Professional Documents
Culture Documents
ISNA APRIANI
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2009
i
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Pemanfaatan Limbah Cair Pabrik
Kelapa Sawit Sebagai Energi Alternatif Terbarukan (Biogas) adalah karya saya
dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Isna Apriani
NRP P052070021
ii
ABSTRACT
ISNA APRIANI. Utilization of industry liquid waste of palm oil as the renewable
alternative energy (Biogas). Supervised by HARIYADI and SISWANTO.
Palm oil is one of commodity with rapid growth in Indonesia. In 2005 the oil palm
plantation area of about 5,453,817 ha, with oil produced approximately
11,861,615 tons, and estimated the oil palm plantation area will increase in 2009
an area of 7,125,331 ha. Rapid growth of palm oil industry produce a lot of liquid
waste and polluting soil, water and air, with a potential methane emissions.
Pottention of biogas production needs more research to development a new source
of renewable energy to support government programs related to energy supply
security and clean technologies for industry.
The aim of this research were to find the best combination mixture of liquid waste
palm oil mill and active mud for an optimal methane gas production, to assess the
decreased o fwastewater pollutant load of palm oil mill (COD, BOD, TSS), to
assess the acceptance public response for biogas production which produce from
palm oil waste water.
The results shown that the characteristics of palm oil mill effluent PT. Perkebunan
Nusantara VIII with acid pH from 4.5 to 7.5, COD 32000-49500 mg / l; BOD
16954-26225 mg / l, TSS 26570-32315 mg / l, had potential as pollutant and
renewable energy sources. A3 threatment produced the highest biogas volume
with 20,8 L and A1threatment gives the highest composition of biogas with 17,82
% shown low methane caused of not complete metanogenesis procees.
RINGKASAN
ISNA APRIANI. Pemanfaatan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Sebagai Energi
Alternatif Terbarukan. Dibimbing oleh HARIYADI. sebagai ketua dan
SISWANTO sebagai anggota.
ISNA APRIANI
Tesis
Sebagai salah satu syarat untukmemperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2009
Judul Tesis : Pemanfaatan Limbah Cair Pabrik Minyak Kelapa
Sawit Sebagai Energi Alternatif Terbaharukan
(Biogas)
Nama Mahasiswa : Isna Apriani
NRP : P052170021
Program Studi : PengelolaanSumber Daya Alam dan Lingkungan
vii
Disetujui :
Komisi Pembimbing
Diketahui
Prof. Dr. Ir. Surjono H. Sutjahjo, MS. Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, MS.
PRAKATA
8. Bapak/Ibu, saudara sekaligus sahabat terbaik yang pernah saya miliki untuk
berbagi cerita suka dan duka, yang menginspirasi, memotivasi dan
menggugah dalam banyak hal baik selama penelitian hingga penulisan tesis
ini.
Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi pihak yang memerlukan, dan
semoga semua kebaikan menjadi nilai ibadah disisi Allah SWT.
Isna Apriani
x
RIWAYAT HIDUP
Isna Apriani, Putri kedua dari empat bersaudara, ayah Budjang H. Itin dan
Ibu Maryani, dilahirkan di Pontianak pada tanggal 15 April 1977. Penulis
menyelesaikan pendidikan dasar, menengah pertama dan menengah atas di
Pontianak yaitu di SD negeri 44 tahun 1989, SMP Negeri 18 tahun 1992 dan
SMA Negeri 2 tahun 1995.
Penulis melanjutkan ke Sekolah Tinggi Teknik Lingkungan ”YLH”
Yogyakarta pada tahun 1995, gelar Sarjana Teknik diperoleh pada tahun 2000.
Sejak tahun 2004 menjadi staf pengajar di Universitas Tanjungpura hingga
sekarang. Pada tahun 2007 melanjutkan studi pada jenjang Magister pada program
studi PSL Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor di Bogor. Beasiswa
pendidikan pascasarjana diperoleh dari Dirjen DIKTI melalui BPPS.
xi
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL xiii
DAFTAR GAMBAR xiv
DAFTAR LAMPIRAN xv
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Kerangka Pemikiran 4
1.3. Perumusan Masalah 6
1.4. Tujuan Penelitian 7
1.5. Manfaat Penelitian 7
1.6. Hipotesis 7
DAFTAR PUSTAKA 58
LAMPIRAN 62
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
1 Karakteristik Limbah Cair Industri Pengolahan Kelapa Sawit 13
2 Senyawa Organik dan Enzim Pengurai 14
3 Pengaruh Temperatur terhadap Daya Tahan Hidup Bakteri 16
4 Beberapa Senyawa Organik Terlarut yang dapat Menghambat 17
Pertumbuhan Mikroorganisme
5 Beberapa Zat Anorganik yang dapat Menghambat Pertumbuhan 18
Mikroorganisme
6 Ringkasan dari beberapa Penelitian sebelumnya 19
7 Variasi Perlakuan yang dilakukan dalam Penelitian 28
8 Karakteristik Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Kertajaya PTPN 34
VIII Banten dari kolam I effluen
9 Total produksi biogas pada masing-masing perlakuan 40
10 Peningkatan VFA 44
11 Penurunan COD 46
12 Penurunan BOD 49
13 Penurunan TSS 50
14 Distribusi Responden (Karyawan Pabrik Kertajaya PTPN VIII) 52
tentang pendapatnya terhadap Pemanfaatan Limbah Cair Pabrik
Kelapa Sawit jika Diaplikasikan sebagai Energi Alternatif
(Biogas)
15 Distribusi Responden (Anggota Masyarakat) tentang 55
pendapatnya terhadap Pemanfaatan Limbah Cair Pabrik Kelapa
Sawit jika Diaplikasikan sebagai Energi Alternatif (Biogas)
xiv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Diagram alir kerangka pemikiran 5
2 Rangkaian bioreaktor anaerob sistem batch yang digunakan 26
untuk produksi biogas
3 Produksi biogas perlakuan A1 dengan 75% limbah cair dan 25% 37
lumpur aktif
4 Produksi biogas perlakuan A2 dengan 50% lumpur aktif dan 37
50% limbah cair
5 Produksi biogas perlakuan A3 dengan 25% limbah cair dan 75% 38
lumpur aktif
6 Produksi biogas perlakuan Kontrol dengan 100% limbah cair 39
7 Produksi biogas harian 40
8 Akumulasi produksi biogas 40
9 Peningkatan VFA dalam produksi biogas 43
10 Penurunan COD dalam produksi biogas 45
11 Penurunan BOD dalam produksi biogas 48
12 Penurunan TSS dalam produksi biogas 49
13 Letak geografis pabrik Kertajaya PTPN VIII Banten 51
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Tabel Hasil Pengamatan Produksi Biogas 61
2 Tabel Hasil Pengamatan pH 63
3 Tabel Hasil Pengamatan Suhu 65
4 Perhitungan Rancangan Acak Lengkap 67
BAB I
PENDAHULUAN
sama telah berlaku pula di Indonesia ,terutama pada kolam pengelolaan Limbah
cair minyak kelapa sawit secara konvensional yang umumnya diterapkan
(Yuliasari et al. 2001).
Perkembangan pesat industri minyak kelapa sawit dalam dekade terakhir
berakibat semakin besar buangan limbah berbahan baku lignoselulosa. Air
buangan pabrik kelapa sawit dengan nilai BOD, COD, padatan tersuspensi dan
kandungan total padatan tinggi merupakan sumber pencemar yang sangat
potensial. Pembuangan limbah cair ke dalam perairan umum tanpa pengolahan
terlebih dahulu mengandung BOD setara dengan BOD buangan populasi 10 juta
manusia. Limbah cair pabrik minyak kelapa sawit berpotensi mencemari air baku,
mengurangi kadar oksigen terlarut,menurunkan kesehatan ikan dan udang dalam
badan air sekitarnya atau biota perairan (Qu dan Bathhacharya, 1997) dalam
Mahajoeno (2008).
Pengembangan produk samping sawit sebagai sumber energi alternatif
memiliki beberapa kelebihan. Pertama, sumber energi tersebut merupakan sumber
energi yang bersifat renewable sehingga bisa menjamin kesinambungan produksi.
Kedua, Indonesia merupakan produsen utama minyak sawit sehingga ketersediaan
bahan baku akan terjamin dan industri ini berbasis produksi dalam negeri. Ketiga,
pengembangan alternatif tersebut merupakan proses produksi yang ramah
lingkungan. Keempat, upaya tersebut juga merupakan salah satu bentuk optimasi
pemanfaatan sumber daya untuk meningkatkan nilai tambah.
Pertumbuhan industri kelapa sawit yang cukup pesat menghasilkan limbah
cair yang sangat melimpah dan berdampak mencemari lingkungan tanah, air dan
udara, dengan emisi metana yang potensial. Dengan demikian di satu sisi potensi
produksi biogas yang sangat menjanjikan perlu dilakukan penelitian dan
pengembangan sebagai sebagai sumber energi terbarukan dan upaya mendukung
program pemerintah berkaitan keamanan pasokan energi serta teknologi bersih
bagi industri.
Kelayakan tekno ekonomi yang dihitung berdasarkan banyaknya produksi
gas yang dihasilkan sebanyak 4500 m3 memerlukan biaya investasi sebesar Rp.
403.000.000,-, hasil pengukuran tekno-ekonomi yang diperoleh menunjukkan
bahwa NPV sebesar Rp. 460.416.000/bulan (Rp. 5.524.992.000/tahun) dengan
4
asumsi alat yang digunakan berumur 1 tahun, dengan bunga bank 20%/tahun, IRR
di atas 35%, Net B/C sebesar 121,40, dan perhitungan pengembalian dana
investasi dapat di tempuh dalam waktu sangat singkat yaitu 17-18 hari dari
pertama kali biogas dihasilkan. Dari hasil perhitungan yang dilakukan oleh
Mahajoeno (2008) menunjukkan bahwa teknologi anaerob tertutup dengan bahan
baku limbah cair pabrik minyak kelapa sawit sangat layak untuk dikembangkan
dan dioperasikan.
menghasilkan biogas, juga memperoleh hasil samping berupa lumpur pekat yang
bisa digunakan sebagai pupuk organik yang dapat dimanfaatkan untuk pemupukan
sekitar pabrik dan gas yang dihasilkan dapat digunakan antara lain untuk energi
listrik alternatif dan keperluan pabrik lainnya, yang secara keseluruhan dapat di
lihat pada Gambar 1.
Pemerintah menghimbau untuk
penghematan BBM
Mengoptimalkan Potensi Energi Terbarukan
(Alternatif)
Hydro
Large Geothermal Biomassa Mini/mikro Energi Cahaya Energi
hydro (Solar) Angin
Industri Kelapa Sawit
CPO
Limbah Limbah
Cair Padat
Fiber
Lumpur aktif + Limbah cair
Cangkang Termanfaatkan
Aspek
sosial Anaerobic Sludge
Digestion Serat
Pembangkit Biogas/
Sludge
Pupuk
digested
Batas Penelitian
Gambar 1 Diagram alir kerangka pemikiran
6
1.6. Hipotesis
a. Lumpur aktif dan limbah cair pabrik kelapa sawit diduga dapat digunakan
sebagai bahan untuk menghasilkan biogas dengan sistem pengolahan proses
anaerob
b. Pengolahan limbah cair pabrik kelapa sawit secara proses anaerob dapat
menurunkan variable beban pencemar tertentu.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Bioenergi
Bioenergi adalah bahan bakar alternatif terbarukan yang prospektif untuk
dikembangkan, tidak hanya karena harga minyak dunia yang tidak stabil seperti
sekarang ini, tetapi juga karena terbatasnya produksi minyak bumi Indonesia.
Terlebih lagi dengan kondisi perenergian Indonesia kini, pengembangan bioenergi
semakin memaksa untuk segera dilaksanakan. Ketersediaan energi fosil yang
diramalkan tidak akan berlangsung lama lagi memerlukan pemecahan yang tepat
yaitu dengan mencari sumber energi alternatif. Sekarang ini tersedia beberapa
jenis energi pengganti minyak bumi yang ditawarkan antara lain tenaga baterai
(fuel cells), panas bumi (geo-thermal), tenaga laut (ocean power), tenaga matahari
(solar power), tenaga angin (wind power), batu bara, nuklir, gas, fusi dan biofuel.
Diantara jenis-jenis energi alternatif tersebut, bioenergi dirasa cocok untuk
mengatasi masalah energi karena beberapa kelebihannya. (Hambali et al. 2007)
Kelebihan dari bioenergi adalah selain bisa diperbaharui, energi ini juga
bersifat ramah lingkungan, dapat terurai, mampu mengeliminasi efek rumah kaca,
kontinuitas bahan bakunya terjamin dan bioenergi dapat diperoleh dengan cara
yang cukup sederhana. Bioenergi merupakan energi yang dapat diperbaharui
yang diturunkan dari biomassa yaitu material yang dihasilkan dari mahluk hidup
(tanaman, hewan, dan mikroorganisme). Bioenergi yang dikenal sekarang
mempunyai dua bentuk, yaitu bentuk tradisional yang sering kita temui yaitu kayu
bakar dan bentuk yang modern diantaranya yaitu bioetanol, biodiesel, PPO atau
SVO, Bio Briket, Bio Oil dan biogas. (Hambali et al. 2007)
Bioetanol merupakan etanol yang di buat dari biomassa yang mengandung
komponen pati atau selulosa seperti singkong, nipah, ubi jalar, sagu, jagung, tetes
tebu. Penggunaan bioetanol sebagai pensubstitusi sekarang ini pada umumnya
masih dalambentuk campuran dengan bensin sehingga masih ada ketergantungan
dengan bahan bakar fosil. (Hambali et al. 2007)
Biodiesel adalah bioenergi yang berbahanbakar nabati yang di buat dari
minyak nabati yang baru maupun dari minyak nabati bekas penggorengan melalui
9
dari bio briket terjadi terutama pada tahap pembakaran volatil (tahap
devolatilisasi). Emisi CO dari bio briket lebih besar dari 50 ppm, melebihi
ambang batas yang diijinkan yang akan menyebabkan pencemaran udara.
(Hambali et al. 2007)
Bio oil adalah bahan bakar cair dari biomassa seperti kayu, kulit kayu,
kertas atau biomassa lainnya,yang diproduksi melalui pyrolisis (pirolisa) atau fast
pyrolisis (pirolisa cepat), berwarna gelap dan memiliki aroma seperti asap.
Senyawa ini bersifat water soluble dan merupakan oxygenated molucle. Bahan
baku Biooil adalah bagas tebu, limbah pertanian jagung, limbah industri pulp dan
kertas, serbuk kayu gergaji dan tandan kosong kelapa sawit. Bio oil dimanfaatkan
sebagai pengganti bahan bakar hidrokarbon pada industry seperti sebagai mesin
pembakaran, boiler, kelebihan yang lain bahwa bio oil sebagai bahan bakar yang
ramah lingkungan, dari kelebihan yang dimiliki bio oil juga memiliki kelemahan,
kelemahan utama dari minyak ini sebagai pengganti bahan bakar fosil adalah sifat
fisik yang masih rendah dan lebih sulit untuk dinyalakan (dibakar) dibandingkan
dengan bahan bakar minyak konvensional. (Hambali et al. 2007)
Bioenergi yang terakhir adalah biogas. Biogas didefinisikan sebagai gas
yang dilepaskan jika bahan-bahan organik seperti kotoran ternak, kotoran
manusia, sisa-sisa panenan seperti jerami, sekam dan daun-daun hasil sortiran
sayur difermentasi atau mengalami proses methanisasi. Bahan baku biogas
diantaranya adalah kotoran hewan dan manusia, sampah organik padat, dan
limbah organik cair. Biogas digunakan sebagai gas alternatif untuk memanaskan
dan menghasilkan energi listrik. Sebagai energi alternatif, biogas bersifat ramah
lingkungan dan dapat mengurangi gas efek rumah kaca. Pemanfaatan biogas
sebagai energi alternatif akan mengurangi penggunaan kayu bakar sebagai bahan
bakar sehingga akan mengurangi usaha penebangan pohon di hutan. Dengan
demikian akan menjaga ekosistem hutan dan peran hutan sebagai penyerap
CO2,gas yang menjadi penyebab efek rumah kaca. (Hambali et al. 2007)
Biogas sebagai energi alternatif memiliki kelebihan dibandingkan minyak
tanah maupun kayu bakar. Biogas dapat menghasilkan api biru yang bersih, tidak
menghasilkan asap sehingga dapat menjaga kebersihan rumah. (Hambali et al.
2007)
11
terbentuk dari reaksi penguraian di atas, disintesa oleh bakteri pembentuk metana
menjadi metana dan air.
Proses pembentukan asam dan gas metana dari suatu senyawa organik
sederhana melibatkan banyak reaksi percabangan. Mosey (1983) yang
menggunakan glukosa sebagai sampel untuk menjelaskan bagaimana peranan
keempat kelompok bekteri tersebut menguraikan senyawa ini menjadi gas metana
dan karbon trioksida sebagai berikut :
1. Temperatur
Gas dapat dihasilkan jika suhu antara 4oC - 60°C dan suhu dijaga konstan.
Bakteri akan menghasilkan enzim yang lebih banyak pada temperatur optimum.
Semakin tinggi temperatur akanmempercepat reaksi perombakan terhadap bahan
organik, tetapi jumlah bakteri akan semakin berkurang.
Beberapa jenis bakteri dapat bertahan pada rentang temperatur tertentu dapat
dillihat pada Tabel 3.
3. Konsentrasi Substrat
Sel mikroorganisme mengandung Carbon, Nitrogen, Posfor dan Sulfur
dengan perbandingan 100 : 10 : 1 : 1. Untuk pertumbuhan mikroorganisme, unsur-
unsur di atas harus ada pada sumber makanannya (substart). Konsentrasi substrat
dapat mempengaruhi proses kerja mikroorganisme. Kondisi yang optimum
dicapai jika jumlah mikroorganisme sebanding dengan konsentrasi substrat.
Kandungan air dalam substart dan homogenitas sistem juga mempengaruhi proses
kerja mikroorganisme. Karena kandungan air yang tinggi akan memudahkan
proses penguraian, sedangkan homogenitas sistem membuat kontak antar
mikroorganisme dengan substrat menjadi lebih intim.
4. Zat Beracun
Zat organik maupun anorganik, baik yang terlarut maupun tersuspensi
dapat menjadi penghambat ataupun racun bagi pertumbuhan mikroorganisme jika
terdapat pada konsentrasi yang tinggi, untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada
Tabel 4. Untuk logam pada umumnya sifat racun akan semakin bertambah
dengan tingginya valensi dan berat atomnya. Bakteri penghasil metana lebih
sensitif terhadap racun dari pada bakteri penghasil asam.
Menurut Saeni (1989) dalam Priyono (2002), proses perombakan bahan organik
oleh bakteri dalam proses pembentukan biogas dapat digambarkan dengan reaksi
seperti di bawah ini :
a. Perombakan pada suasana aerob :
bakteri pengguna selulosa
(C6H12O6)n n(C6H12O6)
selulosa glukosa
n(C6H12O6) + 6 n(O2) 6 n(CO2) + 6 (H2O) + n kalori
glukosa oksigen Karbondioksida air
b. Perombakan pada suasana anaerob
(C6H12O6)n n(C6H12O6)
selulosa glukosa
n(C6H12O6) 2 n(CH3CH2OH + 2 n(CO2) + N kalori
glukosa etanol
bakteri metana
2 n(CH3CH2OH + 2 n(CO2) 2 n(CH3COOH) + n(CH4)
asam asetat metana
bakteri metana
2 n(CH3COOH) 2 n(CH4) + 2 n(CO2)
asam asetat metana
operasional yaitu pertama thermophile antara 49oC dan kedua adalah messophile
antara 20oC sampai 37oC (Tjokrokusumo, 1998).
Sifat lumpur hasil olahan disamping lebih stabil volumenya juga lebih
sedikit dan kadar air dalam lumpur sekitar 90%. Jumlah volatile solid terurai
menjadi gas bio maksimum 70% (Tjokrokusumo, 1998).
Produksi biogas akan menurun secara cepat akibat perubahan temperatur yang
mendadak di dalam reaktor. Upaya praktis untuk menstabilkan temperatur
adalah dengan menempatkan reaktor di dalam tanah
6. Starter diperlukan untuk mempercepat proses perombakan bahan organik
menjadi biogas bisa digunakan lumpur aktif organik atau cairan isi rumen.
BAB III
METODE PENELITIAN
Pengamatan
1. Pengukuran kadar COD dan BOD
Pengukuran kadar COD dan BOD dilakukan pada saat awal karakterisasi
limbah cair. Kemudian pengkuran selanjutnya dilakukan pada buangan outlet
atau effluent yang keluar pada saat proses anaerobik berlangsung. Pengukuran
ini dimaksudkan untuk mengetahui penurunan kadar COD dan BOD dalam
substrat yang dilakukan di awal dan akhir proses anaerob.
2. Pengukuran suhu
Pengukuran suhu dilaksanakan setiap hari. Sebelum dilakukan pengamatan,
terlebih dahulu dilakukan pengadukan substrat agar merata, setelah itu
dilakukan pengukuran suhu.
3. Pengukuran pH
Sebelum dilakukan pengukuran pH, terlebih dahulu dilakukan pengadukan,
karena setiap lapisan yang terbentuk pada saat proses anaerobik berlangsung
memiliki pH yang berbeda.
4. Pengukuran volume gas
Pengukuran volume gas atau jumlah gas yang dihasilkan dilakukan dengan
menggunakan gasflowmeter.
5. Analisa gas metan
Analisa komposisi gas metan yang dihasilkan dilakukan dengan menggunakan gas
kromatografi.
4. Pengukuran jumlah biogas yang dilakukan setiap hari mulai dari awal
pemasukan bahan baku hingga berakhir masa fermentasi, sehingga dapat
diketahui pada hari keberapa produksi biogas tertinggi terjadi.
5. Analisa terhadap komposisi gas metan yang terdapat dalam biogas yang
dihasilkan.
3.7.1. Pengukuran pH
Sampel limbah cair pabrik minyak kelapa sawit ditentukan nilai pH
dengan menggunakan pH meter.
Prosedur kerja :
Penyaringan diakukan dengan peralatan vakum. Saringan dibasahi dengan sedikit
air suling. Aduk contoh uji dengan pengaduk magnetik untuk memperoleh contoh
uji yang lebih homogen. Pipet contoh uji dengan volume tertentu, pada waktu
contoh diaduk dengan pengaduk magnetik Cuci kertas saring atau saringan
dengan 3 x 10 mL air suling, dibiarkan kering sempurna, dan dilanjutkan
penyaringan dengan vakum selama 3 menit agar diperoleh penyaringan sempurna.
Kemudian contoh uji dengan padatan terlarut yang tinggi memerlukan pencucian
tambahan. Kertas saring dipindahkan secara hati-hati dari peralatan penyaring dan
dipindahkan ke wadah timbang aluminium sebagai penyangga. Jika digunakan
cawan Gooch cawan dipindahkan dari rangkaian alatnya. Kemudian dikeringkan
dalam oven setidaknya selama 1 jam pada suhu 103ºC sampai dengan 105ºC,
didinginkan dalam desikator untuk menyeimbangkan suhu dan timbang. Tahapan
pengeringan diulang, pendinginan dalam desikator, dan lakukan penimbangan
sampai diperoleh berat konstan atau sampai perubahan berat lebih kecil dari 4%
terhadap penimbangan sebelumnya atau lebih kecil dari 0,5 mg.
Perhitungan :
3.8. Aspek Sosial terhadap Pemanfaatan Limbah Cair Pabrik Kelapa sawit
sebagai Energi Alternatif (Biogas)
Data Sosial berupa persepsi masyarakat terhadap pemanfaatan limbah cair
pabrik minyak kelapa sawit menjadi energi alternatif (biogas).
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
kenaikan pH pada hari ke-3 sebesar 5,33 dengan suhu mencapai 29,67oC diiringi
dengan peningkatan volume biogas sebesar 3 l/hari dan merupakan puncak
produksi biogas. PH 7 terjadi pada hari ke-10 dengan suhu 28,67oC dan produksi
biogas mencapai 0,88 l/hari. PH kemudian menurun pada hari ke-14 menjadi 6,
dengan suhu 26,67oC, dan diikuti oleh penurunan biogas sebesar 0,12 l/hari.
Selanjutnya perlakuan A3 dengan perbandingan limbah cair dan lumpur
aktif yaitu 25:75 mampu menghasilkan produksi biogas tertinggi dengan jumlah
produksi selama 30 hari masa fermentasi sebanyak 20,84 L dengan rata-rata
produksi 0,99 l/hari dan konsentrasi metan sebesar 8,51 % pada suhu antara 26 –
29,5oC, seperti pada gambar 5. Suhu dan pH juga memiliki peranan penting dalam
proses produksi biogas. Pada hari pertama fermentasi sudah menghasilkan biogas
sebanyak 4 l/hari dan merupakan produksi puncak, pH berada pada 4,33 dengan
suhu 29,33 oC, kemudian pH naik pada hari ke-2 menjadi 5,33 dengan suhu yang
menurun menjadi 29,00oC, dengan produksi biogas sebanyak 3 l/hari. Hingga
hari ke-11 pH meningkat menjadi 7, dengan suhu 26oC dan produksi biogas yang
dihasilkan sebanyak 0,87 l/hari.
turun mencapai 4,67 dengan suhu sama dengan hari pertama dan volume gas yang
dihasilkan menurun menjadi 1,37 l/hari. Pada hari ke-4 suhu meningkat menjadi
29,67oC dengan pH seperti hari ke-2, peningkatan suhu ini diiringi dengan
peningkatan volume biogas mencapai 1,63 l/hari. PH meningkat menjadi 7 terjadi
pada hari ke-11 dengan suhu digester 26,67oC sementara volume biogas yang
dihasilkan mencapai 0,58 l/hari, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 6.
penelitian ini lebih sedikit dari penelitian oleh Mahajoeno (2008), dengan biogas
yang dihasilkan sebesar 10.000 m3/hari, hal ini dikarenakan pada penelitian ini
menggunakan lumpur aktif yang dibuat sendiri yang buat dengan waktu yang
relative singkat sehingga mikroorganisme yang diharapkan bisa merombak bahan
organik tidak tumbuh dengan maksimal, sementara penelitian oleh Mahajoeno
(2008) menggunakan lumpur aktif yang ada di dasar kolam sehingga
mikroorganisme yang terdapat di dalam lumpur sudah beradaptasi dengan kondisi
lingkungan.
Selain itu dari semua perlakuan diperoleh gambaran bahwa biogas yang
terbentuk berada pada kondisi pH antara 4 – 7.33, Rentang pH optimum untuk
jenis bakteri penghasil metana antara 6.4 – 7.4. Bakteri yang tidak menghasilkan
metana tidak begitu sensitif terhadap perubahan pH, dan dapat bekerja pada pH
antara 5 hingga 8.5 sebagaimana yang dinyatakan oleh Renita (2004), karena pH
yang terjadi di dalam reaktor cukup rendah, sehingga apabila pH rendah didalam
reaktor maka proses methanogenesis kemungkinan besar tidak berlangsung lama,
hanya proses asidogenesis yang terjadi, ini dikarenakan beban organik dari bahan
baku limbah cair pabrik minyak kelapa sawit yang cukup tinggi.
Dari hasil pengamatan suhu yang terjadi pada semua perlakuan berkisar
antara 26oC hingga 29,67oC, sehingga bisa dikatakan bahwa bakteri berkembang
pada suhu mesofilik yaitu suhu yang berkisar antara 20 – 45oC. Menurut Renita
(2004) Proses pembentukan metana bekerja pada rentang temperatur 30-40°C,
sehingga dari kesemua perlakuan di atas suhu ambient tidak optimal di dalam
proses metanogenesia dalam pembentukan biogas. Perombakan senyawa
kompleks menjadi senyawa lebih sederhana memudahkan bakteri matanogenik
membentuk biogas (Metcalf dan Eddy 2003, NAS 1981, Bitton 1999 dan
Wellinger 1999).
Produksi gas metan dalam penelitian ini berkisar antara 0,0049 hingga
0,01 L/g COD yang disisihkan. Kandungan gas metan ini lebih tinggi dari
penelitian yang dilakukan oleh Mindriany (2003) dengan kandungan metan yang
berkisar antara 0,0017 hingga 0,0023 L/g COD. Secara stokiometri jumlah gas
yang dihasilkan setiap penyisihan 1 gram COD seharusnya adalah 0,34 L ( Leslie
42
G and H.C. Lim, 1991). Jumlah gas metan yang dihasilkan dalam pengolahan ini
masih dibawah jumlah yang seharusnya diproduksi.
Setelah dilakuan uji statistik untuk produksi biogas dengan selang
kepercayaan 95% menggunakan RAL faktorial, diperoleh bahwa perlakuan
dengan komposisi limbah cair dan lumpur aktif yang berbeda tidak memberikan
pengaruh yang nyata terhadap produksi biogas yang dihasilkan, dengan nilai P
sebesar 0,0684. Sedangkan untuk uji statistik untuk suhu menunjukkan bahwa
suhu memberikan pengaruh yang berbeda nyata dengan nilai P 0,0443, sementara
pada hasil uji statistik yang dilakukan terhadap pH menunjukkan bahwa pH
memiliki pengaruh yang berbeda nyata terhadap volume biogas, ini ditandai
dengan nilai P sebesar 0,0276.
4.3.2. VFA
VFA (Volatile Fatty Acid) juga merupakan parameter untuk membuktikan
terjadinya perombakan selama proses pembentukan biogas. Analisis ini dilakukan
pada awal dan akhir fermentasi agar dapat mengetahui nilai kenaikan atau
perurunan yang terjadi selama proses. Nilai VFA cenderung mengalami kenaikan
karena pada proses anaerobik masih terjadinya tahap asetogenesis, yaitu
terjadinya proses perombakan senyawa organik menjadi asam lemak menguap
selama proses.
Selama fermentasi anaerobik terjadi pembentukan asam lemak menguap
(VFA), asam asetat, etanol, dan senyawa lainnya dari monomer hasil fermentasi
polimer organik. Nilai VFA pada setiap perlakuan baik awal dan akhir proses
anaerobic disajikan pada Gambar 9.
43
Keterangan :
Kontrol = Limbah cair tanpa penambahan lumpur aktif (100% LC)
A1 = Limbah cair dan lumpur aktif (75% : 25%)
A2 = Limbah cair dan lumpur aktif (50% : 50%)
A3 = Limbah cair dan lumpur aktif (25% : 75%)
akan menghasilkan energi yang akan digunakan pula oleh bakteri anaerobik untuk
memproduksi biogas.
Keuntungan dari proses anaerobik ini yaitu bahwa substrat yang akan
digunakan pada proses anaerobik telah mengandung asam asetat dan energi
sehingga bakteri tidak memerlukan waktu lama lagi merombak substrat untuk
memproduksi biogas.
Nilai VFA ditentukan sebagai parameter untuk mengetahui sejauh
mana tahapan asidogenesis dan asetogenesis terjadi. Asam organik yang
mungkin terbentuk selama reaksi asidogenesis adalah asam asetat, propionat,
butirat, valerat bahkan isovalerat dan isobutirat, sedangkan pada tahap
asetogenesis produk utama yang dihasilkan adalah asam lemak volatil.
Tabel 10 Peningkatan VFA
Awal Akhir Selisih
Perlakuan %
(mg/l) (mg/l) (mg/l)
A1 30000 160000 130000 81.25
A2 31539 100000 68461 68.46
A3 33741 120000 86259 71.88
Kontrol 20000 100000 80000 80.00
Dari data yang diperoleh diketahui bahwa kenaikan VFA terbesar terdapat
pada perlakuan A1 yaitu dengan perbandingan limbah cair dan lumpur aktif 75:25
dengan peningkatan VFA sebesar 81,25%, dan kenaikanVFA terkecil terdapat
pada perlakuan A2 yaitu dengan perbandingan limbah cair dan lumpur aktif
50:50, peningkatan VFA sebesar 68,46%. Hal ini berarti bahwa pada perlakuan
A1 dengan perbandingan limbah cair dan lumpur aktif 75:25 telah terjadi
perombakan yang lebih besar bila dibandingkan dengan variasi perlakuan yang
lainnya. Konversi bahan organik menjadi bentuk yang lebih sederhana dapat di
lihat pada pembentukan VFA, untuk lebih jelas peningkatan VFA dapat di lihat
pada Tabel10.
Hasil pengamatan menunjukkan adanya peningkatan yang menunjukkan
berlangsungnya proses asetogenesis yang menghasilkan asam-asam lemak. Masih
adanya nilai VFA pada effluent yang diperoleh ini menunjukkan bahwa didalam
reaktor memiliki keterbatasan dalam menjalankan proses methanogenesis,
sehingga VFA sebagian besar tidak merubah produk metabolisme proses
45
asidogenesis menjadi gas metan, seperti yang diungkapkan oleh Mindriany et al.
(2003), kondisi ini mengakibatkan kondisi di dalam digester menjadi asam dan
akan menghambat aktivitas methanogen.
Menurut Mindriany et al. (2003) bahwa produksi gas metan memiliki
kaitan dengan proses pembentukan asam volatile. Makin banyak asam volatile
yang terbentuk, diperlukan waktu tinggal sel bakteri metan yang lebih lama untuk
mengkonsumsi seluruh asam tersebut.
4.3.3. COD
Selama proses fermentasi, substrat akan mengalami penurunan jumlah
bahan organik yang dikandungnya, sehingga nilai COD juga akan mengalami
penurunan. Besarnya nilai penurunan COD tergantung pada banyaknya bahan
organik yang terdekomposisi menjadi biogas. Hasil ini menunjukkan bahwa
semakin besar penurunan nilai COD maka dapat menjadi indikator besarnya
volume biogas yang dihasilkan. Besarnya penurunan nilai COD pada setiap
perlakuan dapat terlihat pada Gambar 10.
aktivitas
4.3.4. BOD
Pengaruh perlakuan yang diterapkan pada penelitian ini terhadap efisiensi
pengurangan bahan organik dengan parameter BOD dapat di lihat pada Gambar
11.
48
.
Keterangan :
Kontrol = Limbah cair tanpa penambahan lumpur aktif (100% LC)
A1 = Limbah cair dan lumpur aktif (75% : 25%)
A2 = Limbah cair dan lumpur aktif (50% : 50%)
A3 = Limbah cair dan lumpur aktif (25% : 75%)
4.3.5. TSS
Total Suspended Solid adalah jumlah berat dalam mg/liter lumpur yang
ada dalam limbah (Sugiharto, 1987). Penentuan zat padat tersuspensi (TSS)
berguna untuk mengetahui kekuatan pencemaran air limbah domestik, dan
juga berguna untuk penentuan efisiensi unit pengolahan air (BAPPEDA, 1997).
Total Suspended Solid merupakan salah satu faktor yang dapat menunjukkan telah
terjadinya proses pendegradasian karena padatan ini akan di rombak pada saat
terjadinya pendekomposisian bahan.
Keterangan :
Kontrol = Limbah cair tanpa penambahan lumpur aktif (100% LC)
A1 = Limbah cair dan lumpur aktif (75% : 25%)
A2 = Limbah cair dan lumpur aktif (50% : 50%)
A3 = Limbah cair dan lumpur aktif (25% : 75%)
tentang pemanfaatan limbah cair pabrik minyak kelapa sawit yang dilakukan oleh
PTPN VIII. Informasi yang di gali menyangkut : (1) Pemanfaatan Limbah
Cair, yaitu seberapa besar responden mengetahui adanya pemanfaatan kembali
limbah cair pabrik minyak kelapa sawit dan dimanfaatkan sebagai apa oleh PTPN
VIII, (2) Biogas, yaitu seberapa banyak responden yang telah mengetahui istilah
Biogas, (3) Manfaat Biogas, yaitu pengetahuan responden mengenai kegunaan
dari biogas, baik untuk pabrik maupun masyarakat yang berada di sekitar pabrik,
(4) Jika diaplikasi, yaitu pendapat responden apabila biogas nantinya
diaplikasikan di lingkungan pabrik sehingga dapat dirasakan oleh kawasan pabrik
itu sendiri maupun masyarakat yang berada di sekitar kawasan pabrik Kertajaya
PTPN VIII.
Kriteria Pendapat
No. Kategori (n=30)
Responden
Pengetahuan Responden Baik Sedang Kurang
Memanfaatkan Limbah 18 0 12
1
Cair (60%) 0 (40%)
19 0 11
2 Mengetahui Biogas
(63,33%) 0 (36,67%)
18 8 4
3 Manfaat Biogas
(60%) (26,67%) (13,33%)
Kemauan Responden Setuju Tidak Setuju
30 0
4 Aplikasi
(100%) 0
Kriteria Pendapat
No. Kategori (n=30)
Responden
Pengetahuan Responden Baik Sedang Kurang
28 2 0
1 Memanfaatkan LC
(93,33%) (6,67%) 0
13 0 17
2 Mengetahui Biogas
(43,33%) 0 (56,67%)
13 10 7
3 Manfaat Biogas
(43,33%) (33,33%) (23,33%)
Kemauan Responden Setuju Tidak Setuju
30 0
4 Jika diaplikasikan
(100%) 0
56
BAB V
5.1. Kesimpulan
1. Percobaan skala laboratorium, produksi biogas selama 30 hari pengamatan
dari limbah cair pabrik kelapa sawit Kertajaya PT. Perkebunan Nusantara VIII
Banten dalam digester anaerob sistem batch volume 20 l/hari, menghasilkan
kobinasi perlakuan yang menghasilkan gas metan terbanyak pada perlakuan
A1 dengan perbandingan limbah cair dan lumpur aktif 75:25, menghasilkan
biogas total 16,08 l/hari dan kandungan gas metannya sebesar 17,82%.
Komposisi gas metan ini cenderung rendah, hal ini dikarenakan proses
metanogenesis yang terjadi tidak sempurna.
2. Efisiensi pengurangan bahan organik substrat pada perlakuan, A1 terjadi
penurunan 50,65%, 86,52%, dan 41,7%, masing-masing untuk COD, BOD
dan TSS. Proses ini dapat mengurangi beban pencemar, tetapi belum bisa
dibuang langsung ke lingkungan karena masih diatas baku mutu yang telah
ditetapkan
3. Dari 60% karyawan PTPN VIII yang telah mengetahui istilah biogas, sehingga
sebagian besar karyawan PTPN VIII berharap dari hasil penelitian ini dapat
segera direalisasikan. Sedangkan persepsi dari masyarakat yang tinggal
disekitar pabrik ada 43,33% penduduk yang mengerti istilah biogas, dari
sosialisasi yang diberikan kepada masyarakat dihasilkan bahwa semua
responden menginginkan terealisasikannya teknologi biogas di lingkungan
pabrik PTPN VIII Kertajaya, Propinsi Banten.
5.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad A.L., Ismail S., and S. Bhatia, 2005. Water Recycling From Palm Oil Mill
Effluent using membrane Tecnology. Desalination 157:87-95.
Alwi A., Sulaiman., Z Busu., M Tabatabaei., S Yacob., S Aziz., M.A Hassan and
Yoshihito Shirai. 2009. The Effect of Higher Sludge Recycling Rate
on Anaerobic Treatment of Palm Oil Mill Effluent in a Semi-
Commercial Closed Digester for Renewable Energy. American Journal
of Biochemistry and Biotechnology 5 (1): 1-6.
Aun K.H. 2006. Feedstock for Biofuels – Strategies for Sustainable Fedstock to
Biodiesel Industry”. Paper dalam International Biofuel & Alternative
Energy Conference yang diselenggarakan di Renaissance Kuala
Lumpur, 5- 6 December 2006.
APHA, AWWA and WEF. 1998. Standart Methods for the Examination of Water
and Wastewater. 20th Edition. Victor Graphics, Inc, Baltimore.
Hamelinck C.N., A.P.C. Faaij., 2006. Outlook for advanced biofuels. Energy
Policy 34, 3268 3283.
Hassan MA, S Yacob, and Y Shirai. 2004. Treatment of palm oil wastewater. In
Wang LK Hung Y. Lo HH, Yapijakis C editors. Handbook of
industrial and Hazardous waste Treatment, New York : Marcel
Dekker, Inc.p. 719-736.
Hong S.K., Y. Shirai, A.R. Nor Aini and M.A. Hassan. 2009. Semi-Continuous
and Continuous Anaerobic Treatment of Palm Oil Mill Effluent for the
Production of Organic Acids and Polyhydroxyalkanoates. Volume: 3
p. 552-559
IEA 2007. Biogas upgrading and utilization, IEA bioenergy_ task 24: energy
from Biological conversion of organic waste. http://www.iea
biogas.net/Dokumente/Biogas%20upgrading.pdf (accessed November
2008)
Jini.A.G.M. 2006. Treatment of Modified UASB for Palm Oil Mill Effluent.
Fakulty or Civil Engeering. Universiti Teknologi Malaysia.
Kossmann and Ponitz. (tanpa tahun). Biogas Digest. Volume II. Biogas
Application and Product Development. Gate in Deutsche Gesellschaft
fur Tecnische Zusammenarbeit. German Agency foe Technical
Cooperation. Federal Republic of Germany.
Leslie G and H.C. Lim, 1991, Biological Wastewater Treatment: Theory and
Aplication, 2nd ed., Marcel Dekker, New York.
60
Norliza I., A Latif., Ahmad and S Bhatia. 2004. Removal of suspended solids and
residual oil using membrane separation technology. Faculty of
Chemical Engineering, Universiti Teknologi MARA. Malaysia
Norli I., H.C.Meng and Y.L.Ling. 2006. Anaerobic Digestion Of Mixed Chemical
Pulping And Palm Oil Mill Effluent In Suspended Growth Anaerobic
Digester. Department of Environmental Technology, School of
Industrial Technology, Universiti Sains Malaysia, I1800 Minden,
Penang, Malaysia.
Priyono H, 2002. Pemanfaatan Lumpur dan Limbah Padat Industri Tapioka untuk
Produksi Biogas. Tesis. Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam
dan Lingkungan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Quah SK, and D Gillies. 1984. Prctical Experience in production and use of
biogas. In: Proceeding of National Workshop onOil Palm By Products.
Palm Oil Research Institute of Malaysia, Kuala Lumpur. Pp: 119-126
61
Stroot P.G., K.D. McMahon, R.I. Mackie, L.Raskin. 2001. Anaerobic codigestion
of municipal solid waste and biosolids under various mixing conditions
―digester performace. Water Research 35, 1804-1816.
Yeoh B.G. (2004). A Technical and Economic Analysis of Heat and Power
Generation from Biomethanation of Palm Oil Mill Effluent. SIRIM
Environment and Bioprocess Technology Centre. Malaysia.
Lampiran 1
Tabel Hasil Pengamatan Produksi Biogas
Volume Gas (ml)
Perlakuan
Hari Tanggal
Kontrol A1 A2 A3
Ke- Rata2 Rata2 Rata2
I II III I II III I II III Rata2 I II III
1 28/2/2009 1700 1600 1800 1700.00 2100 1300 1100 1500.00 1700 2650 1500 1950.00 4000 3000 5000 4000.00
2 1/3/2009 1300 1400 1400 1366.67 3000 2000 1100 2033.33 3000 3000 1500 2500.00 3000 3000 3000 3000.00
3 2/3/2009 1400 1600 1400 1466.67 3100 3500 1500 2700.00 3500 3500 2000 3000.00 3500 3500 2700 3233.33
4 3/3/2009 900 2100 1900 1633.33 2400 3100 1100 2200.00 2500 3500 1800 2600.00 1900 1200 1500 1533.33
5 4/3/2009 500 700 600 600.00 200 300 400 300.00 200 600 500 433.33 500 700 500 566.67
6 5/3/2009 700 600 600 633.33 2500 1000 500 1333.33 600 800 900 766.67 1000 800 700 833.33
7 6/3/2009 400 1100 600 700.00 200 400 100 233.33 400 1000 600 666.67 1150 1100 1500 1250.00
8 7/3/2009 150 200 150 166.67 150 500 200 283.33 1550 1500 1200 1416.67 1450 1200 1300 1316.67
9 8/3/2009 114 171 343 209.52 800 1029 800 876.19 800 1143 1029 990.48 1086 914 571 857.14
10 9/3/2009 186 179 457 273.90 150 921 600 557.14 950 1007 671 876.19 1114 586 1179 959.52
11 10/3/2009 300 1200 250 583.33 1150 1600 1550 1433.33 1150 950 700 933.33 1000 1000 1200 1066.67
12 11/3/2009 1300 1630 250 1060.00 700 1400 1450 1183.33 1050 150 500 566.67 800 850 950 866.67
13 12/3/2009 1600 600 100 766.67 1100 600 150 616.67 500 250 200 316.67 200 500 300 333.33
14 13/3/2009 650 200 50 300.00 1400 - 50 725.00 250 50 50 116.67 200 300 100 200.00
15 14/3/2009 250 450 150 283.33 - - 100 100.00 - - 50 50.00 100 - - 33.33
16 15/3/2009 - 250 150 200.00 - - - - 100 - - 100.00 - 100 - 33.33
17 16/3/2009 - - 150 150.00 - - - - - 50 - 50.00 - 100 - 33.33
18 17/3/2009 - 250 200 225.00 - - - - 250 100 50 133.33 600 - - 200.00
19 18/3/2009 - 250 200 225.00 - - - - - - - - - - 50 16.67
20 19/3/2009 - 600 150 375.00 - - - - - - - - - 100 150 83.33
21 20/3/2009 - 100 150 125.00 - - - - - - - - - 150 - 50.00
Volume Gas (ml)
Perlakuan
Hari Tanggal
Kontrol A1 A2 A3
Ke- Rata2 Rata2 Rata2
I II III I II III I II III Rata2 I II III
22 21/3/2009 - 200 250 225.00 - - - - - - - - - - - -
23 22/3/2009 - 300 100 200.00 - - - - - - - - - - - -
24 23/3/2009 - - 200 200.00 - - - - - - - - - - - -
25 24/3/2009 - 100 - 100.00 - - - - - - - - - - - -
26 25/3/2009 - - - - - - - - - - - - - - - -
27 26/3/2009 - - - - - - - - - - - - - - - -
28 27/3/2009 - - - - - - - - - - - - - - - -
29 28/3/2009 - - - - - - - - - - - - - - - -
30 29/3/2009 - - - - - - - - - - - - - - - -
31 30/3/2009 - - - - - - - - - - - - - - - -
Jumlah 11450.29 15780 11600 13768.43 18950 17650 10700 16075 18500 20250 13250 17466.67 21600 19100 20700 20466.67
Lampiran 2
Tabel Hasil Pengamatan pH
pH
Perlakuan
Hari
Tanggal Kontrol A1 A2 A3
Ke- Rata2 Rata2 Rata2
I II III I II III Rata2 I II III I II III
1 28/2/2009 5 5 5 5.00 4 5 5 4.67 4 5 5 4.67 5 4 4 4.33
2 1/3/2009 5 5 4 4.67 4 5 5 4.67 4 6 6 5.33 6 5 5 5.33
3 2/3/2009 4 5 5 4.67 4 5 6 5.00 7 4 5 5.33 5 5 5 5.00
4 3/3/2009 4 5 5 4.67 5 5 5 5.00 5 5 5 5.00 5 5 5 5.00
5 4/3/2009 6 4 5 5.00 6 5 4 5.00 5 6 5 5.33 6 4 5 5.00
6 5/3/2009 5 5 6 5.33 4 5 6 5.00 6 7 6 6.33 6 5 6 5.67
7 6/3/2009 6 6 6 6.00 6 6 6 6.00 6 6 6 6.00 6 6 6 6.00
8 7/3/2009 7 6 6 6.33 6 6 7 6.33 6 6 6.5 6.17 6 6 6 6.00
9 8/3/2009 6 6 6.5 6.17 6 6 6 6.00 6 6 6 6.00 6 6 6 6.00
10 9/3/2009 7 7 6.5 6.83 6 7 6 6.33 7 7 7 7.00 7 6 6 6.33
11 10/3/2009 7 7.5 7.5 7.33 7 7 7 7.00 7 7 7 7.00 7 7 7 7.00
12 11/3/2009 7 7 7 7.00 7 6.5 7 6.83 7 7 7 7.00 7 7 7 7.00
13 12/3/2009 7.2 7 7 7.07 7 7 7 7.00 7 7 7.2 7.07 7 7 7 7.00
14 13/3/2009 7 7 6.5 6.83 7 7.5 7 7.17 6 6 6 6.00 6 6.5 6.6 6.37
15 14/3/2009 7 6.5 7 6.83 7 7.5 7.5 7.33 6.5 6 6.5 6.33 5 5 5.5 5.17
16 15/3/2009 6.5 6 6 6.17 6 6 6 6.00 7 7 7 7.00 5.5 5 5 5.17
17 16/3/2009 7 6.5 6 6.50 7 7 7 7.00 7 7 7 7.00 7 7 6.5 6.83
18 17/3/2009 7 7 7.5 7.17 7 7 7 7.00 7 7 7 7.00 7 7 7 7.00
19 18/3/2009 7 7.5 7.5 7.33 7 7 7 7.00 7 7 7 7.00 7 7 7 7.00
20 19/3/2009 7 7.5 7 7.17 7 6.5 7 6.83 7 7 7 7.00 7 7 7 7.00
21 20/3/2009 7 7 7 7.00 7 7 6.5 6.83 7 6.5 7 7.00 7 7 8 7.33
pH
Perlakuan
Hari
Tanggal Kontrol A1 A2 A3
Ke- Rata2 Rata2 Rata2
I II III I II III Rata2 I II III I II III
22 21/3/2009 5 6 7 6.00 6 6 7 6.33 6 6 7 7.00 6 5 6 5.67
23 22/3/2009 7 7 7 7.00 7 7 7.5 7.17 6 7 7 6.83 7 7 8 7.33
24 23/3/2009 7.5 7.5 7 7.33 7 7.5 7 7.17 7 7 7 6.33 7 7 7 7.00
25 24/3/2009 7 7 7 7 7 7.5 7.5 7.33 7 7 7 6.67 7 7 7 7.00
26 25/3/2009 7 8 7.5 7.50 7.5 7.5 7.5 7.50 7 6.5 7.5 7.00 6.5 7 7 6.83
27 26/3/2009 7 7 7 7.00 7 7 7 7.00 7 7 7 7.00 7 7 7 7.00
28 27/3/2009 7 7 7.5 7.17 7 6 6 6.33 6.5 6.5 6 7.00 6.5 6.5 6 6.33
29 28/3/2009 7.5 7.5 7.5 7.50 7 6.5 6 6.50 6 5.5 6.5 7.00 6.5 7 7 6.83
30 29/3/2009 7.5 7.5 7.5 7.50 6.5 7 6.5 6.67 6.5 6 7 6.33 7 7 7 7.00
Lampiran 3
Tabel Hasil Pengamatan Suhu
Suhu (oC)
Perlakuan
Hari
Tanggal Kontrol A1 A2 A3
Ke- Rata2 Rata2 Rata2 Rata2
I II III I II III I II III I II III
1 28/2/2009 29 28 28 28.33 29 28 28 28.33 29 29 30 29.33 28 28 29 28.33
2 1/3/2009 28 29 28 28.33 29 28 28 28.33 29 29 29 29.00 30 28 29 29.00
3 2/3/2009 28 28 28 28.00 30 30 28 29.33 28 29 29 28.67 29 30 29 29.33
4 3/3/2009 29 30 30 29.67 29 30 29 29.33 30 29 30 29.67 29 29 29 29.00
5 4/3/2009 30 29 30 29.67 30 30 28 29.33 30 29 30 29.67 28 29 29 28.67
6 5/3/2009 29 28 29 28.67 29 28 29 28.67 28 28 29 28.33 29 28 28 28.33
7 6/3/2009 28 28 28 28.00 30 28 29 29.00 29 29 29 29.00 29 29 29 29.00
8 7/3/2009 28 28 29 28.33 28 29 29 28.67 29 28 27 28.00 28 28 28 28.00
9 8/3/2009 28 28 28 28.00 28 28 28 28.00 28 29 29 28.67 28 28 28 28.00
10 9/3/2009 29 29 29 29.00 29 29 29.5 29.17 29 28 29 28.67 28 29 28 28.33
11 10/3/2009 26 27 27 26.67 27 27 27 27.00 27 27 27 27.00 27 27 27 27.00
12 11/3/2009 27 26 27 26.67 26 26 26 26.00 26 25 27 26.00 26 26 26 26.00
13 12/3/2009 27 27 27 27.00 27 27 26.5 26.83 27 26.5 26.5 26.67 27 26.5 26.5 26.67
14 13/3/2009 27 27.5 27.5 27.33 27 27 27 27.00 27 27 26 26.67 27 27 27 27.00
15 14/3/2009 27 27 27 27.00 27 27 27 27.00 27 27 27 27.00 27 27 27 27.00
16 15/3/2009 27 27 27 27.00 26.5 26.5 26.5 27.00 26 26.5 26.5 26.33 26.5 26.5 26.5 26.50
17 16/3/2009 26.5 26.5 26.5 26.50 26.5 27 26.5 27.00 27 27 27 27.00 27 28 28.5 27.83
18 17/3/2009 27 27.5 27.5 27.33 27 27 27 27.00 27.5 27 27 27.17 27 27.5 27.5 27.33
19 18/3/2009 27 27.5 27.5 27.33 28 27 27.5 27.00 28.5 28.5 29 27.17 27.5 28 28 27.83
20 19/3/2009 27.5 28 28 27.83 27.5 27.5 26 27.00 26.5 27 27.5 27.17 27 27.5 27.5 27.33
21 20/3/2009 27.5 27 27 27.17 27.5 27 27 27.00 27.5 28 27.5 27.17 27.5 28 28 27.83
Suhu (oC)
Perlakuan
Hari
Tanggal Kontrol A1 A2 A3
Ke- Rata2 Rata2 Rata2 Rata2
I II III I II III I II III I II III
22 21/3/2009 28 28 27 27.67 28 27 27.5 27.00 28 26 27 27.17 27 27.5 27 27.17
23 22/3/2009 28 28 28 28.00 28 28 28 27.00 28 27.5 27 27.17 28 27.5 27.5 27.67
24 23/3/2009 27 28 27.5 27.50 27.5 27 27.5 27.00 27.5 28 28 27.17 28 28 28 28.00
25 24/3/2009 27 27.5 27.5 27.33 27.5 27 27.5 27.00 28 27.5 28 27.17 28 28 28 28.00
26 25/3/2009 27 27 28 27.33 27.5 27 27 27.00 27 27.5 27 27.17 27 27 27 27.00
27 26/3/2009 27 27 27.5 27.33 27 27 27.5 27.00 27 27 27.5 27.17 27 27 27 27.00
28 27/3/2009 27 27 27.5 27.33 27 27.5 27 27.00 27.5 27.5 27 27.17 27 27 27.5 27.17
29 28/3/2009 27 27 27 27.33 27 27 27 27.00 27 27 27 27.17 27 27 27 27.00
30 29/3/2009 27 27 27 27.33 27 27 27.5 27.00 27.5 27.5 27 27.17 27 27 27 27.00
67
Lampiran 2
Hipotesis :
• Pengaruh Utama
H0 : (perlakuan tidak berpengaruh terhadap respon yang diamati )
H1 : perlakuan berpengaruh nyata terhadap respon yang diamati
1. Volume Gas
Perlak 4 A1 A2 A3 kontrol
2. PH
Perlak 4 A1 A2 A3 kontrol
Number of Means 2 3 4
A 6.3360 3 kontrol
B A 6.1981 3 A2
B 6.0730 3 A3
B 5.9556 3 A1
Group B Group A
3. Suhu
Perlak 4 A1 A2 A3 kontrol
Uji Duncan
Note: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the
experimentwise error rate.
Alpha 0.05
Number of Means 2 3 4
A 28.1333 3 A1
B A 27.9352 3 A2
B 27.8254 3 A3
B 27.7733 3 kontrol
Group A Group B