You are on page 1of 13

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMELIHARAAN

KESEHATAN GIGI DAN MULUT DENGAN KARIES YANG TIDAK


DIRAWAT
(Study Observasi Pada Murid MI Pondok Pesantren Nahdlatul Ulum Tahun 2018)
Nur Rahma Wahid, Syamsiah Syam, Nurasisa Lestari

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Muslim Indonesia, Makassar


Email : nurrahmawahid@gmail.com

ABSTRACT

Background : Dental’s caries has been one of the most common mouth’s disease on children,
however most of them was being untreated. If we were not treated the caries the damage
would be continue. DMF-T/def-t gave informations about caries, fillings and teeth’s
extractions but could not evaluate severity of the damage belong to the untreated caries.
Index pufa / PUFA’s was present to evaluate teeth’s severity and calculate odontogenic’s
infections over the pulp and surrounding tissue’s area because the untreated caries had four
diagnoses were giving various type of odontogenic’s infections that were complicity of pulp
(p), ulcerative (u), fistula (f), and abcess (a). Objective : To discover correlation among
mother’s knowledge about mouth and dental’s health care to untreated caries on elementary
school’s students of Islamic Boarding School Nahdatul Ulum year 2018. Methods : This
study was an analytic observational study, with cross sectional methods. Sample of this study
were elementary school’s students of Islamic Boarding School Nahdatul Ulum who had at
least one tooth that belonging to PUFA’s Criteria, sampling technique of this study were using
total sampling technique. Furthermore the statistical test for this study were using Chi
Square’s examination. Results : Correlation among mother’s knowledge were sufficient
towards the mouth and dental’s care which implied the result with open pulp on decidual’s
teeth (p) were 59,3% and based on statistical test was giving a significant value with
p=0.000, furthermore for the fistula on decidual’s teeth (f) was resulting 59,3% and p=0.012
based on the statistical test. And for the abcess on decidual’s teeth (a) was resulting 59,3%
and significantly over the statistical test with p=0.027. Conclusion : This study showed that
there was a significant correalation among mother’s knowledge about mouth and dental’s
health care to untreated caries which formed by open pulp (p), fistula (f), and abcess on
decidual’s teeth towards the Elementary School’s students on Islamic Boarding School
Nahdatul Ulum Year 2018.
Key words : Mother’s Knowledge, Untreated Caries, pufa/ PUFA’s Index

PENDAHULUAN

Karies gigi merupakan salah satu Kebanyakan karies di negara berkembang


penyakit mulut yang paling sering terjadi jarang dilakukan perawatan.2
pada anak. Anak sangat rentan terhadap
Karies gigi sangat umum terjadi
karies karena struktur anatomi gigi dan
pada anak apabila tidak dirawat maka akan
waktu erupsi giginya lebih awal.1
berdampak pada kesehatan umum, prevalensi karies (pufa+PUFA) pada anak
pertumbuhan dan kualitas hidup.3 Rasa usia 9 tahun memberi gambaran bahwa
sakit akibat karies dapat mengurangi anak dengan periode gigi campur
aktivitas mengunyah karena adanya memperlihatkan kondisi kesehatan gigi
ketidaknyamanan, sehingga tidak semua mulutnya yang parah, serta sedikitnya satu
jenis makanan dapat dikonsumsi, gigi permanen mengalami karies dengan
perubahan dalam makanan menjadi keterlibatan pulpa. Prevalensi karies gigi
bersifat cairan atau semi cair, sehingga sulung pada anak usia 6 tahun juga tinggi
mengurangi asupan kalori dan berat dan sedikitnya dua gigi mengalami karies
badan.4 dengan keterlibatan pulpa. Pada anak usia
12 tahun, prevalensi karies gigi permanen
Penelitian yang dilakukan oleh
lebih tinggi dari anak usia 9 tahun. Kondisi
Monse dkk pada tahun 2010,
ini dapat berdampak pada kesehatan
memperkenalkan indeks klinis baru akibat
umumnya akibat sakit gigi atau infeksi
dari karies gigi yang tidak dirawat pada
gigi.1
gigi sulung dan permanen : index pufa /
PUFA. Indeks ini digunakan untuk menilai Berdasarkan hasil penelitian
kondisi rongga mulut yang diakibatkan Suwelo pada tahun 2005, didapatkan
oleh karies yang tidak dirawat dengan bahwa kebersihan mulut menduduki
empat diagnosa mengenai berbagai jenis urutan pertama sebagai penyebab
infeksi odontogenik yaitu keterlibatan timbulnya karies. Tingkat kebersihan gigi
pulpa (p), ulserasi (u), fistula (f), abses dan mulut pada anak berkaitan dengan
(a).5 Dengan demikian, indeks PUFA perilaku anak tersebut dalam memelihara
melengkapi indeks DMFT dengan menilai kebersihan gigi dan mulutnya.7
keparahan kerusakan gigi dan menghitung Pengetahuan atau kognitif merupakan
infeksi odontogenik pada pulpa dan ranah yang sangat penting untuk
jaringan sekitarnya karena karies yang terbentuknya perilaku seseorang.
tidak dirawat. Penilaian dilakukan secara Pengetahuan kesehatan gigi akan
visual tanpa menggunakan instrumen mendasari sikap yang mempengaruhi
kecuali instrumen kaca mulut dan hanya perilaku seseorang dalam memelihara
satu skor diberikan per gigi.6 kebersihan gigi dan mulut. Kurangnya
pengetahuan mengenai kesehatan gigi
Berdasarkan penelitian yang telah
merupakan faktor predisposisi dari
dilakukan di daerah Pinrang Sulawesi
perilaku kesehatan yang mengarah kepada
Selatan disimpulkan bahwa tingginya
timbulnya penyakit.8 Kesadaran untuk di Sulawesi Selatan di Kabupaten Maros,
menerapkan kebiasaan yang positif dalam berlokasi di Kecamatan Lau tepatnya di
memelihara kebersihan gigi dan mulut Jalan Samudera No. 37, disekitar lokasi
sehari-hari pada anak, sehingga untuk tersebut terdapat puskesmas Lau yang
meningkatkan kesadaran tersebut berjarak 400 m ke MI Pondok Pesantren
dibutuhkan pendidikan kesehatan yang Nahdlatul Ulum . Berdasarkan studi
mencakup adanya proses komunikasi, pendahuluan yang telah dilakukan oleh
motivasi dan instruksi dari orang tua yang peneliti di kelas III dari 24 siswa terdapat
memadai.9 20 atau 83,3% siswa yang mengalami
karies. Akses sekolah dasar yang tidak
Orang tua sangat berpengaruh
jauh dari puskesmas dapat memberikan
dalam pembentukan perilaku anak.
motivasi bagi orang tua untuk membawa
Menurut Persatuan Dokter Gigi Indonesia
dan memeriksakan serta memberikan
(PDGI), dalam pemeliharaan kesehatan
perawatan atas karies yang dialami oleh
gigi anak melibatkan interaksi antara anak,
anaknya, namun justru masih banyak anak
orang tua dan dokter gigi. Sikap dan
pada MI Pondok Pesantren Nahdlatul
perilaku orang tua, terutama ibu, dalam
Ulum yang mengalami karies. Hal ini
pemeliharaan kesehatan gigi memberikan
mungkin disebabkan pengetahuan orang
pengaruh yang cukup signifikan terhadap
tua tentang pentingnya merawat gigi
perilaku anak. Anak usia sekolah
sulung yang rusak masih kurang. Sehingga
merupakan usia yang rentan terkena karies.
banyak yang membiarkan gigi tersebut
Peran orang tua yang mengasuh, mendidik,
semakin rusak dan tanggal dengan
dan mendorong, serta mengawasi anak
sendirinya.9
dalam merawat kebersihan gigi penting
dalam mencegah terjadinya karies. Ibu METODE PENELITIAN
merupakan contoh utama anak dalam Penelitian ini merupakan jenis
kehidupan sehari-harinya, mempunyai penelitian analitik-observational dengan
peran sebagai pemimpin kesehatan dan desain penelitian yang digunakan yaitu
pemberi asuhan, sehinggga peranan ibu cross sectional. Penelitin ini dilakukan di
dalam merawat kesehatan gigi anak dapat MI Pondok Pesantren Nahdlatul Ulum,
mempengaruhi status karies anak.7 pada bulan Desember 2017 – Januari 2018
dengan prosedur yakni melakukan
Madrasah Ibtidaiyah Pondok
penelitian observasional dengan
Pesantren Nahdlatul Ulum merupakan
menjelaskan prosedur penelitian kepada
salah satu pusat pendidikan agama islami
seluruh sampel kemudian membagikan kuesioner kepada ibu yang berisi 17
informend consent untuk diberikan ke pertanyaan tentang pengetahuan ibu
orang tua/ wali dan membagikan kuesioner tentang pemeliharaan kesehatan gigi dan
untuk diberikan dan diisi oleh ibu mulut ( menyikat gigi, penggunaan pasta
kemudian menjelaskan pengembaliaan gigi berfluor, pola makan anak dan
surat persetujuan orang tua / wali murid pengalaman orang tua mengunjungi dokter
dan kuesioner dikembalikan keesokan gigi) dengan skala Likert. Responden
harinya setelah itu memanggil satu persatu mengisi kuesioner mengenai perilaku
siswa yang dijadikan sampel sesuai kriteria orang tua dalam pemeliharaan kesehatan
inklusi setelah itu menggunakan masker gigi dan mulut
dan handscoon kemudian melakukan Baik : 76-100%
pemeriksaan intra oral dengan Cukup : 56-75%
menggunakan indeks pufa / PUFA Kurang : < 56%
menggunakan kaca mulut dan penlight
kemudian mencatat hasil pemeriksaan Dalam menentukan hasil ukur digunakan
pada lembar indeks pufa / PUFA. Analisis rumus :
data pada penelitian ini menggunakan uji
chi square.
Pengukuran pengetahuan ibu
tentang pemeliharaan kesehatan gigi dan
mulut dilakukan dengan memberikan
HASIL PENELITIAN
Tabel 1. Distribusi dan Frekuensi Pengetahuan Ibu Tentang Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut
pada Murid MI Pondok Pesantren Nahdlatul Ulum Tahun 2018

Jumlah
Kategori Pengetahuan
n %
Baik 28 32,6
Cukup 51 59,3
Kurang 7 8,1
Total 86 100
Sumber: Data Primer 2018

Tabel 2. Distribusi dan Frekuensi Karies yang tidak Dirawat pada Gigi Decidui pada
murid MI Pondok Pesantren Nahdlatul Ulum Tahun 2018
Karies yang
Banyaknya gigi yang mengalami karies yang tidak dirawat
tidak
dirawat Total
pada gigi 0 1 2 3 4 5
Decidui n % n % n % n % n % n %
p 19 22,1 26 30,2 20 23,3 12 14,0 6 7,0 3 3,5 86
u 86 100,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0 86
f 78 90,7 7 8,1 1 1,2 0 0,0 0 0,0 0 0,0 86
a 80 93,0 6 7,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0 86
Sumber: Data Primer 2018

Tabel 3. Hubungan Pengetahuan Ibu tentang Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut dengan Karies yang
Tidak Dirawat pada pulpa terbuka gigi decidui (p) pada Murid MI Pondok Pesantren Nahdlatul Ulum
Tahun 2018

Kategori Banyaknya gigi yang mengalami pulpa terbuka gigi decidui (p) Nilai
Total
0 1 2 3 4 5 p
Pengetahuan
n % n % n % n % n % n % n %
Baik 7 8,1 21 24,4 0 0,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0 28 32,6
Cukup 12 14,0 5 5,8 19 22,1 10 11,6 3 3,5 2 2,3 51 59,3 0,000
Kurang 0 0,0 0 0,0 1 1,2 2 2,3 3 3,5 1 1,2 7 8,1
Total 19 22,1 26 30,2 20 23,3 12 14,0 6 7,0 3 3,5 86 100,0
Sumber: Data Primer 2018

Tabel 4. Hubungan Pengetahuan Ibu tentang Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut dengan Karies
yang Tidak Dirawat pada fistula gigi decidui (f) pada Murid MI Pondok Pesantren Nahdlatul
Ulum Tahun 2018

Kategori Banyaknya gigi yang mengalami fistula gigi


decidui (f) Total Nilai p
Pengetahuan 0 1 2
n % n % n % n %
Baik 27 31,4 1 1,2 0 0,0 28 32,6
Cukup 46 53,5 5 5,8 0 0,0 51 59,3 0,012
Kurang 5 5,8 1 1,2 1 1,2 7 8,1
Total 78 90,7 7 8,1 1 1,2 86 100,0
Sumber: Data Primer 2018

Tabel 5. Hubungan Pengetahuan Ibu tentang Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut dengan Karies yang
Tidak Dirawat pada abses gigi decidui (a) pada Murid MI Pondok Pesantren Nahdlatul Ulum Tahun
2018

Kategori Banyaknya gigi yang mengalami


abses gigi decidui (a) Total Nilai p
Pengetahuan 0 1
n % n % n %
Baik 28 32,6 0 0,0 28 32,6
Cukup 47 54,7 4 4,7 51 59,3 0,027
Kurang 5 5,8 2 2,3 7 8,1
Total 80 93,0 6 7,0 86 100,0
PEMBAHASAN
Sumber: Data Primer 2018
Berdasarkan hasil penelitian tentang pemeliharaan kesehatan gigi dan
mengenai hubungan pengetahuan ibu mulut dengan karies yang tidak dirawat
pada murid MI Pondok Pesantren tahu merupakan tingkat pengetahuan yang
Nahdlatul Ulum Tahun 2018. Pada uji paling rendah, misalnya mengingat
frekuensi kategori pengetahuan ibu cukup kembali suatu objek tertentu. Memahami
tentang pemeliharaaan kesehatan gigi dan adalah kemampuan untuk menjelaskan
mulut lebih tinggi sebesar (59,3%) secara benar objek yang diketahui.
daripada pengetahuan baik sebesar Aplikasi yaitu kemampuan untuk
(32,6%) dan pengetahuan kurang sebesar menggunakan materi yang telah dipelajari
(8,1%). Pada penelitian ini kategori pada situasi atau kondisi sebenarnya.
pengetahuan ibu cukup tentang Analisis yaitu kemampuan untuk
pemeliharaaan kesehatan gigi dan mulut menjabarkan suatu materi atau objek ke
lebih banyak hal ini terjadi karena dalam komponen-komponen tetapi masih
pengetahuan ibu masih dalam tingkat tahu di dalam suatu struktur organisasi tersebut.
(know) yakni hanya sekedar mengetahui Sintesis yaitu kemampuan untuk
tentang apa kesehatan gigi dan mulut menggabungkan bagian-bagian ke dalam
belum sampai pada tingkat aplikasi yakni suatu bentuk tertentu yang baru. Evalusi
tahapan dimana ibu tahu bagaimana cara yaitu kemampuan untuk melakukan
menggunakan materi yang telah dipelajari penilaian terhadap suatu objek tertentu. 10
pada kondisi riil (sebenarnya). Sehingga Pengetahuan atau kognitif merupakan
sangat diperlukan implementasi dan ranah yang sangat penting untuk
pengawasan yang lebih baik dari orang tua terbentuknya perilaku seseorang.
terutama ibu dalam menjaga kesehatan Pengetahuan kesehatan gigi akan
gigi dan mulut anaknya dari karies gigi. mendasari sikap yang mempengaruhi
Hasil penelitian ini sejalan dengan perilaku seseorang dalam memelihara
penelitian yang dilakukan oleh Suratri MA kebersihan gigi dan mulut.8 Pengetahuan
dkk, (2014) menujukkan bahwa yang kurang dapat mempengaruhi
pengetahuan dan sikap ibu terhadap pemahaman orang tua terhadap manfaat
kesehatan/ perawatan gigi dan mulut anak perawatan kesehatan gigi dan mulut bagi
cukup baik akan tetapi perilakunya yang anak sehingga timbul motivasi dan sikap
belum sesuai dengan pengetahuan dan yang kurang baik terhadap perawatan
sikapnya, ini terlihat pada hanya 50% kesehatan gigi dan mulut anak dan
anak yang sakit gigi dan dibawa berobat merupakan faktor predisposisi dari
ke pelayanan kesehatan gigi dan mulut. perilaku kesehatan yang mengarah kepada
Pengetahuan merupakan ranah timbulnya penyakit.11
kognitif yang mempunyai tingkatan, yaitu :
Pada uji frekuensi pulpa terbuka dan kristalografis. Pit dan fisur pada gigi
pada gigi decidui (p) lebih banyak sebesar posterior sangat rentan terhadap karies
(30,2%) anak yang mengalami pulpa karena sisa-sisa makanan mudah
terbuka pada 1 gigi daripada fistula pada menumpuk di daerah tersebut terutama pit
gigi decidui (f) sebesar (8,1%) anak yang dan fisur yang dalam. Selain itu,
mengalami fistula pada 1 gigi, abses pada permukaan gigi yang kasar juga dapat
gigi decidui (a) sebesar (7,0%) anak yang menyebabkan plak mudah melekat dan
mengalami abses pada 1 gigi, dan tidak membantu perkembangan karies gigi.12
ada ulserasi pada gigi decidui (u). Pada Email gigi decidui mengandung lebih
penelitian ini prevalensi pulpa terbuka banyak bahan organik dan air sedangkan
pada gigi decidui (p) terbanyak hal ini jumlah mineralnya lebih sedikit dari pada
diakibatkan gigi decidui sangat rentan gigi permanen. Selain itu, secara
terhadap karies karena morphologi gigi kristalografis kristal-kristal gigi decidui
decidui dan pemeliharaannya yaitu sikat tidak sepadat gigi permanen. Email dan
gigi tidak teratur mengakibatkan banyak dentin pada gigi decidui lebih tipis, dan
sisa makanan yang menumpuk di sela-sela kontak proksimalnya lebih luas dibanding
gigi. Orang tua juga beranggapan bahwa gigi permanen, sehingga daerah proksimal
gigi decidui hanya sementara dan akan lebih rentan terhadap karies gigi. Oleh
digantikan oleh gigi permanen, sehingga karenanya, pada gigi decidui penjalaran
mereka sering menganggap bahwa karies gigi lebih cepat mengenai pulpa.13
kerusakan pada gigi decidui bukan Pada uji diperoleh pengetahuan
merupakan suatu masalah. Hasil penelitian cukup memiliki status karies gigi yang
ini sejalan dengan yang diperoleh oleh tidak dirawat tingggi pada anak berupa
Rini Pratiwi dan Ririn Mutmainnah pada pulpa terbuka pada gigi decidui (p)
tahun 2013 di Pinrang memberikan sebanyak 95 gigi. Sedangkan ibu yang
gambaran tingginya prevalensi karies yang memiliki pengetahuan baik memiliki status
tidak dirawat pada gigi sulung yang karies yang tidak dirawat rendah pada anak
mengenai pulpa (p) yaitu 1008 gigi pada berupa pulpa terbuka pada gigi decidui (p)
kelompok usia 6 tahun dan 659 gigi pada sebanyak 21 gigi. Berdasarkan hasil uji
kelompok usia 9 tahun. statistik dengan menggunakan uji Chi –
Faktor yang dihubungkan dengan Square, diperoleh nilai p (0,000) <a= 0,05.
gigi sebagai tuan rumah terhadap karies Pada penelitian ini pengetahuan ibu
yaitu faktor morfologi gigi (ukuran dan mengenai pemeliharaan kesehatan gigi dan
bentuk gigi), struktur email, faktor kimia mulut pada anak sudah cukup memadai.
Pada kuesioner sebagian besar ibu dan mulut anak dan merupakan salah satu
menyatakan sangat setuju bahwa menyikat upaya dalam pemeliharaan kesehatan gigi
gigi dua kali sehari mencegah kerusakan dan mulut anak. Pendidikan dan
gigi. Ini merupakan suatu hal yang pengetahuan orang tua tidak menjamin
penting, karena dengan adanya perilaku sehari-hari anak untuk merawat
pengetahuan ini, ibu dapat mencegah kebersihan gigi dan mulut mereka. Peran
terjadinya kerusakan gigi pada anak dan serta dan perhatian dari orang tualah yang
menghindari penyakit gigi dan mulut pada dibutuhkan anak usia dasar. Salah satu
anak. Namun masih tingginya angka contoh sederhana dalam pemeliharaan
karies yang tidak dirawat berupa pulpa kesehatan gigi anak yaitu selalu
terbuka gigi decidui (p) memperlihatkan mengajarkan anak tentang waktu yang
bahwa meskipun pengetahuan ibu sebagai tepat dan cara yang baik untuk menggosok
orang tua yang memegang peran penting gigi serta selalu mengingatkan agar setelah
dalam pertumbuhan dan perkembangan mengonsumsi makanan manis sebaiknya
anak usia sekolah dasar cukup, namun segera berkumur dengan air.14 Gigi decidui
apabila tidak disertai implementasi lebih lama terpapar di dalam rongga mulut
langsung ke anaknya, maka angka kejadian sedangkan gigi permanen yang masih baru
karies yang tidak dirawat akan terus erupsi belum lama terpapar di dalam
bertambah. Kurangnya perhatian, rongga mulut. Gigi decidui juga mudah
kesadaran orang tua beserta anak akan terserang karies karena gigi decidui lebih
kebersihan serta kesehatan gigi dan mulut banyak mengandung bahan organik dan air
juga menjadi dampak tingginya prevalensi sedangkan jumlah mineralnya lebih
karies yang tidak dirawat pada pulpa sedikit.6
terbuka gigi sulung (p). Hasil penelitian ini Pada uji diperoleh pengetahuan
sejalan dengan yang diperoleh oleh Rini cukup memiliki status karies gigi yang
Pratiwi dan Ririn Mutmainnah pada tahun tidak dirawat tingggi pada anak berupa
2013 di Pinrang memberikan gambaran fistula pada gigi decidui (f) sebanyak 5
tingginya prevalensi karies yang tidak gigi. Sedangkan ibu yang memiliki
dirawat pada gigi sulung yang mengenai pengetahuan baik dan kurang memiliki
pulpa (p) yaitu 1008 gigi pada kelompok status karies yang tidak dirawat rendah
usia 6 tahun dan 659 gigi pada kelompok pada anak berupa fistula pada gigi decidui
usia 9 tahun. (f) masing-masing sebanyak 1 gigi.
Peran orang tua sangatlah penting Berdasarkan hasil uji statistik dengan
untuk meningkatkan status kebersihan gigi menggunakan uji Chi –Square, diperoleh
nilai p (0,012) <a= 0,05. Pada penelitian perhatian yang serius dari orangtuanya
ini pengetahuan ibu tentang pemeliharaan karena gigi decidui akan mempengaruhi
kesehatan gigi dan mulut pada anak cukup pertumbuhan gigi permanen anak. Akan
akan tetapi perilakunya yang belum tetapi banyak orangtua yang beranggapan
sesuai dengan pengetahuannya, ini bahwa gigi decidui hanya sementara dan
terlihat pada kuesioner yang diisi oleh ibu akan diganti oleh gigi permanen sehingga
sebagian besar menyatakan setuju dengan mereka sering menganggap bahwa
membawa anak ke dokter gigi secara kerusakan pada gigi decidui yang
teratur adalah cara terbaik untuk mencegah disebabkan oleh oral hygiene yang buruk
kerusakan gigi. Namun prevalensi karies bukan merupakan suatu masalah karena
yang tidak dirawat pada fistula gigi decidui nantinya gigi yang karies tersebut akan
tinggi hal ini diakibatkan masih kurangnya tanggal dan diganti dengan gigi
kesadaran dan perhatian oleh orang tua dan permanen.15 Pada gigi decidui yang
anak dalam merawat gigi karies sehingga mengalami karies dan tidak dilakukan
karies yang dialami oleh sang anak perawatan, karies akan berkembang lebih
berlanjut menjadi fistula. Peran orang tua lanjut sehingga pulpa terbuka dan
juga sangat mempengaruhi akan rendahnya meradang. Peradangan akan berlanjut
kesadaran dalam memeriksa kesehatan sampai mencapai pulpa di dalam saluran
gigi anak, dikarenakan menganggap remeh akar dan menjalar ke daerah periapex
gigi berlubang padahal kerusakan gigi dan (pinggir bawah akar gigi). Peradangan
mulut adalah pintu masuk bagi sejumlah tersebut menyebabkan keluarnya eksudat
penyakit. Penelitian ini juga sejalan (nanah) sebagai produk peradangan yang
dengan Lidya Namora dkk pada tahun dikeluarkan oleh tubuh ke permukaan gusi
2013 pada murid SD Kecamatan Sirenja, melalui saluran yang disebut fistel
Kabupaten Donggala menunjukkan (fistula).16 Kelalaian orang tua karena
tingginya prevalensi karies gigi yang tidak kurang mengerti akan perawatan karies
dirawat berupa fistula pada gigi sulung (f) gigi anaknya mengakibatkan infeksi
yaitu 9 pada kelompok laki-laki dan 6 pada pada gigi dan gusi yang akan terjadi
kelompok perempuan. bila karies gigi sama sekali tidak
Menurut teori Gultom (2009) dirawat dan tidak diperhatikan benar.17
orangtua khususnya ibu harus mengetahui Pada uji diperoleh pengetahuan
cara merawat gigi anaknya dengan baik cukup memiliki status karies gigi yang
dan benar. Walaupun masih memiliki gigi tidak dirawat tinggi pada anak berupa
decidui, seorang anak harus mendapatkan abses pada gigi decidui (a) terdapat 4 gigi.
Sedangkan ibu yang memiliki pengetahuan Karies ditandai dengan adanya lubang
kurang memiliki status karies gigi yang pada jaringan keras gigi, dapat berwarna
tidak dirawat pada anak berupa abses pada coklat atau hitam. Gigi berlubang biasanya
gigi decidui (a) terdapat 2 gigi . tidak terasa sakit sampai lubang tersebut
Berdasarkan hasil uji statistik dengan bertambah besar dan mengenai persyarafan
menggunakan uji Chi –Square, diperoleh dari gigi tersebut. Pada karies yang cukup
nilai p (0,027) <a= 0,05. Berdasarkan dalam biasanya keluhan yang sering
penelitian ini ibu dengan kategori dirasakan pasien adalah rasa ngilu bila gigi
pengetahuancukup tentang pemeliharaan terkena rangsangan panas, dingin atau
kesehatan gigi dan mulut anak paling manis. Bila dibiarkan, karies akan
banyak karies yang tidak dirawat berupa bertambah besar dan dapat mencapai
abses gigi decidui (a) sebesar 4 abses . Hal kamar pulpa yaitu rongga dalam gigi yang
ini dapat terjadi karena banyak faktor yang berisi jaringan syaraf dan pembulu darah.
mempengaruhinya, diantaranya adalah Bila sudah mencapai kamar pulpa akan
kurangnya kesadaran ibu untuk terjadi proses peradangan yang
memelihara kesehatan gigi dan mulut menyebabkan rasa sakit yang berdenyut
anaknya sehingga karies yang tidak lama - kelamaan infeksi bakteri dapat
dirawat berlanjut menjadi abses. Penelitian menyebabkan kematian jaringan dalam
ini juga sejalan dengan Rini Pratiwi dan kamar pulpa dan infeksi dapat menjalar ke
Ririn Mutmainnah pada tahun 2013di jaringan tulang penyanggah gigi, sehingga
Pinrang memberikan gambaran prevalensi dapat terjadi abses. Peran orangtua
karies yang tidak dirawat pada gigi sulung terutama ibu dalam pemeliharaan gigi
yaitu abses (a) yaitu 5gigi pada kelompok memberi pengaruh terhadap perilaku anak
usia 9 tahun. dalam pemeliharaan kesehatan gigi. Peran
Masalah karies gigi pada anak serta orangtua sangat diperlukan dalam
disebabkan oleh banyak faktor antara lain membimbing, memberikan pengertian,
memiliki kegemaran makan makanan mengingatkan dan menyediakan fasilitas
manis seperti permen dan coklat,
kebersihan gigi dan mulut, kebiasaan-
kebiasaan yang tidak sesuai dengan
kesehatan seperti mengemut makanan,
kebiasaan mengulum permen, serta peran
orangtua yang kurang memperhatikan
kesehatan gigi dan mulut sejak dini. 15
kepada anak agar anak dapat memelihara in German 5- and 8-year-olds, BMC
Oral Health, Germany, p. 1-4.
kebersihan giginya sehingga karies gigi
dapat dihindari.18 6. Sumual, Inriyani., A., dkk, 2016,
Keparahan karies gigi yang tidak
KESIMPULAN dirawat pada siswa SD GMIM 31
Manado berdasarkan indeks PUFA,
Terdapat hubungan pengetahuan ibu Universitas Sam Ratulangi, Manado,
tentang pemeliharaan kesehatan gigi dan Volume 4 Nomor 2, Hal.208-210.

mulut dengan karies yang tidak dirawat 7. Eddy, F.,N.,E., dan Mutiara, Hanna.,
berupa pulpa terbuka gigi decidui (p), 2015, Peranan Ibu dalam
Pemeliharaan Kesehatan Gigi Anak
fistula gigi decidui (f) dan abses gigi dengan Status Karies Anak Usia
decidui (a) pada murid MI Pondok Sekolah Dasar, Universitas Lampung,
Pesantren Nahdlatul Ulum Tahun 2018. Lampung, Volume 4 Nomor 8, Hal. 1-5.

DAFTAR PUSTAKA 8. Rahayu, Culia., dkk., 2014, Hubungan


antara Pengetahuan, Sikap, dan
1. Pratiwi, Rini., dan Mutmainnah, Ririn.,
Perilaku terhadap Pemeliharaan
2013, Gambaran keparahan karies
Kebersihan Gigi dan Mulut dengan
pada anak usia 6, 9 dan 12 tahun di
Status Kesehatan Periodontal Pra
Kabupaten Pinrang,Sulawesi Selatan
Lansia di Posbindu Kecamatan
menggunakan indeks PUFA/pufa,
Indihiang Kota Tasikmalaya,
Universitas Hasanuddin, Makassar,
Universitas Gadjah Mada, Tasikmalaya,
Vol.12, No.2, Hal. 76-80.
Hal. 31.
2. Monse, B., et all, 2010, PUFA – An
9. Kiswaluyo., 2010, Hubungan Karies
index of clinical consequences of
Gigi Dengan Umur Dan Jenis Kelamin
untreated dental caries, Community
Siswa Sekolah Dasar Di Wilayah Kerja
Dent Oral Epidemiol, Philippines, p.
Puskesmas Kaliwates Dan Puskesmas
77-82.
Wuluhan Kabupaten Jember,
3. Tiwari, Sansriti., et all, 2015, Clinical Universitas Jember, Vol. 7 No. 1, Hal.
Consequences of Untreated Dental 26-30.
Caries Evaluated with the Pulpal
10. Budiharto, 2010, Ilmu Perilaku
Involvement- Roots-Sepsis Index in the
Kesehatan dan Pendidikan Kesehatan
Primary Dentition of School Children
Gigi, EGC, Jakarta, Hal.18-19.
from the Raipur and Durg Districts,
Chhattisgarh State, India, Karger, India, 11. Anwar A dan Devy T, 2013,
p. 184-185. Hubungan Pengetahuan Ibu tentang
Karies Gigi dengan Status Karies Gigi
4. Yani, Ristya., Widi., Endah., 2015,
Murid di Taman Kanak-Kanak
Relationship between Dental Caries
Kusudarsini Kecamatan Biringkanaya
and Nutritional Status in Toddlers at
Kota Makassar, Universitas
Kaliwates Jember, IJSBAR, University
Hasanuddin, Makassar, Hal.1, 24-26.
of Jember, Volume 21, No 2, p. 428-
429. 12. Pintaul, S., dan Hamada, T., 2008,
Menuju gigi dan mulut sehat:
5. Grund, K., et all., 2015, Clinical
pencegahan dan pemeliharaanya, Ed.I,
consequences of untreated dental caries
USU, Medan, Hal. 4-9.
13. Ramanalingam, L., and Messer, L.,
B., 2004, Early Childhood Caries : An
Update,Singapore Dental Journal,
26(1), p. 21-29.
14. Worang TY dkk, 2014, Hubungan
Tingkat Pengetahuan Orang Tua
Dengan Kebersihan Gigi Dan Mulut
Anak Di Tk Tunas Bhakti Manado,
Jurnal e-GiGi (eG), Volume 2, Nomor
2, Juli-Desember 2014, Manado, Hal.1-
4.
15. Suciari Ana dkk, 2014, Peran
Orangtua Dalam Membimbing
Menyikat Gigi Dengan Kejadian Karies
Gigi Anak Prasekolah, Universitas
Airlangga, Surabaya, Hal. 1-6.
16. Sariningsih Endah, 2014, Gigi
Busuk dan Poket Periodontal Sebagai
Fokus Infeksi, Gramedia, Jakarta, Hal.
228.
17. Lutfiansyah AN dkk, 2014,
Pengaruh Pendidikan Kesehatan
Terhadap Perubahan Tingkat
Pengetahuan Orang Tua Tentang
Perawatan Karies Gigi Pada Anak Di
Tk Aisyiyah Temon Kabupaten
Boyolali, Universitas Muhammadiyah
Surakarta, Solo, Hal. 1-5
18. Rahim Rafika, 2015, Hubungan
Kebiasaan Menggosok Gigi Malam
Hari Dan Kejadian Karies Gigi Pada
Anak Sekolah Dasar Negeri Karang
Tengah 07 Tangerang, Forum Ilmiah
Volume 12 Nomor 1, Januari 2015,
Jakarta, Hal. 1-7.

You might also like