You are on page 1of 10

AGRISTA : Vol. 4 No.3 September 2016 : Hal.

476 - 485 ISSN 2302-1713

PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN


SYSTEM OF RICE INTENSIFICATION (SRI) DI KECAMATAN MOGA
KABUPATEN PEMALANG

Widiyastuti, Emi Widiyanti, Sutarto


Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret Surakarta
Jl.Ir.Sutami No.36 A Kentingan Surakarta 57126 Telp./Fax (0271) 637457
Email: widiyastuti94@gmail.com /Telp: 081548847414

Abstract:This study aims to examine the factors forming the perception of farmers
towards the development of SRI, examines the perception of farmers towards the
development of SRI and examine the relationship between the factors forming the
perception and perception of farmers towards the development of SRI. The basic method
of research is descriptive method. Location studies in the District Moga Pemalang for
SRI development program being pursued by the Agricultural Extension Agency since
2012. The data used are primary and secondary data. Analysis of the data used are the
width of the interval, Spearman rank correlation test and t test. Factors forming the
perception in the study were age, formal education, non-formal education, experience
farming, land use, mass media and social environment. The results showed the perception
of farmers are in either category in terms of its goals and is good enough on aspects of
implementation and benefits. Based on the analysis Rank Spearman and t test, there is a
significant correlation between non-formal education to the perception of farmers
towards the development of SRI. There is a significant relationship between social
environment with the perception of farmers towards the development of SRI. There is no
significant relationship between age, formal education, experience farming, land use, and
keterpaan mass media with the perception of farmers towards the development of SRI.

Keywords: Perception, Farmer, System of Rice Intensification (SRI)

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji faktor-faktor pembentuk persepsi


petani terhadap pengembangan SRI, mengkaji persepsi petani terhadap pengembangan
SRI dan mengkaji hubungan antara faktor-faktor pembentuk persepsi dengan persepsi
petani terhadap pengembangan SRI. Metode dasar penelitian adalah metode deskriptif.
Lokasi penelitian yaitu Kecamatan Moga Kabupaten Pemalang karena sedang digalakkan
program pengembangan SRI oleh Badan Penyuluhan Pertanian sejak tahun 2012. Data
yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Analisis data yang digunakan adalah
lebar interval, uji korelasi Rank Spearman dan uji t. Faktor-faktor pembentuk persepsi
dalam penelitian adalah umur, pendidikan formal, pendidikan nonformal, pengalaman
berusahatani, luas lahan, keterpaan media massa dan lingkungan sosial. Hasil penelitian
menunjukkan persepsi petani berada dalam kategori baik pada aspek tujuan dan cukup
baik pada aspek pelaksanaan dan manfaat. Berdasarkan hasil analisis Rank Spearman dan
uji t, terdapat hubungan sangat signifikan antara pendidikan nonformal dengan persepsi
petani terhadap pengembangan SRI.Terdapat hubungan yang signifikan antara
lingkungan sosial dengan persepsi petani terhadap pengembangan SRI. Terdapat
hubungan yang tidak signifikan antara umur, pendidikan formal, pengalaman
berusahatani, luas lahan, dan keterpaan media massa dengan persepsi petani terhadap
pengembangan SRI.
Kata Kunci : Persepsi, Petani, System of Rice Intensification (SRI)
Widiyastuti : Persepsi Petani.....

PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara agraris melakukan terobosan dengan
yang sebagian besar penduduknya melaksanakan kegiatan pertanaman
bermata pencaharian di sektor padi pola SRI (System of Rice
pertanian. Perkembangan sektor Intensification), dengan harapan dapat
pertanian dapat dilihat dari sejauh segera mendukung upaya percepatan
mana kemajuan pembangunan swasembada padi (Ditjen PSP, 2015).
pertanian yang merupakan suatu proses Hasil pengukuran terhadap
terencana untuk menjadikan sektor indikator kinerja kegiatan
pertanian yang lebih baik. Salah satu pengembangan metode SRI di provinsi
masalah pembangunan pertanian saat Jawa Tengah Tahun 2014 yaitu jumlah
ini adalah swasembada pengembangan metode SRI dari target
pangan.Terobosan kebijakan pertanian 167.438 ha terealisasi 161.719 ha atau
terkait dengan upaya swasembada 96,58% dengan kontribusi penambahan
pangan khususnya beras sangat produksi padi sejumlah 210.235 ton
diperlukan. GKP. Capaian ini termasuk kategori
Pemerintah dalam upaya berhasil (Ditjen PSP, 2014).Kontribusi
swasembada pangan, telah mengambil kegiatan pengembangan metode SRI
kebijakan pertanian untuk peningkatan selama tahun 2012æ2014 dapat dilihat
produksi padi, salah satunya yaitu pada tabel 1.
Pengembangan System of Rice Kabupaten Pemalang merupakan
Intensification (SRI). Menurut Prayatna daerah yang mendapatkan bantuan
(2007) dalam Ishak dan Afrizon (2011) kegiatan SRI berupa pupuk organik
SRI merupakan inovasi teknologi yang cair dan benih dari Kementerian
menekankan pada peningkatan fungsi Pertanian sejak tahun 2012 untuk luas
tanah sebagai mediapertumbuhan dan areal 2.000 ha/tahun (Agus, 2015).
sumber nutrisi tanaman. Kabupaten Pemalang memiliki luas
Kabinet Kerja pada pemerintahan areal sawah total 38.694 ha yang diairi
Presiden Joko Widodo telah dengan saluran primer sepanjang 35,46
menetapkan program swasembada km, saluran sekunder sepanjang 281,7
berkelanjutan untuk padi yang harus km dan saluran tersier sepanjang 343
dapat dicapai dalam waktu 3 tahun. km (Julianto, 2014). Oleh karena luas
Adapun target produksi yang harus lahan sawah yang dimiliki, dan
dicapai pada tahun 2015 adalah didukung dengan jaringan irigasi yang
produksi padi 73,40 juta ton GKG memadai sehingga Kabupaten
dengan tingkat pertumbuhan 2,21% per Pemalang diberi bantuan kegiatan SRI
tahun. Untuk mempercepat pencapaian oleh Kementerian Pertanian.
target produksi, maka melalui APBN-P
2015 Kementerian Pertanian
Tabel 1.Kontribusi Kegiatan Pengembangan Metode SRI Selama Tahun
2012æ2014 Provinsi Jawa Tengah
Keterangan 2012 2013 2014 Kumulatif
(Ton GKP)
Target Renstra (Ton GKP) 78.000 269.100 217.669 579.589
Realisasi (Ton GKP) 74.802 267.020 210.235 565.187

17
Widiyastuti : Persepsi Petani.....

Sumber: Renstra dan Hasil Pengukuran Kinerja Ditjen PSP, 2014


Kecamatan Moga merupakan metode SRI, karena sasaran utama dari
daerah yang sedang digalakan program program SRI adalah petani itu sendiri.
pengembangan SRI oleh Dinas Tetapi kenyataannya tidak semua
Pertanian Kabupaten Pemalang, karena kelompok tani mau mengadopsi
kondisi daerah ini mendukung kegiatan teknologi SRI.Hal ini diduga petani
tanam padi SRI.Kecamatan Moga Kecamatan Moga memiliki persepsi
memiliki luas lahan sawah seluas yang berbeda terhadap SRI, sehingga
1.400,05 ha dan didukung adanya hanya beberapa kelompok tani yang
jaringan irigasi yang memadai. Selain mau mengadopsi teknologi
itu, hasil produksi padi di Kecamatan tersebut.Menurut Fachrista dan
Moga lebih tinggi dibanding dengan Sarwedah (2014), inovasi teknologi
tanaman pangan lain. pertanian tidak secara langsung
Program pengambangan SRI di diterapkan oleh petani. Keputusan
Kecamatan Moga merupakan program petani untuk mengadopsi teknologi
kelanjutan dari program SRI yang pertanian membutuhkan waktu dan
sudah dilaksanakan sejak tahun dipengaruhi oleh persepsi akan
2012.Tujuan dari program ini teknologi tersebut.
diharapkan dapat memperluas areal
lahan SRI yang dapat meningkatkan METODE PENELITIAN
produksi padi di Kecamatan Moga. Metode dasar yang digunakan dalam
Pada tahun 2014 metode SRI penelitian ini adalah metode deskriptif
diterapkan di Kecamatan Moga seluas (Nazir, 2014). Pelaksanaan penelitian
200 Ha, dengan hasil produksiyang dari yang dilakukan dengan menggunakan
semula rata-rata 5,3 ton menjadi 8 ton teknik survey (Juliandi et al, 2014).
gabah kering panen (GKP) per Ha.Pada Pemilihan lokasi penelitian ini
Tahun 2015 pemerintah menambah dilakukan secara sengaja (purposive)
luasan areal tanam padi SRI menjadi (Singarimbun dan Effendi,
250 Ha, dengan target produksi 10 ton 1995).Pengambilan sampel dalam
GKP per Ha. penelitian ini ditentukan dengan
Sosialisasi penanaman padi SRI menggunakan metode multistagecluster
dilakukan oleh penyuluh pertanian random sampling(acak kelompok
lapang (PPL) dan Babinsa TNI sudah banyak tahap). Jenis data yang
dilakukan di Kecamatan Moga sejak digunakan ialah data primer dan data
Tahun 2012.Sosialisasi dilakukan sekunder.Teknik pengumpulan data
kepada kelompok tani yang ada di dilakukan dengan carawawancara,
Kecamatan Moga.Setelah diberikan observasi, kuisioner dan pencatatan di
sosialisasi oleh penyuluh dan Babinsa lapangan.
TNI, kelompok tani diminta Alat analisis yang digunakan
kesediaanya dan partisipasinya dalam untuk mengukur tingkat faktor-faktor
mengadopsi teknologi tersebut, namun pembentuk persepsi dan persepsi petani
hanya beberapa kelompok tani yang terhadap pengembangan SRI yaitu
mau mengadopsi teknologi SRI. skala likert dan lebar
Adanya kegiatan SRI diharapkan interval.Hubungan antara faktor-faktor
semua petani mau mengikuti program pembentuk persepsi dengan persepsi
pengembangan SRI dan mengadopsi petani terhadap pengembangan SRI

18
Widiyastuti : Persepsi Petani.....

diuji dengan menggunakan uji korelasi sebesar 39 %, artinya petani responden


rank spearman(Siegel, 1994).Untuk paling banyak yaitu antara umur 42-50.
mengetahui tingkat signifikansi Hal tersebut menunjukkan bahwa
hubungan menggunakan uji t. mayoritas umur petani dalam penelitian
HASIL DAN PEMBAHASAN ini berusia produktif.Petani yang
tergolong umur non produktif
Kondisi Umum Kecamatan Moga
Kecamatan Moga adalah salah satu cenderung sulit untuk menerima
wilayah di kabupaten Pemalang dengan inovasi baru meskipun sudah
luas wilayah 41,41 km2 dan dilalui oleh berpengalaman dalam usahatani dan
lebih lambat dalam melakukan
3 buah sungai yaitu sungai Comal,
sungai Paingan, dan sungai Waluh. pekerjaan usahatani, sebaliknya petani
Kecamatan Moga terletak di dataran yang berumur produktif cenderung
tinggi dengan ketingggian kurang lebih lebih mudah menerima inovasi baru
650 m di atas permukaan dan lebih cepat serta terampil dalam
laut.Temperatur rata-rata 23o C dengan melakukan pekerjaan usahataninya.
curah hujan rata-rata setahun 6.702 Pendidikan formal petani
tergolong sedang dengan presentase
mm. Jarak dari ibukota kecamatan ke
ibukota kabupaten kurang lebih 41 km. sebesar 28 %, artinya petani sudah
menempuh pendidikan tamat SMP.Hal
Faktor-Faktor Pembentuk Persepsi ini menunjukkan mayoritas petani
Persepsi petani terhadap suatu hal sudah menempuh wajib belajar 9
dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor tahun.Sebagian petani responden masih
pembentuknya.Faktor-faktor berpendidikan rendah karena mereka
pembentuk persepsi yang digunkanan tidak memperhatikan pentingnya
pada penelitian ini adalah umur, pendidikan, serta tidak mempunyai
pendidikan formal, pendidikan biaya untuk meneruskan pendidikan ke
nonformal, pengalaman berusahatani, jenjang yang lebih tinggi.Petani
luas lahan, keterpaan media massa dan responden dalam mengembangkan
lingkungan sosial. usahataninya berpedoman dari
Tabel 2 menunjukkan bahwa pengalaman bertani dan pendidikan
distribusi skor umur petani di non formal yang diikuti.
Kecamatan Moga memiliki presentase
Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Pembentuk Persepsi
Presentase (%)
Kategori Skor
X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7
a. Sangat Rendah 1 7 20 10 26 31 10 0
b. Rendah 2 14 26 33 31 36 64 13
c. Sedang 3 27 28 39 23 21 21 61
d. Tinggi 4 39 26 13 13 6 6 20
e. Sangat Tinggi 5 13 0 6 7 6 0 6
Jumlah 100 100 100 100 100 100 100
Sumber: Analisis Data Primer
Keterangan :
X1 = Umur X4 = Pengalaman berusahatani
X2 = Pendidikan formal X5 = Luas lahan
X3 = Pendidikan nonformal X6 = Keterpaan media massa

19
Widiyastuti : Persepsi Petani.....

X7 = Lingkungan sosial
produksi sehingga meningkatkan
pendapatan petani.
Keterpaan media massa dalam
Pendidikan nonformal petani kategori rendah yaitu mayoritas petani
dalam kategori sedang yaitu mayoritas mengakses 1 jenis media atau
petani mengikuti kegiatan penyuluhan presentase sebesar 64 %. Akses yang
sebanyak 2 kali dalam satu musim dipergunakan untuk informasi tentang
tanam terakhir yaitu presentase sebesar kegiatan program SRI sangat sedikit,
39 %.Hal tersebut menunjukkan bahwa umumnya alat yang diakses untuk
petani tidak begitu antusias dalam memperoleh informasi tersebut yaitu
mengikuti kegiatan penyuluhan, karena leaflet dari kegiatan penyuluhan. Media
kurangnya minat dan kebutuhan akan yang diakses umumnya adalah koran
kegiatan penyuluhan. Kebanyakan dan televisi untuk memperoleh
petani memperoleh pengetahuan informasi yang berkaitan dengan
tentang usahatani secara turun-temurun pertanian secara umum dan hiburan
dari orang tua mereka dan bertanya serta berita-berita tentang dunia luar.
langsung kepada petani yang mengikuti Lingkungan sosial dalam kategori
kegiatan penyuluhan dan pelatihan sedang atau atau cukup berpengaruh
yang dirasa sudah ahli tentang usaha dengan presentase 61 %.Hal ini
tani padi. merupakan salah satu faktor yang dapat
Pengalaman berusahatani padi mempengaruhi petani untuk bisa
dalam kategori sedang yaitu petani menerima inovasi baru atau informasi
memiliki pengalaman berusahatani baru yang mampu menambah
padi selama 11-20 tahun atau sebesar pengetahuan dan wawasan petani
31 %.Hal ini menunjukkan petani tentang usahataninya. Lingkungan
responden belum banyak pengalaman sosial mampu membentuk petani untuk
dalam usahatani padi. Selain itu, petani menjadi petani yang lebih maju
belum banyak mengalami resiko sehingga petani dapat meningkatkan
kegagalan dalam usahataninya produktivitas usahataninya.Lingkungan
sehingga dalam mengelola usahatani sosial juga berpengaruh terhadap
padi masih menggunakan cara yang keputusan yang akan diambil oleh
sederhana atau konvensional. petani.
Luas lahan petani dalam kategori
rendah yaitu petani memiliki luas lahan Persepsi Petani Terhadap
pada kisaran 0,26-0,50 ha tergolong Pengembangan System of Rice
luas lahan petani sempit atau Intensification
presentase sebesar 36 %. Menurut Persepsi merupakan proses akhir dari
Hernanto (1993) menyatakan bahwa pengamatan yang diawali oleh proses
luas lahan garapan petani pengindraan, yaitu proses diterimanya
mempengaruhi pendapatan, taraf hidup, stimulus oleh alat indra, kemudian
dan derajat kesejahteraan rumah tangga individu ada perhatian, lalu diteruskan
tani. Luas penguasaan lahan akan ke otak, dan baru kemudian individu
berpengaruh terhadap adopsi inovasi, menyadari tantang sesuatu yang
karena semakin luas lahan usahatani dinamakan persepsi. Persepsi petani
maka akan semakin tinggi hasil terhadap pengembangan SRI dalam

20
Widiyastuti : Persepsi Petani.....

penelitian ini dilihat dari 3 aspek, yaitu dan manfaat program.


tujuan program, pelaksanaan program
Tabel 3. Distribusi Persepsi Petani terhadap Pengembangan System Of Rice
Intensification (SRI)
Presentase (%)
Kategori
Y1 Y2 Y3 Ytotal
a. Sangat Buruk 7 20 10 26
b. Buruk 14 26 33 31
c. Cukup Baik 27 28 39 23
d. Baik 39 26 13 13
e. Sangat Baik 13 0 6 7
Jumlah 100 100 100 100
Sumber: Analisis Data Primer
Keterangan :
Y1 = Persepsi petani terhadap tujuan pengembangan SRI
Y2 = Persepsi petani terhadap pelaksanaan pengembangan SRI
Y3 = Persepsi petani terhadap manfaat pengembangan SRI
Ytotal = Persepsi petani terhadap pengembangan SRI
Berdasarkan tabel 3 dapat cukup baik dengan presentase 70
diketahui bahwa persepsi petani %.Akan tetapi, persepsi sebagian petani
terhadap tujuan pengembangan SRI menilai buruk dengan presentase 14 %.
tergolong baik dengan presentase 39 %. Hal ini menunjukkan bahwa petani
Hal tersebut menunjukkan bahwa responden belum sepenuhnya
tujuan pengembangan SRI dapat menerima manfaat dari adanya
diterima dengan baik dan mereka program SRI, sehingga petani
mengetahui tujuan program SRI. menganggap bahwa program SRI
Tujuan program SRI dapat belum sepenuhnya tercapai.
meningkatkan produksi dan Secara keseluruhan persepsi
produktifitas padi dinilai baik. Hal ini petani terhadap pengembangan SRI
karena petani yang sebelumnya sudah dalam kategori cukup baik dengan
pernah menerapkan metode tanam SRI presentase 63 %. Hal ini menunjukkan
mengakui bahwa produktifitas metode bahwa petani menilai bahwa metode
tanam SRI lebih tinggi dibandingkan tanam SRI baik untuk dilakukan, akan
dengan metode tanam konvensional. tetapi banyak petani yang enggan
Persepsi petani terhadap menerapkan metode tersebut karena
pelaksanaan pengembangan SRI dalam metode tanam SRI dirasa sulit dan
kategori cukup baik presentase 69 membutuhkan keterampilan yang
%.Hal ini menunjukkan bahwa petani tinggi. Beberapa petani responden
sebenarnya mau melaksanakan menunjukkan rasa antusias untuk
kegiatan pengembangan SRI. Namun, menerapkan pertanaman SRI, namun
mereka tidak mau mengambil risiko kekhawatiran terhadap risiko yang akan
kegagalan yang dapat merugikan dihadapi tetap menjadi faktor yang
petani, sehingga petani memilih cara cukup penting, terutama bagaimana
konvensional. melakukan penerapan SRI yang
Persepsi petani terhadap manfaat dianjurkan.
pengembangan SRI dalam kategori

21
Widiyastuti : Persepsi Petani.....

Hubungan antara Faktor-Faktor Pembentuk Persepsi dengan Persepsi


Petani terhadap Pengembangan SRI
Tabel 4. Uji Hipotesis Hubungan antara Faktor-Faktor Pembentuk Persepsi dengan Persepsi Petani
terhadap Pengembangan SRI di Kecamatan Moga Kabupaten Pemalang
Faktor Persepsi Petani terhadap Pengembangan SRI
pembentuk Y1 Y2 Y3 Ytotal
persepsi (X) rs t hit rs t hit rs t hit rs t hit
1. X1 0.070 0.579 0.129 1.073 0.003 0.025 0.103 0.854
2. X2 0.161 1.345 0.158 1.319 0.220 1.860 0.162 1.354
3. X3 0.303* 2.622 0.355** 3.131 0.092 0.762 0.330** 2.883
4. X4 0.074 0.612 0.147 1.226 0.022 0.181 0.132 1.098
5. X5 0.012 0.099 0.138 1.149 -0.039 -0.322 0.090 0.745
6. X6 0.176 1.474 0.083 0.687 0.181 1.518 0.160 1.337
7. X7 0.304* 2.631 0.235 1.994 0.272* 2.331 0.301* 2.603
Sumber : Analisis Data Primer
Keterangan:
ttabel . Y1 = Persepsi petani terhadap tujuan pengembangan
* 6LJQLILNDQ . SRI
** 6DQJDW 6LJQLILNDQ . Y2 = Persepsi petani terhadap pelaksanaan
rs = Korelasi Rank Spearman pengembangan SRI
X1 = Umur Y3 = Persepsi petani terhadap manfaat pengembangan
X2 = Pendidikan formal SRI
X3 = Pendidikan nonformal Ytotal = Persepsi petani terhadap pengembangan SRI
X4 = Pengalaman berusahatani
X5 = Luas lahan
X6 = Keterpaan media massa
X7 = Lingkungan sosial
Tabel 4 menunjukkan bahwa Moga Kabupaten Pemalang tidak
terdapat hubungan yang tidak signifikan.Hubungan yang tidak
signifikan antara umur dengan persepsi signifikan menunjukkan bahwa tinggi
petani terhadap pengembangan SRI di rendahnya pendidikan formal
Kecamatan Moga Kabupaten responden tidak berhubungan nyata
Pemalang.Petani yang mempunyai dengan persepsi petani terhadap
umur lebih tua belum tentu persepsi pengembangan SRI.Pengetahuan dan
terhadap pengembangan SRI lebih baik informasi yang diperoleh responden
dari pada petani yang berumur muda, tentang SRI didapatkan melalui
begitu pula sebaliknya. Hubungan yang kegiatan yang bukan berasal dari hasil
tidak signifikan ini terjadi karena untuk pendidikan formal.Responden
menjadi seorang petani yang memperoleh pengetahuan dari
melakukan usahatani padi SRI tidak pendidikan nonformal seperti kegiatan
mensyaratkan segi umur, sehingga penyuluhan yang terkait dengan
berapapun umur seseorang selama ia budidaya padi SRI.
mampu bekerja dan ada kemauan maka Hubungan antara pendidikan
ia dapat menerapkan kegiatan usahatani nonformal dengan persepsi petani
padi SRI. terhadap pengembangan SRI di
Hubungan antara pendidikan Kecamatan Moga Kabupaten Pemalang
formal dengan persepsi petani terhadap sangat signifikan.Frekuensi kegiatan
pengembangan SRI di Kecamatan penyuluhan yang semakin sering dapat

22
Widiyastuti : Persepsi Petani.....

membuat petani lebih banyak signifikan. Hubungan yang tidak


menerima informasi, khususnya signifikan menunjukkan bahwa banyak
tentang pengembangan SRI, sehingga sedikitnya jenis media yang diakses
dapat meningkatkan pengetahuan dan oleh petani tidak berhubungan nyata
keterampilan petani.Melalui kegiatan dengan persepsi petani terhadap
penyuluhan petani memperoleh pengembangan SRI. Akses yang
beragam informasi tentang digunakan untuk memperoleh
pengembangan SRI sehingga informasi tentang kegiatan program
mempengaruhi keputusan petani dalam SRI sangat sedikit, biasanya petani
menerapkan padi SRI. menggunakan leaflet dari kegiatan
Hubungan antara pengalaman penyuluhan.
berusahatani padi dengan persepsi Hubunganantara lingkungan
petani terhadap pengembangan SRI di sosial dengan persepsi petani terhadap
Kecamatan Moga Kabupaten Pemalang pengembangan SRI di Kecamatan
tidak signifikan.Semakin tinggi Moga Kabupaten
pengalaman berusahatani yang dimiliki Pemalangsignifikan.Hal ini
petani tidak menjamin bahwa persepsi menunjukkan semakin banyak interaksi
terhadap SRI menjadi semakin sosial yang dilakukan petani dengan
baik.Pengalaman yang dimiliki petani lingkungan sosial keluarga, PPL, dan
berasal dari rangkaian peristiwa yang Babinsa TNI maka persepsi petani
dialami petani dalam berusahatani terhadap pengembangan SRI semakin
selama bertahun-tahun. baik.Melalui interaksi sosial dengan
Hubungan antara luas lahan berbagai lingkungan sosial dalam
dengan persepsi petani terhadap masyarakat petani akan meningkatkan
pengembangan SRI di Kecamatan persepsinya terhadap pengembangan
Moga Kabupaten Pemalang tidak SRI, dikarenakan pihak-pihak disekitar
signifikan.Hal ini menunjukkan bahwa responden petani dapat mendukung dan
luas sempitnya suatu lahan tidak memberikan informasi kepada
behubungan nyata dengan persepsi responden tentang SRI.
petani terhadap pengembangan
SIMPULAN
SRI.Lahan sawah yang luas ataupun
Berdasarkan hasil penelitian dan
sempit tidak berpengaruh terhadap cara
pembahasan, maka dapat diambil
yang dilakukan petani dalam
beberapa kesimpulan sebagai
berusahatani padi. Petani dalam
berikut::(1) Faktor-faktor pembentuk
melakukan usahatani tidak melihat
persepsi yaitu umur, pendidikan
seberapa luas lahan yang dimiliki
formal, pendidikan nonformal, dan
melainkan risiko apa yang akan terjadi
pengaruh lingkungan sosial dalam
apabila menggunakan suatu inovasi
kategori sedang. Pengalaman
teknologi baru yang sebelumnya belum
berusahatani, luas lahan, dan keterpaan
pernah dilakukannya ataupun sudah
media massatermasuk dalam kategori
dilakukan namun masih mengalami
rendah.(2)Secara keseluruhan Persepsi
kegagalan dalam berusahatani.
petani terhadap pengembangan SRI
Hubungan antara keterpaan media
termasuk dalam kategori cukup baik.
massa dengan persepsi petani terhadap
Persepsi petani terhadap tujuan
pengembangan SRI di Kecamatan
termasuk dalam kategori baik.Persepsi
Moga Kabupaten Pemalang tidak
petani terhadap pelaksanaan dan

23
Widiyastuti : Persepsi Petani.....

manfaat termasuk dalam kategori Direktorat Perluasan Dan


cukup baik.(3)Hubungan antara faktor Pengelolaan Lahan Kementrian
pembentuk persepsi dengan persepsi Pertanian. Jakarta.
petani terhadap pengembangan Direktorat Jenderal Prasarana dan
SRI:terdapat hubungan yang tidak Sarana Pertanian. 2015. Pedoman
signifikan antara umur, pendidikan Teknis Pengembangan SRI
formal, pengalaman berusahatani, luas (System Of Rice Intensification)
lahan, dan keterpaan media massa APBN-P TA. 2015. Direktorat
dengan persepsi petani terhadap Perluasan Dan Pengelolaan
pengembangan SRI di Kecamatan Lahan Kementrian Pertanian.
Moga Kabupaten Pemalang. Terdapat Jakarta.
hubungan yang sangat signifikan antara Fachrista, Irma Audiah & Mamik
pendidikan nonformal dengan persepsi Sarwedah. 2014. Persepsi Dan
petani terhadap pengembangan SRI di Tingkat Adopsi Petani Terhadap
Kecamatan Moga Kabupaten Inovasi Teknologi Pengelolaan
Pemalang.Terdapat hubungan Tanaman Terpadupadi Sawah.
yangsignifikan antara lingkungan sosial Agriekonomika; Jurnal Sosial
dengan persepsi petani terhadap Ekonomi Dan Kebijakan
pengembangan SRI di Kecamatan Pertanian; ISSN 2301-9948; e
Moga Kabupaten Pemalang. ISSN 2407-6260 Volume 3,
Hal yang dapat disarankan yaitu: Nomor 1
(1) Sebaiknya kegiatan penyuluhan Ishak, A. & Afrizon. 2011. Persepsi
yang sudah berlangsung cukup baik Dan Tingkat Adopsi Petani Padi
lebih ditingkatkan lagi agar petani aktif Terhadap Penerapan System Of
mengikuti penyuluhan, misalnya Rice Intensification Di Desa
dengan menambah media informasi, Bukit Peninjauan I, Kecamatan
harapannya dapat menambah wawasan Sukaraja, Kabupaten Seluma.
dan pemahaman petani mengenai Jurnal Informatika Pertanian
pengembangan SRI. (2) Perlu adanya Vol.20 No.2, Desember 2011:
peningkatan peran keluarga, penyuluh 76-80
dan TNI dalam memotivasi petani. Juliandi, Azuar, Irfan dan Saprinal
Misalnya keluarga, penyuluh maupun Manurung. 2014. Metodologi
TNI ikut serta dalam kegiatan Penelitian Bisnis, Konsep Dan
pelaksanaan SRI sehingga petani Aplikasi. UMSU Press. Medan.
antusias dalam pelaksanaan kegiatan Julianto.2014. SRI Mengangkat
SRI. Produksi Padi di Pemalang;
Tabloid Sinar
DAFTAR PUSTAKA
Agus. 2015. Dandim Panen Padi SRI Tani.http://m.tabloidsinartani.co
Bersama Petani; Tabloid Sinar m Diakses pada tanggal 24
Tani.http://m.tabloidsinartani.co November 2015
m Diakses pada tanggal 24 Nazir, Moh. 2014. Metode Penelitian.
November 2015 Ghalia Indonesia. Bogor.
Direktorat Jenderal Prasarana dan Siegel, S. 1994. Statistika Non
Sarana Pertanian. 2014. Laporan Parametrik Untuk Ilmi-ilmu
Kinerja Ditjen Prasarana Dan Sosial. Gramedia. Jakarta.
Sarana Pertanian TA. 2014.

24
Widiyastuti : Persepsi Petani.....

Hernanto. 1993. Ilmu Usahatani.


Penebar Swadaya. Jakarta.

25

You might also like