You are on page 1of 9

70

Jurnal Manajemen & Bisnis


ISSN : 1892-8486, Volume 13 Nomor 2 April 2016

STRATEGI PENGELOLAAN KEUANGAN DALAM UPAYA


OPTIMALISASI PEMANFAATAN ANGGARAN DI RUMAH SAKIT
UMUM DAERAH WANGAYA KOTA DENPASAR
I Nengah Dasi Astawa1, I Putu Oka Hendra2

ABSTRACT

In accordance with Law No.17 of 2003 about State Finances, hereinafter Act 1 of
2004 about State Treasury open new corridors for the budget implementation of the
performance-based government environments by allowing the government office duties and
functions provide services to community to apply flexible financial management with the
addition of productivity, efficient and effective.
Based on these principles will be established on Government Regulation No.23 of
2005 on Financial Management of Public Service Agency. Having established this regulation,
then followed with the release of Home Minister Regulation 61 of 2007 on technical
guidelines for the financial management of public service agencies. With the regulation
issued has changed the mindset that is more efficient, professional, accountable, and
transparent, with the change from traditional budget to be budget based on performance.
This study was a qualitative descriptive by using primary data and secondary data
obtained from interviews and documentation study techniques. Qualitative descriptive
research is research into the type of qualitative research.
The results of the analysis on optimizing the utilization of the budget in hospitals
Wangaya Denpasar seen from the period 2010-2014 the average effectiveness ratio above
100%, 6.50% efficiency ratio, the ratio of self-sufficiency rate of 101.92%, 58.65% CCR.
Keywords: effectiveness, efficiency, independence, Cost Recovery Rate, growth, budget
optimization.

LATAR BELAKANG
Buruknya pelayanan publik menjadi salah satu variabel yang mendorong munculnya
krisis kepercayaan masyarakat kepada pemerintah yang teraktualisasi dalam bentuk protes
dan demonstrasi yang cenderung tidak sehat yang menunjukan kefrustasian publik terhadap
pemerintah. Perbaikan pelayanan publik mutlak dilakukan agar image buruk masyarakat
kepada pemerintah dapat diperbaiki, karena perbaikan kualitas pelayanan publik yang
semakin baik, dapat mempengaruhi kepuasan masyarakat sehingga kepercayaan masyarakat
terhadap pemerintah dapat dibangun kembali
Reformasi Birokrasi merupakan salah satu upaya untuk mencapai good governance
dan melakukan pembaharuan dan perubahan mendasar terhadap sistem birokrasi terutama
menyangkut aspek-aspek kelembagaan (organisasi), ketatalaksanaan dan sumber daya
manusia aparatur. Melalui reformasi birokrasi, dilakukan penataan terhadap sistem
penyelangggaraan pemerintah dimana tujuan tidak hanya efektif dan efisien, tetapi juga
reformasi birokrasi menjadi momentum perubahan dalam perubahan kehidupan berbangsa
dan bernegara sesuia dengan Peraturan Presiden No.80 tahun 2011 tentang “Grand Design
Reformasi Birokrasi Indonesia”.
Perubahan di bidang pelayanan publik ke arah yang lebih baik adalah tujuan utama
dari reformasi birokrasi dan bisa menjawab isu–isu yang terjadi di masyarakat. Isu yang
sangat strategis sebagai tolak ukur keberhasilan dalam sebuah era kepemimpinan adalah
keberhasilan dalam pembangunan bidang kesehatan sehingga lembaga pelayanan publik

@JMB 2016
http://journal.undiknas.ac.id/index.php/magister-manajemen/issue/archive
71
Jurnal Manajemen & Bisnis
ISSN : 1892-8486, Volume 13 Nomor 2 April 2016

dalam bidang kesehatan khususnya pembangunan rumah sakit mendapat perhatian lebih dari
pemerintah.
Rumah sakit adalah lembaga yang padat modal dan padat biaya, pengelolaan
keuangan semestinya dilakukan dengan professional, banyak terjadi di rumah sakit kesulitan
dengan pemenuhan kebutuhan obat untuk pasien, rumah sakit terkadang tidak bisa membayar
obat padahal rumah sakit memiliki uang. Sering juga terjadi rumah sakit membutuhkan alat–
alat kesehatan yang sangat penting untuk melayani pasien tidak bisa disediakan tepat waktu
sehingga pelayanan kepada masyarakat jadi terganggu. Hal ini terjadi karena pengelolaan
keuangan rumah sakit disamakan dengan pengelaolaan keuangan lembaga lainnya yang
mempunyai peran dan fungsi yang sangat berbeda dengan rumah sakit. Dengan berpedoman
pada Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang pengelolaan keuangan daerah
pengelolaan keuangan rumah sakit sangat kaku dan tidak bisa memenuhi tuntutan masyarakat
yang serba cepat sehingga pelayanan rumah sakit tetap saja mendapat sorotan dan belum
mampu memberikan kepuasan kepada masyarakat.
Sesuai dengan Undang-Undang No.17 tahun 2003 tentang keuangan negara,
selanjutnya Undang-Undang No.1 Tahun 2004 tentang perbendaharan negara membuka
koridor baru bagi penerapan anggaran berbasis kinerja dilingkungan pemerintah dengan
memberikan peluang kepada instansi pemerintah yang tugas pokok dan fungsinya
memberikan pelayanan kepada masyarakat untuk menerapkan pengelolaan keuangan yang
fleksibel dengan menonjolkan produktifitas, efesien dan efektifitas. Berdasarkan prinsip-
prinsip tersebut maka dibentuklah Peraturan Pemerintah No.23 Tahun 2005 tentang Pola
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (PPK-BLU). Setelah dibentuk peraturan
pemerintah ini, maka diikuti dengan keluarnya Peraturan Mentri Dalam Negeri No.61 Tahun
2007 tentang pedoman teknis pengelolaan keuangan badan layanan umum. Dengan
dikeluarkan Permendagri tersebut telah merubah mindset atau pola pikir yang lebih efesien,
profesional, akuntabel, dan transparan, dengan melakukan perubahan dari pengangaran
tradisional menjadi pengangaran berbasis kinerja.
Salah satu rumah sakit daerah yang telah mengimplentasikan PPK-BLUD adalah
Rumah Sakit Umum Daerah Wangaya Kota Denpasar yang beralamat di Jalan R.A Kartini
No 133 Denpasar. Hal ini di kukuhkan dengan Surat Keputusan Walikota Denpasar Nomor
96 Tahun 2008 tentang Pembentukan Rumah Sakit Umum Daerah Wangaya Kota Denpasar
sebagai PPK-BLUD. Penetapan PPK-BLUD merupakan babak baru bagi pengelolaan
keuangan Rumah Sakit Umum Daerah Wangaya Kota Denpasar yang diharapkan tidak
hanya sekedar perubahan format belaka yaitu mengejar remunerasi, fleksibelitas,
menghindari peraturan perundang–undangan dalam pengadaan barang dan jasa, akan tetapi
tercapainya peningkatan kualitas pelayanan publik, kinerja keuangan serta kepuasan
masyarakat secara berkesinambungan.

RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka dapatlah dirumuskan yaitu sebagai
berikut : (1) Bagaimanakah strategi RSUD Wangaya agar pemanfaatan anggaran optimal?;
(2) Bagaimanakah tingkat pertumbuhan realisasi Anggaran di RSUD Wangaya?; (3) Faktor-
faktor apa saja yang mendorong dan menghambat optimalisasi pemanfaatan anggaran di
RSUD Wangaya?

@JMB 2016
http://journal.undiknas.ac.id/index.php/magister-manajemen/issue/archive
72
Jurnal Manajemen & Bisnis
ISSN : 1892-8486, Volume 13 Nomor 2 April 2016

TELAAH PUSTAKA
Strategi
Menurut Stewart L. Tubbs-Sylvia Moss. (2000:168) Strategi merupakan satu satuan
rencana yang komprehensif dan terpadu yang menghubungkan kekuatan strategi organisasi
dengan lingkungan yang dihadapinya, kesemuanya menjamin agar tujuan organisasi tercapai.
Strategi adalah untuk mencapai tujuan sedangkan taktik adalah tindakan yang bersifat taktis
sesuai dengan kondisi lapangan dalam menunjang strategi yang sudah ditetapkan. Rangkuti
(2009:68).
Selanjutnya menurut Jack Trout Dalam (Suyanto, 2007:16). Inti dari strategi adalah
bagaimana bertahan hidup dalam dunia kompetitif, bagaimana membuat persepsi baik
dibenak konsumen, menjadi berbeda, mengenali kekuatan dan kelemahan pesaing,
kepemimpinan yang memberi arah dan memahami realitas pasar dengan menjadi yang
pertama dari pada menjadi lebih baik. Menurut Robson (1997) dalam Rochaety (2005:27),
menyatakan bahwa strategi merupakan pola keputusan dari alokasi sumber yang dibuat.
Dari definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa strategi adalah suatu taktik atau
cara yang dipilih dengan menggunakan sumber daya yang ada secara maksimal untuk
mencapai tujuan organisasi dengan mempertimbangkan kekuatan internal dan ekternal dalam
menghadapi setiap perubahan.

Pengelolaan Keuangan
Pengelolaan merupakan istilah yang dipakai dalam ilmu manajemen secara etimologi
pengelolaan berasal dari kata “kelola” (to manage) dan biasanya merujuk pada proses
mengurus atau menangani sesuatu untuk mencapai tujuan. Menurut Prajudi (dalam
Adisasmita, 2014:21) mengatakan bahwa pengelolaan adalah pengendalian dan pemanfaatan
semua faktor sumber daya menurut suatu perencana diperlukan untuk menyelesaikan suatu
tujuan kerja tertentu
Menurut Moekijat (dalam Adisasmita, 2014:21) mengatakan bahwa : istilah
pengelolaan sama dengan manajemen yaitu mengerakan, mengorganisasikan, dan
mengarahkan usaha manusia untuk memanfaatkan secara efektif material dan fasilitas untuk
mencapai tujuan.
Pengelolaan pada dasarnya adalah pengendalian dan pemanfaatan semua sumber daya
yang menurut suatu perencanaan diperlukan untuk atau penyelesaian suatu tujuan kerja
tertentu. Irawan (1997:5) mendefinisikan bahwa Pengelolaan sama dengan manajemen yaitu
penggerakan, pengorganisasian dan pengarahan usaha manusia untuk memanfaatkan secara
efektif material dan fasilitas untuk mencapai suatu tujuan.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas bahwa strategi pengelolaan keuangan adalah
taktik atau cara yang dipakai dalam mengurus atau menangani suatu kegiatan perencanaan,
penganggaran, pemeriksaan, pengelolaan, pengendalian, pencarian, dan penyimpanan dana
yang dimiliki oleh organisasi atau perusahaan.

Optimalisasi
Pelayanan Prima sudah menjadi keharusan bagi lembaga-lembaga pelayanan publik
termasuk rumah sakit, sehingga semua unit yang ada di rumah sakit harus memanfaatkan
sumber daya secara optimal sehingga tujuan yang ditetapkan dapat dicapai. Optimalisasi
adalah hasil yang dicapai sesuai dengan keinginan. jadi optimalisasi merupakan pencapaian
hasil sesuai harapan secara efektif dan efisien. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(Depdikbud1995 : 628) optimalisasi berasal dari kata optimal yang berarti terbaik, tertinggi.

@JMB 2016
http://journal.undiknas.ac.id/index.php/magister-manajemen/issue/archive
73
Jurnal Manajemen & Bisnis
ISSN : 1892-8486, Volume 13 Nomor 2 April 2016

Optimalisasi banyak juga diartikan sebagai ukuran dimana semua kebutuhan dapat dipenuhi
dari kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan.
Selanjutnya Menurut Winardi (1996:363) mengatakan optimalisasi adalah ukuran
yang menyebabkan tercapainya tujuan. Secara umum optimalisasi adalah pencarian nilai
terbaik dari yang tersedia dari beberapa fungsi yang diberikan pada suatu konteks

Anggaran
Setiap perusahaan baik yang bertujuan mencari untung atau yang bersifat nirlaba
seperti rumah sakit pasti memelukan biaya agar semua kegiatan dapat dioprasionalkan dan
sudah barang tentu pembiayaan yang dikeluarkan harus diimbangi dengan pendapatan yang
memadai. Sehingga semua perusahaan dalam menjalankan aktifitasnya harus menyusun
anggaran.
Menurut Glenn A Welsch mendefinisikan anggaran sebagai berikut: “Profit, Planning
and control may be broadly as de fined as systematic and formalized approach for
accomplishing the planning, coordinating, and control responsibility of management”. Dan
Menurut Cristina dkk, (2001:1) Anggaran merupakan suatu rencana yang disusun secara
sistematis dalam bentuk angka dan dinyatakan dalam unit moneter yang meliputi seluruh
kegiatan perusahaan untuk jangka waktu (periode) tertentu di masa yang akan datang.
Sedangkan Menurut Supriyono (2015:2) anggaran merupakan perencanaan keuangan
perusahaan yang dipakai sebagai dasar pengendalian (pengawasan) keuangan perusahaan
untuk periode yang akan datang.
Dari pengertian-pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa anggaran adalah suatu
perencanaan keuangan dan operasional perusahaan yang menyeluruh dan mendetail tentang
memperoleh dana dan menggunakannya secara efisien dan efektif dan dinyatakan dalam
satuan moneter dan berlaku untuk jangka waktu tertentu.
Dari beberapa teori yang disampaikan diatas dapat disampaikan bahwa optimalisasi
pemanfaatan anggaran merupakan capaian hasil yang paling baik sesuai dengan harapan dari
perencanaan keuangan baik dari realisasi pendapatan maupun dari realisasi biaya yang
dikeluarkan.

METODE PENELITIAN
Desain penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan menggunakan data primer
dan data skunder yang diperoleh dari teknik wawancara dan studi dokumentasi. Penelitian
deskritif kualitatif merupakan penelitian yang masuk dalam jenis penelitian kualitatif.
Menurut Moleong (dalam Herdiansyah, 2010:9) mengatakan bahwa: penelitian kualitatif
adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami penomena tentang apa yang dialami
oleh subjek penelitian, misalnya prilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain
sebagainya. Secara olistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa
pada suatu konteks khusus yang alamiah.

PEMBAHASAN
Analisis Rasio Efektivitas
Untuk mengetahui apakah target anggaran telah tercapai atau belum maka perlu untuk
melakukan analisis terhadap pelaksanaan anggaran. Alat analisis yang dapat digunakan
adalah rasio efektivitas, rasio efektivitas ini bertujuan untuk mengetahui apakah sudah
optimal pemanfaatan anggaran di RSUD Wangaya Kota Denpasar. Rasio efektivitas dapat
juga digunakan sebagai alat informasi untuk memperbaiki kualitas target anggaran dan

@JMB 2016
http://journal.undiknas.ac.id/index.php/magister-manajemen/issue/archive
74
Jurnal Manajemen & Bisnis
ISSN : 1892-8486, Volume 13 Nomor 2 April 2016

meningkatkan pendapatan guna menutup biaya sehingga tercapai keseimbangan pendapatan


dengan biaya rumah sakit.
Selama 5 tahun target pendapatan yang direncana dapat dicapai bahkan selama
periode tersebut realisasi pendapatan selalu melebihi target sehinnga rasio efektifitasnya rata–
rata di atas 100%. Dengan demikian Rumah Sakit Wangaya Kota Denpasar dikatakan sudah
efektif dalam mengoftimalkan anggaran apabila kita lihat dari perbandingan target
pendapatan dengan realisasi pendapatan. Penelitian ini sesuai dengan pendapat Robbin dalam
Tika P (2008:128)

Analisis Rasio Efesiensi


Untuk mengetahui atau mengukur seberapa besar efesiensi pemanfaatan anggaran
dalam pengelolaan keuangan di Rumah Sakit Umum Daerah Wangaya Kota Denpasar dari
tahun 2010 sampai denga 2014. Alat analisis yang dapat digunakan adalah rasio efesiensi,
rasio efesiensi ini bertujuan untuk mengetahui apakah sudah optimal pemanfaatan anggaran
di RSUD Wangaya kota Denpasar . Rasio efesiensi dapat juga digunakan sebagai alat
informasi untuk memperbaiki kualitas target anggaran biaya dan realisasi pengeluaran
sehingga tercapai pemanfaatan anggaran seoptimal mungkin di rumah sakit
Selama lima tahun dari tahun 2010 - 2014 telah melakukan efesiensi dengan rata - rata
tingkat efesiensi sebesar 6,50%. Sedangkan untuk tahun 2014 tingkat efesien yang paling
kecil yaitu 2,24 % hal ini terjadi karena pemberlakuan Jaminan Kesehatan Nasional yang
dilaksanakan oleh BPJS dimana dari segi sarana dan fasilitas rumah sakit sebenarnya belum
siap sedangkan regulasi sebagai pendukung pelaksanaannya yang ditetapkan pemerintah
pusat juga belum siap. Kebanyakan inefisiensi terjadi dalam pengadaan obat, banyak obat
yang dibutuhkan pasien tidak ada dalam formularium nasional sehingga rumah sakit harus
menanggung biaya obat yang dibutuhkan masyarakat. Penelitian ini sesuai dengan pendapat
Mulyamah (1987:3)

Analisis Rasio Tingkat Kemandirian


Rasio Tingkat Kemandirian rumah sakit adalah adalah cara mengukur tingkat
kemampuan rumah sakit untuk menjalankan kegiatan operasional. Dari tahun 2010-2014
Rumah Sakit Umum Daerah Wangaya Kota Denpasar sudah mampu membiayai sendiri
kegiatan operasionalnya dengan pendapatan yang diperolehnya. hal ini terlihat dari tingkat
kemandirian Rumah Sakit Umum Daerah Wangaya selama lima tahun rata-rata sebesar
101,92 %. Namun demikian pada tahun 2011 tingkat kemandirian rumah sakit hanya
mencapai 91,97%. Dari hasil wawancara dengan Kepala Sub Bagian Akuntansi dan
Verifikasi mengatakan bahwa pada tahun 2011 Rumah sakit banyak melakukan investasi
dengan dana operasionalnya untuk memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana rumah sakit,
khususnya banyak melakukan renovasi gedung serta pengadaan sarana untuk mendukung
pelaksanaan program JKBM yang mulai diberlakukan sejak tahun 2010. Kekurangan
Anggaran pendapatan untuk memenuhi kebutuhan biaya pada tahun 2011 Rumah Sakit
memanfaatkan surplus anggaran tahun 2010. Penelitian ini sesuai dengan Peraturan Mentri
Dalam Negeri No 61 Tahun 2007.

Analisis Cost Recovery Rate (CRR)


Rumah Sakit yang ditetapkan sebagai PPK-BLUD harus mampu membiayai kegiatan
operasionalnya dari pendapatan rumah sakit itu sendiri sehingga dalam analisis Efisiensi,
efektifitas dan analisis kemandirian hanya menampilkan biaya operasional untuk mengetahui
apakah rumah sakit sudah mampu membiayai kegiatan operasionalnya dengan pendapatan
yang diterimanya. Sedangkan Analisis CRR adalah analisis rasio antara realisasi pendapatan

@JMB 2016
http://journal.undiknas.ac.id/index.php/magister-manajemen/issue/archive
75
Jurnal Manajemen & Bisnis
ISSN : 1892-8486, Volume 13 Nomor 2 April 2016

BLUD yang dihasilkan sendiri dengan realisasi total anggaran belanja RSUD Wangaya
Kota Denpasar yang didalamnya termasuk biaya investasi yang diberikan baik oleh
pemerintah Kota Denpasar melalui APBD maupun dari pemerintah pusat melalui APBN ,
CRR digunakan untuk mengukur kemampuan rumah sakit dalam menghasilkan pendapatan
guna menutupi seluruh biaya yang dikeluarkan termasuk biaya investasi dan sumber daya
manusia. Hasil dari analisis CRR ini akan dijadikan dasar bagi rumah sakit untuk
mengusulkan baiaya – biaya investasi kepada pemerintah karena pendapatan rumah sakit
belum mampu memenuhi seluruh pembiayaan rumah sakit hal ini bisa terjadi karena tarif
yang ditetapkan oleh pemerintah masih berada dibawah unit cost sehingga pemerintah wajib
membantu rumah sakit khususnya dalam pembiayaan investasi dan sumber daya manusia.
Sesuai dengan Standar Pelayanan Minimal ( SPM ) yang di keluarkan Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia bahwa Cost Recovery Rate untuk rumah sakit umum daerah di
tetapkan lebih besar atau sama dengan 40%. Cost Recovery Rate RSUD Wangaya selama
lima tahun rata -rata 58,65% . capaian CRR berfluktuatif hal ini dipengaruhi oleh besar
kecilnya subsidi pemerintah khususnya dalam investasi dan sumber daya manusia, dan juga
dipengaruhi oleh tingkat efisiensi dari pemanfaatan anggaran. Pemerintah wajib memberikan
subsidi kepada RSUD Wangaya karena tarif yang ditetapkan oleh pemerintah Kota Denpasar
masih berada dibawah unit cost. Apabila dirata - rata selama 5 tahun tingkat CCR Rumah
Sakit Wangaya Kota Denpasar dikatagorikan baik yaitu sebesar 56,77 % hal ini masih diatas
standart yang ditetapkan .

Tingkat Pertumbuhan Realisasi Anggaran


Tingkat pertumbuhan realisasi Anggaran Pendapatan dan Realisasi Anggaran Belanja
dari satu periode ke periode berikutnya secara kualitatif memberikan informasi penting
mengenai kinerja yang sesungguhnya. Perspektif pertumbuhan menekankan bagaimana
RSUD Wangaya dapat berinovasi dan terus tumbuh agar berkembang serta dapat bersaing
dimasa sekarang dan masa yang akan datang. Oleh karena itu sumber daya dituntut untuk
produktif dan terus belajar agar mempunyai kemampuan dalam berinovasi dan terus tumbuh
agar berkembang serta dapat bersaing dimasa sekarang dan masa yang akan datang. Oleh
karena itu sumber daya dituntut untuk produktif dan terus belajar agar mempunyai
kemampuan dalam berinovasi dan mengembangkan nilai (value) bagi Rumah Sakit Umum
Daerah Wangaya Kota Denpasar. Sistem anggaran berbasis kinerja yang menghubungkan
antara input dengan output serta mengutamakan hasil (outcomes) atas alokasi anggaran
RSUD Wangaya Kota Denpasar yang dimulai dari perencanaan dan penganggaran.
Tingkat pertumbuhan realisasi pendapatan selama 5 tahun selalu mengalami
peningkatan hal ini membuktikan bahwa RSUD Wangaya selalu bertumbuh dan selalu terjadi
peningkatan kunjungan pasien selama lima tahun terakhir. Peningkatan realisasi pertumbuhan
yang sangat kecil terjadi pada tahun 2011 yaitu sebesar 2,58% hal ini terjadi karena
pelaksanaan program JKMB yang berimbas terhadap penghasil rumah sakit karena tarif
JKMB waktu awal pelaksanaan sangat rendah bila dibandingkan dengan tarif rumah sakit.
Sedangkan untuk realisasi pertumbuhan biaya juga berfluktuatif dimana pada setiap
tahunnnya selalu mengalami naik turun. Perusahaan yang dikelola untuk mencari
keuntungan seharusnya pertumbuhan biaya selalu menurun hal ini beda dengan pengelolaan
rumah sakit karena usaha yang bersifat non profit serta tarif yang tetapkan berada jauh
dibawah unit cost belum lagi adanya selisih tarif yang cukup jauh antara tarif JKBM dan
BPJS dengan tarif rumah sakit hal ini mengakibatkan pertumbuhan biaya yang terus
mengalami naik turun.

@JMB 2016
http://journal.undiknas.ac.id/index.php/magister-manajemen/issue/archive
76
Jurnal Manajemen & Bisnis
ISSN : 1892-8486, Volume 13 Nomor 2 April 2016

Dapat dibandingkan antara pertumbuhan realisasi pendapatan dan pertumbuhan


realisasi biaya pada tahun 2011 , pertumbuhan reaisasi biaya jauh lebih besar dari
pertumbuhan realisasi pendapatan hal ini terjadi karena ditahun 2011 rumah sakit
menggunaan surplus angaran tahun 2010 yang cukup lumayan besar. Sedangkan pada tahun
2013 pertumbuhan realisasi biaya juga lebih besar dari pertumbuhan realisasi pendapatan
dikarena pada tahun 2013 rumah sakit melakukan belanja melebihi anggaran serta
penggunaan surplus anggaran tahun sebelumnya yang cukup besar.
Pertumbuhan Realisasi biaya selama 5 tahun apabila kita rata-ratakan mencapai
20,81% sedangkan pertumbuhan target biaya yang ditetapkan sebesar 19,03%, hal ini terjadi
karena masih adanya inefisiensi dari selisih tarif yang yang ada antara tarif rumah sakit
dengan tarif jaminan asuransi pemerintah ( JKBM dan BPJS )
Realisiasi pertumbuhan pendapatan rumah sakit selama 5 tahun naik rata-rata 17,45.
Karena peningkatan pendapatan berbanding lurus dengan peningkatan kunjungan pasien
maka data diatas membuktikan bahwa kinerja Rumah Sakit Umum Daerah Wangaya sudah
bisa diterima oleh masyarakat. Sedangkan pertumbuhan biaya juga mengikuti jumlah
kunjungan pasien dan apabila dirata-ratakan selama 5 tahun pertumbuhan biaya sebesar
21,19%.
Apabila kita analisa pertumbuhan anggaran antara target dan realisasi memiliki
deviasi yang sangat kecil dimana selisih pertumbuhan antara rencana dan realisasi
pendapatan sebesar 1,43% hal ini membuktikan bahwa target pertumbuhan yang ditetapkan
tidak memenuhi target sebesar 8,19% hal ini masih dikatakan baik karena toleransi
pencapaian rencana maksimal 20%. Sedangkan selisih pertumbuhan biaya antara rencana
dan realisasi adalah sebesar 1,78% dimana pertumbuhan realisasi biaya melebihi
pertumbuhan target sebesar 9,35% hal ini masih dibawah ambang batas deviasi perencanaan
yaitu 20%.

Kesimpulan
Untuk menjawab tujuan penelitian tentang strategi pengelolaan keuangan dalam
upaya optimalisasi pemanfaatan anggaran di Rumah Sakit Umum Daerah Wangaya Kota
Denpasar. Beberapa simpulan sebagai berikut :
1. Strategi yang digunakan RSUD Wangaya agar optimal dalam pemanfaatan anggaran
adalah dengan menerapkan pola pengelolaan keuangan badan layanan umum (PPK-
BLUD)
2. Pertumbuhan realisasi anggaran di RSUD Wangaya selama lima tahun selalu mengalami
peningkatan. Dilihat dari realisasi pendapatan dimana pertumbuhanya selalu meningkat
rata-rata sebesar 17,45% sedangkan realisasi belanja pertumbuhanya berfluktuatif rata-rata
sebesar 21,19%.
3. Faktor- faktor pendorong dan penghambat optimalisasi pemanfaatan optimalisasi di RSUD
Wangaya :
a. Faktor-faktor pendorong
- Sumber Daya Manusia/ karyawan dan karyawati memiliki komitmen yang tinggi
dalam bekerja dan memiliki kemampuan yang baik khususnya dibagian
pengelolaan keuangan
- Infrastruktur berupa Sistem Informasi Rumah Sakit (SIMRS) membantu
kelancaran kegiatan rumah sakit, mulai dari pendaftaran pasien sampai dengan
pelaporan keuangan sudah melalui Teknologi Informasi (IT).

@JMB 2016
http://journal.undiknas.ac.id/index.php/magister-manajemen/issue/archive
77
Jurnal Manajemen & Bisnis
ISSN : 1892-8486, Volume 13 Nomor 2 April 2016

b. Faktor-faktor penghambat
- Fungsi sosial rumah sakit dimana rumah sakit pemerintah tidak mengutamakan
mencari untung dan tarif yang ditetapkan berdasarkan Peraturan Walikota atas
persetujuan DPRD kota Denpasar bukan berdasarkan perhitungan unit cost RSUD
Wangaya
- Regulasi yang dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah maupun Pemerintah Pusat
berupa jaminan kesehatan seperti BPJS dan JKBM sangat menggangu casflow
rumah sakit, diamana tarif yang ditetapkan dibawah tarif RSUD wangaya dan
pembayaranya diklaim sebulan setelah pelayanan dan kadang-kadang terjadi
keterlambatan.
- Sarana prasarana medis berupa alat kedokteran dan Non medis berupa gedung
dimana alat dan gedung yang dimiliki sudah tidak berfungsi dengan standar maka
perlu biaya pemeliharaan yang besar.
- Unit layanan yang terbatas khususnya sub spesialis tidak dimiliki RSUD
Wangaya, sehingga banyak pasien dirujuk ke RSUP Sanglah

DAFTAR PUSTAKA
Bastiar .(2006) . Sistem Akutansi Sektor Publik. Jakarta Salemba Empat.
_____. (2009). Akutansi Sektor Publik di Indonesia. Penerbit BPFE UGM. Yogyakarta.
Cristina dkk .(2001:1). Anggaran perusahaan. Penerbit Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Depdikbud .(1995). Sumber http://blog.sslmurah.com/tutorial/istilah/optimasi-optimasasi.
Georgopolous dkk .(1985). Efektifitas Organisasi. Salemba Empat. Jakarta.
Glenn A Welch. (2015:2). Anggaran Keuangan. Pengantar Didit Herlianto.
Penerbit Girli. Jakarta.
Herdiansyah, Haris. (2010). Metode Penelitian Kualitatif untuk ilmu-ilmu social, Salemba
Humanika, Jakarta.
Irawan. (1997). Pengelolaan Keuangan Rumah Sakit, Graha Ilmu, Makasar.
Meleong dalam Herdiansyah .(2010). Metode Penelitian Kualitatif, Remaja Karya, Bandung
_______________(2010). Wawancara, Observasi, dan Focus Group, Raja Rajawali Press,
Jakarta.
Rangkuti, Freddy.(2009). Strategi Promosi yang Kreatif dan Analisis Kasus Intregrated
Marketing communication. PT. Gramedia PustakaUtama.
Supriyono. (2015:2). Anggaran Keuangan. Pengantar Didi Herlianto.
Penerbit Girli. Jakarta.
Suyanto M. (2007), Strategi Periklanan. Andi, Yogyakarta.
Stewart L. Tubbs-sylvia Moss .(2000:168). Human Communication, konteks-konteks
komunikasi. (2). pengantar Dr. Deddy Mulyana,M.A. Penerbit Rosda.
H.Emerson dalam Soewarn Handayaningrat .(1994). Efektivitas Pelayanan Perizinan di
kantor Pelayanan Perizinan Kabupaten Luwu Timur. Studi kasus Universitas
Hasanuddin.
Hari lubis dkk. (1987). Pendekatan Utama Dalam Pengukuran Efektifitas. Program Pasca
Sarjana Universitas gajah Mada.
Mulyamah. (1987). sumber htt://muhammadhidayatturahman-ahmad.blogspot.com. sistem-
prilaku-organisasi. Artikel efesien.
Martini Husaini dkk. (1987). Efektivitas Pelayanan Perizinan di kantor Pelayanan Perizinan
Kabupaten Luwu Timur. Studi kasus Universitas Hasanuddin.

@JMB 2016
http://journal.undiknas.ac.id/index.php/magister-manajemen/issue/archive
78
Jurnal Manajemen & Bisnis
ISSN : 1892-8486, Volume 13 Nomor 2 April 2016

Mirna Amirya dkk (2011) sumber http://asp.trunojoyo.ac.id. Pengembangan sistem anggaran


dan akuntansi BLU menekankan penerapan sistem anggaran berbasis kinerja dan
akuntansi berbasis akrual, studi kasus di Universitas Brawijaya.
Meidyawati (2011) sumber http://www.infodiknas.com. Implementasi Pola Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum, Studi Kasus pada RS Stroke Nasional Bukittinggi.
Robbin dan Tika P. (2008). Pencapaian Organisasi Dalam Jangka Pendek dan Jangka
Panjang, Program Pasca Sarjana Universitas Gajah Mada.
Robson dan Rochaety. (2005) ; Jurnal Manajemen strategi, Yoyakarta, Program Pasca
Sarjana UGM, Yogyakarta.
SP. Hasibuan (1984) dan H.Emerson sumber htt://muhammadhidayatturahman-
ahmad.blogspot.com. sistem-prilaku-organisasi. Artikel efesien.
Sunandar (2014) sumber http://www.poltektegal.ac.id/download.. tentang efektifitas dan
efesiensi pengelolaan anggaran pendapatan belanja, studi kasus Pangung Kota Tegal.
Universitas Politeknik Harapan Bersama.
The Liang Gie dalam buku Ensiklopedia Administrasi .(1998). Efektivitas Pelayanan
Perizinan di kantor Pelayanan Perizinan Kabupaten Luwu Timur. Studi kasus
Universitas Hasanuddin.
Wildana dkk (2012) sumber http://repository.unhas.ac.id. Stategi Pengelolaan Keuangan
Dalam Upaya Optimalisasi Anggaran. Studi kasus pada RS.DR.Tadjuddin Chalid
Makassar.
Republik Indonesia. (2011). Peraturan Presiden Nomor 80 Tahun 2011 tentang Grand Design
Reformasi Birokrasi Indonesia.
______________. (2005). Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah
_____________. (2003). Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang keuangan negara
_____________. (2004). Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang perbendaharan
negara
____________. (2005). Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pola
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (PPK-BLU)
____________. (2007). Peraturan Mentri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2007 tentang
pedoman teknis pengelolaan keuangan badan layanan umum
____________. (2008). Keputusan Walikota Denpasar Nomor 96 tahun 2008 tentang
Pembentukan Rumah Sakit Wangaya Kota Denpasar sebagai PPK BLUD
____________. (2004). Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Pasal 1 tentang Badan
Layanan Umum
____________. (2005). Peraturan Pemerintah pasal 1 angka 1 Nomor 23 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum.
____________. (2005). Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 Pasal 1 Ayat 1 tentang
Pengelolaan Badan Layanan Umum (PPK-BLU)
____________. (2007). Peraturan Mentri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2007 tentang
pedoman teknis PPK-BLU

@JMB 2016
http://journal.undiknas.ac.id/index.php/magister-manajemen/issue/archive

You might also like