You are on page 1of 10

Vol.1 No.

3 Agustus 2020 559


…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
IMPLEMENTASI TEKNOLOGI PLANT GROWTH PROMOTING RHIZOBACTERIA
(PGPR) PADA BUDIDAYA CABAI DI KECAMATAN RANCABUNGUR

Oleh
Nurunnisa1),
Dedy Kusnadi2) & Harniati3)
1,2,3Politeknik Pembangunan Pertanian Bogor; Jl. Arya Suryalaga (d/h Cibalagung) No.1

Kecamatan Bogor Barat Kota Bogor, Telepon :08518312386, fax:02518312386


Jurusan Pertanian, Polbangtan Bogor, Kota Bogor
Email: 1nisanurunnisa8@gmail.com, 2dedyasgar57@gmail.com dan
3tatie.hr@gmail.com

Abstrak
Chili farmers in Rancabungur District in their cultivation process tend to still use chemicals to help
speed up the process of plant growth. In addition, farmers have just applied 55.76% organic
material. Because the majority of farmers in their cultivation process want practical or instant
ingredients and only 30% of farmers apply PGPR. This study aims to describe the implementation
of PGPR technology in chilli cultivation, analyze the factors that influence the implementation of
PGPR technology and determine models and strategies to improve the implementation of PGPR
technology in chilli farmers. The research has been carried out for three months (April - July 2020)
in Rancabungur District. The sampling technique in this study used a purposive sampling technique
of 33 people. Primary data collection using instruments in the form of questionnaires. Data were
processed using descriptive statistical analysis techniques and multiple linear regression. The
results of research on the implementation of PGPR technology based on descriptive analysis
generally fall into the medium category. The factors that influence the implementation of PGPR
technology in chilli cultivation in Rancabungur District are formal education, the role of instructors
and relative profits. Strategic models that can be used to improve the implementation of PGPR
tenology are by encouraging farmers to carry out environmentally friendly agricultural activities,
disseminating information to farmers through a variety of extension media and facilitating farmers
to improve non-formal education or training such as extension activities in order to master PGPR
technology .
Keywords: PGPR, Innovation Characteristics & Chili Farmers

PENDAHULUAN ekonomi tinggi karena banyak dikonsumsi oleh


Hortikultura merupakan salah satu masyarakat setiap kalangan tanpa
subsektor pertanian yang banyak memperhatikan tingkat sosial sehingga
dikembangkan di Indonesia. Hal tersebut berpotensi untuk terus dikembangkan
karena hortikultura dapat membantu (Sulistyono, 2018).
meningkatkan pendapatan bagi petani. Salah Menurut data BPS 2018 Kabupaten
satu komoditas hortikultura yang dapat Bogor merupakan salah satu penyumbang cabai
dikembangkan yaitu cabai. Cabai (Capsicum rawit sebesar 24.574 ton dan Kecamatan
sp) merupakan salah satu komoditas yang Rancabungur menyumbang sebanyak 25 ton.
banyak dibutuhkan dalam kehidupan sehari- Berdasarkan hasil wawancara dengan penyuluh
hari dan volume kebutuhannya terus meningkat produksi cabai yang masih rendah ini
setiap tahunnya seiring dengan pertambahan dikarenakan tanaman cabai rawit di Kecamatan
penduduk dan kemajuan teknologi (Qurota, Rancabungur banyak terserang penyakit thrips.
2013). Selain itu, cabai juga merupakan Petani juga merasa jika melakukan usahatani
komoditas potensial yang memiliki nilai cabai rawit ini perlu perawatan yang lebih
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
ISSN 2722-9475 (Cetak) Jurnal Inovasi Penelitian
ISSN 2722-9467 (Online)
560 Vol.1 No.3 Agustus 2020
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
ekstra dibandingkan dengan melakukan membantu mengatasi permasalahan yang
usahatani lainnya. Sehingga produksi yang dialami petani.
dihasilkan tidak maksimal.
Oleh karena itu perlu adanya METODE PENELITIAN
peningkatan produktivitas cabai rawit. Cara Penelitian dilaksanakan selama tiga
yang dapat digunakan untuk dapat bulan (April - Juli 2020) di Kecamatan
meningkatkan produksi cabai rawit yaitu Rancabungur. Teknik pengambilan sampel
dengan cara pemberian pupuk, zpt dan nutrisi dalam penelitian kali ini menggunakan teknik
menggunakan bahan-bahan organik yang purposive sampling sebanyak 33 orang.
ramah lingkungan. Tujuannya agar tanaman Dengan kriteria petani yang pernah
dapat tumbuh lebih baik. Berdasarkan melaksanakan budidaya cabai, petani yang
identifikasi dan wawancara dilapangan, petani telah menerima informasi mengenai PGPR dan
cabai di Kecamatan Rancabungur dalam proses menjalankan usahataninya selama lebih dari 10
budidayanya cenderung masih menggunakan tahun juga petani yang termasuk ke dalam
bahan kimia untuk membantu mempercepat kelompoktani dan masih aktif.
proses pertumbuhan tanaman, karena mayoritas Data penelitian diambil menggunakan
petani dalam melaksanakan budidayanya instrumen berupa kuesioner. Instrumen
menginginkan bahan-bahan yang praktis atau sebelumnya telah melalui uji validitasnya. Dari
instan dan ingin hasilnya cepat terhadap 68 soal yang valid sebanyak 57 soal. Untuk uji
pertumbuhan tanaman. Oleh karena itu petani reliabilitas dalam penelitian ini memiliki nilai
banyak yang menggunakan bahan kimia dalam Cronbach’s Alpa sebesar 0,978 lebih dari 0,60
proses budidayanya dan baru menerapkan yang dapat dikatakan reliabel.
bahan organik 55,76% (Programa Kecamatan Analisis data yang digunakan dalam
Ciseeng, 2020). penelitian ini yaitu menggunakan analisis
Dalam mengatasi permasalahan deskriptif untuk menjawab tujuan yang
tersebut penyuluh memberikan informasi pertama. Analisis statistik deskriptif dilakukan
kepada petani cabai mengenai teknologi Plant dengan mengelompokkan data dengan jawaban
Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR). responden yang dikelompokkan dalam tiga
PGPR merupakan bakteri yang hidup disekitar kategori (1) rendah, (2) sedang dan (3) tinggi.
perakaran tanaman yang dapat memberikan Analisis linear berganda dengan menggunakan
keuntungan dalam proses pertumbuhan aplikasi SPSS versi 20 untuk mengetahui faktor
tanaman agar tumbuh lebih baik dan sehat. -faktor yang mempengaruhi implementasi
Selain itu, PGPR juga dapat dibuat dengan teknologi PGPR pada budidaya cabai.
mudah dan lebih murah. Dibandingkan dengan
menggunakan bahan kimia yang jika digunakan HASIL DAN PEMBAHASAN
secara terus menerus akan berdampak terhadap Krakteristik Responden
kerusakan tanah, lingkungan serta masyarakat. Responden pada penelitian ini adalah
Namun walaupun demikian, berdasarkan anggota kelompoktani di Desa Bantarjaya,
wawancara dengan penyuluh hanya 30% petani yang berjumlah 33 orang. Karakteristik
saja yang mau menerapkan teknologi PGPR ini. responden terdiri atas umur, pendidikan formal
Oleh karena itu, berdasarkan hasil identifikasi dan lama berusahatani.
permasalahan yang ada, penulis tertarik untuk Tabel 1. Karakteristik Responden
mengangkat judul “Implementasi Teknologi No Karakteristik Kategori Jumlah Persentase
Petani Responden (%)
Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR) (orang)
Pada Budidaya Cabai di Kecamatan 1 Umur 40-48
5 15,2
(tahun) th
Rancabungur” sebagai langkah untuk 49-57
9 27,3
th

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
Jurnal Inovasi Penelitian ISSN 2722-9475 (Cetak)
ISSN 2722-9467 (Online)
Vol.1 No.3 Agustus 2020 561
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
No Karakteristik Kategori Jumlah Persentase Faktor Eksternal
Petani Responden (%)
(orang) Faktor Eksternal merupakan variabel
58-66
15 45,4 yang diperkirakan mempunyai pengaruh
th
67-75 terhadap implementasi teknologi PGPR pada
4 12,1
th budidaya cabai. Dalam variabel faktor eksternal
Jumlah 33 100
2 Pendidikan mencakup peran penyuluh, peran kelompoktani
6-8 th 14 42,4
Formal dan sarana informasi. Hasil analisis faktor
9-11 th 5 15,1
12-14
eksternal tersaji dalam Gambar 1.
12 36,4
th Gambar 1. Kategori Faktor Eksternal
15-17
th
2 6,1 75,8% 78,8%
peran penyuluh
Jumlah 33 100
3 Lama 10-17
11 33,3
Berusahatani th peran
18-25
th
10 30,3 kelompoktani
26-33 sarana
7 21,2
th 69,7%
34-41 informasi
5 15,2
th
Jumlah 33 100
Sumber: Analisis Data Primer diolah penulis,
Sumber: Data Diolah Penulis Tahun 2020
2020
Hasil analisis yang dilakukan umur
Hasil anailisis diketahui bahwa peran
responden didominasi oleh usia 58-66 tahun
penyuluh termasuk dalam kategori sedang
sebanyak 15 responden atau yang jika
dengan persentase (78,8%). Hal tersebut
dipersentasekan mencapai 45,5%. Sedangkan
dikarenakan penyuluh memiliki kontribusi
umur responden yang paling sedikit antara 67-
yang cukup besar bagi petani karena penyuluh
75 tahun sebanyak 4 responden dengan
merupakan sumber informasi utama bagi
persentase 12,1%.
petani. Hal tersebut sejalan dengan pendapat
Mayoritas pendidikan petani di Desa
Yahya (2016) yang mengatakan keberhasilan
Bantarjaya yaitu SD–tidak lulus SMP yang
penyebaran suatu teknologi tidak terlepas dari
terdiri dari 14 orang dengan persentase
peran penyuluh yang menjalankan fungsinya
(42,4%). Selaras dengan pendapat Rushendi
sebagai agen pembaharu. Peran kelompoktani
dan Siti (2016) yang mengatakan bahwa tingkat
dengan hasil olah data didominasi oleh kategori
pendidikan petani umumnya adalah tamat
sedang dengan persentase (69,7%). Dan untuk
Sekolah Dasar (SD).
sarana informasi termasuk kedalam kategori
Hasil analisis diketahui pengalaman
sedang dengan persentase 75,8%.
usahatani responden cukup variatif, mulai dari
Karakteristik Inovasi
cukup pengalaman selama 10-17 tahun hingga
Karakteristik inovasi merupakan sifat-
paling lama yaitu selama 34-41 tahun. Hasil
sifat inovasi yang dapat mempengaruhi tingkat
observasi dilapangan untuk menerapkan
implementasi PGPR pada budidaya cabai.
teknologi PGPR dapat dikatakan tidak terlalu
Adapun karakteristik yang dianalisis yaitu
sulit bagi petani, karena dapat di lakukan oleh
keuntungan relatif, kesesuaian, kerumitan,
petani yang memiliki pengalaman usaha baru
kemungkinan untuk dicoba dan mudah diamati.
maupun yang sudah lama. Hal tersebut selaras
Hasil anasisis karakteristik inovasi tersaji
dengan Sitanggang (2014) yang mengatakan
dalam Gambar 2.
bahwa petani yang telah lama melaksanakan
usahatani, ataupun yang baru menjalankan
usahatani memiliki kesempatan untuk dapat
mengadopsi teknologi.

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
ISSN 2722-9475 (Cetak) Jurnal Inovasi Penelitian
ISSN 2722-9467 (Online)
562 Vol.1 No.3 Agustus 2020
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
Gambar 2. Karakteristik Inovasi persentase 60,6%. Sedangkan indikator
66,7% 66,7% keuntungan persuasi termasuk dalam kategori sedang
relatif dengan persentase 66,7%. Dan indikator
kesesuaian
keputusan termasuk dalam kategori sedang
kerumitan dengan persentase (57,6%).
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
kemungkinan Implementasi Teknologi PGPR Pada
63,6%
75,8% untuk dicoba Budidaya Cabai
57,6% mudah diamati
Selanjutnya dalam penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang
Sumber: Analisis Data Primer diolah penulis, mempengaruhi implementasi teknologi PGPR
2020 pada budidaya cabai di Kecamatan
Berdasarkan hasil analisis dapat Rancabungur. Adapun hasil analisis yang
diketahui bahwa keuntungan kelatif dari diperoleh secara rinci terdapat dalam Tabel 2.
teknologi PGPR termasuk kedalam kategori Tabel 2. Hasil Analisis Regresi Linier
sedang dengan persentase 66,7%. Hal tersebut Berganda
karena teknologi PGPR memiliki beberapa Faktor Internal Keterangan
No Nilai Sign.
keuntungan dibandingkan dengan bahan kimia. dan Eksternal
R2 .785
Untuk indikator kesesuaian termasuk kedalam (Constant) .953 .909
kategoeri sedang dengan persentase 75,8%. Hal 1 Umur
1.348 .197
Tidak
Berpengaruh
tersebut dikarenakan teknologi PGPR sesuai 2 Lama Pendidikan Berpengaruh
1.695 .012
dengan kebutuhan petani cabai. Kerumitan Formal
3 Lama Tidak
termasuk kedalam kategori sedang dengan Berusahatani
-889 .271
Berpengaruh
persentase 57,6 %. Kemungkinan untuk dicoba 4 Peran Penyuluh .675 .035 Berpengaruh
termasuk kedalam kategori sedang dengan Peran Tidak
5 -.463 .199
Kelompoktani Berpengaruh
persentase sebesar 63,6%. Mudah diamati Sarana Informasi Tidak
6 -.043 .908
termasuk dalam kategori sedang dengan Berpengaruh
Keuntungan Berpengaruh
persentase 66,7%. 7
Relatif
.959 .019
Implementasi (Y) 8
Kesesuaian
.043 .916
Tidak
Berpengaruh
Implementasi yaitu merupakan variabel Kerumitan Tidak
9 .591 .390
dependen dalam penelitian ini. Yang terdiri dari Berpengaruh
Kemungkinan Tidak
pengetahuan, persuasi dan keputusan. Adapun 10
Untuk dicoba
-.731 .112
Berpengaruh
hasil analisis data yang tersaji dalam Gambar 3. 11
Mudah dimati
-.631 .313
Tidak
Berpengaruh
Gambar 3. Persentase Implementasi
70 Sumber: Analisis Data Primer diolah penulis,
65
2020
Berdasarkan hasil analisis diatas
60 pengetahuan diketahui nilai R square yang diperoleh sebesar
55 0,785. Hal ini berarti bahwa variabel bebas
persuasi
50 yang digunakan dalam penelitian ini
keputusan mempunyai pengaruh terhadap implementasi
teknologi PGPR pada budidaya cabai sebesar
78,5%, sedangkan 21,5% merupakan faktor
lainnya yang tidak dijadikan variabel dalam
Sumber: Analisis Data Primer diolah penulis,
penelitian ini.
2020
Adapun beberapa faktor yang
Hasil analisis yang diperoleh indikator
berpengaruh terhadap tingkat implementasi
pengetahuan petani mengenai teknologi PGPR
teknologi PGPR pada budidaya cabai yaitu
termasuk dalam kategori sedang dengan
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
Jurnal Inovasi Penelitian ISSN 2722-9475 (Cetak)
ISSN 2722-9467 (Online)
Vol.1 No.3 Agustus 2020 563
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
faktor internal lama pendidikan formal, faktor pendidikan nonformal seperti pelatihan adalah
eksternal peran penyuluh, dan karakteristik proses belajar yang baik untuk melengkapi
inovasi yaitu keuntungan relatif karena nilai pengetahuan petani. Karena seperti yang
signifikan <0,05. Dengan demikian dapat diketahui hasil analisis yang didapatkan bahwa
dibuat persamaan sregresi sebagai berikut : petani di Desa Bantarjaya mayoritas lama
Y= (1.695) X₁₂ + (0,675) X₂₁ + (0, 959) X₃₁ pendidikan formal petani dari mulai SD sampai
Umur tidak tamat SMP.
Berdasarkan hasil analisis regresi linear Lama Usahatani
berganda umur tidak berpengaruh nyata Indikator lama usahatani memiliki nilai
terhadap implementasi teknologi PGPR pada signifikansi 0,271 > 0,05. Hal ini berarti lama
budidaya cabai. Nilai signifikansi yang usahatani tidak berpengaruh terhadap
diperoleh yaitu 0,197 > 0,05. Berbeda dengan implementasi PGPR pada budidaya cabai.
pendapat Farid A, dkk (2018) yang mengatakan Berbeda dengan pendapat Ryan, dkk (2018)
umur berpengaruh signifikan terhadap yang mengatakan pengalaman usahatani
karakteristik petani. berpengaruh signifikan terhadap keinginan
Hal tersebut dikarenakan petani yang petani untuk mengadopsi suatu teknologi. Hasil
ada di Desa Bantarjaya pada usia produktif identifikasi dilapangan untuk menerapkan
maupun tidak produktif memiliki kemauan dan teknologi PGPR tidak terlalu sulit bagi petani
kebutuhan yang sama. Yaitu sama-sama yang memiliki pengalaman usaha baru maupun
menginginkan keberhasilan dalam mengelolah yang sudah lama.
dan mengembangkan usahatani yang Peran Penyuluh
dijalaninya agar lebih baik lagi. Berdasarkan hasil analisis regresi linier
Pendidikan formal berganda, peran penyuluh memiliki nilai
Pendidikan formal memiliki pengaruh signifikansi sebesar 0,035 < 0,05. Yang dapat
signifikan terhadap implementasi teknologi dikatakan bahwa peran penyuluh berpengaruh
PGPR, karena memiliki nilai signifikansi secara nyata terhadap implementasi teknologi
sebesar 0,012 < 0,05. Hal tersebut dapat PGPR. Hal tersebut karena penyuluh
diketahui bahwa ketika dilapangan petani yang merupakan sumber informasi utama bagi petani
memiliki tingkat pendidikan rendah kurang di Desa Bantarjaya. Namun dalam
memahami dan sulit menerima informasi penyampaian materi, penyuluh jarang
teknologi yang diberikan oleh penyuluh. menggunakan metode demonstrasi cara. Salah
Sedangkan yang memiliki pendidikan tinggi satunya pembuatan PGPR. Padahal
lebih memahami dan mudah menerima berdasarkan hasil wawancara mendalam
informasi yang datang. Selaras dengan dengan petani, petani akan lebih mudah
pendapat Manyamsari dan Mujiburrahmad menyerap informasi jika dengan melihat dan
(2014) yang mengatakan bahwa pendidikan mempraktikan secara langsung teknologi yang
menggambarkan tingkat kemampuan seseorang diberikan. Hal tersebut sependapat dengan Nur
dan menggali tingkat pemahaman petani Imran (2019) yang mengatakan peran penyuluh
mengenai segala sesuatu, baik peningkatan berpengaruh terhadap penerapan suatu
pengetahuan, ketrampilan, dan perubahan sikap teknologi jika menggunakan metode dan teknik
petani. pembelajaran penyuluhan yang tepat.
Dengan adanya permasalahan tersebut Peran Kelompoktani
perlu ditingkatkan kembali pemahaman petani Peran kelompoktani tidak berpengaruh
melalui pendidikan nonformal atau pelatihan. terhadap implementasi teknologi PGPR pada
Seperti kegiatan penyuluhan untuk membantu budidaya cabai karena memiliki nilai signifikan
petani dalam meningkatkan pengetahuan dan sebesar 0,199 > 0,05. Berbeda dengan
wawasan. Hal tersebut selaras dengan Harniati penelitian Adawiyah (2017) yang mengatakan
dan Anwarudin O (2018) yang mengatakan kelompoktani berpengaruh nyata, karena

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
ISSN 2722-9475 (Cetak) Jurnal Inovasi Penelitian
ISSN 2722-9467 (Online)
564 Vol.1 No.3 Agustus 2020
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
wadah pemersatu dan wadah silaturahmi agar Menurut petani jika dilihat dari proses
para petani bisa sering bertemu, berdiskusi, dan waktu pembuatandan PGPR ini memakan
memecahkan masalah bersama. waktu yang cukup lama. Karena mayoritas
Namun untuk peran kelompoktani di petani di Desa Bantarjaya menginginkan
Desa Bantarjaya dalam menjalankan fungsinya produk yang instan dan dapat di aplikasikan
belum dilakukan secara optimal. Salah satunya secara langsung pada tanaman. Sehingga perlu
untuk menjadikan kelompok sebagai wahana pertimbangan bagi petani untuk menerapkan
kerjasama. Hasil wawancara dengan petani, teknologi PGPR dalam kegiatan usahatainya.
petani jarang melakukan pertemuan rutin untuk Hal tersebut selaras dengan teori yang
membahas perkembangan usahatani yang dipaparkan oleh Serah, Thobias (2014) yang
dijalani ataupun secara bersama-sama mengatakan keuntungan relatif berpengaruh
melakukan pertanian yang ramah lingkungan. nyata dalam mengambil keputusan untuk
Hal tersebut karena kurangnya koordinasi antar mengadopsi inovasi. Karena semakin mudah
ketua kelompok dengan anggota kelompok teknologi digunakan, maka semakin cepat
sehingga hanya sebagian anggota saja petani menerapkannya.
menerapkan wahana kerjasama dalam Kesesuaian
kelompok. Berdasarkan hasil analisis kesesuaian
Sarana Informasi tidak berpengaruh nyata terhadap implementasi
Sarana informasi memiliki nilai teknologi PGPR, karena memiliki nilai
signifikansi senilai 0,908 > 0,05 yang berarti signifikansi sebesar 0,916 > 0,05. Berdasarkan
tidak berpengaruh terhadap implementasi hasil wawancara dengan petani, mereka
PGPR pada budidaya cabai. Berbeda dengan berpendapat bahwa teknologi PGPR ini
penelitian Setiawati (2016) yang mengatakan sebenarnya sesuai dengan kebutuhan petani.
sarana informasi berpengaruh nyata terhadap Mereka juga mengetahui bahwa teknologi ini
adopsi teknologi. lebih aman. Terutama untuk lingkungan dan
Hal ini dikarenakan karena mayoritas masyarakat sekitar. Harganyapun lebih
petani di Desa Bantarjaya tidak menggunakan eknonomis dibandingkan dengan menggunakan
banyak sarana informasi dalam pelaksanaan bahan-bahan kimia.
usahataninya. Seperti internet, koran dan radio. Namun untuk menerapkannya petani
Hanya sebagian petani saja yang perlu pertimbangan karena dianggap hasilnya
menggunakannya. Karena sumber informasi tidak secepat bahan kimia jika digunakan. Hasil
utama petani Desa Bantarjaya adalah ini selaras dengan Fatchiya (2016) yang
penyuluh. mengatakan bahwa proses adopsi inovasi
Keuntungan Relatif memerlukan dasar-dasar pertimbangan yang
Berdasarkan hasil analisis regresi linier dianggap benar, baik dan layak dilakukan untuk
berganda, indikator keuntungan relatif diri sendiri maupun lingkungan sekitarnya.
memiliki nilai signifikansi sebesar 0,019 < Kerumitan
0,05. Hal ini berarti indikator keuntungan relatif Berdasarkan hasil analisis kerumitan tidak
berpengaruh secara nyata terhadap berpengaruh nyata terhadap implementasi
implementasi teknologi PGPR. Hasil teknologi PGPR pada budidaya cabai karena
identifikasi yang telah dilakukan sebenarnya memiliki nilai signifikan sebesar 0,390 > 0,05.
mayoritas petani telah mengetahui akan Berdasarkan hasil identifikasi, petani kurang
teknologi PGPR lebih menguntungkan secara faham akan keberhasilan pembuatan biang
ekonomis, teknis dan ekologis jika bakteri. Selain itu, petani juga menganggap
dibandingkan dengan penggunaan bahan kimia. bahwa proses pembuatan PGPR yang
Namun hanya sebagian petani saja yang baru diketahuinya memerlukan waktu yang cukup
menerapkan teknologi PGPR. lama. Karena mayoritas petani di Desa

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
Jurnal Inovasi Penelitian ISSN 2722-9475 (Cetak)
ISSN 2722-9467 (Online)
Vol.1 No.3 Agustus 2020 565
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
Bantarjaya menginginkan bahan yang dapat Strategi Meningkatkan Implementasi
digunakan secara instan dan tidak memakan Teknologi PGPR Pada Budidaya Cabai
waktu yang lama seperti pupuk kimia. Hasil ini Model strategi dalam penelitian ini
sesuai dengan pendapat Effendy (2017) yang ditentukan melalui analisis deskriptif, analisis
mengatakan bahwa tingkat kerumitan sebuah linear berganda dan melihat permasalahan
inovasi menjadi pertimbangan petani untuk secara faktual dilapangan dengan melihat
dapat menerima atau adopsi. potensi yang ada. Hasil yang diperoleh secara
Kemungkinan Untuk Dicoba rinci tersaji dalam Gambar 4.
Kemungkinan untuk dicoba tidak Gambar 4. Model strategi Implementasi
berpengaruh nyata terhadap implementasi Teknologi PGPR Pada Budidaya Cabai
teknologi PGPR pada budidaya cabai, karena
memiliki nilai signifikansi sebesar 0,112 >
0,05. Berbeda dengan penelitian Kinanti, dkk
(2018).
Hal tersebut dikarenakan kurangnya
pemahaman yang dimiliki petani terhadap
teknologi PGPR. Oleh karena itu belum
seluruhnya petani yang menerapkan PGPR
dalam proses budidayanya.
Mudah Diamati
Model strategi yang ditetapkan dalam
Hasil analisis data diketahui bahwa
penelitian ini merupakan salah satu upaya untuk
indikator mudah diamati tidak berpengaruh
meningkatkan implementasi teknologi PGPR
terhadap implementasi teknologi PGPR karena
pada budidaya cabai di Kecamatan
memiliki nilai signifikansi sebesar 0,313>0,05.
Rancabungur. Karena dengan menetapkannya
Dalam wawancara yang dilakukan, petani
model tersebut dapat membuat petani tertarik
kurang pemahaman akan keberhasilan
dan menerima akan teknologi PGPR. Yang
pembuatan PGPR dapat dilakukan secara
akhirnya petani mau menerapkan PGPR dalam
visual. padahal jika diketahui jika keberhasilan
budidaya yang dijalani. Karena seperti yang
PGPR dapat diketahui jika warna larutannya
diketahui petani yang ada di Desa Bantarjaya
bewarna kuning bening dan berbau tape. Hasil
ini dalam pengambilan keputusannya masih
ini sesuai dengan Effendy (2017) yang
rendah. Hal tersebut dikarenakan banyaknya
mengatakan bahwa petani lebih mengutamakan
petani yang menginginkan bahan-bahan dalam
pertimbangan untuk mengadopsi karena dapat
proses budidaya secara instan atau praktis.
diamati baik proses maupun hasil yang dicapai
akibat inovasi tersebut.
PENUTUP
Kesimpulan
1. Implementasi teknologi PGPR di
Kecamatan Rancabungur berdsarkan
analisis deskriprif secara umum termasuk
kedalam kategori sedang, baik dari faktor
internal, faktor eksternal dan karakteristik
inovasi.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi
implementasi teknologi PGPR pada
budidaya cabai di Kecamatan
Rancabungur yaitu faktor internal lama
pendidikan formal, faktor eksternal peran

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
ISSN 2722-9475 (Cetak) Jurnal Inovasi Penelitian
ISSN 2722-9467 (Online)
566 Vol.1 No.3 Agustus 2020
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
penyuluh dan karakteristik inovasi yaitu DAFTAR PUSTAKA
keuntungan relatif. [1] Adawiyah C. 2017. Faktor-Faktor Yang
3. Model strategi yang dapat dilakukan Memengaruhi Peran Komunikasi
untuk meningkatkan implementasi Kelompok Tani Dalam Adopsi Inovasi
tenologi PGPR adalah dengan Teknologi Upaya Khusus (Padi, Jagung,
Mendorong petani untuk melakukan Dan Kedelai) Di Jawa Timur. Jurnal Agro
kegiatan pertanian yang ramah Ekonomi, Vol. 35 No. 2, Oktober
lingkungan, Melakukan penyebaran 2017:151-170
informasi kepda petani melalui berbagai [2] Badan Pusat Statistik. 2018. Kabupaten
macam media penyuluhan agar dapat Bogor Dalam Angka 2018. Badan Pusat
mengetahui kelebihan dari teknologi Statistik Kabupaten Bogor.
PGPR dan Memfasilitasi petani dalam [3] Effendy L. 2017. Peran Kelembagaan Dan
meningkatkan pendidikan non formal dan Atribut Inovasi Dalam Adopsi Teknologi
pelatihan seperti kegiatan penyuluhan Pengelolaan Tanaman Terpadu Padi
agar dapat menguasi teknologi PGPR. Sawah Di Kabupaten Bandung Barat Dan
Saran Sumedang. Jurnal Penyuluhan Pertanian
Saran yang dapat disampaikan setelah Vol. 12, No. 1, Mei 2017
melaksanakan kegiatan Tugas Akhir di [4] Farid A, dkk. Faktor-Faktor yang Adopsi
Kecamatan Rancabungur adalah sebagai Petani dalam Penerapan Sistem Tanam
berikut : Jajar legowo di Desa Sukosari Kecamatan
1. Kegiatan penyuluhan sebaiknya Kasembon Kabupaten Malang Provinsi
dilakukan secara rutin supaya petani Jawa Timur. 2018. Jurnal Penyuluhan,
lebih memahami dengan baik terkait Maret 2018 Vol. 14 No. 1
teknologi PGPR. [5] Fatchiya, dkk. 2016. Penerapan Inovasi
2. Perlu ditingkatkan kembali peran Teknologi Pertanian dan Hubungannya
penyuluh terutama dalam dengan Ketahanan Pangan Rumah Tangga
menyampaikan berbagai informasi Petani. Jurnal Penyuluhan, September
dengan memperhatikan media dan 2016 Vol. 12 No. 2
metode yang tepat. [6] Harniati dan Anwarudin O. 2018. Strategy
3. Meningkatkan pelatihan atau To Improve The Performance Of Farmer
penyuluhan dengan cara demonstrasi Economic Institution In Agribusiness At
cara agar petani mudah memahami Sukabumi, Indonesia. International Journal
informasi yang diberikan penyuluh. of Recent Scientific Research Vol. 9, Issue,
3(B), pp. 24712-24718, March, 2018.
[7] Kinanti T, dkk. 2018. Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Keputusan Adopsi Inovasi
Budidaya Jenuh Air (Bja) Pada Usahatani
Kedelai Di Desa Simpang Kecamatan
Berbak Kabupaten Tanjung Jabung Timur.
Fakultas Pertanian Universitas Jambi
[8] Manyamsari I dan Mujiburrahmad. 2014.
Karakteristik Petani Dan Hubungannya
Dengan Kompetensi Petani Lahan Sempit.
Agrisep Vol (15) No. 2 , 2014
[9] Nur Imran, dkk. 2019. Metode Penyuluhan
Pertanian Dalam Meningkatkan
Pengetahuan Dan Keterampilan Petani

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
Jurnal Inovasi Penelitian ISSN 2722-9475 (Cetak)
ISSN 2722-9467 (Online)
Vol.1 No.3 Agustus 2020 567
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
(Studi Kasus Di Kecamatan Maros Baru
Kabupaten Maros). Agrisep Vol. 18 No. 2
September 2019
[10] Qurota A, dkk. Pengaruh penggunaan pgpr
(plant growth promoting rhizobacteria)
terhadap intensitas tmv (tobacco mosaic
virus), pertumbuhan, dan produksi pada
tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens
L). Jurnal HPT Volume 1 Nomor 1 April
2013
[11] Rusahendi dan Siti Z. 2016. Pengaruh
Sumber Informasi Terhadap Keputusan
Adopsi Inovasi Pertanian Bioindustri Serai
Wangi Dan Ternak. J. Perpus. Pert. Vol. 25
No. 2 Oktober 2016: 37-44
[12] Ryan E. 2018. Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Adopsi Petani terhadap
Penerapan Sistem Pertanian Jajar Legowo
di Desa Barukan Kecamatan Tengaran
Kabupaten Semarang. E-ISSN: 2615-7721
Vol 2, No. 1 (2018)
[13] Serah T. 2014. Pengaruh Karakteristik
Inovasi Sistem Sosial Dan Saluran
Komunikasi Terhadap Adopsi Inovasi
Teknologi Pertanian. Universitas Atma
Jaya Yogyakarta.
[14] Setiawati. 2016. Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Adopsi Inovasi Teknologi
Padi Organik Di Desa Telang Sari
Kecamatan Tanjung Lago Kabupaten
Banyuasin. Vol 1 No. 1 Januari – Juni 2016
[15] Sitanggang L, dkk. 2014. tingkat Adopsi
Petani Terhadap Penggunaan Pupuk Sesuai
Dosis Anjuran Pada Usahatani Padi
Sawah. Departemen Agribinis Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara
[16] Sulistyono E. dkk. 2018. Penetapan
Kebutuhan Air Tanaman Cabai (Capsicum
annuum L.) dan Cabai Rawit (Capsicum
frutescens L.). J. Hort. Indonesia, April
2018, 9(1): 38-46
[17] Yahya M. 2016. Faktor-Faktor Yang
Berpengaruh Terhadap Adopsi Petani
Dalam Pengelolaan Tanaman Terpadu
Padi Sawah Di Kabupaten Deli Serdang
Sumatera Utara. Agrica Ekstensia. Vol. 10
No. 2 Nopember 2016: 1-7

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
ISSN 2722-9475 (Cetak) Jurnal Inovasi Penelitian
ISSN 2722-9467 (Online)
568 Vol.1 No.3 Agustus 2020
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..

HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
Jurnal Inovasi Penelitian ISSN 2722-9475 (Cetak)
ISSN 2722-9467 (Online)

You might also like