Professional Documents
Culture Documents
Abstract:This study aims to examine the factors forming the perception of farmers
towards the development of SRI, examines the perception of farmers towards the
development of SRI and examine the relationship between the factors forming the
perception and perception of farmers towards the development of SRI. The basic method
of research is descriptive method. Location studies in the District Moga Pemalang for
SRI development program being pursued by the Agricultural Extension Agency since
2012. The data used are primary and secondary data. Analysis of the data used are the
width of the interval, Spearman rank correlation test and t test. Factors forming the
perception in the study were age, formal education, non-formal education, experience
farming, land use, mass media and social environment. The results showed the perception
of farmers are in either category in terms of its goals and is good enough on aspects of
implementation and benefits. Based on the analysis Rank Spearman and t test, there is a
significant correlation between non-formal education to the perception of farmers
towards the development of SRI. There is a significant relationship between social
environment with the perception of farmers towards the development of SRI. There is no
significant relationship between age, formal education, experience farming, land use, and
keterpaan mass media with the perception of farmers towards the development of SRI.
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara agraris melakukan terobosan dengan
yang sebagian besar penduduknya melaksanakan kegiatan pertanaman
bermata pencaharian di sektor padi pola SRI (System of Rice
pertanian. Perkembangan sektor Intensification), dengan harapan dapat
pertanian dapat dilihat dari sejauh segera mendukung upaya percepatan
mana kemajuan pembangunan swasembada padi (Ditjen PSP, 2015).
pertanian yang merupakan suatu proses Hasil pengukuran terhadap
terencana untuk menjadikan sektor indikator kinerja kegiatan
pertanian yang lebih baik. Salah satu pengembangan metode SRI di provinsi
masalah pembangunan pertanian saat Jawa Tengah Tahun 2014 yaitu jumlah
ini adalah swasembada pengembangan metode SRI dari target
pangan.Terobosan kebijakan pertanian 167.438 ha terealisasi 161.719 ha atau
terkait dengan upaya swasembada 96,58% dengan kontribusi penambahan
pangan khususnya beras sangat produksi padi sejumlah 210.235 ton
diperlukan. GKP. Capaian ini termasuk kategori
Pemerintah dalam upaya berhasil (Ditjen PSP, 2014).Kontribusi
swasembada pangan, telah mengambil kegiatan pengembangan metode SRI
kebijakan pertanian untuk peningkatan selama tahun 2012æ2014 dapat dilihat
produksi padi, salah satunya yaitu pada tabel 1.
Pengembangan System of Rice Kabupaten Pemalang merupakan
Intensification (SRI). Menurut Prayatna daerah yang mendapatkan bantuan
(2007) dalam Ishak dan Afrizon (2011) kegiatan SRI berupa pupuk organik
SRI merupakan inovasi teknologi yang cair dan benih dari Kementerian
menekankan pada peningkatan fungsi Pertanian sejak tahun 2012 untuk luas
tanah sebagai mediapertumbuhan dan areal 2.000 ha/tahun (Agus, 2015).
sumber nutrisi tanaman. Kabupaten Pemalang memiliki luas
Kabinet Kerja pada pemerintahan areal sawah total 38.694 ha yang diairi
Presiden Joko Widodo telah dengan saluran primer sepanjang 35,46
menetapkan program swasembada km, saluran sekunder sepanjang 281,7
berkelanjutan untuk padi yang harus km dan saluran tersier sepanjang 343
dapat dicapai dalam waktu 3 tahun. km (Julianto, 2014). Oleh karena luas
Adapun target produksi yang harus lahan sawah yang dimiliki, dan
dicapai pada tahun 2015 adalah didukung dengan jaringan irigasi yang
produksi padi 73,40 juta ton GKG memadai sehingga Kabupaten
dengan tingkat pertumbuhan 2,21% per Pemalang diberi bantuan kegiatan SRI
tahun. Untuk mempercepat pencapaian oleh Kementerian Pertanian.
target produksi, maka melalui APBN-P
2015 Kementerian Pertanian
Tabel 1.Kontribusi Kegiatan Pengembangan Metode SRI Selama Tahun
2012æ2014 Provinsi Jawa Tengah
Keterangan 2012 2013 2014 Kumulatif
(Ton GKP)
Target Renstra (Ton GKP) 78.000 269.100 217.669 579.589
Realisasi (Ton GKP) 74.802 267.020 210.235 565.187
17
Widiyastuti : Persepsi Petani.....
18
Widiyastuti : Persepsi Petani.....
19
Widiyastuti : Persepsi Petani.....
X7 = Lingkungan sosial
produksi sehingga meningkatkan
pendapatan petani.
Keterpaan media massa dalam
Pendidikan nonformal petani kategori rendah yaitu mayoritas petani
dalam kategori sedang yaitu mayoritas mengakses 1 jenis media atau
petani mengikuti kegiatan penyuluhan presentase sebesar 64 %. Akses yang
sebanyak 2 kali dalam satu musim dipergunakan untuk informasi tentang
tanam terakhir yaitu presentase sebesar kegiatan program SRI sangat sedikit,
39 %.Hal tersebut menunjukkan bahwa umumnya alat yang diakses untuk
petani tidak begitu antusias dalam memperoleh informasi tersebut yaitu
mengikuti kegiatan penyuluhan, karena leaflet dari kegiatan penyuluhan. Media
kurangnya minat dan kebutuhan akan yang diakses umumnya adalah koran
kegiatan penyuluhan. Kebanyakan dan televisi untuk memperoleh
petani memperoleh pengetahuan informasi yang berkaitan dengan
tentang usahatani secara turun-temurun pertanian secara umum dan hiburan
dari orang tua mereka dan bertanya serta berita-berita tentang dunia luar.
langsung kepada petani yang mengikuti Lingkungan sosial dalam kategori
kegiatan penyuluhan dan pelatihan sedang atau atau cukup berpengaruh
yang dirasa sudah ahli tentang usaha dengan presentase 61 %.Hal ini
tani padi. merupakan salah satu faktor yang dapat
Pengalaman berusahatani padi mempengaruhi petani untuk bisa
dalam kategori sedang yaitu petani menerima inovasi baru atau informasi
memiliki pengalaman berusahatani baru yang mampu menambah
padi selama 11-20 tahun atau sebesar pengetahuan dan wawasan petani
31 %.Hal ini menunjukkan petani tentang usahataninya. Lingkungan
responden belum banyak pengalaman sosial mampu membentuk petani untuk
dalam usahatani padi. Selain itu, petani menjadi petani yang lebih maju
belum banyak mengalami resiko sehingga petani dapat meningkatkan
kegagalan dalam usahataninya produktivitas usahataninya.Lingkungan
sehingga dalam mengelola usahatani sosial juga berpengaruh terhadap
padi masih menggunakan cara yang keputusan yang akan diambil oleh
sederhana atau konvensional. petani.
Luas lahan petani dalam kategori
rendah yaitu petani memiliki luas lahan Persepsi Petani Terhadap
pada kisaran 0,26-0,50 ha tergolong Pengembangan System of Rice
luas lahan petani sempit atau Intensification
presentase sebesar 36 %. Menurut Persepsi merupakan proses akhir dari
Hernanto (1993) menyatakan bahwa pengamatan yang diawali oleh proses
luas lahan garapan petani pengindraan, yaitu proses diterimanya
mempengaruhi pendapatan, taraf hidup, stimulus oleh alat indra, kemudian
dan derajat kesejahteraan rumah tangga individu ada perhatian, lalu diteruskan
tani. Luas penguasaan lahan akan ke otak, dan baru kemudian individu
berpengaruh terhadap adopsi inovasi, menyadari tantang sesuatu yang
karena semakin luas lahan usahatani dinamakan persepsi. Persepsi petani
maka akan semakin tinggi hasil terhadap pengembangan SRI dalam
20
Widiyastuti : Persepsi Petani.....
21
Widiyastuti : Persepsi Petani.....
22
Widiyastuti : Persepsi Petani.....
23
Widiyastuti : Persepsi Petani.....
24
Widiyastuti : Persepsi Petani.....
25