Professional Documents
Culture Documents
DASAR TEORI
Secara umum air di bumi ini mempunyai volume yang tetap, tetapi berubah
wujudnya sesuai dengan kondisi lingkungan keberadaannya membentuk suatu
siklus yang dikenal dengan siklus hidrologi (Gambar 3.1)
Siklus hidrologi di bumi dimulai dari air laut yang mengalami penguapan
(evaporasi) membentuk uap-uap air. Hal ini disebabkan karena energi panas
matahari. Uap-uap air ini terangkat ke atmosfer yang kemudian mengalami
kondensasi. Uap-uap air ini dibawa ke daratan oleh massa udara yang bergerak.
Setelah itu uap-uap air akan mengalami presipitasi. Presipitasi dapat berupa hujan
jika suhu kondensasi uap hanya mencapai wujud cair, maupun wujud salju jika
suhu mencapai di bawah titik beku.
Air hujan maupun salju akan memulai siklus baru jika sudah mencapai
daratan dalam bentuk aliran di permukaan bumi (run off), maupun melalui media
seperti vegetasi yang menahan butiran air. Air akan mengalir dari tempat yang
lebih tinggi menuju ke tempat yang lebih rendah, dan akhirnya akan kembali ke
lautan. Selain air yang mengalir di permukaan, juga ada air yang meresap ke
dalam tanah melalui rongga - rongga antar butir tanah (infiltrasi).
27
Pada kedalaman tertentu dan zona tertentu air akan mengalami
kejenuhan, dimana air ini akan tertampung. Batas zona jenuh air ini disebut
muka air tanah. Air tanah ini akan mengalir sebagai aliran air tanah, muncul
ke permukaan bumi sebagai mata air (spring) atau sebagai rembesan ke danau
waduk dan air laut. Siklus air ini akan terus berlangsung sepanjang waktu,
yang mengakibatkan volume air di bumi ini relative tetap.
Hujan merupakan suatu siklus hidrologi yang terjadi tidak merata disemua
tempat, ada tempat yang mempunyai curah hujan yang tinggi dan ada tempat
yang mempunyai curah hujan yang rendah. Tinggi rendahnya curah hujan tersebut
disebabkan oleh letak suatu daerah dan iklim setempat, serta kebasahan udara
(uap). Pada umumnya di lereng gunung curah hujan lebih besar dibandingkan di
daratan (Soetedjo,1970).
Terjadinya hujan disebabkan penguapan air, terutama air dari permukaan
laut yang naik ke atmosfer, mendingin dan kemudian menyuling dan jatuh
sebagian di atas laut dan sebagian di atas daratan,sebagian meresap ke dalam
tanah (infiltrasi),sebagian ditahan tumbuhan - tumbuhan (intersepsi), sebagian
menguap kembali (evaporasi) dan sebagian menjadi lembab. Air yang meresap ke
dalam tanah sebagian menguap melalui pori-pori di dalam tanah
(eveprotranspirasi). Air hujan yang ditahan tumbuh – tumbuhan dan transpirasi
tidak ikut menjadi aliran air ke sungai.
28
3.2.2. Air Tanah
Air tanah merupakan bagian dari air di bumi yang berasal dari air hujan.
Air hujan yang jatuh di permukaan tanah meresap ke dalam tanah kemudian
terkumpul pada suatu lapisan batuan yang tidak tembus atau kedap air
(impermeable). Air tanah merupakan air tawar yang banyak digunakan untuk
memenuhi kebutuhan hidup.
Jumlah air hujan yang meresap ke dalam tanah dan menjadi air tanah
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu jumlah hujan, intensitas curah hujan,
pori-pori batuan (porositas), kekedapan batuan terhadap air (permeabilitas),
kemiringan lereng, penutupan permukaan lahan.
29
yang terdapat dan mengalir di bawah permukaan tanah. Jenis air ini meliputi air
tanah.
Penanganan masalah air dalam suatu tambang terbuka dapat dibedakan
menjadi dua yaitu :
1. Mine Drainage
a. Metode siemens
Pada tiap jenjang dari kegiatan penambangan dibuat lubang bor kemudian
ke datam lubang bor dimaksukkan pipa dan disetiap bawah pipa tersebut diberi
lubang-lubang. Bagian ujung ini masuk ke dalam lapisan akuifer, sehingga air
tanah terkumpul pada bagian ini dan selanjutnya dipompa ke atas dan dibuang
ke luar daerah penambangan.
30
b. Metode Pemompaan Dalam (Deep Well Pump)
31
d. Small Pipe With Vacuum Pump
Cara ini diterapkan pada lapisan batuan yang impermeable (jumlah air
sedikit) dengan membuat lubang bor. Kemudian di masukkan pipa yang ujung
bawahnya diberi lubang-lubang. Antara pipa isap dengan dinding lubang bor
diberi kerikil-kerikil kasar (berfungsi sebagai penyaring kotoran) dengan diameter
kerikil lebih besar dari diameter lubang. Di bagian atas antara pipa dan lubang bor
di sumbat supaya saat ada isapan pompa, rongga antara pipa lubang bor kedap
udara sehingga air akan terserap ke dalam lubang bor.
e. Metode Pemotongan Air Tanah
Metode ini biasanya digunakan untuk mengamati kondisi air tanah,dimana
lapisan tanah yang digali samapai sebatas akuifer, dengan terpotongnya aliran air
tanah maka daerah hilir akan menjadi kering. Lubang galian ditimbun kembali
dengan material yang kedap air atau dengan cara disemen.
f. Metode Kombinasi Dengan Lubang Bukaan Bawah Tanah
Dilakukan dengan membuat lubang bukaan mendatar didalam tanah guna
menampung aliran air dari permukaan. Beberapa lubang sumur dibuat
menyalurkan air permukaan kedala terowongan bawah tanah tersebut. Cara ini
cukup efektif karena air mengalir sendiri akibat Pengaruh gravitasi sehingga tidak
memerlukan pompa.
32
2. Mine Dewatering
Sistem ini dilakukan dengan cara air yang masuk kedalam tambang
dikumpulkan ke suatu sumuran (sump) yang dibuat didasar tambang kemudian
dari sumuran tersebut dipompa dan dialirkan dengan pipa untuk dikeluarkan dari
tambang. Sistem ini pada umumnya banyak digunakan pada tambang terbuka.
b. Sistem Paritan
Penyaliran dengan cara paritan ini merupakan cara yang paling mudah,
yaitu dengan pernbuatan paritan (saluran) pada lokasi penambangan. Pembuatan
parit ini bertujuan untuk menampung air limpasan yang menuju lokasi
penambangan. Air limpasan akan masuk ke saluran—saluran yang kemudian di
alirkan ke suatu kolam penampung atau di buang langsung ke tempat
pembuangan dengan memanfaatkan gaya gravitasi.
33
c. Sistem Adit
Cata ini biasanya digunakan untuk pembuangan air pada tambang terbuka
yang mempunyai banyak jenjang. Saluran horisontal yang di buat dari tempat
kerja menembus ke shafi yang di buat disisi bukit untuk pembuangan air yang
masuk ke dalam tempat kerja. Pembuangan dengan sistem ini biasanya mahal,
disebabkan oleh biaya pembuatan saluran horisontal tersebut dan shaft.
34
Curah hujan adalah jumlah atau volume air hujan yang jatuh pada satu
satuan luas, dinyatakan dalam satuan 1 mm. Satuan ini mempunyai arti yaitu pada
setiap luasan 1 m2, air hujan yang jatuh adalah 1 liter. Pengamatan curah hujan
dilakukan oleh alat penakar hujan.
Pengolahan data curah hujan dimaksudkan untuk mendapat data curah
hujan yang siap pakai untuk suatu perencanaan sistem penyaliran tambang.
Pengolahan data curah hujan ini dapat menggunakan metode Gumbel, yaitu
suatu metode yang didasarkan atas distribusi normal.
Keterangan :
35
2. Standar deviasi nilai curah hujan
2
S= ( x x ) .................................................................................(3.3)
n 1
Dimana :
X = jumlah nilai x
X = jumlah rata – rata
n = jumlah data
3. Standar deviasi dari reduksi varian
( yn Yn) 2
Sn = ...........................................................................(3.4)
n 1
Dimana :
Yn = jumlah nilai Y
Yn = jumlah rata-rata
n = jumlah data
4. Nilai reduksi varian dari variabel yang diharapkan terjadi pada PUH
Keterangan :
5. Nilai reduksi varian dari variabel yang diharapkan terjadi pada PUH
Keterangan :
n = jumlah sampel
m = urut sampel (1,2,3,…
6. Penentuan curah hujan rencana dengan distribusi Gummbel
Xt = X + k.s………………………………………………………….(3.7)
Keterangan :
Xt= Hujan harain rencana maksimum (mm/hari)\
X= Curah hujan rata-rata
K= reduced variate factor
S= standar devisiasi
7. K = (Yr – Yn)/Sn………………………………………………….…(3.8)
K = Reduced variate factor
Yr = Reduced variate
Yn = Resduced Mean
Sn = Reduced standart deviation
36
Perumusan metode Gummbel di atas, hanya harga curah hujan rata-rata
dan standar deviasi nilai curah hujan yang diperoleh dari hasil pengolahan data.
Sedangkan harga-harga selain itu diperoleh dari tabel tetapan dalam
hubungannya dengan jumlah data dan periode ulang hujan.
Rh = 1 – (1 – 1/Pu)ᵀᴸ................................................................................. (3.9)
Keterangan :
Rh= Resiko hidrologi (kemungkinan suatu kejadian akan terjadi minimal satu
kali pada periode ulang tertentu)
Pu= Periode Ulang hujan (dalam rancangan ini digunakan periode ulang
tahunan)
TL= Umur tambang (tahun).
Tabel 3.1
Periode Ulang Untuk Sarana Penyaliran Pada Daerah Tambang
37
2 Sarana tambang 2–5
4 Sumuran utama 10 – 15
Intensitas curah hujan adalah jumlah curah hujan per satuan waktu yang
relative singkat. Intensitas curah hujan biasanya dinotasikan dengan huruf “I”
dengan satuan mm/jam, mm/menit, atau mm/jam yang berarti besarnya curah
hujan dalam waktu satu jam, menit, detik adalah sekian mm.
Tabel 3.2
Keadaan Intensitas Curah Hujan
Curah hujan (mm)
Keadaan curah
Kondisi
hujan 1 jam 24 jam
38
terdengar
dari genangan
Hujan seperti
Hujan sangat lebat > 20 > 100
ditumpahkan
I= ..................................................................................(3.10)
Keterangan :
I = intensitas curah hujan (mm/jam)
t = waktu konsentrasi hujan (jam)
R24 = Curah hujam maksimum (mm)
Daerah tangkapan hujan adalah luas permukaan yang apabila terjadi hujan,
maka air hujan tersebut akan mengalir ke daerah yang lebih rendah menuju ke titik
pengaliran. Air yang jatuh kepermukaan sebagian meresap kedalam tanah,
sebagian ditahan oleh tumbuhan dan sebagian lagi akan mengisi sungai, paritan,
39
permukaan bumi, kemudian mengalir ketempat yang lebih rendah. Semua air yang
mengalir dipermukaan belum tentu menjadi sumber air dari suatu sistem
penyaliran. Kondisi ini tergantung dari daerah tangkapan hujan dan dipengaruhi
oleh beberapa faktor, antara lain kondisi topografi, rapat tidaknya vegetasi dll.
Daerah tangkapan hujan merupakan suatu daerah yang dapat mengakibatkan air
limpasan permukaan mengalir kesuatu tempat (daerah penambangan) yang lebih
rendah. Penentuan luas daerah tangkapan hujan berdasarkan peta topografi daerah
yang akan diteliti.
Daerah tangkapan hujan ini dibatasi oleh pegunungan dan bukit-bukit yang
diperkirakan akan mengumpulkan air hujan sementara. Setelah daerah tangkapan
hujan ditentukan, maka diukur luasnya pada peta kontur, yaitu dengan menarik
hubungan dari titik-titik yang tertinggi disekeliling tambang membentuk poligon
tertutup, dengan melihat kemungkinan arah mengalirnya air, maka luas dihitung
dengan menggunakan komputer (misal : Program Autocad, Minescape).
Air limpasan adalah bagian dari curah hujan yang mengalir di atas
permukaan tanah menuju sungai, danau atau laut. Aliran itu terjadi karena curah
hujan yang mencapai permukaan bumi tidak dapat terinfiltrasi, baik yang
disebabkan karena intensitas curah hujan atau faktor lain misalnya kelerengan,
bentuk dan kekompakan permukaan tanah serta vegetasi. Faktor-faktor Yang
berpengaruh antara Iain :
40
1. Perkiran Debit Air Limpasan
Untuk memperkirakan debit air limpasan maksimal digunakan rumus
rasional yaitu:
Tabel 3.3
Harga Koefisien Limapasan
41
Vegetasi 0.6
Tanah Gundul 0.7
Curam Kemiringan > 15% Hutan 0.6
Pemukiman 0.7
Vegetasi 0.8
Tanah gundul, penambangan 0.9
Sumber : Rudy Sayoga,1999
Beberapa faktor-faktor yang harus diperhatikan adalah Kerapatan
vegetasi. Daerah dengan vegetasi yang rapat, akan memberikan nilai C
yang kecil, karena air hujan yang masuk tidak dapat langsung mengenai
tanah, melainkan akan tertahan oleh tumbuh-tumbuhan, sedangkan tanah
yang gundul akan memberi nilai C yang besar.
5. Evaprotranspirasi
ET= ........................................................................(3.14)
Keterangan :
ET = Evaprotranspirasi
P = Curah Hujan Tahunan Rata – rata
T = Temperatur rata – rata (ºC)
6. Infiltrasi
Nilai Infiltrasi dapat dihitung dengan rumus
F= x (k)
Keterangan :
F= Laju Infiltrasi
I= intensitas
A= Luas daerah tanmgkapan hujan
k= Konstanta (permebiabiltas)
Tabel 3.4
Laju infiltrasi tipikal kelompok tanah setelah 1 jam
42
Rendah (banyak lempung, geluh lempung
0,25 – 2,50
Keterangan :
= 0,27 x C x I x A
43
3.6.1. Pompa
Pompa merupakan alat angkut yang berfungsi memindahkan zat cair dari
suatu tempat ke tempat lain. Dalam sistem penyaliran tambang, pompa befungsi
untuk mengeluarkan air dari tambang. Jenis pompa yang banyak digunakan dalam
kegiatan penyaliran tambang adalah pompa sentrifugal. Pompa sentrifugal bekerja
berdasarkan putaran impeller di dalam pompa. Air yang masuk akan diputar oleh
impeller dan selanjutnya dilemparkan ke arah lubang keluar pompa. Pompa jenis
ini banyak dipakai ditambang karena mampu mengalirkan lumpur, kapasitasnya
besar, dan perawatannya mudah.
1. Centrifugal pump
Pompa ini bekerja berdasarkan putaran impeller di dalam pompa. Air yang
masuk akan diputar oleh impeller, akibat gaya sentrifugal yang terjadi air akan
dilemparkan dengan kuat ke arah lubang pengeluaran pompa. Pompa jenis ini
banyak digunakan ditambang, karena dapat melayani air berlumpur, kapasitasnya
besar dan perawatannya lebih mudah.
2. Axial pump
Pada pompa aksial, zat cair mengalir pada arah axial (sejajar poros) melalui
kipas. Umumnya bentuk kipas menyerupai baling baling kapal. Pompa ini dapat
berpotensi secara vertikal maupun horizontal. Jenis pompa ini digunakan untuk
julang yang rendah.
3. Reciprocating pump
44
Bekerja berdasarkan torak maju mundur secara horizontal di dalam silinder.
Keuntungan jenis ini adalah efisien untuk kapasitas kecil dan umumnya dapat
mengatasi kebutuhan energi (julang) yang tinggi. Kerugiannya adalah beban yang
berat serta perlu perawatan yang teliti. Pompa jenis ini kurang sesuai untuk air
berlumpur karena katup pompa akan cepat rusak. Oleh karena itu jenis pompa ini
kurang sesuai untuk digunakan di tambang.
a. Hubungan Paralel
Pada hubungan paralel beberapa buah pompa berada pada tempat yang
sama tetapi tidak saling terhubungkan. Hubungan paralel pompa dapat
terdiri dari beberapa pompa yang sejenis maupun tidak sejenis. Tujuan
pemasangan pompa secara paralel adalah untuk memperoleh jumlah
aliran volume pemompaan (debit) yang lebih besar. Karena pada
hubungan paralel terjadi penjumlahan aliran volume (debit) dengan
tinggi pemompaan (head) yang sama besar.
b. Hungan Seri
Pada hubungan seri, setelah zar cair melalui sebuah pompa, zat cair
tersebut akan dibawa ke pompa berikutnya. Pemasangan pompa dapat
dilakukan dengan menggunakan beberapa pompa yang sejenis atau
pompa yang berbeda. Dalam pemasangan secara seri terjadi
penjumlahan tinggi naik (head) pada aliran volume atau debit
pemompaan yang sama.
3.6.2 Pipa
Pipa adalah saluran tertutup yang digunakan untuk mengalirkan
fluida. Pipa untuk keperluan pemompaan biasanya terbuat dari baja,
tetapi untuk tambang yang tidak terlalu dalam dapat mengunakan pipa
HDPE (High Density Polyethylene). Pada dasarnya bahan apapun yang
45
digunakan harus memperhatikan kemampuan pipa untuk menekan
cairan di dalamnya.
H = Hs + Hv + hf + Hfs......................................................................... (3.20)
Keterangan :
hfs= head untuk mengatasi berbagai hambatan pada pompa dan pipa (m), meliputi
head gesekan pipa, serta head belokan dll
Sistem perpipaan akan sangat berhubungan erat dengan daya serta head
pompa yang dibutuhkan. Hal ini terjadi karena sistem perpipaan tidak akan
terlepas dari adanya gaya gesekan pada pipa, belokan, pencabangan, bentuk katup,
serta perlengkapan pipa lainnya. Hal ini akan menyebabkan terjadinya kehilangan
energi sehinga turunnya tekanan di dalam pipa. Kerugian head yang terjadi pada
sistem perpipaan adalah :
46
h2 = Elevasi sisi keluar (m)
2. Velocity head (hv)
hv = ...........................................................................................(3.22)
keterangan :
3. Head Loss terdiri dari fraction loss (Hf) dan Shock Loss (Ffs).
Hf= x (L +Le)....................................................(3.23)
Keterangan :
Tabel 3.5
Kondisi Pipa dan harga C
Jenis Pipa C
47
Pipa Baja Berkeling Lama 95
4 Belokan 40° 20 D
5 Belokan 50° 32 D
6 pipa U 75 D
7 pipa T 60 D
8 pipa Y 500 D
9 Flowmeter 300 D
10 katup sorong 7D
Hfs = f ( )...............................................................................................(3.24)
Keterangan :
48
g = kecepatan gravitasi bumi (9,8m/detik2)
f = Koefisien kerugian pada katup (tabel)
Tabel 3.7
Koefisien Kerugian dari Berbagai Katup
DIAMETER(mm)
JENIS
KATUP
40 90 100
100 1,5 200 250 300 0 500 600 700 800 0 0
Katup 0,1
sorong 0,14 2
Katup kupu
- kupu 0,6-0,16(bervariasi menurut kontruksi dan diameter)
Katup Putar 0,09- 0,026 (bervariasi menurut diameter)
Katup
cegah jenis 1,1 0,9 0,9 0,9 0,9
ayun 1,2 5 1,1 1 8 8 4 2 0,9 0,88
Katup
cegah cepat
jenis 1,1
tekanan 1,2 5 1,1 1 0,9 0,8 0,7 0,6 0,5 0,4
Katup
cegah jenis
angkat 1,3 1,3
bebas 1,44 9 4 1,3 1,2
Katup
cegah cepat
jenis pegas 7,3 6,6 5,9 5,3 4,6
Katup
kepak 0,5
Katup Isap 1,9 1,8 1,7 1,7
saringan 1,97 1 4 8 2
Katup pintu 0,4
Reducer 0,03
Sumber : Sularso dan Tahara,1991
49
Dalam merancang saluran terbuka terdapat beberapa macam bentuk atau
dimensi saluran terbuka seperti segitiga, trapesium, segiempat tergantung dalam
pembuatan atau penggalian saluran terbuka dan juga bahan dasar pembuatan
saluran terbuka sehingga air yang dialirkan dapat mengalir dengan lancar dan
mengurangi hambatan atau tanpa adanya hambatan.
Berikut adalah bentuk penampang penyaliran diantaranya bentuk segiempat,
trapesium dan bentuk segitiga (gambar 3.)
d
Jari-jari hidrolis (R) R .....................................................(3.30)
2 2
50
kedalaman penampang aliran (d), lebar dasar saluran (b), penampang sisi saluran
dari dasar kepermukaan (a), lebar permukaan saluran (B), dan kemiringan dinding
saluran (m), mempunyai hubungan yang dapat dinyatakan sebagai berikut :
A = b . d + m . d2................................................................................(8.32)
R = 0,5 . d............................................................................................(8.33)
B = b + 2m . d………………………………………………………(8.34)
b/d = 2 {(1 + m2)0,5 - m) .....................................................................(3.35)
a = d/sinα ..........................................................................................(3.36)
= 1/ tg 600
= 0,58
b = 1,15 d
51
Kemiringan dinding saluran tergantung pada macam material atau bahan
yang membentuk tubuh saluran. Kemiringan dinding saluran yang sesuai dengan
bahan yang membentuk tubuh saluran. Sedangkan kemiringan dasar saluran,
ditentukan dengan pertimbangan bahwa, suatu aliran dapat memgalir secara
alamiah tanpa terjadi pengendapan lumpur pada dasar saluran, dimana menurut
Pfleider (1968) kemiringan antara 0,25 – 0,5 % sudah cukup untuk mencegah
adanya pengendapan lumpur berupa adanya pengendalian. Dalam hal ini maka
harga S = (0,25 %).
Keterangan :
Q = debit pengaliran maksimum (m3/detik)
A = luas penampang (m2)
S = kemiringan dasar saluran (%)
R = jari-jari hidrolis (meter)
n = koefisien kekerasan dinding saluran menurut Manning
Tabel 3.8
Koefesien Kekerasan Dinding Saluran Menurut Manning
Tipe dinding saluran N
Semen 0,010 – 0,014
Beton 0,011 – 0,016
Bata 0,012 – 0,020
Besi 0,013 – 0,017
Tanah 0,020 – 0,030
Gravel 0,022 – 0,035
Tanah yang ditanam 0,025 – 0,040
52
Sumber : Rudy S. Gautama, 1999
1. Zona masukan
Adalah tempat masuknya aliran air berlumpur kedalam kolam
pengendapan dengan anggapan campuran antara padatan dan cairan
terdistribusi secara merata.
2. Zona Pengendapan
53
Tempat dimana partikel akan mengendap, material padatan disini akan
mengalami proses pengendapan disepanjang saluran masing-masing ceck dam.
3. Zona Endapan Lumpur
Tempat dimana partikel padatan dalam cairan mengalami sedimentasi dan
terkumpul pada bagian bawah saluran pengendap.
4. Zona Keluaran
Tempat keluarnya buangan cairan yangt relatif bersih, zone ini terletak
pada akhir saluran.
54
Sumber: Currie, John M., 1973,
Gambar 3.11.Aliran Air di Kolam Pengendapan
Keterangan :
b = Lebar kolam pengendapan (m)
Vh = Kecepatan mendatar partikel (m/s)
Vt = Kecepatan pengendapan (m/s)
H = Kedalaman kolam pengendapan (m)
P = Panjang kolam pengendapan (m)
tv = .................................................................................... (3.38)
Keterangan:
tv = Waktu pengendapan partikel (menit)
v = Kecepatan pengendapan partikel (m/detik)
h = Kedalaman kolam pengendapan (m)
Keterangan:
A = Luas permukaan kolam pengendapan (m2)
t = Panjang atas kolam pengendapan (m)
L = Lebar kolam pengendapan (m)
Jika :
Qtotal
Vh …..........…………...............……………………(3.40)
A
Keterangan :
Vh = Kecepatan mendatar partikel (m/detik)
Qtotal = Debit aliran yang masuk ke kolam pengendapan ( m3/detik)
A = Luas permukaan kolam pengendapan (m2)
55
Waktu yang dibutuhkan partikel untuk keluar dari kolam pengendapan:
th = P/Vh (detik)………...………................….…………(8.34)
Keterangan :
th = Waktu yang dibutuhkan partikel keluar dari kolam pengendapan (detik)
P = Panjang kolam pengendapan (m)
Vh = Kecepatan mendatar partikel (m/detik)
Keterangan :
V = Kecepatan pengendapan partikel (m/detik)
g = Percepatan gravitasi (m/detik2)
p = Berat jenis partikel padatan
a = Berat jenis air (kg/m3)
= Kekentalan dinamik air (kg/mdetik)
D = Diameter partikel padatan (m)
............(8.36)
3 xFgxa
Keterangan :
V = Kecepatan pengendapan partikel (m/detik)
g = Percepatan gravitasi (m/detik2)
p = Berat jenis partikel padatan
a = Berat jenis air (kg/m3)
D = Diameter partikel padatan (m)
56
Fg = Nilai koefisien tahanan
% Pengendapan= x 100%..............................................(8.41)
57