You are on page 1of 8

KAJIAN KONSEP DESAIN TAMAN DAN RUMAH TINGGAL

HEMAT ENERGI
Study on Energy-Save House and ABSTRACT
Garden Design Concept The primary factor of high energy consumption in housing sector is caused by
unconformity between architectural and landscape design. Housing design which has
been developed and adopted by people now is more oriented towards building aspect
and in current trends design, but lack of environmental and landscape aspect. The
Prima Kurniawaty environment and landscape aspects has a profound influence as the results of this
Program Studi Arsitektur Lanskap, study. Using Analytical Hierarchy Process (AHP) method, the study results in the
Sekolah Pascasarjana, IPB influence of landscape (site design) on energy saving in housing landscape unit is very
significant (67%) compared to building design (33%). In this case, the plant is a ma-
Andi Gunawan
Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas jor component that contribute to energy saving design (48.3%). The Criteria for each
Pertanian, IPB component are discussed specifically in this paper, both physically and visually.
e-mail : agu_arl@yahoo.com
Keywords: Garden, House, Energy-save design criteria.
Surjono Surjokusumo
Departemen Pengelolaan Hasil Hutan,
Fakultas Kehutanan, IPB

PENDAHULUAN nyamanan ruang (spatial comfort), kan serta ditumbuhkan tanggung


kenyamanan termis (thermal comfort), jawab para penghuni untuk menja-
Pemanasan global dan peningkatan
kenyamanan suara (auditory comfort), ganya. Akibat minimnya pemaham-
emisi karbon ke atmosfer bukanlah
maupun pencahayaan (visual com- an mengenai konsep hijau tersebut,
hanya sekedar isu, melainkan sudah
fort). Namun, akibat dari proses kon- para pengembang perumahan cen-
benar-benar terjadi. Perubahan iklim
struksi bangunan maupun saat ba- derung lebih banyak menawarkan
secara ekstrem dan degradasi kuali-
ngunan dimanfaatkan, dapat me- lingkungan perumahan yang asri
tas lingkungan disebabkan oleh eks-
nyebabkan berbagai dampak negatif dan hijau, bukan konsep hijau yang
ploitasi sumber daya alam oleh ma-
pada lingkungan hidup di tempat sebenarnya. Ditambah lagi, pangsa
nusia dalam pemenuhan kebutuhan
dan sekitar bangunan tersebut. Hal pasar konsep hunian hijau yang ditu-
hidupnya, salah satunya berupa
tersebut dikarenakan secara fitrah ju dan umum berlaku saat ini di In-
ruang hunian atau rumah tinggal.
manusia pun merupakan sumber donesia adalah kelas rumah tinggal
Sebagai negara yang seluruh wi- polutan akibat aktivitas pernafasan dan atau perumahan menengah atas.
layahnya berada di kawasan ekuator, yang menghasilkan CO2 ditambah
Indonesia Property Watch (IPW) per-
secara umum beriklim tropis basah tindakan-tindakan yang tidak ber-
nah melakukan riset dan menemu-
menjadikan Indonesia berada di po- orientasi pada aspek lingkungan
kan bahwa konsep properti hijau
sisi yang menguntungkan namun yang sehat, ramah lingkungan dan
belum diterapkan secara penuh oleh
dapat pula merugikan. Hal ini di- hemat energi.
pengembang. Dari penelitian terse-
sebabkan oleh tingginya suhu, radia-
Pemborosan energi juga disebabkan but, hanya enam proyek perumahan
si matahari, curah hujan dan kelem-
oleh desain bangunan dan tata lan- di Jabodetabek yang sudah meme-
baban serta karakteristik angin yang
skap yang tidak terintegrasi dengan nuhi sekitar 50 % dari delapan krite-
berbeda dengan kawasan lain seperti
baik bahkan salah dan tidak tanggap ria hunian hijau versi lembaga terse-
arah angin yang sering berubah-
terhadap aspek fungsi, iklim tropis but. Tiga proyek lain mencapai 38 %,
ubah, sering terjadi turbulensi dan
basah Indonesia, dan lanskapnya. dan sisanya hanya memenuhi sekitar
kecepatan rata-ratanya relatif ren-
Hal tersebut diperparah kecende- 25 % dari seluruh kriteria yang dite-
dah. Apabila kondisi tersebut tidak
rungan para perancang yang lebih tapkan. Rendahya penerapan hunian
disikapi dengan baik maka akan da-
mementingkan aspek estetis (tren hijau tersebut, menurut pengamat
pat menimbulkan ketidaknyamanan
yang berlaku). Isu-isu konsep hijau lingkungan Nirwono Joga, karena
dalam beraktivitas khususnya di
dari sektor perumahan sebagai res- tidak adanya dukungan regulasi
dalam unit lanskap rumah tinggal-
pon untuk menanggulangi pemanas- yang mewajibkan pengembang da-
nya sehingga dibutuhkan strategi
an global sudah tidak asing di Indo- lam penerapan hunian hijau tersebut.
desain yang tanggap terhadap iklim.
nesia, walaupun penerapannya ma- Delapan kriteria hunian hijau menu-
Desain bangunan dan tata lanskap sih belum dapat ditemukan secara rut IPW, yaitu: resapan air, ruang
khususnya pada rumah tinggal ber- signifikan. Konsep hijau yang dita- terbuka hijau, lanskap, energi, sani-
tujuan menciptakan amenities bagi warkan oleh pengembang perumah- tasi, alam, material, dan proses daur
penghuninya. Amenities dicapai me- an seringkali hanya sebagai trik pe- ulang limbah. Menurut IPW, terda-
lalui kenyamanan fisik, baik itu ke- masaran belaka dan tidak diwujud- pat sejumlah kendala yang dihadapi

JURNAL LANSKAP INDONESIA | VOL 4 NO 1 2012 1


KURNIAWATY, GUNAWAN, DAN SURJOKUSUMO

pengembang dalam pengembangan Tahapan Penelitian bangunan): a) Perkerasan (pavement),


properti hijau, salah satunya menge- b) Pagar dan tembok pembatas. 5)
Tahapan penelitian ini terdiri dari
nai biaya yang tinggi (Anonim, Variabel bangunan: a) Bentuk dan
tiga tahapan besar yaitu 1) tahap
2010). konfigurasi ruang, b) Bukaan, c) Tri-
penetapan komponen hemat energi,
tisan (overhang), d) Atap, f) Dinding,
Hal tersebut bertentangan dengan 2) pengujian komponen hemat ener-
g) Lantai, h) Mekanikal dan elektrik-
pendapat Karyono (2010), yang me- gi, 3) tahap konseptualisasi desain
al. Level keempat merupakan alter-
nyatakan lemahnya pengetahuan hemat energi.
natif keputusan berupa aspek yang
aspek ‘kenyamanan’ baik termal
Penetapan Komponen Hemat Energi paling berperan dalam mencapai
maupun visual dalam rancangan
Pada tahap ini dilakukan studi pus- sebuah desain taman dan rumah
bangunan umumnya didasari oleh
taka yang relevan sebagai bahan ana- tinggal hemat energi yaitu site design
anggapan bahwa membuat bangun-
lisis desain taman dan rumah tinggal atau building design. Hirarki yang
an ‘nyaman’ diperlukan biaya ekstra.
hemat energi (data sekunder). Anali- telah disusun kemudian dinilai oleh
Demikian pula untuk merancang
sis dilakukan dengan teknik analisis 7 orang pakar terpilih. Penilaian
bangunan berkelanjutan (sustainable)
deskriptif untuk menghasilkan kom- dilakukan dengan cara komparasi
dianggap menaikkan biaya investasi
ponen-komponen yang mendukung berpasangan (pairwise comparison)
awal. Pada kenyataannya hal terse-
hemat energi. Penetapan komponen menggunakan skala penilaian Saaty
but tidaklah demikian. Dengan biaya
tersebut didasari atas pertimbangan (Saaty, 1993).
awal yang sama dapat dirancang
bangunan, khususnya rumah tinggal desain yang berkaitan dengan isu Konseptualisasi Kriteria Desain He-
yang nyaman, hemat energi, serta desain berkelanjutan dengan strategi mat Energi
berkelanjutan, jika arsitek menguasai passive design (Kibert, 2008).
Hasil analisis AHP dikembangkan
strategi perancangan tersebut. Di- Pengujian Komponen Hemat Energi kedalam konsep desain yang lebih
tambah lagi, rumah tinggal tidak
Tahapan berikutnya adalah pengu- detil. Konsep desain tersebut dike-
hanya sebagai penaung secara fisik
jian komponen-komponen hemat lompokkan kedalam tiga kelompok
unit masyarakat terkecil yakni se-
energi dengan menggunakan metode kriteria klasifikasi yang dinilai de-
buah keluarga yang potensial seba-
sistem pengambilan keputusan Ana- ngan skor 1, 2 dan 3. Skor 1 (rendah)
gai sarana penerapan pendidikan
lytical Hierarchy Process (AHP) untuk mengindikasikan sebagai pencapaian
berkehidupan, dalam hal ini berperi-
menentukan bobot komponen priori- minimum dalam pemenuhan per-
laku ramah lingkungan. Oleh karena
tas desain hemat energi (Saaty, 1993). syaratan kriteria hemat energi. Skor
itu, perlu adanya suatu kajian lebih
Komponen-komponen tersebut di- 2 (sedang) mengindikasikan sebagai
lanjut terkait dengan kajian konsep
susun dalam hirarki yang terdiri dari pencapaian rata-rata (average) dalam
desain taman dan rumah tinggal
empat level. Level pertama merupa- pemenuhan persyaratan kriteria he-
hemat energi sebagai bagian dari
kan tujuan utama dari kajian ini yai- mat energi. Skor 3 (tinggi) mengin-
konsep sustainable development.
tu taman dan rumah tinggal hemat dikasikan sebagai pencapaian opti-
Penelitian ini bertujuan untuk energi. Level kedua merupakan level mum dalam pemenuhan persyaratan
mengkaji komponen penting taman komponen utama pembentuk lan- kriteria hemat energi.
dan rumah tinggal serta gubahannya skap hemat energi. Komponen uta- Langkah selanjutnya adalah memvi-
yang dapat mendukung konsep he- ma tersebut terdiri dari: 1) tapak, 2) sualisasikan konsep desain tersebut
mat energi. tanaman, 3) air, 4) perkerasan (non dengan menggunakan pemodelan 3
bangunan), 5) bangunan. Level keti- dimensi dibantu dengan software
METODOLOGI ga merupakan variabel komponen desain grafis Google sketch-up V.8.
pembentuk lanskap hemat energi. (http://sketchup.google.com).
Metode Penelitian Variabel komponen tersebut terdiri
Dalam menerjemahkan konsep tertu-
Metode yang digunakan dalam pe- dari: 1) Variabel komponen tapak: a)
lis kedalam sebuah media gambar,
nelitian ini adalah metode deskriptif Orientasi, b) Intensitas tutupan la-
diperlukan skenario berupa penge-
yang lokasi penelitian tidak ditentu- han, c) Topografi, d) Jenis tanah, e)
lompokan kombinasi komponen dan
kan secara pasti, secara umum di Bebas dari gangguan geo-biologis, f)
variabel pembentuk lanskap hemat
gunakan asumsi lokasi yang beriklim Sistem utilitas. 2) Variabel komponen
energi. Selanjutnya, perolehan nilai
tropis basah Indonesia. Kondisi iklim tanaman: a) Jenis tanaman, b) tata
kombinasi komponen dan variabel
yang diacu adalah kondisi iklim Ko- letak tanaman, c) Jumlah tanaman, d)
pembentuk lanskap hemat energi
ta Bogor, Jawa Barat. Penelitian di- Jarak tanaman, e) Kerapatan tajuk. 3)
tersebut dihitung melalui perkalian
lakukan dari bulan Desember 2010 Variabel komponen air (water fea-
bobot-bobot dan skornya. Perhitung-
hingga bulan April 2011. tures): a) Air mancur (jets), b) Air
an penilaian kelas kombinasi kom-
statis (static water), c) Air terjun (fall-
ponen hemat energi tersebut adalah
ing water), d) Air mengalir (flowing
sebagai berikut:
water). 4) Variabel perkerasan (non

2 JURNAL LANSKAP INDONESIA | VOL 4 NO 1 2012


KURNIAWATY, GUNAWAN, DAN SURJOKUSUMO

bung maka tujuan utama tersebut dari pengaruh lingkungan fisik (ik-
Σ Ki • Vij • S
diatas dapat tercapai 100%. lim).
Keterangan: Tapak (0,107) didefinisikan sebagai
Komponen Desain Taman dan Ru-
Ki = komponen desain taman dan suatu lahan dalam hal ini tanah se-
mah Tinggal Hemat Energi
rumah tinggal hemat energi bagai alas untuk mendirikan ba-
ke-i Pada Tabel 1 terlihat bahwa kompo- ngunan. Tapak memiliki potensi un-
Vij = Variabel komponen desain nen pembentuk desain hemat energi tuk berkontribusi dalam penghemat-
taman dan rumah tinggal
terdiri dari lima komponen utama an energi. Tapak menggambarkan
hemat energi ke-i dan jumlah
variabel masing masing kom- yaitu, tanaman, air, bangunan, tapak lingkungan sekitar, sehingga dalam
ponen ke-j dan perkerasan. Melalui perhitungan merancang tapak atau menempatkan
S = Skor kriteria taman dan ru- AHP diperoleh komponen prioritas bangunan pada tapak (perubahan
mah tinggal hemat energi
utama untuk desain hemat energi kondisi yang ada) kita harus menen-
adalah komponen tanaman (0,483). tukan apa yang dipertahankan, di-
Melalui perhitungan nilai kombinasi
Kehadiran tanaman menjadi sangat perkuat, ditekankankan, dikurangi,
komponen hemat energi diatas, ma-
penting disebabkan kemampuannya digubah maupun dihilangkan untuk
ka akan didapatkan nilai-nilai, dian-
secara aktif dalam memperbaiki membuat keadaannya menjadi lebih
taranya nilai maksimum dan nilai
kondisi lingkungan dari segi ekolo- baik. Perkerasan (non bangunan)
minimun dari kombinasi tertentu.
gis, estetis, sosial-ekonomi dan psikis (0,058) merupakan elemen penun-
Untuk menentukan klasifikasi ting-
(efek therapeutic). Pohon dianalogi- jang taman dan rumah tinggal. Per-
kat hemat energi diperlukan nilai
kan sebagai AC alami. Melalui me- kerasan yang bersifat keras berpe-
interval kelas yang diperoleh melalui
kanisme evapotranspirasi, sebatang ngaruh terhadap penyerapan panas
perhitungan nilai skor maksimum
pohon soliter dapat menguapkan 400 dan penyerapan air. Komponen per-
dikurangi nilai skor minimum di-
liter air per hari. Hal ini setara de- kerasan yang tepat diyakini dapat
bagi tiga tingkat skor kriteria klasifi-
ngan 5 unit AC ruangan yang berka- membantu dalam usaha penghemat-
kasi, seperti yang tertera di bawah
pasitas 2500 kcal/hr, dan beroperasi an energi. Bobot komponen dan va-
ini:
selama 20 jam per hari (Federer, riabel taman dan rumah tinggal he-
Nilai 1976).
interval =
(Nilai maks – Nilai min) mat energi selengkapnya tertuang
N tingkat klasifikasi pada Tabel 1.
kelas Air (0,242) merupakan salah satu
elemen lunak dalam lanskap. Elemen
Keterangan: Konseptualisasi Desain Taman dan
Nilai = Jumlah nilai maksi- air sering dihadirkan sebagai elemen
Rumah Tinggal Hemat Energi
maksimal mum yang dihasilkan estetis dan dapat menciptakan kesan
dari kombinasi- sejuk. Kesan sejuk tersebut diperoleh Menilik dari hasil perolehan bobot
kombinasi skenario AHP pada Tabel 1, konsep desain
model
karena air bertindak sebagai elemen
Nilai = Jumlah nilai mini- stabilitator suhu. Air menyerap si- taman dan rumah tinggal hemat
minimal mum yang dihasilkan nar matahari dan kemudian melalui energi adalah mengoptimumkan
dari kombinasi- fungsi Ruang Terbuka Hijau Peka-
proses evaporasi kelembaban yang
kombinasi skenario
ditimbulkan membuat suhu menjadi rangan (RTHP) utamanya dengan
model
N tingkat = Jumlah tingkat klasi- lebih rendah. menggunakan tanaman. Tanaman
klasifikasi fikasi sebagai komponen prioritas utama
Bangunan, yang selama ini kita lebih
meliputi variabel prioritas kerapatan
Dari penghitungan skor masing- berorientasi kepadanya, ternyata ti-
tajuk, jumlah tanaman, jarak dari
masing komponen, maka dapat di- dak memperoleh hasil yang signifi-
bangunan, tata letak tanaman dan
tentukan klasifikasi kelas hemat kan (0,109). Bangunan tetap penting
jenis tanaman. Tajuk tanaman me-
energi apakah tergolong dalam ting- keberadaannya sebagai kulit ketiga
miliki berbagai bentuk, namun ben-
kat yang rendah (0,999-1,665) atau manusia yang melindungi seseorang
tuk tajuk bulat (round), kubah (dome),
sedang (1,665-2,331) atau tinggi
(2,331-2,997). Tabel 1. Komponen prioritas taman dan rumah tinggal hemat energi
Kriteria desain untuk skor
No Variabel Bobot
1 2 3
Kerapatan
Kerapatan Kerapatan tajuk se-
HASIL DAN PEMBAHASAN 1
tajuk
0,326 tajuk rendah
dang 25%-75%
Kerapatan tajuk tinggi 75%
<25%
Dalam mencapai sebuah desain ta- 2
Jumlah
0,195
1 pohon pelin-
2 pohon pelindung 3 pohon pelindung
tanaman dung
man dan rumah tinggal hemat Jarak dari
3 0,179 <2 m 3m 4m
bangunan
energi, faktor yang sangat berperan Hanya halaman de-
adalah aspek site design (0,67) yang Tata letak
Hanya hala- pan atau belakang Di halaman depan dan
4 0,165 man depan atau halaman belakang dan
berarti bahwa 67 % dari tujuan uta- tanaman
atau belakang Di halaman depan halaman samping
dan belakang
ma dapat dicapai berkat aspek ini, Jenis
5 0,135 Perdu 1,5-3 m Pohon kecil 3-6 m Pohon sedang 6-15 m
sisanya berupa aspek building design tanaman

(0,33) yang berarti 33%, jika diga-

JURNAL LANSKAP INDONESIA | VOL 4 NO 1 2012 3


KURNIAWATY, GUNAWAN, DAN SURJOKUSUMO

menyebar (spreading) yang dapat Tabel 2. Variabel Hemat Energi untuk Komponen Tanaman (Bobot 0,483)
Komponen Variabel
berfungsi sebagai penaung karena Urutan Bobot Urutan
Jenis Jenis Bobot (%)
membentuk kanopi pohon yang cu- prioritas (%) prioritas
1 Kerapatan tajuk 32,6
kup lebar. Tajuk pohon memiliki 2 Jumlah tanaman 19,5
3 Jarak dari bangunan 17,9
kerapatan tajuk yang berbeda pula. 1 Tanaman 48,3
4 Tata letak tanaman 16,5
Kerapatan tajuk pohon dikelompok- 5 Jenis tanaman 13,5
Bobot variabel tanaman 100
kan berdasarkan persentase sinar 1 Air terjun (Falling water) 33,2
2 Air mancur (Jets) 28,3
matahari yang tertahan oleh tajuk. Elemen
Air mengalir (Flowing
2 Air (Water 24,2 3 26,0
Jumlah tanaman menambah luasan Features)
water)
4 Air statis (Flat,static water) 12,6
tajuk tanaman dalam memfilter ra- Bobot variabel air (water features) 100
1 Bukaan 36,5
diasi matahari disesuaikan dengan 2 Atap 18,2
potensi lahan yang ada. 3 Tritisan (overhang) 16,7
Bentuk dan konfigurasi
4 8,7
3 Bangunan 10,9 ruang
Jarak tanaman dari bangunan terkait 5 Mekanikal&Elektrikal 7,7
6 Dinding 7,6
erat dengan kelembaban dan sirkula- 7 Lantai 4,6
si udara yang dapat membantu ame- Bobot variabel bangunan 100
1 Intensitas tutupan lahan 32,3
liorasi iklim. Jarak yang terlalu de- 2 Sistem utilitas 21,3
Bebas gangguan geo-
kat relatif membloking aliran udara 3
biologis
13,9
4 Tapak 10,7
menuju bangunan, namun jarak 4 Orientasi 13,0
5 Topografi 10,8
yang terlalu jauh efek peneduhan 6 Jenis tanah 8,7
Bobot variabel tapak 100
tanaman akan kurang optimum. Perkera- 1 Perkerasan 51,5
Tata letak tanaman, terkait dengan 5
san (Non
5,8 Pagar dan dinding
Bangu- 2 48,5
orientasi bangunan dan ketersediaan pembatas
nan)
Bobot komponen taman 100
RTHP. Jenis tanaman yang memiliki & rumah tinggal hemat 100
Bobot variabel perkerasan (non bangu-
nan)
kemampuan dalam ameliorasi iklim energi

pada RTHP. Sebegitu pentingnya


tanaman dalam penghematan energi
karena potensi yang dimilikinya. kan. Jenis material dinding berpe- yang ditimbulkan membuat suhu
Menurut Heisler (1986) kita akan ngaruh terhadap penyerapan panas, menjadi lebih stabil.
dapat merasakan dan menerima se- sehingga dapat ditanggulangi meng-
Kriteria variabel taman dan rumah
cara rutin efek penghematan energi gunakan ketebalan dinding agar
tinggal hemat energi untuk kompo-
maksimum hingga 25% pada rumah memperlambat rambatan panas serta
nen Air selengkapnya tertuang pada
tinggal konvensional yang ternaungi warna terang untuk memantulkan
Tabel 3.
oleh tanaman. panas. Lantai yang berwarna terang
dapat memantulkan panas. Komponen prioritas ketiga adalah
Kriteria variabel taman dan rumah bangunan. Variabel bangunan meli-
tinggal hemat energi untuk kompo- Komponen prioritas kedua adalah
puti bukaan, atap, tritisan, bentuk
nen tanaman selengkapnya tertuang komponen air (water features) yang
dan konfigurasi ruang, mekanikal &
pada Tabel 2. didefinisikan berdasarkan penam-
elektrikal, dinding dan lantai (Tabel4).
pakan visualnya (Tabel 3). Water fea-
Bentuk dan konfigurasi ruang yang tures yang ada tidak dimaksudkan Suhu panas memang merupakan ciri
berkaitan dengan rasio lebar dan untuk menambahkan semua water khas daerah tropis basah, tetapi
panjang bangunan, bangunan yang features tersebut ke RTHP. Jenis water permasalahan utama bangunan ada-
terlalu tipis tidak baik, begitu pula features tertentu diduga dapat beker- lah problem kelembaban yang tinggi
sebaliknya karena terkait dengan ja optimum dalam ameliorasi iklim. (Mangunwijaya, 2000), begitu pula
penerimaan bangunan terhadap pa- Air terjun (falling water) merupakan untuk kasus Kota Bogor. Pergantian
paran sinar matahari. Sudah terdapat variabel prioritas utama karena da- udara yang mengalir lancar namun
rasio ideal yang dapat dijadikan acu- pat menggunakan gaya gravitasi dengan batasan luasan yang tepat
an dalam membuat bentuk dikonfi- dalam menerjunkan airnya sehingga membantu menyeimbangkan antara
gurasi ruang rumah tinggal. Pada diperkirakan relatif hemat energi. suhu dan kelembaban. Oleh karena
bangunan modern aspek mekanikal Air yang beriak, menimbulkan luas itu, konsep bukaan untuk iklim tro-
dan elektrikal sudah menjadi salah permukaan air yang lebih luas. Luas pis basah (kasus Kota Bogor) yaitu
satu kebutuhan utama. Dalam hal permukaan elemen air tersebut me- memaksimalkan aliran udara untuk
prinsip penghematan energi, dapat nurut Fatimah (2004) berpengaruh cooling ventilation tiap jamnya (Reed,
diterapkan penggunaan daya listrik nyata terhadap penurunan suhu 2010).
dengan bijak disesuaikan untuk ke- udara disekitarnya melalui proses
butuhan yang benar-benar diperlu- penguapan sehingga kelembaban

4 JURNAL LANSKAP INDONESIA | VOL 4 NO 1 2012


KURNIAWATY, GUNAWAN, DAN SURJOKUSUMO

Atap bangunan utamanya berfungsi Tabel 3. Variabel Hemat Energi untuk Komponen Air (Bobot 0,242)*)
No Kriteria desain untuk skor
sebagai pelindung sinar matahari 1 2 3
dengan prinsip payung atau perisai 1 Tidak ada elemen air Air statis(Static water) atau Air Air terjun (Falling water) atau Air
mengalir (Flowing water) mancur (Jets)
(prinsip pembayangan). Faktor atap Keterangan: ∗ = Variabel komponen air langsung digunakan sebagai kriteria berda-
yang berperan dalam mereduksi su- sarkan hasil bobot AHP yang diperolehnya.
hu yaitu faktor insulasi, warna atap
terang dan penggunaan plafon. Insu- Tabel 4. Variabel Hemat Energi untuk Komponen Bangunan (Bobot 0,109)
Kriteria desain untuk skor
lasi mengisolasi panas dari penutup No Variabel Bobot
1 2 3
Pergantian udara Pergantian udara 5
atap. Warna atap terang relatif lebih 1ach ach
Pergantian udara
1 Bukaan 0.365 30 ach (40% dari
rendah dalam menyerap panas. (5% dari luas lan- (10% dari luas
luas lantai)
tai), lantai),
Penggunaan plafon menghambat Menggunakan
insulasi, tanpa
turunnya panas ke dalam ruang plafon, warna atap
Menggunakan
Tidak mengguna- insulasi, menggu-
bangunan. Pelindung dari sinar ma- kan insulasi, tanpa
terang
nakan
2 Atap 0.182 atau
plafon, Warna atap Plafon ,
tahari lainnya adalah tritisan. Tritis- gelap
Menggunakan
Warna atap terang
insulasi, menggu-
an dapat menggunakan prinsip nakan plafon, war-
na atap gelap
pembayangan atau prinsip penya-
Dimensi tritisan Dimensi tritisan Dimensi tritisan
ringan (filter). Tritisan berperan me- 3
Tritisan
0.167
jendela < 60 cm jendela 60-90 cm jendela 90-120 cm
(overhang) atau <15 cm untuk atau 15-30 cm atau 30-45 cm untuk
nangkal sinar matahari yang mem- bouvenlicht untuk bouvenlicht bouvenlicht
Bentuk dan Rasio lebar dan Rasio lebar dan Rasio lebar dan
bawa panas tidak masuk ke dalam 4 konfigurasi 0.087 panjang bangunan panjang bangunan panjang bangunan
ruang rumah. Dimensi tritisan yang ruang < 1:1,7 > 1:3 1:1,7 s/d 1:3
Daya pencahayaan Daya pencahayaan Daya pencahayaan
tepat dinilai berperan dalam me- Mekanikal & maksimum untuk maksimum untuk maksimum untuk
5 0.077
Elektrikal rumah melebihi 10 rumah 5-10 rumah tidak mele-
nangkal sinar matahari. watt/m2 watt/m2 bihi 0-5 watt/m2
Bata merah
Bentuk dan konfigurasi ruang yang Menggunakan
batako ketebalan dinding,
berkaitan dengan rasio lebar dan Tidak mengguna- Warna gelap
Bata merah,
Menggunakan
kan ketebalan atau
panjang bangunan, bangunan yang 6 Dinding 0.076
dinding, Bata merah,
ketebalan dinding
dan atau greenwall,
terlalu tipis tidak baik, begitu pula Warna gelap atau Tidak mengguna-
Warna terang
terang kan ketebalan
sebaliknya karena terkait dengan dinding,
Warna terang/gelap
penerimaan bangunan terhadap pa- 7 Lantai 0.046 Warna gelap Warna agak gelap Warna terang
paran sinar matahari. Sudah terda-
pat rasio ideal yang dapat dijadikan biologis, orientasi, topografi, dan je- tidak banyak memodifikasi kondisi
acuan dalam membuat bentuk dan nis tanah (Tabel 5). Intensitas tutup- alamiah tapak atau permukaan ta-
konfigurasi ruang rumah tinggal. an lahan berfungsi agar memung- nah, kecuali memang sangat diper-
Pada bangunan modern aspek me- kinkan RTHP sebagai ruang penghi- lukan (Karyono, 2010).
kanikal dan elektrikal sudah menjadi jauan. Sistem utilitas, bijak dalam
salah satu kebutuhan utama. Dalam Kriteria variabel taman dan rumah
membatasi penggunaan air bersih,
hal prinsip penghematan energi, da- tinggal hemat energi untuk kompo-
limbah dan sampah dapat memban-
pat diterapkan penggunaan daya nen tapak selengkapnya tertuang
tu mengurangi kerusakan lingkung-
listrik dengan bijak disesuaikan un- pada Tabel 5.
an. Bebas dari gangguan geo-biologis
tuk kebutuhan yang benar-benar yang terkait dengan keamanan ba- Komponen kelima adalah perkeras-
diperlukan. Dinding, jenis material ngunan beserta manusianya dan ke- an (non bangunan) yang terdiri dari
dinding berpengaruh terhadap pe- nyamanan serta kesehatan penghuni. perkerasan (pavement) itu sendiri dan
nyerapan panas, sehingga dapat di- Orientasi bangunan yang menentu- pagar serta tembok pembatas (walls
tanggulangi menggunakan ketebalan kan posisi minimal dalam menerima and fences) sebagai bagian dari site
dinding agar memperlambat rambat- paparan radiasi matahari secara structure. Perkerasan (pavement) se-
an panas serta warna terang untuk langsung. Topografi yang juga ter- bagai penutup area tanah yang bera-
memantulkan panas. Lantai yang kait dengan keamanan bangunan. kibat berkurangnya resapan air ke
berwarna terang dapat memantulkan Peletakan bangunan pada topografi dalam tanah, perkerasan dengan
panas. yang relatif tidak landai memperbe- porositas baik masih memungkinkan
Kriteria variabel taman dan rumah sar resiko akan bahaya, sehingga infiltrasi air ke dalam tanah dengan
tinggal hemat energi untuk kompo- perlu tindakan dan biaya ekstra da- baik sehingga limpasan air tidak ter-
nen bangunan selengkapnya ter- lam melakukan perbaikan kondisi buang sia-sia bahkan menimbulkan
tuang pada Tabel 4. tersebut. Jenis tanah terkait dengan- banjir. Bagi masyarakat Indonesia
media tanaman untuk tumbuh. Ta- pada umumnya pagar dan tembok
Komponen prioritas keempat adalah pak secara umum terkait dengan pembatas (walls and fences) sebagai
tapak. Variabel tapak meliputi in- keamanan dalam mendirikan ban- bagian dari site structure. Perkerasan
tensitas tutupan lahan, sistem utili- gunan, sehingga faktor daya dukung (pavement) sebagai penutup area ta-
tas, bebas dari gangguan geo- menjadi penting dan diharapkan nah yang berakibat berkurangnya

JURNAL LANSKAP INDONESIA | VOL 4 NO 1 2012 5


KURNIAWATY, GUNAWAN, DAN SURJOKUSUMO

resapan air ke dalam tanah, perke- Konsep hemat energi pada tingkat prioritas dengan bobot yang men-
rasan dengan porositas baik masih sedang dominasi dan nilai kriteria kompo-
memungkinkan infiltrasi air ke da- Kombinasi komponen dan variabel nen lain yang bernilai optimum, me-
lam tanah dengan baik sehingga tanaman bernilai skor sedang masuk nyebabkan pencapaian penghematan
limpasan air tidak terbuang sia-sia dalam klasifikasi klas hemat energi energi yang maksimum. Reed (2010)
bahkan menimbulkan banjir. Bagi sedang. Kriteria tanaman berskor 2 menyatakan, pohon setinggi 12 m
masyarakat Indonesia pada umum- (sedang) dan kriteria komponen dan yang tumbuh 6 m dari rumah akan
nya pagar dan tembok pembatas variabel lain, dinilai cukup dapat meneduhkan seluruh permukaan
(walls and fences) terkait dengan ala- membantu dalam memodifikasi ik- tinggi dinding rumah. Dua atau tiga
san keamanan. Selain alasan terse- lim. Tanaman yang digunakan me- pohon yang tumbuh bersama-sama
but, pagar dan tembok pembatas rupakan jenis kategori pohon kecil dapat menaungi sebagian besar lebar
(walls and fences) juga berperan da- dengan jumlah tanaman dua buah, dinding rumah tinggal. Konsep he-
lam memodifikasi iklim. Pagar dan dengan dimensi yang dimilikinya mat energi yang ketiga ini serupa
tembok pembatas (walls and fences) pohon tersebut sudah dapat melin- dengan hasil temuan Parker (1983),
yang terlalu masif menghalangi ali- dungi bagian fasade (tampak) rumah yang menyatakan penghematan
ran angin yang masuk kedalam tinggal yang terpapar langsung sinar konsumsi energi akan lebih optimum
ruang. Sehingga dimensinya dan matahari. Reed (2010) menyatakan, hingga 50% untuk pendinginan pada
desain perlu disesuaikan agar faktor sebuah pohon setinggi 6 m akan tipe rumah tinggal yang lebih di-
keamanan masih dapat dicapai dan membuat bayangan dengan panjang lengkapi dengan insulasi pada pla-
aliran udara untuk memperbaiki sekitar 9 m. Jika pohon tersebut fon, lantai dan temboknya dan di
iklim juga tetap dapat berjalan opti- tumbuh ± 6 m dari rumah, bayang- naungi oleh konsep desain lanskap
mum. annya sepanjang 9 m akan menyen- yang presisi (precision landscaping).
tuh dinding luar sebuah rumah ber- Gambar 3 merupakan visualisasi
Kriteria variabel taman dan rumah
lantai satu. Gambar 2 merupakan konsep kriteria desain hemat energi
tinggal hemat energi untuk kompo-
visualisasi konsep kriteria desain pada tingkat yang paling tinggi.
nen perkerasan selengkapnya ter-
tuang pada Tabel 6. hemat energi pada tingkat sedang. Dalam mencapai sebuah Desain Taman
dan Rumah Tinggal Hemat Energi, as-
Visualisasi Konsep Hemat Energi Konsep hemat energi pada tingkat pek yang paling berpengaruh dan dinilai
tertinggi memberikan pengaruh penghematan
Konsep hemat energi pada tingkat
terendah Kombinasi komponen dan variabel yang lebih tinggi adalah aspek site design
tanaman bernilai skor tinggi masuk (67%), berikutnya adalah aspek building
Kombinasi komponen dan variabel design (33%).
dalam klasifikasi klas hemat energi
tanaman bernilai skor rendah masuk
tinggi. Tanaman sebagai komponen
dalam klasifikasi klas hemat energi
rendah. Hal ini disebabkan oleh ta- Tabel 5. Variabel Hemat Energi untuk Komponen Tapak (Bobot 0,107)
naman sebagai komponen prioritas No Variabel Bobot
Kriteria desain untuk skor
1 2 3
dalam konsep pertama ini, dengan
Intensitas
bobot yang mendominasi tidak da- 1
tutupan lahan
0.323 60% 50% 40%

pat optimum dalam penghematan


Minimalisasi peng-
Minimalisasi peng-
energi. Hal tersebut diduga karena Minimalisasi gunaan, minimali-
gunaan, minimali-
penggunaan, sasi buangan,
kriteria tanaman yang rendah tidak 2 Sistem utilitas 0.213
minimalisasi konservasi air dan
sasi buangan,
konservasi air dan
buangan waste management
dapat membantu dalam memodifi- (parsial)
waste management

kasi iklim dengan optimum. Protek- Pemeliharaan


Bebas dari Tanpa pemeliha- Pemeliharaan
si terhadap iklim oleh tanaman per- 3 gangguan
0.139
raan dengan bahan kimia
dengan bahan
biologis
du, tidak dapat menjangkau keselu- geo-biologis
Tidak stabil Kestabilan sedang Stabil
ruh bagian rumah tinggal, ditambah
4 Orientasi 0.130 Barat Timur Utara-Selatan
persyaratan kriteria komponen dan
5 Topografi 0.108 >15% 8%-15% 0-8%
variabel lain pun rendah. Hal terse-
Struktur fisik dan Struktur fisik dan Struktur fisik dan
but diperkuat oleh Sitawati (1994) 6 Jenis tanah 0.087 tingkat kesuburan tingkat kesuburan tingkat kesuburan
yang menyatakan bahwa tanaman rendah sedang baik

semak didekat dinding sebelah barat


kurang optimal bila tanpa penanam- Tabel 6. Variabel Hemat Energi untuk Komponen Perkerasan (Bobot 0,058)
an pohon yang dapat menurunkan No Variabel Bobot Kriteria desain untuk skor
1 2 3
suhu hingga 3,14 ºC. Gambar 1 me- 1 Perkerasan 0.515 Jenis perkerasan Jenis perkerasan Jenis perkerasan
(pavement) porositas rendah porositas sedang porositas tinggi
rupakan visualisasi konsep kriteria
desain hemat energi tingkat teren- 2 Pagar & din- 0.485 Masif dan solid agak rapat berong- renggang Berongga
ding pembatas ga
dah.

6 JURNAL LANSKAP INDONESIA | VOL 4 NO 1 2012


KURNIAWATY, GUNAWAN, DAN SURJOKUSUMO

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan
Komponen desain taman dan ru-
mah tinggal hemat energi terdiri dari
lima komponen utama, terdiri dari
tapak, tanaman, elemen air, perkera-
san (non bangunan), bangunan.
Komponen desain taman dan rumah
tinggal hemat energi prioritas adalah
komponen tanaman (48,3%), sele-
bihnya merupakan komponen pen-
dukung.

Konsep desain taman dan rumah


tinggal hemat energi adalah memak-
simalkan fungsi RTHP utamanya
Gambar 1. Visualisasi konsep desain hemat energi tingkat terendah
dengan menggunakan tanaman.
Kombinasi tanaman dengan kompo-
nen pendukung lain yang sesuai kri-
teria akan mengoptimumkan kiner-
janya.

Saran
Kriteria yang disusun masih berda-
sarkan studi literatur, oleh karena itu
perlu penelitian lanjutan (kuantitatif)
yang menguji efektifitas berkaitan
dengan kriteria tersebut. Taman dan
rumah tinggal, tidak dapat dipisah-
kan dengan estetikanya sehingga di
harapkan perlu dilakukan penelitian
lanjutan untuk mengkaji aspek este-
tika dari taman dan rumah tinggal
hemat energi agar dapat lebih dite-
Gambar 2. Visualisasi konsep desain hemat energi tingkat sedang
rima oleh konsumen.

Pada skala yang lebih besar yaitu


mencakup setingkat kluster atau
bahkan tingkat perumahan dan pe-
mukiman belum diteliti, oleh karena
itu perlu dilakukan penelitian pada
skala tersebut.

Gambar 3. Visualisasi konsep desain hemat energi tingkat tinggi

JURNAL LANSKAP INDONESIA | VOL 4 NO 1 2012 7


KURNIAWATY, GUNAWAN, DAN SURJOKUSUMO

DAFTAR PUSTAKA Heisler GM. 1986. Energy Savings with Parker JH. 1983. Landscaping to Reduce The
Trees. Journal of Arboriculture. Energy Used in Cooling Buildings.
[Anonim]. 2010. Rencana mudah, penera- 12(5): 113-125. Journal of Forestry. 82-84,105.
pan susah.[terhubung berkala].
www.koranjakarta.com/berita- Karyono TH. 2010. Green architecture: Reed S. 2010. Energy-Wise Landscape De-
detail.php?id=52139 [17 Maret Pengantar pemahaman arsitektur sign. Canada: New Society Pub-
hijau di Indonesia. Jakar- lishers.
2011].
ta:Rajawali Pers.
Fatimah IS. 2004. Studi Potensi Dan Man- Saaty TL. 1993. Pengambilan Keputusan
faat Badan Air Dalam Mengatasi Kibert CJ. 2008. Sustainable Construction: Bagi Para Pemimpin, Proses Hi-
Problema Panas Lingkungan Di Green Building Design and Deli- rarki Analitik untuk Pengambilan
Wilayah Perkotaan [thesis]. Bo- very. Ed ke-2. Canada: John Wi- Keputusan dalam Situasi yang
gor. Program Pascasarjana, In- ley and Sons. Kompleks. Jakarta: PT. Pustaka
stitut Pertanian Bogor. Binaman Pressindo.
Mangunwijaya YB. 2000. Pengantar Fisika
Federer CA. 1976. Trees Modify The Urban Bangunan. Cet ke-6. Jakarta: Pe- Sitawati. 1994. Kajan Tanaman Semak Seba-
Microclimate. Journal of Arbori- nerbit Djambatan. gai Elemen Lanskap Dalam Penga-
culture. 2(7): 121-127. turan Suhu Ruang [thesis]. Bo-
gor. Program Pascasarjana, In-
stitut Pertanian Bogor.

8 JURNAL LANSKAP INDONESIA | VOL 4 NO 1 2012

You might also like