You are on page 1of 10

Komponen Kimia dan Sifat Antioksidan Kopal

(Chemical Components and Anti-oxidative Properties of Copal)


Ganis Lukmandaru
Departemen Teknologi Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, Universitas Gadjah Mada
Jl. Agro No. 1, Bulaksumur, Sleman
Penulis korespondensi : ganisarema@lycos.com

Abstract
Analysis of the chemical components and anti-oxidative properties of copals were conducted.
Copal samples were procured from 6 trees of Agathis borneensis stand established in Banyumas
Timur Forest Management Unit. SNI 7634:2011 was referred in chemical analysis of the
samples. The copals were dissolved in toluene and ethanol, consecutively. Neutral and acidic
fractions were obtained by fractionation of toluene soluble extracts. Total phenolic content of
ethanol soluble extracts were determined by Folin-Ciolcateu method. Copal components were
detected by GC-MS analysis and anti-oxidative properties were examined by 1,1-diphenyl-2-
picryl-hydrazyl (DPPH) test. Dirt content, ash content, and acid number were found in the range
of 6.25-22.63%, 0.05-0.16%, and 190-378, respectively. Solubility in toluene was of 19-46%
and solubility in ethanol was of 53-81% based on extract weights. Neutral and acidic fractions
based on toluene extract were in the range of 20-44% and 56-80%, respectively. The
components of copal were assigned as resin acid (agatholic acid), neutral diterpene derivates
(agathadiol, labdanenone, labdadienedioat), and alcohol monoterpene. Total phenolic content
was in the range of 12-22 mg g-1 extract equivalent to gallic acid . Anti-oxidative values of the
presently investigated copal were comparatively low, regardless of the copals were indicated to
contain phenolic compounds
Keywords: Agathis borneensis, antioxidative properties, copals, extractives, resin

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan sifat kimia dan aktivitas antioksidan (AAO) kopal.
Sampel terdiri atas 6 pohon damar (Agathis borneensis) yang berasal dari KPH Banyumas Timur.
Pengujian sifat kimia mengacu pada SNI 7634:2011. Kopal dilarutkan dengan toluena dan etanol
secara berturutan. Fraksi asam dan netral diperoleh dari fraksinasi ekstrak toluena. Deteksi
komponen penyusun kopal dilakukan melalui analisis GC-MS. Pengukuran kadar fenolat total
pada ekstrak etanol dilakukan dengan metode Folin-Ciolcateu. Pengukuran AAO dilakukan
melalui uji 1,1-diphenyl-2-picryl-hydrazyl (DPPH). Hasil penelitian menunjukkan kadar kotoran
6,25-22,63%, kadar abu 0,05-0,16%, dan bilangan asam 190-378. Kelarutan dalam toluena dan
etanol adalah 19-46 dan 53-81% dari berat ekstraknya. Fraksi netral berkisar 20-44%,
sedangkan fraksi asam 56-80% dari ekstrak toluena. Beberapa komponen penyusun kopal yang
terdeteksi adalah asam resin seperti asam agatolat, turunan diterpena netral (agatadiol,
labdanenon, dan labdadiendioat), serta monoterpena alkohol. Kadar fenolat total dalam sampel
12-22 mg g-1 ekstrak setara asam galat. Meski terindikasi mengandung kompoen fenolat, fraksi
etanol memiliki AAO yang relatif kecil dalam menangkap gugus radikal.
Kata kunci: Agathis borneensis, aktivitas antioksidan, ekstraktif , getah, kopal

Komponen Kimia dan Sifat Antioksidan Kopal 38


Ganis Lukmandaru
Pendahuluan antioksidan alami juga dibahas sebagai
alternatif pemanfaatan di bidang farmasi.
Salah satu komoditas andalan hasil hutan
bukan kayu (HHBK) adalah kelompok
Bahan dan Metode
resin. Sebagai contoh adalah getah pinus
yang banyak disadap dari tegakan dari Penyiapan bahan
Perhutani di Jawa untuk menghasilkan
olahan berupa gondorukem dan terpentin Kopal diperoleh dari 6 pohon damar
beserta derivatnya. Andalan lainnya (Agathis borneensis) yang tumbuh di
adalah kopal yang disadap dari pohon KPH Banyumas Timur sekitar taman
damar (Agathis sp). Berdasarkan sifat wisata Baturaden dengan jenis tanah
fisik dan kimianya, getah pinus masuk latosol dan iklim basah. Kopal diambil
dalam sub-kelompok oleoresin, dari bagian sadapan sekitar diameter
sedangkan kopal masuk dalam resin setinggi dada (kisaran diameter pohon
vernis dan lakuer (Langenheim 2003). 30-45 cm). Dari pengamatan secara
visual di lapangan, terlihat bahwa warna
Sejak lama kopal dari berbagai tempat getah kopal cukup bervariasi, dari yang
tumbuh telah digunakan sebagai bahan kuning keputihan sampai yang kuning
pewangi untuk keperluan upacara kehitaman. Penomoran dari nomor 1-6
keagamaan, pengawet makanan, dan diurutkan dari getah yang berwarna cerah
pengobatan untuk beberapa penyakit sampai yang paling menghitam (Gambar
(Gigliarelli et al. 2015). Kopal banyak 1).
digunakan untuk bahan vernis serta
barang seni seperti penyepuh bingkai,
bahan aditif untuk memberi kekakuan
lapisan, dan bahan fiksatif dalam suatu
lukisan (Doerner 1998). Meski
kegunaannya bervariasi, data penelitian
sifat kimia kopal di Indonesia,
khususnya di Perhutani, masih sangat
terbatas. Penelitian sebelumnya untuk
sifat fisiko-kimia serta penggunaannya
sebagai vernis telah dilakukan dengan Gambar 1 Sampel kopal dari tegakan di
menggunakan bahan kopal dari KPH Banyumas Timur.
Perhutani KPH Probolinggo (Waluyo et
al. 2004a, Waluyo et al. 2004b) serta Analisis sifat kimia
KPH Pekalongan Timur dan Banyumas
Barat oleh Ando dan Wiyono (1988). Kopal dihaluskan sampai melewati
Untuk menambah informasi mengenai saringan 200 mesh. Parameter kadar
variasi kopal di Jawa, penelitian ini kotoran, abu, dan bilangan asam
bertujuan mengeksplorasi sifat kimia ditentukan mengacu pada SNI 7634:2011
kopal dari KPH Banyumas Timur. untuk kopal (BSN 2011). Ekstraksi kopal
Penelitian pendahuluan pada kopal dari sebanyak 2 g secara berturutan dilakukan
wilayah tersebut didapatkan komposisi dengan pelarut toluena dan etanol
ekstrak polar dan non polarnya melalui pemanasan refluks selama 30
(Lukmandaru 2015). Selain itu, menit. Ekstrak terlarut kemudian
kemungkinan kopal sebagai bahan pelarutnya diuapkan dengan rotary
evaporator untuk mendapatkan ekstrak

39 J. Ilmu Teknol. Kayu Tropis Vol. 15 No. 1 Januari 2017


padatnya. Ekstrak padat kemudian Pengujian dilakukan dengan 3 ulangan
ditimbang untuk dihitung kadar ekstrak dan diambil reratanya.
terlarutnya.
Analisis kimia dengan kromatografi
Fraksinasi lanjutan dilakukan pada
gas–spektrometri massa (GC-MS)
ekstrak terlarut toluena. Ekstrak tersebut
dilarutkan dengan toluena kemudian Ekstrak terlarut toluena (fraksi netral dan
dipindahkan ke corong pemisah. Dengan asam) dan terlarut etanol dalam
proporsi yang sama, NaOH 1% (dua kali) konsesntrasi 1 mg ml-1 dari sampel no. 1
ditambahkan dan dikocok sehingga diinjeksikan ke dalam kolom GC-MS
didapatkan 2 lapisan. Lapisan yang (Shimadzu QP 2010). Jenis kolom adalah
terlarut toluena kemudian dicuci dengan RTx-5MS (Restek Corp.) dengan
aquades, ditambahkan pengikat air panjang 30 m, suhu injektor dan detektor
sodium sulfida secukupnya, dan 2500C, dan suhu operasi 120-300 0C.
didiamkan selama 24 jam. Pelarut Kenaikan suhu pada 120-300 0C diatur
diuapkan sehingga didapatkan ekstrak dengan laju kenaikan suhu 40C per
kering merupakan fraksi netral. Fraksi menit ditahan kemudian ditahan selama
terlarut NaOH 1% diasamkan dengan 15 menit pada suhu 300 0C. Identifikasi
asam klorida pekat sampai mencapai pH senyawa dilakukan dengan menggunakan
2-3 dan ditambahkan toluena dengan software Wiley 8 Library.
proporsi yang sama (dua kali) sampai
didapatkan 2 lapisan. Lapisan terlarut Pengukuran aktivitas antioksidan
toluena ini merupakan fraksi asam. Ekstrak terlarut etanol diuji berdasarkan
Metode untuk mendapatkan ekstrak efek penangkap radikal pada radikal
keringnya adalah sama perlakuannya bebas DPPH stabil. Sebanyak 0,1 ml
dengan saat memperoleh fraksi netral. larutan ekstrak dalam etanol pada
Perhitungan kadar ekstrak dilakukan konsentrasi 0,25; 0,50; 1,0; 2,0; 4,0;
pada kedua fraksi tersebut melalui dan 8 mg g-1 masing-masing
penimbangan ekstrak keringnya. ditambahkan pada larutan DPPH 0,04%
Penentuan kadar fenolat total (KFT) dalam metanol sebanyak 5 ml dan
dilakukan pada ekstrak terlarut etanol dibiarkan bereaksi pada suhu ruangan
mengacu metode kolorimetris Folin- (Gao et al. 2006). Setelah 30 menit, nilai
Ciolcateu (Gao et al. 2006). Sebanyak absorbansi diukur pada 517 nm
0,5 ml larutan ekstrak dalam etanol (8 menggunakan spekrofotometer UV-VIS
mg ml-1) dicampur dengan 2,5 ml dan diubah menjadi aktivitas antioksidan
reagen Folin-Ciolcateu yang telah (AAO) melalui persen penghambatan
diencerkan 10 kali dan dibiarkan selama dengan rumus:
2 menit pada suhu ruang. Selanjutnya Penghambatan (%) = 100 x (Ao-A1)/Ao
ditambahkan 2 ml dari Na2CO3 7,5% dan
dibiarkan selama 30 menit dalam suhu Ao merupakan absorbansi dari blanko
ruangan. Absorbansi dari larutan tersebut sedangkan A1 merupakan absorbansi
kemudian diukur pada 765 nm sampel dengan ekstrak. Selanjutnya
menggunakan spekrofotometer UV-VIS. dihitung nilai IC50 yang merupakan
KFT dinyatakan dalam mg g-1 ekstrak konsentrasi antioksidan yang
setara asam galat (SAG) dari kurva menghambat 50% reaksi DPPH melalui
kalibrasi (y=0,010x+0,005, r2=0,99). plotting persen penghambatan terhadap
beberapa konsentrasi ekstrak. Nilai yang

Komponen Kimia dan Sifat Antioksidan Kopal 40


Ganis Lukmandaru
rendah menandakan aktivitas kadar ektraktif larut toluena tertinggi
penangkapan radikal yang tinggi. serta kadar ekstraktif larut etanol
kuersetin komersial (MERCK) terendah. Kecenderungan tersebut
digunakan sebagai kontrol positif. sejalan dengan bilangan asam.
Pengujian dilakukan dengan 3 ulangan Tabel 2 menunjukkan fraksi polar (53-
kemudian dirata-rata. 81%) lebih tinggi dibandingkan dengan
fraksi non polar. Hal ini ditunjukkan oleh
Hasil dan Pembahasan
rendahnya kelarutan dalam toluena di
Sifat kimia penelitian ini meskipun belum diketahui
Persyaratan dalam SNI, untuk mutu apakah ada pengaruh umur pohon
utama dalam warna adalah kuning terhadap komposisi polar/non-polarnya.
bening sampai kuning pucat (BSN 2011). Komponen utama dari kopal adalah
Dari Tabel 1, sampel sudah memenuhi senyawa diterpena tipe labdana yaitu
kriteria tersebut tetapi ada beberapa asam komunat (Gambar 2) yang
sampel yang menghitam yang berpolimerisasi menjadi asam
disebabkan adanya kotoran. Penentuan polikomunat (Langenheim 2003). Sifat
sifat kimia kopal dari 6 pohon disajikan polar dan kelarutan yang rendah ini
di Tabel 2. Kadar abu dan kotoran kopal disebabkan oleh adanya polimerisasi
lebih kecil dari 0,3% dan 3%, secara asam komunat (Romero-Noguera et al.
berturutan, sedangkan bilangan asam 2014). Sifat ini tentunya berlawanan
dalam kisaran 125-150. Dari rerata yang dengan getah dari kelompok oleoresin
diperoleh maka hanya kadar abu saja seperti halnya getah pinus yang hampir
yang masuk dalam standar. Apabila seluruhnya bisa larut dalam pelarut non-
dibandingkan dengan nilai kopal dari polar. Penelitian pendahuluan dengan
Probolinggo (Waluyo et al. 2004a), maka beberapa pelarut non-polar menunjukkan
rerata kadar abu yang diperoleh dalam variasi berdasarkan pelarut maupun
penelitian ini lebih rendah sedangkan kondisi fisik getah (Lukmandaru 2015).
kadar kotoran dan bilangan asamnya Fraksinasi ekstrak terlarut toluena
masih dalam kisarannya. Selanjutnya dengan metode pemisahan cair-cair
nilai kadar kotoran dan bilangan (liquid-liquid extraction) menghasilkan
asamnya lebih tinggi bila dibandingkan fraksi netral dan asam (Gambar 3). Dari
kopal dari Banyumas Barat dan hasil penentuan kadar ekstraknya, fraksi
Pekalongan Timur (Ando dan Wiyono, asam lebih dominan (56-80%)
1988). Hal tersebut mengindikasikan dibandingkan netralnya (20-44 %). Hal
adanya variasi sifat kimia karena faktor ini menandakan lebih banyaknya
geografis atau tempat tumbuh. komponen getah yang berupa asam
Apabila dihubungkan dengan warna diterpena dibandingkan yang kelompok
kopalnya, diasumsikan warna gelap diterpena netral. Meski demikian, hasil
dalam getah maka akan semakin banyak penentuan bilangan asam (Tabel 2)
kotorannya. Tetapi kecenderungan tidaklah berkorelasi langsung dengan
tersebut tidak begitu terlihat meskipun kadar fraksi asamnya. Nilai tertinggi
persen kotoran tertinggi diamati pada bilangan asam pada sampel no. 1 dan 2
sampel tergelap (no. 6). Demikian juga memang berhubungan dengan nilai fraksi
untuk parameter lainnya meski sampel asam tertinggi di sampel yang sama,
tergelap menunjukkan kadar abu dan tetapi kecenderungan yang sama tidak
diamati untuk sampel no 3-6.

41 J. Ilmu Teknol. Kayu Tropis Vol. 15 No. 1 Januari 2017


Tabel 2 Sifat kimia getah kopal dari tegakan KPH Banyumas Timur
No Kadar
Sampel Kotoran, % Abu, % Ekstraktif larut Ekstraktif larut Bilangan
toluena, % etanol, % asam
1 6,25 0,09 38,84 61,15 378,00
2 10,38 0,11 19,95 80,04 252,00
3 12,45 0,10 33,32 66,67 241,00
4 16,35 0,05 35,18 64,81 232,00
5 9,96 0,05 41,53 58,46 224,00
6 22,63 0,16 46,52 53,47 190,00
Rerata 13,00 0,09 35,89 64,10 252,83

Bilangan asam diduga dipengaruhi oleh ketiga fraksi tersebut atau fraksinasi yang
ekstraktif terlarut etanol seperti senyawa dilakukan sudah cukup baik. Komponen
fenolat yang secara teoritis merupakan kimia yang terdeteksi melalui Wiley
asam lemah. Library disajikan dalam Tabel 3. Fraksi
netral menunjukkan lebih banyak
Ekstrak terlarut etanol selanjutnya
komponen yang teridentifikasi (6
dianalisis kadar fenolat totalnya (KFT)
komponen). Derivat seskuiterpena (C15)
yang hasilnya bisa dilihat di Gambar 4.
dan derivat diterpena (C20) terdeteksi di
Nilai KFT dalam kisaran 12-22 mg g-1
fraksi asam (asam agatolat, dimetil
ekstrak SAG ekstrak dimana nilai
labdadienadioat) dan fraksi netral
tertinggi diamati pada sampel nomor 3
(agatadiol, labdanenon, labdadiendioat),
(21,1 mg g-1 ekstrak SAG). Apabila
sedangkan monoterpena alkohol (C10)
dihubungkan dengan nilai bilangan asam
diamati di fraksi larut etanol. Dalam
maupun kadar terlarut etanol, tidak
ekstrak terlarut etanol, puncak no 11
diamati adanya kecenderungan yang
berdasarkan pola retakan spektrum
jelas. Hal ini diduga karena adanya
massanya (m/z) diduga adalah komponen
pengaruh muatan asam lainnya dari
asam dikarbosilat benzena dibutil ester,
kelompok terpena seperti asam resin
sedangkan puncak nomor 12 dan 13
(resin acids).
merupakan senyawa isomer siklik
Data mengenai komposisi kimia kopal dengan berat molekul tinggi. Puncak no.
masih relatif terbatas apabila 14-16 di fraksi etanol merupakan artefak
dibandingkan dengan komposisi kimia berdasarkan pola retakan di
kopal dari famili Burseraceae (Gigliarelli spektrofotometer massa sehingga tidak
et al. 2015, Case et al. 2003). Analisis diidentifikasi.
GC-MS ini bertujuan untuk mendeteksi
Asam resin diterpena seperti asam
senyawa dengan berat molekul rendah di
agatolat dan ester seperti norlabda
tiga fraksi kopal. Kromatogram GC-MS
dienoat atau metil norlabdadienoat
(Gambar 5) menunjukkan tidak ada
sebelumnya diidentifikasi di kopal
senyawa yang sama berdasarkan pola
(Romero-Noguera et al. 2014).
retakan spektrofotometer massa-nya dari

Komponen Kimia dan Sifat Antioksidan Kopal 42


Ganis Lukmandaru
Gambar 2 Struktur kimia dari asam komunat.
Komposisi ekstrak toluena, %

Nomor sampel

Gambar 3 Komposisi ekstrak terlarut toluena (persen berat ekstrak) : asam dan :
netral dari getah kopal dari tegakan KPH Banyumas Timur.
25
mg SAG g-1 ekstrak
Kadar fenolat total ,

20

15

10

0
1 2 3 4 5 6
Nomor sampel

Gambar 4 Kadar fenolat total ekstrak terlarut etanol (mg g-1 ekstrak setara asam galat)
dari getah kopal dari tegakan KPH Banyumas Timur.

Asam resin di penelitian tersebut seperti fenolat yang ada bersifat lebih polar dan
asam isopimarat, asam agatat, dan asam berberat molekul relatif tinggi sehingga
sandarakopimarat tidak terdeteksi dalam tidak terdeteksi oleh kolom di GC-MS.
eksperimen ini karena metode penyiapan Untuk itu, penerapan derivatisasi dan
sampel di fraksi asamnya tidak melalui pemakaian HPLC untuk identifikasi
derivatisasi. Demikian juga komponen fenolat di penelitian mendatang perlu
fenolat, yang telah dihitung kadarnya di dilakukan untuk mendapatkan informasi
fraksi etanol (Gambar 4), juga tidak komponen yang lebih lengkap. Demikian
terdeteksi. Hal tersebut diduga karena juga penggunaan GC-MS pirolisis (GC-

43 J. Ilmu Teknol. Kayu Tropis Vol. 15 No. 1 Januari 2017


pyr) untuk memastikan keberadaaan kemampuan mengurangi kerusakan sel
asam komunat yang terpolimerisasi. dan membantu mencegah kanker,
peradangan, dan penuaan karena
Aktivitas antioksidan (AAO) aktivitas penangkapan radikal (Diouf et
Senyawa antioksidan berpotensi untuk al. 2009).
menunda atau mencegah oksidasi dari Penelitian antioksidan pada getah
senyawa kimia lainnya sehingga bagi golongan resin telah dilakukan pada
kesehatan berguna dalam memperta- getah jernang. Ekstrak larut metanol dan
hankan tubuh dari kerusakan sel akibat etil asetat jernang menunjukkan AAO
adanya unsur radikal bebas. Aktivitas (Waluyo dan Pasaribu 2013). Untuk
antioksidan berkorelasi dengan kadar kopal sendiri, beberapa penelitian
fenolat totalnya (Gao et al. 2006) bioaktivitas dilakukan pada kopal dari
maupun dengan senyawa diterpena famili Burseraceae tetapi belum
(Wang et al. 2002). Senyawa polifenolat dilakukan uji AAO (Gigliarelli et al.
yang ada dalam tanaman umumnya 2015).
bertindak sebagai antioksidan karena

Gambar 5 Kromatogram GC-MS dari ekstrak fraksinasi kopal sampel no. 1 yaitu (a)
terlarut diklorometana - netral, (b) terlarut diklorometana - asam, dan (c) terlarut etanol.

Komponen Kimia dan Sifat Antioksidan Kopal 44


Ganis Lukmandaru
Tabel 3 Komponen ekstraktif dari kopal (sampel no. 1) yang teridentifikasi oleh GC-MS.
No Komponen Waktu Rumus Berat Indeks
retensi, empiris molekul kesamaan,
menit %
Fraksi netral
1 Labdanenon 23,3 C20H32O2 304 77
2 Beta elemena 23,8 C15H24 204 77
3 Epiglobulol 26,8 C15H26O 222 78
4 Globulol 27,5 C15H26O 222 78
5 Labdadiendioat 30,1 C22H34O4 362 85
6 Tidak teridentifikasi 31,9 - - -
7 Agatadiol 33,6 C20H34 O2 306 76
Fraksi asam
8 Asam Agatolat 23,8 C20H32O2 304 75
9 Tidak teridentifikasi 24,5 - - -
10 Dimetil labdadienadioat 32,8 C22H34O4 362 54
Fraksi etanol
11 Asam 17,9 C16H22O4 278 80
benzenadikarboksilat
dibutil ester
12 Isopropenil metil 20,8 C10H14O 150 82
sikloheksenol
13 Isopropenil metil 23,6 C10H18O2 170 93
sikloheksenadiol
IC50 , mg ml-1

Gambar 6 Nilai IC50 untuk konsentrasi penghambatan reaksi DPPH pada kopal.

45 J. Ilmu Teknol. Kayu Tropis Vol. 15 No. 1 Januari 2017


berturut-turut adalah 19-46% dan 53-81%
Hasil pengukuran AAO melalui metode
dari berat ekstraknya dengan kisaran
penangkapan ion radikal dengan DPPH
bilangan asam 190-378. Ada
disajikan di Gambar 6. Konsentrasi yang
kecenderungan kopal yang berwarna
diuji bervariasi antara 0,25-8 mg ml-1
gelap memberikan nilai bilangan asam
ekstrak. AAO yang tinggi digambarkan
yang lebih rendah. Fraksi netral
dengan konsentrasi yang rendah tetapi
menyusun 20-44%, sedangkan fraksi
persen penghambatan yang tinggi atau
asam dalam kisaran 56-80% dari ekstrak
IC50 yang memberi nilai konsentrasi
non-polar (larut toluena). Kadar fenolat
yang bisa menghambat 50%.
total adalah 12-22 mg g-1 ekstrak SAG.
Dibandingkan dengan anti-oksidan alami
Analisis GC-MS menunjukkan adanya
kuersetin (IC50 = 0,09 mg ml-1), AAO
derivat diterpena dan seskuiterpena di
dari ekstrak terlarut etanol ini masih
fraksi netral dan asam, sedangkan
sangat rendah. Sampel 1, 3, dan 6
monoterpena dideteksi di fraksi larut
masing-masing dengan nilai 2,8; 27,4;
etanol. Nilai AAO cukup kecil untuk
dan 5,2 mg ml-1, sedangkan sampel
semua sampel yang diamati sehinga
sisanya (2, 4, dan 5) tidak menunjukkan
disimpulkan kopal tidak efektif sebagai
adanya penghambatan meskipun dalam
bahan penangkap radikal bebas.
konsentrasi tertinggi (8 mg ml-1). Nilai
AAO tersebut mengindikasikan
Daftar Pustaka
hubungan AAO dengan nilai KFT tidak
terlihat jelas dalam eksperimen ini. Ando Y, Wiyono B. 1988. Sifat-sifat
kopal dari Pekalongan Timur dan
Secara teoritis, senyawa fenolat dalam Banyumas Barat. J Penelit Hasil
getah resin umumnya dalam bentuk Hutan 5(6):353-356.
fenolat sederhana, flavonoid, lipofilik-
flavonoid, dan fenolat terprenilasi [BSN] Badan Standarisasi Nasional.
(Langenheim 2003). Rendahnya nilai 2011. Kopal: SNI 7634:2011. Jakarta:
tersebut diduga karena relatif sedikitnya Badan Standarisasi Nasional.
komponen fenolat dalam kopal untuk Case RJ, Tucker AO, MacIarello MJ,
menghasilkan penghambatan yang nyata Wheeler KA. 2003. Chemistry and
pada DPPH. Hasil analisis dengan GC- ethnobotany of commercial incense
MS tidak mengindikasikan adanya copals, copal blanco, copal oro, and
komponen fenolat sederhana dalam copal negro, of North America.
ekstrak terlarut etanol (Tabel 3). Untuk Economic Botany 57(2):189-202.
itu, penelitian lanjutan perlu dilakukan
untuk mengetahui komponen fenolat Diouf PN, Stevanovic T, Cloutier A.
maupun non-fenolat yang memengaruhi 2009. Antioxidant properties and
intensitas AAO pada kopal. polyphenol contents of trembling
aspen bark extracts. Wood Sci
Kesimpulan Technol 43:457–470.
Sampel kopal 6 pohon dari tegakan A. Doerner M. 1998. The Materials of the
borneensis di KPH Banyumas Timur Artist and Their Use in Painting. San
telah dianalisis sifat kimia dan AAOnya. Diego: Harcourt.
Kadar kotoran dan abu kopal tersebut Gao H, Shupe TF, Hse CY, Eberhardt
adalah 6,25-22,63% dan 0,05-0,16%. TL. 2006. Antioxidant activity of
Kadar ekstraktif larut toluena dan etanol extracts from the bark of

Komponen Kimia dan Sifat Antioksidan Kopal 46


Ganis Lukmandaru
Chamaecyparis lawsoniana (A. in pictorial techniques: Sandarac and
Murray) Parl. Holzforschung 60:459– copal. Internat Biodeteriorat
462. Biodegrad. 90:99-105.
Gigliarelli G, Becerra JX, Curini M, Waluyo T, Dalian E, Edriana E. 2004a.
Marcotullio MC. 2015. Chemical Percobaan pembuatan pernis dari
composition and biological activities kopal asal Probolinggo. J Penelit
of fragrant Mexican copal (Bursera Hasil Hutan 22(2):35–41.
spp.) Molecules 20:22383–22394. Waluyo T, Sumadiwangsa ES, Hastuti P,
Langenheim JH. 2003. Plant Resins: Kusmiyati E. 2004b. Sifat-sifat kopal
Chemistry, Evolution, Ecology, and dari Probolinggo, Jawa Timur. J
Ethnobotany. Portland: Timber Press. Penelit Hasil Hutan 22(1):87–94.
Lukmandaru G. 2015. Fraksinasi kopal Waluyo TK, Pasaribu G. 2013. Aktifitas
dengan berbagai pelarut organik. antioksidan dan antikoagulasi resin
Prosiding Seminar Nasional jernang. J Penelit Hasil Hutan 31(4):
“Peranan dan Strategi Kebijakan 306-315.
Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Wang SY, Wu JH, Shyur LF, Kuo YH,
Kayu (HHBK) dalam Meningkatkan Chang ST. 2002. Antioxidant activity
Daya Guna Kawasan (Hutan); 2014 of abietane-type diterpenes from
Agustus 6-7; Yogyakarta. heartwood of Taiwania crypto-
Yogyakarta: UGM. hlm 382-386. merioides Hayata. Holzforschung
Romero-Noguera J, Martín-Sánchez I, 56:487–492.
Doménech-Carbó MT, Osete-Cortina
L, López-Miras MM, Bolívar- Riwayat naskah:
Galiano F. 2014. Analytical charac- Naskah masuk (received): 22 Agustus 2016
terisation of the biodeterioration of Diterima (accepted): 30 September 2016
diterpenoid labdanic varnishes used

47 J. Ilmu Teknol. Kayu Tropis Vol. 15 No. 1 Januari 2017

You might also like