You are on page 1of 16

Vol.1 No.

3 Agustus 2020 455


…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
FARMER EMPOWERMENT THROUGH THE APPLICATION OF GOOD
AGRICULTURE PRACTICES (GAP) RED CAYENNE CHILLI
(Capsicum frutescens L.)

Oleh
Tanjung K. Yuniasari1), M.Tassim Billah2) & Yul Harry Bahar3)
1,2,3Politeknik Pembangunan Pertanian Bogor; Jl. Arya Suryalaga (d/h Cibalagung) No.1

Kecamatan Bogor Barat Kota Bogor, Telepon :08518312386, fax:02518312386


Jurusan Pertanian, Polbangtan Bogor, Kota Bogor
Email: 1tanjungkyuniasari@gmail.com, 2tassim@yahoo.com, & 3yul_bahar@yahoo.com

Abstract
The productivity of red cayenne chilli in Kecamatan Rumpin is low. In 2019, the productivity of
red cayenne chilli was 2 tons/ha. The application of Good Agriculture Practices (GAP) is aiming
to improve the red cayenne chilli productivity.The purposes of this research are to describe the
level of farmer empowerment through the application of GAP on red cayenne chilli, analyze the
factors influencing the level of farmer empowerment through the application of GAP on red
cayenne chilli, determine model and strategies to increase farmer empowerment. This research was
conducted in Kecamatan Rumpin from March to July 2020. The number of samples taken in this
research were 47 farmers who grow red cayenne chilli actively. The number of sample was
determined using saturated sampling technique. The independent variabels include farmer
characteristics, the role of agricultural extension, availability of infrastructure, availability of
information sources, and the dependent variabels of farmer empowerment. Primary data collection
using instruments in the form of questionnaires. Data were processed using descriptive statistical
analysis techniques and multiple regression. The result of this research shows that the level of
farmer empowerment through the application of GAP on red cayenne chilli is low. The factors
those influence the level of farmer empowerment are land area, the role of agricultural extensions,
availability of infrastructure, and availability of information sources. The model determined in this
research is to improve factors influencing the application of GAP on red cayenne chilli. The
strategies to increase the level of empowerment are by conducting training on the application of
obligatory point as first priority and the application of recommendation point as the second priority.
Keywords: Empower, The Aplication Of Gap, Red Cayenne Chilli & Agricultural Extension

PENDAHULUAN strategis nasional menunjukan angka impor


Cabai rawit merah (Capsicum frutescens yang cenderung meningkat dan angka ekspor
L.) merupakan salah satu tanaman hortikultura yang cenderung menurun. Dari tahun 2013
dari jenis sayuran yang memiliki buah kecil hingga 2017 volume ekspor cabai berturut-turut
dengan rasa yang pedas. Cabai jenis ini adalah 11.008 ton pada tahun 2013, 12.125 ton
dibudidayakan oleh para petani karena banyak pada tahun 2014, 14.889 pada tahun 2015,
dibutuhkan masyarakat, tidak hanya dalam 14.328 pada tahun 2016, dan 8.610 pada tahun
skala rumah tangga, tetapi juga digunakan 2017. Angka volume ekspor tersebut masih
dalam skala industri. Permintaan akan cabai jauh dibanding dengan angka volume impor
yang meningkat dari waktu ke waktu ini cabai secara berturut-turut adalah 23.145 ton
menyebabkan cabai dapat diandalkan sebagai pada tahun 2013, 26.465 ton pada tahun 2014,
komoditas ekspor non-migas. 29.196 ton pada tahun 2015, 29.443 ton pada
Menurut Kementan (2018), cabai yang tahun 2016, dan 43. 844 ton pada tahun 2017.
menjadi salah satu dari tujuh komoditas Hal ini menunjukan bahwa produk dalam
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
ISSN 2722-9475 (Cetak) Jurnal Inovasi Penelitian
ISSN 2722-9467 (Online)
456 Vol.1 No.3 Agustus 2020
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
negeri belum mampu memenuhi kebutuhan Kerangka Berfikir
lokal. Gambar 1. Kerangka berfikir
Usahatani tanaman cabai rawit merah di Pemberdayaan Petani Melalui Peneranapan
Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor masih good Agriculture Practices (GAP) Cabai
berada dalam skala usaha kecil dan belum rawit merah
menerapkan pola produksi secara optimal.
Menurut BPS (2019), produksi cabai rawit
merah di Kecamatan Rumpin tahun 2019
sebesar 16 ton dengan luas panen sebesar 8
hektar. Hal ini menunjukan bahwa produksi
cabai rawit merah di Kecamatan Rumpin sangat
rendah. Produktivitas cabai rawit merah
biasanya mencapai 15-20 ton/ha (Direktorat
Jenderal Hortikultura, 2017). Beberapa
permasalahan yang dihadapi dalam usahatani
Optimalisasi penghematan dan ketepatan
cabai rawit merah di Kecamatan Rumpin, produksi demi mempertahankan ketahanan
pangan yang bergizi dan berkelanjutan
Kabupaten Bogor adalah kurangnya informasi
teknologi, adanya serangan hama/penyakit, dan
kurangnya informasi tentang pascapanen.
Sedangkan permasalahan non teknis seperti METODE PENELITIAN
posisi tawar petani rendah dikarenakan Penelitian dilaksanakan di Kecamatan
manajemen usahatani belum diterapkan secara Rumpin, Kabupaten Bogor pada Maret sampai
optimal. Untuk menghindari timbulnya dengan Juli 2020. Sampel penelitian sebanyak
berbagai masalah dalam budidaya tanaman 47 petani ditentukan dengan teknik sampling
cabai rawit merah, terutama terhadap keamanan jenuh atau teknik sensus berdasarkan pada
produk dan lingkungan, perlu dilakukan usaha petani yang aktif menanam cabai rawit merah.
budidaya cabai rawit merah secara benar. Variabel bebas meliputi karakteristik petani,
Dengan upaya-upaya yang dilakukan secara peran penyuluh, ketersediaan sarana prasarana,
benar ini diharapkan usaha budidaya tanaman dan ketersediaan sumber informasi serta
cabai rawit merah dapat dilakukan secara variabel terikat yaitu pemberdayaan petani
berkelanjutan dan produknya aman untuk melalui penerapan GAP cabai rawit merah.
konsumsi (Direktorat Jenderal Hortikultura, Data yang digunakan dalam kajian ini
2017). terdiri atas primer dan data sekunder. Data
Upaya yang dapat dilakukan untuk dapat primer berupa data hasil inventarisasi variabel-
melakukan budidaya tanaman cabai rawit variabel yang berhubungan langsung dengan
merah secara benar adalah dengan mengacu responden. Data primer ini diperoleh melalui
pada standar operasional prosedur (SOP). kuesioner, wawancara, dan observasi. Data
Standar Operasional Prosedur dalam sekunder yaitu data yang diperoleh dari BPP
pelaksananaan budidaya tanaman cabai rawit Kecamatan Rumpin. Data dianalisis
merah memuat alur proses budidaya dari on menggunakan analisis statistik deskriptif dan
farm sampai penanganan pascapanen sesuai regresi linear berganda. Analisis statistik
dengan Good Agriculture Practices (GAP). deskriptif dilakukan untuk mendeskripsikan
Oleh karena itu penulis melakukan penelitian tingkat keberdayaan petani melalui penerapan
tentang “Pemberdayaan Petani Melalui GAP, analisis regresi linear berganda
Penerapan Good Agriculture Practices Cabai dilakukan untuk menganalisis faktor-faktor
rawit merah di Kecamatan Rumpin Kabupaten yang mempengaruhi tingkat keberdayaan
Bogor Provinsi Jawa Barat.” petani melalui penerapan GAP cabai rawit
merah, dan analisis statistik deskriptif serta
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
Jurnal Inovasi Penelitian ISSN 2722-9475 (Cetak)
ISSN 2722-9467 (Online)
Vol.1 No.3 Agustus 2020 457
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
regesi linear berganda untuk menentukan bahwa mayoritas petani saat ini berumur tua.
model dan strategi peningkatan keberdayaan Menurut hasil wawancara dengan petani
petani melalui penerapan GAP cabai rawit responden, penduduk yang berusia muda lebih
merah. memilih bekerja di bidang non pertanian karena
pertanian dianggap kurang menjamin
HASIL DAN PEMBAHASAN kebutuhan hidup sehari hari.
Karakteristik Responden Tingkat Pendidikan
Karakteristik responden mencakup Hasil penelitian menunjukan, bahwa
umur, tingkat pendidikan, pengalaman responden termasuk dalam tiga kategori tingkat
usahatani, dan luas lahan. Sebaran karakteristik pendidikan yaitu: SD, SMP, dan SMA. Lebih
responden dapat dilihat pada grafik 1. jelas pada grafik 2
Umur Grafik 2 Karakteristik Pendidikan
Hasil penelitian menunjukan, bahwa
Pendidikan
responden termasuk dalam empat kategori
tingkatan umur yaitu: Dewasa Awal, Dewasa
Akhir, Lansia Awal, dan Lansia Akhir. 9%
Grafik 1 Karakteristik Umur
2%
Umur
36%
55%
11%
25%

SD SMP SMA
62%
Sumber: Analisis Data Primer diolah penulis,
2020
26–35 (Dewasa awal) 36–45 (Dewasa akhir) Berdasarkan grafik di atas tingkat
46–55 (Lansia awal) 56–65 (Lansia akhir) pendidikan formal petani responden mayoritas
berpendidikan SD yang terdiri dari 26 petani
Sumber: Analisis Data Primer diolah penulis, responden atau 55,32% dan hanya 4 petani
2020 responden atau 8,51% yang berpendidikan
SMA. Menurut hasil wawancara dengan petani
Berdasarkan hasil penelitian sebaran responden, hal ini disebabkan karena kondisi
umur petani cabai yang ada di Desa Sukasari, perekonomian keluarga yang kurang
Kecamatan rumpin mayoritas petani responden menunjang, sehingga mereka harus membantu
termasuk dalam kategori lansia awal yaitu yang orang tuanya dalam melanjutkan usahatani yang
memiliki umur antara 46 - 55 tahun sebanyak menjadi mata pencaharian utamanya.
29 petani responden atau yang jika Rendahnya tingkat pendidikan petani responden
dipersentasekan mencapai 61,7%, sedangkan secara tidak langsung akan mempengaruhi pola
umur petani cabai yang paling sedikit dalam pikir dan tingkat pengetahuan petani dalam
kategori dewasa awal yaitu yang memiliki umur menjalankan usaha taninya, butuh pengalaman
antara 26 - 35 tahun yaitu sebanyak 1 responden yang cukup agar petani mampu menerapkan
atau setara dengan 2,13%. Hal ini menunjukan GAP pada usahatani cabai rawit merah. Hasil
bahwa sebagian besar petani responden sudah penelitian ini sejalan dengan Saputra, et al.
cukup tua dalam melakukan usahatani cabai (2018) bahwa tingkat pendidikan petani
rawit. Hasil penelitian ini sejalan dengan Warya mayoritas masih rendah yaitu lulusan sekolah
dan Anwarudin (2018) yang menyatakan dasar karena keterbatasan ekonomi dan
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
ISSN 2722-9475 (Cetak) Jurnal Inovasi Penelitian
ISSN 2722-9467 (Online)
458 Vol.1 No.3 Agustus 2020
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
kesadaran menempuh pendidikan pada masa luas lahan yaitu: Sempit, Sedang, dan Luas.
lalu masih kurang. Oleh karena itu, dilihat dari Lebih jelas pada grafik 4
tingkat pendidikan formalnya, petani masih Grafik 4 Karakteristik Luas Lahan
memerlukan tambahan pendidikan baik secara
Luas Lahan
formal maupun informal untuk membuka dan
memudahkan mereka menerima teknologi 11% 0%
dalam usahataninya.
Pengalaman Usahatani
Hasil penelitian menunjukan, bahwa
responden termasuk dalam tiga kategori tingkat
89%
pengalaman usahatani yaitu: Kurang
Berpengalaman, Cukup Berpengalaman,
Berpengalaman dan Sangat Berpengalaman.
Lebih jelas pada grafik 3 0–1000 m2 (Sempit) 1001–2500 m2 (Sedang)

Grafik 3 Karakteristik Pengalaman 2501–5000 m2 (Luas)


Usahatani Sumber: Analisis Data Primer diolah penulis,
Pengalaman 2020
Berdasarkan grafik di atas menunjukan
19% 2%
bahwa mayoritas luas lahan petani responden
32% yang berada di wilayah Desa Sukasari berada
pada kategori sempit yaitu antara 0-1000 m2
47%
dengan responden sebanyak 42 petani atau jika
< 6 (Kurang berpengalaman) dipersentasekan sejumlah 89,4%. Hasil
6–10 (Cukup berpengalaman) penelitian ini sejalan dengan Mayamsari (2014)
11–15 (Berpengalaman) bahwa petani yang memiliki luas lahan garapan
>15 (Sangat Berpengalaman)
yang sempit mempunyai penghasilan yang
sedikit karena tidak banyak jenis usaha yang
Sumber: Analisis Data Primer diolah penulis, dapat dilakukan. Oleh karena itu, dengan luas
2020 lahan yang sempit perlu adanya teknologi
Berdasarkan grafik di atas hasil analisis pertanian yang dapat mengefektifkan dan
sebaran pengalaman usahatani petani responden meningkatkan produktifitas lahan yang dimiliki
termasuk dalam kategori berpengalaman yaitu oleh petani walaupun lahannya sempit.
berada diantara 11-15 tahun sebanyak 22 petani Faktor Eksternal
responden atau yang jika dipersentasekan Adapun analisis peran penyuluh pada
sejumlah 46,8%. Hal ini menunjukan bahwa kajian ini dapat dilihat pada grafik 5.
cukup banyak petani yang memiliki Grafik 5. Keragaan Faktor Eksternal
pengalaman dalam berusahatani yang relatif
lama sehingga petani responden memiliki Faktor Eksternal
pengetahuan yang tinggi, keterampilan yang 0
Sumber Informasi 11 36
baik, dan cenderung bersifat kritis. Menurut 0
Sarana Prasarana 7 40
hasil wawancara dengan petani responden 0
Peran Penyuluh 4 43
petani memiliki usahatani yang relatif lama
karena sejak lulus sekolah langsung melakukan 0 10 20 30 40 50
usahatani. Tinggi Sedang Rendah
Luas Lahan
Hasil penelitian menunjukan, bahwa Sumber: Analisis Data Primer diolah penulis,
responden termasuk dalam tiga kategori tingkat 2020
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
Jurnal Inovasi Penelitian ISSN 2722-9475 (Cetak)
ISSN 2722-9467 (Online)
Vol.1 No.3 Agustus 2020 459
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
Berdasarkan data primer yang didapat mengembangkan usahataninya. Disamping itu,
dari penyebaran kuesioner kepada responden beberapa petani juga mendapat informasi melalui
yang berjumlah 47 orang pada grafik 5 internet sebagai sumber informasi yang mudah
diketahui bahwa 43 orang atau 91,49% petani digunakan walaupun masih ada beberapa petani
responden menjawab peran penyuluh berada yang masih sulit untuk mengakses internet
pada kategori sedang.Menurut hasil wawancara karena sinyal internet yang terbatas di Desa
dengan petani responden, alasan petani Sukasari, Kecamatan Rumpin.
menyatakan peran penyuluh pada kategori Penilaian Penerapan GAP Cabai rawit
sedang yaitu penyuluh mampu berperan merah
sebagai komunikator, mediator, dan motivator. Menurut Poerwanto (2013), Good
Akan tetapi, penyuluh belum mampu berperan Agriculture Practices adalah penjabaran detail
maksimal sebagai fasilitator karena penyuluh model pertanian berkelanjutan, sebagai standar
masih melakukan kegiatan penyuluhan dengan pekerjaan dalam setiap usaha pertanian agar
metode anjangsana dan ceramah. Penyuluh produksi yang dihasilkan memenuhi standar
belum melakukan kegiatan penyuluhan dengan internasional. Standar ini harus dibuat dalam
menggunakan metode demonstrasi cara bentuk manual yang tentu saja secara terus
sehingga petani tidak secara langsung menerus diperbaiki, yang akan diterapkan oleh
memahami Good Agriculture Practices (GAP) petani. Standar tersebut harus diikuti secara tepat,
cabai rawit merah. maka produksi pertanian akan sesuai dengan
Dapat diketahui bahwa ketersediaan standar yang telah ditetapkan. Menurut hasil
sarana prasarana untuk menunjang kegiatan penilaian registrasi lahan GAP sesuai dengan
penerapan GAP cabai rawit merah berada Permentan No. 48 Tahun 2009, maka dalam hal
dalam kategori sedang yaitu sebanyak 40 petani ini seluruh petani responden tidak dapat
responden atau 85,1% menjawab sudah dinyatakan lulus karena hasil penilaian
tersedianya sarana prasarana untuk kegiatan menunjukkan bahwa semua responden belum
GAP cabai rawit merah. Menurut hasil dapat memenuhi kategori wajib dan beberapa
wawancara dan observasi yang dilakukan responden belum memenuhi kategori anjuran
penulis terhadap sarana prasarana untuk yang sesuai dengan form penilaian registrasi
menunjang kegiatan GAP cabai rawit merah lahan GAP. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat
yaitu sudah tersedianya pasar yang jaraknya keberdayaan petani melalui penerapan GAP cabai
hanya 1 Km dan toko tani yang berjarak 1,5 km rawit merah secara keseluruhan masih rendah.
dari wilayah usahatani cabai rawit merah. Sehingga, penulis perlu menelaah kategori apa
Disamping itu, untuk alat dan mesin pertanian saja yang menjadikan petani belum memenuhi
sudah digunakannya traktor roda dua untuk syarat GAP. Hasil penilaian GAP tersaji pada
melakukan pengolahan serta adanya sarana Tabel 5.
permodalan seperti bank. Akan tetapi, ada Tabel 5. Hasil Penilaian GAP
beberapa jalan usahatani yang masih kurang Juml
Peren
Jumlah
baik sehingga perlu dilakukannya perbaikan Titik tase Hasil
ah Syarat Kesimpulan
kendali Kelus Penilaian
jalan usahatani. Soal kelusan
usan
Adapun kategori sumber informasi dapat Wajib Semua
diketahui bahwa petani responden mendapat 14 100 % 14 11-13 Responden
Tidak Lulus
sumber informasi dalam kategori sedang yaitu
sebanyak 36 orang atau 76,6%. Melalui hasil Sangat Semua
Dianjur 54 60 % 32 32-46 Responden
wawancara dengan petani responden, petani kan Lulus
mendapat informasi melalui kegiatan Anjuran 4 responden
penyuluhan dengan metode anjangsana yang 32 40 % 13 11-22
tidak Lulus
dilakukan selama dua minggu sekali di Desa Jumlah 100 59
Sukasari untuk membantu para petani

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
ISSN 2722-9475 (Cetak) Jurnal Inovasi Penelitian
ISSN 2722-9467 (Online)
460 Vol.1 No.3 Agustus 2020
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
Sumber: Analisis Data Primer diolah penulis, dengan pengendalian OPT yang sesuai prinsip
2020 PHT.
Berdasarkan Permentan No. 48 Tahun Berdasarkan Permentan No. 48 Tahun
2009, titik kendali wajib merupakan 2009, titik kendali anjuran merupakan
persyaratan dalam GAP yang harus persyaratan dalam GAP yang harus
dilaksanakan sebanyak 14 syarat kelulusan dilaksanakan sebanyak 32 syarat kelulusan
atau 100% dari syarat kelulusan, apabila atau 40% dari syarat kelulusan. Berdasarkan
pemohon belum dapat memenuhi kriteria Tabel 5 hanya sebagian responden yang dapat
wajib maka registrasi lahan belum dapat memenuhi syarat 40% kelulusan titik kendali
dilakukan. Berdasarkan Tabel 5, semua anjuran dari 32 soal penilaian (13 soal penilaian
responden tidak dapat memenuhi syarat harus terpenuhi). Pada titik kendali anjuran¸
kelulusan karena14 butir soal penilaian kategori dari 47 petani responden terdapat 43 petani
titik kendali wajib ada yang tidak terpenuhi. responden yang lulus dan 4 responden yang
Dilihat dari butir soal, seluruh petani responden tidak lulus. Secara garis besar responden yang
tidak melakukan pelabelan identitas produk tidak lulus ini tidak memenuhi persyaratan
usahatani cabai rawit merah dan beberapa tentang pencatatan (Farm Recording) terhadap
petani melakukan pencucian hasil panen segala aktivitas produksi yang dilakukan
menggunakan air yang kurang bersih. Menurut sehingga tidak ada catatan perbaikan dari hasil
hasil pengamatan di Desa Sukasari, titik kendali evaluasi kegiatan.
wajib tentang pelabelan ini tidak dilakukan Faktor yang Mempengaruhi Tingkat
karena hasil panen langsung dijual kepada Keberdayaan Petani Melalui Penerapan
tengkulak. Dengan demikian petani tidak GAP
memberi label karena sudah diserahkan kepada Analisis faktor-faktor yang
tengkulak. Selain itu, beberapa petani ada yang mempengaruhi tingkat keberdayaan petani
mencuci hasil panen cabai rawit merah dengan melalui penerapan GAP cabai rawit merah di
menggunakan air yang mengalir di pinggir Kecamatan Rumpin menggunakan analisis
sawah dan tidak diketahui sumber air yang regresi linear berganda dengan bantuan
digunakan layak digunakan atau tidak untuk Software SPSS versi 25.
mencuci hasil panen. Oleh karena itu, seluruh Tabel 6. Hasil Analisis Faktor Internal dan
petani responden belum dapat melakukan Eksternal yang Mempengaruhi Titik Kendali
registrasi lahan usahatani cabai rawit merah. Wajib Penerapan GAP cabai rawit merah
Menurut Permentan No. 48 Tahun 2009, Uraian Nilai Sig. Keterangan
R2 0,123
titik kendali sangat anjuran merupakan Constant 47,187 0,000 Signifikan
persyaratan dalam GAP yang harus Umur (X1.1) -0,013 0,727 Tidak Signifikan
Lama -0,010 0,893 Tidak Signifikan
dilaksanakan sebanyak 32 syarat kelulusan Pendidikan
atau 60% dari syarat kelulusan. Pada titik (X1.2)
Pengalaman 0,076 0,280 Tidak Signifikan
kendali ini¸ seluruh responden sudah dapat Usahatani(X1.3)
dikatakan memenuhi syarat karena titik kendali Luas Lahan -0,796 0,753 Tidak Signifikan
(X1.4)
sangat dianjurkan ini mensyaratkan 60% Peran Penyuluh 0,045 0,316 Tidak Signifikan
persentase kelulusan dari 54 soal penilaian (32 (X2.1)
soal penilaian harus terpenuhi). Berdasarkan Ketersediaan 0,072 0,123 Tidak Signifikan
Sarana
Tabel 5 dapat diketahui bahwa petani Prasarana (X2.2)
responden sudah dapat memenuhi persyaratan Ketersediaan 0,040 0,262 Tidak Signifikan
Sumber
titik kendali sangat anjuran sebanyak 32 hingga Informasi (X2.3)
46 syarat kelulusan. Hal Menurut hasil Sumber: Analisis Data Primer diolah penulis,
pengamatan di lapangan, dapat dikatakan 2020
bahwa penggunaan bahan kimia sudah sesuai

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
Jurnal Inovasi Penelitian ISSN 2722-9475 (Cetak)
ISSN 2722-9467 (Online)
Vol.1 No.3 Agustus 2020 461
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
Berdasarkan Tabel 6 diperoleh Uraian Nilai Sig. Keterangan
Lama Tidak Signifikan
persamaan regresi yaitu Y1.1 = 47,187 - 0,013 Pendidikan 0,509 0,265
X1.1 - 0,010 X1.2 + 0,076 X1.3 – 0,0796 X1.4 (X1.2)
Pengalaman Tidak Signifikan
+ 0,045 X2.1 + 0,072 X2.2 + 0,040 X2.3. Hasil Usahatani(X1.3)
0,443 0,293
analisis menunjukan bahwa pada faktor internal Luas Lahan
12,806 0,397
Tidak Signifikan
(X1.4)
yaitu umur, lama pendidikan, pengalaman Peran Penyuluh Signifikan
1,011 0,000
usahatani, dan luas lahan tidak berpengaruh (X2.1)
Ketersediaan Signifikan
nyata terhadap penerapan titik kendali wajib Sarana 0,901 0,002
GAP karena nilai signifikansi >0,05. Pada Prasarana (X2.2)
Ketersediaan Signifikan
faktor eksternal yaitu peran penyuluh, Sumber 0,828 0,000
ketersediaan sarana prasarana, dan ketersediaan Informasi (X2.3)
informasi juga tidak berpengaruh terhadap titik Sumber: Analisis Data Primer diolah penulis,
kendali wajib GAP karena nilai signifikansi 2020
>0,05. Menurut hasil pengamatan dan Berdasarkan Tabel 7 diperoleh
wawancara pada petani responden di Desa persamaan regresi yaitu Y1.2 = 79,810 + 0,025
Sukasari, seluruh petani responden belum X1.1 + 0,509 X1.2 + 0,443 X1.3 + 12,806 X1.4 +
melakukan pelabelan identitas produk cabai 1,011 X2.1 + 0,901 X2.2 + 0,828 X2.3. Persamaan
rawit merah (penerapan titik kendali wajib regresi tersebut menunjukan bahwa pada faktor
GAP). Hal ini disebabkan karena seluruh hasil internal yaitu umur petani (X1.1) mempunyai
produksi cabai rawit merah dijual langsung ke nilai penduga sebesar 0,025 hal ini berarti
tengkulak sehingga tidak dilakukan pelabelan apabila umur petani dinaikan satu tingkat
identitas dan pengemasan produk yang baik. satuan maka akan meningkatkan penerapan
Berdasarkan Tabel 6 nilai R square titik kendali sangat anjuran GAP cabai rawit
sebesar 0,123 (12,3%). R square atau koefisien merah sebesar 0,025. Indikator lama
determinasi menjelaskan seberapa besar pendidikan (X1.2) mempunyai nilai penduga
pengaruh seluruh variabel bebas yang diteliti sebesar 0,509 hal ini berarti apabila lama
terhadap variabel terikat, dibandingkan dengan pendidikan dinaikan satu tingkat satuan maka
variabel lain (yang dapat mempengaruhi Y1.1 akan meningkatkan penerapan titik kendali
tetapi tidak diteliti). Berdasarkan hasil sangat anjuran GAP cabai rawit merah sebesar
perhitungan menggunakan SPSS versi 25 0,509. Indikator pengalaman usahatani (X1.3)
diperoleh R square sebesar 12,3%, artinya mempunyai nilai penduga sebesar 0,443 hal ini
semua variabel yang diteliti seperti umur, berarti apabila pengalaman usahatani dinaikan
tingkat pendidikan formal, lama usahatani, luas satu tingkat satuan maka akan meningkatkan
lahan, peran penyuluh, ketersediaan sarana penerapan titik kendali sangat anjuran GAP
prasarana, dan ketersediaan sumber informasi cabai rawit merah sebesar 0,828. Indikator luas
berpengaruh terhadap titik kendali wajib lahan (X1.4) mempunyai nilai penduga sebesar
penerapan GAP cabai rawit merah hanya 12,806 hal ini berarti apabila luas lahan
sebesar 12,3%, selebihnya dipengaruhi oleh dinaikan satu tingkat satuan maka akan
variabel lain yang tidak diteliti yakni sebesar meningkatkan penerapan titik kendali sangat
87,7%. anjuran GAP cabai rawit merah sebesar 12,806.
Tabel 7. Hasil Analisis Faktor Internal dan Pada faktor eksternal yaitu peran
Eksternal yang Mempengaruhi Penerapan penyuluh (X2.1) mempunyai nilai penduga
Titik Kendali Sangat Anjuran GAP cabai sebesar 1,011, hal ini berarti apabila peran
rawit merah penyuluh dinaikan satu tingkat satuan maka
Uraian Nilai Sig. Keterangan akan meningkatkan penerapan titik kendali
R2 0,540
Constant 79,810 0,001 Signifikan sangat anjuran GAP cabai rawit merah sebesar
Umur (X1.1) 0,025 0,912 Tidak Signifikan 1,011. Indikator ketersediaan sarana prasarana
(X2.2) mempunyai nilai penduga sebesar 0,901,

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
ISSN 2722-9475 (Cetak) Jurnal Inovasi Penelitian
ISSN 2722-9467 (Online)
462 Vol.1 No.3 Agustus 2020
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
hal ini berarti apabila ketersediaan sarana mampu berperan sebagai fasilitator, memiliki
prasarana dinaikan satu tingkat satuan maka kemampuan dalam melayani kebutuhan-
akan meningkatkan penerapan titik kendali kebutuhan yang diperlukan oleh petani
sangat anjuran GAP cabai rawit merah sebesar responden atau memberikan bantuan dalam
0,901. Indikator Sumber Informasi (X2.3) pelaksanaan kegiatan usahatani cabai.
mempunyai nilai penduga sebesar 0,828 hal ini Penyuluh mampu berperan sebagai motivator,
berarti apabila ketersediaan sumber informasi memiliki kemampuan dalam memberikan
dinaikan satu tingkat satuan maka akan dorongan pada petani melalui berbagai macam
meningkatkan penerapan titik kendali sangat upaya agar petani bergerak berpartisipasi dalam
anjuran GAP cabai rawit merah sebesar 0,828. kegiatan penyuluhan pertanian. Penyuluh
Berdasarkan Tabel 7 nilai R square mampu berperan sebagai mediator, memiliki
sebesar 0,540 (54%). R square atau koefisien kemampuan dalam memberikan informasi
determinasi menjelaskan seberapa besar budidaya cabai dengan sistem GAP. Akan
pengaruh seluruh variabel bebas yang diteliti tetapi, penyuluh belum melakukan penyuluhan
terhadap variabel terikat, dibandingkan dengan dengan metode demonstrasi cara agar petani
variabel lain (yang dapat mempengaruhi Y1.2 mudah memahami Good Agriculture Practices
tetapi tidak diteliti). Berdasarkan hasil (GAP) cabai rawit merah.
perhitungan menggunakan SPSS versi 25 Peran penyuluh berpengaruh nyata
diperoleh R square sebesar 54%, artinya semua terhadap penerapan titik kendali sangat anjuran
variabel yang diteliti seperti umur, tingkat GAP karena penyuluh berperan dalam
pendidikan formal, lama usahatani, luas lahan, meningkatkan pengetahuan petani mengenai
peran penyuluh, ketersediaan sarana prasarana, pentingnya penerapan titik kendali sangat
dan ketersediaan sumber informasi secara anjuran GAP cabai. Hal ini sejalan dengan
simultan atau bersama-sama berpengaruh penelitian Putra et al. (2014) yang menyatakan
pengaruh terhadap penerapan titik kendali bahwa peran penyuluh berpengaruh nyata
sangat anjuran GAP cabai rawit merah sebesar terhadap produksi cabai dan peningkatan
54%, selebihnya dipengaruhi oleh variabel lain pendapatan petani.
yang tidak diteliti yakni sebesar 46%. Ketersediaan Sarana Prasarana
Faktor yang Berpengaruh Terhadap Berdasarkan hasil analisis regresi linier
Penerapan Titik Kendali Sangat Anjuran berganda, ketersediaan sarana prasarana
GAP berpengaruh nyata terhadap penerapan titik
Peran Penyuluh kendali sangat anjuran GAP cabai rawit merah
Berdasarkan hasil analisis regresi linier di Desa Sukasari, Kecamatan Rumpin karena
berganda, peran penyuluh berpengaruh nyata memiliki nilai signifikansi <0,05 yaitu sebesar
terhadap penerapan titik kendali sangat anjuran 0,002. Ketersediaan sarana prasarana
GAP cabai rawit merah di Desa Sukasari, memudahkan petani responden dalam
Kecamatan Rumpin karena memiliki nilai melaksanakan usahatani cabai rawit merah
signifikansi <0,05 yaitu sebesar 0,000. dengan sistem GAP. Menurut hasil pengamatan
Penyuluh berperan penting sebagai sumber dilapangan, sarana prasarana yang berupa jalan
informasi mengenai GAP cabai. usahatani masih perlu diperbaiki karena ada
Menurut hasil pengamatan, penyuluh beberapa jalan yang masih rusak.
melakukan kegiatan penyuluhan selama dua Ketersediaan sarana prasarana sangat
minggu sekali di Desa Sukasari. Hal ini penting untuk membantu petani menerapkan
menunjukan bahwa penyuluh mampu berperan titik kendali sangat anjuran GAP. Hal ini
sebagai komunikator yaitu memberi informasi sejalan dengan penelitian Sarina et al. (2015)
mengenai budidaya cabai rawit merah dengan yang menyatakan bahwa ketersediaan sarana
sistem GAP pada petani responden. Penyuluh prasarana berupa jumlah benih, pupuk organik,

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
Jurnal Inovasi Penelitian ISSN 2722-9475 (Cetak)
ISSN 2722-9467 (Online)
Vol.1 No.3 Agustus 2020 463
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
pupuk anorganik, dan pestisida berpengaruh Faktor yang Tidak Berpengaruh Terhadap
nyata dan positif terhadap produksi cabai Penerapan Titik Kendali Sangat Anjuran
merah. Hal ini juga sejalan dengan penelitian GAP
Suharni et al. (2017) yang menyatakan bahwa Umur
ketersediaan sarana seperti jumlah benih, Berdasarkan hasil analisis regresi linear
pupuk, pestisida, dan sarana permodalan akan berganda umur tidak mempengaruhi penerapan
mempengaruhi aplikasi GAP. Hal ini juga titik kendali sangat anjuran GAP cabai rawit
selaras dengan hasil penelitian Andayani merah karena memiliki signifikansi >0,05 yaitu
(2016) yang menyatakan bahwa bibit, pupuk, sebesar 0,912. Dalam hal ini umur tidak
dan pestisida berpengaruh nyata terhadap berpengaruh nyata terhadap penerapan titik
produksi cabai. kendali sangat anjuran GAP cabai rawit merah
Ketersediaan Sumber Informasi karena berdasarkan hasil pengamatan dan
Berdasarkan hasil analisis regresi linier wawancara dengan petani responden, petani
berganda, ketersediaan sumber informasi yang berada pada usia dewasa awal, dewasa
berpengaruh nyata terhadap penerapan titik akhir, lanjut usia awal, dan lanjut usia akhir
kendali sangat anjuran GAP cabai rawit merah memiliki kemauan dan kebutuhan yang sama,
di Desa Sukasari, Kecamatan Rumpin karena yaitu sama-sama menginginkan keberhasilan
memiliki nilai signifikansi <0,05 yaitu sebesar dalam mengelola dan mengembangkan
0,000. Sumber informasi merupakan hal yang usahatani cabai rawit merah.
sangat penting dan dibutuhkan bagi petani demi Petani yang berusia dewasa awal, dewasa
menambah pengetahuan, dan keterampilan akhir, lanjut usia awal, dan lanjut usia akhir
dalam berusahatani. Sumber informasi terdiri memiliki pemahaman yang sama dalam hal
atas penyuluh, kelembagaan petani, dan media usahatani cabai rawit merah, bahkan petani
massa. Sumber informasi paling dominan yang sudah tua jauh lebih berpengalaman dalam
adalah kelompoktani dan penyuluh melalui melakukan usahatani karena mereka telah
kegiatan penyuluhan. Pertemuan yang intensif mencoba berbagai hal baru untuk kemajuan
dilakukan oleh penyuluh di Desa Sukasari, usahataninya sehingga dalam pengkajian ini
Kecamatan Rumpin memudahkan petani faktor umur tidak berpengaruh nyata terhadap
responden dalam mengakses informasi penerapan titik kendali sangat anjuran GAP
mengenai penerapan titik kendali sangat cabai rawit merah. Petani yang sudah tua
anjuran GAP cabai rawit merah. biasanya lebih matang secara psikis sehingga
Terbatasnya sumber informasi yang lebih bijaksana dalam pengambilan keputusan
dibutuhkan, mempengaruhi penerapan titik dan memilih inovasi teknologi pertanian terbaik
kendali sangat anjuran GAP cabai rawit merah, untuk usahataninya. Pengkajian ini sejalan
padahal semakin banyak informasi tentang dengan penelitian (Anisa, 2017) yang
GAP cabai rawit merah yang mereka dapatkan, menyatakan bahwa umur merupakan faktor
maka semakin meningkatkan penerapan titik internal yang tidak berpengaruh nyata terhadap
kendali sangat anjuran GAP cabai rawit merah. pengambilan keputusan petani untuk tetap
Hasil pengkajian tersebut sejalan dengan berusahatani cabai. Berbagai kelompok usia
pendapat (Sari, 2016) yang menyatakan bahwa petani, baik muda maupun tua tetap memiliki
ketersediaan informasi berpengaruh nyata kemampuan yang sama dalam mengadopsi
terhadap tingkat keberdayaan petani melalui inovasi dan menyerap informasi tentang
penerapan GAP cabai. Semakin banyak akses usahatani cabai.
informasi yang tersedia bagi petani maka
semakin baik tingkat keberdayaan petani melui Lama Pendidikan
penerapan GAP cabai. Berdasarkan hasil analisis dalam
pengkajian ini lama pendidikan tidak
berpengaruh nyata terhadap penerapan titik

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
ISSN 2722-9475 (Cetak) Jurnal Inovasi Penelitian
ISSN 2722-9467 (Online)
464 Vol.1 No.3 Agustus 2020
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
kendali sangat anjuran GAP cabai rawit merah kendali sangat anjuran GAP cabai rawit merah
karena memiliki nilai signifikansi >0,05 yaitu karena memiliki nilai signifikansi >0,05 yaitu
sebesar 0,265. Lama pendidikan petani di Desa sebesar 0,293. Pengalaman petani dalam
Sukasari mayoritas SD karena keterbatasan mengakumulasikan informasi erat kaitannya
ekonomi membuat mereka memutuskan untuk dengan kemampuan petani dalam
berhenti sekolah dan mereka harus bekerja atau meningkatkan produktivitas konvensional
melanjutkan usahatani yang digeluti input. Dengan demikian pengalaman berkaitan
orangtuanya secara turun-temurun serta pula dengan besarnya produksi usahatani yang
kurangnya kesadaran petani akan pentingnya akan dicapai. Akan tetapi hal ini tidak
pendidikan membuat mereka enggan berlangsung terus menerus, ini disebabkan
melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih karena pada taraf tertentu tingginya
tinggi. Dalam hal ini tingkat pendidikan tidak pengalaman juga berarti makin tua umur petani,
berpengaruh nyata terhadap penerapan titik semakin tua umur petani berarti makin
kendali sangat anjuran GAP cabai rawit merah berkurang kemampuannya terutama fisiknya
karena walaupun tingkat pendidikan mereka untuk bekerja.
tergolong rendah namun kemampuan baca tulis Berdasarkan hasil temuan dilapangan,
mereka cukup baik sehingga mereka mampu petani yang berada di Desa Sukasari,
mengikuti proses pembelajaran nonformal Kecamatan Rumpin makin tinggi pengalaman
dengan baik. Tingkat pendidikan yang rendah petani berarti makin berkurang juga
bukan berarti tidak terampil dalam berusahatani kemampuan fisiknya untuk berusahatani cabai
cabai rawit merah. rawit merah. Hal ini sejalan dengan penelitian
Menurut hasil pengamatan dan Syifa et al. (2019) yang menyatakan bahwa
wawancara para generasi muda di Kecamatan pengalaman usahatani tidak berpengaruh nyata
Rumpin lebih memilih bekerja dikota, tidak dalam penerapan GAP.
mau melanjutkan pekerjaan orangtuanya Luas Lahan
sebagai petani, hal itu menjadi dorongan Luas lahan tidak berpengaruh nyata
tersendiri bagi petani untuk terus menganalisis terhadap penerapan titik kendali sangat anjuran
berbagai informasi terkait penerapan GAP GAP cabai rawit merah karena memiliki nilai
cabai rawit merah supaya bisa merubah signifikansi sebesar 0,397 yang berarti >0,05.
perilaku mereka ke arah yang lebih baik dan Berdasarkan temuan di lapangan petani yang
sejahtera. Pengkajian ini sejalan dengan berlahan luas maupun yang berlahan sempit
penelitian (Anisa, 2017), yang menyatakan tidak menjamin akan lebih cepat dalam
tingkat pendidikan tidak berpengaruh nyata menerima inovasi teknologi GAP cabai rawit
terhadap pengambilan keputusan petani untuk merah pada titik kendali sangat anjuran. Hal ini
tetap berusahatani cabai. Berusahatani cabai disebabkan karena pada persyaratan titik
tidak memerlukan tingkat pendidikan yang kendali sangat anjuran tidak secara langsung
tinggi, karena petani mendapatkan banyak ilmu membahas mengenai luas lahan yang
tentang berusahatani cabai diluar pendidikan digunakan pada usahatani cabai dengan sistem
formal, yaitu dengan kegiatan penyuluhan yang GAP.
dilakukan oleh penyuluh di Desa Sukasari, Semakin luas lahan yang mereka
mengamati usahatani petani lain, melakukan usahakan, tidak mempengaruhi penerapan titik
inovasi sendiri secara terus-menerus, dan kendali sangat anjuran GAP. Pengkajian ini
belajar kepada sesama petani. selaras dengan penelitian (Anisa, 2017), yang
Pengalaman Usahatani menyatakan bahwa luas lahan tidak
Berdasarkan hasil analisis dalam berpengaruh nyata terhadap pengambilan
pengkajian ini pengalaman usahatani tidak keputusan petani untuk tetap berusahatani cabai
berpengaruh nyata terhadap penerapan titik di Kecamatan Bluto. Petani tetap menanam

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
Jurnal Inovasi Penelitian ISSN 2722-9475 (Cetak)
ISSN 2722-9467 (Online)
Vol.1 No.3 Agustus 2020 465
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
cabai meskipun pada lahan yang sempit. meningkatkan penerapan titik kendali anjuran
Produksi cabai yang tinggi dapat dilakukan GAP cabai rawit merah sebesar 28,522.
dengan pemeliharaan yang baik. Hal ini juga Pada faktor eksternal yaitu peran
sejalan dengan penelitian (Bete, 2018) yang penyuluh (X2.1) mempunyai nilai penduga
menyatakan bahwa luas lahan tidak sebesar 0,478, hal ini berarti apabila peran
berpengaruh nyata terhadap produksi usahatani penyuluh dinaikan satu tingkat satuan maka
cabai rawit merah. akan meningkatkan penerapan titik kendali
Tabel 8. Hasil Analisis Faktor Internal dan anjuran GAP cabai rawit merah sebesar 0,478.
Eksternal yang Mempengaruhi Penerapan Indikator ketersediaan sarana prasarana (X2.2)
Titik Kendali mempunyai nilai penduga sebesar -0,011, hal
Anjuran GAP cabai rawit merah ini berarti apabila ketersediaan sarana prasarana
Uraian B Sig. Keterangan dinaikan satu tingkat satuan maka akan
R2 0,326
Constant 73,021 0,000 Signifikan menurunkan penerapan titik kendali anjuran
Umur (X1.1) -0,006 0,972 Tidak Signifikan GAP cabai rawit merah sebesar 0,011. Indikator
Lama Pendidikan Tidak Signifikan
(X1.2)
-0,113 0,753 Sumber Informasi (X2.4) mempunyai nilai
Pengalaman
-0,004 0,991
Tidak Signifikan penduga sebesar 0,409, hal ini berarti apabila
Usahatani(X1.3)
Luas Lahan (X1.4) 28,522 0,021 Signifikan
ketersediaan sumber informasi dinaikan satu
Peran Penyuluh
0,478 0,027 Signifikan
tingkat satuan maka akan meningkatkan
(X2.1)
Ketersediaan
penerapan titik kendali anjuran GAP cabai
Sarana Prasarana -0,011 0,959 Tidak Signifikan rawit merah sebesar 0,409.
(X2.2) Berdasarkan Tabel 8 nilai R square
Ketersediaan
Sumber Informasi 0,409 0,018 Signifikan sebesar 0,326 (32,6%). R square atau koefisien
(X2.3) determinasi menjelaskan seberapa besar
Sumber: Analisis Data Primer diolah penulis, pengaruh seluruh variabel bebas yang diteliti
2020 terhadap variabel terikat, dibandingkan dengan
Berdasarkan Tabel 8 diperoleh variabel lain (yang dapat mempengaruhi Y1.3
persamaan regresi yaitu Y1.3 = 73,021 - 0,006 tetapi tidak diteliti). Berdasarkan hasil
X1.1 - 0,113 X1.2 - 0,004 X1.3 + 28,522 X1.4 + perhitungan menggunakan SPSS versi 25
0,478 X2.1 - 0,011 X2.2 + 0,409 X2.3. Persamaan diperoleh R square sebesar 32,6%, artinya
regresi tersebut menunjukan bahwa pada faktor semua variabel yang diteliti seperti umur,
internal yaitu indikator umur (X1.1) mempunyai tingkat pendidikan formal, lama usahatani, luas
nilai penduga sebesar -0,006, hal ini berarti lahan, peran penyuluh, ketersediaan sarana
apabila luas lahan dinaikkan satu tingkat satuan prasarana, dan ketersediaan sumber informasi
maka akan menurunkan penerapan titik kendali secara simultan atau bersama-sama
anjuran GAP cabai rawit merah sebesar 0,006. berpengaruh pengaruh terhadap penerapan titik
Indikator lama pendidikan (X1.2) mempunyai kendali anjuran GAP cabai rawit merah sebesar
nilai penduga sebesar -0,113, hal ini berarti 32,6%, selebihnya dipengaruhi oleh variabel
apabila lama pendidikan dinaikkan satu tingkat lain yang tidak diteliti yakni sebesar 67,4%.
satuan maka akan menurunkan penerapan titik Faktor yang Berpengaruh Terhadap
kendali anjuran GAP cabai rawit merah sebesar Penerapan Titik Kendali Anjuran GAP
0,113. Indikator pengalaman usahatani (X1.3) Luas Lahan
mempunyai nilai penduga sebesar -0,004, hal Berdasarkan hasil analisis regresi linier
ini berarti apabila pengalaman usahatani berganda, luas lahan berpengaruh nyata
dinaikkan satu tingkat satuan maka akan terhadap penerapan titik kendali anjuran GAP
menurunkan penerapan titik kendali anjuran cabai rawit merah di Desa Sukasari, Kecamatan
GAP cabai rawit merah sebesar 0,004. Indikator Rumpin karena memiliki nilai signifikansi
luas lahan (X1.4) mempunyai nilai penduga <0,05 yaitu sebesar 0,021. Menurut hasil
sebesar 28,522, hal ini berarti apabila luas lahan pengamatan dan wawancara pada petani
dinaikkan satu tingkat satuan maka akan
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
ISSN 2722-9475 (Cetak) Jurnal Inovasi Penelitian
ISSN 2722-9467 (Online)
466 Vol.1 No.3 Agustus 2020
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
responden, jika semakin luas lahan yang petani dapat meningkatkan produksi dan
dimiliki petani maka petani makin efektif dan produktivitasnya. Hal ini sejalan dengan
efesien dalam melakukan pengolahan lahan pendapat Sundari et al. (2015) yang
dengan traktor. Hal ini sesuai dengan syarat menyatakan bahwa peran penyuluh
kelulusan titik anjuran GAP yaitu peggunaan mempengaruhi produksi usahatani di
alat dan mesin pertanian untuk pengolahan Kabupaten Pontianak.
lahan. Disamping itu, semakin tinggi luas lahan Ketersediaan Sumber Informasi
yang dimiliki petani maka akan semakin Berdasarkan hasil analisis regresi linier
banyak produksi cabai yang dihasilkan berganda, ketersediaan sumber informasi
sehingga pendapatanpun juga ikut meningkat. berpengaruh nyata terhadap penerapan titik
Luas lahan berpengaruh nyata tehadap kendali sangat anjuran GAP cabai rawit merah
penerapan titik kendali anjuran GAP cabai. di Desa Sukasari, Kecamatan Rumpin karena
Hasil pengkajian tersebut sesuai dengan memiliki nilai signifikansi <0,05 yaitu sebesar
penelitian (Sari, 2016) yang menyatakan bahwa 0,018. Berdasarkan pengamatan di lapangan
luas lahan berpengaruh terhadap tingkat dan wawancara dengan petani responden,
penerapan prinsip-prinsip GAP oleh petani di informasi yang berupa titik anjuran dalam GAP
Kecamatan Tinggi Moncong. Hal ini juga cabai sebagian besar diperoleh dari penyuluh di
sejalan dengan penelitian Suharni et al. (2017) Desa Sukasari melalui kegiatan penyuluhan.
yang menjelaskan bahwa luas lahan Ketersediaan sumber informasi berperan
berpengaruh nyata terhadap aplikasi GAP. penting bagi petani untuk meningkatkan
Peran Penyuluh usahataninya. Ketersediaan sumber informasi
Berdasarkan hasil analisis regresi linier berpengaruh nyata terhadap penyerapan titik
berganda, peran penyuluh berpengaruh nyata anjuran GAP cabai. Hal tersebut sejalan dengan
terhadap penerapan titik kendali anjuran GAP pendapat Amali (2014), yakni ketersediaan
cabai rawit merah di Desa Sukasari, Kecamatan sumber informasi berpengaruh nyata dan positif
Rumpin karena memiliki nilai signifikansi terhadap penerapan GAP cabai. Oleh karena
<0,05 yaitu sebesar 0,027. Menurut hasil itu, petani perlu mendapat informasi,
pengamatan, penyuluh melakukan kegiatan pembinaan, dan bimbingan dari pemerintah
penyuluhan dengan baik dan sesuai melalui program pemberdayaan dan
permasalahan yang dialami petani sehingga penyuluhan. Pendekatan baik dari sisi
dapat ditemukan solusi untuk masalah yang perubahan sikap mental maupun perilaku
dialami petani. Hal ini menunjukan bahwa ekonomi rumah tangga petani perlu dilakukan.
penyuluh mampu berperan sebagai Faktor yang Tidak Berpengaruh Terhadap
komunikator yaitu memberi informasi Penerapan Titik Kendali Anjuran GAP
mengenai titik kendali anjuran yang berupa Umur
pentingnya pencatatan riwayat penggunaan Berdasarkan hasil analisis regresi linear
lahan dan melakukan rotasi tanaman pada berganda, umur tidak mempengaruhi penerapan
budidaya cabai rawit merah dengan sistem GAP titik kendali anjuran GAP cabai rawit merah
pada petani responden. Penyuluh sebagai karena memiliki signifikansi >0,05 yaitu
fasilitator, memiliki kemampuan dalam sebesar 0,972. Dalam hal ini umur tidak
melayani kebutuhan-kebutuhan yang berpengaruh nyata terhadap penerapan titik
diperlukan oleh petani responden atau kendali anjuran GAP cabai rawit merah.
memberikan bantuan dalam pelaksanaan Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara
kegiatan usahatani cabai seperti adanya bantuan dengan petani responden, berbagai kelompok
alat dan mesin pertanian dari pemerintah. Peran usia petani, baik muda maupun tua tetap
penyuluh berpengaruh nyata terhadap memiliki kemampuan yang sama dalam
penerapan titik kendali anjuran GAP sehingga mengadopsi inovasi dan menyerap informasi

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
Jurnal Inovasi Penelitian ISSN 2722-9475 (Cetak)
ISSN 2722-9467 (Online)
Vol.1 No.3 Agustus 2020 467
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
tentang usahatani cabai dengan sistem GAP. usahatani cabai dengan sistem GAP. Oleh
Hal ini juga sejalan dengan penelitian Suharni karena itu, ketersediaan sarana prasarana tidak
et al. (2017) yang menyatakan bahwa umur berpengaruh secara nyata dalam penerapan titik
tidak berpengaruh nyata dalam aplikasi GAP. kendali anjuran GAP.
Lama Pendidikan
Berdasarkan hasil analisis dalam PENUTUP
pengkajian ini lama pendidikan tidak Kesimpulan
berpengaruh nyata terhadap penerapan titik Berdasarkan hasil kajian yang telah
kendali anjuran GAP cabai rawit merah karena dilakukan dapat ditarik kesimpulan sebagai
memiliki nilai signifikansi >0,05 yaitu sebesar berikut:
0,753. Lama pendidikan petani di Desa 1. Tingkat keberdayaan petani melalui
Sukasari mayoritas SD. Tingkat pendidikan penerapkan GAP cabai rawit merah di Desa
yang rendah bukan berarti tidak terampil dalam Sukasari, Kecamatan masih rendah. Hasil
berusahatani cabai rawit merah karena penilaian menunjukkan bahwa semua
kemampuan baca tulis mereka cukup baik. responden tidak lulus dalam penilaian
Lamanya petani dalam mengeyam registrasi GAP cabai karena ada beberapa soal
pendidikan tidak berpengaruh nyata terhadap penilaian kategori titik kendali wajib yang
penerapan titik kendali anjuran dalam GAP tidak terpenuhi. Secara rinci titik kendali
cabai rawit merah. Pengkajian ini sejalan wajib semua responden dinyatakan tidak
dengan penelitian (Putra, 2014), yang lulus. Pada titik sangat anjuran semua
menyatakan bahwa tingkat pendidikan tidak responden dinyatakan lulus. Pada titik kendali
berpengaruh nyata terhadap peningkatan anjuran 43 responden dinyatakan lulus dan 4
produksi dan pendapatan petani cabai. responden dinyatakan tidak lulus.
Pengalaman Usahatani 2. Faktor yang berpengaruh dalam
Berdasarkan hasil analisis dalam meningkatkan keberdayaan petani melalui
pengkajian ini pengalaman usahatani tidak penerapan GAP cabai rawit merah yaitu luas
berpengaruh nyata terhadap penerapan titik lahan, peran penyuluh, ketersediaan sarana
kendali anjuran GAP cabai rawit merah karena prasarana, dan ketersediaan sumber informasi.
memiliki nilai signifikansi >0,05 yaitu sebesar 3. Model yang ditentukan dalam meningkatkan
0,991. Berdasarkan hasil pengamatan dan keberdayaan pada penelitian ini yaitu dengan
wawancara pada petani responden di Desa meningkatkan faktor yang berpengaruh dalam
Sukasari, Kecamatan Rumpin makin tinggi penerapan GAP cabai rawit. Strategi yang
pengalaman petani berarti makin berkurang digunakan untuk meningkatkan keberdayaan
juga kemampuan fisiknya untuk berusahatani yaitu dengan melakukan penyuluhan
cabai rawit merah. Hal ini juga sejalan dengan mengenai penerapan titik kendali wajib yang
penelitian Sriyadi et al.(2011) yang ditekankan pada penanganan pascapanen
menyatakan bahwa pengalaman usahatani tidak sebagai prioritas pertama dan penerapan titik
berpengaruh nyata dalam penerapan SOP-GAP. kendali anjuran yang ditekankan pada
Ketersediaan Sarana Prasarana pencatatan usahatani sebagai prioritas kedua
Berdasarkan hasil analisis dalam serta membuat petak percontohan.
pengkajian ini ketersediaan sarana prasarana Saran
tidak berpengaruh nyata terhadap penerapan Saran yang dapat disampaikan setelah
titik kendali anjuran GAP cabai rawit merah melaksanakan Tugas Akhir di Kecamatan
karena memiliki nilai signifikansi >0,05 yaitu Rumpin adalah sebagai berikut:
sebesar 0,959. Hal ini disebabkan karena pada 1. Perlu ditingkatkan kembali peran penyuluh
persyaratan titik kendali anjuran tidak terutama dalam menyampaikan berbagai
membahas mengenai sarana prasarana dari informasi GAP cabai rawit merah dengan
benih cabai dan pupuk yang digunakan pada metode yang tepat.

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
ISSN 2722-9475 (Cetak) Jurnal Inovasi Penelitian
ISSN 2722-9467 (Online)
468 Vol.1 No.3 Agustus 2020
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
2. Diharapkan kepada petani untuk Dramaga Kabupaten Bogor). Jurnal
meningkatkan penerapkan titik kendali wajib, Agrisep. 15 (2) : 61-70.
titik kendali sangat anjuran, dan titik kendali [9] Pemerintah. 2009. Peraturan Menteri
anjuran GAP agar dapat meregistrasi lahan Pertanian No: 48/Permentan/OT.140/2009
usahatani cabai rawit merah. tentang Pedoman Budidaya Buah Dan
3. Dengan adanya faktor lain yang Sayur Yang Baik (Good Agriculture
mempengaruhi tingkat keberdayaan petani Practices For Fruit And Vegetables).
melalui penerapan GAP cabai rawit merah Departemen Pertanian. Jakarta.
diluar variabel yang dikaji pada pengkajian [10] Poerwanto, R. 2013. Panduan Budidaya
ini, maka diharapkan pengkajian yang akan yang Baik (Good Agricultural Practice)
datang memasukkan variabel lain. Pada Komoditas Hortikultura. Bahan Ajar.
DAFTAR PUSTAKA Institut Pertanian Bogor.
[1] Amali, Noor. 2014. Diseminasi Teknologi [11] Putra dkk. 2014. Konstribusi Penyuluhan
Cabai Merah Melalui Demplot GAP. Balai Terhadap Peningkatan Produksi dan
Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Pendapatan Petani (Kasus Petani Cabai) di
Kalimantan Selatan. Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan
[2] Andayani, Sri Ayu. 2016. Faktor-Faktor Riau. Prosiding Seminar Nasional.
Yang Mempengaruhi Produksi Cabai [12] Saputra C, Anwarudin O, Sulistyowati D.
Merah. Fakultas Pertanian. Universitas 2018. Persepsi dan adopsi Pengendalian
Majalengka. Vol 1 No 3. ISSN 2460-4321 Hama Terpadu Lalat Buah pada Tanaman
[3] Anisa, Mardiyah. 2017. Pengambilan Mangga di Kecamatan Greged Kabupaten
Keputusan Petani untuk Tetap Cirebon Provinsi Jawa Barat. Jurnal
Berusahatani Cabai di Kecamatan Bluto, Penyuluhan Pertanian. 13(2): 49-60.
Kabupaten Sumenep. Jurnal Agribisnis, [13] Sari, Dewi Puspita. 2016. Penerapan
Universitas Trunojoyo Madura. Prinsip-Prinsip Good Agricultural Practice
[4] BPS Kabupaten Bogor. 2019. Kecamatan (GAP) untuk Pertanian Berkelanjutan di
Rumpin Dalam Angka 2019. Bogor. Kecamatan Tinggi Moncong Kabupaten
[5] Bete, Katarina. 2018. Faktor-Faktor yang Gowa. Reporsitory Universitas
Mempengaruhi Produksi Usahatani Cabe Muhammadiyah Makassar.
Rawit Merah di Desa Tapenpah [14] Sarinah. 2015. Analisis Faktor Faktor yang
Kecamatan Insana Kabupaten Timor Mempengaruhi Produksi Cabai Merah di
Tengah Utara. Jurnal Agribisnis Lahan Desa Kampung Melayu Kecamtan
Kering. ISSN 2502-1710. Bermani Ulu Labupaten Rejang Lebong.
[6] Direktorat Jenderal Hortikultura. 2017. Jurnal Agroqua. Universitas Prof. Dr.
Tata Cara Penerapan dan Registrasi Kebun Hazairin, SH, Bengkulu.
dan Lahan Usaha dalam Budidaya Buah [15] Sriyadi dkk. 2015. Evaluasi Penerapan
dan Sayur yang Baik. Ditjen Hortikultura Standard Operating Procedure-Good
Kementerian Pertanian. Jakarta. Agriculture Practice (SOP-GAP) pada
[7] Kementerian Pertanian. 2018. Statistik Usahatani Padi Organik di Kabupaten
Pertanian 2018. Pusat Data dan Sistem Bantul. Program Studi Agribisnis.
Informasi Pertanian Kementerian Universitas Muhamadiyah Yogyakarta.
Pertanian Republik Indonesia. Jakarta. [16] Suharni, dkk. 2017. Aplikasi Good
[8] Mayamsari I, Mujiburrahmad. 2014. Agriculture Practices (GAP) Bawang
Karakteristik Petani dan Hubungannya Merah Kecamatan di Kabupaten Bantul.
dengan Kompetensi Petani Lahan Sempit Jurnal Agroekonomi. Universitas Gadjah
(Kasus Desa Sinar Sari Kecamatan Mada.

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
Jurnal Inovasi Penelitian ISSN 2722-9475 (Cetak)
ISSN 2722-9467 (Online)
Vol.1 No.3 Agustus 2020 469
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
[17] Sundari, dkk. 2015. Peran Penyuluh
Pertanian Terhadap Peningkatan Produksi
Usahatani di Kabupaten Pontianak. Jurnal
Sosial Ekonomi Pertanian. Universitas
Tanjungpura Pontianak.
[18] Syifa dkk. 2019. Penerapan Good
Agriculture Practices (GAP) Pada
Usahatani Padi Merah Organik. Program
Studi Agribisnis Fakultas Pertanian
Universitas Jember.
[19] Warya A, Anwarudin O. 2018. Factors
Affecting Farmer Participation In Paddy-
Special Efforts Program At Karawang,
Indonesia. International Journal of Social
and Economic Research. 3 : 3857 – 3867

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
ISSN 2722-9475 (Cetak) Jurnal Inovasi Penelitian
ISSN 2722-9467 (Online)
470 Vol.1 No.3 Agustus 2020
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..

HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
Jurnal Inovasi Penelitian ISSN 2722-9475 (Cetak)
ISSN 2722-9467 (Online)

You might also like