Professional Documents
Culture Documents
, Februari 2024
Abstract
Red chilli is a superior agricultural commodity that has high economic value and is
widely cultivated in Indonesia. Therefore, red chilli farming is directed to be able to
spur an increase in its productivity and also the sustainability of its farming. The
purpose of this study was to determine the amount of red chilli farm income, describe
the sources of capital of farmers and analyse the feasibility of red chilli farming in
Gekbrong Village, Gekbrong District, Cianjur Regency. The data collection methods
used are surveys, interviews and literature studies, which are then analysed with a
qualitative and quantitative descriptive analysis approach. Based on the results of
research in Gekbrong Village, Gekbrong District, Cianjur Regency, it can be concluded
as follows. The average income received by farmers in red chilli farming per one
growing season in Gekbrong Village is Rp15,197,925. This can be seen from the
revenue received of Rp23,808,182, with a total production of 1,088 kg and total
production costs consisting of variable costs and fixed costs of Rp8,610,257. Most of
the farmers' capital sources come from personal capital with a percentage of 78.79%.
The results of the feasibility analysis using R / C ratio analysis >1, namely 2.77, which
means it is feasible to be cultivated. In terms of B/C ratio, it is also economically
feasible because the B/C ratio is >1, which is 1.77. The feasibility of red chilli farming
in terms of Break Event Point, the BEP value of production volume in Gekbrong
Village shows a value of 392 kg with a total production of 1,088 kg. While the BEP
production price shows a value of Rp7,914/kg with a product sales price of
Rp21,939/kg. So it can be concluded that red chilli farming in Gekbrong Village,
Gekbrong District, Cianjur Regency is profitable and feasible.
Keywords: Feasibility analysis, red chilli, source of capital
1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Sektor pertanian di Indonesia meliputi subsektor bahan makanan, subsektor
hortikultura, subsektor perikanan, subsektor kehutanan, dan subsektor peternakan.
https://ojs.unud.ac.id/index.php/JAA 1
Jurnal Agribisnis dan Agrowisata ISSN: ????-???? Vol. ?, No. ?., Februari 2024
Salah satu komoditas tanaman pangan yaitu cabai merah. Komoditas unggulan
Indonesia ini memiliki daya adaptasi yang cukup luas dimana dapat diusahakan di
daerah dataran rendah dan dataran tinggi.Cabai merah sebagai komoditas pertanian
unggulan mempunyai nilai ekonomi tinggi banyak dibudidayakan di Indonesia. Cabai
merah termasuk dalam lima besar tanaman sayuran dengan produksi terbanyak dalam
lima tahun terakhir.
Kabupaten Cianjur memiliki kondisi tanah yang berpotensi untuk tanaman
sayur-sayuran. Salah satu kecamatan yang sebagian besar penduduknya berorientasi
dalam bidang pertanian adalah Kecamatan Gekbrong. Kecamatan Gekbrong memiliki
luas wilayah 50,77 Km² atau 1,4% dari wilayah Kabupaten Cianjur. Penghasil
hortikultura terbesar di Kecamatan Gekbrong terdapat di Desa Gekbrong, dimana desa
ini berada pada ketinggian 888-1.300 mdpl. Sebagian besar masyarakatnya
bermatapencaharian sebagai petani sayuran. Terdapat beberapa komoditas andalan
yang sering diusahakan seperti sawi, terong, wortel, cabai merah, cabai rawit, kubis
dan kentang. Komoditas tertinggi yang dihasilkan di Desa Gekbrong salah satunya
adalah cabai merah. Berdasarkan data BPS (2021) produksi tanaman cabai merah di
Desa Gekbrong sebanyak 9.220 kuintal.
Dalam melakukan usahatani cabai merah, petani tentu harus memperhatikan
beberapa faktor sebelum memulai usaha seperti bagaimana kondisi lahan, teknik
budidaya, dan ketersediaan modal. Ketersediaan modal memiliki peranan penting
sebagai salah satu sikap awal sebelum melakukan usahatani. Permodalan berkaitan
dengan penyediaan modal yang dikerjakan oleh petani sebagai modal usahatani,
penggunaan modal serta dengan cara bagaimanakah mengawasi pada manfaat
permodalan yang tersedia dan menjadi masalah pokok dalam pembangunan pertanian
(Mariati, 2022).
Apabila dilihat dari kondisi finansial, modal menjadi salah satu keresahan
petani karena dihadapkan dengan ketersediaan modal yang rendah dalam membiayai
usahataninya. Hal ini juga dipengaruhi oleh fluktuasi harga cabai merah yang sulit
untuk dikendalikan. Namun, tidak menutup kemungkinan petani tetap melanjutkan
usahatani cabai merah dengan modal seadanya dengan harapan usahatani tersebut
menguntungkan. Sebagian besar petani tidak memikirkan resiko kerugian akibat
fluktuasi harga yang terjadi di pasar. Oleh sebab itulah perlu dilakukan penelitian
mengenai “Analisis Kelayakan Finansial Usahatani Cabai Merah di Desa Gekbrong,
Kecamatan Gekbrong, Kabupaten Cianjur”.
https://ojs.unud.ac.id/index.php/JAA 2
Jurnal Agribisnis dan Agrowisata ISSN: ????-???? Vol. ?, No. ?., Februari 2024
1.3 Tujuan Penelitian
1. Menganalisis besar pendapatan usahatani cabai merah di Desa Gekbrong
Kecamatan Gekbrong.
2. Mendeskripsikan sumber permodalan petani cabai merah di Desa Gekbrong
Kecamatan Gekbrong.
3. Menganalisis kelayakan usahatani cabai merah di Desa Gekbrong Kecamatan
Gekbrong.
2. Metode Penelitian
2.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Gekbrong, Kecamatan Gekbrong, Kabupaten
Cianjur sejak bulan November 2023 hingga Januari 2024. Pemilihan lokasi penelitian
dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan Desa Gekbrong
merupakan salah satu sentra penghasil tanaman hortikultura termasuk cabai merah di
Kecamatan Gekbrong.
https://ojs.unud.ac.id/index.php/JAA 3
Jurnal Agribisnis dan Agrowisata ISSN: ????-???? Vol. ?, No. ?., Februari 2024
2.5 Analisis Pendapatan
Penelitian mengenai pendapatan berusahatani cabai merah di lokasi penelitian
dilakukan dengan cara menggunakan analisis pendapatan usahatani. Menurut
Suratiyah (2015) pendapatan adalah selisih antara penerimaan (TR) dan biaya total
(TC) dan dinyatakan dengan rumus :
TC = FC + VC
TR = P X Q
I = TR – TC
Keterangan :
TC : Total biaya
FC : Biaya tetap
VC : Biaya variabel
TR : Penerimaan
P : Harga
Q : Quantity (Produksi)
I : Pendapatan
Kriteria :
Nilai R/C > 1, Usahatani layak diusahakan
https://ojs.unud.ac.id/index.php/JAA 4
Jurnal Agribisnis dan Agrowisata ISSN: ????-???? Vol. ?, No. ?., Februari 2024
B Total Pendapatan (TI)
Ratio=
C Total Biaya (TC)
Keterangan :
B/C : Perbandingan antara total pendapatan dan total biaya
TI : Total pendapatan
TC : Total biaya produksi
Kriteria :
B/C > 1, Usahatani layak diusahakan
B/C < 1, Usahatani tidak layak diusahakan
Kriteria :
Jika produksi > BEP produksi, usahatani mengalami keuntungan
Jika produksi = BEP produksi, usahatani impas
Jika produksi < BEP produksi, usahatani mengalami kerugian
Jika harga jual > BEP harga, maka usahatani mengalami keuntungan
Jika harga jual = BEP harga, maka usahatani impas
Jika harga jual < BEP harga, maka usahatani mengalami kerugian
https://ojs.unud.ac.id/index.php/JAA 5
Jurnal Agribisnis dan Agrowisata ISSN: ????-???? Vol. ?, No. ?., Februari 2024
0,5 ha dengan presentase 96,97%. Petani cabai merah di Desa Gekbrong memiliki
pengalaman berusahatani selama 10 sampai 30 tahun.
Tabel 1.
Nilai Rata-rata Biaya Usahatani Cabai Merah dalam Satu Musim Tanam
No Uraian Biaya (Rp)
Rata-rata Luas Lahan 0,17 ha
1 Biaya Tetap
Rata-rata Penyusutan Alat 566.264
Rata-rata Sewa Lahan 341.856
Rata-rata Biaya Tetap 908.120
2 Biaya Variabel
Rata-rata Benih 352.273
Rata-rata Pemupukan 2.707.061
Rata-rata Obat-obatan (Pestisida, Fungisida 654.318
dan Herbisida)
Rata-rata Tenaga Kerja 3.988.485
Rata-rata Biaya Variabel 7.702.137
3 Rata-rata Total Biaya 8.610.257
Sumber : Analisis Data Primer, 2024
Berdasarkan Tabel 1 diatas diatas dijelaskan rincian kebutuhan biaya dalam
usahatani cabai merah di Desa Gekbrong yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Rata-
rata biaya tetap yang digunakan petani dengan luas lahan 0,17 ha dalam satu musim
tanam adalah sebesar Rp908.120. Pada biaya tetap total pengeluaran paling besar
adalah biaya penyusutan alat berupa cangkul, sprayer, drum dan mulsa sedangkan
untuk biaya sewa lahan relatif lebih rendah. Untuk rata-rata biaya variabel yang
digunakan dalam satu musim tanam adalah Rp7.702.137. Pada biaya variabel total
pengeluaran paling besar adalah biaya tenaga kerja dan pembelian pupuk. Sehingga
rata-rata biaya tetap yang digunakan petani cabai merah di Desa Gekbrong dalam satu
musim tanam adalah sebesar Rp8.610.257.
3.2.2 Sumber Permodalan
Menurut jenisnya modal usahatani berasal dari modal pribadi dan modal
pinjaman.
https://ojs.unud.ac.id/index.php/JAA 6
Jurnal Agribisnis dan Agrowisata ISSN: ????-???? Vol. ?, No. ?., Februari 2024
Tabel 2.
Sumber Permodalan Usahatani Cabai Merah
No Sumber Permodalan Jumlah Presentase
1 Pribadi 26 78,79%
2 Pinjaman (Tengkulak) 6 18,18%
3 Pinjaman (Keluarga) 1 3,03%
Total 100,00%
Sumber : Analisis Data Primer, 2024
Tabel 3.
Rata-rata Penerimaan Usahatani Cabai Merah dalam
Satu Musim Tanam
No Uraian Jumlah
1 Rata-rata Produksi (Kg) 1.088
2 Rata-rata Harga (Rp) 21.939
3 Rata-rata Penerimaan (Rp) 23.808.182
Sumber : Analisis Data Primer, 2024
https://ojs.unud.ac.id/index.php/JAA 7
Jurnal Agribisnis dan Agrowisata ISSN: ????-???? Vol. ?, No. ?., Februari 2024
Berdasarkan Tabel 3 diatas, dijelaskan bahwa rata-rata penerimaan usahatani
cabai merah di Desa Gekbrong dengan luas lahan 0,17 ha adalah sebesar Rp23.808.182
dalam satu musim tanam. Rata-rata produksi cabai merah yang dihasilkan dalam satu
musim tanam di Desa Gekbrong adalah sebesar 1.088 kg dengan rata-rata harga
sebesar Rp21.939/kg.
3.2.4 Besar Pendapatan Usahatani Cabai Merah
Menurut Sokartawi (2003), Pendapatan dari usahatani dapat dijelaskan sebagai
selisih antara total penerimaan yang diperoleh dari hasil produksi dengan biaya yang
dikeluarkan.
Tabel 4.
Rata-rata Pendapatan Usahatani Cabai Merah dalam
Satu Musim Tanam
No Uraian Jumlah
1 Rata-rata Total Biaya Produksi (Rp) 8.610.257
2 Rata-rata Penerimaan (Rp) 23.808.182
3 Rata-rata Pendapatan (Rp) 15.197.925
Sumber : Analisis Data Primer, 2024
Berdasarkan Tabel 4 diatas, diketahui bahwa rata-rata pendapatan usahatani
cabai merah di Desa Gekbrong dengan satuan luas lahan sebesar 0,17 ha dalam satu
musim tanam adalah sebesar Rp15.197.925. Pendapatan diperoleh dari selisih total
penerimaan sebesar Rp23.808.182 dengan total biaya produksi sebesar 8.610.257.
Pendapatan yang diperoleh petani nantinya akan diberikan kepada petani pada saat
cabai sudah terjual kepada pengepul atau pedagang besar yang ada di Pasar Gekbrong.
Pendapatan yang diterima petani digunakan sebagai pemasukan dalam membiayai
kebutuhan sehari-hari yang mencakup biaya sekolah anak, biaya keperluan sehari-hari,
dan biaya tak terduga seperti pengobatan dan keperluan lainnya. Petani juga wajib
menyisihkan dan menyimpan pendapatan atau keuntungannya sebagai modal kembali
untuk musim tanam selanjutnya. Petani atau produsen perlu mengalokasikan
pendapatannya dengan sebaik-baiknya sebagai modal usahatani agar mencapai
efektivitas dalam usahatani. Efektivitas usahatani diukur dari kemampuan
pemanfaatan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi sehari-hari serta
sebagai modal untuk usahatani berikutnya (Soekartawi dalam Mariati : 2022). Untuk
memastikan kelancaran usahatani di Desa Gekbrong, diperlukan tambahan modal dari
petani guna menjamin kelangsungan usahatani tersebut.
3.2.5 Analisis Kelayakan Usahatani Cabai Merah
Secara finansial kelayakan usaha dapat dianalisis dengan menggunakan
beberapa indikator pendekatan atau alat analisis yaitu menggunakan Revenue Cost
Ratio (R/C ratio), Benefit Cost Ratio (B/C ratio), Break Event Point (BEP), Payback
period, dll (Prajnanta Final dalam Waldi, 2017). Dalam penelitian ini menggunakan
analisis R/C ratio, B/C dan BEP yang terdiri dari BEP volume produksi dan BEP harga
produksi.
https://ojs.unud.ac.id/index.php/JAA 8
Jurnal Agribisnis dan Agrowisata ISSN: ????-???? Vol. ?, No. ?., Februari 2024
Tabel 5.
Nilai Kelayakan Finansial Usahatani
Berdasarkan R/C Ratio dan B/C Ratio
Nilai Kelayakan Usahatani dengan luas lahan rata-rata 0,17 ha
Rata-Rata Penerimaan (Rp) 23.808.182
Rata-Rata Pendapatan (Rp) 15.197.925
Rata-Rata Total Biaya (Rp) 8.610.257
Revenue/Cost Ratio (R/C Ratio) 2,77
Benefit/Cost Ratio (B/C Ratio) 1,77
Sumber : Analisis Data Primer, 2024
Berdasarkan perhitungan analisis kelayakan finansial R/C ratio menunjukkan
bahwa nilai kelayakan usahatani cabai merah di Desa Gekbrong adalah 2,77 yang
artinya >1. Sama hal nya dengan nilai kelayakan berdasarkan perhitungan B/C ratio
menunjukkan nilai kelayakan >1 yaitu 1,77. Variasi nilai kelayakan usahatani cabai
merah dengan analisis R/C ratio secara lebih rinci dapat dilihat pada tabel 6 berikut.
Tabel 6.
Besar Variasi R/C Ratio Cabai Merah dalam
Satu Musim Tanam
R/C Ratio
Nilai Kelayakan
F %
R/C Ratio < 1 0 0,00
R/C Ratio 1-2 8 24,24
R/C Ratio > 2 25 75,76
Jumlah 33 100,00
Sumber : Analisis Data Primer, 2024
Hasil analisis kelayakan pada Tabel 6 tampak nilai R/C ratio <1 tidak ada,
sedangkan nilai R/C ratio antara 1-2 terdapat sebanyak 8 orang petani dan R/C ratio
>2 terdapat sebanyak 25 orang petani. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat 8 petani
yang mengeluarkan biaya Rp1 akan mendapatkan keuntungan sebesar Rp1-2 per
musim tanam dan terdapat sebanyak 25 petani mengeluarkan biaya Rp1 akan
mendapatkan keuntungan >Rp2 per musim tanam.
Tabel 7.
Besar Variasi B/C Ratio Cabai Merah
B/C Ratio
Nilai Kelayakan
F %
B/C Ratio < 1 8 24,24
B/C Ratio 1-2 16 48,48
B/C Ratio > 2 9 27,27
Jumlah 33 100,00
Sumber : Analisis Data Primer, 2024
https://ojs.unud.ac.id/index.php/JAA 9
Jurnal Agribisnis dan Agrowisata ISSN: ????-???? Vol. ?, No. ?., Februari 2024
Berbeda dengan hasil perhitungan R/C ratio pada tabel 6, besar variasi nilai
B/C ratio menunjukkan nilai yang berbeda-beda. Dari 33 responden, terdapat 8 orang
petani dengan nilai kelayakan <1, yang artinya bahwa kegiatan usahataninya tidak
layak diusahakan. Hal ini disebabkan karena biaya yang dikeluarkan petani cukup
besar sedangkan lahan cabai yang dimiliki relatif sempit sehingga keuntungan yang
diperoleh menjadi kecil. Hal ini sejalan dengan penelitian Edyson dkk., (2015) yang
menyatakan bahwa rendahnya nilai kelayakan disebabkan karena tingginya biaya
produksi dan produksi usahataninya belum maksimal. Secara rata-rata, hasil penelitian
menunjukkan B/C ratio >1 yaitu 1,77 artinya dengan modal Rp1 menghasilkan
pendapatan sebesar Rp1,77. Hal ini menunjukkan perbandingan menghasilkan nilai
diatas 1, sehingga dapat disimpulkan berdasarkan analisis B/C ratio, artinya usahatani
cabai merah layak diusahakan. Berdasarkan perhitungan kelayakan R/C ratio dan B/C
ratio menunjukkan adanya perbedaan nilai kelayakan, namun berdasarkan hasil rata-
rata seperti yang tertera pada tabel 5 menunjukkan bahwa kegiatan usahatani di Desa
Gekbrong masih layak diusahakan dengan rata-rata nilai kelayakan >1.
Selain analisis R/C ratio dan B/C ratio. penelitian ini juga menggunakan
analisis BEP (Break Event Point). BEP adalah teknik analisis yang digunakan untuk
mengetahui untung atau rugi suatu usaha. BEP terdiri dari BEP Volume produksi dan
BEP harga produksi.
Tabel 8.
BEP Volume Produksi Usahatani Cabai Merah
No Uraian Nilai
1 Rata-rata Total Biaya Produksi (Rp) 8.610.257
2 Rata-rata Harga Produksi (Kg) 21.939
3 BEP Volume Produksi (Rp/Kg) 392
Sumber : Analisis Data Primer, 2024
https://ojs.unud.ac.id/index.php/JAA 10
Jurnal Agribisnis dan Agrowisata ISSN: ????-???? Vol. ?, No. ?., Februari 2024
rata total jumlah produksi sebesar 1.088 kg yang dimana volume produksi berada di
atas titik impas sehingga dapat disimpulkan bahwa usahatani cabai merah di Desa
Gekbrong mengalami keuntungan dan layak untuk diusahakan. Hasil penelitian ini
juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh M. Rafi Rizqullah dan Taufik
Syamsuddin (2020) dengan judul Analisis Pendapatan Usahatani Cabai Merah di Desa
Talang Kemang Kecamatan Rantau Bayur Kabupaten Banyuasin Provinsi Sumatera
Selatan.
4.2 Saran
1. Petani cabai merah di Desa Gekrong diharapkan dapat bergabung dalam
Kelompok Tani kerena belum semua petani bergabung ke dalam kelompok
tani. Melalui kelompok ini dapat memberikan bantuan modal kepada petani
dalam memulai usahatani karena Pemerintah memberikan akses permodalan
melalui kelompok tani. Selain itu kelompok tani juga membantu petani dalam
menjangkau beberapa kebutuhan input yang digunakan dalam usahataninya.
2. Bagi petani supaya lebih memperhatikan dan mengoptimalkan modal serta
faktor-faktor produksi yang digunakan dalam melakukan usahatani agar
jumlah produktifitas meningkat dan layak untuk diusahakan.
3. Bagi Pemerintah Desa, diharapkan mampu menyediakan fasilitas penunjang
dalam pembiayaan usahatani seperti LPD (Lembaga Perkreditan Desa).
Sehingga akses petani terhadap sumber permodalan bertambah dan dapat
menambah kebutuhan modal dalam usahatninya.
https://ojs.unud.ac.id/index.php/JAA 11
Jurnal Agribisnis dan Agrowisata ISSN: ????-???? Vol. ?, No. ?., Februari 2024
5. Ucapan Terimakasih
Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang terlibat dalam
penelitian ini, serta kepada para responden yang telah bersedia sehingga jurnal ini
dapat terselesaikan dengan baik.
Daftar Pustaka
Badan Pusat Statistik. (2021). Kecamatan Gekbrong Dalam Angka 2021. Badan Pusat
Statistik Kabupaten Cianjur (bps.go.id). Diakses pada tanggal 27
Dabutar, M., dan Husein, R. (2022). Pengaruh Produksi, Harga Dan Luas Lahan
Terhadap Pendapatan Petani Cabai Merah Di Indonesia. Jurnal Ekonomi
Pertanian Unimal, 5(2), 42. https://doi.org/10.29103/jepu.v5i2.8721
Edyson M.D.A., Natelda.r.t. dan J.M. Luhukay. (2015). Analisis Tingkat Kelayakan
Usahatani Padi Sawah (Studi Kasus Di Desa Wanareja Kecamatan Waepo
Kabupaten Buru). Jurnal Agrilan. Vol. 3(2); Hal. 179-190
Hastuti, L. E., & -, S. (2005). Aksessibilitas Masyarakat Terhadap Kelembagaan
Pembiayaan Pertanian Di Pedesaan. Soca: Socioeconomics Of Agriculture And
Agribusiness, 5(2), 1–15.
Mariati, R., Mariyah, M., dan Irawan, C. N. (2022). Analisis Kebutuhan Modal dan
Sumber Permodalan Usahatani Padi Sawah di Desa Jembayan Dalam. jurnal
agribisnis dan komunikasi pertanian (Journal of Agribusiness and
Agricultural Communication), 5(1), 50
Rizqullah, M. R. (2020). Analisis Pendapatan Usahatani Cabai Merah di Desa Talang
Kemang Kecamatan Rantau Bayur Kabupaten Banyuasin Provinsi Sumatera
Selatan. In Jurnal Ilmu Pertanian Agronitas (Vol. 2, Issue 1).
Rizqullah, M. R. (2020). Analisis Pendapatan Usahatani Cabai Merah di Desa Talang
Kemang Kecamatan Rantau Bayur Kabupaten Banyuasin Provinsi Sumatera
Selatan. In Jurnal Ilmu Pertanian Agronitas (Vol. 2, Issue 1).
Soekartawi. (2003). Analisis Usahatani. Jakarta: Universitas Indonesia.
Sugiyono. (2019). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung : Alfabeta
Suratiyah, K. (2015). Ilmu Ushatani . Jakarta: Penenebar Swadaya
Waldi. (2017). Analisis Kelayakan Usahatani Cabai Merah di Lahan Pasir Pantai
Kecamatan Panjatan Kabupaten Kulon Progo. Jurnal Ilmiah Agritas Vol 1, No
1
https://ojs.unud.ac.id/index.php/JAA 12