You are on page 1of 10

Jurnal Dinamika Pertanian Edisi XXXV Nomor 1 April 2019 (41-50) P ISSN 0215 – 2525

E ISSN 2549 – 7960

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHATANI BAWANG MERAH


DI DESA SUNGAI GERINGGING KECAMATAN KAMPAR KIRI KABUPATEN
KAMPAR PROVINSI RIAU

Development Strategy on Shallot Farming in Sungai Geringging Village


Kampar Kiri District, Kampar Regency, Riau Province

Sri Ayu Kurniati


Fakultas Pertanian Universitas Islam Riau
Jl. Kaharuddin Nasution No. 113 Pekanbaru 28284
Email: sriayukurniati@agr.uir.ac.id
[Diterima: Februari 2019; Disetujui: Maret 2019]

ABSTRAK
Shallot plant has a good prospect to be developed if farmers have a desirability and ability to
cultivate it. The purpose of this study was to identify the internal and external environment and to
formulate a shallot farming development strategy. The research used a survey method located in
Sungai Geringging Village, Kampar Kiri District, Kampar Regency and was selected 40 farmers as
respondents. The data were analyzed using IFE, EFE and the SWOT. The results of external
opportunities showed that Kampar Regency is a center for shallot cultivation, while fluctuations in the
selling price of production were considered a threat factor. The use of the improved yielding seed was
a strength, and a weakness was the transportation facility. The IE matrix indicated that the shallot
farming is in cell III, so that it can carry out market penetration strategies and product development.
The SWOT matrix showed that farming could carry out the WO (Weaknesses-Opportunities) strategy,
namely with increasing optimally business capabilities related to capital loans, using applied
technology through training. It requires the role of the government in accessing modern markets and
increasing the ability of farmers to do business through information technology facilities and regional
autonomy policies.
Keywords: Shallot, Strategy, Business Development, External, Internal

ABSTRAK
Tanaman bawang merah memiliki prospek untuk di kembangkan jika petani memiliki kemauan
dan kemampuan dalam pengusahaannya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi
lingkungan internal dan eksternal serta merumuskan strategi pengembangan usahatani bawang merah.
Penelitian menggunakan merode survei di Desa Sungai Geringging Kecamatan Kampar Kiri
Kabupaten Kampar, dengan junlah responden sebanyak 40 orang petani. Analisis data yang
digunakan adalah analisis IFE EFE dan analisis SWOT. Hasil penelitian pada peluang eksternal
menyatakan bahwa Kabupaten Kampar merupakan sentra penanaman bawang merah sementara
fluktuasi harga jual produksi dianggap sebagai ancaman. Penggunaan bibit unggul merupakan
kekuatan dan kelemahannya adalah sarana transportasi yang masih sederhana. Matriks IE menyatakan
usahatani bawang merah berada pada sel III, sehingga dapat menjalankan strategi penetrasi pasar dan
pengembangan produk dan matriks SWOT menunjukkan bahwa usahatani dapat menjalankan strategi
WO (Weaknesses-Opportunities) yaitu meningkatkan kemampuan usaha secara optimal terkait
pinjaman modal, menguasai teknologi terapan melalui pembinaan pelatihan. Hal ini diperlukan peran
pemerintah dalam akses pasar modern dan meningkatkan kemampuan berusahatani melalui sarana
teknologi informasi dan kebijakan otonomi daerah.
Kata Kunci: Bawang Merah, Strategi, Pengembangan Usaha, Eksternal Internal.

PENDAHULUAN tumbuh dengan cepat dan secara fungsional


dapat berperan dalam penyediaan bahan baku
Pembangunan pertanian sub sektor
industri, peningkatan pendapatan petani,
tanaman pangan khususnya hortikultura dapat
menciptakan lapangan kerja, serta peningkatan

41
Dinamika Pertanian April 2019

penerimaan devisa melalui ekspor hasil pengembangan usahatani bawang merah di


tanaman hortikultura. Bawang merah (Allium Desa Sungai Geringging Kecamatan Kampar
ascalonicum L) adalah salah satu umbi lapis Kiri Kabupaten Kampar Propinsi Riau.
yang banyak tumbuh hampir di semua dataran
rendah, bernilai ekonomi tinggi, umumnya METODE PENELITIAN
diusahakan oleh petani secara komersial yang Penelitian ini menggunakan metode
sebagian besar atau seluruh hasil produksinya survei di Desa Sungai Geringging Kecamatan
ditujukan untuk memenuhi permintaan pasar. Kampar Kiri Kabupaten Kampar karena
Tingginya tingkat konsumsi masyarakat merupakan daerah awal pengembangan
menjadikan komoditas bawang merah ini budidaya bawang merah di Propinsi Riau
menguntungkan jika diusahakan. dengan penentuan responden secara sensus
Potensi pengembangan bawang merah di kepada 40 petani. Jenis data terdiri dari data
Kabupaten Kampar difokuskan di Desa Sungai primer yang meliputi identitas petani (umur,
Geringging karena ketersediaan lahan kering lama pendidikan, jumlah anggota keluarga,
yang luas dan subur untuk budidaya bawang pengalaman berusaha), luas lahan, penggunaan
merah yakni mencapai 40.684 hektar. Jumlah sarana produksi, jumlah produksi dan jumlah
produksi dan tingkat kebutuhan nasional tenaga kerja, serta sekunder yaitu data yang
merupakan faktor determinan yang cukup kuat berasal dari dinas dan instansi terkait dan
mempengaruhi keputusan untuk mendorong dipublikasikan kepada masyarakat pengguna.
pengembangan dan peningkatan produksi di Data skunder meliputi gambaran umum
tingkat lokal. Petani bawang merah dalam daerah, penduduk, luas areal dan jumlah
menjalankan usahataninya, tidak terlepas dari produksi bawang merah, dan data pendukung
pengaruh dan permasalahan lingkungan, baik lain yang diperoleh dari Kantor Kecamatan,
secara internal maupun eksternal. BPS, Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura.
Permasalahan internal umumnya adalah
kurangnya kemampuan penerapan teknologi ANALISIS DATA
oleh petani, sempitnya penguasaan lahan,
lemahnya permodalan, dan terbatasnya 1. Identifikasi Faktor Eksternal dan
ketersediaan input, sedangkan secara eksternal Internal
permasalahan yang biasa terjadi yaitu iklim Matriks EFE berisi strategi usaha yang
yang tidak menentu, serangan organisme secara efektif mengambil keuntungan dari
pengganggu tanaman, dan fluktuasi harga peluang dengan meminimalkan efek yang
bawang merah. Ditinjau dari aspek pemasaran, muncul dari ancaman luar meliputi ekonomi,
proyeksi kebutuhan bawang merah sangat sosial, budaya, demografi, lingkungan, politik,
menguntungkan, tetapi harus diimbangi pemerintah, hukum, teknologi, dan kompetitif,
dengan penggunaan input yang optimal. seperti terlihat Tabel 1.
Petani bawang merah di Kabupaten Sementara matriks IFE merupakan
Kampar pada umumnya adalah petani swadaya strategi usaha yang secara efektif
yang mengusahakan seluruh sarana dan memanfaatkan kekuatan yang dimiliki untuk
kegiatan produksi secara mandiri. Petani meminimalkan kelemahan, meliputi komponen
memiliki ketertarikan untuk mengusahakan manajemen, pemasaran, keuangan, produksi,
bawang merah didasari oleh ketersediaan lahan peneitian dan pengembangan, serta sistem
yang cukup, proses penanaman dilakukan informasi manajemen, seperti terlihat pada
bersama-sama dengan petani lain, harapan Tabel 2.
keuntungan yang besar, meskipun terdapat Matriks internal eksternal (IE)
beberapa petani yang akhirnya beralih ke memposisikan perusahaan dalam sembilan
tanaman lain. Pada kenyataannya dalam tampilan sel pada sebuah diagran skematis
menyikapi beberapa permasalahan usahatani (David, 2009) yang didasarkan pada dua
bawang merah petani dihadapkan pada dilema dimensi kunci yaitu total rata-rata tertimbang
apakah tetap mengusahakan atau beralih pada IFE pada sumbu x dan total rata-rata
komoditi lain mengingat harga input dan harga tertimbang EFE pada sumbu y dimana terdapat
jual yang selalu berfluktuasi. Berdasarkan hal total rata-rata tertimbang dari 1,0 - 1,99
tersebut maka tujuan penelitian ini adalah dianggap rendah, nilai 2,0 - 2,99 adalah
mengidentifikasi lingkungan internal dan menengah, dan 3,0 – 4,0 adalah tinggi.
eksternal serta merumuskan strategi

42
Strategi Pengembangan Usahatani Bawang Merah di Desa Sungai Geringging Kecamatan Kampar Kiri Kabupaten Kampar
Provinsi Riau

Tabel 1. Faktor Eksternal Usahatani Bawang Merah di Desa Sungai Geringging


Faktor Eksternal Peluang Ancaman
Ekonomi Adanya permintaan pasar yang Harga jual produksi berfluktuasi
potensial
Sosial, budaya, demografi, dan Peningkatan jumlah penduduk Jumlah petani tidak banyak
lingkungan Subsistem agribisnis mendominasi Serangan hama dan penyakit
lapangan pekerjaan Perubahan iklim dan cuaca
Politik, hukum, dan pemerintah Adanya pembinaan dan pelatihan
dari penyuluh
Otonomi daerah mendorong
kegiatan agribisnis lebih kompetitif
Teknologi Sarana dan prasarana pertanian
tersedia
Berkembangnya teknologi
informasi pertanian
Kompetitif Kabupaten Kampar sebagai sentra
penanaman bawang merah

Tabel 2. Faktor Internal Usahatani Bawang Merah di Desa Sungai Geringging


Faktor Internal Kekuatan Kelemahan
Manajemen Petani berpengalaman dalam Usahatani masih berskala kecil
usahatani
Banyak menggunakan tenaga kerja
dalam keluarga
Tergabung dalam kelompok tani
Manajemen usahatani cukup baik
Pemasaran Sarana transportasi masih
sederhana
Produksi Penggunaan bibit unggul Fasilitas kerja manual
Pupuk cukup tersedia
Sistem pengairan yang baik
Teknik budidaya sesuai
rekomendasi

Matriks IE membagi tida daerah utama integrasi kedepan, dan integrasi horizontal).
yang memiliki implikasi strategi yang berbeda- Kedua, usaha yang masuk dalam sel III, V,
beda. Pertama, usaha yang masuk dalam sel I, atau VII dapat dikelola dengan strategi intensif
II, atau IV digambarkan sebagai tumbuh dan (penetrasi pasar dan pengembangan produk).
kembang sehingga strategi yang sesuai adalah Ketiga, bagi usaha pada sel VI, VIII, dan IX
strategi intensif (penetrasi pasar, maka strategi yang digunakan adalah strategi
pengembangan pasar dan pengembangan divestasi, seperti gambar berikut:
produk) atau integratif (integrasi kebelakang,

Gambar 1. Matriks Internal Eksternal (IE)

43
Dinamika Pertanian April 2019

1. Strategi Pengembangan Usaha strategi WO bertujuan untuk memperbaiki


Matriks SWOT merupakan tahap kelemahan internal dengan memanfaatkan
pencocokan faktor eksternal dan internal kunci peluang eksternal. Strategi ST menggunakan
yang membutuhkan penilaian yang baik dan kekuatan internal untuk menghindari atau
umumnya bersifat subyektif karena mengurangi pengaruh dari ancaman eksternal.
menganggap tidak ada pencocokan yang Strategi WT adalah pengurangan kelemahan
terbaik. Terdapat 4 strategi, yakni Strategi SO internal dan menghindari ancaman eksternal.
menggunakan kekuatan internal perusahaan Untuk lebih jelas terlihat pada tabel berikut:
untuk memanfaatkan peluang eksternal,
Tabel 3. Matriks SWOT
Faktor Internal
Kekuatan (S) Kelemahan (W)
Faktor eksternal
Peluang (O) Strategi SO Strategi WO
Ancaman (W) Strategi SW Strategi WT
mengembangkan kemampuan diri dalam
HASIL DAN PEMBAHASAN meningkatkan hasil produksi
5. Otonomi daerah mendorong kegiatan
1. Identifikasi Lingkungan Eksternal dan agribisnis lebih kompetitif
Internal Diberlakukannya otonomi daerah maka
Peluang pemerintah memberikan kebebasan bagi
1. Adanya permintaan pasar yang potensial maasyarakat untuk melakukan kegiatan
Permintaan pasar yang diharapkan tidak usaha agribisnis sesuai dengan ketentuan
saja secara regional namun juga nasional yang berlaku. Selain meningkatkan
bahkan internasional. Tingginya jumlah pendapatan dan kesejahteraan petani,
permintaan akan menjadi pendorong bagi namun juga peluang untuk berperan aktif
peningkatan jumlah penawaran atas meningkatkan pendapatan daerah
produksi bawang merah yang pada 6. Sarana dan prasarana pertanian tersedia
akhirnya peluang ekonomi ini akan dapat Penggunaan sarana dan prasarana
meningkatkan keuntungan dan pendapatan pertanian di daerah penelitian cukup
petani tersedia meskipun masih sederhana dan
2. Peningkatan jumlah penduduk tergolong semi teknis. Penerapan teknologi
Jumlah penduduk yang bertambah dapat menjadi peluang bagi petani untuk
berdampak pada peningkatan jumlah meningkatkan kemampuan dalam
kebutuhan pangan. Secara sosial, budaya, penggunaan fasilitas produksi yang lebih
demografi, dan lingkungan, kondisi ini modern
merupakan peluang bagi keberlangsungan 7. Berkembangnya teknologi informasi
usahatani bawang merah pertanian
3. Subsistem agribisis mendominasi Kemajuan teknologi ditandai dengan
lapangan pekerjaan penggunaan telepon seluler oleh petani
Pengembangan 5 subsistem agribisnis untuk berkomunikasi dan berdiskusi
dapat menjadi peluang bagi terbukanya dengan penyuluh mengenai kendala dan
lapangan pekerjaan. Petani dapat memilih solusi dalam usahatani. Sehingga peluang
salah satu subsistem (penyediaan sarana untuk menerima dan mengembangkan
produksi, usahatani, agroindustri, teknologi dalam usahatani sangatlah
pemasaran, dan penunjang) atau mengelola terbuka, salah satunya melalui peran petani
kelima subsistem tersebut. dalam kelompok tani
4. Adanya pembinaan dan pelatihan dari 8. Kabupaten Kampar sebagai sentra
penyuluh penanaman bawang merah.
Penyuluh sangat berperan dalam Telah diketahui lama bahwa Kabupaten
membantu petani melakukan usahataninya. Kampar merupakan daerah yang lebih
Pembinaan dan pelatihan dari penyuluh dominan melakukan usahatani padi sawah
merupakan peluang bagi petani untuk dan tanaman perkebunan seperti karet.

44
Strategi Pengembangan Usahatani Bawang Merah di Desa Sungai Geringging Kecamatan Kampar Kiri Kabupaten Kampar
Provinsi Riau

Namun pada tahun 2013 dilakukan masyarakat. Kondisi ini akan menjadi
penanaman bawang merah dengan ancaman bagi ketersediaan bawang merah
produktivitas sebesar 4 ton/ha. Hal ini dimasa datang dan akan tergantung pada
merupakan peluang sekaligus menjadi produksi dari daerah lain
keunggulan kompetitif bila dibandingkan 3. Adanya serangan hama dan penyakit
dengan daerah lain di Propinsi Riau. Hama dan penyakit merupakan faktor alam
Ancaman yang muncul secara alami, diantaranya
1. Harga jual produksi berfluktuasi yaitu jenis fusarium. Cara-cara dan
Petani tidak memiliki kemampuan untuk fasilitas yang digunakan umumnya
menentukan harga produk. Penentuan sederhana. Serangan hama dan penyakit
harga yang tidak menguntungkan menjadi dapat mengancam pertumbuhan tanaman
ancaman bagi peningkatan keuntungan dan dan jumlah produksi yang dihasilkan.
pendapatan petani. Fluktuasi harga bawang Untuk mencegah berkembangnya hama
merah tidak semata-mata disebabkan oleh tersebut petani biasanya rutin menyiram
kendala dalam berusahatani tetapi lebih bawang merah mereka untuk mencegah
didominasi oleh keadaan/moment tertentu, terjadinya pengembunan pada batang dan
misal mendekati perayaan hari besar daun
agama. Jika harga terlalu rendah biasanya 4. Perubahan iklim dan cuaca
petani menahan dulu hasil produksinya Berada di wilayah tropis memberikan
dengan cara menjemur dan disimpan, dan keuntungan dan kerugian bagi
akan dijual kembali saat harga kembali kelangsungan usahatani. Perubahan cuaca
normal atau penjualan menguntungkan lebih cepat terjadi sementara tanaman
2. Jumlah petani bawang merah tidak banyak kurang tanggap terhadap perubahan
Kuantitas petani yang tidak terlalu banyak tersebut. Kerusakan yang dialami menjadi
(di lokasi penelitian <40 orang) ancaman bagi kondisi sosial budaya petani
menimbulkan kekhawatiran bagi dan lingkungan sekitar.
keberlanjutan usahatani mengingat bawang
merah dibutuhkan untuk pangan
Tabel 4. Matriks EFE (External Factor Evaluation)
Faktor Strategis Eksternal Bobot Rating Nilai Tertimbang
Peluang (Opportunities)
1. Kabupaten Kampar sebagai sentra penanaman bawang 0,100 3,825 0,381
merah
2. Peningkatan jumlah penduduk 0,095 3,650 0,347
3. Adanya permintaan pasar yang potensial 0.092 3,525 0,324
4. Sistem agribisnis mendominasi lapangan pekerjaan 0,079 3,050 0,242
5. Sarana dan prasarana pertanian tersedia 0,077 2,975 0,230
6. Berkembangnya teknologi informasi pertanian 0,085 3,275 0,279
7. Adanya pembinaan dan pelatihan dari penyuluh 0,089 3,425 0,305
8. Otonomi daerah mendorong kegiatan agribisnis lebih 0,048 1,850 0,089
kompetitif
Subtotal 0,666 2,198
Ancaman (Threat)
1. Jumlah petani bawang merah tidak banyak 0,091 3,500 0,319
2. Harga jual produksi berfluktuasi 0,093 3,575 0,333
3. Adanya serangan hama dan penyakit 0,061 2,350 0,144
4. Perubahan iklim dan cuaca 0,089 3,400 0,301
Subtotal 0,334 12,825 1,097
Total 1,000 3,295
Berdasarkan Tabel 4 terlihat bahwa pelaku usahatani lainnya untuk menjaga
faktor eksternal yang memiliki peluang stabilitas dan kontinuitas ketersediaan bawang
terbesar adalah Kabupaten Kampar sebagai merah khususnya di Kabupaten Kampar dan
sentra penanaman bawang merah. Peluang ini seluruh Kabupaten/Kota di Propinsi Riau,
harus mendapat perhatian dari pemerintah dan sekaligus mampu menjadi pemasok bawang

45
Dinamika Pertanian April 2019

merah daerah lain di seluruh Indonesia. kedua tanaman tersebut akan panen pada
Sementara ancaman terbesar adalah harga jual waktu yang bersamaan. Alasan lain adalah
produksi yang berfluktuasi yang berdampak agar pemakaian sarana produksi dapat
pada peningkatan pendapatan petani. Petani digunakan bersama-sama
sebagai pelaku usahatani tidak memiliki 5. Penggunaan bibit unggul
kemampuan untuk menentukan harga. Perlu Bibit yang digunakan petani merupakan
perhatian dari pemerintah terhadap kebijakan bibit unggul jenis Brebes Bima yang
harga terlebih lagi jika terjadi penurunan harga didatangkan langsung dari Brebes Jawa
yang sangat drastis. Nilai rata-rata matriks EFE Tengah. Penggunaan bibit sebanyak 200-
yaitu 2,50 mengindikasikan bahwa petani 250 kg untuk 0,75 ha atau sekitar 2.500
mampu merespon dengan baik segala peluang m2, dengan harga Rp 25.000/kg dan
yang mungkin diraih meskipun terdapat kesemua bibit tersebut langsung ditanam.
beberapa ancaman yang harus dihindari. Melalui penggunaan bibit unggul maka
Kekuatan petani yakin bahwa hasil produksi
1. Petani berpengalaman dalam usahatani memuliki mutu yang baik
Khusus untuk bawang merah petani telah 6. Pupuk cukup tersedia
mengusahakan lebih kurang lima tahun, Pupuk yang digunakan terdiri atas pupuk
sementara tanaman lainnya seperti padi kandang dan pupuk kimia yang termasuk
sawah dan jagung telah lebih dahulu kategori pupuk nonsubsidi dengan harga
diusahakan. Pada awal penanaman standar. Pupuk-pupuk tersebut tersedia
pemerintah mendatangkan langsung dan dapat dibeli di kios-kios sarana
petani dari Brebes yang selanjutnya petani produksi terdekat sehingga memudahkan
ini menurunkan ilmunya kepada petani bagi petani
lain. Hal ini merupakan kekuatan bagi 7. Sistem pengairan yang baik
petani karena telah memahami teknik Berasal dari bendungan primer aliran
dalam berusahatani. Sungai Paku, dimana sistem pengairan
2. Banyak menggunakan tenaga kerja dalam yang digunakan petani tergolong semi
keluarga teknis. Terdapat mesin mengungkit air
Hampir semua petani menggunakan pada sebuah parit besar yang nantinya
tenaga kerja dari dalam keluarga. Hal ini dapat disambung menggunakan pipa
disebabkan oleh keterbatasan modal untuk dialirkan ke lahan penanaman
petani untuk memberi penerimaan jika bawang merah. Petani tidak perlu takut
menggunakan tenaga kerja dari luar. kekurangan air disaat musim kering
Kondisi inimerupakan kekuatan petani karena aliran air tidak pernah surut.
karena petani memahami dan mengenal 8. Teknik budidaya sesuai rekomendasi ahli
setiap orang yang membantu usahataninya Teknik dalam setiap tahapan budidaya
3. Tergabung dalam kelompok tani aktif bawang merah umumnya dilakukan petani
Petani tergabung pada dua kelompok tani sudah sesuai dengan rekomendasi ahli
yang aktif yang secara bersama-sama atau adanya kesesuian dengan prosedur
melakukan usahatani bawang merah pada yang berlaku secara standar. Artinya
satu hamparan yang sama (luas lahan 0,75 petani mempunyai keyakinan telah
ha). Keuntungannya adalah segala melakukan proses budidaya yang benar
informasi dan kaitannya pada kegiatan Kelemahan
usahatani dilakukan bersama dibantu oleh 1. Usahatani masih berskala kecil
penyuluh Hal ini merupakan salah satu kelemahan
4. Manajemen dalam usahatani cukup baik yang dominan dialami petani. Luas lahan
Salah satunya adalah dalam hal mengatur yang dimiliki umumnya sempit atau
waktu tanam antara bawang merah dan seringkali berbagi dengan lahan tanaman
padi sawah, dimana padi sawah mereka lain, keterbatasan jumlah modal dan
membutuhkan waktu tiga bulan untuk jumlah tenaga kerja, sehingga berkaitan
panen sementara bawang merah erat dengan jumlah pendapatan yang
membutuhkan waktu dua bulan hingga diterima
panen. Menanam padi sawah didahulukan 2. Sarana transportasi masih sederhana
dan selang satu bulan tanam barulah Transportasi yang digunakan petani untuk
bawang merah yang ditanam. Sehingga penyediaan sarana produksi dan

46
Strategi Pengembangan Usahatani Bawang Merah di Desa Sungai Geringging Kecamatan Kampar Kiri Kabupaten Kampar
Provinsi Riau

mengangkut hasil panen masih sederhana, sehingga petani sulit untuk membagi
yakni sebagian besar petani hanya modalnya pada berbagai kebutuhan, baik
menggunakan sepeda motor. Kondisi ini untuk usahatani maupun kebutuhan
akan menjadi sulit jika kuantitas angkutan nonusahatani
melebihi kemampuan angkut armada yang 4. Fasilitas kerja umumnya manual
dimiliki Fasilitas kerja yang digunakan umumnya
3. Belum ada lembaga yang menjamin sama dengan fasilitas usahatani lainnya
permodalan yang tergolong sederhana. Kelemahannya
Kondisi ini berkaitan dengan jumlah adalah penggunaan alat manual
kepemilikan modal petani yang terbatas. membutuhkan jumlah tenaga kerja yang
Tidak ada lembaga keuangan yang lebih banyak dibandingkan jika
memberikan penawaran pinjaman fasilitasnya semi mekanis atau modern.
Tabel 5. Matriks IFE (Internal Factor Evaluation)
Faktor Strategis Internal Bobot Rating Nilai Tertimbang
Kekuatan (Strenght)
1. Petani berpengalaman dalam usahatani 0,041 3,275 0,133
2. Banyak menggunakan TKDK 0,044 3,500 0,152
3. Tergabung dalam kelompok tani aktif 0,045 3,625 0,163
4. Manajemen usahatani cukup baik 0,042 3,350 0,140
5. Penggunaan bibit unggul 0,050 4,000 0,199
6. Pupuk cukup tersedia 0,038 3,025 0,114
7. Sistem pengairan yang baik 0,040 3,200 0,127
8. Teknik budidaya sesuai rekomendasi 0,043 3,475 0,150
Subtotal 0,341 1,179
Kelemahan (Weaknesses)
1. Usahatani masih berskala kecil 0,036 2,900 0,105
2. Sarana transportasi masih sederhana 0,044 3,550 0,157
3. Belum ada lembaga yang menjamin modal 0,037 2,975 0,110
4. Fasilitas kerja manual 0,041 3,325 0,138
Subtotal 0,159 0,508
Total 1,000 1,688

Tabel 5 memperlihatkan kekuatan petani dalam memperoleh bantuan


internal terbesar adalah penggunaan bibit permodalan, khususnya pinjaman dengan biaya
unggul. Umumnya petani mengggunakan bibit angsuran rendah dan periode pinjaman yang
bawang merah varietas Bima yang langsung lebih fleksibel.
didatangkan dari Brebes Jawa Tengah untuk
Matriks IE (Internal External Matrix)
menjaga kualitas hasil produksi. Petani
Matriks IE atau disebut juga matriks
meyakini bahwa pembeli/konsumen tentu akan
portofolio terdiri dari dua dimensi yaitu total
memilih dan mengkonsumsi bawang merah
nilai tertimbang IFE yang ditempatkan pada
dengan mutu yang baik. Sementara
sumbu x dan total nilai tertimbang EFE pada
kelemahannya adalah sarana transportasi yang
sumbu y. Berdasarkan hasil analisis matriks
masih sederhana. Petani umumnya masih
EFE diperoleh total nilai tertimbang sebesar
menggunakan sepeda motor dalam
3,295 dan total nilai tertimbang matriks IFE
pengangkutan sarana dan hasil produksi.
adalah 1,688, yang menempatkan usahatani
Ketidakmampuan petani menggunakan alat
bawang merah berada pada sel III, seperti yang
transportasi yang lebih besar (dalam hal ini
terlihat pada gambar 2. Terdapat 2 (dua)
mobil) berkaitan dengan keterbatasan modal
strategi terbaik yang dapat diterapkan yaitu
usaha. Matriks IFE memiliki nilai rata-rata
strategi penetrasi pasar dan pengembangan
2,50 mengindikasikan bahwa petani belum
produk.
mampu untuk menggunakan seluruh kekuatan
Strategi penetrasi pasar dilakukan
yang dimiliki dan meminimalkan
apabila pasar tidak jenuh dengan keadaan yang
kelemahannya. Perlu adanya perhatian dari
ada dan tingkat konsumsi meningkat secara
pemerintah berkaitan dengan kemudahan bagi
signifikan. Hal ini dapat dilakukan dengan

47
Dinamika Pertanian April 2019

menjaga ketersediaan produk secara kontiniu, berteknologi cepat. Beberapa hal yang dapat
pengiriman produk ke konsumen dengan tepat dilakukan oleh petani bawang merah di
waktu dan sesuai pesanan, dan menjaga Kabupaten Kampar adalah menjaga dan
kualitas produk dengan baik. Sementara meningkatkan kualitas produk yang didukung
strategi pengembangan produk dilakukan dengan SOP (Standard Operational
ketika produk berada pada siklus dewasa, Procedure), dan stabilitas tingkat kebersihan
perusahaan bersaing dalam industri produk.

Gambar 2. Matriks Internal Eksternal (IE) Usahatani Bawang Merah


Tabel 6. Matriks SWOT Usahatani Bawang Merah di Desa Sungai Geringging
Kekuatan (Strenght) Kelemahan (Weaknesses)
1. Petani berpengalaman 1. Usahatani berskala kecil
2. Banyak menggunakan TKDK 2. Sarana transportasi
Faktor Internal 3. Tergabung kelompok tani aktif sederhana
4. Manajemen usahatani baik 3. Belum ada lembaga yang
5. Penggunaan bibit unggul menjamin modal
6. Pupuk cukup tersedia 4. Fasilitas kerja manual
Faktor Eksternal 7. Sistem pengairan yang baik
8. Teknik budidaya sesuai
rekomendasi
Peluang (Opportunities) Strategi SO Strategi WO
1. Kabupaten Kampar sentra 1. Meningkatkan kualitas SDM yang 1. Meningkatkan
penanaman bawang merah telah berpengalaman agar mampu kemampuan usaha secara
2. Peningkatan jumlah penduduk mengelola usaha dan menghasilkan optimal melalui dukungan
3. Adanya permintaan pasar produk yang berkualitas sehingga instansi/penyuluh terkait
yang potensial terpenuhi kebutuhan pasar perolehan pinjaman modal
4. Sistem agribisnis (S1,S4,S5,O3) (W1,W3,O7)
mendominasi lapangan 2. Pemberdayaan kelompok tani oleh 2. Menguasai teknologi
pekerjaan penyuluh dalam penerapan ilmu terapan melalui
5. Sarana dan prasarana teknologi informasi sehingga tetap pembinaan pelatihan agar
pertanian tersedia menjadi sentra penanaman andalan mudah menggunakan
6. Berkembangnya teknologi (S3,O1,O6,O7) fasilitas kerja (W4,O5,O7)
informasi pertanian 3. Pemanfaatan secara optimal sarana 3. Perlu peran pemerintah
7. Adanya pembinaan dan produksi dalam pembudidayaan dalam informasi dan akses
pelatihan dari penyuluh agar peningkatan jumlah produksi pasar modern agar
8. Otonomi daerah mendorong seiring dengan jumlah penduduk usahatani lebih
kegiatan agribisnis lebih (S5,S6,S7,S8,O2) berkembang (W1,W2,O6)
kompetitif 4. Meningkatkan kemampuan TKDK 4. Meningkatkan
ikut serta memajukan kegiatan kemampuan berusahatani
agribisnis agar mempu bersaing melalui sarana teknologi
dengan daerah lain (S2,O4,O8) informasi dan kebijakan
otonomi daerah
(W1,O5,O6,O8)

48
Strategi Pengembangan Usahatani Bawang Merah di Desa Sungai Geringging Kecamatan Kampar Kiri Kabupaten Kampar
Provinsi Riau

Ancaman (Threat) Strategi ST Strategi WT


1. Jumlah petani bawang merah 1. Meningkatkan kemampuan SDM 1. Meningkatkan informasi
tidak banyak dan kelompok tani mengantisipasi pasar dan kemudahan
2. Harga jual produksi serangan hama dan penyakit serta memperoleh modal untuk
berfluktuasi perubahan iklim (S1,S3,T3,T4) mengimbangi harga jual
3. Adanya serangan hama dan 2. Perlu dibentuk asosiasi petani agar yang berfluktuasi
penyakit fluktuasi harga tidak berdampak (W1,W3,T2)
4. Perubahan iklim dan cuaca bagi produksi dan pendapatan 2. Kerjasama dinas terkait
(S1,S3,S8,W2) dan stakeholder dalam
3. Menumbuhkan jiwa & pengelolaan pengenalan alsintan
usahatani yang baik agar jumlah modern (W1,W2,T1)
petani meningkat dan berproduksi 3. Pengoptimalan inovasi
dengan harga jual yang baru sehingga tersedia
menguntungkan (S2,S4,W1,W2) bibit unggul yang tahan
4. Mengoptimalkan penggunaan bibit, terhadap hama dan
pupuk, dan sarana lainnyaterhadap penyakit (W1,W4,T3,T4)
kemungkinan perubahan iklim dan 4. Mengintensifkan budidaya
hama penyakit (S5,S6,S7,T3,T4) dan perawatan tanaman
(W1,T1,T3,T4)

KESIMPULAN Jumlah Produksi Bawang Merah di


Kabupaten Kampar, Bangkinang
1. Peluang bagi usahatani bawang merah Erny. 2010. Strategi Pengembangan Usahatani
adalah Kabupaten Kampar merupakan Bawang Merah Lokal di Kabupaten
sentra penanaman bawang merah namun
harus mampu meminimalisir harga jual Donggala. Tesis S2 Ekonomi Pertanian
produksi yang berfluktuasi. Sedangkan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
faktor internal yang menjadi kekuatan Hasibuan. 2002. Manajemen Sumber Daya
usahatani adalah penggunaan bibit unggul Manusia: Dasar dan Kunci
dan kelemahannya adalah sarana Keberhasilan. Gunung Agung, Jakarta
transportasi masih sederhana. Melalui Hurriyati, Ratih. 2005. Bauran Pemasaran dan
matriks IE usahatani bawang merah Loyalitas Konsumen. Alfabeta, Bandung
berada pada sel III sehingga dapat James, G. 2004. Perilaku Organisasi. Rineka
menjalankan strategi penetrasi pasar dan Cipta, Jakarta
pengembangan produk Kuncoro, M. 2003. Metode Riset untuk Bisnis
2. Melalui analisis SWOT diketahui bahwa dan Ekonomi. Erlangga, Jakarta
usahatani dapat menjalankan strategi WO Munandar, A, Sunyoto. 2001. Psikologi
(Weaknesses-Opportunities) diantaranya Industri dan Organisasi. Universitas
meningkatkan kemampuan usaha secara Indonesia, Jakart
optimal melalui dukungan Rangkuti, F. 2003. Analisis SWOT Teknik
instansi/penyuluh terkait perolehan Membedah Kasus Bisnis. Reorientasi
pinjaman modal, menguasai teknologi Konsep Perencanaan Strategis untuk
terapan melalui pembinaan pelatihan agar Menghadapi Abad 21. Gramedia
mudah menggunakan fasilitas kerja, perlu Pustaka Utama, Jakarta
peran pemerintah dalam informasi dan Rauf R.A, S. Darman, A. Andriana. 2015.
akses pasar modern agar usahatani lebih Pengembangan Usahatani Bawang
berkembang, meningkatkan kemampuan merah Varietas Lembah Palu. Jurnal
berusahatani melalui sarana teknologi Agriekonomika, 4 (2): 247-259
informasi dan kebijakan otonomi daerah Samadi, B dan B. Cahyono. 2005.
Intensifikasi Budidaya Bawang Merah.
DAFTAR PUSTAKA Kanisius, Yogyakarta
Sedarmayanti. 2009. Sumber Daya Manusia
David, F.R. 2009. Manajemen Strategi.
dan Produktivitas. Mandar Maju,
Salemba Empat, Jakarta
Bandung
Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan
Simamora, H. 2004. Manajemen Sumber Daya
Hortikultura Kabupaten Kampar. 2014.
Manusia. STIE YKPN, Yogyakarta

49
Dinamika Pertanian April 2019

Sugiyanto. 2013. Strategi Pengembangan


Tanaman Bawang Merah Berbasis
Agribisnis di Desa Duwel Kecamatan
Kedungasem Kabupaten Bojonegoro.
Universitas Bojonegoro, Jawa Tengah
Sulaiman. 2002. Jalan Pintas Menguasai SPSS.
Andi Offset, Yogyakarta
Suparman. 2010. Bercocok Tanam Bawang
Merah. Azka Press, JakartaWibowo S.
2007. Budidaya Bawang Merah.
Penebar Swadaya, Jakarta

50

You might also like