Professional Documents
Culture Documents
Abstract
Pandeyan is a village in Boyolali Regency adjacent bordering
directly on Solo Municipal. Such the condition encourages the
society to have a variety of school choices. The variety of school
choices existing in Solo City encourages the society in Pandeyan
Village to enroll their children in Solo City. This research aimed to
describe the parents’ decisionconsideration in Determining Basic
Education for Children in Pandeyan Village, NgemplakSubdistrict,
Boyolali Regency using Weber’s social action theory.
This study was a descriptive qualitative research with descriptive
research strategy. The data sources of research were informant,
archive, and document. The sampling technique used in this
research was purposive sampling, selecting the individuals
involved directly in decision making to determine primary
education in Pandeyan Village thereby providing the information
and data in in-depth manner as well as reliable to be the data
source. Techniques of collecting data used in this research were
in-depth interview and observation. Source triangulation
technique was used to obtain data concerning the parents’
decision in determining basic education for children as well as to
validate the data, while the analysis was conducted using a
descriptive analysis.
The result of research found three findings: the first was basic
education for children, the parent’s perception on education for
children become the rationale in acquiring better education. The
second was consideration in determining basic education for
children encompassing school, social-economic and children
considerations. School consideration was based on the school
service involving facility and learning services. Social-economic
consideration was based on the compatibility of cost to the
service for children. Children consideration was based on the
children psychology reflected on their interest and willingness.
The third was that parents’ decision in determining basic
education for the children was the result of parent, social-
economic and children considerations in turn becoming the
determinant of parent’s action in determining basic (primary)
education. The actions emerging in parent’s decision were among
other: Instrumental rationality (Zwerkrationalitat) or parent’s
decision in choosing school by seeing the quality of school
generally, value-oriented rationality (Werkrationalitat) or the
parent’s decision in choosing school by seeing religious and
academic values as the main foundation, Affective action
(Affectival Action) or the parent’s decision in choosing school by
seeing children psychology, traditional action or the parent’s
1
Program Studi Sosiologi Program Pascasarjana Universitas Sebelas
Maret Surakarta
64 Jurnal Analisa Sosiologi
2 (1)
Pendahuluan
Pendidikan merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam
menentukan kemajuan suatu bangsa. Pendidikan pada dasarnya merupakan
suatu proses dalam rangka membantu manusia untuk mengembangkan
dirinya sehingga mampu untuk menghadapi setiap permasalahan dan
perubahan dengan sikap yang tepat.
Bidang pendidikan merupakan salah satu sarana dan prasarana bagi suatu
bangsa untuk memajukan dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia,
sehingga pendidikan merupakan faktor yang penting yang harus
diperhatikan dalam rangka mewujudkan pembangunan suatu bangsa. Oleh
karena itu, pemerintah berusaha membangun sektor pendidikan secara
terencana, terarah serta terpadu dengan keseluruhan faktor-faktor yang
berhubungan dengan pembangunan kehidupan suatu bangsa baik bidang
ekonomi, politik, ilmu pengetahuan dan teknologi serta sosial maupun
budaya.
Peningkatan sektor pendidikan ini diharapkan mampu menyiapkan sumber
daya manusia yang berkualitas dan mampu bersaing, seperti disebutkan
dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang
Sistem Pendidikan Nasional Bab II pasal 3 yang menyatakan bahwa
pendidikan nasional mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan
menjadi warga negara yang demokratis, serta bertanggung jawab.
Melalui proses pendidikan, diharapkan tercipta manusia Indonesia yang
utuh, unggul, memiliki visi misi jauh ke depan, ingin maju dan berkembang
sehingga siap menanggung risiko, mempunyai wawasan luas, mampu
menerapkan ide-ide secara optimal, mampu berkomunikasi, berkoordinasi
dengan orang lain serta mempunyai semangat kewirausahaan dalam
menghadapi era globalisasi yang semakin menguat. Pendidikan selain
sebagai suatu pembentuk watak atau kepribadian juga mempersiapkan
sumber daya manusia yang andal serta dapat dipertanggungjawabkan.
Walaupun demikian dunia pendidikan masih banyak menyisakan masalah-
masalah kecil yang menghambat tercapainya tujuan pendidikana nasional.
65 Jurnal Analisa Sosiologi
2 (1)
Anak
Anak adalah makhluk sosial yang membutuhkan orang lain untuk dapat
membangtu mengembangkannya. Anak tidaklah sama dengan orang
dewasa. Anak memiliki kecenderungan lebih mudah belajar dengan contoh-
contoh yang diterimanya daripada aturan-aturan yang bersifat memaksa.
Dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor
3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak, menjelaskan bahwa anak adalah
orang yang dalam perkara anak nakal telah mencapai umur 8 ( Delapan )
tahun tetapi belum mencapai umur 18 (delapan belas) tahun dan belum
pernah kawin. Sehingga dapat dijelaskan bahwa menurut Undang-Undang
Negara Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak,
bagi seorang anak yang belum mencapai usia 8 (delapan) tahun itu belum
dapat mempertanggung jawabkan perbuatannya walaupun perbuatan
tersebut merupakan tindakan pidana.
Tindakan Sosial
Penelitian ini menggunakan paradigma perilaku sosial.Paradigma
perilaku sosial mengalir dari karya-karya Max Weber.Weber
mendefinisikan sosiologi sebagai ilmu yang berusaha untuk menafsirkan
dan memahami (interpretative understanding) tindakan sosial serta antar
hubungan sosial untuk sampai pada penjelasan kausal mengenai arah dan
konsekuensi tindakan sosial itu.Menurut Weber tindakan sosial adalah
tindakan individu sepanjang tindakan itu mempunyai makna dan arti
subyektif bagi dirinya dan diarahkan kepada tindakan yang nyata-nyata
diarahkan kepadaorang lain, juga dapat berupa tindakan yang bersifat
membatin atau bersifat subyektif yang mungkin terjadi karena pengaruh
positif bagi situasi tertentu atau merupakan tindakan perjuangan dengan
sengaja sebagai akibat dan pengaruh situasi yang serupa atau berupa
persetujuan secara pasif dalam situasi tertentu (Ritzer,2003 :38)
Dalam mempelajari tindakan sosial Weber menganjurkan melalui
penafsiran dan pemahaman atau menurut termino logi Weber disebut
verstehen.Versitehenmerupakan kunci bagi individu untuk menangkap
arti tindakansosial itu sendiri (dalam Johnson. 1988:216).
Rasionalitas merupakan konsep dasar yang digunakan Weber untuk
mengklasifikasikan tipe-tipe tindakan sosial.Pembedaan pokok yang
diberikan antara tindakan rasional dan non rasional. Singkatnya,
tindakan rasional (menurut Weber) berhubungan dengan pertimbangan
yang sadar dan pilihan bahwa tindakan itu dinyatakan(dalam
Johnson,1988:220).
Atas dasar rasionalitas tindakan sosial, Weber( dalam Ritzer, 2003:40-41)
membedakan ke dalam empat tipe yaitu:
69 Jurnal Analisa Sosiologi
2 (1)
Metode Penelitian
untuk menafsirkan fenomena yang terjadi dengan metode yang telah ada.
Disamping itu, dalam konteks Jane Richie, penelitian kualitatif adalah upaya
untuk menyajikan dunia sosial dan perspektifnya di dalam dunia dari segi
konsep, perilaku, persepsi dan persoalan tentang manusia yang diteliti
(dalam Moleong, 2007:6).
Dari definisi tentang penelitian oleh para ahli di atas dapat disimpulkan
bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian untuk memahami fenomena
tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian meliputi perilaku, persepsi,
tindakan yang sifatnya secara holistik dan naturalistik. Penafsiran kualitatif
secara interpretif atas pengalaman manusia dengan menggunakan deskripsi
dalam bentuk kata-kata dan bahasa dan dengan metode yang sistematis.
Berdasarkan bentuk penelitian kualitatif yang digunakan, maka strategi yang
diperlukan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif.
Metodologi kualitatif menurut Bogdan dan Taylor yaitu sebagai prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau
lisan dari orang atau pelaku yang diamati (dalam Moleong, 1994:3). Bentuk
penelitian deskriptif kualitatif akan mampu menerangkan berbagai informasi
kualitatif dengan paparan kata-kata yang lebih mudah dipahami.
Sumber data merupakan segala sesuatu yang digunakan sebagai data dalam
suatu penelitian. Menurut Lofland mengatakan bahwa Sumber data utama
dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata, tindakan dan selebihnya adalah
data tambahan seperti dokumen dan lain-lain (dalam Moleong 2007: 157).
Sumber data yang relevan dapat dijadikan sasaran penggalian informasi
dalam suatu penelitian adalah sebagai berikut :Informan (narasumber),
Dalam penelitian kualitatif, informan memiliki kedudukan yang penting
untuk memperoleh informasi dengan baik dan benar permasalahan yang
akan dikaji peneliti dan bersedia memberikan informasi kepada peneliti.
Menurut H.B Sutopo, Dalam penelitian kualitatifindividu yang memiliki
informasi sangat berperan penting dalam memberikan data penelitian.
Informan bukan sekedar memberikan tanggapan, tetapi lebih memilih arah
dan selera dalam memberikan informasi yang dimiliki (Sutopo, 2002 : 50).
Dokumen dan arsip merupakan sumber data yang sama pentingnya dengan
sumber data lain di dalam suatu penelitian kualitatif. Dalam penelitian ini,
dokumen yang dapat digunakan adalah penelitian-penelitian relevan yang
telah dilakukan di tempat yang berbeda dan data yang diperoleh di institusi
pendidikan yang terkait serta data yang diperoleh dari internet.Selain itu,
beragam foto dan catatan lapangan yang diperoleh dari hasil penelitian
tentang Keputusan Orang Tua Tentang Pendidikan Dasar Bagi Anak di Desa
Pandeyan, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Boyolali.
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
porposive sampling atau sampling bertujuan. Menurut Goetz Le Compte
bahwa Purposive sampling yaitu teknik mendapatkan sample dengan
71 Jurnal Analisa Sosiologi
2 (1)
Keputusan yang diambil orang tua tersebut haruslah memiliki dasar agar
keputusan yang diambil tepat. Sebagaimana pendapat Hofsteede mengenai
pengambilan keputusan. Hofsteede berpendapat bahwa keputusan adalah
pilihan di antara berbagai alternatif, pilihan di antara jenis kegiatan yang
diusulkan untuk memecahkan masalah. Dengan demikian, berdasar pada
data yang didapat orang tua dalam mengambil keputusan telah
menggunakan berbagai pertimbangan.
Prihanto, RB. Soemanto, Bagus Haryono 74
Pertimbangan yang digunakan dalam hal ini, antara lain berkaitan dengan
berbagai hal yang akan didapat oleh anak dari sekolah, termasuk di
dalamnya ilmu pengetahuan, fasilitas, dan juga kasih sayang, dan apa yang
akan dikeluarkan orang tua untuk pendidikan anak, meliputi biaya yang
dikeluarkan apakah sejalan dengan tujuan yang ingin dicapai orang tua.
Bakat, minat, dan potensi anak yang dimiliki anak harus diwadahi oleh
sekolah yang bagus. Dengan ini, para orang tua harus benar-benar paham
akan minat dan potensi anak agar keinginan dan kebutuhan belajar anak
terpenuhi secara maksimal.
Analisis ini dilakukan berdasar teori-teori yang sejalan. Seperti teori yang
dicetuskan oleh Weber yang merumuskan sosiologi sebagai suatu ilmu yang
berusaha untuk menafsirkan dan memahami (interprestative understanding)
tindakan sosial serta hubungan sosial. Dalam mempelajari tindakan sosial,
Weber menganjurkan melalui penafsiran dan pemahaman atau menurut
terminologi Weber disebut verstehen. Verstehen merupakan kunci bagi
individu untuk menangkap arti tindakan sosial itu sendiri ( Johnson. 1988:
216).
75 Jurnal Analisa Sosiologi
2 (1)
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Pada kasus yang terjadi di Desa Pandeyan itu minat orang tua yang
rendah dalam menyekolahkan anak- anak mereka di desa tersebut
memiliki beberapa pertimbangan baik pertimbangan orang tua,
pertimbangan anak, maupun pertimbangan sekolah. Pertimbangan
sekolah adalah fasilitas yang ada di sekolahan kota memudahkan siswa
untuk memiliki wawasan yang luas tetapi di imbangi dengan bayaran
yang mahal. Sedangkan pertimbangan orang tua adalah keputusan
orang tua untuk menyekolahkan anak mereka ke Solo adalah orang tua
meyakini bayaran sekolah yang mahal akan menghasilkan siswa yang
79 Jurnal Analisa Sosiologi
2 (1)
memiliki out bagus. Selain itu, orang tua meyakini bahwa sekolahan
yang ada di desa kurang mampu memupuk siswa memiliki wawasan
yang luas. Pertimbangan anak diberikan saat anak memberikan
alternatif pilihan sekolah, harapannya dengan melibatkan anak dalam
memilih sekolahan dapat mendorong peningkatan prestasi bagi anak
nantinya.
2. Di Desa Pandeyan mulai banyak ditemukan orang tua yang lebih
memilih sekolah-sekolah dikota dengan berbagai pertimbangan.
Pengetahuan orang tua tentang pentingnya pendidikan sangat disadari
oleh para orang tua di Desa Pandeyan. Ada beberapa pertimbangan
yang dikemukakan orang tua terkait keputusan orang tua dalam
menentukan pendidikan dasar bagi anak-anaknya. Berbagai hal dan
pertimbangan sangat diperhatikan orang tua, tak terkecuali pendapat
dari anakpun juga menjadi pertimbanngan utama orang tua.
3. Selain pertimbangan dari anak, orang tua juga melihat pentingnya
pendidikan anak untuk kelangsungan hidupnya nanti. Orang tua
memilih sekolahan yang berkualitas dengan tujuan yang jelas pula.
Banyak orang tua memilih sekolah tertentu dengan pertimbangan
tertentu pula, seperti orang tua dengan latar belakang mengutamakan
agama, maka akan memilih sekolah dengan visi misi agama yang jelas
pula semisal lulus harus hafal 2 juz. Kondisi lain tampak dari keluarga
akademis yang memilat pendidikan secara lebih umum maka akan
menyekolahkan anak disekolah dengan pertimbangan keseimbangan
antara akademis dengan yang lainnya.
Daftar Pustaka