You are on page 1of 9

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)

Volume 5, Nomor 4, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)


http://ejourna13.undip.ac.id/index.php/jkm

ANALISIS PENGUKURAN KINERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH


(RSUD) K.R.M.T. WONGSONEGORO KOTA SEMARANG DENGAN
PENDEKATAN BALANCED SCORECARD

Indana Aziza Putri, Septo Pawelas Arso, Ayun Sriatmi


Bagian Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Diponegoro
Email: iinindanaap@gmail.com

Abstract :To improve the quality of hospital’s service, things that must be done is
improve the performance.K.R.M.T Wongsonegoro Hospital in Semarang city is a
hospital with BLUD status since 2007. But performance measurement in the
hospital isn’t comprehensive yet so it is needed a conceptual framework which is
can measure the performance comprehensively. Balanced scorecard approach
has 4 perspective (customer, finance, internal bussiness process, growth and
learning) according to regulation of minister home affairs number 61 year 2007
regarding PPK BLUD. Balance scorecard is new framework which can integrate
performance measurement from finance aspect of non finance. The purpose of
this research is to describe K.R.M.T Wongsonegoro Hospital’s performance
measurement with balanced scorecard approach. This is a qualitative research
so the resource is obtained by doing depth interview with 5 main informant and 2
triangulation informant.
The result show thatK.R.M.T Wongsonegoro Hospital’s performance seen from 4
balanced scorecard perspective is still bad. The aspect that is still lack in growth
and learning perspective is employee’s positive attitude, harmony, participation,
and there’s no employee satisfaction’s survey. It affect operational declining
performance in internal bussiness process perspective, as it causing hospital
revenue declining. The decline in revenue pressure hospital to decrease the
exspense as much as possible. However it is resulting in unsatisfactory service
that lead into the declining in customer satisfaction eventhough the number of
cumtomer is increase. Generally there are some lack part in every perspective of
balanced scorecard. Research result suggest hospital to use balanced scorecard
framework as performance measurement system in order to see performance
evaluation comprehensively.

Keywords: Performance, hospital, balanced scorecard


Literature: 8, 1993 – 2016

PENDAHULUAN publik. Kinerja organisasi sektor


Penyelenggaraan publik yang
pelayanan kesehatan Rumah bersifatmultidimensional
Sakit di Indonesia menghadapi memiliki makna bahwa tidak ada
tantangan yang semakin indikator tunggal yang dapat
kompleks dengan perannya digunakan untuk menunjukkan
sebagai organisasi sektor tingkat keberhasilan secara

60
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 4, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejourna13.undip.ac.id/index.php/jkm

komprehensif untuk semua efisiensi serta kualitas


jenis organisasi sektor publik, pelayanan kepada masyarakat
dengan begitu indikator kinerja tanpa mengutamakan pencarian
yang dipilih akan sangat keuntungan. Amanat tersebut
bergantung pada faktor kritikal juga berlaku bagi rumah sakit
keberhasilan yang telah pemerintah daerah sebagai
diidentifikasi. Badan Layanan Umum Daerah
Sistem pengukuran kinerja yang berperan dalam
dalam manajemen tradisional penyediaan jasa pelayanan
ditekankan pada aspek kesehatan bagi masyarakat
keuangan, karena ukuran daerah.5,6
keuangan ini mudah dilakukan RSUD K.R.M.T
sehingga kinerja personal yang Wongsonegoro Semarang
diukur hanya berkaitan dengan merupakan salah rumah sakit
aspek keuangan saja. tipe B di provinsi Jawa Tengah
Keberhasilan seorang manajer yang sudah berstatus Badan
sebuah rumah sakit tidak hanya Layanan Umum Daerah
diukur dari kemampuannya (BLUD). Sebagai organisasi
untuk mendapatkan laba yang sekor publik, Pelayanan
tinggi atau kemampuannya kesehatan yang dilakukan oleh
untuk menghemat biaya RSUD tersebut berorientasi
seminimal mungkin. Akan tetapi, pada kepuasan masyarakat,
untuk mengukur kinerja didalam dimana masyarakat adalah
rumah sakit diperlukan sistem pihak yang membayar pajak
pengukuran kinerja yang tidak kepada pemerintah. Sehingga
hanya mengukur aspek masyarakatakan menuntut
keuangan saja tetapi juga untuk mendapatkan imbalan
mempertimbangkan aspek non berupa pelayanan yang
keuangan seperti kepuasan berkualitas dari pemerintah.
costumer, kualitas produk atau Untuk mewujudkan harapan-
jasa, loyalitas karyawan dan harapan masyarakat tersebut
sebagainya, sehingga pihak maka dibutuhkan suatu sistem
manajemen perusahaan dapat penilaian kinerja yang akan
mengambil keputusan yang membantu rumah sakit untuk
tepat untuk kepentingan hidup melihat pencapaian dan dapat
perusahaan dalam jangka dijadikan sebagai bahan
panjang. Oleh karena itu, evaluasi untuk perencanaan
pengukuran kinerja seharusnya selanjutnya. Meskipun BLUD
tidak dilakukan hanya dari segi ditekankan pada aspek
keuangan saja, namun juga pengelolaan keuangan yang
melibatkan non keuangan. 1 mandiri, namun penilaian kinerja
Peraturan Menteri Dalam yang optimal tidak cukup hanya
Negeri Nomor 61 Tahun 2007 pada aspek keuangan,
tentang Pedoman Teknis melainkan juga meliputi aspek
Pengelolaan Keuangan Badan non keuangan.2
Layanan Umum Daerah Penilaian kinerja atau
menegaskan bahwa Badan Pengukuran kinerja dapat
Layanan Umum Daerah dalam didefinisikan sebagai suatu
pelaksanaan kegiatannya harus proses untuk menyediakan
mengutamakan efektivitas dan informasi tentang sejauh mana

61
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 4, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejourna13.undip.ac.id/index.php/jkm

kegiatan tertentu telah dicapai, Scorecard yang dikembangkan


bagaimana perbedaan oleh Robert S. Kaplan dan
pencapaian itu dengan suatu David P. Norton merupakan
standar tertentu untuk salah satu metode pengukuran
mengetahui apakah ada selisih kinerja dengan memasukkan
diantara keduanya, serta empat aspek/perspektif di
bagaimana manfaat yang telah dalamnya yaitu perspektif
didapatkan bila dibandingkan keuangan, perspektif
dengan harapan-harapan yang pelanggan, perspektif proses
ingin diperoleh. Sistem bisnis internal dan perspektif
pengukuran kinerja dapat pembelajaran dan
dijadikan sebagai alat pertumbuhan.Balanced
pengendalian organisasi, karena Scorecard memberikan suatu
pengukuran kinerja diperkuat kerangka kerja bagi pihak
dengan menetapkan reward dan manajemen untuk
punishment menerjemahkan misi dan
system.8Pengukuran kinerja strategi organisasi kedalam
rumah sakit juga dapat dijadikan tujuan-tujuan dan ukuran-ukuran
suatu proses evaluasi berkaitan yang dapat dilihat dari empat
dengan efektivitas dan efisensi perspektif guna menjelaskan
rumah sakit. 7 penampilan suatu
Berdasarkan Peraturan organisasi.Setiap perspektif ini
Menteri Dalam Negeri Republik mempunyai komponen
Indonesia Nomor 61 Tahun pengarah yang terdiri dari tujuan
2007 tentang Pedoman Teknis tiap perspektif, pengukuran,
Pengelolaan Keuangan Badan target yang hendak dicapai, dan
Layanan Umum Daerah pasal upaya untuk mencapai target
127, 128, dan 129 dikatakan tersebut.12,13
bahwa setiap BLUD wajib Pada awalnya, fokus dan
melakukan evaluasi dan aplikasi balanced scorecard
penilaian kinerja BLUD yang adalah untuk pengukuran
dilakukan setiap tahun oleh kinerja pada organisasi sektor
kepala daerah dan/atau dewan swasta (orientasi profit). Hal
pengawas terhadap aspek tersebut terlihat dari
keuangan maupun non penempatan perspektif
keuangan. Aspek keungan yang keuangan pada puncak
dinilai meliputi perspektif balanced scorecard. Ini berarti
pelanggan, proses internal bahwa semua tujuan yang
pelayanan serta pembelajaran dirumuskan dalam ketiga
dan pertumbuhan.6 perspektif lainnya harus
Pengukuran kinerja yang memberikan dampak akhir pada
melibatkan aspek keuangan dan pencapaian tujuan dalam
non keuangan yang dijelaskan perspektif keuangan. Namun,
dalam Permendagri Nomor 61 dewasa ini balanced scorecard
tahun 2007 sangat sesuai juga telah diadopsi untuk dapat
dengan konsep penilaian kinerja diterapkan pada organisasi
menggunakan Balanced sektor publik (orientasi non-
Scorecard yang ditemukan oleh profit).
Robert S. Kaplan dan David P. Balanced Scorecard dinilai
Norton. Konsep Balanced cocok untuk organisasi sektor

62
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 4, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejourna13.undip.ac.id/index.php/jkm

publik karena Balanced rumah sakit tersebut dikatakan


Scorecard tidak hanya baik. Padahal masih ada faktor-
menekankan pada aspek faktor lain yang masih dapat
kuantitatif-finansial, tetapi juga dijadikan ukuran untuk
aspek kualitatif dan nonfinansial. menyatakan apakah kinerja
Hal tersebut sejalan dengan rumah sakit tersebut sudah
sektor publik yang dapat dikatakan baik atau buruk.
menempatkan laba bukan Dimana seharusnya RSUD
hanya sebagai ukuran kinerja K.R.M.T. Wongsongeoro
utama, namun pelayanan yang menggunakan suatu sistem
cenderung bersifat kualitatif dan pengukuran kinerja yang
nonkeuangan. komprehensif agar dapat
Rumah Sakit Umum Daerah mencakup semua aspek,
(RSUD) K.R.M.T. Wogsonegoro sehingga tidak hanya dilihat dari
Semarang merupakan instansi bidang keuangan dan
pemerintah yang bergerak di pelayanan saja. Untuk itulah
bidang sektor publik dalam hal diperlukan adanya metode
jasa kesehatan. Kegiatan usaha pendekatan berupaBalanced
rumah sakit umum daerah Scorecard, dimana alat
bersifat sosial dan ekonomi pengukuran kinerja ini
yang mengutamakan pelayanan mencakup semua aspek yang
kesehatan yang terbaik bagi kemudian dikelompokkan
masyarakat. Rumah sakit umum menjadi empat perspektif utama
daerah sebagai istansi yaitu: perspektif keuangan,
pemerintah harus mampu perspektif pertumbuhan dan
memberikan pembelajaran, perspektif proses
pertanggungjawaban baik bisnis internal, serta perspektif
secara keuangan maupun non pelanggan. Hal ini sesuai
keuangan kepada pemerintah dengan instruksi pemerintah
daerah dan masyarakat sebagai mengenai pengkuran kinerja
pengguna jasa. Oleh karena itu Badan Layanan Umum Daerah,
perlu adanya suatu pengukuran yang dituangkan pada
kinerja yang mencakup seluruh Peraturan Menteri Dalam Negeri
aspek rumah sakit yang dapat Republik Indonesia Nomor 61
mempengaruhi mutu pelayanan Tahun 2007 tentang Pedoman
yang diberikan. Balanced Teknis PPK BLUD. Adanya
Scorecard merupakan pilihan fakta bahwa banyak perusahaan
yang tepat untuk melakukan yang mengadopsi konsep
pengukuran kinerja baik dari Balanced Scorecard
aspek keuangan maupun non menunjukkan banyak
keuangan.5 perubahan yang signifikan,
Pengukuran kinerja di antara lain: manajemen semakin
rumah sakit ini masih berorientasi pada pelanggan,
didasarkan pada standar waktu respon terhadap
nasional pelayanan yang sudah pelanggan semakin cepat,
ditentukan oleh pemerintah. Jika perbaikan kualitas produk,
tingkat persentase kinerja yang penekanan pada kerja tim,
diperoleh rumah sakit tersebut tenggang waktu untuk launching
masih berada diantara standar produk baru berkurang, dan
nasional tersebut, maka kinerja

63
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 4, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejourna13.undip.ac.id/index.php/jkm

manajemen lebih berorientasi menilai kinerja rumahs sakit maka


pada masa depan.5 digunakan teknik skoring dengan
Penelitian tentang nilai 1 untuk capaian kinerja sudah
pengukuran kinerja dengan baik, nilai -1 untuk kinerja kurang
pendekatan balanced baik, dan 0 untuk kinerja cukup. Nila
scorecardini diharapkan dapat diberikan pada setiap indikator di
memberikan kontribusi berupa masing-masing perspektif. Sehingga
saran berkaitan dengan rencana apabila kinerja rumah sakit baik,
strategi RSUD K.R.M.T. maka akan didapatkan skor paling
Wongsonegoro selanjutnya tinggi 12, dan jika kinerja kurang
dalam menghadapi persaingan baik maka skor paling rendah adalah
dan mewujudkan visinya -12.4
sebagai rumah sakit pilihan
masyarakat dengan pelayanan HASIL DAN PEMBAHASAN
yang berkualitas dan terjangkau. Berdasarkan tabel diatas,
Berdasarkan latar belakang informan utama dari penelitian ini
yang telah dipaparkan penulis berjumlah 5 orang yang terdiri dari
tertarik untuk melakukan kepala bidang pelayanan medik dan
penelitian berkaitan dengan penunjang medik, kepala bidang
pengukuran kinerja keperawatan dan penunjang non
menggunakan medik, kepala bagian keuangan,
pendekatanempat perspektif kepala bagian pengembangan dan
Balanced Scorecard yaitu informasi, kepala sub bagian umum,
pelanggan, keuangan, proses serta kepala sub bagian
bisnis internal serta kepegawaian RSUD K.R.M.T.
pertumbuhan dan pembelajaran. Wongsonegoro Kota Semarang.
Oleh karena itu judul penelitian Informan dengan jenis kelamin
yang ditetapkan peneliti adalah perempuan berjumlah 3 orang dan
“Analisis Pengukuran Kinerja laki-laki juga 3 orang dengan rata-
Rumah Sakit Umum Daerah rata masa kerja di RSUD selama 4
(RSUD) K.R.M.T. tahun. Usia termuda informan utama
Wongsonegoro Semarang yaitu 48 tahun dan informan tertua
dengan PendekatanBalanced berusia 56 tahun.
Scorecard”. Berdasarkan tabel diatas,
karakteristik informan triangulasi
METODE PENELITIAN yang berjumlah 2 orang ini terdiri
Merupakan jenis penelitian wakil direktur pelayanan dan wakil
kualitatif dengan menghasilkan direktur umum dan keuangan RSUD
analisis berupa deskripsi atau K.R.M.T. Wongsonegoro Kota
gambaran.4Selanjutnya untuk Semarang. Kedua informan berjenis
kelamin laki-laki dengan usia 39
Inisial Usia Pendidikan Masa Jabatan tahun dan 51 tahun. Masa kerja
Terakhir Kerja
untuk wakil direktur umum dan
IU 1 56 S2 27 Kepala Bidang
tahun Pelayanan Medik keuangan sudah cukup lama yaitu 4
dan Penunjang tahun sedangkan wakil direktur
Medik pelayanan masih terbilang baru yaitu
IU 2 51 S2 4 Kepala Bidang 2 tahun. Informan triangulasi
tahun Keperawatan dan
Penunjang Non
pertama dan kedua dipilih karena
Medik perannya sebagai wakil direktur
IU 3 50 S2 4 Kepala Bagian
tahun Keuangan Inisial Usia Pendidikan Masa Jabatan
IU 4 49 S1 24 Kepala Bagian Terakhir Kerja
tahun Pengembangan IT 1 39 S2 1.5 Wakil
dan Informasi 64 tahun Direktur
IU 5 53 S1 4 Kepala Sub Pelayanan
tahun Bagian IT 2 51 S2 4 Wakil
Kepegawaian tahun Direktur
Umum dan
Keuangan
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 4, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejourna13.undip.ac.id/index.php/jkm

rumah sakit yang membawahi yang khusus menangani keluhan


bidang-bidang atau bagian-bagian pelanggan yaitu bagian
yang bersangkutan sehingga paham Pengembangan dan Informasi.
dengan kinerja organisasi rumah Dilihat dari perspektif
sakit. keuangan, pengukuran kinerja
Berdasarkan hasi penelitian dilakukan pada 3 indikator yaitu
baik melalui wawancara, observasi pertumbuhan pendapatan, biaya
dan data sekunder dokumen rumah pengeluaran dan rasio-rasio
sakit, didapatkan informasi keuangan. Pendapatan rumah sakit
mengenai masing-masing perspektif dalam waktu 3 tahun terakhir
balanced scorecard yang mengalami penurunan. Hal ini
menggambarkan kinerja rumah dikarenakan banyak faktor, seperti
sakit. Dari perspektif pertumbuhan terlambatnya penggantian klaim dari
pembelajaran dari ketiga indikator, BPJS. Pengeluaran rumah sakit
untuk kemampuan pegawai masih justru mengalami peningkatan.
kurang dalam hal sikap positif. Dari didapatkan informasi bahwa
segi kemampuan informasi sudah peningkatan biaya tersebut terutama
sangat bagus, karena rumahs akit dihabiskan untuk biaya operasional
banyak mengeluarkan inovasi dalam pembangunan gedung-gedung baru
bidang informasi. Namun, dilihat dari yang sampai saat ini belum selesai.
ndikator ketiga yaitu motivasi, Dari rasio keuangan yang
partisipasi dan koordinasi pegawai, diamanatkan dalam Keputusan
RSUD KRMT Wongsonegoro masih Menteri Kesehatan RI Nomor 1164
memiliki pegawai yang cenderung tahun 2007 tentang Pedoman
pasif dalam berpartisipasi terutama Penyusunan Rencana Strategi
dalam pengambilan keputusan Bisnis dan Anggaran Rumah Sakit
rumah sakit. Rumah sakit sendiri BLU, hanya 7 indikator yang dihitung
juga belum pernah mengadakan oleh RSUD KRMT Wongsonegoro.
survei kepuasan pegawai untuk Dari ketujuh indikator tersebut maka
menampung aspirasi sejauh mana didapatkan nilai yang sudah cukup
pegawai puas dengan pekerjaannya. baik hampir mencapai nilai
Dilihat dari perspektif sempurna yaitu 20.8
proses bisnis internal yang terdiri Perspektif keempat yang
dari 3 indikator yaitu proses inovasi, digunakan adalah perspektif
proses operasional dan proses pelanggan. Dimana perspektif
pasca pelayanan, masih terdapat pelanggan ini menjadi puncak dan
kekurangan pada proses tujuan utama dari peningkatan
operasional. Dimana didapatkan kinerja suatu rumah sakit pemerintah
informasi, bahwa masih terdapat sebagai organisasi sektor publik.
indikator-indikator capaian kinerja Dari perspektif ini diukur pada 4
pelayanan yang kruang dari standar indikator yaitu pangsa pasar, retensi
ideal yang dikemukakan oleh dan akuisisi pelanggan serta
Kementrian Kesehatan Republik kepuasan pelanggan. Dari sisi
Indonesia. Dimana capaiakn kinerja pangsa pasar, setiap tahun memang
tersebut masih belum memenuhi pelanggan yang datang ke RSUD
standar pada Bed Turn Over, Turn KRMT Wongsonegoro mengalami
Over Interval dan Average Lenght Of peningkatan. Namun retensi
Stay. Dari segi inovasi dan pelanggan yang menggambarkan
pelayanan pasca penjualan, rumah kemampuan rumah sakit untuk
sakit sudah baik. Sudah ada bagian mempertahankan pelanggan

65
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 4, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejourna13.undip.ac.id/index.php/jkm

lamanya justru mengalami dapat memberikan dampak pada


penurunan pada rawat jalan dan kualitas pelayanan.
stagnan pada rawat inap. Begitu Pengukuran menggunakan
juga dengan akuisisi pelanggan balanced scorecard ini memiliki
yang menggambarkan kemampuan keunggulan dibandingkan dengan
rumahs akit untuk menarik pengukuran kinerja secara
pelanggan baru datang mengalami tradisional yang selama ini dilakukan
penurunan pada rawat jalan dan RSUD K.R.M.T. Wongsonegoro,
stagnan pada pasien rawat inap. yaitu hanya berfokus pada keuangan
Sedangkan untuk indikator dan pelayanan saja. Balanced
kepuasan pelanggan, rumah sakit scorecard menyajikan gambaran
tidak pernah melakukan survei kinerja yang komprehensif meliputi
kepuasan sendiri. Penilaian aspek finansial maupun non
kepuasan pelangga hanya dilihat finansial. Dimana aspek non
dari hasil perhitungan angka Indeks finansial yang diukur meliputi aspek
Kepuasan Masyarakat yang pertumbuhan pembelajaran, aspek
dilakukan oleh pihak eksternal proses bisnis internal dan aspek
rumah sakit. Dari data yang pelanggan. Hal ini sangat selaras
didapatkan, angka IKM pada 5 tahun dengan evaluasi kinerja yang
terakhir cenderung menurun. Hal ini diamanatkan dalam Peraturan
menunjukan bahwa kepuasan Menteri Dalam Negeri Tahun 2007
pelanggan terhadap pelayanan yang tentang Pedoman Pengelolaan
diberikan rumah sakit mengalami Keuangan Badan Layanan Umum
penurunan. Daerah, dimana dalam pasal 128
Berdasarkan hasil dan 129 diatur bahwa penilaian
perhitungan nilai pada seluruh kinerja sebuah BLUD harus meliputi
indikator, maka didapatkan hasil nilai aspek finansial dan non finansial.
-2. Hal ini menunjukan bahwa kinerja Dimana aspek non finansial yang
RSUD K.R.M.T Wongsonegoro Kota dinilai meliputi 3 aspek sesuai
Semarang masih dalam kategori dengan perspektif yang ada dalam
kurang baik. Sehingga, perlu balanced scorecard. Oleh karena itu,
dilakukan evaluasi lebih lanjut untuk jika RSUD ingin mencoba
lebih melihat kekurangan- menggunakan balanced scorecard
kekurangan secara lebih detail. sebagai kerangka pengukuran
Dari keempat perspektif kinerja yang baru, hal ini akan
menunjukan perolehan skor yang membantu rumah sakit untuk
cukup merata untuk perspektif mewujudkan visinya dalam rangka
pertumbuhan dan pembelajaran, menjadi Badan Layanan Umum
perspektif pelanggan dan perspektif Daerah yang berprinsip pada
keuangan. Namun, untuk perspektif efisiensi dan produktivitas.
proses bisnis internal memiliki skor
tertinggi karena capaian kinerjanya KESIMPULAN DAN SARAN
baik dalam 2 indikator yaitu proses Dilihat dari perspektif
inovasi dan proses pasca pertumbuhan dan pembelajaran
pelayanan. Rumah sakit memang kinerja RSUD K.R.M.T.
berfokus pada peningkatan mutu Wongsonegoro Kota Semarang
pelayanan, sehingga seringkali tidak dikatakan secara umum kemampuan
memperhatikan aspek-aspek di luar pegawai dan sistem informasi sudah
pelayanan yang sebenarnya juga baik. Akan tetapi, kompetensi yang
mumpuni tidak cukup untuk

66
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 4, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejourna13.undip.ac.id/index.php/jkm

melakukan pelayanan, karena pelanggan pada rawat inap stagnan.


dibutuhkan sikap dan kepedulian Angka Indeks Kepuasan Masyarakat
dari pegawai. menurun dari tahun 2011 hingga
Dilihat dari perspektif tahun 2015.
proses bisnis internal bahwa RSUD Pada mperspektif
K.R.M.T. Wongsonegoro Kota pertumbuhan dan pembelajaran,
Semarang masih memiliki beberapa pihak rumah sakit sebaiknya
kekurangan. Dari keempat standar memberikan pelatihan softskill atau
kinerja pelayanan yang digunakan, pendidikan karakter secara berkala
hanya Bed Occupancy Rate (BOR) kepada para pegawai sehingga
yang mendapatkan bobot nilai dapat meningkatkan sikap positif
sempurna yaitu 2, hal tersebut yang masih kurang dalam
menunjukan bahwa BOR RSUD memberikan pelayanan terhadap
K.R.M.T. Wongsonegoro telah masyarakat.
mencapai standar ideal yang telah Pada perspektif proses
ditentukan Departemen Kesehatan. bisnis internal, sebaiknya pihak
Sedangkan untuk Average Length rumah sakit lebih melakukan
Of Stay (ALOS), Turn Over Interval pengawasan dan pengendalian
(TOI) dan Bed Turn Over (BTO) terkait kurang optimalnya
masih berkisar dengan bobot nilai operasional yang telah dilakukan,
0,5-1,5. Dari segi inovasi, RSUD seperti dengan meningkatkan kinerja
K.R.M.T. Wongsonegoro sangat aktif tim mutu rumah sakit.
dalam melakukan inovasi-inovasi Pada perspektif keuangan,
untuk memenuhi keinginan indikator-indikator rasio keuangan
pelanggan dan memberikan solusi yang belum dihitung sebaiknya
bagi keluhan pelanggan. dilengkapi perhitungannya agar
Dilihat dari perspektif mempermudah rumah sakit untuk
keuangan RSUD K.R.M.T. memantau kinerja keuangan. Selain
Wongsonegoro memiliki kinerja yang itu, pihak rumah sakit juga menekan
kurang baik. Dari ketiga indikator pengeluaran yang tidak diperlukan
yang digunakan, hanya pada rasio sehingga penggunaan sumber daya
keuangan yang memiliki capaian finansial akan lebih efisien.
cukup. Akan tetapi pendapatan Pada perspektif pelanggan,
rumah sakit turun pada beberapa pihak rumah sakit harus lebih
tahun terakhir, dan pengeluaran menggencarkan promosi terkait
justru meningkat pada 3 tahun dengan inovasi-inovasi yang
terakhir. Hal ini tentunya dilakukan. Hal ini dimaksudkan
membahayakan keuangan rumah supaya pelanggan mendapatkan
sakit ditambah turunnya capaian informasi langsung dari rumah sakit,
rasio keuangan Total Asset Turn tidak hanya dari masyarakat lain
Over dan Rasio Kas. yang sudah pernah berkunjung.
Dilihat dari perspektif Misalnya dengan meng-update isi
Pelanggan RSUD K.R.M.T. website yang seringkali kosong
Wongsonegoro mengalami dengan alasan sedang dalam
peningkatan jumah pelanggan baik perbaikan.
pada rawat inap dan rawat jalan.
Akan tetapi dilihat dari akuisisi DAFTAR PUSTAKA
pelanggan dan retensi pelanggan 1. Kementrian Kesehatan RI.
rawat jalan mengalami penurunan Undang-Undang Republik
sedangkan akuisisi dan retensi Indonesia No. 36 Tahun 2009

67
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 4, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejourna13.undip.ac.id/index.php/jkm

Tentang Kesehatan. Jakarta:


Kementrian Kesehatan RI;
2009.
2. Koentjoro T. Regulasi
Kesehatan Di Indonesia.
Yogyakarta: Penerbit ANDI;
2007.
3. Ciptani MK. Balanced Scorecard
sebagai Pengukuran Kinerja
Masa Depan : Suatu Pengantar.
J Akunt dan Keuang. 2000;Vol.
2, No.
4. Mulyadi. Balanced Scorecard :
Alat Manajemen Kontemporer
Untuk Pelipatgandaan Kinerja
Keuangan Perusahaan. Jakarta:
Salemba Empat; 2001.
5. Kaplan RS and DPN. Putting the
Balanced Scorecard to Work.
Harvard Bussines Rev. 1993.
6. Gaspersz V. Sistem Manajemen
Kinerja Terintegrasi : Balanced
Scorecard Dengan Six Sigma
Untuk Organisasi Bisnis Dan
Pemerintah. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama;
2005.
7. Hasibuan M. Organisasi Dan
Motivasi, Dasar Peningkatan
Produktifitas. Jakarta: Bumi
Aksara; 2007.
8. Kementrian Dalam Negeri
Republik Indonesia. Peraturan
Menteri Dalam Negeri Republik
Indonesia Nomor 61 Tahun
2007 tentang Pedoman Teknis
Pengelolaan Keuangan Badan
Layanan Umum Daerah. 2007.

68

You might also like