You are on page 1of 7

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN IBU DAN PENGGUNAAN

DISPOSABLE DIAPERS DENGAN KEBERHASILAN TOILETING PADA BALITA


DI WILAYAH KECAMATAN MANDIANGIN KOTO SELAYAN TAHUN 2022
Fitria Nada1), Resty Noflidaputri2), Vedjia Medhyna3)
Program Studi Sarjana Terapan Kebidanan Universitas Fort De Kock Bukittinggi,
123

Kelurahan Manggis Ganting, Kecematan Mandiangin Koto Selayan


Kota Bukittinggi, Provinsi Sumatra Barat
fitrianada01@gmail.com

ABSTRACT
According to the national Household Health Survey (SKRT), it is estimated that the number of
children under five who have difficulty controlling bowel and bladder (wetting) at the age of up to
preschool reaches 75 million children. Likewise in Mandiangin Koto Selayan District, Bukittinggi City,
which is based on the results of a survey of 115 children aged 1-5 years. , 7 out of 10 children still use
diapers during the day and still wet the bed at night. This study aims to determine the relationship between
maternal education level and the use of disposable diapers with the success of toilet training for children
under five in PAUD, Mandiangin Koto Selayan District. The design of this research is descriptive
quantitative with a cross sectional study approach. The population in this study were all children aged 1-5
years in PAUD Mandiangin District, as many as 115 people. sampling using purposive sampling
technique with a sample size of 53 people. data collection using a questionnaire. Data analysis includes
univariate analysis and bivariate analysis using chi-square test. The results showed that 84.9% of
respondents were highly educated, 66% were in the category of not using diapers, 73.6% were
unsuccessful in toilet training. The variable related to the success of toilet training was the use of
disposable diapers (pvalue = 0.02, OR = 10.045), while the level of education was not related to the success
of toilet training (pvalue = 1,000). It can be concluded that there is a relationship between the use of
disposable diapers with the success of toilet training in children under five. Therefore, it is hoped that all
parties, especially parents, can be wiser in using diapers for the sake of children's independence in the
implementation of toilet training.
Keywords : Disposable Diapers, Education, Toilet Training

ABSTRAK
Menurut Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) nasional diperkirakan jumlah balita yang
susah mengontrol BAB dan BAK (ngompol) di usia sampai prasekolah mencapai 75 juta anak Begitu juga
di Kecamatan Mandiangin Koto Selayan Kota Bukittinggi dimana berdasarkan hasil survey terhadap 115
anak usia 1 – 5 tahun, 7 dari 10 anak masih menggunakan diapers pada siang hari dan masih mengompol
pada saat malam hari. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan ibu dan
penggunaan disposable diapers dengan keberhasilan toilet training pada anak balita di PAUD Kecamatan
Mandiangin Koto Selayan Desain penelitian ini deskriptif kuantitatif dengan pendekatan cross sectional
study. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh anak usia 1 – 5 tahun di PAUD Kecamatan Mandiangin
yaitu sebanyak 115 orang. pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling dengan besaran
sampel sebanyak 53 orang. pengumpulan data menggunakan kuesioner. Analisis data meliputi analisis
univariat dan analisis bivariat menggunakan uji chi-square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 84,9%
responden berpendidikan tinggi, 66% termasuk kategori tidak menggunakan diapers, 73,6% tidak berhasil
toilet training. Variabel yang berhubungan dengan keberhasilan toilet training adalah penggunaan
disposable diapers (pvalue = 0,02, OR = 10,045), sedangkan tingkat pendidikan tidak berhubungan dengan
keberhasilan toilet training (pvalue = 1,000) . Dapat disimpulkan bahwa ada hubungan penggunaan
disposable diapers dengan keberhasilan toilet training pada anak balita. Maka dari itu diharapkan kepada
semua pihak terutama orang tua untuk dapat lebih bijak dalam penggunaan diapers demi kemandirian
anak dalam pelaksanaan toilet training.
Kata kunci : Disposable Diapers, Pendidikan, Toilet Training
PENDAHULUAN dapat dilihat secara langsung, ini yang
Menurut The National Institutes of menyebabkan konsep toilet training
Health di Amerika Serikat (2015), nocturnal dipandang tidaklah penting dalam tahap
enuresis (mengompol) biasa terjadi pada perkembangan anak usiatoddler(Pusparini &
anak berusia 5 atau 6 tahun, dengan angka Arifah, 2009).
kejadian 5 juta anak di seluruh dunia. Dampak yang paling umum terjadi
Menurut situs Mayo Clinic, 15 % anak dalam kegagalan toilet training diantaranya
masih mengompol pada malam hari di usia 5 adalah adanya perlakuan atau aturan yang
tahun dan hanya 5 % yang berlanjut hingga ketat dari orang tua kepada anaknya dapat
usia 8 – 11 tahun (Franco et al., 2015). mengganggu kepribadian anak dan
Selanjutnya menurut Ikatan Dokter Anak cenderung bersikap keras kepala bahkan
Indonesia (IDAI) (2016), Usia 4 tahun kikir, seperti orangtua sering memarahi anak
sekitar 30%, usia 5 tahun 10 % dan usia 18 pada saat BAB atau BAK atau bahkan
tahun sekitar 1% anak masih mengompol melarang BAB atau BAK saat bepergian.
(Subardiah P & Lestari, 2019). Selain itu, apabila orangtua juga santai
Di Indonesia menurut Profil Kesehatan dalam memberikan aturan dalam toilet
Indonesia 2015 diperkirakan jumlah balita training, maka anak dapat mengalami
mencapai 30 % dari ± 258 juta jiwa kepribadian ekspresif, seperti anak menjadi
penduduk Indonesia, dan menurut Survey lebih tega, cenderung ceroboh, suka
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) nasional membuat gara-gara, emosional, dan
diperkirakan jumlah balita yang susah seenaknya dalam melakukan kegiatan
mengontrol BAB dan BAK (ngompol) di sehari-hari.Selain itu, apabila dilakukan
usia sampai prasekolah mencapai 75 juta toilet training pada anak dengan usia yang
anak(Zuraidah, 2019). tidak tepat dapat menimbulkan beberapa
Kebiasan yang salah dalam mengontrol masalah yang dialami anak yaitu seperti
BAB dan BAK akan menimbulkan hal –hal sembelit, menolak toileting, disfungsi
yang buruk pada anak di masa berkemih, infeksi saluran kemih, dan
mendatangdapat menyebabkan anak tidak enuresis(Hooman et al., 2013).
disiplin,manja, dan yang terpenting adalah Toilet training atau latihan berkemih
dimanananti pada saatnya anak akan dan defekasi merupakan salah satu tugas
mengalamimasalah psikologi, anak akan perkembangan anak pada usiatoddler,
merasaberbeda dan tidak dapat secara dimana pada usia ini kemampuan anak
mandirimengontrol buang air besar dan untuk mengontrol rasa ingin berkemih,
buang air kecil.(Pusparini & Arifah, 2009). mengontrol rasa ingin defekasi mulai
Konsep toilet training memang belum berkembang. Melalui toilet training anak
banyak dipahami dikalangan masyarakat, akan belajar bagaimana mereka
hal ini disebabkan karena informasi terkait mengendalikan keinginan untuk buang air
tentang toilet training tidak dikenalkan kecil dan selanjutnya mereka menjadi
secara umum dimasyarakat sedangkan terbiasa menggunakan toilet secara mandiri.
fenomena yang terjadi di masyarakat akibat Anak usia toodler yang terbiasa dari
dari konsep toilet training yang tidak kecil menggunakan diapers akan
diajarkan secara benar atau kurang tepat mengalami keterlambatan pada toileting jika
sangatlah tidak sedikit hal ini karena di bandingkan dengan anak yang tidak
dampak negative yang ditimbulkan tidaklah menggunakan diapers ketika dihadapkan
pada tuntutan lingkungan yang Mandiangin yaitu sebanyak 115 orang.
mengharuskan anak untuk mampu Sampel penelitian ini yaitu 53 ibu yang
mengeluarkan sisa makanan dan minuman memiliki anak usia 1 – 5 tahun di PAUD
di tempat yang semestinya yaitu toilet. Kecamatan Mandiangin. Pengambilan
Keterlambatan anak-anak yang memakai sampel dalam penelitian ini menggunakan
diapers tersebut dinamakan dengan teknik purposive sampling. Data yang
hambatan yang dampaknya akan panjang digunakan adalah data primer dan sekunder.
hingga anak dewasa apabila tidak segera Data yang telah dikumpulkan diolah
ditangani. Kebiasaan memakai diapers pada menggunakan teknik analisa kuantitatif
usia toodler maka anak akan kehilangan menggunakan perangkat komputer yaitu
masa toilet trainingnya, dan ini membawa SPSS dengan analisis univariat dan analisis
dampak pada lingkungan, anak akan tidak bivariat menggunakan Uji Chi-Square.
percaya pada lingkungan karena
ketidakberhasilannya dalam melakukan HASIL DAN PEMBAHASAN
toilet training(A. . Hidayat, 2009).
Dari hasi survey awal yang dilakukan di 1. Analisis Univariat
beberapa Paud Wilayah Kecamatan Tabel 1
Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan
Mandiangin Koto Selayan diperoleh data
Ibu, Penggunaan Disposable Diapers dan
bahwa dari 115 anak usia 1-5 tahun dan Keberhasilan Toilet Training Balita di PAUD
didapatkan 7 dari 10 anak yang masih Kecamatan Mandiangin Koto Selayan
menggunakan diapers pada siang hari dan Tahun 2022
mengompol pada saat malam hari, dengan
pola kebiasaan di masa lalu menggunakan Variabel f %
Tingkat Pendidikan
diapers saat beraktivitas dirumah maupun Rendah 8 15,1
saat bepergian. Tinggi 45 84,9
Berdasarkan uraian latar belakang diatas Penggunaan
maka penulis tertarik untuk melakukan Disposable Diapers
penelitian tentang “Hubungan Tingkat Memakai 18 34
Tidak Memakai 35 66
Pendidikan Ibu dan Penggunaan dispossable Keberhasilan Toilet
diapers terhadap keberhasilan toilet training Training
pada anak balita di Paud Kecamatan Tidak Berhasil 39 73,6
Mandiangin Koto Selayan Tahun 2022”. Berhasil 14 26,4
Jumlah 53 100
METODE PENELITIAN
Penelitian ini adalah penelitian Dari tabel diatas dapat disimpulkan
kuantitatif dengan desain deskriptif bahwa dari 53 orang responden, terdapat 8
kuantitatif dengan pendekatan cross orang (15,1%) responden adalah ibu balita
sectional study. yang bertujuan untuk dengan tingkat pendidikan rendah dan
mengetahui hubungan tingkat pendidikan sebanyak 35 orang (66%) responden adalah
ibu dan penggunaan disposable diapers
balita yang termasuk kategori tidak
dengan keberhasilan toilet training pada
anak balita yang dilakukan pada bulan menggunakan disposable diapers. Terdapat
Agustus 2021 – Juli 2022 di PAUD lebih dari sebagiannya yaitu sebanyak 39
Kecamatan Mandiangin Koto Selayan. orang (73,6%) responden adalah balita yang
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh tidak berhasil dalam toilet training.
anak usia 1 – 5 tahun di PAUD Kecamatan
2. Analisis Bivariat toilet training. Hasil penelitian ini
Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu dengan menunjukkan bahwa tidak terdapat
Keberhasilan Toilet Training pada Balita Di hubungan yang bermakna antara pendidikan
PAUD Kecamatan Mandiangin dengan keberhasilan toilet training secara
Koto Selayan Tahun 2022 statistik didapatkan nilai p = 0,663.
Asumsi peneliti bahwa di PAUD
Tabel 2
Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu dengan Kecamatan Mandiangin Koto Selayan,
Keberhasilan Toilet Training pada Balita tingkat pendidikan ibu tidak memiliki
Di PAUD Kecamatan Mandiangin hubungan yang berarti dengan keberhasilan
Koto Selayan Tahun 2022 toiletring training, dimana kegagalan toilet
training terlihat hampir merata baik bagi
kelompok ibu yang berpendidikan tinggi
maupun kelompok ibu yang berpendidikan
rendah. Sehingga keberhasilan toilet
training pada balita di PAUD Kecamatan
Hasil penelitian terhadap 53 responden Mandiangin Koto Selayan lebih dipengaruhi
menunjukkan bahwa dari 8 orang responden oleh faktor lain di luar faktor tingkat
dengan tingkat pendidikan rendah, terdapat pendidikan ibu.
sebagian besarnya yaitu sebanyak 6 orang
(75%) responden tidak berhasil dalam Hubungan Penggunaan Disposable Diapers
melakukan toilet training pada balita dan dengan Keberhasilan Toilet Training pada
dari 45 responden dengan tingkat Balita
pendidikan tinggi, juga ditemukan lebih dari Tabel 3
sebagiannya yaitu sebanyak 33 orang Hubungan Penggunaan Disposable Diapers
(73,3%) responden yang tidak berhasil dengan Keberhasilan Toilet Training pada
dalam melakukan toilet training pada balita. Balita Di PAUD Kecamatan Mandiangin
Berdasarkan hasil analisis statistik Koto Selayan Tahun 2022
menggunakan uji chi-square didapatkan
nilai p = 1,000, artinya tidak terdapat
hubungan yang signifikan antara tingkat
pendidikan ibu dengan keberhasilan toilet
training pada balita.
Secara teori, pendidikan merupakan
Hasil penelitian terhadap 53 responden
salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
menunjukkan bahwa dari 18 orang
keberhasilan toilet training pada balita,
responden dengan balita yang termasuk
dimana pendidikan merupakan salah satu
kategori memakai disposable diapers,
faktor penting dalam usaha menjaga
terdapat sebagian besarnya yaitu sebanyak
kesehatan anak, semakin tinggi pendidikan
17 orang (94,4%) responden tidak berhasil
ibu maka semakin meningkat juga
dalam melakukan toilet training dan dari 35
pengetahuan dan kesadaran ibu sehingga
responden dengan balita termasuk kategori
termotivasi untuk melakukan toilet training
tidak memakai disposable diapers, hanya
(Muhardi, dkk, 2018).
lebih dari sebagiannya yaitu sebanyak 22
Sejalan dengan penelitian terdahulu
orang (62,9%) responden yang tidak berhasil
yang telah dilakukan oleh Buston &
dalam melakukan toilet training.
Septiyanti (2017) tentang hubungan
Berdasarkan hasil analisis statistik
pendidikan dan sikap dengan keberhasilan
menggunakan uji chi-square didapatkan
nilai p = 0,02, artinya terdapat hubungan (2021) tentang kemampuan toilet training
yang signifikan antara penggunaan memiliki hubungan dalam pemakaian
disposable diapers dengan keberhasilan diapers pada anak usia toddler. Hasil
toilet training pada balita. Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada
analisis lebih lanjut, diperoleh nilai OR = hubungan yang bermakna antara pemakaian
10,045, artinya responden yang memakai diapers dengan kemampuan toilet training
disposable diapers pada balita berpeluang pada anak usia toddler, secara statistik
10 kali lebih besar untuk tidak berhasil didapatkan nilai p = 0,031 dan OR = 2,961,
dalam melakukan toilet training jika dimana keberhasilan toilet training lebih
dibandingkan dengan kelompok balita yang tinggi pada kelompok responden dengan
tidak memakai disposable diapers. intensitas pemakaian diapers termasuk
Pemakaian popok sekali pakai kategori rendah.
(disposable diaper) memiliki hubungan Asumsi peneliti bahwa terdapat
negatif dengan keberhasilan toilet training. hubungan yang signifikan antara
Maraknya pemakaian popok sekali pakai penggunaan disposable diapers dengan
(disposable diaper) beberapa dekade keberhasilan toilet training pada anak balita
terakhir diduga menjadi faktor predisposisi di PAUD Kecamatan Mandiangin Koto
keterlambatan keberhasilan toilet training. Selayan, dimana berdasarkan hasil
Selain itu, pemakaian popok sekali pakai penelitian ditemukan adanya kecenderungan
(disposable diaper) juga menyebabkan orang anak yang memiliki kebiasaan penggunaan
tua terlambat memulai toilet training pada disposable diapers untuk mengalami
anaknya. Pelaksanaan toilet training tidak kegagalan dalam toilet training dan angka
hanya menyangkut metode toilet training kegagalan toilet training cenderung lebih
yang diterapkan orang tua, melainkan juga rendah pada kelompok anak yang tidak
menyangkut latihan peralihan dari popok menggunakan disposable diapers.
sekali pakai (disposable diaper) ke celana Penggunaan disposable diapers
dalam (Muhardi, dkk, 2018). memberikan dampak negatif bagi anak jika
Tren keterlambatan keberhasilan toilet tidak digunakan secara cepat, dimana
training dalam beberapa tahun terakhir ini penggunaan disposable secara terus
menurut beberapa peneliti disebabkan oleh menerus anak akan mengalami gangguan
pemakaian popok sekali pakai (disposable psikologis akibat penggunaan diapers yang
diaper) sekali pakai dengan daya serap yang lama yaitu sulit mengontrol keinginan buang
tinggi (disposable absorbent air besar, sehingga anak akan mengalami
diapers).Perhitungan rata-rata pemakaian keterlambatan dalam toilet training. Karena
popok sekali pakai (disposable diaper) untuk dengan penggunaan disposable diapers akan
seorang anak hingga mencapai keberhasilan membentuk kebiasaan anak untuk BAB atau
toilet training adalah sekitar 5.000 popok BAK langsung di celana.
sekali pakai. Berdasarkan penelitian terbaru, Pada penelitian ini juga ditemukan
dua penyebab utama keterlambatan sebagian responden yang tidak
keberhasilan toilet training menurut orang menggunakan disposable diapers namun
tua adalah kurangnya waktu orang tua untuk mengalami kegagalan dalam toilet training
melatih buang air (39%) dan pemakaian dan sebagian responden yang menggunakan
popok sekali pakai (disposable diaper) disposable diapers dapat berhasil dalam
(36,4%) (Muhardi, dkk, 2018). melakukan toilet training. Hal ini berkaitan
Sejalan dengan penelitian terdahulu dengan faktor status pekerjaan ibu serta
yang telah dilakukan oleh Nuhan, dkk pengetahuan ibu tentang toilet training,
dimana pada kelompok ibu dengan status waktunya di masa pandemik ini untuk
ibu bekerja cenderung menunjukkan mengisi kuesioner dan di wawancarai serta
kegagalan dalam toilet training, karena ibu
pihak-pihak yang telah menyediakan data
tidak memiliki waktu yang cukup untuk
melatih toilet training pada anak balita yang dibutuhkan.
sehingga anak cenderung akan mengalami
kegagalan dalam toilet training. REFERENSI
Ambarwati, F, R. (2012). Asuhan
KESIMPULAN Keperawatan Bayi dan Balita.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah Cakrawala Ilmu.
dilakukan, dapat disimpulkan bahwa tidak
terdapat hubungan antara tingkat pendidikan Casnuri, F. L. I. (2017). Hubungan antara
ibu dengan keberhasilan toilet training pada tingkat pengetahuan ibu tentang toilet
anak balita di PAUD Kecamatan training dengan penggunaan diapers
Mandiangin Koto Selayan. Terdapat pada anak usia toddler di posyandu
hubungan yang signifikan antara dusun Banjeng Maguwoharjo. Medika
penggunaan disposable diapers dengan Respati: Jurnal Ilmiah Kesehatan,
keberhasilan toilet training pada balita di 12(2), 1–7.
PAUD Kecamatan Mandiangin Koto Diena. (2009). Popok Medoeren bisa
Selayan. Diharapkan kepada orang tua balita sebabkan mandul.
untuk dapat selalu melakukan stimulasi http://dienaanakbunda.net/new/
perkembangan pada anak balita, khususnya
dalam stimulasi toileting training yaitu Hapsari, I. 2012. Hubungan Pola Pemakaian
dengan mengontrol perkemihan anak untuk Pempers Pada anak Dengan
buang BAB dan BAK secara teratur serta Perilaku Ibu Dalam Melatih Toilet
menghindari penggunaan disposable diapers training Anak Usia Pra Sekolah.
secara terus menerus agar anak dapat terlatih http://eprints.undip.ac.id/21716/1/553-
untuk mengontrol perkemihan dan BAK dan ki-fk-a-pdf. diaskes tanggal 01
berhasil dalam toilet training. Selain itu, Agustus 2017.
diharapkan juga kepada pihak
penyelenggara Pendidikan Anak Usia Dini Hidayat, A. . (2009). Pengantar Ilmu
(PAUD) untuk dapat melakukan pelatihan Keperawatan Anak. Salemba Medika.
toilet training di sekolah yaitu dengan
Hidayat, A. A. . (2008). Pengantar Ilmu
memberikan jam khusus untuk ke kamar
Keperawatan Anak. Salemba Medika.
mandi bagi semua anak-anak balita yang ada
di PAUD serta menekankan sejak dini Hooman, N., Safaii, A., Valavi, E., &
pentingnya untuk BAB/ BAK ke kamar Amini-Alavijeh, Z. (2013). Toilet
mandi. training in Iranian children: A cross-
sectional study. Iranian Journal of
UCAPAN TERIMAKASIH Pediatrics, 23(2), 154–158.
Penulis mengucapkan terimakasih
kepada Allah SWT dan semua pihak yang Nursalam. (2013). Metodologi Penelitian
telah membantu sehingga penelitian dan Ilmu Keperawatan Pendekatan Praktis
(Edisi 3). Salemba Medika.
skripsi ini dapat selesai dengan baik.
Terimakasih tak terhingga untuk semua Padila, P., Andari, F. N., & Andri, J. (2019).
responden yang telah bersedia meluangkan Hasil Skrining Perkembangan Anak
Usia Toddler antara DDST dengan Hubungan Pemakaian Diapers Selama
SDIDTK. Jurnal Keperawatan Toilet training Dengan Kejadian
Silampari, 3(1), 244–256. Enuresis Pada Anak Usia 1-6 Tahun.
https://doi.org/10.31539/jks.v3i1.809 Jurnal Ilmiah Keperawatan Sai Betik,
14(2), 162.
Penny, W & Panulla, K. (2003). Mengajari
https://doi.org/10.26630/jkep.v14i2.130
Anak Pergi Ke toilet. Arcan.
0
PER-01/PJ/2017, N. (2017). No TitleP‫سلطنه‬
Sudaryana, D. B. (2017). Metode Penelitian
‫ان‬P‫عم‬. In Occupational Medicine (Vol.
Teori Dan Praktik.
53, Issue 4).
Sugiyono. (2017). METODE PENELITIAN
Permatasari, R. C., Perdani, R. R. W., &
KUANTITATIF, KUALITATIDF DAN
Bustomi, E. C. (2018). Diagnosis dan
KOMBINASI (MIXED METODS). Alfa
Tatalaksana Enuresis Pediatri. Medical
Beta.
Journal Of Lampung University, 7(2),
283–287. Supartini, Y. (2004). Buku Ajar Konsep
Dasar Keperawatan Anak. EGC.
Proverawati. (2011). Buku Ajar Gizi dalam
Kebidanan. Nuha Medika. Syafei. B. (2007). Terminal Pendidikan,
Jakarta : Rineka Cipta
Pudjiadi, TS, M. (2013). Tanya Jawab
Kesehatan Anak. GAIA. Widodo. (2017). Metodologi Penelitian. PT
RajaGrafindo Persada.
Rahardjo, S., Rahardjo, S., Wayanti, S. W.,
& Wardani, N. E. K. (2019). Pengaruh Wong, D.L., & Marilyn, L. . (2008). Buku
Fungsi Manajemen Pelaksana Kegiatan Ajar Keperawatan Pediatrik (Edisi 6).
SDITK Terhadap Cakupan SDITK EGC.
Balita & Anak Prasekolah. Pamator
Journal, 12(1), 5–11. Zuraidah, Z. (2019). Hubungan Penggunaan
https://journal.trunojoyo.ac.id/pamator/ Diapers Dengan Kemampuan Toilet
article/view/5173 training Pada Toodler Di Paud Ar–
Risalah Kota Lubuklinggau Tahun
Septiary, B. (2012). Mencetak balita cerdas 2017. Masker Medika, 7(1), 19–26.
dan pola asuh orang tua. Nuha
Medika.
Subardiah P, I., & Lestari, Y. (2019).

You might also like