You are on page 1of 11

ARTIKEL ILMIAH

HUBUNGAN PENERAPAN TOILET TRAINING DENGAN KEJADIAN


ENURESIS PADA BALITA UMUR 1 - 3 TAHUN DI POSYANDU
KELURAHAN KOTA DEPOK
TAHUN 2017

OLEH :

FARASI CHAILANI
08160100094

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU
JAKARTA
2017
Penerapan Toilet Training dengan Kejadian Enuresis
Pada Balita Umur 1 - 3 Tahun

Farasi Chailani 1, Hari Ghanesia Istiani 2


1,2
Program Studi Ilmu Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju
Jln. Harapan No 50, Lenteng Agung – Jakarta Selatan 12610
Telp : (021) 78894045 Email: 1rara.farasi@yahoo.com

Abstrak

Salah satu stimulus yang penting dilakukan oleh orangtua adalah melakukan kemandirian terhadap anak melalui
pelatihan buang air besar dan kecil melalui toilet training. Tujuan penelitian ini untuk untuk mengetahui hubungan
penerapan toilet training dengan kejadian enuresis pada balita umur 1-3 tahun di Posyandu Kelurahan KOTA
DEPOK Tahun 2017. Penelitian ini menggunakan metode cross sectional. Populasi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah seluruh balita umur 1-3 tahun yang berada di posyandu kelurahan KOTA DEPOK sebanyak
41 balita. Sampel penelitian ini adalah orangtua yang memiliki balita umur 1-3 tahun sebanyak 41 orang. Analisa
univariate pada penelitian ini yaitu distribusi frekuensi responden usia ibu, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, usia
anak dan jenis kelamin anak. Hasil penelitian ini adalah penerapan toilet training pada balita umur 1-3 tahun
tergolong baik (66%) dan kejadian enuresis lebih banyak yang tidak mengompol (76%). Ada hubungan yang
signifikan antara penerapan toilet training dengan kejadian enuresis pada balita umur 1-3 tahun di Posyandu
Kelurahan KOTA DEPOK dengan Pvalue 0.017. Saran penelitian perlunya skrining lebih lanjut tentang anak-
anak yang masih mengompol dan memberikan pelayanan kesehatan seperti konseling kepada ibu-ibu yang
memiliki anak usia prasekolah sehingga kebiasaan mengompol anak usia prasekolah dapat menurun.

Kata kunci : Enuresis, Toilet training

Abstract

One of the important stimuli done by parents is to independence for children through training in toilet and toilet
training. The purpose of this research is to find out the relationship of toilet training implementation with enuresis
incidence in children aged 1-3 years in Posyandu Kelurahan KOTA DEPOK Year 2017. This research use cross
sectional method. The sample of this research is parents who have 1-3 years old as many as 41 people. Univariate
analysis in this research is the frequency of mother's age, education, occupation, child age and gender of child
The result of this research is the application of toilet training for children aged 1-3 years is good (66%) and more
enuresis incidence is not wet (76%). There is a significant relationship between the implementation of toilet
training with the incidence of enuresis in children aged 1-3 years in Posyandu Kelurahan Tirtajaya Depok with
Pvalue 0.017. Research suggestions need further screening of children who are still incontinent and provide health
services such as counseling to mothers with preschoolers so that the habit of wetting the preschool children may
decline.

Keywords : Enuresis, Toilet training

1
2

Pendahuluan mengalami keterlambatan pada toilet training


jika dibandingkan anak yang tidak memakai
Anak adalah seorang yang berusia
diapers ketika berhadapan pada tuntutan
kurang dari delapan belas tahun dalam masa
lingkungan yang mengharuskan anak untuk
tumbuh kembang dengan kebutuhan khusus
mampu mengeluarkan sisa makanan dan
baik kebutuhan fisik, psikologis, sosial, dan
minuman di tempat yang semestinya yaitu
spiritual. Anak merupakan individu yang
toilet. Keterlambatan anak-anak yang memakai
berada dalam satu rentang perubahan
diapers tersebut dinamakan dengan hambatan
perkembangan yang dimulai dari bayi hingga
yang dampaknya akan panjang hingga anak
remaja. Anak adalah individu yang berusia 0-18
dewasa apabila tidak segera ditangani.
tahun dipandang sebagai individu yang unik,
Kebiasaan memakai diapers pada anak usia
yang punya potensi untuk tumbuh dan
toddler, akan memberikan rasa nyaman anak
berkembang.1
dengan diapersnya, sehingga anak akan
Anak usia toddler (1-3 tahun) merupakan kehilangan masa toilet trainingnya, dan ini
periode kritis dengan plastisitas yang tinggi membawa dampak pada lingkungan, anak akan
dalam proses tumbuh kembang. Usia 1-3 tahun tidak percaya pada lingkungan karena
disebut juga golden periode yang mana ketidakberhasilannya dalam melakukan toilet
pertumbuhan sel otak cepat dalam waktu training. 2
singkat dan peka terhadap stimulasi.
Dampak orang tua yang tidak atau gagal
Pengalaman fleksibel mengambil alih fungsi sel
dalam menerapkan toilet training pada anak
sekitarnya dengan membentuk sinap-sinap serta
diantaranya anak akan keras kepala bahkan
sangat mempengaruhi periode tumbuh
kikir. Selain itu anak tidak mandiri dan masih
kembang selanjutnya. Anak pada usia ini harus
membawa kebiasaan mengompol sampai besar.
mendapat perhatian serius, tidak hanya nutrisi
Bila orang tua santai dalam memberikan aturan
yang memadai, tetapi juga memperhatikan
dalam toilet training anak akan mengalami
intervensi stimulus dini untuk membantu anak
kepribadian ekspresif dimana anak lebih tega,
meningkatkan potensi dengan memperoleh
cenderung ceroboh, suka membuat gara-gara,
pengalaman yang sesuai perkembangan.2
emosional dan seenaknya dalam kehidupan
Salah satu tugas mayor orang tua pada sehari-hari. 2
masa toddler adalah toilet training. Kontrol
Enuresis atau mengompol adalah
sfingter ani dan uretra terkadang dicapai pada
keluarnya urin yang disengaja atau tidak
anak usia berjalan, mungkin antara 18 dan 24
disengaja di tempat tidur (biasanya di malam
bulan, namun, diperlukan faktor psikofisiologis
hari) atau pada pakaian di siang hari dan terjadi
kompleks untuk kesiapan. Biasanya, kesiapan
pada anak-anak yang usianya secara normal
psikologis dan fisiologis anak belum tercapai
telah memiliki kendali terhadap kandung kemih
pada usia 18 sampai 24 bulan, oleh karena itu
secara sadar.3 Mengompol ini lebih dikenal
orang tua memiliki peran untuk
dengan istilah Enuresis Fungsional yang
mengidentifikasi tanda-tanda kesiapan pada
merupakan gangguan dalam pengeluaran urin
anak. 3
secara tidak sadar pada siang atau malam hari
Toilet training adalah suatu usaha untuk pada anak yang berusia lebih dari empat tahun
melatih anak agar mampu mengontrol buang air tanpa adanya kelainan fisik maupun penyakit
kecil dan buang air besar. 4 Toilet training terdiri organik. 2
dari bowel kontrol atau kontrol buang air besar,
Anak yang mengalami enuresis
dan bladder training atau kontrol buang air
berhubungan erat dengan beberapa gangguan
kecil. Saat yang tepat untuk melatih anak
psikologi, dan faktor - faktor yang
melakukan toilet training adalah setelah anak
mempengaruhinya yaitu antara lain faktor
mulai bisa berjalan (sekitar usia 1,5 tahun).
genetik, faktor tidur, kapasitas kandung kemih,
Anak mulai bisa dilatih kontrol buang air besar
prematuritas atau keterlambatan perkembangan
setelah usia 18-24 bulan dan biasanya lebih
neurologi, kondisi fisik dan konstipasi. Faktor
cepat dikuasai dari pada kontrol buang air kecil,
yang paling penting yaitu kegagalan dalam
tetapi pada umumnya anak benar-benar bisa
toilet training.
melakukan kontrol buang air besar pada usia
sekitar tiga tahun. Anak usia toddler yang Salah satu stimulus yang penting
terbiasa memakai diapers dari kecil akan dilakukan oleh orang tua adalah dalam
3

melakukan kemandirian terhadap anak melalui anak yang mengalami enuresis atau
pelatihan buang air besar maupun buang air mengompol. Hasil pengamatan dan wawancara
kecil yaitu melalui toilet training. Toilet terhadap ibu atau orang tua dari 15 balita umur
training ini dapat berlangsung pada fase 1-3 tahun, didapatkan 53,4% ( 8 ) balita masih
kehidupan anak yaitu umur 18 bulan – 2 tahun. mengalami mengompol dan 46,6% (7) balita
Dalam melakukan latihan buang air kecil dan yang sudah tidak mengompol. Dari 7 balita
buang air besar pada anak membutuhkan yang tidak mengompol yang sudah dilatih ke
persiapan tersebut diharapkan anak mampu kamar mandi ada 42,8% (3)dan yang tidak
mengontrol buang air besar atau kecil secara dilatih ke kamar mandi ada 57,2% (4) anak.
sendiri. 2 Dari 8 balita yang mengompol yang sudah di
latih ke kamar mandi ada 87,5% (7) balita dan
Prevalensi enuresis bervariasi di berbagai
yang tidak dilatih ke kamar mandi ada 12,5%
negara. Di Amerika Serikat didapatkan 5 – 7
(1) balita.
juta anak mengalami enuresis nokturnal, laki-
laki tiga kali lebih sering dibandingkan dengan Toilet Training adalah salah satu usaha
perempuan. Sekitar 15% - 25% enuresis untuk melatih anak agar mampu mengontrol
nokturnal terjadi pada umur 5 tahun. Makin buang air kecil dan buang air besar. Anak yang
bertambah umur, prevalensi enuresis makin mengalami enuresis berhubungan erat dengan
menurun. Dari sebuah kejadian enuresis beberapa gangguan psikologi, dan faktor-faktor
didapatkan 80% adalah enuresis nokturnal, yang mempengaruhinya yaitu antara lain faktor
20% enuresis diural, dan sekitar 15% - 25% genetik, faktor tidur, kapasitas kandung kemih,
anak yang mengalami enuresis nokturnal juga prematuritas (keterlambatan perkembangan
mengalami enuresis diurnal. 4 neurologi), kondisi fisik dan konstipasi. Faktor
yang paling penting yaitu kegagalan dalam
Di Indonesia diperkirakan jumlah balita
toilet training. Dan masih banyak ibu-ibu yang
mencapai 30% dari 250 juta jiwa penduduk
menggunakan diapers untuk anaknya, sehingga
Indonesia dan menurut Survey Kesehatan
anak merasa nyaman dengan tidk berlatih ke
Rumah tangga (SKRT) diperkirakan, kejadian
toilet.
anak mengompol lebih besar jumlah presentase
anak laki-laki yaitu 60% dan anak perempuan Tujuan penelitian ini adalah untuk
40%. Statistik menunjukkan 25% anak mengetahui hubungan penerapan toilet training
mengompol pada usia 5 tahun akan menurun dengan kejadian enuresis pada balita umur 1-3
5% pada usia 10 tahun. 5 Hasil penelitian yang tahun di Posyandu Kelurahan KOTA DEPOK.
dilakukan oleh Istichomah dengan judul
Metode
Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Asuh
dengan Pelaksaan Toilet Training Secara Desain penelitian ini adalah penelitian
Mandiri pada Anak Usia Toddler di TPA Citra survei dengan desain penelitian survey analitik.
RSU Rajawali Citra Bantul pada tahun 2010, Penelitian survei adalah suatu penelitian yang
dengan besarnya responden sebanyak 53 anak. mengamati suatu fenomena dan mencari
Penelitian ini menggunakan desaign cross hubungan antar variabel penelitian.7 Penelitian
sectional. Hasil penelitian ini menunjukkan ini menggunakan rancangan survei cross
bahwa anak usia 24 bulan hingga 41 bulan sectional, yaitu suatu penelitian untuk
sudah memberi isyarat khusus ingin buang air, mempelajari dinamika korelasi antara faktor –
hal ini ditunjukkan besarnya responden faktor resiko dengan efek dengan cara
sebanyak 30 anak atau 68,18%. Akan tetapi pendekatan, observasi atau pengumpulan data
sebanyak 23 atau 52,27% orang tua anak sekaligus pada suatu saat (point time
memiliki perilaku kurang baik terhadap toilet approach).7
training karena kurangnya pengetahuan orang Populasi adalah wilayah generalisasi
tua tentang toilet training sehingga tidak yang terdiri atas: obyek/ subyek yang
memperdulikan tentang popok/diapers yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
sudah saatnya di ganti. 6 yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
Dari studi pendahuluan yang telah dan kemudian ditarik kesimpulannya.8 Populasi
dilakukan pada tanggal 9 Agustus 2017 yang digunakan dalam penelitian ini adalah
terhadap orang tua (ibu) di Posyandu Kelurahan seluruh balita umur 1-3 tahun yang berada di
KOTA DEPOK bahwa masih banyak anak-
4

posyandu kelurahan KOTA DEPOK, populasi informasi yang berguna, dapat berupa ukuran
sebanyak 41 balita. statistic table dan grafik. 10
Sampel adalah bagian dari jumlah dan Apabila telah dilakukan analisis univariat
karakterstik yang dimiliki oleh populasi seperti yang telah dibahas diatas, hasilnya akan
tersebut.9 Untuk menghitung besarnya sampel diketahui karakteristik atau distribusi setiap
peneliti menggunakan metode non probability variabel dan dapat dilanjutkan analisis bivariat.
sample yaitu total sampling. Tehnik Analisis bivariat yang akan dilakukan terhadap
pengambilan sampel yang digunakan dalam dua variabel yang diduga berhubungan atau
penelitian ini menggunakan metode non bekrolaborasi.7
probability sample yaitu total sampling. Total
Hasil
sampling adalah suatu cara pengambilan sampel
yang dilakukan dengan mengambil semua Hasil penelitian ini dibagi atas dua
anggota populasi sebagai sampel. Istilah lain bagian yaitu, analisis univariat yaitu
dari sampling jenuh adalah sensus, dimana distribusi frekuensi karakteristik responden,
semua populasi dijadikan sebagai sampel.9 Pada meliputi usia ibu, pendidikan ibu, pekerjaan ibu,
penelitian ini, sampel yang diambil berdasarkan usia anak, jenis kelamin anak. Analisis
total sampling yaitu 41 sampel. bivariat yang digunakan adalah uji Chi
Square yaitu apakah ada hubungan penerapan
Tehnik pengambilan sampel yang
toilet training dengan kejadian enuresis pada
digunakan dalam penelitian ini menggunakan
balita umur 1-3 tahun di Posyandu Kelurahan
metode non probability sample yaitu total
KOTA DEPOK Tahun 2017.
sampling. Total sampling adalah suatu cara
pengambilan sampel yang dilakukan dengan Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik
mengambil semua anggota populasi sebagai Responden (n = 41)
sampel. Istilah lain dari sampling jenuh adalah Karakteristik Jml % n
sensus, dimana semua populasi dijadikan 17 - 25 Tahun 10 24%
sebagai sampel.9 Pada penelitian ini, sampel Usia Ibu 26 - 35 Tahun 25 61% 41
yang diambil berdasarkan total sampling yaitu
36 - 45 Tahun 6 15%
41 sampel.
SMP
Alat yang dipergunakan dalam 24 59%
pengumpulan data penelitian ini adalah Pendidikan SMA
12 29% 41
kuesioner. Kuesioner merupakan teknik Ibu Perguruan
pengumpulan data yang efisien bila peneliti 5 12%
Tinggi
tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan
IRT 25 61%
tahu apa yang bisa diharapkan dari responden.8
Pekerjaan Pegawai 10 24%
Alat pengumpul data yang digunakan 41
adalah kuesioner yang terdiri dari tiga bagian. Ibu Swasta
Kuesioner untuk mengetahui karakteristik PNS 6 12%
responden yang terdiri dari nama, usia
responden, alamat, pendidikan terakhir 12 – 18 bulan 24 59%
responden, pekerjaan, nama anak, usia anak, Usia anak 19 – 24 bulan 12 29% 41
dan jenis kelamin anak. Kuesioner 24 – 36 bulan 5 12%
menggunakan skala Ghuttman yang berisi
tentang penerapan toilet training dengan jumlah Jenis
Perempuan 30 73%
25 pertanyaan dan kuesioner kejadian enuresis Kelamin 41
dengan jumlah 2 pertanyaan. Laki-laki 11 27%
Anak
Analisis univariat adalah analisis yang Sumber : Hasil Olahan Data Komputerisasi 2018
dilakukan menjelaskan atau mendeskripsikan
karakteristik setiap variabel penelitian. Analisis Berdasarkan tabel 1 diatas, dari 41
univariat merupakan analisis yang dilakukan responden, mayoritas responden berusia 26-35
untuk meringkas kumpulan data hasil tahun sebanyak 25 orang (61%) dan pekerjaan
pengukuran sedemikian rupa, sehingga sebagaian besar berprofesi sebagai ibu rumah
kumpulan data tersebut berubah menjadi tangga ada sebanyak 25 orang (61%). Sebagian
5

besar ibu berpendidikan rendah yaitu SMP Analisis bivariat adalah analisis yang
Sebanyak 24 orang (59%). Berdasarkan tingkat ditujukan untuk mengetahui hubungan antara 2
usia anak yang mengikuti penerapan toliet variabel yaitu variabel bebas (Penerapan toilet
training lebih dominan berusia 12 -18 bulan training) dengan variabel terikat (kejadian
sebanyak 24 orang (59%) dan jenis kelamin enuresis) pada balita umur 1-3 tahun di
anak sebagian besar perempuan ada sebanyak Posyandu Kelurahan KOTA DEPOK dengan
30 orang (73%). menggunakan uji chi square pada taraf
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Penerapan toilet
kepercayaan 95% (α= 0,05). Maka hasil
training dan Kejadian Enuresis Pada Balita Umur 1- diinterpretasikan dengan membandingkan nilai
3 tahun (n = 41) p dengan nilai α. Bila nilai p > α maka
Variabel Jumlah Presentasi keputusannya Ha ditolak dan sebaliknya nilai p
(n) (%) < α maka keputusanya Ho ditolak.
Penerapan
Hasil analisis penerapan toilet training
ToiletTraining
Kurang 14 34 dengan kejadian enuresis pada balita umur 1-3
Baik 27 66 tahun di Posyandu Kelurahan KOTA DEPOK,
Kejadian Enuresis diketahui dari 27 responden (66%) melakukan
Ngompol 10 24 penerapan toilet training dengan baik, sebanyak
Tidak mengompol 31 76 24 responden (59%) diantaranya mengalami
Sumber: Hasil Olahan Data Komputerisasi 2018 kejadian enuresis tidak mengompol dan
sedikitnya 3 responden (7%) mengalami
Berdasarkan tabel 2 diatas menunjukkan
kejadian enuresis mengompol.
distribusi frekuensi penerapan toilet training
pada balita umur 1-3 tahun di Posyandu Hasil uji statistik chi square hubungan
Kelurahan KOTA DEPOK, didapatkan bahwa penerapan toilet training dengan kejadian
toilet training sudah baik diterapkan pada balita enuresis diperoleh nilai p = 0,017 artinya
umur 1-3 tahun sebanyak 27 orang (66%). P.value < alpha (0,05), sehingga dapat
disimpulkan hipotesis nol (Ho) ditolak atau ada
Distribusi frekuensi kejadian enuresis
hubungan penerapan toilet training dengan
pada balita umur 1-3 tahun di Posyandu
kejadian enuresis pada balita umur 1-3 tahun di
Kelurahan KOTA DEPOK, didapatkan bahwa
Posyandu Kelurahan KOTA DEPOK Tahun
kejadian enuresis pada balita umur 1-3 tahun
2017. Hasil penelitian hubungan penerapan
lebih banyak yang tidak mengompol sebanyak
toilet training dengan kejadian enuresis pada
31 orang (76%).
balita umur 1-3 tahun dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Hubungan Penerapan Toilet Training Dengan Kejadian Enuresis Pada Balita Umur 1-3 tahun
Kejadian Enuresis
Penerapan Toilet Total P-Value OR
Ngompol Tidak Ngompol
Training
n % n %
Kurang 7 17 7 17 34 0,017 8,00
Baik 3 7 24 59 64 (1,62-39,3)
Jumlah 10 24 31 76 100
Sumber : Hasil Olahan Data Komputerisasi 2018

Pembahasan sebanyak 24 orang (59%) da jenis kelamin anak


sebagian besar perempuan ada sebanyak 30
Distribusi Frekuensi Karakteristik
orang (73%).
Responden
Penerapan Toilet Training
Hasil Penelitian menunjukan bahwa
karakteristik responden mayoritas usia ibu Berdasarkan hasil penelitian
adalah 26 – 35 tahun sebanyak 25 orang (61%) menunjukkan bahwa pelaksanaan toilet training
dan sebagian besar pendidikan ibu adalah SMP yang baik sebesar 66%, hal ini dapat
sebanyak 24 orang (59%). Sebian besar dipengaruhi oleh faktor usia, tingkat pendidikan
pekerjaan ibu adalah ibu rumah tangga dan pekerjaan ibu/orang tua. Jika dilihat dari
sebanyak 25 orang (61%). Berdasarkan tingkat umur ibu, rata-rata berumur diatas 30 - 39 tahun.
usia anak lebih dominan berusia 12 – 18 bulan
6

Pada usia ini pula, tingkat berpikir ibu dalam mengasuh anaknya terutama dalam
sudah cukup matang sesuai teori yang melatih toilet training.2
menyatakan bahwa semakin cukup usia
Pendidikan merupakan faktor penting
seseorang maka tingkat kematangan dalam
terbentuknya pendidikan seseorang maka
berpikir lebih matang. Hal ini dapat
semakin mudah pula untuk memahami dan
diasumsikan bahwa ibu dapat menerima
menyerap pengetahuan.11 Tingkat pendidikan
informasi terkait toilet training dengan baik
orang tua turut menentukan mudah tidaknya
dikarenakan usia ibu yang sudah cukup matang seseorang menyerap dan memahami
dalam berpikir yang dapat dipengaruhi juga pengetahuan yang mereka peroleh. Dari
dengan pendidikan ibu serta waktu luang yang pendidikan itu sendiri amat diperlukan
diberikan kepada anaknya.11 seseorang lebih tanggap adanya masalah
perkembangan anak salah satunya penerapan
Pelaksanaan toilet training oleh orang tua
toilet training di dalam keluarganya.
juga berkaitan dengan tingkat pendidikan ibu
Berdasarkan hasil penelitian ini bahwa tingkat
bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang
pendidikan yang paling besar adalah orang tua
maka semakin mudah seseorang menerima
yang berpendidikan Seklolah Menengah
informasi dan semakin banyak pengetahuan
Pertama (SMP) sebanyak 59%. Tingkat
yang diperoleh sehingga terjadi perubahan
pendidikan berpengaruh pada pengetahuan
perilaku.12 Hasil penelitian ini sejalan dengan
orang tua tentang penerapan toilet training,
penelitian Istichomah dengan judul Hubungan
apabila pendidikan ibu rendah akan
Tingkat Pengetahuan Ibu Asuh dengan
berpengaruh pada pengetahuan tentang
Pelaksanaan Toilet Training Secara Mandiri
penerapan toilet training sehingga berpengaruh
pada Anak Usia Toddler di TPA Citra RSU
pada cara melatih secara dini penerapan toilet
Rajawali Citra Bantul pada tahun 2010. Hasil
training. 13
penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan
toilet training pada anak usia 24 bulan hingga Toilet training akan dapat berhasil
41 bulan sudah memberi isyarat khusus ingin dengan baik apabila ada kerjasama antara orang
buang air atau sebanyak 68,2% sudah dilakukan tua dengan anak. Kerjasama yang baik akan
pelaksanaan Toilet Training dengan baik. Akan memberikan rasa saling percaya pada orang tua
tetapi sebanyak 52,3% orang tua anak memiliki dan anak. Menurut beberapa penyelidikan,
perilaku kurang baik terhadap toilet training sikap, tingkah laku dan cara berfikir anak kelak
karena kurangnya pengetahuan orang tua setelah dia dewasa akan sangat dipengaruhi
tentang toilet training sehingga tidak oleh pengalamnnya pada saat ini. Toilet training
memperdulikan tentang popok/diapers yang sangat penting dalam membentuk karakter anak
sudah saatnya di ganti. 6 dan membentuk rasa saling percaya dalam
hubungan anak dan orang tuanya. 2
Hasil penelitian ini juga dibuktikan oleh
teori bahwa pelaksanaan toilet training oleh Menurut asumsi peneliti, bahwa toilet
orang tua juga berkaitan dengan tingkat training dapat berhasil dengan baik apabila ada
pendidikan ibu bahwa semakin tinggi kerjasama antara orang tua dan anak. Kerjasama
pendidikan seseorang maka semakin mudah yang baik akan memberikan rasa saling percaya
seseorang menerima informasi dan semakin pada orang tua dan anak. Sikap, tingkah laku
banyak pengetahuan yang diperoleh sehingga dan cara berfikir anak kelak setelah dia dewasa
terjadi perubahan perilaku serta pelaksanaan akan sangat dipengaruhi saat ini. Toilet training
toilet training juga didukung status ibu yang sangat penting untuk membentuk karakter anak
mayoritas tidak bekerja. Ibu dapat dan membentuk saling percaya dalam hubungan
memanfaatkan waktu tersebut untuk anak dan ornag tuanya. Keberhasilan toilet
membesarkan anak dan berkumpul dengan training dipengaruhi oleh kemampuan
orang banyak sehingga dapat berbagi psikologis anak dalam melakukan toilet
pengalaman dalam membesarkan anak dan training seperti anak bersikap penurut dalam
informasi yang diperoleh ibu semakin banyak. pelaksanaan proses toilet training, anak
Ibu yang tidak bekerja memiliki waktu luang memiliki waktu antara 3-4 jam, anak buang air
yang cukup banyak sehingga menurut peneliti kecil dalam jumlah yang banyak, anak sudah
ibu yang tidak bekerja mempunyai waktu luang menunjukkan keinginan buang air kecil dan
7

buang air besar serta dapat memperkirakan mengalami enuresis, namun, apabila tidak ada
psikokogis anak untuk dilakukan toilet training. satupun orang tua yang pernah mengalami
enuresis, maka kemungkinan anak mengalami
Kejadian Enuresis
enuresis hanya sedikit.17
Berdasarkan hasil penelitian
Asumsi peneliti, salah satu faktor
menunjukkan sebagian besar anak tidak
dukungan yang dimiliki oleh balita yang tidak
mengalami enuresis yaitu sebanyak 76%, hal ini
mengalami enuresis yaitu mendapatkaannya
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti usia
perhatian dari orang tua terhadap pelatihan
anak dan jenis kelamin anak. Pada penelitian
toilet training. Kebanyakan orang tua dari balita
ini, diketahui rata-rata usia balita yaitu 12 - 18
tersebut adalah seorang ibu yang tidak bekerja
bulan dan sebagian besar berjenis kelamin
yang mempunyai waktu luang yang cukup
perempuan sebanyak 73%.
banyak dalam membesarkan anak dan dapat
Prevalensi anak yang mengalami memperoleh informasi yang semakin banyak
enuresis (mengompol) lebih banyak adalah terutama tentang toilet training dan enuresis.
laki-laki. Jika dilihat dari usia responden bahwa Kejadian Enuresis pada anak tidak lepas dari
persentasi responden yang masih mengompol peran orang tua, hal ini dapat dilihat dari faktor
paling tinggi usia 4 tahun (52,6%), kemudian pemicu enuresis yaitu faktor genetik, dimana
usia 3 tahun (80,0%) dan pada anak usia 5 tahun keterlambatan matangnya susunan syaraf pusat.
(8,3%). Hal ini menunjukkan bahwa semakin faktor-yang mendukung toilet training dimana
bertambah usia anak, maka semakin rendah kesiapan orang tua dapat dilihat apabila orang
kejadian enuresis. Sebaliknya semakin muda tua sudah dapat mengenal tingkat kesiapan anak
usia anak, maka semakin tinggi kejadian dalam berkemih, orang tua mempunyai waktu
enuresis. 14 untuk mengajarkan toilet training pada anak,
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan tidak mengalami konflik tertentu atau stress
Farida dengan judul Kejadian Enuresis keluarga yang berarti (perceraian). Dampak
(Ngompol) berdasarkan Faktor Psikologi dan yang paling umum dalam kegagalan toilet
Keturunan pada Anak Usia Sekolah (4-5 tahun) training seperti adanya perlakuan atau aturan
di TK Sekar Ratih Krembangan Jaya Selatan yang ketat bagi orang tua kepada anaknya yang
Surabaya. Hasil penelitian tersebut dapat mengganggu kepribadian anak atau
menunjukkan bahwa anak yang mengalami cendrung bersifat retentive dimana anak
enuresis sering sekali sebanyak 52%, sering cendrung bersikap retentife dimana anak
4%, jarang 36% dan sangat jarang 8%. cendrung bersikap keras kepala bahkan kikir.
Kebiasaan enuresis (mengompol) pada anak Hubungan Penerapan Toilet Training
bukan hanya disebabkan oleh faktor Dengan Kejadian Enuresis
pengetahuan ibu, usia dan jenis kelamin anak,
Hasil analisis penerapan toilet training
tetapi Enuresis terjadi krena ada gangguan
dengan kejadian enuresis pada balita umur 1-3
psikologis sebanyak 64% dan keturunan 36%.
tahun di Posyandu Kelurahan KOTA DEPOK,
Namun banyak faktor yang mempengaruhi anak
diketahui dari 27 responden umumnya
mengalami kebiasaan enuresis (mengompol). 15
mengikuti toilet training dengan baik, sebanyak
Anak enuresis (mengompol) disebabkan 76% responden mengalami kejadian enuresis
karena faktor organik misalnya kerusakan saraf tidak mengompol dan 24% responden
kongenital, masalah struktural pada sistem mengalami kejadian enuresis mengompol.
genitourinari, infeksi saluran kemih atau
Balita usia 1-3 tahun yang mengikuti
kandung kemih dan beberapa penyakit kronik
toilet training dengan baik mempunyai peluang
seperti diabetes, kejang atau penyakit sel sabit
8,00 kali resiko mengalami kejadian enuresis
“sickle cell disease”. Beberapa ahli
tidak mengompol dibandingkan dengan balita
berpendapat bahwa faktor keturunan/genetik
usia 1-3 tahun yang tidak mengikuti toilet
mempengaruhi anak mengalami enuresis
training. Sedangkan nilai CI antara 1,6 – 39,3
(mengompol).16 Apabila kedua orang tua
pada Lower Bound dan Upper Bound
mempunyai riwayat enuresis maka besar
menunjukan batas atas dan batas bawah OR,
kemungkinan anak mereka mengalami hal yang
yang artinya: setidaknya balita usia 1-3 tahun
sama. Kemungkinan anak mengompol juga
yang mengikuti toilet training sekurang-
apabila hanya salah satu orang tua yang
kurangnya lebih beresiko sebesar 1,62 kali lipat
8

mengalami kejadian enuresis tidak mengompol akan semakin baik pula cara pengasuhan anak,
dan paling besar lebih beresiko sebesar 39,3 kali dan akibatnya perkembangan anak berjalan
lipat mengalami kejadian enuresis tidak secara positif. 4
mengompol.
Anak mengompol disebabkan karena
Hasil uji statistik chi square hubungan faktor organik misalnya kerusakan saraf
penerapan toilet training dengan kejadian kongenital, masalah struktural pada sistem
enuresis diperoleh nilai p = 0,017 artinya p. genitourinari, infeksi saluran kemih atau
value < alpha (0,05), sehingga dapat kandung kemih dan beberapa penyakit kronik
disimpulkan hipotesis nol (Ho) ditolak dan seperti diabetes, kejang atau penyakit sel sabit
hipotesis alternatif (Ha) diterima atau ada “sickle cell disease”.16 Beberapa ahli
hubungan penerapan toilet training dengan berpendapat bahwa faktor keturunan/genetik
kejadian enuresis pada balita umur 1-3 tahun di mempengaruhi anak mengalami kebiasaan
Posyandu Kelurahan KOTA DEPOK. mengompol yang menyatakan bahwa apabila
kedua orang tua mempunyai riwayat enuresis
Toilet training akan dapat berhasil
maka 77% kemungkinan anak mereka
dengan baik apabila ada kerjasama antara orang
mengalami hal yang sama. Sekitar 44%
tua dengan anak. Kerjasama yang baik akan
kemungkinan anak mengompol juga apabila
memberikan rasa saling percaya pada orang tua
hanya salah satu orang tua yang mengalami
dan anak. Hasil penelitian ini sejalan dengan
enuresis, namun, apabila tidak ada satupun
teori bahwa toilet training pada anak
orang tua yang pernah mengalami enuresis,
merupakan suatu usaha untuk melatih anak agar
maka kemungkinan anak terkena enuresis
mampu mengontrol dalam melakukan buang air
hanya 15%.17 Enuresis merupakan hasil dari
kecil dan buang air besar.2
gangguan emosi, konflik psikologis atau
Ada beberapa faktor yang dapat ansietas. 16
mempengaruhi perilaku ibu seperti lingkungan
Penelitian ini diperkuat oleh penelitian
dan pendidikan. Lingkungan keluarga sangat
Farida dengan judul Kejadian Enuresis
berpengaruh kepada perilaku ibu yang
(Ngompol) berdasarkan Faktor Psikologi dan
mempengaruhi perilaku anak pula karena
Keturunan pada Anak Usia Sekolah (4-5 tahun)
keluarga merupakan lingkungan terdekat bagi
di TK Sekar Ratih Krembangan Jaya Selatan
anak, terutama ibu. Ibu berperan sebagai
Surabaya. Hasil penelitian ini menunjukkan
pendidik pertama dan utama dalam keluarga
bahwa anak yang mengalami enuresis sering
sehingga ibu perlu dibekali pengetahuan dan
sekali 52%, sering 4%, jarang 36% dan sangat
keterampilan agar mengerti dan terampil dalam
jarang 8%.15
melaksanakan pengasuhan anak sehingga dapat
bersikap positif dalam membimbing tumbuh Penelitian ini juga sejalan dengan
kembang anak secara baik dan sesuai dengan penelitian Istichomah dengan judul Hubungan
tahap perkembangannya. Selain itu, perilaku Tingkat Pengetahuan Ibu Asuh dengan
ibu dapat dicontoh oleh anak karena pada usia Pelaksaan Toilet Training Secara Mandiri pada
prasekolah ini anak sudah dapat menirukan Anak Usia Toddler di TPA Citra RSU Rajawali
perilaku ibu dan anak merupakan pengamat Citra Bantul pada tahun 2010. Hasil penelitian
yang baik.18 ini menunjukkan bahwa anak usia 24 bulan
hingga 41 bulan sudah memberi isyarat khusus
Toilet training merupakan aspek penting
ingin buang air, hal ini ditunjukkan besarnya
dalam perkembangan anak usia todler yang
responden sebanyak 30 anak atau 68,18%.
harus mendapat perhatian orang tua dalam
Penelitian ini menunjukan ada hubungan
berkemih dan defekasi. Faktor tingkat
tingkat pengetahuan ibu asuh dengan pelaksaan
pendidikan orang tua merupakan sesuatu yang
Toilet Training Secara Mandiri pada Anak Usia
besar pengaruhnya terhadap perkembangan
Toddler di TPA Citra RSU Rajawali Citra
anak. Tingkat pendidikan orang tua ini
Bantul pada tahun 2010 dengan P.value 0.002. 6
berkorelasi positif dengan cara mereka
mengasuh anak, sementara pengasuhan anak Hasil penelitian ini dibuktikan oleh teori
berhubungan dengan perkembangan anak. Pada bahwa penerapan toilet training adalah suatu
penelitian ini, tingkat pendidikan ibu adalah usaha untuk melatih anak agar mampu
sekolah menengah pertama. Hal ini berarti mengontrol buang air kecil dan buang air besar.
semakin tinggi tingkat pendidikan orang tua Toilet training terdiri dari bowel kontrol atau
9

kontrol buang air besar, dan bladder training mengompol. Hasil tersebut dapat disimpulkan
atau kontrol buang air kecil. Saat yang tepat bahwa Ada hubungan yang signifikan antara
untuk melatih anak melakukan toilet training penerapan toilet training dengan kejadian
adalah setelah anak mulai bisa berjalan (sekitar enuresis pada balita umur 1-3 tahun di
usia 1,5 tahun). Anak mulai bisa dilatih kontrol Posyandu Kelurahan KOTA DEPOK Tahun
buang air besar setelah usia 18-24 bulan dan 2017.
biasanya lebih cepat dikuasaidari pada kontrol
Saran
buang air kecil, tetapi pada umumnya anak
benar-benar bisa melakukan kontrol buang air Saran yang dapat diberikan terkait
besar pada usia sekitar tiga tahun.2 dengan hasil penelitian ini bagi Kelurahan
Tirtajaya Depok. Hasil penelitian ini
Menurut asumsi peneliti, kebutuhan
diharapkan pemerintah setempat dapat
terhadap toilet training merupakan sesuatu yang
melakukan skrining lebih lanjut tentang anak-
harus diperhatikan sebelum anak melakukan
anak yang masih mengompol dan memberikan
buang air kecil dan buang air besar, mengingat
pelayanan kesehatan seperti konseling kepada
anak yang akan melakukan buang air besar atau
ibu-ibu yang memiliki anak usia toddler
kecil akan mengalami proses keberhasilan dan
sehingga kebiasaan mengompol anak usia
kegagalan selama buang air kecil dan besar.
toddler di wilayah Posyandu Kelurahan KOTA
Proses tersebut akan dialami oleh setiap anak,
DEPOK dapat menurun.
untuk mencegah terjadinya kegagalan maka
dilakukan suatu pengkajian sebelum melakukan Profesi Keperawatan. Hasil penelitian ini
latihan toilet yang meliputi pengkajian fisik, diharapkan dapat menjadi referensi untuk
pengkajian psikologis dan pengkajian pengembangan keperawatan, khususnya di
intelektual. Peran tenaga kesehatan (perawat) bidang keperawatan anak dan diharapkan agar
adalah memberikan penyuluhan untuk calon perawat dapat langsung terjun ke
meningkatkan pengetahuan ibu mengenai toilet masyarakat memberikan penyuluhan berupa
training. Penyuluhan kesehatan kepada seminar dan atau workshop tentang toilet
orangtua khususnya ibu tentang toilet training training meliputi kesiapan toilet training dan
akan mempengaruhi pengetahuan orangtua teknik mengajarkan toilet training.
tentang toilet training. Setelah orang tua Peneliti Selanjutnya. Diharapkan peneliti
mengetahui tentang toilet training diharapkan selanjutnya meneliti variabel lain yang dapat
dapat menimbulkan sikap positif atau kesadaran mempengaruhi kebiasaan mengompol pada
yang mampu mendorong untuk berperilaku dan anak usia toddler seperti faktor psikologis anak,
akhirnya menyebabkan orangtua untuk faktor emosional anak dan faktor keluarga. Pada
berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang faktor keluarga ini diharapkan tidak hanya
dimiliki. Kemampuan kognitif anak bila anak meneliti ibu tetapi angota keluarga lainnya
sudah mampu melakukan toilet training seperti seperti ayah, saudara kandung, kakek nenek
dapat mengikuti dan menuruti instruksi ataupun pengasuh anak.
sederhana, memiliki bahasa sendiri seperti pipis
untuk buang air kecil dan serta anak mengerti Diharapkan peneliti selanjutnya, apabila
reaksi tubuhnya bila ingin buang air kecil. ingin meneliti tentang perilaku ibu dalam
menerapkan toilet training dapat menggunakan
Kesimpulan desain penelitian yang lain seperti quasi-
Beberapa kesimpulan yang dapat experiment, yakni memberikan perlakuan
ditarik dari penelitian ini adalah Karaktersitik terlebih dahulu kemudian diobservasi
usia ibu mayoritas 26 – 35 tahun yang perkembangan anaknya sehingga memberikan
berpendidikan SMP serta lebih banyak hasil yang lebih bermakna.
berprofesi sebagai ibu rumah tangga.
Daftar Pustaka
Berdasarkan usia anak lebih banyak usia 12 –
18 bulan dan berjenis kelamin perempuan. 1. Wulandari, D. Buku Ajar Keperawatan Anak.
Penerapan toilet training pada balita umur 1-3 Sukoharjo: Pustaka Pelajar; 2016.
tahun di Posyandu Kelurahan KOTA DEPOK 2. Hidayat, A. A. Pengantar Konsep Dasar
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika; 2008.
tergolong sudah baik. Kejadian enuresis pada
3. Wong, L. Donna. Buku Ajar Keperawatan
balita umur 1-3 tahun di Posyandu Kelurahan Pediatrik, Volume 2. Jakarta : Arcan; 2008.
KOTA DEPOK lebih banyak yang tidak
10

4. Soetjiningsih. Tumbuh Kembang Anak Edisi 2. Keturunan pada Anak Usia Sekolah (4-5
Jakarta: EGC; 2013. tahun) di TK Sekar Ratih Krembangan Jaya
5. Lestari. Hubungan Antara Tingkat Selatan Surabaya Vol 10, No 2, Juni 2007.
Pengetahuan Ibu Tentan Toilet Training 16. Schroeder & Klijn, Aart J. Home Uroflowmetry
dengan Perilaku Ibu dalam Penggunaan Biofeedback in Behavioral Training for
Diapers pada Anak Usia Toddlers (1-3 tahun) Dysfunctional Volding in School Age Children:
di kelurahan Putat Purwodadi. Semarang: A Randomized Controlled Study. The Journal
Universitas Telegorejo Semarang; 2013. of Urology, 175 (6): 2263-2268; 2002.
6. Istichomah. Hubungan Tingkat Pengetahuan 17. Kurniawati, F. Kejadian Enuresis
Ibu Asuh dengan Pelaksanaan Toilet Training (Mengompol) Berdasarkan Faktor Psikologis
Secara Mandiri pada Anak Usia Toddler di dan Keturunan Pada Anak Usia Prasekolah (4-
TPA Citra RSU Rajawali Citra Bantul. 5 Tahun) Di TK Sekar Ratih Krembangan Jaya
Yogyakarta: Jurnal Kesehatan Surya Medika; Selatan Surabaya. Jurnal dalam Buletin
2010. Penelitian RSU Dr Soetomo Vol 10, No 2, Juni
7. Notoatmodjo, Soekidjo. Metodologi Penelitian 2007.
Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2012. 18. Sunaryo. Psikologi untuk keperawatan.
8. Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Jakarta: EGC; 2004.
Kualitatif dan R&D. Bandung: ALFABETA;
2012.
9. Sugiyono. Metode Penelitian Administratif.
Bandung: Alfabeta; 2011.
10. Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta; 2013.

11. Nursalam. Asuhan Keperawatan Bayi dan


Anak (Untuk Perawatan dan Bidan). Jakarta :
Infomedika; 2013.
12. Wawan. Teori dan Pengukuran Pengetahuan
Sikap dan Perilaku Manusia. Yogyakarta:
Nuha Medika; 2013.
13. Gilbert, J. Latihan Toilet, Panduan Melatih
Anak Untuk Mengatasi Masalah Toilet.
Jakarta: Erlangga; 2009.
14. Potter, Patricia A. dan Anne G. Perry.
Fundamental Keperawatan Buku 1 Edisi.7.
Jakarta: Salemba Medika; 2009.
15. Farida, Kurniawati. Kejadian Enuresis
(Ngompol) berdasarkan Faktor Psikologi dan

You might also like