You are on page 1of 10

Jurnal llmu Pertanian Indonesia, Agustus 2008, hlm.80-89 Vol.13 No.

2
ISSN 0853-4217

BAKTERI PROBIOTIK DALAM BUDIDAYA UDANG:


SELEKSI, MEKANISME AKSI, KARAKTERISASI, DAN APLIKASINY A SEBAGAI
AGEN BIOKONTROL
Widanami 1l*, Sukenda, Mia Setiawati

ABSTRACT
PROBIOTIC BACTE-RIA IN SHRIMP CULTURES: ITS SELECTION, MECHANISM OF
ACTION, CHARACTERIZATION, AND APPLICATION AS A BIOCONTROL AGENT

Bacterial disease attack occurs at the hatchery stage, which is considered to be the most serious threat, and
often results in mass mortality of shrimp larvae by vibrosis which is that caused by a luminous bacterium identified
as Vibrio harveyi. This research was carried out to obtain local isolates of probiotic bacteria that were able to inhibit
the growth of V. harveyi and effectively apply it as a biocontrol of vibriosis in shrimp cultures. The research was
carried out as follows: (I) In vitro and in vivo selection of probiotic bacteria candidates, (2) Study of the action
mechanism and characterization of the selected pro biotic bacteria, (3) Study on application of the selected probiotic
bacteria as a biocontrol agent in shrimp cultures. Results of in vitro and in vivo selection provided the best three
isolates, which were tUb, SKT-b and Ua. The survival rate of shrimp larvae which were not only inoculated by V.
harveyi but also with I Ub, SKT -b and Ua probiotic bacteria were 88.33, 83.33, and 81.67% respectively; whereas the
positive control treatment (merely inoculated with V. harvey1) gave a 41.67% survival rate and the negative control
(without bacterial addition) was 68.33%. Studies using a rifampicin resistant marker (RrR) demonstrated that the
number of V. harveyi MR5339 RrR cells in treatments without probiotic addition were higher than the treatment
with the probiotic bacteria, in dead larvae, living larvae, as well as in the culture media. Partial sequencing of the
I6S-rRNA gene showed that the I Ub isolate was similar to Pseudoalteromonas piscicida, whereas the SKT-b and Ua
isolates were similar to Vibrio alginolyticus. Selected probiotic bacteria could be applied directly to shrimp larva
culture media, or orally through enrichment of both natural and artificial food.

Keywords: Penaeus monodon larvae, probiotic bacteria, vibriosis

ABSTRAK diinokulasi V. harveyi saja) sebesar 41,67% dan kontrol


negatif (tanpa penambahan bakteri) sebesar 68,33%.
Penyakit yang disebabkan bakteri yang paling Hasil studi menggunakan penanda rifampisin resisten
serius dan sering menyebabkan terjadinya kematian (RrR) menunjukkan bahwa jumlah sel V. harveyi
massal pada larva udang windu di tingkat pembenihan MR5339 RrR pada perlakuan tanpa penambahan
adalah penyakit vibrosis; terjadi akibat serangan probiotik lebih tinggi dibanding pada perlakuan dengan
bakteri berpendar yang diidentifikasi sebagai Vibrio penambahan probiotik, baik pada larva mati, larva
harveyi. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan hidup, maupun air media pemeliharaan. Hasil analisis
isolat lokal bakteri probiotik yang potensial mampu sekuen sebagian gen 16-rRNA menunjukkan bahwa
menghambat pertumbuhan V. harveyi serta efektif isolat I Ub memiliki kemiripan dengan Pseudo-
diaplikasikan dalam penanggulangan penyakit vibriosis. alteromonas piscicida, sedangkan isolat SKT-b dan Ua
Tahapan penelitian mencakup: (1) Studi tentang seleksi memiliki kemiripan dengan Vibrio alginolyticus. Bakteri
in vitro dan in vivo bakteri kandidat probiotik, (2) Studi probiotik terpilih dapat diaplikasikan Iangsung pada
tentang mekanisme aksi dan karakterisasi bakteri media pemeliharaan larva udang atau melalui
probiotik terpilih, (3) Studi tentang aplikasi bakteri pengayaan pakan baik pakan alami maupun pakan
probiotik terpilih sebagai agen biokontrol pada buatan.
budidaya udang. Hasil seleksi in vitro dan in vivo
diperoleh tiga isolat terbaik yaitu IUb, SKT-b, dan Ua. Kata kunci: bakteri probiotik, larva Penaeus monodon,
Kelangsungan hidup larva udang yang selain vibriosis
diinokulasi V. harveyi juga diberi bakteri probiotik I Ub,
SKT-b dan Ua berturut-turut adalah 88,33, 83,33, dan
81,67%, sedangkan perlakuan kontrol positif (hanya PENDAHULUAN
J) Depattemen Budidaya Perairan, Fakultas Pe1ikanan dan Ilmu
Serangan penyakit bakteri pada tingkat pembenihan
Kelautan IPB, Jl. Agatis, Kampus IPB Dannaga. Bogor 16680
yang paling serius dan sering menyebabkan terjadinya
* Penulis korespondcnsi: (+62251) 6319729
-·=-
81 Vol.13. No.2 J.llmu.Pert.lndones

kematian massal pada larva udang windu adalah serangan Koloni yang terpisah kemudian dipilih secara acak untuk
-: bakteri berpendar yang diidentifikasi sebagai Vibrio harreyi
(Lavilla-Pitogo et a!. 1990; Karunasagar et a!. 1994;
mendapatkan isolat mumi dan dipelajari lebih lanjut.
Vibrio han•eyi yang digunakan dalam penelitian m1

:
-
Ruangpan et a!. 1998). Serangan ini menyebabkan penyakit
vibriosis. Bakteri ini pada umurnnya menyerang larva udang
pada stadia zoea, mysis dan awal pascalarva (Lavilla-Pitogo et
a!. 1990) sehingga menjadi kendala dalam penyediaan benih
adalah V harveyi MR5339, diisolasi dari udang sakit dan
merupakan koleksi Balai Penelitian Perikanan Pantai,
Maros, Sulawesi Selatan, serta telah diuji sifat patogennya
pada larva udang windu.

~
udang yang sehat dalam jumlah besar yang diperlukan untuk
produksi udang. Uji In Vitro Bakteri Kandidat Probiotik
Usaha untuk menanggulangi penyakit vibriosis telah
dilakukan dengan menggunakan berbagai jenis antibiotik. Uji In Vitro Bakteri Kandidat Probiotik dengan
Namun penggunaan antibiotik secara terus-menerus dengan Metode Kirby-Bauer
dosis sub-optimal telah mengakibatkan V harveyi menjadi
Semua isolat mumi yang diperoleh, diuji daya
resisten (Karunasagar eta!. 1994; Tjahjadi eta!. 1994; Teo et
hambatnya terhadap V. harveyi MR5339 secara in ritro
a!. 2000). Penggunaan vaksin juga sulit diterapkan karena
dengan metode Kirby-Bauer, yakni dengan mengamati
galur V han·eyi yang menyerang larva udang sangat beragam
diameter zona hambat pada media SWC-agar. Masing-
(Suwanto eta!. 1998).
masing sebanyak I ose bakteri kandidat probiotik dan V.
Dengan adanya kelemahan-kelemahan dari berbagai
han•eyi MR5339 disuspensikan ke dalam 500fll larutan
upaya yang telah dilakukan, penggunaan bakteri probiotik
fisiologis (NaCI 0,85%) steril di dalam tabung cppendmf.
sebagai agen biokontrol pada pembenihan udang menawarkan
Selanjutnya sebanyak 50 f.!l suspensi V. harvcyi MR5339
altematif pemecahan untuk menanggulangi permasalahan
disebar pada media SWC-agar dan dibiarkan sampai agak
tersebut. Dasar pendekatan ini adalah dengan menggunakan
kering. Paper disk steril merk Whatman nomor 42 dengan
aktivitas mikroorganisme yang dapat menekan atau
diameter 5mm diletakkan di atas media SWC-agar yang
menghambat pertumbuhan V han·cyi tanpa menimbulkan
telah ditebarkan V. harvcyi MR5339 dan kemudian
dampak buruk pada sistem keseimbangan ekologis mikrob.
sebanyak 5f.!l suspensi bakteri kandidat probiotik diteteskan
Cara ini telah terbukti berhasil dan banyak digunakan pada
di atas paper disk tersebut. Pengujian dilakukan dengan 4
usaha hewan temak (Fuller 1992; Ohhira et a!. 1996), namun
ulangan dan I kontrol (larutan fisiologis). Setelah
baru akhir-akhir ini diteliti untuk diaplikasikan pada sistem
diinkubasi pada suhu ruang selama 24 jam, zona hambat
budidaya perairan, misalnya pada budidaya ikan (Skjermo ,
bakteri diukur.
Vadstein 1999; Gram ct a/. 1999), kerang-kerangan (Douillet
, Langdon 1994; Riquelme ct a!. 1997) , udang (Tjahyadi et
Uji In Vitro Baktcri Kandidat Probiotik dengan
a!. 1994; Rengpipat eta!. 1998a, 1998b, 2000; Gomez-Gil et
Metode Kultur Bersama
a!. 2000).
Penelitian ini bertujuan mendapatkan isolat lokal bakteri Bakteri kandidat probiotik yang tidak menghasilkan
probiotik yang potensial mampu menghambat pertumbuhan zona hambat pada pengujian dengan metode Kirby-Bauer
V. harvcyi patogen dan efektif diaplikasikan dalam diseleksi kembali untuk mengukur kemampuannya dalam
penanggulangan penyakit vibriosis. menghambat pertumbuhan V. harvcyi dengan melakukan
kultur bersama dalam media SWC-cair. Sebelum pengujian.
bakteri kandidat probiotik dari golongan Vibrio diuji
BAHAN DAN METODE sensitivitasnya terhadap antibiotik rifampisin dengan cara
menumbuhkan isolat-isolat tersebut pada media SWC-agar
Seleksi In Vitro dan In Vivo Bakteri Kandidat Probiotik 10% w/v dan penambahan rifampisin 50Dg.mr 1 (SWC+Rf).
Setelah diinkubasi pada suhu ruang selama 24 jam, dilakukan
Isolasi Bakteri Kandidat Probiotik pengamatan pertumbuhan koloni pada media tersebut untuk
Bakteri kandidat probiotik diisolasi dari berbagai mengetahui respon resistensi. Uji in vitro bakteri ini dila1aikan
lingkungan tambak dan hatcllCiy yaitu di Balai untuk menseleksi bakteri kandidat probiotik sehubungan
Pengembangan Benih Ikan Laut Payau dan Udang dengan penggunaan penanda resisten rifampisin (Rf) pada 1·
(BPBILAPU), Pangandaran, Jawa Barat dan hatchery hwTcyi.
udang PT Biru Laut Khatulistiwa serta tambak udang Pengaruh penghambatan bakteri kandidat probiotil--
intensif di Lampung. Contoh diambil meliputi berbagai pada V. han·eyi MR5339 RfR diketahui dengan car~1
stadia udang dan media pemeliharaannya, pakan alami larva menumbuhkan setiap isolat mumi bakteri kandida:
udang berupa kultur alga dan artemia. Setiap contoh disebar probiotik (Vibrio dan non- Vibrio) pada media SWC-cair
pada media seawater complete (SWC)-agar (5g 10% dengan kepadatan 10 4 cfu.mr 1• Selanjutnya dJ-
bactopeptone, 1g ekstrak khamir, 3m! gliserol, 15g agar, tambahkan 10 4 cfu.mr 1 V han•eyi MR5339 Rf. Setelar.
750ml air !aut, dan 250m! akuades) dan selanjutnya diinkubasi menggunakan larutan fisiologis steril sampai (1
diinkubasi pada suhu ruang (28 hingga 31 tc
selama 24 jam.
1
untuk kultur campuran dan sampai 10- 5 untuk kontrol (I
harveyi MR5339 Rf tanpa isolat kandidat probiotif._
Vol. 13 No.2 J.llmu.Pert.lndones 82

Hasil pengenceran kemudian disebar pada media SWC+Rf Keterangan:


untuk bakteri kandidat probiotik dari golongan Vibrio dan SR: Tingkat kelangsungan hidup (%)
media TCBS-agar untuk isolat non-Vibrio. Hasil pe- Nt : Jumlah udang yang hidup pada akhir perlakuan
nyebaran kemudian diinkubasi selama 24 jam pada suhu (ekor)
ruang. Apabila V han•eyi MR5339 Rf pada tabung kontrol N 11 : Jumlah udang yang hidup pada awal perlakuan ( ekor)
(tanpa isolat probiotik) tumbuh jauh lebih banyak dibanding
pada kultur campuran ( V han•eyi MR5339 Rf dicampur
dengan isolat probiotik), maka berarti isolat probiotik tersebut
mampu menghambat pertumbuhan V harveyi MR5339 Rf. a- dan

Uji Patogenisitas Bakteri Kandidat Probiotik


Sebelum dilakukan uji tantang dengan V harl'eyi pada
larva udang, sebanyak 6 isolat yang paling potensial
berdasarkan uji in l'itro (masing-masing 3 isolat dari
metode Kirby-Bauer dan kultur bersama) diuji pato-
genisitasnya pada larva udang. Pengujian dilakukan dengan
menambahkan suspensi isolat kandidat probiotik
6 1
berkonsentrasi I 0 cfu.mr pada media pemeliharaan larva
Keterangan:
udang. Larva udang dipelihara dalam stoples berisi air !aut
(X : Laju pertumbuhan panjang atau bobot udang (%)
steril 21 dengan kepadatan 10 ekor per I dan diberi pakan
t : Lama waktu pemeliharaan udang (hari)
Artemia 3 hingga 5 individu per ml sebanyak 4 kali per
Wt : Bobot rata-rata akhir udang (mg)
hari. Pemeliharaan larva udang dilakukan selama 5 hari
W11 : Bobot rata-rata awal udang (mg)
dan larva yang mati dihitung setiap hari. Pada akhir per-
Lt : Panjang rata-rata akhir udang (mm)
cobaan dihitung kelangsungan hidup larva udang dan
L 11 : Panjang rata-rata awal udang (mm)
dibandingkan dengan kontrol, yakni perlakuan tanpa pe-
nambahan isolat kandidat probiotik.
Mekanisme Aksi Bakteri Probiotik pada Larva Udang
Uji Tantang Bakteri Kandidat Probiotik dengan V. Mekanisme aksi bakteri probiotik dipelajari melalui esei
harveyi MR5339 Rfl" pada Larva Udang Windu pelekatan menggunakan penanda molekuler rifampisin
Enam isolat bakteri kandidat probiotik yang paling resisten (Rf) untuk mengetahui efektivitas penghambatan
potensial berdasarkan uji in vitro (masing-masing 3 isola! bakteri kandidat probiotik terhadap pelekatan dan
dari metode Kirby-Bauer dan kultur bersama) dan tidak kolonisasi V han·eyi pada larva udang.
bersifat patogen, diuji efektivitasnya dalam menghambat Isolat yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1Ub
serangan V han•eyi pada larva udang. Isolat kandidat dan Ua (isolat terbaik yang dihasilkan pada penelitian tahap
probiotik dengan konsentrasi 10 6cfu.mr 1 dimasukkan ke I) dan SKT-b (basil isolasi oleh Widanarni et a!. 2003).
dalam wadah pemeliharaan udang sehari setelah larva Ketiga isolat tersebut telah diuji dan mampu menghambat
udang dimasukkan. Larva udang dipelihara dalam stoples pertumbuhan V. har\'e}'i patogen pada uji in vitro dan
yang berisi air !aut steril 21 dengan kepadatan I 0 ekor per I. meningkatkan kelangsungan hidup larva udang windu.
Setelah dilakukan kokultivasi dengan larva udang selama 6
jam, V harveyi MR5339 Rt~ dimasukkan dengan Pembuatan Mutan Bakteri Probiotik Resisten
6
konsentrasi 10 cfu.mr
1
(LD 50 ). Percobaan dilakukan Rifampisin (Rfl")
dengan tiga ulangan termasuk kontrol (tanpa penambahan Pembuatan bakteri probiotik Rf dilakukan melalui
V han•eyi dan isolat probiotik). Selama percobaan larva mutasi spontan dengan menyebarkan 1,Oml suspensi bakteri
udang diberi pakan Artemia sebanyak 3 hingga 5 individu probiotik sensitif rifampisin yang telah dipekatkan menjadi
per ml sebanyak 4 kali sehari. Pengantian air dan 0, 1ml pada media SWC+Rf. Koloni yang tumbuh pada
penyiponan dilakukan setiap hari; air diganti sebanyak I 0% media tersebut merupakan mutan bakteri probiotik Rf.
dari volume total air dalam wadah pemeliharaan.
Pengamatan dilakukan selama 5 hari. dan pada akhir Pertumbuhan Bakteri Probiotik Rfl"
percobaan dihitung kelangsungan hidup dan pertumbuhan
larva udang. Kelangsungan hidup lan·a udang dihitung Bakteri probiotik tipe liar dan mutannya masing-
menggunakan rum us Effendie ( 1979). sedangkan per- masing ditumbuhkan pada media SWC-cair dalam shaker
tumbuhan dihitung berdasarkan pertambahan bobot dan bergoyang pada suhu ruang. Konsentrasi setiap biakan
panjang dengan rumus Huisman (1987): diperoleh dengan mengukur kekeruhan suspensi biakan
dengan metode turbidimetrik. Pengamatan dilakukan setiap
Nt jam selama 24 jam dan dibandingkan antara tipe liar dengan
SR X 10 mutannya.
No
_:::

83 Vol.13. No.2 J.llmu.Pert.lndones


~

~
Uji Daya Hambat Bakteri Probiotik RrR terhadap berian bakteri probiotik dengan konsentrasi 10 3cfu.mr 1, (B)
4
V. harveyi pada Larva Udang Pembenan bakteri probiotik dengan konsentrasi 10 cfu.mr
1, (C) Pemberian bakteri probiotik dengan konsentrasi 10 5
Tiga isolat mutan bakteri probiotik Rf diuji kembali
cfu.mr 1, (D) Pemberian bakteri probiotik dengan konsen-
efektivitasnya dalam menghambat pertumbuhan V. han·eyi
trasi 10 6 cfu.mr 1, (E) Pemberian bakteri probiotik dengan
patogen pada larva udang. Pengujian dilakukan sama 1
konsentrasi bertingkat dari 10 3 hingga 106 cfu.ml" , (F)
s:perti tipe liamya, namun selain terhadap kelangsungan
Kontrol (tanpa pemberian bakteri probiotik).
h1dup dan pertumbuhan, pengamatan juga dilakukan pada
Larva dipelihara dalam wadah stoples kaca dengan
populas1 bakteri probiotik dan V. han·eyi serta total bakteri
volume air pemeliharaan 21 dan padat penebaran 20 ekor
baik pada air pemeliharaan maupun larva udang.
per 1. Selama pemeliharaan, larva udang diberi pakan alami
Pengamatan dilakukan menggunakan media TCBS+Rf
Artemia. Parameter yang diamati selama penelitian adalah
untuk isolat Vibrio da~ SWC+Rf untuk isolat non Vibrio.
kelangsungan hidup larva udang, pertumbuhan panjang dan
Pengujian dilakukan selama 12 hari, dengan kepadatan
bobot larva, populasi bakteri dan kualitas air.
larva 10 ekor per 1. Selama pengujian, larva udang diberi
pakan berupa nauplii Artcmia dengan frekuensi pemberian Aplikasi Bakteri Probiotik Melalui Pengayaan
pakan 5x sehari. Pertumbuhan bobot dan panjang total Artemia
d1amat1 pada awal dan akhir percobaan, sedangkan
kelangsungan hidup dihitung pada akhir percobaan. Percobaan menggunakan dua perlakuan, pertama
larva udang diberi pakan Artemia yang diperkaya dengan
Karakterisasi dan ldentifikasi Bakteri Probiotik Vibrio SKT-b dan kedua larva udang diberi pakan Artemia
tanpa pengayaan (kontrol). Pengayaan dilakukan dengan
Karakterisasi isolat probiotik terpilih dilakukan terhadap
cara menambahkan Vibrio SKT-b pada media pe-
morfolog1 kolom, bentuk sel dan sifat gram dengan
mehharaan Artemia dengan konsentrasi awal 10 6 cfu.mr 1
pewamaan gram, sedangkan identifikasi isolat dilakukan
media. Lama waktu pengayaan ditentukan berdasarkan
berdasarkan hasil sekuensing gen 16S-rRNA (Marchesi ct
lama waktu yang mampu menghasilkan akumulasi bakteri
a!. 1998).
probiotik tertinggi pada tubuh Artemia. Artemia diberikan
ke larva udang selama 14 hari. Pertumbuhan panjang dan
Aplikasi Bakteri Probiotik pada Larva Udang
bobot larva udang diamati pada awal dan akhir percobaan,
sedangkan kelangsungan hidup dihitung pada akhir
Aplikasi Bakteri Probiotik pada Berbagai Stadia
percobaan.
Larva Udang
Percobaan ini menggunakan larva udang windu stadia Aplikasi Bakteri Probiotik Melalui Pakan Buatan
nauplius yang dipelihara hingga stadia pasca-larva 10
. _Percobaan ini menggunakan udang windu PL 36 yang
(PLIO) dan diberi bakteri probiotik SKT-b dengan
d1pehhara selama 42 hari dalam akuarium dengan ke-
konsentrasi 10 6cfu.mr 1 pada waktu yang berbeda. Secara
padatan 15 ekor per akuarium (volume 30 liter). Pemberian
keseluruhan, percobaan terdiri dari 6 perlakuan dan 1
pakan dilakukan 4 kali sehari, yaitu pada pukul 08.00,
kontrol dengan 3 ulangan yaitu: (A) Pemberian bakteri
12.00, 16.00, dan 22.00. Jumlah pakan yang diberikan
probiotik pada awal stadia nauplius, (B) Pemberian bakteri
d1dasarkan pada F ceding Rate (FR) yang disesuaikan
probiotik pada awal stadia zoea. (C) Pemberian bakteri
den~an peningkatan biomassa udang. Persiapan pakan uji
probiotik pada awal stadia mysis, (D) Pemberian bakteri
mehputJ tahap kultur bakteri, pemisahan sel bakteri dengan
probiotik pada awal stadia pasca-larva l, (E) Pemberian
medJa kultur, dan pencampuran bakteri pada pakan.
bakteri probiotik pada awal stadia nauplius, zoea, mysis dan
Pencampuran pakan dengan bakteri probiotik dilakukan
pasca-larva, (F) Pemberian bakteri probiotik setiap hari, (G)
dengan nisbah 3: 1 (Rengpipat et a!. 1998b). Sebagai
Kontrol (tanpa pemberian bakteri probiotik).
perekat digunakan putih telur sebanyak 3% dari total
Pemeliharaan larva dilakukan dalam wadah stoples
campuran pakan dan bakteri. Secara keseluruhan, penelitian
kaca dengan volume air pemeliharaan 2 liter dan padat
terdiri atas 3 perlakuan dan 1 kontrol dengan 3 ulangan,
penebaran 20 ekor per liter. Selama pemeliharaan, larva
ya1tu kontrol (pakan+ 3% putih telur), SKT -b
udang diberi pakan alami berupa Skeletoncma dan Artemia.
(pakan+probiotik SKT -b+ 3% putih telur), 1 UB
Parameter yang diamati selama penelitian adalah ke-
(pakan+probiotik 1 UB+ 3% putih telur), dan komersil
langsungan hidup larva udang, pertumbuhan panjang dan
(pakan + probiotik komersil+ 3% putih telur).
bobot larva, populasi bakteri dan kualitas air.

Aplikasi Bakteri Probiotik pada Berbagai


Konsentrasi HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini menggunakan larva udang windu stadia Seleksi In Vitro dan In Vivo Bakteri Kandidat Probiotik
PL1 dan dipelihara hingga stadia PL 10 . Bakteri probiotik
SKT-b d1tambahkan ke dalam media pemeliharaan larva Isolat Bakteri Kandidat Probiotik
udang dengan konsentrasi yang berbeda, yaitu (A) Pem-
=
~~

Vol. 13 No.2 J.llmu.Pert.lndones 84


-==
--=
Bakteri kandidat probiotik yang berha~il diisolasi dari menunjukkan bahwa hampir semua bakteri yang diuji
34 sumber yang berbeda di lingkungan tambak dan mampu menghambat pertumbuhan V. han·eyi MR5339 Rf
hatchery adalah 118 isolat. Sebanyak 22 isolat berasal dari walaupun dengan daya hambat yang berbeda-beda. Tiga
tambak pembesaran udang vaname di Desa Pinang Gading, isolat, yaitu I Ub, P20Bf, dan 1Oa yang masing-masing
Kalianda, Lampung Selatan, 57 isolat dari lingkungan diisolasi dari udang vaname, air pemeliharaan udang galah
pembenihan udang PT Biru Laut Khatulistiwa. Lampung dan Skeletonema costatum menunjukkan hasil terbaik.
Selatan, dan 39 isolat dari Balai Pengembangan Benih Ikan Jumlah V. han·eyi MR5339 Rf yang tumbuh dengan
Laut Payau dan Udang (BPBILAPU) Pangandaran, Ciamis, penambahan probiotik l Ub, P20Br, dan lOa masing-masing
Jawa Barat. sebanyak l cfu.mr', 16 cfu.mr', dan 30cfu.mr', sedangkan
Penampilan wama dan bentuk koloni isolat-isolat pada biakan kontrol (hanya diinokulasi dengan V. han·eyi
tersebut pada media SWC-agar ada beberapa macam. MR5339 Rf), jumlah V. han•eyi MR5339 Rf yang
W ama koloni terdiri dari krem, kuning, oranye, dan putih tumbuh mencapai 7 ,6x l 0 8cfu.mr' (Widanami eta!. 2008b ).
dengan bentuk koloni oval, bulat kecil, bulat besar dan
beberapa menyebar (swarming). Koloni bakteri kandidat Patogenisitas Bakteri Kandidat Probiotik
probiotik dari golongan Vibrio menampilkan wama kuning Sebelum diuji tantang dengan V. han·eyi MR5339
dan hijau pada media TCBS. pada larva udang, sebanyak 6 isolat terbaik hasil uji in vitro
(masing-masing 3 isolat dari metode Kirby-Bauer dan
Hasil Uji In Vitro Bakteri Kandidat Probiotik
kultur bersama) diuji patogenisitasnya terhadap pascalarva
Hasil Uji In Vitro Bakteri Kandidat Probiotik udang windu. Hasil uji patogenisitas memperlihatkan
dengan Metode Kirby-Bauer bahwa nilai kelangsungan hidup pada perlakuan dengan
penambahan bakteri kandidat probiotik adalah tidak
Pcnapisan in vitro terhadap 118 isolat bakteri kandidat berbeda nyata dengan kontrol; artinya semua kandidat
probiotik dalam menghambat pertumbuhan V. han·eyi probiotik yang diuji tidak menimbulkan kematian yang
5339, menghasilkan 62 isolat atau sebanyak 52,54% yang berarti pada udang atau tergolong tidak patogen (Widanami
menghasilkan zona hambat. Berdasarkan diameter zona eta!. 2008a,b ).
hambatnya, dipilih 3 isolat terbaik, yaitu isolat 9a yang
berasal dari Cyclotella (pakan alami) dengan zona hambat Hasil Uji Tantang Bakteri Kandidat Probiotik
12,8mm, isolat Ua yang berasal dari saluran cema udang dengan V. harveyi MR5339 RrR pada larva udang
vaname dengan zona hambat 14,5mm, dan isolat P 17Bh windu
yang berasal dari air pemeliharaan kerapu bebek dengan
Masing-masing tiga isolat bakteri kandidat probiotik
zona hambat 15,0 mm (Widanami et a!. 2008a). lsolat-
yang paling potensial berdasarkan uji in vitro dari metode
isolat bakteri telah diisolasi oleh Muliani et a!. (2003)
Kirby-Bauer dan kultur bersama serta tidak bersifat
sedikitnya 603 isolat bakteri asal !aut dan 15 diantaranya
patogen, diuji efektifitasnya dalam menghambat serangan
(2,5%) potensial menghambat V. han•eyi MR5339;
V. han,eyi MR5339 pada larva udang windu. Hasil
Haryanti et a!. (2000) juga telah mengisolasi 273 isolat
pengujian menunjukkan bahwa semua isolat yang diuji
bakteri dan 3 di antaranya ( 1%) menunjukkan adanya
dapat meningkatkan kelangsungan hidup larva udang. Nilai
hambatan terhadap pertumbuhan V. han·eyi secara in 1'itro.
kelangsungan hidup larva pada perlakuan yang selain
Hasil penelitian Riquelme et a!. ( 1997) menunjukkan
diinfeksi dengan V. han·eyi MR5399 Rf juga ditambah
bahwa dari 57 isolat bakteri yang diisolasi dari air !aut, 3 di
probiotik adalah 76,7-90,0%, sedangkan pada perlakuan
antaranya (5%) potensial menghambat pertumbuhan V.
yang hanya diinfeksi dengan V. han·eyi MR5399 RfR tanpa
anguillarum. Adanya peng-hambatan pertumbuhan bakteri
probiotik nilai kelangsungan hidupnya hanya 65,0-73,3%
tidak selalu dapat diamati dengan melihat adanya zona
(Widanami eta!. 2008a,b). Peningkatan nilai kelangsungan
bening pada media padat. Komposisi media yang
hidup larva tersebut diduga disebabkan oleh penghambatan
digunakan mungkin mempengaruhi jumlah senyawa
pertumbuhan V. han•eyi pada larva udang oleh bakteri
antimikrob yang dihasilkan atau dilepaskan ke media.
probiotik. Hasil penelitian Rengpipat et a!. ( 1998b)
Selain itu, penghambatan pertumbuhan tidak selalu
menggunakan probiotik Bacillus S 11 menunjukkan bahwa
berkaitan dengan produksi senyawa antimikrob seperti
setelah diberi perlakuan probiotik selama l 00 hari dan
antibiotik, tetapi dapat juga karena adanya senyawa
kemudian diuji tantang dengan V. han·eyi selama 10 hari,
metabolit primer atau adanya perubahan pH (Verschuere et
nilai kelangsungan hid up udang windu mencapai l 00%
a!. 2000).
sedangkan pada kontrol 26%. Haryanti et a!. (2000)
Hasil Uji In Vitro Bakteri Kandidat Probiotik melaporkan bahwa penambahan bakteri strain by-9 dengan
dengan Metode Kultur Bersama konsentrasi 106 cfu.mr' pada media pemeliharaan larva
udang windu menghasilkan tingkat kelangsungan hidup
Sebanyak 51 isolat bakteri yang tidak menghasilkan 59,3%, sedangkan pada kontrol 14,7%. Riquelme et a!.
zona hambat dengan metode Kirby-Bauer diuji kembali (1997) juga melaporkan bahwa penambahan bakteri strain
kemampuannya dalam menghambat rcrtumbuhan v. C30 dan SVI pada media pemeliharaan larva kerang
han•eyi menggunakan metode kultur hcr<Ima. Hasil uji (Argopecten pururatus) secara nyata dapat meningkatkan
·-=-
85 Vol.13. No.2 J.llmu.Pert.lndones

kelangsungan hidup larva tersebut walaupun tidak liamya. Kelangsungan hidup larva pada perlakuan dengan
berpengaruh setelah diuji tantang dengan V anguillarum. penambahan SKT-b, I Ub, dan Ua berturut-turut adalah
Dalam uji in vitro sebelumnya, diketahui isolat C30 dapat 88,33, 86,67 dan 83,33%, sedangkan perlakuan yang hanya

: menghambat pertumbuhan V anguillarum patogen,


sedangkan SVl tidak menunjukkan adanya penghambatan.
diinokulasi dengan V. han•eyi MR5339 Rf tanpa probiotik.
nilai kelangsungan hidupnya hanya mencapai 51,67°,
(Widanami et a!. 2008c). Peningkatan nilai kelangsungan

~
Mekanisme Aksi dan Karakterisasi Bakteri Probiotik hidup larva udang terjadi karena adanya penghambatan
pertumbuhan V. han·eyi pada larva udang oleh bakten
Uji In Vivo Bakteri Probiotik pada Larva Udang probiotik. Hal ini ditunjukkan oleh lebih tingginya jumlah

~
Isolat yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1Ub sel V. han•eyi MR5339 Rf pada perlakuan tanpa pe-
dan Ua (isolat terbaik yang dihasilkan pada penelitian nambahan probiotik, dibanding pada perlakuan dengan
Tahap I) serta SKT-b (diisolasi oleh Widanami eta!. 2003). penambahan probiotik, baik pada larva mati, larva hidup.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa kelangsungan hidup maupun air media pemeliharaan (Widanami et a!. 2008c ).
larva yang diinokulasi dengan V harl'eyi dan diberi bakteri Larva udang yang diberi probiotik memiliki nilai
probiotik 1Ub, SKT-b dan Ua, berturut-turut adalah 88,33, pertumbuhan panjang lebih besar (5, 16-5,32%) dibanding
83,33, dan 81,67%, sedangkan perlakuan kontrol positif perlakuan tanpa probiotik (4,90-5,02%). Demikian pula
(hanya diinokulasi V han•eyi saja) sebesar 41,67% dan untuk pertumbuhan bobot menunjukkan bahwa larva yang
kontrol negatif (tanpa penambahan bakteri) sebesar 68,33% diberi probiotik menghasilkan pertumbuhan bobot lebih
(Widanami eta!. 2008c). besar (11,27-11,99%) dibanding perlakuan tanpa pem-
berian probiotik (9,35-10,63%) (Widanami et a!. 2008c).
Penggunaan Penanda RcR pada Bakteri Probiotik Hal ini menunjukkan bahwa penambahan bakteri probiotik
dapat mcningkatkan pertumbuhan panjang dan bobot pada
Sebanyak I 0 8cfu.mr 1 bakteri probiotik tipe liar larva udang windu. Diduga pada perlakuan tanpa
sensitif rifampisin ditumbuhkan pada media SWC-agar penambahan probiotik, larva udang menggunakan sebagian
yang mengandung rifampisin 50 f.lg.mr 1, telah memberikan
energi pertumbuhannya untuk mengatasi serangan V
mutan resisten rifampisin 48-11 0 koloni. Morfologi koloni
han•eyi, sehingga pertumbuhan panjang dan bobotnya lebih
dan pendarannya sama seperti tipe liamya. Sebelum
rendah dibanding perlakuan dengan penambahan bakteri
digunakan pada uji mekanisme penghambatan probiotik probiotik. Pada perlakuan dengan penambahan probiotik.
pada larva udang, maka mutan Rt~ yang telah diperoleh ini
bakteri probiotik bekerja mengeliminir populasi V han·eri.
terlebih dahulu diuji pertumbuhannya dan dibandingkan
sehingga larva udang dapat memanfaatkan energi yang
dengan tipe Iiamya.
tersedia lebih banyak untuk pertumbuhannya. Selain itu,
bakteri probiotik yang ditambahkan tersebut berkemung-
Pertumbuhan Bakteri Probiotik RcR
kinan mengandung makro dan mikro nutrien yang di-
Hasil uji pertumbuhan bakteri probiotik baik tipe liar butuhkan larva udang atau dapat memberi kontribusi enzim
maupun yang diberi penanda resisten rifampisin (Rf), untuk pencemaan yang menyebabkan udang dapat
memberikan laju pertumbuhan yang relatif sama. mencema pakan lebih baik, sehingga nutrisi yang diserap
Pertumbuhan tertinggi ketiga strain bakteri probiotik (I Ub, oleh tubuh udang juga lebih banyak, yang akhimya akan
SKT-b, Ua) dicapai pada jam ke 10-14, dan menurun memberikan pertumbuhan yang lebih baik.
setelahnya (Widanami eta!. 2008c). Hal ini menunjukkan
bahwa adanya mutasi resisten rifampisin pada bakteri Identifikasi Bakteri Probiotik
probiotik tidak berpengaruh terhadap pertumbuhannya.
Hasil analisis sekuen sebagian gen 16-rRNA
Dengan demikian penanda tersebut dapat digunakan menunjukkan bahwa isolat 1Ub termasuk spesies
sebagai penanda untuk memonitor keberadaan bakteri
Pseudoalteromonas piscicida dengan indeks kemiripan
tersebut pada larva udang dan media pemeliharaannya. 98%, SKT-b termasuk spesies Vibrio alginolyticus dengan
indeks kemiripan 88%, dan Ua termasuk spesies Vibrio
Daya Hambat Bakteri Probiotik RcR terhadap V.
alginoh-ricus dengan indeks kemiripan 98%.
harveyi pada Larva Udang
Tiga isolat mutan bakteri probiotik diuji efektivitasnya Aplikasi Bakteri Probiotik pada Larva Udang
dalam menghambat serangan V. han•eyi MR5339 Rf pada
Aplikasi Bakteri Probiotik pada Berbagai Stadia
larva udang windu. Pengamatan dilakukan tcrhadap
Larva Udang
kelangsungan hidup larva, pertumbuhan panjang dan bobot
larva serta populasi bakteri probiotik, V. han-evi MR5339 Percobaan pemberian probiotik pada berbagai stadia
Rf dan total bakteri baik pada air pemeliharaan. udang larva udang windu menunjukkan bahwa tingkat
hidup maupun udang mati. kelangsungan hidup larva udang adalah 24,17%-35,83%
Hasil pengujian menunjukkan bahwa ketiga i~olat dengan nilai tertinggi terdapat pada perlakuan pemberian
mutan probiotik tersebut secara signifikan (p<O.O:') dapat bakteri probiotik pada setiap pergantian stadia yaitu sebesar
meningkatkan kelangsungan hidup larva udang ~cpcrt1 t!pc 35,83%, sedangkan terendah pada perlakuan kontrol (tanpa
I
Vol. 13 No.2 J.llmu.Pert.lndones 86

pemberian bakteri probiotik) yaitu 24,17%. Nilai laju pemberian probiotik melalui pakan dapat meningkatkan
pertumbuhan panjang larva udang windu dengan pertumbuhan baik pada bobot maupun panjang. Pening-
penambahan bakteri probiotik Vibrio SKT-b sebesar katan laju pertumbuhan bobot dan panjang tersebut teijadi
18,64%-19,09%, tidak berbeda nyata dengan kontrol karena probiotik yang diberikan dapat meningkatkan nilai
(18,47%) (Widanami eta!. 2008d). nutrisi (terutama protein) pakan yang diberikan (Tabel 1). I
Selain itu, peningkatan pertumbuhan diduga disebabkan
Aplikasi Bakteri Probiotik pada Berbagai karena bakteri probiotik yang diberikan mengandung makro i
Konsentrasi dan mikro nutrien yang tidak terdapat pada pakan, yang
Percobaan pemberian berbagai konsentrasi bakteri 9 03 903
10 00
. probiotik pada larva udang windu menunjukkan bahwa ~ 7.47 7 83

tingkat kelangsungan hid~p larva udang 76,67o/o-94, 17% ..,


0 BOO

.
0
m
dengan nilai tertinggi terdapat pada perlakuan pemberian c 6 00

bakteri probiotik dengan dosis 10 4 cfu/ml yaitu sebesar ..,,


.c
4 00
94,17%, sedangkan terendah pada perlakuan kontrol (tanpa ,E
pemberian bakteri probiotik) yaitu hanya 76,67%. Nilai laju .
;;
...,
2 00

0 00
pertumbuhan panjang larva udang windu dengan J
kontrol SKT-b 1 LB Korrers1l
penambahan bakteri probiotik Vibrio SKT -b adalah 7 ,59o/o-
Perlakuan
8,26% dan tidak berbeda nyata dibandingkan dengan
kontrol (7,67%) (Widanami eta!. 2008e). Kcterangan : Huruf yang sama mcnunjukkan tidak
bcrbcda nyata
Aplikasi Bakteri Probiotik Melalui Pengayaan
Artemia Gambar I Laju Pertumbuhan Bobot Udang Windu
yang Diberi Pakan Uji
Percobaan pemberian probiotik melalui pengayaan
Artemia menunjukkan bahwa pertumbuhan panjang dan
bobot larva udang windu yang diberi Artemia dan diperkaya 4.00
dengan Vibrio SKT -b masing-masing adalah 5, 78%, dan ~ 3.50 2.82 2.88
18,87'%, berbeda sangat nyata (p<O,O I) dengan kontrol :? 3.00 2.50
"'
·;: 2.27
yang hanya diberi Artemia saja yaitu 4,23% dan 12,79% ~ 2.50
c:
(Widanami et a!. 2008f). Hal ini menunjukkan bahwa 2.00

penambahan Vibrio SKT-b pada Artemia mampu


] 1.50
E
~
1.00
meningkatkan laju pertumbuhan panjang dan bobot larva 1:
.f 0.50
udang windu. Kelangsungan hidup larva udang tidak ~

§' 0.00
berbeda nyata antara perlakuan dan kontrol; dengan nilai kontrol SKT·b 1 UB Korrersil

80-93% untuk yang diberi pakan Artemia yang diperkaya Perlakuan


dengan Vibrio SKT-b dan 70 hingga 80% untuk kontrol
Gambar 2 Laju Pertumbuhan Panjang Udang Windu
(Widanami eta!. 2008f).
yang Diberi Pakan Uji.
Aplikasi Bakteri Probiotik Melalui Pakan Buatan Keterangan : Huruf yang sama mcnunjukkan tidak berbcda
nyata
Setelah masa pemeliharaan selama 42 hari, pemberian
bakteri probiotik melalui pakan menghasilkan laju dapat memacu pertumbuhan udang. Kemungkinan lain,
pertumbuhan bobot 7,47-9,03% (Gambar l) dan laju bakteri probiotik yang diberikan dapat memberikan
pertumbuhan panjang 2,27-2,88% (Gambar 2). Hasil kontribusi enzim untuk pencemaan yang menyebabkan
analisa pada selang kepercayaan 95% menunjukkan bahwa udang dapat mencema pakan dengan lebih baik, sehingga

Tabell Kandungan Nutrien dalam Pakan Uji Selama Pemeliharaan Udang Windu Penaeus monodon

Hasil Analisa Proksimat (% bobot Kering)


Karbohidrat
Perlakuan Protein Lemak Kadar Abu Serat Kasar BETN
Kontrol 38,50 8.13 8,97 3,78 40,62
SKT-b 46,50 8.78 7,55 2,85 34,32
1 UB 42,62 1\.27 7,31 2,02 39,78
Komersil 41,56 8.54 8,78 2,00 39,12
-~-----~

li

87 Vol.13. No.2 J.llmu.Pert.lnc:-

nutrisi yang dapat diserap oleh tubuh juga lebih banyak; KESIMPULAN
yang akhimya akan memberikan pertumbuhan yang lebih
baik. Hal senada diutarakan oleh Johnson (1986) dalam Isolat probiotik yang dihasilkan yakni 1Ub, S K .
Rengpipat eta!. (1998b) bahwa probiotik mampu mening- dan Ua adalah efektif menghambat pertumbuhan V. h,:
katkan penyerapan pakan dalam saluran pencemaan. dan secara signifikan dapat meningkatkan kelang~v _
Pemberian probiotik melalui pakan menghasilkan hidup dan pertumbuhan larva udang windu. Penin~>-­
kelangsungan hidup larva udang tersebut terjadi J....:~.
adanya penghambatan pertumbuhan V han•eyi oleh b.,·
97.78 95.56 probiotik yang kemungkinan terjadi karena a,:_,·
~ 100.00 91.11 91.11
kompetisi tempat pelekatan atau sumber nutrisi ant~1r.:
Q.

"
:2
J:
80.-00 han'eyi dengan bakteri probiotik baik pada larva uC:.:-
c
"' 60.00 maupun media pemeliharaannya. Bakteri probiotik \ .: ·
~
g' 40.00
diperoleh dapat diaplikasikan langsung pada nk ~
."' 20.00
pemeliharaan larva udang atau melalui pengayaan P·-"· .
" baik pakan alami maupun pakan buatan.
~
"' 0.00
;::"'
c
kontrol 5KT-b I UB

Perlakuan
UCAPAN TERIMA KASIH
Gambar 3 Tingkat Kelangsungan Hidup Udang Windu
yang Diberi Pakan Uji Ucapan terima kasih disampaikan kepada: Dirckt. · _
Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen PendiJ1i.~
Kctcrangan: Hurufyang sama mcnunjukkan tidak bcrbeda
Nasional, atas dana dan kepercayaan yang dibcnk~:
nyata
seluruh anggota tim peneliti, teknisi dan mahasiswa :.1: _
terlibat dalam penelitian ini, atas kerja sama yang tc: i ~:
terbina selama penelitian berlangsung; Balai Pen~cr:
3.50 2.98 bangan Benih Ikan Laut Payau dan Udang (BPBILAPL
3.00 Pangandaran; Hatchery Udang PT Biru Laut Khatulist1 ,, "
2.11
c 2.50 dan Tambak Udang Intensif, Lampung atas ijin ya:~ _
j
~ 2.00 diberikan untuk pengambilan contoh bakteri dan lar.
·; 1.50
1.46 1.35
udang.
~ 1.00

0.50
DAFT AR PUST AKA
0.00
kontrol SKT-b I UB l<orrersil

Perlakuan
Alabi AO, Jones DA, Latchford JW. 1999. The Efficac:
Immersion as Opposed to Oral Vaccination of Penuc :,
Kctcrangan: Hurufyang sama mcnunjukkan tidak berbcda
nyata. indicus Larvae Against Vihrio han·eyi. Aquaculture·
179:1-11.
Gambar 4 Konversi Pakan Udang Windu yang Diberi
Pakan Uji Douillet PA, Langdon CJ. 1994. Use of a Probiotics for the-
Culture of Larvae of the Pacific Oyster ( Crasso111, ..
kelangsungan hidup 91,11-97,78% (Gambar 3) dan tidak gigas Thunberg). Aquaculture 119:25--40.
berbeda nyata antar perlakuan yang diberikan. Kandungan
nutrisi yang berubah akibat penambahan probiotik masih Effendie MI. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustab
berada pada kisaran yang baik bagi udang windu untuk Nusatama. Y ogyakarta. 163 haL
hidup. Keadaan tersebut didukung dengan kisaran kualitas
air yang masih berada dalam kisaran optimal bagi Fuller, R. 1992. History and Development of Probiotics. D.
pertumbuhan udang windu. Pemberian probiotik me1alui dalam: fuller R, editor. Probiotics the Scientific Bas1,
pakan menghasilkan nilai konversi pakan (FCR) 1,35-2,98 London: Chapman and HalL him 1-8.
(Gambar 4). Pada selang kepercayaan 95%, semua per-
lakuan probiotik berpengaruh nyata terhadap ni1ai FCR. Gram L Melchiorsen J. Spanggaard B, Huber I, Nielsen TF
Perlakuan pemberian probiotik yang menghasilkan ni1ai 1999. Inhibition of Vihrio anguillarum by Pseudomon"'
FCR lebih rendah dibandingkan kontrol mengindikasikan lluorcsccns AH2, a Possible Probiotic Treatment of
bahwa untuk menghasilkan pertumbuhan yang sama Fish. Appl. Environ Microbio\65:969-973.
dibutuhkan jumlah pakan yang lebih sedikit pada perlakuan
pemberian probiotik sehingga penggunaan pakan lebih Gomcz-Gil B. Roque A, Turnbull JF. 2000. The Use anJ
efisien. Hal ini diduga sebagai akibat dari adanya kerja Sckction of Probiotic Bacteria for Use in the Culture ''t
bakteri yang memperbaiki penggunaan pakan. Ln,al.\quatic Organisms. Aquaculture 191:259-270.
- - - - · -·-·---··- -

Vol. 13 No.2 J.llmu.Pert.lndones 88

Haryanti, Sugama K, Tsumura S, Nishijima T. 2000. Riquelme C eta!. 1997. Potential Probiotic Strains In The
Potentiality of Bacteria Isolated from Seawater as Culture of the Chilean Scallop Argopecten purpuratus
Biological Control Agent for Vibriosis in Black Tiger (Lamarck, 1819). Aquaculture 154:17-26.
Shrimp Penaeus monodon Larvae. International Sym-
posium on Marine Biotechnology. Ruangpan L. 1998. Luminous Bacteria Associated with
Shrimp Mortality. Di dalam: Flegel TW, editor.
Huisman EA. 1987. Principles ofFish Production. Depart- Advances in Shrimp Biotechnology. Proceedings to the
ment of Fish Culture and Fisheries. Wageningen Special Session on Shrimp Biotechnology, 5th Asian
Agricultural University. Netherlands. 170hlm. Fisheries Forum; Chiengmai, Thailand. Bangkok:
National Center for Genetic Engineering and
Karunasagar I, Pai R, Malathi GR, Karunasagar I. 1994. Biotechnology. him 205-211.
Mass mortality of Penaeus monodon Larvae Due to
Antibiotic-Resistant Vibrio han·eri Infection. Aqua- Skjerrno J, Vadstein 0. 1999. Techniques for Microbial
culture 128:203-209. Control in the Intensive Rearing of Marine Larvae.
Aquaculture 177:333-343.
Lavilla-Pitogo CR, Baticados MCL, Cruz-Lacierda ER, De Ia
Pena LD. 1990. Occurrence of Luminous Bacterial Suwanto A, Yuhana M, Herawaty E, Angka SL. 1998.
Diseases of Penaeus monodon Larvae in the Philiphines. Genetic Diversity of Luminous Vibrio Isolated from
Aquaculture 91:1-13. Shrimp Larvae. Di dalam: Flegel TW, editor. Advances
in Shrimp Biotechnology. Proceedings to the Special
Marchesi JR et a!. 1998. Design and Evaluation of Useful Session on Shrimp Biotechnology, 5th Asian Fisheries
Bacterium-Specific PCR Primers that Amplify Genes Forum; Chiengmai, Thailand. Bangkok: National Center
Coding for Bacterial 16S rRNA. Appl Environ for Genetic Engineering and Biotechnology. him 217-
Microbiol62:2501-2507. 224.

Muliani, Suwanto A, Hala Y. 2003. Isolasi dan Karakterisasi Teo JWP, Suwanto A, Poh CL. 2000. Novel ~-lactamase
Bakteri Asal Laut Sulawesi untuk Biokontrol Penyakit Genes from Two Environmental Isolates of Vibrio
Vibriosis pada Larva Udang Windu (Penaeus monodon harvcyi. Antimicrob Agents Chemother 44:1309-1314.
Fab.). Hayati 10:6--11.
Tjahjadi MR, Angka SL, Suwanto A. 1994. Isolation and
Ohhira I, Tamura T, Fujii N, Inagak.i K, Tanaka H. 1996. Evaluation of Marine Bacteria For Biocontrol of
Antimicrobial Activity Against Methicillin-Resistant Luminous Bacterial Diseases in Tiger Shrimp Larvae
Staphylococcus aureus in the Culture Broth of (Penaeus monodon Fab.). Aspac J Mol Bioi Biotechnol
Enterococcus fcrecalis TH 10, an Isolate from Malaysian 2:234-352.
Fermentation Food, Temph. Japanese J Dairy and Food
Sci 45:93-96. Verschuere L, Rombaut G, Sorgeloos P, Verstraete W. 2000.
Probiotic Bacteria as Biological Control Agents m
Rengpipat SS, Rukpratanporn S, Piyatiratitivorakul S, Aquaculture. Microbiol Mol Bioi Rev 64:655-671.
Menaveta P. 1998a. Probiotic in Aquaculture: A Case
Study of Probiotics for Larvae of Black Tiger Shrimp Widanarni, Suwanto A, Sukenda, Lay BW. 2003. Potency Of
(Penaeus monodon). Di dalam: Flegel TW, editor. Vibrio Isolates for Biocontrol of Vibriosis in Tiger
Advances in Shrimp Biotechnology. Proceedings to the Shrimp (Pcnaeus monodon) Larvae. Biotropia 20: 11-
Special Session on Shrimp Biotechnology, 5th Asian 23.
Fisheries Forum; Chiengmai, Thailand. Bangkok:
National Center for Genetic Engineering and Widanarni, F Rajab, Sukenda, M Setiawati. 2008a. Isolasi
Biotechnology. him 176--181. dan Seleksi Bakteri Probiotik dari Lingkungan
Tambak dan Hatchery untuk Pengendalian Penyakit
'.c:ngpipat SS, Rukpratanporn S, Piyatiratitivorakul S, Vibriosis pada Larva Udang Windu Penaeus monodon
Menaveta P. 1998b. Effects of a Probiotic Bacterium (in press pada Jurnal Riset Akuakultur).
on Black Tiger Shrimp Penaeus monodon Survival and
Growth. Aquaculture 167:301-313. Widanarni, I Tepu, Sukenda, M Setiawati. 2008b. Seleksi
Bakteri Probiotik untuk Biokontrol Vibriosis pada
.ngpipat SS, Rukpratanporn S, Piyatiratitivorakul S, Larva Udang Windu (Penaeus monodon) Meng-
Menaveta P. 2000. Immunity Enhancement in Black gunakan Cara Kultur Bersama (in press pada Jurnal
Tiger Shrimp (Penaeus monodon) by a Probiont Riset Akuakultur).
Bacterium (Bacillus S 11 ). Aquaculture 191 :271- 2RR.
Widanarni, Eva Ayuzar, Sukenda. 2008c. Mekanisme
Penghambatan Bakteri Probiotik Terhadap Per-
Tumbuhan Vibrio Harveyi pada Larva Udang Windu
89 Vol.13. No.2 J.llmu.Pert.lndone,

(Penaeus monodon). Jumal Akuakultur Indonesia Widanami, MA Lidaenni, D Wahjuningrum. 201 '.
7:181-190. Pengaruh Pemberian Bakteri Probiotik Vibrio SK I · ·
dengan Dosis yang Berbeda terhadap Kelangsur:~
Widanami, MS Arifin, Sukenda. 2008d. Pengaruh Hidup dan Pertumbuhan Larva Udang Windu Pe~: ..
Pemberian Bakteri Probiotik Vibrio SKT -b pada monodon (in press pada Jumal Akuakultur Indonl·'
Stadia yang Berbeda terhadap Kelangsungan Hidup
Larva Udang Windu Penaeus monodon) (in press Widanami, Elly, DT Sulistyowti, A Suwanto. 2·
pada Jumal Akuakultur indonesia). Pemberian Bakteri Probiotik Vibrio SKT -b pad a l . ·
Udang Windu Melalui Pengayaan Artemia.
Akuakultur Indonesia 7: 129-13 7.

You might also like