Professional Documents
Culture Documents
SKRIPSI
F14070069
ABTRACT
Performance test of digital penetrometer had been conducted to evaluate the performance of
developed digital penetrometer. Force was measured using a ring type load cell, while the penetration
depth was measured using an ultrasonic distance sensor. All measured data can be displayed on the
LCD and recorded on a flash memory. Measurement of forces have an accuracy of 0.1 kg, whereas
the depth of measurement has an accuracy of 5 mm. Recorded data were force of penetration, depth of
penetration and ambient temperature. Ambient temperature used to correct the speed of ultrasonic
sensor in the air. Results of tests showed that the digital penetrometer based on microcontroller
ATmega 8535 wich have accurate reading for measuring temperature, depth and penetration
resistance of the soil. Cone index data used for determining trafficability, estimating traction ratio (at
50% slip), specific draft prediction for plowing and specific torque for rotary tilling.
Keywords: penetrometer, microcontroller, flash memory , trafficability, traction ratio, specific draft,
rotary tilling.
Tofan Argandhi Putra. F14070069. Pengujian Kinerja Penetrometer Digital Berbasis Mikrokontroler
Atmega 8535. Dibimbing oleh Radite Praeko Agus Setiawan. 2012.
RINGKASAN
Penetrometer adalah alat untuk mengukur kekuatan tanah yang disebabkan karena adanya
tahanan penetrasi tanah. Dengan data tahanan penetrasi tanah dapat dihitung indeks kerucut (cone
index). Cone index merupakan besaran yang menunjukkan harga tahanan tanah terhadap gaya
penetrasi dari cone (vertikal) dibagi luas dasar cone. Satuan besaran ini dinyatakan dalam satuan gaya
per satuan luas (kg/cm2). Cone index atau indeks kerucut suatu tanah adalah nilai gaya penetrasi
kerucut dibagi luas dari kerucut yang digunakan pada saat menguji. Pada umumnya cone yang
digunakan pada saat uji di lapangan memiliki luas penampang 2 cm2 untuk lahan keras dan 4 cm2
untuk lahan lunak. Cara penggunaan penetrometer adalah pasang cone pada ujung batang
penetrometer setelah itu tegakkan secara vertikal pada tanah yang akan diuji. Tekan penetrometer ke
dalam tanah dengan gaya tekan yang tetap sampai ujung cone berada di bawah permukaan tanah. Pada
kedalaman tertentu dibaca besarnya tekanan vertikal yang diberikan untuk menekan alat tersebut.
Pengukuran cone index dapat dilakukan dengan beberapa metode. Salah satunya yaitu uji duga.
Uji duga adalah gaya yang diperlukan untuk menekan atau memasukan sebuah alat duga ke dalam
tanah yang merupakan ukuran kekuatan tanah. Data penetrometer digunakan untuk kegiatan pertanian
salah satunya adalah mengetahui daya dukung tanah. Daya dukung tanah adalah kemampuan tanah
untuk mendukung alat yang berada di atasnya. Apabila suatu alat berada di atas tanah, maka alat
tersebut akan memberikan ground pressure. Jika ground pressure alat lebih besar dari daya dukung
tanah, maka alat tersebut akan terbenam. Fungsi data pengambilan penetrometer juga dapat digunakan
untuk mengetahui draft spesifik (ketahanan tanah spesifik), pendugaan rasio traksi, draft spesifik
untuk pembajakan, pendugaan torsi spesifik untuk rotary tilling dan penentuan trafficability. Nilai
daya dukung tanah dapat diketahui dengan cara pengukuran atau uji langsung di lapangan.
Penetrometer yang ada sekarang ini masih berupa penetrometer tipe analog dan penetrometer
tipe mekanis yang membutuhkan tiga hingga empat pekerja saat mengoperasikan penetrometer
tersebut. Pekerja pertama sebagai penekan penetrometer, pekerja kedua sebagai pembaca skala
tahanan penetrasi tanah, pekerja ketiga sebagai pembaca kedalaman tanah dan pekerja keempat
mencatat hubungan antara tahanan penetrasi tanah dengan kedalaman tanah. Karena itu pada
penelitian sebelumnya telah dikembangkan penetrometer digital yang dapat merekam data gaya
penetrasi dan kedalaman penetrasi sekaligus mengetahui suhu pada saat pengujian (Muzani, 2012).
Tujuan penelitian ini adalah menguji kinerja penetrometer digital berbasis mikrokontroler
ATmega 8535 yang telah dirancang oleh Muzani (2012) dimana terdapat sensor gaya tipe cincin,
sensor kedalaman penetrasi tipe ultrasonic ranger dan sensor suhu dengan IC LM35. Data yang
dihasilkan adalah data kekuatan tanah, nilai kedalaman penetrasi tanah dan suhu udara atau
lingkungan. Data tersebut dapat disimpan melalui flash memory atau media penyimpanan sementara
sehingga mudah untuk diolah lebih lanjut oleh pengguna dan untuk mengirim data dari penetrometer
digital ke dalam komputer dibutuhkan kabel USB Serial dan program pembacaan port.
Metode awal dari pengujian alat ukur kekuatan tanah yaitu membandingkan pembacaan
tahanan penetrasi penetrometer digital dengan penetrometer mekanis di laboratorium dengan
menyamakan pembacaan pada alat timbangan berat badan. Kemudian dilakukan antara masalah yang
sering terjadi dalam penggunaan alat ukur kekuatan tanah (penetrometer). Tahapan berikutnya adalah
pengujian kinerja penetrometer digital berbasis mikrokontroler ATmega 8535 di Laboratorium
Siswadhi Soepardjo.
Sistem kerja dari alat ukur kekuatan tanah yaitu menekan penetrometer hingga batang penekan
masuk ke dalam tanah. Dengan adanya penekanan maka didapat nilai penetrasi tanah tersebut sesuai
dengan kemampuan tanah menahan tekanan yang diberikan dari tenaga manusia sebagai penekan alat
tersebut. Penetrometer digital memberikan data berupa nilai tekanan tanah, nilai suhu dan nilai
kedalaman batang penekan tanah. Gaya tekan diukur dengan menggunakan sensor strain gage yang
dipasang pada cincin tranduser. Pengerutan cincin tranduser direspon oleh sensor strain gage berupa
nilai hambatan karena tegangan yang dihasilkan terlalu kecil, maka dibutuhkan penguat. Data tersebut
kemudian diolah oleh mikrokontroler untuk diubah menjadi satuan kgf. Data kedalaman diperoleh
dengan menggunakan bantuan sensor utrasonic ranger. Data suhu diperoleh dengan menggunakan
sensor suhu berjenis LM35. Suhu yang diukur adalah suhu lingkungan sekitar pengambilan data. Suhu
lingkungan digunakan untuk membuktikan adanya indikasi perubahan pembacaan karena faktor suhu
antara suhu lingkungan dengan sensor ultrasonic ranger.
Tenaga yang diperoleh dari alat ukur kekuatan tanah (penetrometer) yaitu tenaga manusia.
Sedangkan untuk pengoprasian alat dan baterai 9 volt untuk komponen elektronika penetrometer.
Dimensi dari alat ini yaitu tinggi 95 cm yang terdiri dari panjang batang penekan sebesar 70 cm dan
sisanya batang penghubung antara lengan dengan cincin.
Hasil pengujian adalah data perbandingan pembacaan menggunakan penetrometer mekanis tipe
SR-2 dengan pembacaan penetrometer digital berbasis mikrokontroler ATmega 8535 tanpa
menggunakan cone yaitu dengan cara memanfaatkan timbangan berat badan sebagai indikator
pembacaan gaya tekan. Hasil berikutnya yaitu perbandingan pembacaan penetrometer mekanis tipe
SR-2 dan penetrometer digital berbasis mikrokontroler ATmega 8535 dengan menggunakan cone
yang memiliki luas 2 cm2. Pada pengujian ini dilakukan di Laboratorium Siswadhi Soepardjo dengan
menggunakan tanah jenis latosol. Data pendukung yaitu data kadar air tanah pada setiap tempat
pengujian dari kedua penetrometer tersebut.
PENGUJIAN KINERJA PENETROMETER DIGITAL BERBASIS
MIKROKONTROLER ATMEGA 8535
SKRIPSI
Oleh :
F 14070069
NIM : F 14070069
Menyetujui,
Pembimbing Akademik,
NIP. 196212231986011001
Mengetahui :
Ketua Departemen,
Tanggal lulus:
vi
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI
Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi dengan judul Pengujian Kinerja
Penetrometer Digital Berbasis Mikrokontroler ATmega 8535 adalah hasil karya saya sendiri
dengan arahan dosen pembimbing akademik dan belum diajukan dalam bentuk apapun pada
perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar
pustaka di bagian akhir skripsi ini.
vii
© Hak cipta milik Tofan Argandhi Putra, tahun 2012
Hak cipta dilindungi
viii
BIODATA PENULIS
ix
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi penelitian dengan judul “
Pengujian Kinerja Penetrometer Digital Berbasis Mikrokontroler ATmega 8535“. Skripsi ini disusun
sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi program sarjana S1 di Fakultas Teknologi
Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Dalam menyusun skripsi ini, penulis banyak memperoleh bantuan serta bimbingan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Dr. Ir. Radite Praeko Agus Setiwan, M.Agr. selaku dosen pembimbing yang telah membimbing
penulis selama masa perkuliahan, praktik lapangan, penelitian dan penulisan skripsi dengan penuh
pengertian.
2. Dr.Ir. Iwayan Astika, M.Si. selaku dosen penguji skripsi yang telah membina penulis dalam
menyempurnakan tugas akhir.
3. Kedua orang tua penulis (Agus Akhmadi dan Rita Maphilinda) atas segala kasih sayang dan doa
yang tak pernah habis.
4. Ketiga adik penulis (Shefira Bella Ardiena, Aufa Linda Ardian dan M. Naffael Arasyid) atas
segala dorongan dan doa untuk penulis.
5. M. Tahir Sapsal yang telah membantu penelitian penulis.
6. Ahmad Muzani, Hans Budi Findranov, Muammar Tawarudin Akbar, Damar Wahyu Bintoro,
Satria Asa Negara, Fauzi Kadarisman dan M. Wiryawan yang selalu setia bersama penulis untuk
membantu penelitian.
7. Teman-teman Teknik Pertanian angkatan 44 kenangan indah selama proses belajar, penelitian dan
penulisan skripsi ini.
8. Ahmad Muzani yang selalu mendampingi serta memberikan bantuan dan dorongan semangat
dalam penulisan skripsi ini.
9. Semua pihak yang telah membantu dan mendoakan penulis dalam penelitian dan penulisan skripsi
ini.
Penulis menyadari bahwa dalam menyusun skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna sempurnanya skripsi
ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca
umumnya.
x
DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN ............................................................................................................................. 1
LAMPIRAN..................................................................................................................... .....................39
xii
DAFTAR TABEL
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Diagram segitiga tekstur dan sebaran besar butir tanah berdasarkan sistem USDA ............ 4
Gambar 2. Penampang vertikal lapisan tanah (sumber www.keisya-lambudi.bogspot.com)................. 5
Gambar 3. Bagian penetrometer SR-2 (Setiawan 2004) ...................................................................... 10
Gambar 4. Penetrometer Tipe SR-2 ..................................................................................................... 11
Gambar 5. Cone pada penetrometer ..................................................................................................... 12
Gambar 6. Bagan metodologi penelitian .............................................................................................. 16
Gambar 7. Timbangan digital dan cawan ............................................................................................. 18
Gambar 8. Pengering dengan suhu 110 oC ........................................................................................... 18
Gambar 9. Meja kalibrasi sensor jarak (ultrasonik) ............................................................................. 20
Gambar 10. Skala penggaris dan sudut kemiringan pada meja kalibrasi ............................................. 21
Gambar 11. Penghalang dengan sudut 0o ............................................................................................. 21
Gambar 12. Penghalang dengan sudut kemiringan 5o .......................................................................... 21
Gambar 13. Penghalang dengan sudut kemiringan 10o ........................................................................ 22
Gambar 14. Penghalang dengan sudut kemiringan 15 o ........................................................................ 22
Gambar 15. Penghalang dengan sudut kemiringan 20 o ........................................................................ 22
Gambar 16. Skala penggaris meja kalibrasi sensor jarak (ultasonik) ................................................... 23
Gambar 17. Penetrometer SR-2 dan timbangan ................................................................................... 24
Gambar 18. Kegiatan kalibrasi dengan operator ................................................................................. 24
Gambar 19. Kalibrasi dengan massa operator 62 kg ............................................................................ 24
Gambar 20. Kalibrasi dengan massa operator 67 kg ............................................................................ 25
Gambar 21. Kalibrasi dengan massa operator 64 kg ............................................................................ 25
Gambar 22. Kalibrasi dengan massa operator 74 kg ............................................................................ 26
Gambar 23. Kalibrasi dengan massa operator 63 kg ............................................................................ 26
Gambar 24. Kalibrasi dengan massa operator 65 kg ............................................................................ 27
Gambar 25. Grafik pengujian ke-1 ulangan ke-1 titik ke-1 .................................................................. 28
Gambar 26. Grafik pengujian ke-1 ulangan ke-1 titik ke-2 .................................................................. 28
Gambar 27. Grafik pengujian ke-1 ulangan ke-1 titik ke-3 .................................................................. 29
Gambar 28. Grafik pengujian ke-1 ulangan ke-2 titik ke-1 .................................................................. 29
Gambar 29. Grafik pengujian ke-1 ulangan ke-2 titik ke-2 .................................................................. 30
Gambar 30. Grafik pengujian ke-1 ulangan ke-2 titik ke-3 .................................................................. 30
Gambar 31. Grafik pengujian ke-1 ulangan ke-3 titik ke-1 .................................................................. 31
Gambar 32. Grafik pengujian ke-1 ulangan ke-3 titik ke-2 .................................................................. 31
Gambar 33. Grafik pengujian ke-1 ulangan ke-3 titik ke-3 .................................................................. 32
Gambar 34. Grafik pengujian ke-1 ulangan ke-4 titik ke-1 .................................................................. 32
Gambar 35. Grafik pengujian ke-1 ulangan ke-4 titik ke-2 .................................................................. 33
Gambar 36. Grafik pengujian ke-1 ulangan ke-4 titik ke-3 .................................................................. 33
Gambar 37. Penetrometer digital berbasis mikrokontroler ATmega 8535 ........................................... 34
Gambar 38. Penetrometer mekanis tipe SR-2 ...................................................................................... 34
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
xv
I. PENDAHULUAN
Pada jenis ini yang diukur adalah perlawanan pada ujung (konus). Hal ini dilakukan
dengan cara menekan stang dalam hingga cone menembus ke bawah permukaan tanah,
sedangkan seluruh wadah luar tetap di luar. Gaya yang dibutuhkan untuk menekan konus
tersebut diukur dengan alat pengukur kedalaman.
Pada jenis ini dapat diukur sekaligus nilai cone index dan hambatan lekatnya. Hal ini
dilakukan dengan penekanan stang dalam seperti biasanya. Pembacaan nilai konus dan
hambatan lekat dilakukan setiap 20 cm. Dengan alat sondir yang mungkin hanya mencapai
pada kedalaman 30 cm atau lebih bila tanah yang diselidiki bertekstur lunak. Alat ini sangat
cocok di Indonesia karena di sini banyak dijumpai lapisan lempung yang dalam dengan
kekuatan rendah sehingga tidak sulit menembusnya.
1
1.2 Ruang Lingkup
Penelitian ini dibatasi pada pengujian alat ukur kekuatan tanah secara mekanis (penetrometer
tipe SR-2) dan digital dengan menghasilkan data berupa gaya reaksi tanah yang menjadi acuan untuk
mengetahui nilai kekuatan tanah. Kemudian dilakukan pengujian tanah secara digital dengan
penetrometer digital berbasis mikrokontroler Atmega 8535. Setelah mendapatkan hasil dari pengujian
penetrometer digital, selanjutnya dilakukan uji penetrometer analog untuk membandingkan hasil dan
diambil kesimpulan untuk kelayakan penetrometer digital.
1.3 Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk pengujian kinerja alat yaitu penetrometer digital berbasis
mikrokontroler ATmega 8535 yang dilengkapi sensor kedalaman (ultrasonik), sensor tekan atau strain
gage dan sensor suhu jenis LM35 yang dirancang oleh Muzani (2012). Dalam pengujian digunakan
penetrometer mekanis tipe SR-2 sebagai perbandingan alat ukur penetrasi tanah. Dari perbandingan
kedua alat tersebut diharapkan penetrometer digital memiliki tingkat akurasi yang lebih baik dan
diketahui beberapa kelebihan dari penetrometer digital dibandingkan penetrometer mekanis tipe SR-2.
2
II. TINJAUAN PUSTAKA
3
Gambar 1. Diagram segitiga tekstur dan sebaran besar butir tanah berdasarkan sistem USDA
Tekstur tanah sangat berpengaruh terhadap kemampuan daya serap air, ketersediaan air di
dalam tanah, besar aerasi, infiltrasi dan laju pergerakan air (perkolasi). Dengan demikian secara tidak
langsung tekstur tanah juga dapat mempengaruhi perkembangan perakaran dan pertumbuhan tanaman
serta efisien dalam pemupukan. Tekstur dapat ditentukan dengan metode yaitu dengan metode pipet
dan metode hidrometer. Kedua metode tersebut ditentukan berdasarkan perbedaan kecepatan air
partikel di dalam air (Hakim et al. 1986).
- bentuk lempung
- bentuk prisma
- bentuk gumpal
- bentuk spheroidel atau bulat
Keempat bentuk utama di atas menghasilkan tujuh tipe struktur tanah. Suatu pengertian tentang
sebab-sebab perkembangan struktur di dalam tanah perlu diperhatikan karena stuktur tanah sangat
mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan dapat berubah karena pengolahan tanah. Struktur tanah
4
dapat berkembang dari butir-butir tunggal ataupun kondisi tanah butiran besar. Pembentukan ini
kadang-kadang sampai ke tahap perkembangan struktural yang mantap.
5
6. Horizon R (bedrock)
- Merupakan dasar tanah yang terdiri dari batuan yang sangat pejal dan belum mengalami
pelapukan.
Kegunaan profil tanah adalah untuk mengetahui kedalaman lapisan olah (Lapisan tanah atas = O-A)
dan solum (O-A-E-B), untuk mengetahui kelengkapan atau diferensiasi horison pada profil dan
mengetahui warna tanah. Struktur tanah dapat memodifikasi pengaruh tekstur dalam hubungannya
dalam kelembaban, porositas, tersedianya unsur hara, kegiatan jasad hidup dan pertumbuhan akar.
Sistem penanaman yang mampu menjaga kemantapan agregat tanah akan memberikan hasil yang
tinggi bagi produksi pertanian (Hakim et al. 1986).
1. Tempatkan benda uji dalam cawan, lalu timbang dan catat massanya.
2. Keringkan dengan menggunakan pengering ataupun dengan menggunakan kompor.
3. Pelaksanaan pengeringan dapat dilakukan dengan pengering maupun pengeringan di atas kompor
untuk benda uji yang tidak mengandung bahan organik. Proses pengeringan menggunakan
pengering yaitu dengan cara membuka tutup cawan dan menempatkan tanah di dalam pengering
selama 24 jam. Sedangkan pengeringan untuk benda uji yang tidak mengandung bahan organik
dilakukan di atas kompor atau dibakar langsung setelah disiram dengan spirtus.
4. Lakukan penimbangan dan pengeringan secara berulang-ulang sehingga mencapai bobot yang
tetap. Lalu cawan yang berisi benda uji yang telah dikeringkan kemudian dinginkan dalam
desikator. Setelah dingin, cawan yang berisi tanah kering ditimbang dan catat massanya.
Besarnya kadar air dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Dimana :
W1 = Berat cawan + tanah basah (gram)
W2 = Berat cawan + tanah kering (gram)
W3 = Berat cawan kosong (gram)
W1 –W2 = Berat air (gram)
6
W2 –W3 = Berat bahan kering (gram).
Besarnya kadar air dinyatakan dalam persen dengan ketelitian satu angka di belakang koma.
Kerapatan isi tanah dapat dihitung dengan rumus (Setiawan et al. 2002):
ρd =
(2)
Dimana :
ρd = kerapatan isi tanah (g/cm3)
mtk = massa tanah kering (gram)
Vt = volume tanah dalam ring sampel (cm3)
Kerapatan isi dapat dinyatakan dengan bulk density basah dan bulk density kering. Bulk density
basah menyatakan massa tanah keseluruhan per unit volume. Bulk density kering menunjukan
perbandingan massa tanah kering pengering terhadap volume keseluruhan.
2.1.6 Infiltrasi
Infiltrasi dari segi hidrologi penting karena hal ini menandai peralihan dari air permukaan yang
bergerak cepat ke air tanah yang bergerak lambat. Kapasitas infiltrasi suatu tanah dipengaruhi oleh
sifat-sifat fisik tanah derajat kemampatan, kandungan air dan permeabilitas lapisan bawah permukaan,
nisbi air serta iklim mikro tanah. Infiltrasi berpengaruh saat mulai terjadinya aliran permukaan dan
laju aliran permukaan atau run off. Beberapa faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi laju
infiltrasi adalah sebagai berikut:
- Dalamnya genangan di atas permukaan tanah dan tebal lapisan yang jenuh
- Kelembaban tanah
- Pemampatan tanah oleh curah hujan
- Penyumbatan oleh bahan yang halus (bahan endapan)
- Pemampatan oleh orang dan hewan
- Struktur tanah
- Tumbuh-tumbuhan
- Udara yang terdapat dalam tanah
- Topografi
- Intensitas hujan
7
- Kekasaran permukaan
- Mutu air
- Suhu udara
- Adanya kerak di permukaan
2.2.1 Permeabilitas
Semua jenis tanah bersifat lolos air (permeable) dimana air bebas mengalir melalui ruang-
ruang kosong (pori-pori) yang ada di antara butiran-butiran tanah. Tanah diasumsikan jenuh walaupun
sebenarnya tidak demikian karena ada rongga-rongga udara. Permeabilitas tanah menunjukkan
kemampuan tanah dalam meloloskan air. Struktur dan tekstur serta unsur organik lainnya ikut ambil
bagian dalam menaikkan laju permeabilitas tanah. Tanah dengan permeabilitas tinggi dapat
menaikkan laju infiltrasi. Hal ini dapat menurunkan laju aliran air.
Koefisien permeabilitas tergantung pada ukuran rata-rata pori yang dipengaruhi oleh distribusi
ukuran partikel, bentuk partikel dan struktur tanah. Secara garis besar, makin kecil ukuran partikel
maka semakin kecil pula ukuran pori serta makin rendah koefisien permeabilitasnya. Menurut Susanto
dan Purnomo (1996), pada kebanyakan tanah konduktivitas hidrolik tidak selamanya tetap. Hal ini
dikarenakan berbagai proses kimia, fisika dan biologis. Konduktivitas hidrolik bisa berubah saat air
masuk dan mengalir ke dalam tanah. Perubahan yang terjadi pada komposisi ion komplek dapat
dipertukarkan seperti saat air memasuki tanah sehingga mempunyai komposisi atau konsentrasi zat
terlarut serta berbeda dengan larutan awal. Hal ini bisa merubah konduktivitas hidrolik. Secara umum
konduktivitas akan berkurang bila konsentrasi zat terlarut elektrolit berkurang. Hal ini disebabkan
adanya fenomena pengembangan dan dispersi yang juga dipengaruhi oleh jenis-jenis kation. Selain itu
juga terdapat pelepasan dan perpindahan partikel-partikel lempung selama aliran yang lain bisa
menghasilkan penyumbatan pori-pori tanah.
Tanah bukan merupakan timbunan bahan padat yang mati dan statis, melainkan merupakan
suatu proses yang dinamis dan hidup serta mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Setiap tanah
8
tersusun dari bahan mineral, bahan organik dan air tanah. Bahan mineral berasal dari hasil pelapukan
batuan. Sedangkan bahan organik berasal dari hasil penguraian organisme yang mati. Di dalam tanah
selalu terjadi proses destruktif dan konstruktif. Proses destruktif adalah penguraian bahan mineral dan
bahan organik. Sedangkan proses konstruktif adalah proses penyusunan kembali hasil penguraian
bahan mineral dan bahan organik menjadi senyawa baru.
Adanya empat komponen tanah tersebut serta dinamika di dalam tanah menyebabkan tanah
mampu berperan sebagai media tumbuhnya tanaman. Perbandingan komponen-komponen tanah pada
setiap tempat tergantung pada jenis tanah, lapisan tanah, pengaruh cuaca dan iklim serta campur
tangan manusia. Karakteristik dari jenis-jenis tanah yaitu sebagai berikut:
1. Litosol yaitu tanah yang baru mengalami pelapukan dan sama sekali belum mengalami
perkembangan tanah. Berasal dari batuan-batuan konglomerat dan granit, kesuburannya cukup dan
cocok dimanfaatkan untuk jenis tanaman hutan. Penyebarannya di Jawa Tengah, Jawa Timur,
Madura, Nusa Tenggara, Maluku Selatan dan Sumatera.
2. Latosol yaitu tanah yang telah mengalami pelapukan intensif, warna tanah tergantung susunan
bahan induknya dan keadaan iklim. Latosol merah berasal dari vulkan intermedier, tanah ini subur
sehingga dimanfaatkan untuk pertanian dan perkebunan. Penyebarannya di seluruh Indonesia
kecuali di Nusa Tenggara dan Maluku Selatan.
3. Aluvial yaitu tanah muda yang berasal dari hasil pengendapan. Sifatnya tergantung dari asalnya
yang dibawa oleh sungai. Tanah aluvial yang berasal dari gunung api umumnya subur karena
banyak mengandung mineral. Tanah ini sangat cocok untuk persawahan. Penyebarannya di
lembah-lembah sungai dan dataran pantai seperti di Karawang dan Indramayu.
4. Regosol belum jelas penampakan pemisahan horisonnya. Tanah regosol terdiri dari regosol abu
vulkanik, bukit pasir dan batuan sedimen. Tanah ini dapat dikategorikan tanah yang cukup subur.
5. Grumusol atau Margalit terdiri dari beberapa macam. Grumusol pada batu kapur, grumusol pada
sedimen keras, grumusol pada lembah-lembah kaki pegunungan, grumusol endapan aluvial.
Kesuburan tanah cukup sehingga dimanfaatkan untuk pertanian padi dan tebu. Penyebarannya di
Madura, Gunung Kidul, Jawa Timur dan Nusa Tenggara.
6. Organosol yaitu tanah yang mengandung paling banyak bahan organik, tidak mengalami
perkembangan profil dan disebut juga tanah gambut. Bahan organik ini terdiri atas akumulasi sisa-
sisa vegetasi yang telah mengalami humifikasi tetapi belum mengalami mineralisasi. Tanah ini
kurang subur. Tanah ini belum dimanfaatkan secara maksimal tetapi dapat dimanfaatkan untuk
persawahan. Penyebarannya di Sumatera, Kalimantan dan Papua.
2.4 Penetrometer
Alat ini terdiri dari dua jenis yaitu penetrometer dinamis dan penetrometer statis. Penetrometer
dinamis atau dynamic cone penetrometer pertama kali ditemukan tahun 1959 dan telah dikembangkan
oleh Prof. George F. Penabur. Alat ini menggunakan bahan-bahan yang terbuat dari baja dimana
memiliki massa rata-rata sebesar 6.8 kg, panjangnya sebesar 153 cm dan memiliki kemampuan untuk
melakukan penetrasi ke dalam tanah sekitar 38 cm serta memiliki kemiringan sisi luar dari kerucut
sebesar 45 derajat. Selain penetrometer dinamis terdapat jenis penetrometer statis (static cone
penetrometer). Alat ini pertama kali ditemukan di Belanda. Alat ini memiliki diameter kerucut sebesar
60 derajat. Alat ini untuk mengukur lahan dengan luas 1.5 cm2. Pada perkembangannya peralatan ini
semakin praktis dan semakin canggih sehingga memudahkan pengguna dalam pengoperasiannya. Alat
ini dapat dibagi menjadi tiga kelompok utama, yaitu:
9
Alat ini mempunyai kekuatan atau gaya dorong dari 20 kN sampai 200 kN. Penetrometer
terdiri dari kerucut dengan bahan baja tahan karat berbentuk lingkaran dengan besar sudut sebesar 30
derajat. Suatu poros penggerak dan suatu alat pengukur tekanan. Penetrometer pada umumnya terdiri
atas dua jenis ukuran kerucut. Jenis pertama dengan suatu garis tengah dasar sebesar 0.798 inch yang
digunakan untuk lahan bertekstur lunak. Jenis kedua mimiliki ukuran kerucut sebesar 0.505 inch
digunakan untuk lahan yang sulit ditembus atau keras. Bagian ujung ukurannya lebih luas
dibandingkan poros penggerak untuk membatasi friksi batang dengan lahan. Poros penggerak pada
umumnya lurus setiap tiga inch untuk penentuan kedalaman compaction.
Ujung dari penetrometer sendiri memiliki berbagai macam jenis seperti terlihat pada Gambar 3.
Ujung penetrometer itu sendiri memiliki fungsi yang berbeda-beda sesuai dengan tujuan
penggunannya, misalnya apabila ujung penetrometer tersebut runcing biasanya digunakan untuk
mengukur tanah yang dinamis atau biasa disebut dynamic penetrometer test dan apabila ujung
penetrometer tersebut tumpul biasanya digunakan untuk mengukur tanah yang statis atau dapat
disebut static penetrometer. Suatu penetrometer terdiri dari bagian-bagian seperti kerucut, lengan
penetrometer dan sensor untuk mengukur nilai cone index dari suatu tanah yang akan diukur. Kerucut
penetrometer statis dapat digunakan untuk mengevaluasi konsistensi lahan, tingkatan compaction
suatu lahan dan kapasitas lahan tersebut. Kerucut penetrometer statis ini dikembangkan untuk
mengukur jenis lahan yang berserat terutama lahan yang sangat lembut kedalaman 30 kaki. Alat ini
menggunakan kerucut dengan kemiringan sudut 60 derajat dan digunakan untuk suatu area seluas 1.5
cm². Suatu kerucut opsional dengan luas kerucut 3 cm² dapat untuk digunakan di lahan yang sangat
10
lembut. Dengan menekan atau memukul berbagai macam alat ke dalam tanah serta mengukur
besarnya gaya atau jumlah pukulan yang diperlukan dapat menentukan dalamnya berbagai lapisan
yang berbeda dan didapatkan indikasi mengenai kekuatannya (Wesley 1977). Percobaan ini sering
disebut percobaan penetrasi. Dilihat dari cara penggunaannya penetrometer terbagi menjadi dua
macam:
- Penetrometer statis
Ujungnya ditekan ke dalam tanah pada kecepatan tertentu dan gaya perlawanannya diukur
sehingga didapatkan nilai penetrasinya dalam kg/cm2.
- Penetrometer dinamis
Penetrometer yang unjungnya dimasukkan ke dalam tanah dan saat pengambilan data
penetrasi dilakukan dengan menjatuhkan beban sebagai indikator gaya penetrasi. Beban dijatuhkan
dengan ketinggian tertentu yang sudah diatur dan jumlah pukulan yang diperlukan untuk
mendorong ujung tersebut hingga harus menembus jarak tertentu (misalnya dalam satuan pukulan
per meter). Penetrometer yang umum digunakan di Indonesia adalah alat sondir yang disebut dutch
penetrometer. Dengan alat ini ujungnya ditekan secara langsung ke dalam tanah. Ujung alat
berupa konus (kerucut) dan dihubungkan dengan rangkain stang bor (pipa sondir). Pipa sondir
ditekan masuk ke dalam tanah dengan bantuan alat dongkrak. Pada dasarnya ujung penetrometer
yang sudah ada terdapat dua macam (Soetoto dan Aryono 1980) yaitu:
11
2.4.1 Cone index
Cone merupakan konstruksi alat pengukur kekuatan tanah yang bersentuhan langsung dengan
tanah sehingga perlu adanya bahan yang kuat, tidak mudah berkarat dan mudah menembus tanah.
Cone index adalah ukuran dari resistensi tanah terhadap tindakan penetrasi dan juga sebagai indikator
dari kekuatan tanah. Cone index mempunyai hubungan linier terhadap bulk density dan dipengaruhi
oleh kelembaban. Cone index merupakan besaran ketahanan tanah terhadap gaya penetrasi dari
penusukan cone ke arah yang tegak lurus. Hasil dari data tahanan penetrasi dibagi luas permukaan
kerucut. Satuan besaran ini dinyatakan dalam satuan massa per satuan luas (kg/cm2). Cone index atau
indeks kerucut suatu tanah juga didefinisikan sebagai kemampuan tanah untuk menahan gaya
penetrasi kerucut dimana penetrometer sebagai alat untuk mendapatkan indeks kerucut tanah.
Di samping itu banyak literatur yang menunjukkan bahwa nilai aplikasi untuk teknik ini
tergantung pada mutu penafsiran data yang dikumpulkan. Pengujian penetrasi standar dan
pengambilan sampel dengan tabung memiliki keunggulan, yaitu:
1. Diperoleh informasi berguna yang lebih akurat dan secara langsung mengenai sifat-sifat tanah.
2. Kecepatan pendugaan yang lebih tinggi.
3. Interval pengujian yang lebih pendek memungkinkan mengidentifikasi lapisan-lapisan tanah
bawah permukaan yang lebih teliti. Cone index dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Ci (1)
Dimana :
Ci = Cone index (kg/(cm2))
F = Tahanan penetrasi (kg)
A = Luas kerucut kecil (cm2)
= + 2.7 ( ) (2)
12
Dimana :
Ab = Luas kerucut besar (cm2)
Ak = Luas kerucut kecil (cm2)
Cone indeks juga bisa dapat digunakan untuk menghitung rumus tahanan geser atau shear resistance,
menentukan trafficability, pendugaan rasio traksi (pada slip 50%) dan draft spesifik untuk pembajakan
(F). Rumus yang memakai data cone index sebagai berikut:
S=
(3)
Dimana :
T = Torsi maksimum (kg cm)
R = Jari-jari shear ring (cm)
S = Shear resistance (kg/cm2)
Trafficabilility
Instrument Operation
Easy Possible Impossible
Rotary tilling > 5.0 2.5 – 5.0 < 2.5
Cone index (kg/cm 2 )
by cone 30 , 2 cm 2 Plowing > 6.5 4.0 – 6.5 < 4.0
0 – 15 cm dept h Plowing with > 3.5 2.0 – 3.5 < 2.0
gridle
Rotary tilling > 6.0 6.0 – 10.5 < 10.5
Plate sinkage (cm)
Plowing 0 0 – 3.0 < 3.0
rectangular plate 10 x 2.5
2
cm, pressure 1.6 kg/cm Plo wing with > 3.5 3.5 – 11.0 < 11.0
gridle
13
Berdasarkan shear resistance
Dimana :
Tr = Rasio traksi pada slip 50%
Ci = Cone index (kg/cm2)
S = Tahanan geser pada 20 kg beban normal
F = (7)
F’ = + (9)
Atau
F’ = + (10)
Dimana :
Ip = Indeks plastisitas (%)
C = Clay content (%)
F = Draft spesifik untuk pembajakan (kg/cm2)
F’ = Draft spesifik untuk pembajakan oleh indeks plastisitas (kg/cm2)
F’ = + 0.013 (11)
atau
F’ = + 0.013 (12)
14
Beban dinamis ke arah vertikal untuk penetrometer digital merupakan berat dinamis dari
tekanan penetrometer yaitu jumlah total gaya tegak lurus pada permukaan bidang penyangga
(permukaan tanah) yang tidak rusak. Beban tersebut ditimbulkan oleh penekanan alat penetrometer.
Kemampuan tanah terhadap bidang dinamis kearah vertikal akan sangat mempengaruhi besarnya daya
maksimal yang dipakai untuk bekerja pada tanah dan kedalaman tenggelamnya ujung paku
penetrometer.
15
III. METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan pada November 2011 sampai Oktober 2012 di Laboratorium Lapang
Siswadhi Soepardjo Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian IPB.
Mulai
Kalibrasi penetrometer mekanis dan digital Pengambilan sampel tanah dari tiap
pengujian penetrometer mekanis dan digital
Pengukuran gaya dan kedalaman tanah
Pengolahan data
Selesai
16
3.4 Prosedur Kalibrasi
Kemampuan alat pengukur penetrometer ditentukan dengan beberapa parameter oleh Holman
(1985) sebagai berikut:
a. Alat adalah perubahan yang menunjukan nilai masukan perperubahan nilai keluaran.
b. Ketelitian alat adalah besarnya penyimpangan yang dilakukan oleh instrumen untuk nilai
masukan yang telah diketahui.
c. Ketepatan alat adalah kemampuan alat untuk menunjukan kembali angka tertentu untuk
ketelitian yang telah diketahui.
d. Kemampuan baca adalah selang nilai parameter yang dapat diukur oleh instrumen.
Untuk memperoleh kemampuan baca penetrometer, pengujian penetrometer dilakukan pada penguat
operasional, sensor gaya, sensor suhu dan cincin tranduser. Kalibrasi penetrometer mekanis dilakukan
terhadap perbandingan nilai penetrasi dalam skala penetrometer dengan nilai massa yang dikeluarkan
pada skala timbangan. Nilai massa yang diberikan dengan interval yaitu 10 kg, 20 kg, 30 kg, 40 kg
dan 50 kg.
Kalibrasi penetrometer digital dilakukan terhadap sensor tekanan, sensor kedalaman dan sensor
suhu. Untuk kalibrasi sensor tekan dilakukan dua tahap yaitu kalibrasi penguat dan kalibrasi keluaran
pada LCD dalam satuan kilogram. Kalibrasi penguat dilakukan dengan cara memberikan beban mati
pada cincin tranduser dengan taraf kombinasi 1 kg, 2 kg, 3 kg, 4 kg, 5 kg, 6 kg, 7 kg, 8 kg, 9 kg dan
10 kg dimana konversi 1 kg = 51.8 mV. Sedangkan pembebanan kalibrasi dengan menggunakan
timbangan massa dilakukan dengan pemberian massa 10 kg, 20 kg, 30 kg, 40 kg, 50 kg, 60 kg dan 70
kg.
Kalibrasi sensor kedalaman dilakukan dengan cara membandingkan antara jarak pada sensor
kedalaman dengan penggaris dengan interval 10 cm yang terdiri dari 60 cm, 50 cm, 40 cm, 30 cm, 20
cm dan 10 cm.
Kalibrasi sensor suhu dengan membandingkan alat suhu yaitu termometer pada taraf suhu 29 oC,
30 C, 31 oC, 32 oC, 33 oC, 34 oC dan 35 oC. Setelah itu dimunculkan melalui LCD.
o
Pengukuran kadar air diawali dengan mengambil sempel tanah pada setiap kedalaman 10 cm,
20 cm, 30 cm, 40 cm, 50 cm dan 60 cm. Sampel tanah tersebut kemudian di timbang dengan
menggunakan timbangan digital. Setelah itu, sampel tanah yang sudah ditimbang akan dimasukkan ke
dalam pengering untuk dikeringkan dengan suhu 110 oC selama 24 jam. Setelah sampel tanah kering
sampel tanah ditimbang ulang dengan menggunakan timbangan digital. Kegiatan ini untuk
mengetahui hasil kadar air tanah di lahan tersebut. Pengambilan sampel tanah yaitu dengan membuat
lubang menggunakan pipa besi berdiameter 6 cm. Setelah kedalaman 60 cm setiap 10 cm diambil
17
sampel tanah menggunakan cone yang memiliki penampang lingkaran yang lebar dengan diameter 4
cm. Tanah akan menempel pada sisi atas cone. Selanjutnya tanah diambil dan dimasukan ke dalam
plastik. Setelah semua sampel tanah dikemas, sampel tanah dibawa ke Laboratorium Mekatronika IPB
untuk ditimbang dan dikeringkan dengan menggunakan pengering. Sampel tanah yang ditimbang
yaitu hasil dari campuran tanah di tiga titik setiap pengujian. Hasil tersebut kemudian ditimbang
dengan menggunakan timbangan digital. Sampel tanah dikeringkan dengan suhu 110 oC. Tanah yang
dikeringkan, yaitu sampel tanah yang diambil dari kedalaman 10 cm, 20 cm, 30 cm, 40 cm, 50 cm
dan 60 cm.
18
3.7 Tahapan Pengolahan Data
(1)
Dimana :
Ci = Cone index (kg/ )
F = Tahanan penetrasi (kg)
A = Luas kerucut kecil ( )
Dimana :
W1 = Massa cawan + tanah basah (gram)
W2 = Massa cawan + tanah kering (gram)
W3 = Massa cawan kosong (gram)
W1 –W2 = Massa air (gram)
W2 –W3 = Massa bahan kering (gram)
19
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Kalibrasi sensor ultrasonik bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kemiringan suatu
permukaan dengan pengaruh pembacaan sensor ultrasonik. Modul SRF-04 adalah sebuah modul
pemancar dan penerima gelombang ultrasonik yang dipasang sebagai sensor jarak pada penetrometer
digital berbasis mikrokontroler ATmega 8535. Pada sensor ultrasonic ranger terdapat dua mata yang
berfungsi untuk memantulkan gelombang. Dari pantulan gelombang tersebut kemudian dimunculkan
pada LCD sebagai jarak dengan satuan cm. Pada penetrometer digital, kemampuan dalam membaca
kedalaman terbatas pada kedalaman 70 cm.
20
dikeluarkan adalah nilai keluaran angka yang tidak stabil dan tidak sesuai pada kenyataannya. Nilai
tersebut menunjukan angka maksimal dari pembacaan sensor ultrasonik yaitu 583.99 mm.
Gambar 10. Skala penggaris dan sudut kemiringan pada meja kalibrasi
21
Gambar 13. Penghalang dengan sudut kemiringan 10o
Pengukuran tahanan penetrasi tanah di lapang memerlukan kestabilan pada saat penekanan
sebelum membandingkan kedua alat tersebut dilakukan kalibrasi. Kalibrasi penetrometer mekanis dan
penetrometer digital berbasis ATmega 8535 dilakukan dengan cara memberi tekanan pada kedua
penetrometer. Timbangan berat badan digunakan untuk melihat perbedaan skala antara penetrometer
digital dan penetrometer mekanis tipe SR-2. Hasil yang didapat yaitu tingkat pembacaan gaya tekan
dengan satuan kgf.
Untuk kalibrasi penetrometer digital berbasis ATmega 8535 menggunakan timbangan berat
badan. Pada kalibrasi ini tidak digunakan kerucut pada saat pengambilan data tahanan penetrasi.
Kalibrasi ini dilakukan dengan cara menggunakan tiga orang yang memiliki massa berbeda. Kalibrasi
penetrometer mekanis dilakukan dengan cara yang sama yaitu menggunakan tiga orang yang masing-
masing memiliki massa berbeda. Hasil yang didapat yaitu perbandingan skala yang ditunjukan pada
penetrometer dan timbangan berat badan. Hasil tersebut dapat dilihat di halaman 43 Lampiran 5.
Sebagai pembanding kedua alat tersebut diambil beberapa data penetrasi tanah yang dilakukan
pada kondisi berbeda. Data-data pembacaan skala kedua penetrometer tersebut disajikan pada
Lampiran 5. Perbandingan ketelitian alat yaitu penetrometer mekanis tipe SR-2 dan penetrometer
digital berbasis ATmega 8535 dengan alat timbangan badan menunjukan perbedaan ketelitian masing-
masing penetrometer.
Perbedaan skala yang dihasilkan timbangan berat badan saat kalibrasi penetrometer mekanis
tipe SR-2 terjadi pada nilai tekan diatas 20 kg. Pada skala 1 kg sampai dengan 20 kg pada
penetrometer SR-2 menghasilkan skala yang relatif sama dengan skala timbangan berat badan. Untuk
pengambilan data skala pada penetrometer di atas 20 kg terjadi perbedaan pada skala timbangan.
Sebagai contoh skala yang ditampilkan pada penetrometer 30 kgf, skala yang ditampilkan timbangan
didapat kurang dari 30 kg. Penurunan skala sekitar 4 kg sampai 5 kg pada skala 30 kg. Pengambilan
data kalibrasi terbatas pada skala 50 kgf karena pada skala penetrometer SR-2 untuk angka 60 kgf
memberikan skala pada timbangan badan sebesar 54 kgf. Hal ini merupakan salah satu kendala dalam
23
pembacaan penetrometer mekanis tipe SR-2. Pada penetrometer mekanis terdapat pegas sebagai
pemberi nilai penetrasi pada penetrometer tipe SR-2. Perbedaan tersebut dapat dilihat pada grafik
kalibrasi yang dilakukan dengan tiga kali pengulangan. Pengulangan pertama menggunakan operator
dengan massa badan 62 kg, operator kedua memiliki massa 67 kg dan massa operator ketiga sebesar
64 kg.
Gambar 17. Penetrometer SR-2 dan timbangan Gambar 18. Kegiatan kalibrasi dengan
operator
60 y = 1.12x - 1.6
Skala Penetrometer Mekanis (kgf)
R² = 0.998
50
40
Kalbibrasi Ke-1
30
Linear (Kalbibrasi Ke-1)
20
10
0
0 10 20 30 40 50 60
Skala Timbangan (kg)
24
60
y = 1.07x + 0.1
40
Kalibrasi ke-2
30
Linear (Kalibrasi ke-2)
20
10
0
0 10 20 30 40 50 60
Skala Timbangan (kg)
60
y = 1.12x - 1.8
Skala Penetrometer Mekanis (kgf)
R² = 0.998
50
40
30
Kalibrasi ke-3
20 Linear (Kalibrasi ke-3)
10
0
0 10 20 30 40 50 60
Skala Timbangan (kg)
25
80
70 y = 0.992x + 0.142
R² = 0.999
60
50
40
30
Kalibrasi Ke-1
20 Linear (Kalibrasi Ke-1)
10
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80
80
y = 0.989x + 0.428
70 R² = 0.997
60
50
40 Kalibrasi Ke-2
30 Linear (Kalibrasi Ke-2)
20
10
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80
26
80
y = 0.992x + 1.142
70 R² = 0.998
60
50
40
Kalibrasi Ke-3
30 Linear (Kalibrasi Ke-3)
20
10
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80
27
Cone indekd (kg/cm²)
0
0 10 20 30
-10
-20
Kedalaman (cm)
-30
Penetrometer Mekanis
Penetrometer Digital
-40
-50
-60
-70
-20
Kedalaman (cm)
-50
-60
-70
28
Cone indeks (kg/cm²)
0
0 10 20 30
-10
-20
Kedalaman (cm)
-30
Penetrometer Mekanis
Penetrometer Digital
-40
-50
-60
-70
-20
Kedalaman (cm)
-50
-60
-70
29
Cone indeks (kg/cm2)
0
0 10 20 30
10
20
Kedalaman (cm)
30 Penetrometer Mekanis
Penetrometer Digital
40
50
60
70
20
Kedalaman (cm)
30 Penetrometer Mekanis
Penetrometer Digital
40
50
60
70
30
Cone indeks (kg/cm2)
0
0 10 20 30 40
10
20
Kedalaman (cm)
30 Penetrometer Mekanis
Penetrometer Digital
40
50
60
70
20
Kedalaman (cm)
30 Penetrometer Mekanis
Penetrometer Digital
40
50
60
70
31
Cone indeks (kg/cm2)
0
0 10 20 30
10
20
Kedalaman (cm)
30 Penetrometer Mekanis
Penetrometer Digital
40
50
60
70
20
Kedalaman (cm)
30 Penetrometer Mekanis
Penetrometer Digital
40
50
60
70
32
Cone Indeks (kg/cm2)
0
0 10 20 30
10
20
Kedalaman (cm)
30 Penetrometer Mekanis
Penetrometer Digital
40
50
60
70
20
edalaman (cm)
30 Penetrometer Mekanis
Penetrometer Digital
40
50
60
70
33
Gambar 37. Penetrometer digital berbasis mikrokontroler ATmega 8535
Ci (1)
Dimana :
Ci = Tahanan penetrasi tanah (kg/cm2)
F = Tahanan penetrasi (kg)
A = Luas kerucut (cm2)
34
Sebagai salah satu contoh perhitungan cone index dapat diambil dari pengujian pertama yang
dilakukan pada pagi hari pukul 06.00. Untuk massa penetrometer mekanis tipe SR-2 yaitu sebesar 2
kg. Sedangkan penetrometer digital berbasis mikrokontroler ATmega 8535 memiliki massa yang
sama sebesar 2 kg dan kerucut yang digunakan kedua penetrometer ini yaitu kerucut dengan luas 2
cm2. Contoh perhitungan diambil dari data penetrometer digital berbasis ATmega 8535 pada
pengujian ke-1 pengulangan ke-1 titik ke-1 di Laboratorium Siswadhi Soepardjo Leuwikopo Dramaga
IPB.
Tabel 2. Pengujian penetrometer digital ke-1 ulangan ke-1
Kedalaman
Titik
10 cm 20 cm 30 cm 40 cm 50 cm 60 cm
Rata-rata 38.3 kg/cm2 44.7 kg/cm2 42.3 kg/cm2 42.0 kg/cm2 43.3 kg/cm2 40.7 kg/cm2
4.5 Kalibrasi Sensor Gaya (Strain gage) dan Sensor Jarak (Ultrasonik)
Penguat adalah salah satu rangkaian untuk menguatkan sensor dengan keluaran tegangan yang
relatif rendah. Penguat dihubungkan pada sensor gaya. Ketika penetrometer digital ditekan, sensor
gaya akan memberikan nilai masukan yang selanjutnya diteruskan ke penguat. Kalibrasi penguat
menggunakan beban mati dari beban awal yaitu 1 kg dengan total massa sebesar 10 kg. Alat bantu
untuk pengkalibrasian yaitu multitester, timbangan dan beban mati ukuran 1 kg sebanyak 10 buah.
Dalam pengujian kalibrasi penguat didapat hubungan antara massa beban dengan tegangan keluaran
dari penguat. Skala pengukuran pembacaan yang tetap yaitu kurang lebih 51.8 mV untuk setiap
kilogram beban. Hasil kalibrasi penguat ini digunakan untuk kondisi sinyal di ADC dengan tegangan
referensi sebesar 10 bit. Sedangkan ketepatan penguat relatif tetap pada selang beban untuk
kemampuan baca penguat mencapai 100 kg. Sehingga pada penetrometer digital memiliki tingkat
gaya tekan maksimum pada skala 100 kg. Penetrometer digital berbasis mikrokontroler ATmega 8535
memiliki tingkat ketelitian pembacaan beban tekan sebesar 0.1 kg. Angka tersebut dihitung dan
disajikan pada Lampiran 14. Sedangkan untuk ketelitian pembacaan jarak sebesar 5 mm. Angka
tersebut didapat dari spesifikasi sensor kedalaman (ultrasonik) dan disajikan pada Lampiran 13.
35
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari penelitian pengujian penetrometer digital berbasis mikrokontroler ATmega 8535 dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Kalibrasi jarak penetrometer digital berbasis mikrokontroler ATmega 8535 memiliki keluaran
nilai error pada jarak 20 cm dengan sudut 20o, jarak 30 cm dengan sudut 20o, jarak 40 cm
dengan sudut 15o dan 20o sehingga untuk penggunaan alat didapatkan toleransi kemiringan
sampai sudut kurang dari 15o.
2. Pengambilan data kalibrasi penetrometer mekanis menunjukan nilai R2 sebesar 0.998 artinya
bahwa penetrometer mekanis masih dapat digunakan. Sedangkan pengambilan data kalibrasi
dengan menggunakan penetrometer digital berbasis mikrokontroler ATmega 8535 nilai R2 yang
ditampilkan menunjukan nilai yang sama dengan penetrometer mekanis tipe SR-2 yaitu 0.998.
3. Pada pengujian di lapang terdapat penyimpangan data yaitu pengurangan skala tekan di
penetrometer SR-2 sehingga dalam pembacaan skala di atas 20 kgf kurang tepat. Sedangkan
penetrometer digital berbasis mikrokontroler ATmega 8535 memiliki ketepatan pembacaan
sesuai dengan tekanan yang diberikan.
4. Penetrometer digital berbasis mikrokontroler ATmega 8535 mampu membaca tahanan penetrasi
sampai dengan 100 kg dengan kedalaman maksimal 70 cm.
5. Tingkat ketelitian sensor gaya didapat dengan akurasi 0.1 kg.
5.2 Saran
1. Untuk penyempurnaan penetrometer digital berbasis mikrokontroler ATmega 8535 yang
dilengkapi strain gage sebagai sensor tekan, ultrasonik sebagai sensor kedalaman dan sensor
suhu (LM35) disarankan dilakukan perubahan sebagai berikut:
a. Penambahan strain gauge (menjadi empat lempeng) kiri berjumlah dua dan kanan
berjumlah dua lempeng. Hal ini dimaksudkan agar saat penekanan tidak terlalu condong ke
arah posisi strain gage dalam hal ini ke arah kanan saja.
b. Sebaiknya digunakan sensor ultrasonik dengan pembacaan yang lebih akurat, karena
dengan penggunaan ultrasonik dua mata pada permukaan tanah saat pengambilan data
harus diberi alas yang rata. Hal ini menyulitkan dalam pengambilan data dengan
permukaan tanah yang tidak rata.
c. Cassing atau wadah komponen diperkecil karena bentuk yang besar menyulitkan dalam
penggunaan di lapang.
d. Tidak perlu adanya sensor suhu dan dapat diganti dengan sensor lainnya seperti sensor
kadar air.
e. Kalibrasi penetrometer digital berbasis mikrokontroler ATmega 8535 memiliki komponen
penguat yang tidak stabil, dalam hal ini lebih baik digunakan penguat yang sudah ada
dipasaran karena lebih stabil.
2. Pengukuran tahanan penetrasi tanah hendaknya dilakukan pada kadar air tanah yang relatif sama.
Selanjutnya data-data tahanan penetrasi tanah disertai dengan data kadar air dan selang interval
tahanan penetrasi tanah yang lebih lebar.
3. Kalibrasi jarak penetrometer digital berbasis mikrokontroler ATmega 8535 digunakan
penghalang dengan variasi sudut berbeda hal ini untuk lebih menghasilkan data kalibrasi jarak
yang lebih akurat. Untuk lebih akurat dalam kalibrasi digunakan sudut yang lebih besar hingga
30o dengan selang interval yang kecil sebagai contoh pengukuran kemiringan setiap 1 derajat
kemiringan.
36
4. Untuk lebih membuktikan bahwa penetrometer sudah sempurna seharusnya dilakukan beberapa
uji dan pengambilan data seperti data indeks plastisitas dan perbandingan dengan penetrometer
selain penetrometer tipe SR-2.
37
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1973. Buku Petunjuk Penggunaan Peta Beban Tahanan Tanah. Yogyakarta: Direktorat
Teknik Pertanian.
Astika IW. 1988. Mempelajari Pengaruh Pengolahan Tanah terhadap Tahanan Penetrasi Tanah
Di Kebun Percobaan Darmaga IV IPB, Bogor [skripsi].Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Garedner BLDWH, Gardner WR. 1978. Soil Physics. New York: Willey Eastern Limited
Hillel D. 1980. Soil and Water, Physical Princhiples and Processes. New York: Academic Press.
Herlin. 2005. Desain Alat pengukur Kekuatan Tanah (Penetrometer) Digital. Bogor: Institut
Pertanian Bogor.
Wirjodihardjo M. 1953. Ilmu Tubuh-Tanah. Jakarta :Noordhoff-Kolff N.V.
Sanglerat G.1989. Soal- soal Praktis dalam Mekanika Tanah dan Teknik Pondasi. Jakarta:
Erlangga.
Sapei Asep. 2000. Kajian antara Hubungan Kekuatan Tanah dengan Densitas pada Tanah
Latosol dan Podsolik Merah Kuning. Bogor: Institut Pertanian Bogor
Setiawan RPA. 2004. Materi Retooling. Bogor: Institut Pertanian Bogor
Buckman HO, Brady NC. 1982. Ilmu Tanah. Jakarta: Bhatara Karya Aksara
Henry DF. 1988. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
38
Lampiran 1. Spesifikasi soil penetrometer SR-2
39
Lampiran 2. Contoh perhitungan cone index
40
Lampiran 3. Tabel spesifikasi mikrokontroler ATmega 8535
41
Lampiran 4. Spesifikasi penetrometer digital berbasis mikrokontroler ATmega 8535
- Mikrokontroler ATmega 8535
- Sensor strain gage KFC-5-CL-11L100 120 Ω
- Sensor suhu LM35
- Sensor kedalaman DT Ultrasonik dan infrared ranger
- Cincin tranduser
- Dapat membaca kedalaman sampai 60 cm
- Gaya tekan maksimal 100 kg
42
Lampiran 5. Tabel perhitungan ketepatan dan ketelitian gaya tekan penetrometer
Skala di
timbangan Skala pada penetrometer mekanis (kg) Ketepatan Ketelitian
(kg ) Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3 r S1 S2 s1/r s2/g (%)
10 10 10 10 10.0 0.0 0 0.0 0.0
20 20 21 20 20.3 0.7 1 3.3 5.0
30 32 32 31 31.7 0.3 2 1.1 6.7
40 44 43 44 43.7 0.3 4 0.8 10.0
50 54 54 54 54.0 0.0 4 0.0 8.0
Skala di
timbangan Skala pada penetrometer digital (kg) Ketepatan Ketelitian
(kg ) Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3 r S1 S2 s1/r s2/g
10 10 11 10 10.3 0.7 1 6.5 10.0
20 20 20 22 20.67 1.33 2 6.4 10.0
30 30 31 32 31 1 2 3.2 6.7
40 40 38 40 39.3 0.7 0 1.7 0.0
50 50 50 51 50.3 0.7 1 1.3 2.0
60 59 59 60 59.3 0.7 0 1.1 0.0
70 70 71 71 70.7 0.3 1 0.5 1.4
Dimana :
r = nilai rata-rata
S1 = simpangan pengukuran terjauh dari nialai rata-rata
S2 = simpangan pengukuran terjauh dari nilai asli
43
Lampiran 6.Tabel pengujian tahanan penetrasi tanah
44
Tabel pengujian ke-1 ulangan ke-3 satuan dalam kgf
45
Tabel pengujian ke-2 ulangan ke-1 satuan dalam kgf
46
Tabel pengujian ke-2 ulangan ke-3 satuan dalam kgf
47
Tabel pengujian ke-3 ulangan ke-1 satuan dalam kgf
48
Tabel pengujian ke-3 ulangan ke-3 satuan dalam kgf
49
Tabel pengujian ke-4 ulangan ke-1 satuan dalam kgf
50
Tabel pengujian ke-4 ulangan ke-3 satuan dalam kgf
51
Tabel pengujian ke-5 ulangan ke-1 satuan dalam kgf
52
Tabel pengujian ke-5 ulangan ke-3 satuan dalam kgf
53
Tabel pengujian ke-6 ulangan ke-1 satuan dalam kgf
54
Tabel pengujian ke-6 ulangan ke-3 satuan dalam kgf
55
Lampiran 5. Tabel kadar air pengujian ke-1 sampai pengujian ke-6
Pagi ke-1
Kedalaman berat cawan berat cawan +tanah basah berat cawan +tanah kering basis kering
(cm) (gr) (gr) (gr) (%)
10 2.8 6.8 5.9 29.03
20 2.8 11.1 8.6 43.10
30 2.7 10.1 8.9 19.35
40 2.9 10.8 8.2 49.06
50 2.8 9.6 7.2 54.55
60 2.8 6.8 5.9 29.03
Siang ke-1
Kedalaman berat cawan berat cawan +tanah basah berat cawan +tanah kering basis kering
(cm) (gr) (gr) (gr) (%)
10 3 7.6 6.8 21.05
20 2.9 7.4 6 45.16
30 3.1 7.6 5.7 73.08
40 2.8 8.4 6.3 60.00
50 2.8 10.3 7.9 47.06
60 3 10 8.3 32.08
Sore ke-1
Kedalaman berat cawan berat cawan +tanah basah berat cawan +tanah kering basis kering
(cm) (gr) (gr) (gr) (%)
10 2.9 5.2 4.6 35.29
20 2.8 7.4 6.1 39.39
30 2.9 8 6.9 27.50
40 2.9 8.4 6.2 66.67
50 2.8 8.1 6.1 60.61
60 3 8.9 6.6 63.89
Malam ke-1
Kedalaman berat cawan berat cawan +tanah basah berat cawan +tanah kering basis kering
(cm) (gr) (gr) (gr) (%)
10 2.8 8.1 6.6 39.47
20 2.7 6.6 5.4 44.44
30 2.6 5.7 4.5 63.16
40 2.5 6.4 5.1 50.00
50 2.7 5.7 4.7 50.00
60 2.7 8.2 6.2 57.14
56
Pagi ke-2
berat cawan berat cawan +tanah basah berat cawan +tanah kering basis kering
ketinggian (gr) (gr) (gr) (%)
10 2.8 8.3 7.1 27.91
20 2.8 10 7.3 60.00
30 2.7 7.9 6.5 36.84
40 2.9 8.1 6.1 62.50
50 2.8 5.7 4.9 38.10
60 2.8 6.6 5.7 31.03
Siang ke-2
berat cawan berat cawan +tanah basah berat cawan +tanah kering basis kering
ketinggian (gr) (gr) (gr) (%)
10 2.8 10 8.7 22.03
20 2.8 6.9 6 28.13
30 2.8 10.4 8.9 24.59
40 2.7 5.4 4.5 50.00
50 2.7 7.4 5.9 46.88
60 2.9 8.9 7.5 30.43
Sore ke-2
berat cawan berat cawan +tanah basah berat cawan +tanah kering basis kering
ketinggian (gr) (gr) (gr) (%)
10 2.9 6.4 5.7 25.00
20 2.8 9.8 7.7 42.86
30 2.9 6.3 5.3 41.67
40 2.9 6 4.7 72.22
50 2.8 9.8 6.9 70.73
60 3 7 5.3 73.91
Malam ke-
2
berat cawan berat cawan +tanah basah berat cawan +tanah kering basis kering
ketinggian (gr) (gr) (gr) (%)
10 2.8 9.6 8.3 23.64
20 2.7 7.9 6.7 30.00
30 2.6 6.6 5.5 37.93
40 2.5 7.2 6 34.29
50 2.7 7 5.8 38.71
60 2.7 5.9 4.9 45.45
57
Pagi ke-3
berat cawan berat cawan +tanah basah berat cawan +tanah basis kering
Kedalaman (cm) (gr) (gr) kering (gr) (%)
10 2.8 9.1 7.3 40.00
20 2.7 10.9 8 54.72
30 2.7 8.9 6.7 55.00
40 2.7 8.9 6.5 63.16
50 2.7 8.9 6.6 58.97
60 2.8 9.6 7.4 47.83
Siang ke-3
berat cawan berat cawan +tanah basah berat cawan +tanah basis kering
Kedalaman (cm) (gr) (gr) kering (gr) (%)
10 2.8 8.9 7.3 35.56
20 2.7 8.9 6.8 51.22
30 2.9 10.1 7.6 53.19
40 2.8 14 9.9 57.75
50 2.8 10.3 7.5 59.57
60 3 11.1 8.4 50.00
Sore ke-3
berat cawan berat cawan +tanah basah berat cawan +tanah basis kering
Kedalaman (cm) (gr) (gr) kering (gr) (%)
10 2.8 11.3 9.3 30.77
20 2.7 8 6.2 51.43
30 2.5 8 6.4 41.03
40 2.5 10.6 8.4 37.29
50 2.6 11.7 9.2 37.88
60 2.5 8 6.5 37.50
Malam ke-3
berat cawan berat cawan +tanah basah berat cawan +tanah basis kering
Kedalaman (cm) (gr) (gr) kering (gr) (%)
10 2.6 8.1 6.5 41.03
20 2.6 7.2 5.6 53.33
30 2.6 10.2 7.6 52.00
40 2.6 10.4 7.8 50.00
50 2.5 9.5 7.2 48.94
60 2.6 9.8 7.3 53.19
58
Pagi ke-4
berat cawan berat cawan +tanah basah berat cawan +tanah kering basis kering
ketinggian (gr) (gr) (gr) (%)
10cm 2.5 17 13.1 36.79
20cm 2.6 15.6 11.4 47.73
30cm 2.5 12.5 9 53.85
40cm 2.6 12.6 9.2 51.52
50cm 2.5 13.8 9.8 54.79
60cm 2.6 13.2 9.4 55.88
Siang ke-4
berat cawan berat cawan +tanah basah berat cawan +tanah kering basis kering
ketinggian (gr) (gr) (gr) (%)
10cm 2.8 14.8 11.6 36.36
20cm 2.8 18.4 13.3 48.57
30cm 2.8 13.4 9.9 49.30
40cm 2.8 13.2 9.6 52.94
50cm 2.8 15.9 11.2 55.95
60cm 2.8 14.3 10.6 47.44
Sore ke-4
berat cawan berat cawan +tanah basah berat cawan +tanah kering basis kering
ketinggian (gr) (gr) (gr) (%)
10cm 2.8 14.8 11.8 33.33
20cm 2.8 18.4 13.1 51.46
30cm 2.8 13.4 9.9 49.30
40cm 2.7 13.2 9.6 52.17
50cm 2.8 15.9 11.1 57.83
60cm 2.8 14.3 10.3 53.33
Malam ke-
4
berat cawan berat cawan +tanah basah berat cawan +tanah kering basis kering
ketinggian (gr) (gr) (gr) (%)
10cm 2.5 8.7 7 37.78
20cm 2.6 9.5 7.1 53.33
30cm 2.6 9.9 7.4 52.08
40cm 2.7 13.5 9.6 56.52
50cm 2.7 11.9 8.5 58.62
60cm 2.8 9.9 7.7 44.90
59
Pagi ke-5
Kedalaman berat cawan berat cawan +tanah basah berat cawan +tanah kering basis kering
(cm) (gr) (gr) (gr) (%)
10cm 2.8 14.3 11.3 35.29
20cm 2.7 12.8 9.9 40.28
30cm 2.7 13 10.2 37.33
40cm 2.7 10.7 8.4 40.35
50cm 2.7 11.6 8.5 53.45
60 2.8 9.8 7.2 59.09
Siang ke-5
Kedalaman berat cawan berat cawan +tanah basah berat cawan +tanah kering basis kering
(cm) (gr) (gr) (gr) (%)
10 2.8 10.1 8.6 25.86
20 2.7 13.9 10.7 40.00
30 2.9 12.5 9.8 39.13
40 2.8 10.1 7.8 46.00
50 2.8 9.8 7.3 55.56
60 3 11 8.2 53.85
Sore ke-5
Kedalaman berat cawan berat cawan +tanah basah berat cawan +tanah kering basis kering
(cm) (gr) (gr) (gr) (%)
10 2.8 8.4 7.3 24.44
20 2.7 7.9 6.5 36.84
30 2.5 5.7 4.7 45.45
40 2.5 7.1 5.7 43.75
50 2.6 5.9 4.8 50.00
60 2.5 6.6 5.1 57.69
Malam ke-5
Kedalaman berat cawan berat cawan +tanah basah berat cawan +tanah kering basis kering
(cm) (gr) (gr) (gr) (%)
10 2.6 7.7 6.3 37.84
20 2.6 8.3 6.6 42.50
30 2.6 6.8 5.4 50.00
40 2.6 7.5 5.7 58.06
50 2.5 6.6 5.3 46.43
60 2.6 5.7 4.7 47.62
60
Pagi ke-6
Kedalaman berat cawan berat cawan +tanah basah berat cawan +tanah kering basis kering
(cm) (gr) (gr) (gr) (%)
10cm 2.5 9.9 8 34.55
20cm 2.6 11.2 8.2 53.57
30cm 2.5 12.2 8.9 51.56
40cm 2.6 7.8 5.9 57.58
50cm 2.5 9.6 7 57.78
60cm 2.6 6.8 5.3 55.56
Siang ke-6
Kedalaman berat cawan berat cawan +tanah basah berat cawan +tanah kering basis kering
(cm) (gr) (gr) (gr) (%)
10cm 2.8 9.5 7.9 31.37
20cm 2.8 10.7 8.3 43.64
30cm 2.8 9.3 7.1 51.16
40cm 2.8 8.6 6.8 45.00
50cm 2.8 7.9 6.3 45.71
60cm 2.8 6.9 5.5 51.85
Sore ke-6
Kedalaman berat cawan berat cawan +tanah basah berat cawan +tanah kering basis kering
(cm) (gr) (gr) (gr) (%)
10cm 2.8 13.2 10.6 33.33
20cm 2.8 11.9 9.3 40.00
30cm 2.8 9.7 7.5 46.81
40cm 2.7 10 7.4 55.32
50cm 2.8 8.8 6.9 46.34
60cm 2.8 7.3 5.9 45.16
Malam ke-6
Kedalaman berat cawan berat cawan +tanah basah berat cawan +tanah kering basis kering
(cm) (gr) (gr) (gr) (%)
10cm 2.5 7.7 6 48.57
20cm 2.6 8.1 6.4 44.74
30cm 2.6 6.3 5.1 48.00
40cm 2.7 8.5 6.5 52.63
50cm 2.7 9 7.2 40.00
60cm 2.8 6.8 5.3 60.00
61
Lampiran 6. Tabel kalibrasi sensor jarak (ultasonik)
Ulangan ke-1
Sudut (derajat)
jarak (cm)
0 5 10 15 20
0 0.1 0.7 1.1 2.1 3
10 10.1 11.6 9.7 9 8.6
20 20.2 19.9 13.4 12.8 Error
30 30.1 30.3 30.2 30.6 Error
40 40.1 40.2 40.7 Error Error
50 50.1 50.1 50.4 50.5 50.9
60 59.9 60.1 60.1 60.4 60.9
Ulangan ke-2
sudut(derajat)
jarak (cm)
0 5 10 15 20
0 0.1 0.7 0.9 2.2 3.3
10 10.1 11.4 9.6 9 8.6
20 20.1 19.9 13.3 12.9 Error
30 30.2 30.2 30.2 30.6 Error
40 40 40 40.6 Error Error
50 50.1 50.1 50.5 50.5 50.8
60 60 60 60.1 60.5 60.9
Ulangan ke-3
Sudut (derajat)
jarak (cm)
0 5 10 15 20
0 0 0.8 1 2.2 3.2
10 10 11.6 9.6 9 8.6
20 20 19.7 13.4 12.9 Error
30 30.2 30.1 30.2 30.6 Error
40 40.1 40.2 40.6 Error Error
50 50 50.2 50.5 50.5 50.8
60 60.2 60.2 60.2 60.3 60.8
Ulangan ke-4
Sudut (derajat)
Jarak (cm)
0 5 10 15 20
0 0.1 0.7 0.9 2.1 3.5
10 10 11.6 9.6 9 8.5
20 20.1 19.7 13.3 12.8 Error
30 30.1 30.2 30.3 30.7 Error
40 40 40.1 40.6 Error Error
50 50 50.2 50.5 50.6 50.9
60 60 60 60.1 60.5 60.9
62
Lampiran 7. Kalibrasi penguat untuk sensor gaya (strain gage)
Data
pembacaan Rataan Interval
No (mV) (mV) (mV)
63
1315 1320 - 1317.5 65
1250 1255 - 1252.5 60
1190 1195 - 1192.5 55
1135 1140 - 1137.5 45
1090 1095 - 1092.5 60
1030 1035 - 1032.5 60
5 1580 1585 - 1582.5 57.5
1520 1525 1530 1525 52.5
1470 1475 - 1472.5 50
1420 1425 - 1422.5 55
1365 1370 - 1367.5 52.5
1310 1315 1320 1315 57.5
1255 1260 - 1257.5 50
1205 1210 - 1207.5 50
1155 1160 - 1157.5 50
1105 1110 - 1107.5 50
1055 1060 - 1057.5 50
6 1575 1580 - 1577.5 60
1520 1515 - 1517.5 45
1475 1470 - 1472.5 50
1420 1425 - 1422.5 55
1365 1370 - 1367.5 45
1320 1325 - 1322.5 50
1270 1275 - 1272.5 55
1215 1220 - 1217.5 50
1165 1170 - 1167.5 50
1115 1120 - 1117.5 55
1060 1065 - 1062.5 55
7 1585 1580 - 1582.5 47.5
1530 1535 1540 1535 52.5
1480 1485 - 1482.5 60
1420 1425 - 1422.5 55
1365 1370 - 1367.5 55
1310 1315 - 1312.5 60
1250 1255 - 1252.5 52.5
1198 1202 - 1200 50
1148 1152 - 1150 52.5
1095 1100 - 1097.5 55
1040 1045 - 1042.5 55
8 1590 1585 - 1587.5 67.5
1515 1520 1525 1520 60
1465 1460 1455 1460 52.5
1405 1410 - 1407.5 50
1360 1355 - 1357.5 50
64
1310 1305 - 1307.5 60
1250 1245 - 1247.5 52.5
1190 1195 1200 1195 57.5
1135 1140 - 1137.5 50
1085 1090 - 1087.5 55
1030 1035 - 1032.5 55
65
Lampiran 8. Tegangan referensi pada ADC
66
Lampiran 9. Sifat Tanah di Laboratorium Siswadhi Soepardjo Leuwikopo, Darmaga
67
Lampiran 10. Spesifikasi sensor kedalaman (ultrasonik) DT-SENSE USIRR (#991-992)
Jangkauan ultrasonic : 2 cm – 3 cm
Ketelitian ranger : 5 mm
Keluaran berupa jarak (dalam milimeter)
Dua antar muka : PC-Bus dan Pulse Width
Dapat dihubungkan ke 2 sensor Infra Red Ranger GP2D12
68
Lampiran 11. Perhitungan ketelitian sensor gaya (strain gage)
Diketahui :
ADC 10 bit = 210 digital = 1024 digital
Tegangan referensi = 5 volt
Menghitung perubahan terkecil input sehungga mengubah 1 nilai digital (step) yaitu:
Sensitivitas alat teoristis sebesar 50 mV/kg namum pada kalibrasi pembebanan mati didapatkan rata-
rata angka sensitivitas alat sebesar 51.8 mV/kg.
69