TM) berbeda dengan tanaman
80.303.000, Rp. 97.625.000, Rp. belum menghasilkan (TBM) dimana
123.020.000. untuk tanaman menghasilkan
Biaya yang cukup besar di dosisnya sebayak 100 gr NPK, 100
keluarkan oleh pelaku usaha tani gr KCL, 100 gr Urea, untuk pupuk
pada biaya Investasi adalah biaya kandang dosis yang diberi sama
pembelian lahan. Untuk melihat dengan tanaman belum
rincian biaya investasi pada usaha menghasilkan.
tani jambu biji dapat dilihat pada Terdapat dua unit kegiatan
Tabel 9. yang terlibat pada kegiatan
pemupukan, diantaranya yaitu
Tabel 10. Biaya investasi pembelian pupuk dan upah
usahatani jambu biji tahun 2014 pemupukan. Pembelian pupuk pada
N Jenis biaya Biaya (Rp)/ Biaya (Rp)/ Biaya (Rp)/
o investasi 0,6 Ha 0,4 Ha 0,3 Ha tanaman menghasilkan (TM) untuk
1
Pembelian luasan 0,6 Ha Rp. 4.706.000, untuk
tanah 80,000,000 60,000,000 45,000,000
luasan 0,4 Ha Rp 3.258.000 dan
Pembangunan
2
gudang 20,000,000 20,000,000 20,000,000 untuk luasan 0,3 Ha Rp. 2.172.000
3
Kegiatan Alokasi tenaga kerja yang
penanaman 9,095,000 6,460,000 5,096,429
dibutuhkan untuk kegiatan
4 Pemupukan
3,563,000 2,479,000 1,666,000 pemupukan 0,6 Ha sebayak 8 HOK,
5 Penyiraman
5,400,000 3,600,000 3,600,000
luas lahan 0,4 sebanyak 5,71 HOK
Pembelian
dan luas lahan 0,3 Ha sebayak 4
6
peralatan 4,430,000 4,430,000 4,430,000 HOK.
7
Pembersihan
gulma 532,000 476,000 462,000
Penanganan Hama Penyakit
Tumbuhan
Total biaya Investasi
123,020,000 97,625,000 80,303,000 Guna menjaga kemungkinan
Sumber : Data olahan tumbuhnya penyakit atau hama yang

Jom Faperta Vol 2 No 1 Feruari 2015


ditimbulkan baik karena kondisi harapan agar muncul tajuk-tajuk
cuaca dan juga dari hewan-hewan baru sebagai tempat munculnya
perusak, maka perlu dilakukan bunga baru pada musim berikutnya
penyemprotan pestisida pada dengan hasil lebih meningkat atau
umumnya dengan Regen , setelah tetap stabil keberadaannya. Alokasi
bunga muncul (bakal buah) perlu tenaga kerja yang dibutuhkan untuk
disemprot dengan Curakron dan kegiatan pemangkasan 0,6 Ha
Lanent terutama untuk sebanyak 8 HOK, luas lahan 0,4
menghindarkan adanya ulat jambu, sebanyak 6 HOK dan luas lahan 0,3
tikus atau jenis semut-semutan, Ha sebanyak 4 HOK.
penyemprotan dilakukan dengan Pembungkusan
fungisida jenis Antrakol WP- 70 Salah satu biaya yang cukup
guna memberantas cendawan yang besar untuk di keluarkan yaitu pada
akan mengundang hadirnya semut- kegiatan pembungkusan buah karna
semut. Disamping itu juga pembungkusan buah merupakan hal
digunakan insektisida guna yang cukup mempengaruhi kualitas
memberantas lalat buah dan kutu dan produksi yang dihasilkan. Tujuan
daun disemprot 3 kali dalam satu pembungkusan buah adalah agar
bulan dan setelah sebulan sebelum buah lebih mulus, mengkilap, tidak
panen penyemprotan dihentikan. cacat, tidak terserang oleh hama dan
Terdapat dua unit kegiatan yang penyakit, warna buah lebih menarik,
terlibat pada kegiatan pembasmian nilai jual buah lebih baik serta
hama penyakit tumbuhan, meningkatkan produksi buah. Bahan
diantaranya yaitu pembelian pembungkus buah yang dapat
pestisida dan upah penyemprotan. digunakan berupa kertas koran,
Pemelian pestisida untuk 0,6 Ha Rp. kertas karbon bekas, kertas semen,
4.962.000, untuk luasan 0,4 Ha Rp. kertas minyak, plastik dan
3.571.500 dan untuk luasan 0,3 Ha sebagainya. Terdapat dua unit
Rp. 3.008.000. Alokasi tenaga kerja kegiatan yang terlibat pada kegiatan
yang dibutuhkan untuk kegiatan pembungkusan buah, diantaranya
penyemprotan 0,6 Ha sebayak 20 yaitu pembelian plastic koran dan
HOK, luas lahan 0,4 sebayak 16 upah pembungkusan. Pembelian
HOK dan luas lahan 0,3 Ha plastik dan koran umur 7 – 19,
sebanyak 12 HOK. untuk 0,6 Ha sebesar Rp. 8.580.000,
Perempelan ( Pemangkasan ) untuk 0,4 Ha sebesar Rp. 5.940.000
Agar tanaman jambu biji dan 0,3 Ha Rp. 3.960.000. Pemelian
mendapatkan tajuk yang rimbun, plastik dan koran umur 2-6 dan 20-
setelah tanaman berumur 2 tahun 25, untuk 0,6 Ha Rp. 5.280.000,
segera dilakukan perempelan untuk 0,4 Ha sebesar Rp. 3.630.000
(pemangkasan) pada ujung cabang- dan 0,3 Ha Rp. 2.970.000. Alokasi
cabangnya. Disamping untuk tenaga kerja yang dibutuhkan untuk
memperoleh tajuk yang seimbang kegiatan pembungkusan 0,6 Ha
juga berguna memberi bentuk sebanyak 20 HOK, luas lahan 0,4
tanaman, juga memperbanyak dan sebanyak 17,14 HOK dan luas lahan
mengatur produksi agar tanaman 0,3 Ha sebanyak 13,71 HOK.
tetap terpelihara dan pemangkasan Pemanenan
juga perlu dilakukan setelah masa Tanaman jambu mulai
panen buah berakhir, dengan berbuah biji umumnya pada umur 2

Jom Faperta Vol 2 No 1 Feruari 2015


tahun akan mulai berbuah. Jambu Tabel 11 . Data harga jambu biji
biji yang telah matang dengan ciri- per Kg Tahun 2006-2014 (Rp)
ciri melihat warna yang disesuikan
Harga
dengan jenis jambu biji yang No Tahun
bln
Harga bln
Agustus – Harga
Desembe
ditanam dan juga dengan mencium – Juli
November

baunya serta yang terakhir dengan


merasakan jambu biji yang sudah 1 2006 6000 5000 5,667

masak dibandingkan dengan jambu 2 2007 6000 5000 5,667


yang masih hijau dan belum masak,
3 2008 6000 5000 5,667
dapat dipastikan bahwa pemanenan
4 2009 6000 5000 5,667
dilakukan setelah jambu bewarna
5 2010 6000 5000 5,667
hijau pekat menjadi muda keputih-
putihan dalam kondisi ini maka 6 2011 7000 5000 6,333

jambu telah siap dipanen. Alokasi 7 2012 7000 5000 6,333


tenaga kerja yang dibutuhkan untuk
kegiatan pemanenan 0,6 Ha 8 2013 8000 6000 7,333

sebanyak 22 HOK, luas lahan 0,4 9 2014 8000 5000 7,000


Ha sebanyak 22 HOK dan luas
Sumber : Data olahan
lahan 0,3 Ha sebanyak 22 HOK.
Harga Dengan menggunakan data diatas
Harga jambu biji merupakan maka diperoleh model :
salah satu komponen penting dalam Y(x) = 5914,86 + 205,56 (x) + 34,99 (x2)
perhitungan investasi. Pada Keterangan : Y= Harga yang
penelitian ini, data yang digunakan diperkirakan
yaitu data yang didapat dari harga X =Tahunyangdihitung
pasar untuk tahun 2006-2014
sedangkan untuk tahun 2015-2039 Penilaian Investasi
dicari dengan menggunakan metode Tabel 12. Analisis kriteria investasi
perkiraan yaitu trend. Kelemahan usahatani jambu biji di Pekanbaru
Kriteria
menggunakan metode trend Investasi
0,6 Ha 0,4 Ha 0,3 Ha

kuadratik untuk perhitungan harga NPV 718,515,947 593,990,733 487,614,520


adalah kecendrungan harga naik
IRR 37.4% 36.7% 35.5%
setiap tahunnya, harga jambu biji
pun dianggap sama sesuai dengan Net B/C 6.49 6.66 6.62

harga trend yang berlaku tanpa Payback 3 tahun 10,8 4 tahun 2,9 4 tahun 7
period bulan bulan bulan
melihat dari umur jambu biji yang
dihasilkan. Sumber : Data olahan
Berdasarkan nilai NPV, IRR
dan Net B/C , usahatani jambu biji
untuk luas 0,3 ha, 04 ha, 0,6 ha,
secara finansial layak diusahakan.
Berdasarkan nilai NVP untuk luasan
0,6 ha adalah Rp. 718.515.947
untuk 0,4 ha NPV sebesar Rp.
593.990.733 dan 0,3 ha NPV
sebesar Rp. 487.614.520. IRR untuk
luasan 0,6 ha adalah 37,4%, untuk
0,4 ha IRR sebesar 36,7%, dan 0,3

Jom Faperta Vol 2 No 1 Feruari 2015


ha IRR sebesar 35,5%. Net B/C usaha tani jambu biji dengan luas
untuk luasan 0,6 ha adalah 6,49 lahan 0,6 ha yaitu sampai kenaikan
untuk 0,4 ha Net B/C sebesar 6,66 harga input dibawah 174% , pada
dan 0,3 ha Net B/C sebesar 6,62. luasan lahan 0,4 ha yaitu sampai
Payback period untuk luasan 0,6 ha kenaikan harga input dibawah 185%
adalah 3 tahun 10,8 bulan, 0,4 ha dan pada luasan lahan 0,3 Ha yang
adalah 4 tahun 2,9 bulan dan untuk dapat ditolerir sampai kenaikan
luas 0,3 ha adalah 4 tahun 7 bulan. harga input dibawah 190%.
Analis Sensitivitas Usahatani jambu biji dinyatakan
Dalam menjalankan usaha tidak layak untuk dijalankan apabila
terdapat peruahan pada biaya yang terjadi peningkatan harga input
disebabkan karena terjadinya diatas persentase yang dapat
perekonomian yang tidak sesuai ditolerir, karena pada kondisi ini
dengan realita yang disebabkan oleh akan menghasilkan, IRR lebih kecil
kenaikan-kenaikan harga dan faktor dari SOCC yang digunakan.
lainnya. Pada perhitungan ini, ada Tabel 14. Analisis sensitivitas pada
tiga faktor yang akan dilihat perubahan tingkat harga input
perubahannya setelah dihitung Peruahan tingkat
0,6 ha 0,4 ha 0,3 ha
dengan menggunakan analisis input (%)

sensitivitas, yaitu tingkat produksi, Peningkatan 10%


NVP 676,871,982 561,523,797 461,406,293
harga input dan harga output. Net B/C 5.66 5.82 5.80
IRR 33.6% 34.2% 32.9%
Analisis Sensitivitas Terhadap Peningkatan 174%
NVP (6,089,050)
Perubahan Tingkat Produksi Peningkatan 185%
NVP (6,647,584)
Tabel 13. Analisis sensitivitas pada Peningkatan 190%
perubahan tingkat produksi NVP (10,341,800)
Sumber :Data olahan
Peruahan
jumlah produksi 0,6 ha 0,4 ha 0,3 ha
(%)
Analisis Sensitivitas Terhadap
Penurunan 10%
NVP 605,020,387 502,124,724 412,644,841 Perubahan Harga Output
Net B/C 5.58 5.74 5.72
IRR 33.1% 33.9% 32.6% Tabel 15. Analisis sensitivitas pada
Penurunan 64%
NVP (7,855,637) perubahan tingkat harga input
Penurunan 65%
NVP (3,138,328) Peruahan harga
Penurunan 66% 0,6 ha 0,4 ha 0,3 ha
output (%)
NVP (7,185,364)
Sumber : Data olahan Penurunan 10%
NVP 605,020,387 502,124,724 412,644,841
Penurunan produksi yang Net B/C 5.58 5.74 5.72
IRR 33.1% 33.9% 32.6%
dapat ditolerir pada luasan lahan 0,6 Penurunan 64%
NVP (7,855,637)
Ha sebesar 64%, pada luasan lahan Penurunan 65%
NVP (3,138,328)
0,4 Ha penurunan produksi yang Penurunan 66%
NVP (7,185,364)
bisa ditolerir sebesar 65% Sumber : Data olahan
sedangkan pada luasan 0,3 Ha Dengan penurunan harga
penurunan produksi yang masih bisa output 10%, usaha tani jambu biji di
ditolerir sebesar 66%. Dengan pekanbaru masih tergolong layak.
penurunan produksi 10%, usaha tani Penurunan harga output yang dapat
jambu biji di pekanbaru masih ditolerir pada luasan lahan 0,6 Ha
tergolong layak. sebesar 64%, pada luasan lahan 0,4
Analisis Sensitivitas Terhadap Ha penurunan harga output yang
Perubahan Harga Input bisa ditolerir sebesar 65%
Kenaikan harga input sedangkan pada luasan 0,3 Ha
maksimum yang dapat ditolerir pada

Jom Faperta Vol 2 No 1 Feruari 2015


penurunan harga output yang masih kenaikan harga input dibawah
bisa ditolerir sebesar 66%. 190%.
Saran
KESIMPULAN DAN SARAN Dengan analisis finansial yang
Kesimpulan dilakukan terhadap kondisi
Dari hasil analisis yang telah usahatani jambu biji di Pekanbaru
dilakukan, dapat disimpulkan yaitu: Provinsi Riau terlihat bahwa usaha
1. Usahatani jambu biji secara tani jambu biji sangat
finansial layak dilakukan di Kota menguntungkan, sehubungan
Pekanaru berdasarkan nialai dengan itu seharusnya pemerintah
NPV yang diperoleh lebih besar Kota Pekanbaru dapat
dari 1, nilai Net B/C yang menggalakkan usahatani jambu biji
didapat lebih besar dari 1, nilai agar dapat memenuhi kebutuhan
IRR yang diperoleh lebih besar masyarakat akan buah jambu biji di
dibandingkan Discount Factor Pekanbaru yang selama ini
(DF) yang digunakan yaitu 12% kebutuhan jambu biji lebih banyak
dan nilai fabakc period yang di didatangkan dari Sumatra Utara.
peroleh pada luas lahan 0,6 Ha
sebesar 3 tahun 10,8 bulan, pada
luasan 0,4 Ha sebesar 4 tahun 2,9
bulan, pada luasan 0,3 sebesar 4
tahun 7 bulan. Hasil analisa
kriteria investasi ini
menunjukkan usaha ini
profitable (menguntungkan)
untuk dijalankan.
2. Usahatani jambu biji masih layak
dilakukan jika terjadi perubahan
10% tehadap jumlah produksi,
harga input, harga output.
Penurunan produksi dan harga
output yang dapat ditolerir pada
luasan lahan 0,6 ha sebesar 64%,
pada luasan lahan 0,4 ha yang
bisa ditolerir sebesar 65%
sedangkan pada luasan 0,3 ha
yang masih bisa ditolerir sebesar
66%. Kenaikan harga input
maksimum yang dapat ditolerir
pada usaha tani jambu biji
dengan luas lahan 0,6 ha yaitu
sampai kenaikan harga input
dibawah 174% , pada luasan
lahan 0,4 ha yaitu sampai
kenaikan harga input dibawah
185% dan pada luasan lahan 0,3
Ha yang dapat ditolerir sampai

Jom Faperta Vol 2 No 1 Feruari 2015


DAFTAR PUSTAKA
Amin,F.2012.Kajia Usaha Tani. Pemanfaatanya.http://books.go
http://eprints.uny.ac.id/8533/3/B ogle.co.id/books/about/Jambu_B
AB%202%20- iji_Budidaya.html?id=yBTep1I
%2008405241014.pdf.html. W3swC&redir_esc=y. Di akses
Diakses pada tanggal 30 pada tanggal 28 Januari 2014.
Desember 2014 Rahmawati.2014.PaybackPeriod.htt
Andrianti,A. 2005. Skirpsi analisa p://julrahmatiyalfajri.wordpress.c
kelayakan finansial usaha om/2014/07/10/payback-period-
jambu biji (Psidium guajava dan-penjelasannya/. Di akses
L) (studi kasus di perkebunan pada tanggal 7 Agustus 2014.
jambu biji Perum Jasa Tirta Santoso dan Hamdani. 2007.
Kecamatan Ngantang Statistik Deskriptif dalam
Kabupaten Malang). Fakultas Bidang Ekonomi dan Niaga.
Pertanian Universitas Brawijaya. Erlangga. Jakarta.
Ariyantoro, H. 2001. Budidaya Sutojo, S. 2000. Studi Kelayakan
Tanaman Buah – Buahan. Proyek, Konsep, Teknis dan
Gramedia. Jakarta Kasus . PT Ikrar
Badan Pusat Statik. 20013. Riau Mandiriabadi.Jakarta.
Dalam Angka. Pekanbaru. Septiani,R.2009.Skirpsi Analisis
Cholik, A.1996. Evaluasi Proyek. kelayakan usaha dan
CV Pionir Jaya. Bandung optimalisasi produksi
Daryanto. 2002. Bercocok Tanam pengolahan jambu biji
Buah – Buahan .PT. Gramedia (psidium guajava l) (kasus
Pustaka Utama. Jakarta gapoktan kuat, Desa
Dinas Pertania Tanaman Pangan dan Kaliwungu, Kecamatan
Holtikultura Provinsi Riau. Mandiraja, Kabupaten
2013. Jumlah Produksi Jambu Banjarnegara, Jawa Tengah).
Biji di Provinsi Riau. Kota Fakultas Pertanian Institud
Pekanbaru. Pertanian Bogor.
Dudi,S.2009.Panduan Komplit Soekartawi. 1996. Ilmu Usaha Tani
Bertanaman Sayur dan Buah – dan Penelitian untuk
Buahan.PT. Gramedia Pustaka Pengembangan Pertanian
Utama. Jakarta. Kecil. Rajawali Press. Jakarta
Fathur. 2011. Analisis kelayakan Tumpal M.2010. Skirpsi Analisis
usaha perkebunan kelapa finansial usahatani jambu biji di
sawit pola plasma di Desa Sembahe Baru Kecamatan
Kecamatan Pangkalan Kuras Pancur Batu Kabupaten Deli
Kabupaten Pelalawan. Skripsi Serdang. Fakultas Pertanian
Fakultas Pertanian Universitas Institud Pertanian Bogor.
Riau, Pekanbaru. Umar. 2003. Studi Kelayakan
Ibrahim, Y. 2009. Studi Kelayakan Bisnis, Teknik Menganalisis
Bisnis. Rineka Cipta. Jakarta. Kelayakan Rencana Bisnis
Mulyadi dan Puradiredja,K.1998. Secara Komperhensif. PT.
Edisi kelima, Buku Dua. Gramedia Pustaka Utama.
Salemba Empat. Jakarta. Jakarta.
Parimin.2007.Jambu Biji
:Budidaya dan Beberpa

Jom Faperta Vol 2 No 1 Feruari 2015


Jom Faperta Vol 2 No 1 Feruari 2015

You might also like