You are on page 1of 10

Forum Agribisnis (Agribusiness Forum) ISSN 2252-5491, E-ISSN 2656-4599

Vol. 10 No. 1, Maret 2020; halaman 36-45 DOI: https://doi.org/10.29244/fagb.10.1.36-45

EFISIENSI PEMASARAN CABAI RAWIT MERAH DI DESA CIDATAR


KECAMATAN CISURUPAN KABUPATEN GARUT

Adrianus Hia1), Rita Nurmalina2), dan Amzul Rifin3)


1)Kompas Gramedia, Jl. Sukamulya Sukasari Bogor Timur, Indonesia
2, 3) Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor
Jl. Kamper Wing 4 Level 5 Kampus IPB Dramaga, Indonesia
1) E-mail: adrianushia@gmail.com

(Diterima 5 Maret 2019/ Disetujui 18 April 2019)

ABSTRACT
The research marketing efficiency of red cayenne pepper was located in the Cidatar part of Cisurupan
regency Garut district purposed to know marketing channel, marketing margin, and farmer’s share. The
research used descriptive analysis method. About 31 farmers were chosen with a random sampling method
and with the snowball method to got 10 sellers. Interview and observation in collecting primary data while
the documentation to retrieve secondary data. There are five red cayenne pepper marketing channels in
Cidatar, Cisurupan District, Garut Regency. The marketing channels are, I) farmer – a collector – wholesaler
Jakarta – retailer – consumer Jakarta; II) farmer – a collector – wholesaler Cikajang– retailer – consumer
Cikajang; III) farmer – a collector – wholesaler Cikajang – wholesaler Jakarta – retailer – consumer Jakarta;
IV) farmer – a collector – wholesaler Bandung – retailer – consumer Bandung; V) farmer – a collector –
wholesaler Bandung – wholesaler Jakarta – retailer – consumer Jakarta. The margin analysis results that
the smallest marketing margin is in marketing channel II at 52,3 per cent. The largest Farmer’s share is at
47 per cent in marketing channel II and the biggest ratio of πi/Ci is at 5,64 in marketing channel III. The
suggestion that can be given to farmers is to choose marketing channel I because channel I am the channel
with the great packing volume that may be delivered by the market and also the highest price compared to
other marketing channels.

Keywords: farmer’s share, marketing efficiency, marketing margin, red cayenne pepper

ABSTRAK
Penelitian mengenai efisiensi pemasaran cabai rawit merah ini terletak di Desa Cidatar Kecamatan
Cisurupan Kabupaten Garut dengan tujuan untuk mengetahui saluran pemasaran, margin pemasaran
dan farmer’s share. Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif. Sebanyak 30 responden
petani dipilih dengan metode random sampling dan untuk mendapatkan 10 responden pedagang
menggunakan metode snowball. Wawancara dan observasi dalam mengumpulkan data primer
sedangkan dokumentasi untuk mengambil data sekunder. Terdapat lima saluran pemasaran cabai rawit
merah di Desa Cidatar, Kecamatan Cisurupan, Kabupaten Garut. Saluran pemasarannya adalah I) petani
- pengumpul - pedagang besar Jakarta - pengecer - konsumen Jakarta; II) petani - pengumpul – pedagang
besar Cikajang– pengecer - konsumen Cikajang; III) petani - pengumpul - pedagang besar Cikajang -
pedagang besar Jakarta - pengecer - konsumen Jakarta; IV) petani - pengumpul - pedagang besar
Bandung - pengecer - konsumen Bandung; V) petani - pengumpul - pedagang besar Bandung - pedagang
Jakarta - pengecer - konsumen Jakarta. Hasil analisis menunjukkan margin pemasaran terkecil terdapat
pada saluran pemasaran II sebesar 52,3 persen. Farmer’s share terbesar adalah 48 persen pada saluran
pemasaran II dan rasio πi / Ci terbesar adalah 5,64 pada saluran pemasaran III. Saran yang dapat
diberikan kepada petani adalah memilih saluran pemasaran I karena saluran pemasaran tersebut
merupakan saluran dengan volume cabai paling besar yang dapat diserap oleh pasar dan dengan harga
yang paling tinggi dibandingkan dengan saluran pemasaran lainnya.

Kata Kunci: cabai rawit merah, efisiensi pemasaran, farmer’s share, marjin pemasaran

https://jurnal.ipb.ac.id/index.php/fagb
Forum Agribisnis (Agribusiness Forum) 37
Vol. 10 No. 1 Maret 2020; halaman 36-45

PENDAHULUAN sekitar 6-12 bulan. Biasanya petani cabai rawit


merah melakukan budidaya setelah musim hujan
Tanaman sayuran memegang peranan atau pada bulan Desember - Januari sehingga
penting dalam keseimbangan pangan, sehingga panen raya terjadi sekitar bulan Juli hingga
harus tersedia setiap saat dalam jumlah yang Agustus yang mengakibatkan harga komoditas
cukup dengan mutu yang baik, aman dikonsumsi, menurun. Sedangkan pada saat musim hujan,
harga terjangkau serta dapat diakses oleh seluruh produksinya akan menurun sehingga membuat
lapisan masyarakat. Cabai merupakan komoditas harga cabai rawit merah melambung tinggi.
hortikultura dalam kelompok tanaman sayuran Kemudian faktor lain yang mengakibatkan
yang dibudidayakan, dikembangkan dan dikon- tingginya harga cabai rawit merah di pasar adalah
sumsi oleh masyarakat luas untuk pemenuhan faktor bencana alam seperti gunung meletus.
kebutuhan. Cabai mendapat perhatian serius dari Gunung meletus di Pulau Jawa mengakibatkan
pemerintah karena produk ini dikonsumsi pasokan cabai rawit merah menurun drastis yang
masyarakat setiap hari dan tidak ada komoditas mengakibatkan harga melambung tinggi. Selain
lain sebagai subsitusinya. Masalah yang sering di- itu, tataniaga cabai rawit merah yang panjang
hadapi terkait produk ini adalah harganya yang membuat harga komoditas menjadi lebih mahal.
sering berfluktuasi. Seringnya harga cabai yang Desa Cidatar Kecamatan Cisurupan,
naik maupun turun secara tajam menjadikan cabai Kabupaten Garut merupakan salah satu sentral
termasuk dalam jajaran komoditas penyumbang produksi cabai rawit merah di Jawa Barat. Para
inflasi yang terjadi setiap tahun. petani cabai rawit merah di Desa Cidatarmemiliki
Kebutuhan akan cabai rawit semakin me- ketergantungan dengan pihak pedagang pengum-
ningkat seiring dengan meningkatnya jumlah pul desa. Hal ini terjadi karena petani memerlu-
penduduk. Konsumsi cabai rawit di rumah tangga kan modal yang besar dalam penyewaan alat
pada periode 2002 – 2017 berfluktuasi namun transportasi untuk mendistribusikan cabai rawit
cenderung meningkat (Kementrian Pertanian, merah langsung ke pasar. Kondisi ini melemah-
2018). kan posisi tawar petani dalam penetapan harga
Pada tahun 2016, konsumsi cabai rawit yang dimanfaatkan oleh pedagang pengumpul
mencapai 2.451 kg/kapita kemudian menurun desa untuk menetapkan harga produk pertanian
menjadi sebesar 1.490 kg/kapita pada tahun 2017 secara sepihak. Selain itu, terbatasnya akses
atau turun dengan rata-rata 39,19%. Peningkatan informasi pasar yang diterima petani menjadi
konsumsi cabai rawit diprediksi masih akan masalah baru di mana saat harga cabai rawit
terjadi hingga mencapai 2.030 kg/kapita pada merah dikonsumen akhir mengalami kenaikan
tahun 2020 atau naik 7,17% dibandingkan tahun namun kenaikan tersebut tidak diikuti dengan
2019 (Kementrian Pertanian, 2018). kenaikan harga di tingkat petani. Sistem
Budidaya cabai rawit merah dilakukan pemasaran yang terbentuk diharapkan efisien
secara musiman (seasonal) dengan umur panen karena sistem pemasaran dapat mempengaruhi

80000
70000
60000
50000
Harga

40000 Harga Cabai Rawit Merah di


30000 Pasar Induk Kramat Jati
20000
10000
0 Harga Cabai Rawit Merah di
Tingkat Pengecer Pasar Kramat
Jati

Bulan

Gambar 1. Fluktuasi Harga Rata-Rata Cabai Rawit Merah di Pasar Induk Kramat Jati
dan Pasar Kramat Jati Periode Januari 2018 – Desember 2018
Sumber: Bank Indonesia dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta (2018)

Efisiensi Pemasaran Cabai Rawit Merah di Desa Cidatar … Adrianus Hia, Rita Nurmalina, dan Amzul Rifin
38 Forum Agribisnis (Agribusiness Forum)
Vol. 10 No. 1, Maret 2020; halaman 36-45

pendapatan dan kepuasan tiap lembaga pe- pemasaran, margin pemasaran, farmer’s share
masaran yang terlibat. Petani melibatkan bebera- pada masing-masing saluran pemasaran, dan
pa lembaga pemasaran dalam menyalurkan efisiensi pemasaran cabai rawit merah di Desa
produk agar dapat menjangkau pasar yang lebih Cidatar Kecamatan Cisurupan Kabupaten Garut.
luas sehingga para petani cabai rawit merah
diharapkan dapat memperoleh bagian harga yang
memadai bagi peningkatan usahataninya. METODE
Beberapa penelitian mengenai efisiensi WAKTU DAN TEMPAT
pemasaran telah dilakukan, diantaranya Penelitian ini dilakukan di Desa Cidatar
Nurhidayana (2012) dalam penelitiannya yang Kecamatan Cisurupan Kabupaten Garut Provinsi
berjudul analisis efisiensi pemasaran cabai merah Jawa Barat. Lokasi penelitian ini dilakukan secara
di Kabupaten Batubara. Dalam penelitian ini, sengaja dengan pertimbangan bahwa Jawa Barat
peneliti memperoleh kesimpulan bahwa saluran merupakan sentral produksi cabai nasional
III merupakan saluran pemasaran yang paling terbesar kedua setelah Jawa Timur namun yang
efisien namun mayoritas petani menggunakan paling dekat dengan Pasar Induk Kramat Jati.
saluran I dalam memasarkan hasil panen cabai Penelitian ini dilaksanakan pada Juni 2018 – Juli
merah. Hal ini disebabkan volume cabai yang 2018
dipasarkan melalui saluran ini cukup besar
mengingat tujuannya pemasarannya mencakup PENENTUAN RESPONDEN
pedagang pengecer Kecamatan, Kabupaten dan Penentuan responden petani dilakukan
Provinsi walaupun biaya pemasaran cukup besar. secara acak sedangkan penentuan responden
Prayitno et al. (2013) dalam penelitian yang pengumpul desa, pedagang besar dan pengecer
berjudul efisiensi pemasaran cabai merah di dilakukan dengan metode snowball sampling.
Kecamatan Adiluwuh Kabupaten Pringsewu Responden petani yang digunakan sebanyak 30
Provinsi Lampung menemukan bahwa sistem orang petani. Responden pedagang diperoleh
pemasaran cabai merah di Kecamatan Adiluwuh dengan mengikuti alur pemasaran cabai rawit
Kabupaten Pringsewu Provinsi Lampung sudah merah sesuai dengan informasi responden
efisien yang dapat dilihat dari pangsa pasar sebelumnya
produsen yang lebih besar dari 70%, walaupun
struktur pasar yang terjadi adalah pasar yang TEKNIK PENGUMPULAN DATA
tidak bersaing sempurna (oligopsoni). Perilaku Penelitian ini menggunakan data primer
pasar menunjukkan bahwa harga lebih banyak dan data sekunder. Data primer diperoleh dari
ditentukan oleh pedagang. observasi lapangan dan wawancara langsung
Puspita dan Wardhani (2013) menemukan dengan responden sedangkan data sekunder
bahwa semakin panjang saluran pemasaran maka diperoleh dari berbagai instansi/dinas dan
semakin tidak efisien saluran pemasarannya hal literatur yang terkait dengan penelitian ini.
ini karena biaya yang dikeluarkan semakin tinggi
dan keuntungan yang diambil oleh masing-masing
lembaga pemasaran semakin membuat harga ANALISIS DATA
cabai semakin tinggi. Peneliti juga menemukan
ANALISIS SALURAN PEMASARAN
bahwa pasar mengarah ke bentuk monopsoni.
Analisis saluran pemasaran dilakukan
Dewi et al. (2018) menyimpulkan bahwa
dengan menggambarkan pola atau saluran
saluran pemasaran yang paling efisien dari
pemasaran cabai rawit merah di Desa Cidatar
pemasaran jagung di Kabupaten Wonogiri adalah
Kecamatan Cisurupan Kabupaten Garut.
saluran pemasaran IV dengan melihat bahwa
saluran IV memiliki persentase marjin pemasaran
RASIO KEUNTUNGAN DAN BIAYA PEMASARAN
yang terendah.
Besarnya rasio keuntungan dan biaya
Dari penjelasan tersebut maka tujuan dari
pemasaran digunakan untuk mengukur efisiensi
penelitian ini adalah mengetahui saluran
pemasaran. Semakin menyebarnya rasio keun-

Adrianus Hia, Rita Nurmalina, dan Amzul Rifin Efisiensi Pemasaran Cabai Rawit Merah di Desa Cidatar …
Forum Agribisnis (Agribusiness Forum) 39
Vol. 10 No. 1 Maret 2020; halaman 36-45

tungan dan biaya pemasaran maka sistem FARMER’S SHARE


pemasaran semakin efisien. Untuk mengetahui Farmer Share menurut Asmarantaka
penyebaran rasio keuntungan dan biaya pada (2014) merupakan rasio antara harga ditingkat
masing-masing lembaga pemasaran dirumuskan petani dengan harga di tingkat konsumen akhir
sebagai berikut : atau retail untuk produk pangan dan serat.
Dengan demikian FS, merupakan porsi dari nilai
Rasio keuntungan dan biaya = π / c yang dibayar konsumen akhir yang diterima oleh
petani dalam bentuk persentase (%).
Keterangan:
Π = Keuntungan lembaga pemasaran Pf
C = Biaya Pemasaran FS = x 100 persen
Pr

MARJIN PEMASARAN Keterangan:


Analisis marjin pemasaran akan dilakukan Pf = Harga ditingkat petani (Rp/kg)
secara kuantitatif. Analisis ini berdasarkan pada Pr = Harga ditingkat konsumen (Rp/kg)
data primer yang dikumpulkan dari setiap
lembaga pemasaran mulai dari produsen sampai
dengan konsumen. Selain itu, sebagai ukuran HASIL DAN PEMBAHASAN
efisiensi pemasaran beberapa indikator yang KARAKTERISTIK RESPONDEN PETANI
dapat digunakan dan cara perhitungan dari Marjin Responden petani dalam penelitian ini
pemasaran total (MT), marjin tiap lembaga adalah petani cabai rawit merah yang berada di
tertentu yaitu Mi sehingga secara matematika wilayah Desa Cidatar yaitu sebanyak 30 petani.
akan diperoleh perhitungan sebagai berikut Berdasarkan data yang diperoleh menunjukkan
(Asmarantaka, 2014) ; bahwa umur petani responden di Desa Cidatar
(1) MT = Pr - Pf berkisar antara 30 - 63 tahun dengan kelompok
(2) MT = Ci + πi usia tertinggi terdapat pada usia 31 – 40 tahun
Dengan demikian diperoleh : sebanyak 16 petani atau sebesar 52 persen.
(3) Pr - Pf = Ci + πi Kelompok usia ini termasuk ke dalam usia
Maka Besarnya marjin pemasaran dengan produktif atau usia kerja. Di desa ini juga terdapat
mempergunakan (1) dan (2) adalah sebagai petani dengan kelompok usia ≥ 61 sebanyak 2
berikut : orang. Hal ini menggambarkan bahwa petani yang
(4) MT = Σ Mi berusia relatif tua (≥ 61 tahun) juga masih mampu
Dengan demikian marjin tingkat lembaga untuk mengelola lahan.
pemasaran ke-i adalah
(5) Mi = Pji – Pbi
Tabel 1. Karakteristik Responden Petani
Berdasarkan Usia di Desa Cidatar
Keterangan :
MT = Margin pemasaran total Jumlah
Kelompok Persentase
Pr = Harga di tingkat konsumen (Rp/kg) Responden
Usia (tahun) (%)
Pf = Harga di tingkat petani (Rp/kg) (Orang)
Ci = Biaya tataniaga pada lembaga 31-40 16 52
pemasaran ke-i 41-50 7 23
πi = Keuntungan lembaga akibat adanya 51-60 6 19
sistem pemasaran ≥61 2 6
Mi = Marjin pemasaran pada tingkat Total 31 100
pemasaran ke-i, i = 1,2,..., n Sumber: Data Primer (2018) diolah
Pji = Harga penjualan lembaga pemasaran
ke-i Petani responden memiliki tingkat pen-
Pbi = Harga pembelian lembaga pemasaran
didikan yang cukup rendah karena sebagian besar
ke-i
hanya meluluskan pendidikan di tingkat sekolah
dasar. Persentase tertinggi pendidikan terakhir

Efisiensi Pemasaran Cabai Rawit Merah di Desa Cidatar … Adrianus Hia, Rita Nurmalina, dan Amzul Rifin
40 Forum Agribisnis (Agribusiness Forum)
Vol. 10 No. 1, Maret 2020; halaman 36-45

petani responden adalah sekolah dasar yaitu tiga petani yang berjenis kelamin perempuan (10
sebesar 71 persen. Jenjang SMP dan SMA/ persen). Petani merupakan pekerjaan utama
sederajat masing-masing sebesar 13 persen dan 1 penduduk Desa Cidatar dan hampir semua kepala
orang petani tidak bersekolah. Tingkat pen- keluarga melakukan kegiatan pertanian sedang-
didikan petani ditampilkan pada Tabel 2. kan istri membantu suami untuk melakukan
pemeliharaan dan pemanenan. Kegiatan per-
Tabel 2. Karakteristik Responden Petani tanian juga dilakukan bersama anggota keluarga
Berdasarkan Tingkat Pendidikan di lainnya.
Desa Cidatar
Jumlah Tabel 3. Karakteristik Responden Petani
Tingkat Persentase
Pendidikan
Responden
(%) Berdasarkan Luas Lahan di Desa
(Orang) Cidatar
Tidak Sekolah 1 3
SD 22 71 Jumlah
Persentase
SMP 4 13 Luas Lahan Responden
(%)
SMA 4 13 (Orang)
Total 31 100 ≤500 12 39
Sumber: Data Primer (2018) diolah 501-1000 5 16
1000-1500 5 16
1501-2000 1 3
Rata-rata luas lahan yang digarap petani
≥2000 6 19
responden sebesar 1 361 m2 dengan luas lahan Total 31 100
terkecil adalah 25 m2 dan luas terbesar adalah 12 Sumber: Data Primer (2018) diolah
000 m2. Data luas lahan petani responden dapat
dilihat pada Tabel 3. Status kepemilikan lahan KARAKTERISTIK PEDAGANG RESPONDEN
petani responden sebagian besar merupakan Pedagang Responden yang diwawancarai
milik sendiri dengan persentase sebesar 90 terdiri atas pedagang pengumpul desa (PPD)
persen dan 10 persen merupakan lahan sewa. sebanyak 5 orang, pedagang besar pasar induk 5
Dalam hal pemasaran hasil panen, tidak ada orang, pengecer 5 orang. Responden pedagang
perbedaan yang dilakukan oleh petani cabai rawit didominasi dalam usia produktif pada rentang
merah di Desa Cidatar karena semua hasil panen usia 41-50 tahun (43,48%), tingkat pendidikan
cabai rawit merah dijual ke para pedagang didominasi lulusan SMA (47,83%) dan SMP
pengumpul desa. (26,09%).
Kebanyakan petani responden berjenis
kelamin laki-laki (90 persen) dan hanya terdapat

Tabel 4. Identitas Pedagang dalam Saluran Pemasaran Cabai Rawit Merah di Desa Cidatar
Tahun 2018
Pedagang Pengumpul Pedagang Besar Pedagang Pengecer
Keterangan Jumlah Persentase Jumlah Persentase Jumlah Persentase
(Orang) (%) (Orang) (%) (Orang) (%)
Kelompok Umur (Tahun)
20-30 1 20 5 63 0
30-40 1 20 0 0 0
41-50 1 20 1 13 8 80
>50 2 40 2 25 2 20
Tingkat Pendidikan
SD 1 20 2 25 0
SMP 2 40 1 13 3 30
SMA 1 20 3 38 7 70
Perguruan Tinggi 1 20 2 25 0
Jumlah Karyawan
0 3 60 6 75 10 100
1-2 2 40 2 25
>2
Sumber: Data Primer (2018) diolah

Adrianus Hia, Rita Nurmalina, dan Amzul Rifin Efisiensi Pemasaran Cabai Rawit Merah di Desa Cidatar …
Forum Agribisnis (Agribusiness Forum) 41
Vol. 10 No. 1 Maret 2020; halaman 36-45

SALURAN PEMASARAN CABAI RAWIT MERAH Berdasarkan kelima saluran pemasaran


Saluran pemasaran cabai rawit merah di tersebut, terlihat bahwa 100 persen cabai rawit
Desa Cidatar dimulai dari petani yang menjual merah dipasarkan melalui pedagang pengumpul
produknya ke pedagang pengumpul desa dengan desa.
alasan karena adanya kemudahan yang meng- Semua saluran pemasaran dimulai dari pe-
hemat biaya dalam hal pemasaran. Selain itu, tani yang menjualnya cabai rawitnya ke pedagang
petani menjual cabai rawit merah ke pedagang pengumpul desa. Pedagang pengumpul desa
pengumpul desa karena volume panen tidak biasanya mensortir cabai rawit merah yang telah
terlalu banyak untuk langsung dijual ke pasar. mereka beli dan dikemas dengan menggunakan
Saluran pemasaran cabai rawit merah di Desa karung bervolume sekitar 80 Kg sebelum
Cidatar secara rinci dapat dilihat pada Gambar 2. menjualnya kepada pihak pedagang besar.
Terdapat lima saluran pemasaran cabai rawit Beberapa pedagang pengumpul desa akan
merah yaitu: menjual cabai rawit merah ke Pasar Induk Kramat
1. Petani – Pedagang pengumpul desa – Pedagang Jati saat volume cabai telah tercapai yaitu sekitar
besar Pasar Induk Kramat Jati Jakarta – 2 ton. Hal ini dilakukan untuk menghemat biaya
Pedagang Pengecer – Konsumen akhir. transportasi. Untuk mencapai volume ini biasanya
2. Petani – Pedagang pengumpul desa – Pedagang beberapa pedagang pengumpul desa melakukan
besar Pasar Induk Cikajang Garut – Pedagang kerjasama lalu bersama-sama menyewa mobil
Pengecer - Konsumen akhir. untuk mengangkut cabai ke Pasar Induk Kramat
3. Petani – Pedagang pengumpul desa – Pedagang Jati Jakarta. Namun, untuk pedagang pengumpul
besar Pasar Induk Cikajang Garut – Pedagang desa yang sudah memiliki kendaraan seperti truk
besar Pasar Induk Kramat Jati Jakarta – atau pick up mereka tidak melakukan kerjasama
Pedagang pengecer – Konsumen akhir. dengan pedagang pengumpul desa lainnya karena
4. Petani – Pedagang pengumpul desa – Pedagang berapapun volume cabai rawit yang didapat akan
besar Pasar Induk Caringin Bandung – diangkut bersamaan dengan produk-produk
Pedagang pengecer – Konsumen akhir. pertanian lainnya ke Pasar Induk Kramat Jati. Jika
5. Petani – Pedagang pengumpul desa – Pedagang volume cabai rawit tidak banyak maka PPD
besar Pasar Induk Caringin Bandung – biasanya akan menjual cabai rawit merah ke Pasar
Pedagang besar Pasar Induk Kramat Jati Induk Cikajang atau Pasar Induk Caringin. Dari
Jakarta – Pedagang Pengecer – Konsumen Garut ke Pasar Induk Kramat Jati membutuhkan
akhir. biaya transportasi sekitar Rp1.000.000 meng-

PB Cikajang
192 Kg
(8%)
N=1

Petani PPD PB PIKJ


2.400 Kg 2.400 Kg 1.584 Kg Pedagang Konsumen
(100%) (100%) (66%) pengecer Akhir
N = 30 N=5 N=3

PB Caringin
600 Kg
(25%)
N=1

Gambar 2. Pola Saluran Pemasaran Cabai Rawit Merah di Desa Cidatar

Efisiensi Pemasaran Cabai Rawit Merah di Desa Cidatar … Adrianus Hia, Rita Nurmalina, dan Amzul Rifin
42 Forum Agribisnis (Agribusiness Forum)
Vol. 10 No. 1, Maret 2020; halaman 36-45

gunakan truk, namun biaya ini tidak hanya untuk ANALISIS MARJIN PEMASARAN
mengangkut cabai rawit merah saja tetapi produk Analisis marjin dihitung berdasarkan
pertanian lainnya seperti bawang, tomat, kentang, pengurangan harga jual dengan harga beli pada
petsai dll. Biaya ini merupakan biaya gaji setiap lembaga pemasaran cabai rawit merah.
karyawan, bensin, dan retribusi. Harga yang Marjin pemasaran dihitung dengan melihat besar-
terjadi antara pedagang pengumpul desa dengan nya biaya pemasaran cabai rawit merah dan
pedagang besar di Pasar Induk Keramat Jati keuntungan yang diambil oleh lembaga pema-
sangat bervariasi. Biaya transportasi dari lokasi saran yang terlibat. Biaya pemasaran merupakan
PPD ke Pasar Induk Cikajang dan Caringin biaya yang dikeluarkan dalam memasarkan cabai
membutuhkan biaya Rp5.000 – Rp10.000 per rawit merah hingga ke konsumen akhir. Jenis
karung cabai rawit merah. Margin yang diperoleh biaya yang dikeluarkan setiap lembaga pemasaran
pedagang pengumpul desa sekitar Rp2.000 – berbeda-beda meliputi biaya pengangkutan, pe-
Rp3.000/kg. Harga ini digunakan sebagai patokan ngemasan, tenaga kerja, retribusi, dan penyu-
pedagang pengumpul desa dalam menetapkan sutan, dan sewa lapak. Sedangkan keuntungan
harga beli kepada para petani. pemasaran merupakan selisih antara harga jual
Pedagang besar pada melakukan aktivitas dengan harga beli dikurangi dengan biaya
pembelian tidak terfokus pada komoditas cabai pemasaran oleh lembaga pemasaran yang terlibat.
rawit merah saja, namun juga melakukan pem- Berdasarkan total marjin yang diperoleh
belian terhadap komoditas sayuran lainnya pedagang perantara, marjin pemasaran terbesar
seperti bawang merah, bawang putih, cabai rawit terdapat pada saluran III yaitu sebesar Rp32.955
hijau, cabai merah besar dan cabai rawit merah. lalu diikuti saluran ke V dengan marjin pemasaran
Para pedagang besar di pasar induk juga sebesar Rp 31.786. Saluran I yang menuju Pasar
melakukan kegiatan penyortiran cabai rawit Induk Kramat Jati memiliki marjin pemasaran
merah yang telah mereka beli dari pedagang sebesar Rp30.167. Selanjutnya saluran IV me-
pengumpul desa sebelum menjualnya kepada miliki marjin pemasaran sebesar Rp27.202 dan
pihak pedagang pengecer. marjin pemasaran terendah pada saluran II yakni
Beberapa pedagang besar di pasar induk sebesar Rp 21.455. Saluran I merupakan saluran
memberikan batas minimal pembelian sebanyak 5 yang pendistribusian cabai rawit merah paling
kilogram kepada pihak pedagang pengecer. Hal ini banyak karena Pasar Induk Keramat Jati yang
dilakukan agar cabai rawit cepat habis karena merupakan pasar acuan dari seluruh pasar induk
cabai yang baru akan datang besok sehingga yang ada di Jabodetabek.
mereka tidak ingin ada cabai yang tidak laku hari Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat
itu juga. Saat harga sedang mahal, cabai rawit disimpulkan panjang pendeknya saluran rantai
merah yang busuk (hasil dari kegiatan penyor- pemasaran menentukan marjin yang dihasilkan.
tiran) dijual setengah harga bahkan lebih murah Besar marjin yang dihasilkan untuk setiap saluran
kepada para konsumen yang berprofesi sebagai pemasaran juga ditentukan oleh jarak lokasi
pedagang gerobak seperti tukang bakso dan pemasaran.
tukang siomai sedangkan saat harga sedang
murah maka cabai rawit merah yang busuk ANALISIS FARMER’S SHARE
langsung dibuang. Analisis farmer’s share merupakan per-
Dari pedagang besar, cabai rawit akan bandingan harga yang diterima oleh petani cabai
dijual ke pedagang pengecer. Harga yang terjadi rawit merah dengan harga yang dibayar oleh
antara pedagang besar dengan pedagang konsumen akhir. Analisis farmer’s share merupa-
pengecer berfluktuatif setiap harinya bahkan per kan salah satu indikator untuk menentukan
jamnya. Hal ini tergantung dari jumlah pasokan efisiensi operasional pemasaran suatu komoditas.
dan permintaan di pasar. Dari pedagang pengecer Berdasarkan data yang tersaji pada Tabel 5
akan dijual ke konsumen akhir Jakarta. menunjukkan bahwa bagian terbesar yang di-
terima petani terdapat pada saluran II yaitu
sebesar 48 persen. Saluran I dan IV memiliki nilai

Adrianus Hia, Rita Nurmalina, dan Amzul Rifin Efisiensi Pemasaran Cabai Rawit Merah di Desa Cidatar …
Forum Agribisnis (Agribusiness Forum) 43
Vol. 10 No. 1 Maret 2020; halaman 36-45

Tabel 5. Nilai Efisiensi Pemasaran pada Masing-masing Pola Saluran Pemasaran Cabai Rawit
Merah di Desa Cidatar
Saluran Volume Harga Total Biaya Farmer’s
Marjin Πi/Ci
Pemasaran (Bulan/Kg) (Rp/kg) (Rp/kg) Share (%)
I 2.400 22.333 7.658 57,5 43 4,33
II 1.000 19.545 6.600 52,3 48 3,66
III 1.000 19.545 6.967 62,8 37 5,64
IV 1.120 20.714 6.963 56,8 43 4,48
V 1.120 20.714 7.329 60,5 39 4,96
Sumber: Data Primer (2018) diolah

farmer’s share yang sama yaitu sebesar 43 persen ini dikarenakan mereka menjualnya dengan cara
kemudian diikuti saluran pemasaran V yang eceran sehingga keuntungannya menjadi lebih
memiliki nilai farmer’s share sebesar 39 persen. besar namun juga risiko barang yang tidak laku
Saluran III merupakan saluran dengan nilai menjadi meningkat. Besarnya keuntungan yang
farmer’s share terendah yakni sebesar 37 persen. diperoleh pedagang besar di Pasar Induk Cikajang
Besaran nilai farmer’s share ini ditentukan oleh adalah Rp2.311 per kilogram dengan biaya
marjin pemasaran yang diambil oleh pihak pemasaran sebesar Rp367 per kilogram. Hal ini
pedagang pengumpul desa, pedagang besar dan dikarenakan pedagang besar di Pasar Induk
pedagang pengecer. Cikajang melakukan perlakuan biaya yang lebih
banyak dan cukup besar dibandingkan pedagang
ANALISIS RASIO KEUNTUNGAN DAN BIAYA pengumpul desa seperti biaya pengangkutan,
PEMASARAN pengemasan, tenaga kerja, retribusi, penyusutan,
Pada saluran I, pedagang pengecer menge- bongkar muat, dan biaya sewa lapak. Biaya
luarkan biaya pemasaran sebesar Rp3.100 dengan penyusutan merupakan biaya pemasaran yang
keuntungan yang diperoleh oleh pedagang penge- paling tinggi yang harus ditanggung oleh
cer sebesar Rp19.692 per kilogram. Besarnya pedagang besar dan pedagang pengumpul desa.
keuntungan yang diambil oleh pedagang pengecer Saluran pemasaran II memiliki nilai rasio
ini dikarenakan mereka menjualnya dengan cara keuntungan dan biaya sebesar 3,66. Total biaya
eceran sehingga keuntungannya menjadi lebih yang dikeluarkan pada saluran II adalah sebesar
besar namun juga risiko barang yang tidak laku Rp6.600 per kilogram.
menjadi meningkat. Besarnya keuntungan yang Adapun saluran III memiliki nilai rasio
diperoleh pedagang besar di Pasar Induk Kramat keuntungan dan biaya sebesar Rp5.64 dengan
Jati adalah Rp1.758 per kilogram dengan biaya total biaya pemasaran adalah Rp6.967 per
pemasaran sebesar Rp700 per kilogram. Pe- kilogram yang dilakukan oleh petani, pedagang
dagang besar di Pasar Induk Kramat Jati pengumpul desa, pedagang besar di Pasar Induk
melakukan perlakuan biaya yang lebih banyak dan Cikajang, pedagang besar di Pasar Induk Keramat
cukup besar dibandingkan pedagang pengumpul Jati, dan pedagang pengecer. Biaya pemasaran
desa seperti biaya pengangkutan, pengemasan, terbesar dikeluarkan oleh pedagang pengecer
tenaga kerja, retribusi, penyusutan, bongkar muat, yaitu sebesar Rp3.100 per kilogram. Keuntungan
dan biaya sewa lapak. Biaya penyusutan merupa- terbesar juga diperoleh oleh pedagang pengecer
kan biaya pemasaran yang paling tinggi yang yaitu sebesar Rp19.692 per kilogram, di mana
harus ditanggung oleh pedagang besar dan keuntungan pemasaran yang diperoleh pedagang
pedagang pengumpul desa. Total biaya yang pengecer ini dikarenakan mereka menjual secara
dikeluarkan pada saluran I adalah Rp 7.658/Kg eceran per ons yang mengakibatkan barang lama
Pada saluran II, pedagang pengecer me- laku terjual sehingga risiko penyusutan semakin
ngeluarkan biaya pemasaran sebesar Rp3.100 tinggi. Pedagang pengumpul desa mendapat
dengan keuntungan yang diperoleh oleh pedagang keuntungan pemasaran sebesar Rp5.594 per
pengecer sebesar Rp8.950 per kilogram. Besarnya kilogram dengan biaya pemasaran sebesar Rp
keuntungan yang diambil oleh pedagang pengecer 1.133 per kilogram.

Efisiensi Pemasaran Cabai Rawit Merah di Desa Cidatar … Adrianus Hia, Rita Nurmalina, dan Amzul Rifin
44 Forum Agribisnis (Agribusiness Forum)
Vol. 10 No. 1, Maret 2020; halaman 36-45

Saluran pemasaran IV memiliki nilai rasio Efisiensi merupakan salah satu tujuan yang
keuntungan dan biaya sebesar 4,48. Total biaya hendak dicapai dalam suatu aktivitas pemasaran.
yang dikeluarkan pada saluran IV adalah sebesar Suatu saluran dikatakan efisien apabila penye-
Rp4.963 per kilogram yang dilakukan oleh petani, baran nilai rasio keuntungan terhadap biaya pada
pedagang pengumpul desa, pedagang besar di masing-masing lembaga pemasaran merata. Arti-
Pasar Induk Caringin Bandung dan pedagang nya setiap satu satuan rupiah biaya yang dikeluar-
pengecer. Biaya pemasaran terbesar dikeluarkan kan oleh lembaga pemasaranakan memberikan
oleh pedagang pengecer yaitu sebesar Rp3.100 keuntungan yang tidak jauh beda dengan lembaga
per kilogram. Besarnya biaya pemasaran pada pemasaran lainnya yang terdapat pada saluran
tingkat pedagang pengecer ini disebabkan menge- tersebut.
luarkan biaya pengangkutan, pengemasan, tenaga Untuk mengetahui saluran pemasaran
kerja. Keuntungan terbesar juga diperoleh oleh cabai rawit merah di Desa Cidatar yang paling
pedagang pengecer adalah sebesar Rp16.442 per efisien dapat ditinjau dari beberapa poin analisis
kilogram. Pedagang pengumpul desa mendapat terhadap pola pemasaran cabai rawit merah
keuntungan pemasaran sebesar Rp2.361 per diantaranya margin pemasaran, farmer’s share,
kilogram dengan biaya pemasaran sebesar rasio keuntungan dan biaya, volume cabai yang
Rp1.496 per kilogram. Keuntungan pemasaran dapat diserap pasar serta harga dari produk
pedagang besar Pasar Induk Caringin, yaitu tersebut. Selain itu dapat dilihat dari pola saluran
sebesar Rp2.865 per kilogram dengan biaya pemasaran yang terbentuk, berjalannya fungsi-
pemasaran sebesar Rp367 per kilogram. Besarnya fungsi pemasaran, struktur pasar, dan perilaku
biaya pemasaran yang harus dikeluarkan oleh pasar. Tabel 5 menyajikan data mengenai nilai
pedagang besar di Pasar Induk Caringin ini efisiensi pemasaran pada setiap pola saluran
disebabkan pedagang besar di Pasar Induk pemasaran yang terbentuk. Volume terbesar dan
Caringin melakukan perlakuan biaya yang lebih harga tertinggi terdapat pada saluran I. Total
banyak dan cukup besar dibandingkan pedagang biaya dan marjin terendah terdapat pada saluran
pengumpul desa seperti biaya pengangkutan, pemasaran II. Farmer’s share terbesar terdapat
pengemasan, tenaga kerja, retribusi, penyusutan, pada saluran II dan nilai rasio πi/Ci terbesar
bongkar muat, dan biaya sewa lapak. terdapat pada saluran III.
Adapun saluran pemasaran V, nilai rasio Saluran pemasaran yang paling efisien
keuntungan dan biaya sebesar 4,96 total biaya adalah saluran I. Saluran I memang bukan
pemasaran adalah Rp5.329. Saluran V melibatkan tertinggi jika dilihat dari marjin, farmer’s share
pedagang pengumpul desa, pedagang besar di maupun rasio πi/Ci namun volume cabai rawit
Pasar Induk Caringin, pedagang besar di Pasar merah yang melalui saluran pemasaran I
Induk Keramat Jati, dan pedagang pengecer. Biaya jumlahnya dua kali lipat dibandingkan keempat
pemasaran terbesar dikeluarkan oleh pedagang saluran pemasaran lainnya dan dengan harga
pengecer yaitu sebesar Rp3.100 per kilogram. yang paling tinggi.
Besarnya biaya pemasaran pada tingkat pedagang
pengecer ini disebabkan oleh tingginya biaya
penyusutan yang harus ditanggung. Keuntungan SIMPULAN DAN SARAN
terbesar juga diperoleh oleh pedagang pengecer SIMPULAN
yaitu sebesar Rp18.567 per kilogram. Pedagang Terdapat lima saluran pemasaran cabai
pengumpul desa mendapat keuntungan pema- rawit merah di Desa Cidatar yang melibatkan
saran sebesar Rp2.361 per kilogram dengan biaya beberapa lembaga pemasaran yaitu petani,
pemasaran sebesar Rp1.496 per kilogram. pedagang pengumpul desa (PPD), pedagang besar,
Keuntungan pemasaran terendah pada saluran ini dan pedagang pengecer.
terdapat pada pedagang besar di Pasar Caringin Hasil analisis menunjukkan volume
yaitu sebesar Rp2.865 per kilogram dengan biaya penjualan cabai rawit terbesar terdapat pada
pemasaran sebesar Rp367 per kilogram. saluran pemasaran I dengan 2.400 Kg dengan
harga Rp22.333. Total biaya terbesar terdapat

Adrianus Hia, Rita Nurmalina, dan Amzul Rifin Efisiensi Pemasaran Cabai Rawit Merah di Desa Cidatar …
Forum Agribisnis (Agribusiness Forum) 45
Vol. 10 No. 1 Maret 2020; halaman 36-45

pada saluran pemasaran I yaitu sebesar Rp 7.658 Pemprov DKI Jakarta, 2018. Report commodity.
dan total biaya terkecil terdapat pada saluran http://www.infopangan.jakarta.go.id.
pemasaran ke II dengan Rp6.600/Kg. Marjin Jakarta. Diakses Desember 2018
pemasaran terbesar terdapat pada saluran ke V
Prayitno A.B, Hasyim A.I, Situmorang Suriaty.
dengan 60,5 persen sedangkan terkecil pada 2013. Efisiensi pemasaran cabai merah di
saluran II yaitu 52,3 persen. Farmer’s share Kecamatan Adiluwuh Kabupaten Pringsewu
terbesar terdapat pada saluran II sebesar 48 Provinsi Lampung. JIIA 1(1)
persen dan rasio πi/Ci terbesar terdapat pada
saluran III sebesar 5,65. Saluran pemasaran I Puspita I.R, Wardhani R. 2013. Analisa efisiensi
dinilai sebagai alternatif saluran yang efisien pemasaran komoditi cabai (Capsicum annum
L) pada beberapa saluran pemasaran di Kota
karena volume cabai rawit merah yang disalurkan
Madiun. Agritek. 14(1):72-86
besar dan dengan harga yang paling tinggi di
antara saluran pemasaran lainnya.

SARAN
Rekomendasi saluran pemasaran yang
sebaiknya dilakukan petani adalah saluran
pemasaran I karena saluran pemasaran tersebut
merupakan saluran dengan volume cabai paling
besar yang dapat diserap oleh pasar dan dengan
harga yang paling tinggi dibandingkan dengan
saluran pemasaran lainnya. Kemudian, petani
sebaiknya langsung menjual cabai rawit merah
kepada pedagang di pasar induk agar mergin
pemasaran lebih rendah dan bagain yang diterima
petani akan lebih tinggi.

DAFTAR PUSTAKA
Asmarantaka RW. 2014. Pemasaran Agribisnis
(Agrimarketing). Bogor: IPB Press

Dewi D.A, Darsono. 2018. Analisis Efisiensi


Pemasaran Jagung (Zea mays) di Kabupeten
Wonogiri. Journal Agriecobis. 2(1)

[Ditjen Hortikultura] Laporan Harian Harga


Komoditas Pertanian.
http://www.aplikasi.pertanian.go.id.
Jakarta. Diakses Desember 2018

[KEMENTAN] Kementerian Pertanian, 2018.


Outlook komoditas pertanian subsektor
holtikultura cabai.
http://www.pertanian.go.id. Jakarta. Diakses
Desember 2018

Nurhidayana. 2012. Analisis Efisiensi Pemasaran


Cabai Merah di Kabupaten Batubara. Agrica
(Jurnal Agribisnis Sumatera Utara). 5(1)

Efisiensi Pemasaran Cabai Rawit Merah di Desa Cidatar … Adrianus Hia, Rita Nurmalina, dan Amzul Rifin

You might also like