You are on page 1of 9

Keberadaan Beberapa Senyawa Fitokimia Pada Cookies Jengkol (Pitheocolobium…

SENYAWA FITOKIMIA PADA COOKIES JENGKOL (Pitheocolobium jiringa)


Phytochemical Compounds of Jengkol Cookies (Pitheocolobium jiringa)

Thomas Ghozali1), Supli Efendi1), Hendra Abdul Buchori1)


1) Teknologi Pangan Fakultas Teknik Universitas Pasundan

Jalan Setiabudi No. 193 Bandung


E-mail: thomasgozaly@gmail.com

ABSTRACT

The aims of the research were determine the proper comparison between jengkol flour and
wheat flour in making cookies as a result of differences in temperature roasting, and determine the
response to that produced both chemical and organoleptic as well as the existence of multiple
phytochemical compounds. Research methods were conducted preliminary research and primary
research. Early research was included analysis of jengkol, determined the best comparison of
jengkol and wheat flour for cookies making. The experimental design used in this study randomized
block design with three factorial design and three times replication. The variables were used
roasting temperature (Y) with three level i.e Y1 (150°C), Y2 (160°C), and Y3 (170°C); the periode of
roasting (X) with three levels i.e X1 (1:1), X2 (1:3), and X3 (1:5). Based on sensory evaluation
showed that X3Y2 was preferred for 160°C roasting temperature with comparisons of jengkol flour
and wheat flour 1:5. Phytochemical compounds in the cookies were detected phenolics, flavonoids,
alkaloids, steroids, saponins, and tannins.

Keywords: flour, jengkol, roasting temperature, phytochemical compounds

PENDAHULUAN Tepung terigu sebagai bahan dasar


Cookies merupakan makanan yang sangat berpengaruh terhadap sifat fisik dan
cukup populer. Cookies merupakan pangan cita rasa jengkies, dimana tepung akan
praktis karena dapat dimakan kapan saja membentuk struktur adonan yang stabil,
dan dengan pengemasan yang baik, cookies mengikat bahan-bahan lain dan
memiliki daya simpan yang relatif panjang. mendistribusikannya secara merata. Fungsi
Cookies dapat dipandang sebagai media tepung terigu adalah sebagai pembentuk
yang baik sebagai salah satu jenis pangan adonan dan struktur kue, disamping itu juga
yang dapat memenuhi kebutuhan khusus mempengaruhi warna dan aroma selama
manusia. Berbagai jenis cookies telah pemanggangan
dikembangkan untuk menghasilkan cookies Jengkol merupakan sumber protein dan
yang tidak hanya enak tapi juga sumber kalori yang cukup tinggi. serta
menyehatkan (Manley, 2000). Cookies sumber vitamin dan mineral, vitamin yang
seringkali dikonsumsi sebagai makanan terkandung dalam jengkol antara lain
selingan diantara dua waktu makan, antara vitamin A, vitamin C, vitamin B, zat besi
pagi dan siang atau antara siang dan malam. (Fe), fosfor (P) dan kalsium (Ca).
Cookies dibuat dari bahan dasar tepung Kandungan lainnya adalah karbohidrat, air
dan bahan-bahan tambahan lain yang (Anonim, 2012).
membentuk suatu formula, sehingga Usaha penganekaragaman produk
menghasilkan cookies dengan sifat struktur olahan jengkol, baik dengan menciptakan
tertentu. Formula pembuatan cookies produk baru atau dengan
bermacam-macam, hal ini tergantung dari mensubstitusikannya dengan bahan lain,
sifat-sifat bahan mentah yang digunakan (I dapat membantu meningkatkan nilai
Hui, 1991). ekonomis dari produk olahan jengkol yang
120
Keberadaan Beberapa Senyawa Fitokimia Pada Cookies Jengkol (Pitheocolobium…

biasanya dijadikan semur jengkol maupun terbatas dan sering disebut sebagai
lalapan, salah satu alternatif pemanfaatan metabolit sekunder (Harbone, 1987).
jengkol dan diversifikasi produk olahan
jengkol yang lebih luas yaitu pembuatan METODE PENELITIAN
cookies dari jengkol.
Jengkol adalah tumbuhan yang Bahan
berkhasiat sebagai tanaman obat potensi Bahan penelitian yang digunakan untuk
buah jengkol cukup banyak tersedia di pembuatan cookies adalah jengkol sepi,
Indonesia, tahun 2012 produksi jengkol terigu, margarin, mentega, soda kue, cabe
mencapai 95.745 ton/tahun. bubuk, merica, telur, penyedap rasa, keju,
Pada saat proses pemanggangan, dan air. Bahan yang digunakan untuk
browning non enzimatis akan terjadi akibat analisis kimia antara lain Na2SO4, dietil
reaksi antara gugus amin pada protein eter, Zn, batu didih, H2SO4 pekat, aquadest,
jengkol. Karamelisasi gula terjadi akibat HgO, HCl, HCl pekat, Mg, Na2S2O3 5%,
pemanggangan pada suhu tinggi, yaitu lakmus merah, N hexan, NaOH 30%,
160oC apabila gula yang telah mencair NaOH 0,1 N, fenolpthalein, NaOH 10%,
langsung dipanaskan terus hingga suhunya pereaksi Mayer, pereaksi Dragendorf,
melampaui titik leburnya, maka mulailah pereaksi Wagner, pereaksi Hager.
terjadi karamelisasi sukrosa (Winarno,
2000). Rancangan Penelitian
Kandungan asam jengkolat berbeda- Penelitian pendahuluan
beda, tergantung varietas dan umur jengkol. Penelitian pendahuluan meliputi
Pada biji muda kandungannya belum Analisis bahan baku dan memilih suhu
sebanyak biji tua, sehingga ada yang perendaman dengan suhu 100oC, 70oC, dan
memanfaatkan sebagai bahan lalap karena .Perendaman air ditambahkan NaHCO3.
relatif aman. Kandungan asam jengkolat Penelitian Utama
dalam biji jengkol tua berkisar 1%-2% dari Merupakan kelanjutan dari
berat bijinya (Winarno, 1992). Terdapat penelitian pendahuluan yang terdiri dari
enam faktor utama yang mempengaruhi rancangan perlakuan, rancangan
penurunan mutu atau kerusakan pada percobaan, rancangan analisis, dan
produk pangan yaitu massa, oksigen, uap rancangan respon. diagram alir penelitian
air, cahaya, mikroorganisme, kompresi atau dapat dilihat pada Gambar 1 dan 2.
bantingan, dan bahan-bahan kimia toksik
atau off flavor. Faktor-faktor tersebut dapat
mengakibatkan penurunan lebih lanjut
seperti oksidasi lipida, kerusakan vitamin,
kerusakan protein, perubahan bau, reaksi
pencoklatan, perubahan unsur organoleptik,
dan kemungkinan terbentuknya racun
(Floros dan Gnanasekharan, 1993 dalam
Herawati et al., 2005).
Fitokimia adalah senyawa bioaktif
yang terdapat dalam tumbuhan dan dapat
memberikan efek kesehatan pada manusia.
Pada tumbuhan terdapat senyawa kimia
bermolekul kecil yang penyebarannya

121
Keberadaan Beberapa Senyawa Fitokimia Pada Cookies Jengkol (Pitheocolobium…

Jengkol Sepi Jengkol : Tepung terigu


Bersih dari kotoran 1:1 (20%:20%)
1:3 (10%:30%)
1:5 (5%:35%)l
Perendaman Air 1000C
Perendaman Air 700C
Air Air Kotor
Perendaman Air + NaHCO3
Pencampuran
(5 jam)

Merica 0,5%, Cabe bubuk3%, penyedap


rasa 0,5%, telur 4%, keju 3%, margarin Pengadukan &
Perendaman 26,8%, mentega 20%,soda kue 2%, Pencampuran
Jengkol Terpilih garam 0,1% dan air 0,1%

Pencetakan
4x2 cm
Penghancuran

Pemanggangan
Bubur T 160 0C
t 20'
Jengkol

Bumbu Adonan Pengadukan & Tempering


Kue Jengkies Pencampuran t 10-15'

Pencetakan Pengemasan
4x2 cm (toples)

Pemanggangan
T 160 0C Kue
t 20'
Jengkies

Tempering
t 10-15'
Gambar 2. Diagram alir penelitian utama pada
proses pembuatan cookies jengkol
Pengemasan
(toples)

Kue Rancangan Percobaan


Jengkies Penelitian utama terdiri dari dua faktor,
yaitu perbandingan jengkol dengan tepung
Gambar 1. Diagram alir penelitian pendahuluan terigu (X) dan suhu pemanggangan (Y).
proses pembuatan jengkol cookies Faktor pertama terdiri dari tiga taraf dan
faktor kedua terdiri dari tiga taraf.
Faktor perbandingan jengkol dengan
tepung terigu (X) terdiri dari x1=
perbandingan jengkol dengan tepung terigu
1:1; x2= perbandingan jengkol dengan
tepung terigu 1:3; x3= perbandingan
jengkol dengan tepung terigu 1:5. Faktor
suhu pemanggangan (Y) terdiri dari y1 =
suhu pemanggangan 150oC; y2 = suhu
pemanggangan 160oC; y3 = suhu
pemanggangan 170oC. Rancangan
percobaan adalah pola faktorial (3x3)

122
Keberadaan Beberapa Senyawa Fitokimia Pada Cookies Jengkol (Pitheocolobium…

dalam Rancangan Acak Kelompok (RAK) Tabel 2. Pengaruh suhu pemanggangan terhadap
dengan 3 kali pengulangan. kadar air cookies

Pengaruh Suhu Rata-Rata Taraf


HASIL DAN PEMBAHASAN Pemanggangan Kadar Air Nyata 5%
Y1 (1:1) 11,37 A
Analisis Bahan Baku Y2 (1:3) 8,62 B
Analisis bahan baku dilakukan untuk Y3 (1:5) 6,17 C
mengetahui kandungan gizi dalam jengkol pembanding 4,29
yang digunakan dalam penelitian. Analisis Keterangan: Setiap huruf yang sama pada tabel
yang dilakukan adalah analisis protein menunjukkan tidak terdapat perbedaan
metode kjedahl. Hasil analisis tersebut taraf 5%
dapat dilihat pada Tabel 1.
Kadar lemak
Tabel 1. Hasil analisis protein Perbandingan jengkol dengan tepung
terigu berbeda nyata terhadap kadar lemak
Sampel Kadar protein
cookies, sedangkan suhu pemanggangan
Jengkol mentah 23,25%
tidak berbeda nyata terhadap kadar lemak .
Jengkol matang (setelah 21,32%
direndam)
Perbedaan antara perlakuan dapat dilihat
pada Tabel 3.
Berdasarkan data hasil analisis,
jengkol mentah mempunyai kadar protein Tabel 3. Pengaruh perbandingan jengkol dengan
sebesar 23,25% dan jengkol matang tepung terigu terhadap kadar lemak
cookies jengkol
(setelah direndam) mempunyai kadar
protein sebesar 21,32%, sedangkan Pengaruh Rata-Rata Taraf
berdasarkan SNI kadar protein jengkol Perbandingan Kadar Lemak Nyata 5%
mentah sebesar 23,3%. X1 (1:1) 15,91 A
X2 (1:3) 14,80 B
X3 (1:5) 12,53 C
Hasil Perendaman Terbaik Pembanding 11,33
Penelitian pendahuluan meliputi Keterangan: Setiap huruf yang sama pada tabel
perendaman yang terbaik diperoleh yaitu, menunjukkan tidak terdapat perbedaan
perendaman air dengan suhu 700C dan taraf 5%
ditambahkan NaHCO3 yang kemudian
dilakukan penelitian utama dengan
membuat produk cookies dari bahan baku Uji Organoleptik
jengkol. Warna
Suhu pemanggangan dan
Analisis Kimia perbandingan jengkol dengan tepung terigu
Kadar air menunjukan berbeda nyata terhadap warna
Perbandingan jengkol dengan cookies, dapat dilihat pada Tabel 4 dan 5.
tepung terigu tidak berbeda nyata terhadap
kadar air cookies, sedangkan suhu
pemanggangan berbeda nyata terhadap
kadar air pada taraf 5%. Perbedaan antara
perlakuan dapat dilihat pada Tabel 2.

123
Keberadaan Beberapa Senyawa Fitokimia Pada Cookies Jengkol (Pitheocolobium…

Tabel 4. Pengaruh perbandingan jengkol dengan Tabel 7. Pengaruh suhu pemanggangan terhadap
tepung terigu terhadap warna cookies aroma cookies
Pengaruh Rata-Rata Taraf Suhu Rata-Rata Taraf
Perbandingan Warna Nyata 5% Pemanggangan Aroma Nyata 5%
X1 (1:1) 2,69 A Y1 (150°C) 2,34 A
X2 (1:3) 3,70 B Y2 (160°C) 3,57 B
X3(1:5) 3,85 B Y3 (170°C) 3,67 B
Keterangan: Setiap huruf yang sama pada tabel Keterangan: Setiap huruf yang sama pada tabel
menunjukkan tidak terdapat perbedaan menunjukkan tidak terdapat
pada taraf 5% perbedaan pada taraf 5%

Tabel 5. Pengaruh suhu pemanggangan terhadap


warna cookies
Rasa
Suhu Rata-Rata Taraf Suhu pemanggangan dan
Pemanggangan Warna Nyata 5%
perbandingan jengkol dengan tepung terigu
Y1 (150°C) 2,93 A
menunjukan berbeda nyata terhadap Rasa
Y2 (160°C) 3,22 B
cookies, namun tidak terdapat interaksi
Y3 (170°C) 4,09 C
pada kedua perlakuan.dapat dilihat pada
Keterangan: Setiap huruf yang sama pada tabel
menunjukkan tidak terdapat Table 8 dan 9.
perbedaan pada taraf 5%

Tabel 8. Pengaruh perbandingan jengkol dengan


Aroma tepung terigu terhadap rasa cookies
Suhu pemanggangan dan
Pengaruh Rata-Rata Taraf
perbandingan jengkol dengan tepung terigu
Perbandingan Rasa Nyata 5%
menunjukan berbeda nyata terhadap aroma
X1 (1:1) 3,09 A
cookies, namun tidak terdpat interaksi pada
X2(1:3) 3,78 B
kedua perlakuan. Dapat dilihat pada Tabel X3(1:5) 4,25 C
6 dan 7. Keterangan: Setiap huruf yang sama pada tabel
menunjukkan tidak terdapat
Tabel 6. Pengaruh perbandingan jengkol dengan perbedaan pada taraf 5%
tepung terigu terhadap aroma cookies
Pengaruh Rata-Rata Taraf Nyata Tabel 9. Pengaruh suhu pemanggangan terhadap
Perbandingan Aroma 5% rasa cookies
X1 (1:1) 2,73 A Suhu Rata-Rata Taraf
X3(1:5) 3,27 B Pemanggangan Rasa Nyata
X2(1:3) 3,57 C 5%
Keterangan: Setiap huruf yang sama pada tabel Y1 (150°C) 3,51 A
menunjukkan tidak terdapat Y2 (160°C) 3,76 B
perbedaan pada taraf 5% Y3 (170°C) 3,85 B
Keterangan: Setiap huruf yang sama pada tabel
menunjukkan tidak terdapat perbedaan
pada taraf 5%

Tekstur
Suhu pemanggangan dan
perbandingan jengkol dengan tepung terigu
menunjukan berbeda nyata terhadap Rasa

124
Keberadaan Beberapa Senyawa Fitokimia Pada Cookies Jengkol (Pitheocolobium…

cookies, dan terdapat interaksi pada kedua merupakan senyawa kimia yang umumnya
perlakuannya dapat dilihat pada Tabel 10. mempunyai kemampuan bioaktifitas dan
berfungsi sebagai pelindung tumbuhan
Tabel 10. Interaksi perbandingan jengkol dengan tersebut dari gangguan hama penyakit
tepung terigu dan suhu pemanggangan untuk tumbuhan itu sendiri atau
lingkungannya (Harbone, 1987).
Perbandingan Suhu Pemanggangan (Y)
Jengkol dan
Berdasarkan hasil penelitian
Tepung Y1 Y2 Y3 menunjukkan bahwa senyawa fenolik
Terigu (X) (1500C) (1600C) (1700C) memiliki kandungan sedang, senyawa
A A A fenolik adalah senyawa yang memiliki satu
X1 (1:1) 2.22 3.02 3.04 gugus atau lebih gugus hidroksil Senyawa
a B b fenolik telah diketahui memiliki berbagai
A A B efek biologis seperti aktivitas antioksidan
X2 (1:3) 2.24 3.47 4.40 melalui mekanisme sebagai pereduksi,
a B c penangkap radikal bebas, pengkelat logam,
A C B peredam terbentuknya singlet oksigen serta
X3 (1:5) 2.51 3.67 4.93 pendonor elektron (Achmad, 1986).
a B c
Tabel 11. Hasil pengujian beberapa senyawa
fitokimia yang ada pada produk
cookies jengkol
Senyawa Fitokimia
Fitokimia adalah senyawa bioaktif Metabolit Hasil
Keterangan
No Sekunder/Fitokimia Uji
yang terdapat dalam tumbuhan dan dapat
memberikan efek kesehatan pada manusia. 1 Fenolik ++ kadar sedang
Pada tumbuhan terdapat senyawa kimia
bermolekul kecil yang penyebarannya 2 Flavonoid :
terbatas pada penelitian ini di uji a. Reagen HCl pekat + Mg - Negatif
keberadaan dari senyawa tersebut pada b. Reagen H2SO4 + kadar rendah
cookies jengkol yang di buat. c. Reagen NaOH 10% + kadar rendah
Komponen fenolik merupakan 3 Alkaloid :
kelompok molekul yang besar dan a. Reagen Mayer - Negatif
beragam, yang terdiri dari golongan b. Reagen Dragendorf - Negatif
aromatik pada metabolit sekunder tumbuh- c. Reagen Wagner - Negatif
tumbuhan. Fenolik dapat diklasifikasikan d. Reagen Hager - Negatif
ke dalam komponen yang tidak larut seperti
lignin dan komponen yang larut seperti
4 Steroid + kadar rendah
asam fenolik, phenylpropanoids, flavonoid
dan kuinon (Harborne, 1987). 5 Triterpenoid - Negatif
Senyawa kimia hasil metabolisme
primer yang disebut juga sebagai senyawa 6 Saponin +++ kadar tinggi
metabolit primer seperti protein,
7 Tanin ++ kadar sedang
karbohidrat, lemak yang digunakan sendiri
oleh tumbuhan tersebut untuk
Setiap tumbuh-tumbuhan memiliki
pertumbuhannya, maupun sebagai sumber
struktur komponen fenolik yang berbeda.
senyawa metabolit sekunder seperti
Ada komponen fenolik yang memliki gugus
terpenoid, steroid, kumarin, flavonoid dan
–OH banyak dan ada pula komponen
alkaloid. senyawa metabolit sekunder
125
Keberadaan Beberapa Senyawa Fitokimia Pada Cookies Jengkol (Pitheocolobium…

fenolik yang memiliki gugus –OH yang Berdasarkan hasil penelitian


sedikit. Gugus –OH berperan dalam proses menunjukkan bahwa senyawa triterpenoid
transfer elektron untuk menstabilkan dan negatif. Terpenoid merupakan komponen-
meredam radikal bebas (Harborne, 1987). komponen tumbuhan yang mempunyai bau
Berdasarkan hasil penelitian dan dapat diisolasi dari bahan nabati
menunjukkan bahwa senyawa flavonoid dengan penyulingan yang disebut minyak
memliki kandungan yang sangat rendah atsiri. Minyak atsiri yang berasal dari bunga
dengan pereaksi H2SO4 dan NaOH 10% pada awalnya dikenal dari penentuan
serta dengan menggunakan HCl pekat + Mg struktur secara sederhana. Triterpenoid
tidak mengandung flavonoid tidak terjadi adalah senyawa yang kerangka karbonnya
perubahan warna merah muda. berasal dari enam satuan isoprena dan
Berbagai sayuran dan buah-buahan secara biosintesis diturunkan dari
yang dapat dimakan mengandung hidrokarbon C-30 asiklik, yaitu skualena,
flavonoid. Konsentrasi yang lebih tinggi senyawa ini tidak berwarna, berbentuk
berada pada daun dan kulit kupasannya kristal, bertitik leleh tinggi dan bersifat
dibandingkan dengan jaringan yang lebih optis aktif. senyawa terpenoid dapat dibagi
dalam konsumsi komponen flavonoid menjadi empat golongan,yaitu: triterpenoid,
bervariasi dari 50 mg sampai 1 g per hari saponin, steroid, dan glikosida jantung
dengan 2 jenis flavonoid terbesar berupa (Haborne, 1987).
quersetin dan kaempferol sebagai Berdasarkan hasil penelitian
antioksidan, flavonoid dapat menghambat menunjukkan bahwa senyawa saponin
penggumpalan keping-keping sel darah, memilii kandungan tertinggi diantara
merangsang produksi nitrit oksida yang senyawa yang lainnya. Saponin adalah
dapat melebarkan(relaksasi) pembuluh suatu glikosida alamiah yang terikat dengan
darah, dan juga menghambat pertumbuhan steroid atau triterpena. Saponin mempunyai
sel-sel kanker (Agestia dan Sugrani, 2009). aktifitas farmakologi yang cukup luas
Flavonoid dalam tubuh manusia diantaranya meliputi: immunomodulator,
berfungsi sebagai antioksidan sehingga anti tumor, anti inflamasi, antivirus, anti
sangat baik untuk pencegahan kanker, jamur, dapat membunuh kerang kerangan,
manfaat lain dari flavonoid adalah untuk hipoglikemik, dan efek hypokholesterol.
melindungi struktur sel, meningkatkan Saponin juga mempunyai sifat bermacam-
efektifitas vitamin C, mencegah keropos macam, misalnya: terasa manis, ada yang
tulang, dan sebagai antibiotik (Agestia dan pahit, dapat berbentuk buih, dapat
Sugrani, 2009). menstabilkan emulsi, dapat menyebabkan
Berdasarkan hasil penelitian hemolisis (Robinson, 1991).
menunjukkan bahwa senyawa alkaloid Berdasarkan hasil penelitian
negatif dengan berbagai pereaksi seperti menunjukkan bahwa senyawa tanin
pereaksi Mayer, pereaksi Dragendorf, memiliki kandungan dengan kadar sedang.
pereaksi Wagner, dan pereaksi Hager. Tanin berfungsi sebagai anti bakteri,
Berdasarkan hasil penelitian menghambat efek mutagenic dari
menunjukkan bahwa senyawa steroid karsinogen, menghambat tumor,
memiliki kandungan dengan kadar rendah. meningkatkan immun respon, obat tekanan
Steroid berfungsi sebagai obat anti alergi, darah tinggi.
menghambat penyakit asma, mengurangi
peradangan kulit, meningkatkan kekebalan KESIMPULAN
tubuh. 1. Pengaruh perbandingan jengkol dengan
tepung terigu terhadap karakteristik
126
Keberadaan Beberapa Senyawa Fitokimia Pada Cookies Jengkol (Pitheocolobium…

cookies jengkol berpengaruh nyata Faridi H & J. M Faubion. 1990. Dough


terhadap warna, rasa, dan aroma dan Reology and Baked Product Texture.
suhu pemanggangan berpengaruh nyata Nostrand Reinhold, USA.
terhadap tekstur cookies. Gasperz, V. 1995. Metoda Rancangan
2. Interaksi antara Perbandingan jengkol Percobaan, Edisi Kedua. Penerbit CV.
dengan tepung terigu dan suhu Armico, Bandung.
pemanggangan berpengaruh nyata Harborne. J. .B. 1987. Metode Fitokimia, Penuntun
terhadap warna, rasa, dan aroma Modern Menganalisa Tumbuhan, terbitan ke-
cookiesjengkol yang dihasilkan. Suhu 2,Terjemahan Kosasih Padmawinata dan Iwang
pemanggangan berpengaruh nyata Soediro. ITB, Bandung.
terhadap tekstur, cookies jengkol Herbert, R. B. 1995. Biosintesis Metabolit Sekunder,
3. Cookies jengkol dengan perbandingan Edisi ke-2, cetakan ke-1 Terjemahan Bambang
jengkol dan tepung terigu 1:5 memiliki Srigandono. IKIP Press, Semarang.
nilai rata-rata tertinggi dalam hal
Herudiyanto, M. S. dan Hudaya, S. 2008.
organoleptik dari pada cookies jengkol
Teknologi Pengolahan Roti dan Kue. Widya
dengan perbandingan 1:1 dan 1:3. Dan Padjadjaran, Bandung.
suhu pemanggangan 1600C memiliki
nilai rata-rata dalam hal organoleptik I Hui, Y. H. 1991. Encyclopedia of Food
daripada cookies jengkol dengan suhu Science and Technology I. Vol: 1 A-D. John
Wiley and Son’s Inc. New York–Singapore.
pemanggangan 1500C dan 1700C.
4. Pada Cookies yang di hasilkan Kartika, B., Hastuti, P danSupartono, W. 1988.
mengandung berbagai komponen Pedoman Uji Inderawi Bahan Pangan.
fitokimia diantaranya yaitu fenolik, Universitas Gajah Mada Press, Yogyakarta.
flavonoid, steroid saponin ,dan tannin. Ketaren, S. 1986. PengantarTeknologi Minyak
dan Lemak Pangan, Cetakan Pertama.
DAFTAR PUSTAKA Jakarta: UI-Press.
Anonim. 2006. Kreaker dan Cookies. Labensky, S. R. dan Hause, A. M. 1995. On
www.ebook pangan.com, diakses tanggal 30 Cooking: A Text Book of Culinary
November 2012. Fundamentals. Prentice-Hall, New Jersey.
Buckle, K., A., Edward, R., A., Fleet, G.H., Manley, D. J. R. 2000. Technology of Biscuits,
Wotton, M. 1987. Ilmu Pangan, Edisi Crackers and Cookies. Ellis Horwood
Pertama. Penerbit Universitas Indonesia, Limited, Chichester.
Jakarta.
Muchtadi, T. R. danAyustaningwarno, F.,
De Man, J.M. 1997. Kimia Makanan, 2010. Teknologi Proses
Penerjemah Institut Teknologi Bandung. PengolahanPangan. Alfabeta, Bandung.
Bandung.
Nurhadi, B. dan Nurhasanah, S. 2010. Sifat
Desrosier, N. W. 1988. Teknologi Pengawetan Fisik Bahan Pangan. Widya Padjadjaran,
Pangan, Cetakan Pertama. Penerbit Bandung.
Universitas Indonesia, Jakarta.
Pitojo, Setijo. 1992. Budidaya Jengkol.
Estiasih, T. dan Ahmadi. 2009. Teknologi Kanisius, Yogyakarta.
Pengolahan Pangan. Bumi Aksara, Jakarta.
Setyaningsih, D. Apriyantono, A. dan Sari, M.
Fardiaz, S. 1986. Mikrobiologi Pangan, PAU P. 2010. Analisis Sensoris untuk Industri
Pangan dan Gizi IPB. Gramedia Pustaka Pangan dan Agro. IPB Press, Bogor.
Utama, Jakarta.
SNI. 2000. Komposisi Gizi Jengkol. Standar
Nasional Indonesia, Jakarta.

127
Keberadaan Beberapa Senyawa Fitokimia Pada Cookies Jengkol (Pitheocolobium…

SNI (01-2973-1992). Syarat Mutu Cookies.


Standar Nasional Indonesia, Jakarta.
Winarno, F.G. 2000. Kimia Pangan dan Gizi.
PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

128

You might also like