Professional Documents
Culture Documents
Simulasi Karakteristik Motor Induksi Rotor Lilit Sebagai Doubly Fed Induction Generator Menggunakan Psim
Simulasi Karakteristik Motor Induksi Rotor Lilit Sebagai Doubly Fed Induction Generator Menggunakan Psim
_____________________________________________________________________________
Abstract — In recent years, the need for electrical kondisi frekuensi rendah
energy increases with increasing population growth. With
limited fossil energy resources, attention needs to be Kata Kunci— DFIG, motor induksi rotor lilit, turbin
diverted to renewable energy sources such as wind. The angin, kontrol frekuensi, PSIM 9.0, turbin angin
problem that arises is that the wind speed varied to make
the connection of wind generators with AC networks I. PENDAHULUAN
become difficult. In order for connection can be done
then DFIG system applied to the wind generator. This Memasuki milenium baru, teknologi dan jumlah
system enables control of the frequency of the wind pertumbuhan penduduk meningkat pesat. Hal ini juga
power plants. Type of electrical machines which can be diiringi meningkatnya permintaan akan suplai energi
operated as a DFIG is wound rotor induction motor, listrik. Permintaan ini tentu harus segera diimbangi
because of the slip rings that connected to the rotor coils. dengan ketersediaan suplai energi listrik. Di Indonesia
This study was conducted to determine the sejauh ini, sebagian besar kebutuhan energi listrik
characteristics of a wound rotor induction motor when masih disuplai oleh pembangkit–pembangkit berbahan
operated as a DFIG through simulation. The simulation bakar fosil. Sedangkan ketersediaan bahan bakar fosil
was performed using PSIM 9.0 program and the
sendiri makin hari semakin berkurang.. Di Jerman dan
simulation results observed through simview. Simulation
results show that the wound rotor induction motor can Amerika kesadaran akan hal ini sudah muncul puluhan
operate as a reliable DFIG. That needs to be noted is the tahun yang lalu. Sebagai tanggapan atas krisis harga
magnitude of the input current of the rotor at low minyak pada tahun 70an, mulai tumbuh usaha untuk
frequencies condition mengembangkan pembangkit bertenaga angin yang
terhubung dengan jaringan listrik [1]
Intisari — Pada tahun-tahun terakhir, kebutuhan Penilitian ini dibuat untuk melihat karakteristik
akan energi listrik meningkat seiring meningkatnya motor induksi rotor lilit yang dioperasikan sebagai
pertumbuhan penduduk. Dengan terbatasnya sumber Doubly Fed Induction Generator (DFIG). Keuntungan
energi fosil, perhatian perlu dialihkan pada sumber utama dari DFIG jika digunakan dalam turbin angin
energi terbarukan seperti angin. Masalah yang timbul adalah dimungkinkan frekuensi tegangan keluaran
adalah kecepatan angin yang variatif membuat
dipertahankan pada nilai konstan, tidak peduli
penyambungan generator angin dengan jaringan AC
menjadi sulit. Agar penyambungan bisa dilakukan maka
kecepatan angin bertiup pada turbin generator angin.
diterapkan sistem DFIG pada generator angin. Jenis Karena itu, DFIG dapat langsung terhubung ke
mesin listrik yang dapat dioperasikan sebagai DFIG jaringan listrik AC dan tetap disinkronkan sepanjang
adalah motor induksi rotor lilit, karena adanya slip ring waktu dengan jaringan listrik AC. Keuntungan lainnya
yang terhubung dengan kumparan rotor. Penelitian ini termasuk kemampuan untuk mengendalikan faktor
dilakukan untuk mengetahui karakteristik motor induksi daya, sekaligus menjaga perangkat elektronika daya
rotor lilit saat dioperasikan sebagai DFIG melalui dalam turbin angin pada keadaan moderat. Alasan lain
simulasi. Simulasi dilakukan menggunakan program digunakannya DFIG pada pembangkit angin adalah
PSIM 9.0 dan hasil simulasi diamati melalui simview.
pengurangan beban mekanis, desain baling-baling
Hasil simulasi menunjukkan bahwa motor induksi rotor
lilit dapat beroperasi sebagai DFIG dengan handal.
yang lebih sederhana dan rendahnya fluktuasi pada
Kemudian melalui rotor DFIG dapat dilakukan kontrol daya output3].
frekuensi dan tegangan keluaran. Yang perlu menjadi
catatan adalah besarnya arus masukan rotor pada A. Motor Induksi Rotor Lilit
1Mahasiswa
Motor induksi rotor lilit merupakan motor induksi
Jurusan Teknik Elektro dan Teknologi dimana rotornya dibentuk dari satu set belitan tiga fase
Informasi, Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada,
Martapura, Kab Banjar, Kal-Sel 70614 INDONESIA (tlp:
(pada mesin tiga fase) yang merupakan bayangan dari
085878306830; e-mail:fata_te09@mail.ugm.ac.id) belitan statornya. Biasanya belitan tiga fase dari rotor
2, 3 Dosen Jurusan Teknik Elektro dan Teknologi Informasi ini terhubung secara bintang dan jumlah kutub serta
Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada, Jln. Grafika No. lilitannya sama dengan lilitan pada stator5].Tiap-tiap
2 Kampus UGM, Yogyakarta 55281 INDONESIA (telp: ujung dari kawat rotor tersebut dipatri ke slip ring yang
0274-552305; fax: 0274-552305) berada pada poros rotor.
Pemasangan slip ring pada rotor lilit Pada DIFG medan magnet yang terbentuk di rotor
memungkinkan tahanan luar dapat dipasang dengan tidak statis. Hal ini disebabkan rotor disuplai dengan
melalui sikat-sikat yang dihubungkan ke slip ring. arus AC bukan DC. Dan medan magnet tersebut
Penambahan tahanan luar dapat membuat kopel mula berputar pada kecepatan yang proporsional dengan
mencapai nilai kopel maksimumnya. Kopel mula yang frekuensi arus AC yang disuplai ke gulungan rotor. Ini
besar diperlukan pada waktu start. Selain itu tahanan berarti medan magnet putar yang melalui gulungan
luar tadi diperlukan untuk membatasi arus mula yang stator tidak hanya berputar berdasarkan putaran rotor,
besar pada saat start. Disamping itu kecepatan motor tetapi juga karena efek rotasi yang dihasilkan arus AC
dapat diatur karena adanya tahanan luar tersebut . yang disuplai ke gulungan rotor.
Prinsip kerja motor induksi 3 fase berdasarkan Berdasarkan keterangan diatas, pada DFIG besar
induksi elektromagnetis, yakni apabila frekuensi AC yang menginduksi gulungan stator dapat
belitan/kumparan stator diberi sumber tegangan bolak- dirumuskan :
balik 3 fase, maka arus akan mengalir pada kumparan
tersebut, menimbulkan medan putar (garis-garis gaya (2)
fluks) yang berputar dengan kecepatan sinkron dan dengan :
akan mengikuti persamaan : fstator = frekuensi tegangan AC keluaran stator
NRotor = kecepatan rotor
120.𝑓 p = jumlah kutub
𝑁𝑠 = (1)
𝑝 frotor = frekuensi arus AC yang disuplai ke rotor
dengan :
Ns = kecepatan putar dari medan stator (rpm) Saat medan magnet rotor berlawanan dengan arah
f = frekuensi arus dan tegangan stator (Hz) putaran rotor maka frekuensi stator adalah hasil selisih
p = banyaknya kutu frekuensi catu daya rotor dan frekuensi hasil kecepatan
penggerak mula
Garis-garis gaya fluks dari stator tersebut yang
berputar akan memotong penghantar-penghantar rotor, (3)
sehingga pada penghantar-penghantar tersebut timbul
EMF (Electromotive Force) atau GGL (Gaya Gerak C. Penggunaan DFIG pada Turbin Angin
Listrik) atau tegangan induksi. Penerapan sistem kerja DFIG ini sudah dilakukan
Kumparan rotor merupakan rangkaian yang pada sistem pembangkitan dengan tenaga angin
tertutup, maka pada kumparan tersebut akan ada arus (variable speed wind turbine). Hal ini dikarenakan
yang mengalir. Arus yang mengalir pada penghantar pada turbin angin, kecepatan putarnya tidak bisa
rotor yang berada dalam medan magnet akan berputar dikendalikan sehingga banyak sekali kehilangan daya
dari stator sehingga pada penghantar rotor tersebut dan kurangnya efisiensi pada proses pembangkitannya.
timbul gaya-gaya yang berpasangan dan berlawanan Dengan menggunakan DFIG sebagai generator
arah. Gaya tersebut menimbulkan torsi yang cenderung pembangkitannya, proses pembangkitan pada turbin
memutar rotornya, rotor akan berputar dengan angin akan lebih efisien khususnya jika dibandingkan
kecepatan putar (Nr) mengikuti putaran medan putar dengan fixed speed wind turbine.
stator (Ns). Peningkatan efisiensi tersebut karena frekuensi
keluaran yang awalnya sangat bergantung pada
B. Doubly Fed Induction Generator penggerak mula sekarang bisa dikendalikan dengan
Motor induksi rotor lilit 3 fase dapat difungsikan masukan pada gulungan rotor. Selain itu dengan
sebagai DFIG. Selain mendapat masukan dari adanya jalur masukan ke rotor, kendali keluaran
penggerak mula, DFIG mendapat masukan arus AC ke tegangan juga bisa dilakukan. Untuk kontrol maksimal
gulungan rotornya. Arus AC tersebut dapat diinjesikan terhadap permintaan daya, DFIG harus dapat dikontrol
melalui slip ring yang terhubung dengan gulungan dalam rentang kecepatan subsinkron hingga
rotor. Frekuensi keluaran keluaran dari DFIG tersebut supersinkron. Dengan mempertimbangkan kemampuan
dapat divariasi dengan mengatur frekuensi arus AC stator dan rotor DFIG [3].
yang dimasukkan ke gulungan rotor seperti terlihat Berikut contoh model DFIG yang diterapkan pada
pada Gambar 2. turbin angin :
Kemudian beberapa parameter akan divariasi dan Pada simulasi berikutnya akan diamati pengaruh
diamati pengaruhnya terhadap performa DFIG. frekuensi masukan terhadap frekuensi keluaran.
Simulasi dijalankan antara 15-30 detik untuk Simulasi dilakukan dengan mengubah-ubah nilai
masing-masing perubahan nilai parameter pada DFIG. frekuensi masukan di rotor. Karena pengaruh frekuensi
Kemudian data yang diambil adalah data saat DFIG rotor maka frekuensi di stator juga akan ikut berubah
dalam keadaan steady state. Nilai yang ditampilkan meskipun kecepatan penggerak mula tetap 1500 rpm.
pada tabel merupakan nilai rms dari gelombang yang
terukur.
A. DFIG dengan suplai rotor sumber tegangan 3 fase
Pada simulasi ini DFIG dijalankan dengan keadaan
suplai rotor berasal dari jaringan/grid. Sumber
tegangan AC 3 fase pada rangkaian mewakili grid pada Perlu diperhatikan bahwa dalam nilai frekuensi catu
sistem sebenarnya. Kemudian diamati pengaruh daya rotor berbanding terbalik dengan nilai arus yang
perubahan tegangan dan frekuensi masukan pada rotor. mengalir ke rotor (gambar 6).
Beban yang digunakan diatur nilainya pada 100 Ω.
TABEL I
PENGARUH BESAR TEGANGAN MASUKAN TERHADAP TEGANGAN
KELUARAN DENGAN SUPLAI SUMBER TEGANGAN AC 3 FASE
Masukan ke rotor Output generator
V rotor Irotor
(Volt) (Ampere) V beban (Volt) Fs (Hz)
20 0.9 39 100
40 1.8 78 100
60 2.7 117 100
80 3.6 156 100 Gambar 6: frekuensi rotor terhadap arus rotor
110 5 215 100
130 5.9 254 100 Hal ini dikarenakan adanya nilai XL (reaktans
150 6.8 293 100 induktif) pada DFIG. Nilai XL ini dipengaruhi oleh
Pada tabel 1 terlihat bahwa hubungan tegangan yang besar frekuensi gelombang yang mengalir pada DFIG.
diberikan ke rotor berbanding lurus dengan keluaran Maka saat frekuensi rendah nilai X L juga rendah yang
generator. Hal ini jelas karena dengan menambah menyebabkan nilai impedans total rendah. Dengan
tegangan pada rotor maka arus yang mengalir juga nilai tegangan rotor yang konstan (110 V) maka nilai
akan semakin besar sehingga fluks medan magnetnya arus rotor hanya dipengaruhi nilai impedans totalnya.
juga semakin besar. Sehingga tegangan pada stator
semakin besar walaupun kecepatan penggerak mula B. DFIG dengan arah medan rotor berlawanan arah
nilainya tetap sama. Hubungan penambahan besar putaran rotor
tegangan masukan dan tegangan keluaran dapat dilihat DFIG disimulasikan dengan mengubah arah medan
pada gambar 5. rotornya. Arah medan rotor dapat diubah dengan
menukar hubungan salah satu fase pada catu daya rotor
DFIG. Penggerak mula dioperasikan pada kecepatan
2100 rpm yang akan menghasilkan gelombang dengan
frekuensi 70 Hz. Sedangkan sisi rotor diatur pada
frekuensi 20 Hz agar keluaran DFIG memiliki
frekuensi 50 Hz. Hasil simulasi terlihat pada gambar 7
dibawah ini