You are on page 1of 10

Chem. Prog. Vol. 7, No.

2, November 2014

AKTIVITAS ANTIFOTOOKSIDAN DAN KOMPOSISI FENOLIK DARI


DAUN CENGKEH (Eugenia aromatic L.)
Meiske Lumingkewas1, Jeanette Manarisip1, Fetty Indriaty1, Amelia Walangitan1,
Judith Mandei1 dan Edi Suryanto2
1
Balai Riset dan Standarisasi Industri, Manado
2
Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan AlamUniversitas Sam Ratulangi

ABSTRACT

Lumingkewas dkk., 2014. Phenolic Composition and Antiphooxidant from clove leave (Eugenia aromatic L.)

The objectives of the present research were evaluated effect of solvent extraction on antiphotooxidative from clove
leave (Eugenia aromatic (L). A certain quantity of powdered sample was extracted with methanol 80%, ethanol 80%
and aseton 80%. After evaporation the extracts were dissolved in methanol and assayed for phenolic, flavonoid and
condensed tannin content. Singlet oxygen quenching and free radical activity of each extracts of spices at 500 ppm
level were evaluated using 1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl (DPPH) free radical. Anti-photooxidative activity test was
conducted using linoleic acid as substrates each containing 5 ppm erythrosine as a photosensitizer. The result
showed that solvent was significantly having effect on total phenolic, flavonoid and condensed tannin content.
Methanol extract possessed highest total flavonoid and condensed tannin content than aseton and etanol. Methanol
extract of clove leave was found to have the highest anti-photooxidative effect, followed by aseton and ethanol. In
addition, ekstrak methanol showed any difference in it free radical scavenger effect than that of ethanol and aseton
extracts. This results show that clove methanol extract has the best activity on photooxidation of linoleic acid and
scavenger of free radical DPPH. These results suggest that the methanolic extract of clove leave contains some
compounds having singlet oxygen quenching and free radical scavenging activities on linoleic acid and free radical
DPPH

Kata kunci: Clove leave, phenolic, antiphotooxidant, singlet oxygen

ABSTRAK

Lumingkewas et al., 2014. Komposisi fenolik dan aktivitas antifotooksidan dari daun cengkeh (Eugenia Aromatic L)

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh pelarut ekstraksi terhadap aktivitas antifotooksidan dan
komposisi fenolik yang terdapat pada ekstrak daun cengkeh. Serbuk daun cengkeh diekstraksi dengan metanol 80%,
etanol 80% dan aseton 80%. Setelah evaporasi, ekstrak daun cengkeh dilakukan pengujian untuk kandungan fenolik,
flavonoid dan tannin terkondensasi. Aktivitas penstabilan oksigen singlet dan radikal bebas dari ekstrak dievaluasi
dengan menggunakan asam linoleat sebagai substrat yang mengandung 5 ppm eritrosin sebagai fotosensitiser dan
radikal bebas 1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl (DPPH). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pelarut ekstraksi
memiliki efek sangat signifikan terhadap kandungan fenolik, flavonoid dan tannin terkondensasi. Pelarut ekstrak
metanol memiliki kandung flavonoid dan tannin terkondensasi paling tinggi daripada aseton dan etanol. Ekstrak
metanol daun cengkeh ditemukan mempunyai efek antifotooksidatif diikuti ekstrak etanol etanol dan aseton. Selain
itu, pelarut methanol juga menunjukkan suatu perbedaan dalam penangkalan radikal bebas DPPH. Berdasarkan
analisis komposisi fenolik dalam daun cengkeh dengan HPLC teridentifikasi senyawa eugenol, asam galat, kuersetin,
rutin dan kaempferol. Hasil ini menyimpulkan bahwa ekstrak metanol daun cengkeh mengandung beberapa
senyawa fenolik yang mempunyai aktivitas sebagai penstabilan oksigen singlet dan penangkalan radikal bebas.

Keywords: Daun cengkeh, fenolik, antifotooksidan, oksigen singlet

PENDAHULUAN asam fenilasetat, asam sinamat, kumarin,


Produk tanaman edibel dan non edibel isokumarin, kromon, lignan, flavonoid, lignin,
mengandung sejumlah besar senyawa fenolik tanin, benzofenon, xanton, stilben, kuinon dan
yang terdiri dari fenol sederhana, asam fenolat, betacianin (Dey & Harbone, 1989). Senyawa

1
Balai Riset dan Standarisasi Industri, Manado 96
Email: meiske.lumingkewas@yahoo.com
Chem. Prog. Vol. 7, No. 2, November 2014
fenolik terbukti pelindung melawan efek bahaya terutama pada produk berbentuk serbuk dan
radikal bebas dan diketahui pula mampu disimpan dalam waktu beberapa bulan, misalnya
menurunkan resiko kanker, penyakit jantung susu formula untuk bayi, makanan instan dan
koroner, stroke, artherosclerosis, ospteoporosis, bumbu-bumbu penyedap dalam bentuk serbuk.
inflamasi dan penyakit neurodegeneratif lain Cengkeh merupakan rempah rempah
yang dapat dihubungi dengan stress oksidatif yang memiliki kandungan senyawa fenolik yang
(Ames & Shigenaga, 1993; Shahidi & Naczk, banyak dimanfaatkan sebagai bumbu masak
1995) dalam berbagai masakan. Penggunaan biji
Senyawa fenolik dalam tanaman cengkeh sebagai sumber antioksidan alam telah
berhubungan erat dengan aktivitas dilaporkan oleh Shan dkk. (2004). Sejalan
antioksidannya. Efek antioksidan fenolik dengan itu, Rorong (2011) melaporkan bahwa
terutama disebabkan sifat-sifat reaksi reduksi- ekstrak daun cengkeh mempunyai aktivitas
oksidasi (redox) dan merupakan hasil berbagai antioksidan. Hasil penelitian lain menunjukkan
kemungkinan mekanisme seperti aktivitas bahwa minyak atsiri yang diperoleh dari distilasi
penangkalan (scavenging) radikal bebas, uap biji cengkeh dapat mencegah oksidasi lipida
aktivitas pengkelat (chelating) logam transisi dan senyawa yang berkontribusi sebagai
dan aktivitas penstabilan (quenching) oksigen antioksidan adalah eugenol dan eugenil asetat
singlet (Silva dkk., 2000). walaupun aktivitasnya tidak sekuat α-tokoferol
Selama ini yang sudah banyak diketahui dan BHT (Lee & Shibamoto, 2001). Senyawa
kerusakan aroma dan rasa disebabkan oleh eugenol dilaporkan dapat berperan dalam
terjadinya reaksi oksidasi pada lemak tidak menghambat peroksidasi lipida dalam kehadiran
jenuh oleh oksigen di udara dan didukung ion logam Fe2+. Efek ekstrak daun cengkeh dan
dengan adanya panas, baik selama pengolahan eugenol telah dipelajari untuk aktivitas
maupun penyimpanan, namum yang belum antioksidannya dalam banyak penelitian, tetapi
banyak disadari adalah terjadinya reaksi oksidasi tidak ada data yang tersedia untuk efek
yang diinduksi oleh adanya cahaya atau disebut fotooksidasi terhadap asam linoleat sebagai
fotooksidasi (Frankel, 1985). Fotooksidasi ini model bahan pangan dan komposisi fenolik yang
melibatkan oksigen singlet yang dihasilkan dari bukan minyak atsiri. Penelitian ini bertujuan
oksigen triplet (molekul oksigen yang ada di untuk mempelajari pengaruh ekstrak daun
udara) dengan bantuan suatu zat yang berperan cengkeh dalam beberapa pelarut ekstraksi
sebagai sensitiser (Bradley & Min, 1992). terhadap aktivitas antifotooksidan dan komposisi
Sensitiser ini berfungsi mengubah energi cahaya fenolik dari daun cengkeh.
menjadi energi kimia yang selanjutnya memulai
reaksi oksidasi. Pada bahan makanan ternyata BAHAN DAN METODE
terdapat beberapa zat yang bisa berperan sebagai
sensitiser yaitu: ribiflavin, mioglobin, klorofil Bahan dan alat
dan pigmen lainnya (Min dan Boff, 2002).
Oksidasi oleh oksigen singlet ini bisa terjadi Bahan yang digunakan dalam
bahkan pada suhu rendah sekalipun, karena penelitian ini adalah daun cengkeh VCO yang
energi aktivasinya memang rendah. Ini menjadi diperoleh diperoleh Kabupaten Minahasa.
masalah yang sangat serius ketika produk Beberapa bahan kimia yang digunakan dalam
makanan biasanya diolah dan dipajang (display) penelitian ini adalah berkualifikasi pro analisis:
di bawah cahaya yang bersumber dari lampu. etanol, metanol, aseton, khloroform, kuersetin,
Kemasan dan pencahayaan yang memadai amilum, natrium karbonat, reagen Folin-
memberikan daya tarik tersendiri bagi konsumen Ciocalteu, kalium iodida, asam asetat, natrium
untuk membeli, namum hal ini jika tidak tiosulfat, etil asetat, kaempferol, rutin, myricetin,
dikendalikan juga memicu terjadinya reaksi katekin, aluminium khlorida, eritrosin, asam
oksidasi oksigen singlet yang bisa menyebabkan linoleat, asam galat, asam khlorida dan vanillin.
kerusakan aroma dan rasa serta berkurangnya Alat yang digunakan untuk pengujian adalah
vitamin (Min & Boff, 2002). Dampak reaksi desikator, alat-alat gelas, vortex mixer, pengaduk
oksidasi oksigen singlet ini makin besar magnet, timbangan analitik, oven, gelas

97
Chem. Prog. Vol. 7, No.2, November 2014

Erlenmeyer, mikro pipet, rotari evaporator dan Penentuan tanin terkondensasi


HPLC. Kandungan tanin terkondensasi sampel
ditentukan menurut metode Julkunen-Tinto
Preparasi bahan (1985). Sebanyak 0,1 mL ekstrak daun kunyit
dimasukkan dalam tabung reaksi yang
Pertama-tama daun cengkeh yang masih dibungkus aluminium foil, lalu ditambahkan 3
segar dianalisis kadar airnya. Selanjutnya mL larutan vanilin 4% (b/v) dalam metanol dan
dikeringanginkan sampai kering selama empat divorteks. Segera sesudah ditambahakan 1,5 mL
minggu. Setelah kering daun rempah-rempah HCl pekat dan divorteks lagi. Absorbansi dibaca
digiling dengan alat pengiling dan diayak pada λ 500 nm setelah campuran diinkubasi
sampai 40 mesh dan dianalisis kembali kadar selama 20 menit pada suhu kamar. Hasilnya
airnya. diplotkan terhadap kurva standar katekin yang
dipersiapkan dengan cara yang sama.
Ekstraksi daun daun cengkeh Kandungan tanin terkondensasi dinyatakan
sebagai mg/kg ekstrak.
Sebanyak 100 g serbuk daun cengkeh
dimasukkan ke dalam gelas Erlenmeyer yang Penentuan kandungan total flavonoid
berkapasitas 1 L, kemudian ditambahkan
pelarut metanol 80% sebanyak 500 mL. Prosedur penentuan kandungan
Ekstraksi dilakukan 2x dengan menggunakan flavonoid menggunakan metode Meda et al.
pengaduk magnet selama 24 jam. Selanjutnya (2005). Lima mililiter ekstrak daun cengkeh
dievaporasi untuk menghilangkan pelarutnya ditambahkan dengan 5 mL aluminium klorida
dengan rotari evaporator sehingga diperoleh 2% yang telah dilarutkan dalam metanol,
ekstrak metanol (EM). Dengan cara yang sama kemudian divortek dan ditera pada λ 415 nm.
dilakukan dengan pelarut etanol 80% dan aseton Kandungan total flavonoid dinyatakan sebagai
80%, selanjutnya diperoleh ekstrak etanol (EE) ekuivalen kuersetin dalam mg/kg ekstrak. Kurva
dan ekstrak aseton (AE). Ketiga ekstrak kalibrasi dipersiapkan pada cara yang sama
kemudian ditimbang dan disimpan pada –10 oC menggunakan kuersetin sebagai standar.
sebelum digunakan untuk analisis komponen
fenolik dan pengujian aktivitas antioksidan. Penentuan penangkal radikal bebas
DPPH
Penentuan kandungan total fenolik
Aktivitas penangkal radikal bebas dari
Kandungan total fenol dalam ekstrak ekstrak rempah-rempah diuji kemampuannya
volatil ditentukan dengan metode Jeong dkk. untuk menangkal radikal bebas 1,1-difenil-2-
(2005). Sampel ekstrak sebanyak 1 mL pikrilhidrazil (DPPH). Penentuan aktivitas
ditambahkan dengan 1 mL reagen Folin- penangkal radikal bebas diukur dengan metode
Ciocalteu (50%) dalam tabung reaksi dan Espin dkk. (2000). Dua milliliter larutan DPPH
kemudian campuran ini divortex selama 3 menit. 93 µM dalam etil asetat ditambahkan 0,5 mL
Setelah interval waktu 3 menit, 1 mL larutan VCO 100% dan 500 µg/mL ekstrak rempah-
Na2CO3 2% ditambahkan. Selanjutnya campuran rempah. Larutan DPPH tersebut kemudian
disimpan dalam ruang gelap selama 30 menit. diikubasi dalam ruang gelap. Tingkat
Absorbansi ekstrak dibaca dengan berkurangnya warna dari larutan menunjukkan
spektrofotometer pada λ 750 nm. Hasilnya efisiensi penangkal radikal. Lima menit terakhir
dinyatakan sebagai ekuivalen asam galat dalam dari 30 menit, absorbansi diukur pada λ 517 nm.
mg/kg ekstrak. Kurva kalibrasi dipersiapkan Aktivitas penangkal radikal bebas dihitung
pada cara yang sama menggunakan asam galat sebagai presentase berkurangnya warna DPPH
sebagai standar. dengan menggunakan persamaan: 1-absorbansi
sampel/absorbansi kontrol x 100%.

98
Chem. Prog. Vol. 7, No. 2, November 2014
Aktivitas penstabilan oksigen singlet pada dinyatakan sebagai µg/mL dengan menggunakan
fotooksidasi asam linoleat larutan standar katekin, rutin, myricetin,
kuersetin dan kaemfperol. Konsentrasi dihitung
Penentuan kemampuan penstabil dengan perbandingan luas area standar dengan
oksigen singlet menggunakan metode Lee dkk. sampel.
(1997) dengan sedikit dimodifikasi. Pengaruh
ekstrak dari masing-masing rempah-rempah HASIL DAN PEMBAHASAN
terhadap oksidasi oksigen singlet asam linoleat
0,03 M menggunakan konsentrasi 500 µg/mL Kandungan air
yang dipersiapkan dalam etanol dan
mengandung eritrosin (5 µg/mL) sebagai Serbuk daun cengkeh dipersiapkan dari
sensitiser. Sampel dari campuran tersebut bahan segar yang telah dikeringkan secara
sebanyak 10 mL diambil dan dimasukkan ke diangin-anginkan dalam ruang tanpa cahaya.
dalam botol serum yang berukuran 30 mL yang Daun cengkeh yang digunakan untuk bahan
dilengkapi dengan penutup karet dan aluminium sampel dalam eksperimen ini adalah bahan segar
foil. Botol tersebut kemudian diletakkan dan dengan kematangan seperti umumnya digunakan
disimpan di dalam kotak cahaya (70 x 50 x 60 untuk rempah-rempah, karena itu, kandungan
cm) dengan intensitas cahaya 4.000 lux selama 5 airnya sangat tinggi (47,24). Setelah
jam. Angka peroksida diukur dengan metoda dikeringkan, digiling dan diayak menghasilkan
AOCS (1990). Penelitian yang sama dilakukan berbagai serbuk. Dari hasil pengeringan
pada kondisi tanpa cahaya. diperoleh bahwa kandungan air dari daun
cengkeh adalah 8,14%. Oleh karena itu, proses
Analisis komponen ekstrak menggunakan pengeringan rempah-rempah yang diperlakukan
HPLC dengan cara dikering anginkan dalam kondisi
yang sama. Kandungan air dari serbuk terutama
Analisis senyawa fenolik ditentukan dipengaruhi oleh struktur jaringan dan efesiensi
dengan metoda Mien & Mohamed (2001). dari proses pengeringan.
Sampel kering dilarutkan dengan 20 mL metanol
70% kemudian ditambahkan 5 mL HCl 6 M dan Rendemen
divortex. Campuran ini dengan hati-hati direflux
pada 90 oC selama 2 jam. Ekstrak didinginkan, Ekstraksi yang dilakukan secara
disaring menggunakan penyaring Buchner. berurutan dengan pelarut metanol 80%, etanol
Kemudian filtrat yang diperoleh ditambah 50 80% dan aseton 80% untuk memisahkan
mL metanol dan disaring lagi dengan kertas senyawa-senyawa dengan tingkat polaritasnya.
Whatman (0,45 µm) sebelum diinjeksikan pada Ekstraksi menggunakan aseton dapat melarutkan
HPLC. Sebanyak 20 µL diinjeksikan pada senyawa yang semi polar, etanol dapat
peralatan HPLC dengan menggunakan alat melarutkan senyawa yang polar dan metanol
penyuntik Hamilton (ukuran loop 20 µL). akan melarutkan senyawa yang lebih polar.
Pemisahan dilakukan pada Nova-Pak C-18 4 µm Tujuan ketiga pelarut ini adalah untuk mencari
dengan panjang kolom 150 mm x 3,9 mm. komponen yang dapat berperan sebagai
Deteksi dilakukan dengan detektor UV pada penstabilan oksigen singlet yang terdapat dalam
panjang gelombang 365 nm (Shimadzu model ekstrak daun cengkeh dengan tingkat perbedaan
SPM 10 PV). Fase gerak berupa pelarut polaritas. Tabel 1. menunjukkan hasil ekstraksi
metanol/air dengan perbandingan 50:50 (v/v), dari ketiga pelarut. Hasil ekstraksi pelarut
pada kondisi pH 2,5 dengan asam trifluoroasetat tertinggi diperoleh dari ekstrak aseton daun
pada kecepatan pemisahan dari setiap analisa cengkeh sebesar 19,45 % dan terendah terdapat
dipertahankan pada 1,0 mL/menit. Konsentrasi pada ekstrak etanol daun cengkeh (15,42 %).

99
Chem. Prog. Vol. 7, No.2, November 2014

Tabel 1. Rendemen dari ekstrak etanol, metanol jumlah ekstrak metanol dan aseton adalah
dan aseton daun cengkeh klorofil, minyak atsiri, oleoresin dan lemak.

Jenis pelarut ekstraksi (%) Kandungan fenolik, flavonoid dan tanin


Metanol 18,30
Skrening kandungan fitokimia dalam
Etanol 15,42 penelitian ini ditentukan berdasarkan kandungan
Aseton 19,45 fenolik, flavonoid dan tanin terkondensasi dalam
pelarut metanol 80%, etanol 80% dan aseton
80% disajikan dalam Tabel 2. Dari ketiga
Dari hasil ini dapat dilihat bahwa jenis
pelarut yang diuji, semua ekstrak memiliki
pelarut yang digunakan berpengaruh pada
kandungan fenolik, flavonoid dan tanin yang
rendemen ekstraksi. Dari ketiga jenis pelarut
signifikan. Hasil ini mengindikasikan bahwa
yang diteliti menunjukkan bahwa menunjukkan
ketiga pelarut yang diuji mampu mendapat
peningkatan rendemen dengan urutan pelarut
komponen-komponen yang kaya dalam
ekstraksinya adalah aseton, metanol dan etanol. fitokimia fenolik, flavonoid dan tanin. Dari data
Hal ini kemungkinan disebabkan karena
secara kuantitatif menunjukkan bahwa
senyawa yang terdapat dalam daun cengkeh ini
kandungan total fenolik, flavonoid dan tanin
lebih banyak yang bersifat lebih polar dan
pada ekstrak daun cengkeh kelihatan sangat
semipolar daripada polar, sehingga metanol dan
berbeda diantara jenis pelarut yang digunakan
aseton yang bersifat polar dan semipolar (Tabel 2).
memberikan rendemen yang lebih banyak.
Komponen yang diduga berkontribusi terhadap

Tabel 2. Kandungan total fenolik, flavonoid dan tanin terkondensasi dalam ekstrak daun cengkeh

Jenis pelarut Kandungan (µg/mL)


ekstraksi fenolik flavonoid tannin
Etanol (EE) 45,92 ± 0,01 6,80 ± 0,02 7,61 ± 0
Metanol (EM) 47,76 ± 0,02 4,54 ± 0,02 7,50 ± 0,01
Aseton (EA) 50,76 ± 0,02 6,30 ± 0,01 7,78 ± 0,01

Dari tiga jenis pelarut yang dipilih paling salah satu teknik ekstraksi senyawa fenolik
tinggi, kandungan total fenolik ditemukan pada dalam banyak rempah-rempah.
aseton (50,76±0,02 µg/mL) diikuti oleh metanol
(47,76±0,02 µg/mL) sedangkan yang terendah Fotooksidasi asam linoleat
ditemukan dalam etanol (45,92±0,01 µg/mL).
Untuk kandungan total flavonoid tertinggi Pengaruh 500 µg/mL dari ketiga jenis
ditemukan pada ekstrak etanol diikuti oleh pelarut ekstraksi terhadap angka peroksida asam
aseton dan metanol, kandungannya berturut- linoleat yang diberikan cahaya sebesar 4000 lux
turut adalah 6,80±0,01; 4,54±0,02 dan 4,54±0,02 dapat dilihat pada Gambar 1. Ketiga ekstrak
µg/mL. Sebaliknya, kandungan tanin mempunyai pengaruh yang paling kuat untuk
terkondensasi tidak menunjukkan perbedaan penstabil (quencher) oksigen singlet dalam asam
yang signifikan dalam ketiga pelarut ekstraksi linoleat sebagai model selama 5 jam penyinaran
yang digunakan pada penelitian ini. Dari data cahaya fluoresen (p<0.05). Eritrosin yang diberi
tersebut dapat disimpulkan bahwa ekstrak daun cahaya (kontrol) menunjukkan perubahan angka
cengkeh baik menggunakan pelarut etanol, peroksida yang terus meningkat selama
metanol dan aseton memiliki kandungan fenolik, penyinaran 5 jam sedangkan asam linoleat yang
flavonoid dan tannin. Oleh karena, ketiga jenis diberikan eritrosin tanpa menggunakan cahaya
pelarut ini memungkinkan digunakan sebagai (TC) tidak menunjukkan perubahan angka

100
Chem. Prog. Vol. 7, No. 2, November 2014
peroksida secara signifikan (p<0,05) (data tidak singlet dapat menyerang ikatan rangkap yang
ditunjukkan). Fotosensitiser seperti eritrosin terdapat dalam asam linoleat. Yang dkk. (2002)
(Sen) dapat menyerap cahaya dan melaporkan bahwa eritrosin dapat menurunkan
mentransformasikan menjadi keadaan tereksitasi headspace (oksigen triplet) dalam minyak
selanjutnya berubah menjadi sensitiser pada kedele dengan meningkatnya konsentrasi selama
keadaan triplet (3Sen*) yang kurang stabil. penyinaran 4 jam. Penelitian lain, menunujukkan
Sensitiser dapat memindahkan energinya ke bahwa pengaruh eritrosin terhadap metil linoleat
oksigen pada keadaan triplet yang lebih stabil. bisa membentuk hidroperoksida, hidroperoksida
Karena tingkat energi sensitiser sangat tinggi ini merupakan produk utama akibat terjadinya
sehingga dapat mengubah oksigen triplet fotooksidasi oleh sensitiser (Pan dkk., 2005)
menjadi oksigen singlet. Selanjutnya oksigen

100
Persentase penghambatan (%)

90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
EM EE EA
Jenis ekstrak (500 µg/mL)

Gambar 1. Aktivitas 500 µg/mL ekstrak daun cengkeh terhadap fotooksidasi asam linoleat dengan waktu
penyinaran cahaya fluoresen (4000 lux) selama 5 jam pada suhu kamar. (EM: ekstrak metanol, EE:
ekstrak etanol dan EA: ekstrak aseton)

Dari data tersebut diperoleh bahwa Kandungan total fenolik, flavonoid dan tanin
semua ekstrak memiliki kemampuan untuk terkondensasi dalam daun cengkeh, walaupun
menghambat oksidasi oksigen singlet di atas besar kecilnya kandungan senyawa fenolik
50%. Ekstrak etanol daun cengkeh bukanlah syarat penentu dalam pengujian
memperlihatkan pelarut pengekstrak yang cukup aktivitas penstabil oksigen singlet. Flavonoid
signifikan untuk menstabilkan oksigen singlet telah dilaporkan dapat bereaksi dengan oksigen
diikuti ekstrak metanol dan aseton. Dari Gambar singlet (1O2). Mukai dkk. (2005) melaporkan
1 juga dapat diperoleh bahwa pelarut etanol bahwa katekin dalam teh dan epimernya dapat
memberikan kontribusi kuat sebagai penstabil berperan sebagai penstabil oksigen singlet secara
oksigen singlet daripada pelarut metanol dan fisik. Tournaire dkk. (1993) mempelajari
aseton. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan reaktivitas 13 flavonoid terseleksi (dari
kandungan total senyawa fenolik pada kedua kelompok flavonol, flavon, flavanon dan flavan)
jenis pelarut yang lebih dominan mengekstraksi dengan oksigen singlet dan mencoba
senyawa fenolik dan flavonoid. menentukan hubungan struktur dengan aktivitas.
Berdasarkan Gambar 1, dididuga kuat Senyawa flavonoid dalam kelompok flavonol
senyawa dalam ketiga jenis pelarut dapat lebih kuat reaktivitas terhadap oksigen singlet
berfungsi sebagai penstabil oksigen singlet daripada flavon, flavanon dan flavan. Selain itu,
adalah senyawa fenolik dari kelompok senyawa juga menemukan bahwa flavonoid lebih efektif
fenolik sederhana, flavonoid dan tanin.

101
Chem. Prog. Vol. 7, No.2, November 2014

sebagai penstabil secara fisik dibandingkan tanaman. Radikal DPPH adalah radikal bebas
kimiawi. stabil dan menerima satu elektron atau hidrogen
menjadi molekul yang stabil (Matthaus, 2002).
Efek pelarut ekstraksi terhadap radikal Pengujian aktivitas penangkal radikal bebas
bebas DPPH DPPH secara spektrofotometer dilakukan
dengan mereaksikan ekstrak dengan larutan
Aktivitas penangkal (scavenging) DPPH. Berkurangnya absorbansi dari larutan
radikal bebas dari ekstrak daun cengkeh radikal bebas DPPH dan diikuti perubahan
dievaluasi dengan pengujian radikal bebas 1,1- warna dari ungu menjadi kuning. Hal ini dapat
difenil-2-pikrilhidrazil (DPPH). Senyawa radikal terjadi ketika radikal bebas DPPH ditangkal oleh
DPPH biasanya digunakan sebagai subtrat untuk antioksidan melalui donor hidrogen ke bentuk
mengevaluasi aktivitas antioksidatif dari ekstrak molekul DPPH yang stabil (Juntachote &
Berghofer, 2005).

100 96.629 96.442 95.194


89.420
90
Aktivitas penangkal radikal bebas

80
70
60
50
(%)

40
30
20
10
0
EM EE EA BHT

Jenis ekstrak (200 ppm)


Gambar 2. Aktivitas 500 µg/mL ekstrak daun cengkeh terhadap penangkal radikal bebas DPPH

Aktivitas penangkal radikal bebas difenilpikrilhidrazin yang berwarna kuning


DPPH dari ekstrak daun cengkeh disajikan pada (Molyneux, 2004).
Gambar 2. Hasil uji aktivitas penangkalan
radikal bebas DPPH dari 3 jenis pelarut ekstraksi Komposisi senyawa fenolik ekstrak
seperti etanol, metanol dan aseton menunjukkan
bahwa ketiga jenis pelarut memiliki kemampuan Hasil uji aktivitas menunjukkan bahwa
sebagai penangkal radikal bebas di atas 50%. ekstrak metanol (EM) lebih unggul dari ekstrak-
Dari gambar tersebut diperoleh bahwa ketiga ekstrak etanol (EE) dan ekstrak aseton (EA)
jenis pelarut ekstraksi tidak menunjukkan sebagai penangkal radikal bebas sedangkan EE
perbeaan yang signifikan dalam menangkal memili kemampuan yang kuat sebagai penstabil
radikal bebas DPPH pada tingkat konsentrasi oksigen singlet. EM dipilih untuk dianalis
yang sama (p>0,05), kecuali dengan antioksidan komposisi fenoliknya dengan HPLC. Perbedaan
sintesis BHT berbeda nyata dengan ketiga senyawa fenolik secara normal memiliki
ekstrak (p<0,05). Oleh karena itu, ekstrak daun karakteristik kromatografik dan spektral UV-vis
cengkeh memiliki kemampuan tinggi untuk yang spesifik. Senyawa fenolik utama dalam
melepaskan satu elektron atau atom hidrogen daun cngkeh dicoba dalam penelitian ini
kepada radikal difenilpikrilhidrazil (violet) diidentifikasi mengunakan HPLC dengan
sehingga terbentuk senyawa non radikal perbandingan standar senyawa fenolik dan data

102
Chem. Prog. Vol. 7, No. 2, November 2014
literatur. Ekstrak EM sebagai ekstrak terpilih Selain itu, puncak 1 dengan mudah diidentifikasi
selanjutnya dilakukan pengujian dengan HPLC. sebagai asam galat (1) menggunakan struktur
Hasil analisis dengan HPLC dapat dilihat autentiknya. Ekstrak daun cengkeh juga
kromatogramnya dalam Gambar 3. Adapun mengandung komponen tannin. Hasil penentuan
tujuan analisis ini untuk mengetahui komposisi ini menunjukkan bahwa banyak puncak yang
senyawa fenolik yang terdapat pada daun sangat minor yang tidak dapat terdeteksi pada
cengkeh yang diduga mempunyai sifat sebagai waktu retensi berturut-turut adalah 2,017; 2,638
penstabil oksigen singlet dan penangkal radikal dan 3,557 terutama bercirikan komponen tannin.
bebas. Pengujian dengan HPLC pada EM
diketahui adanya lima puncak dengan waktu Tabel 3. Analisis kuantitatif dari senyawa
retensi (Rf) yang berbeda yaitu 1,348; 1,797; fenolik utama dalam ekstrak metanol
2,312; 3,002 dan 3,925 (Gambar 3).
Kelompok senyawa kimia utama dan No. Senyawa fenolik Hasil (µg/mL)
komponen yang mewakili senyawa fenolik 1. Asam galat 7,28
diidentifikasi dalam EM sebagian besar
2. Eugenol 270
termasuk asam fenolik, flavonoid, minyak atsiri
aromatik dan tannin. Gambar 4 menggambarkan 3. Kuersetin 8,79
struktur kimia dari senyawa fenolik yang 4. Rutin 11,37
teridentifikasi dalam EM. Tabel 3 menunjukkan 5. Kaempferol 15,19
hasil analisis secara kuantitatif dari senyawa
fenolik utama yang teridentifikasi dalam Tabel 3. menunjukkan bahwa EM dari
perbedaan ekstrak daun cengkeh. daun cengkeh mempunyai kandungan tertinggi
eugenol (270 µg/mL) diikuti dengan kaempferol,
rutin, kuersetin dan asam galat berturut-turut
adalah 15,19; 11,37; 8,79 dan 7,28 µg/mL.
Asam galat dan derivatnya (tannin) dan
2 beberapa flavonoid (kaempferol, kuersetin dan
rutin) memiliki banyak gugus hidroksi terutama
1 5 gugus orto dihidroksi (struktur katekol) dengan
3 4 potensi aktivitas penangkalan radikal bebas.
Oleh karena itu, senyawa-senyawa tersebut
memberi kontribusi secara signifikan pada
aktivitas antioksidan dan antifotooksidan paling
kuat dari ekstrak daun cengkeh dalam penelitian
ini. Eugenol dan derivatnya secara normal
Gambar 3. Profil HPLC dari ekstrak metanol mengandung satu gugus hidroksi dan
daun cengkeh. 1. asam galat, 2. eugenol 3. mempunyai aktivitas penangkal radikal bebas
kuersetin, 4 rutin dan 5 kaempferol yang relatif rendah daripada senyawa fenolik
lainnya yang mengandung banyak gugus
Cengkeh termasuk family Myrtaceae. hidroksi. Akan tetapi, disana merupakan tingkat
Analisis HPLC menunjukkan bahwa sejumlah paling tinggi dari senyawa minyak atsiri seperti
besar minyak atsiri (senyawa aromatik) dan eugenol dan asetil eugenol dalam ekstrak daun
flavonoid hadir dalam ekstrak EM. Puncak cengkeh juga membuat sesuatu kontribusi positif
utama (2) dan puncak minor (1, 3, 4 dan 5) yang penting pada aktivitas antioksidan ekstrak
diidentifikasi berturut-turut sebagai asam galat daun cengkeh (Shan dkk., 2005)
(1), kuersetin (3), rutin (4) dan kaempferol (5).
Puncak utama diidentifikasi sebagai eugenol (2).

103
Chem. Prog. Vol. 7, No.2, November 2014

OH OH
OH OH OH

HO HO HO

OH OR OH
OH O OH O OH O
Kuersetin Rutin (R=rutinosida) Kaempferol

OH OH
HO OH OCH3

COOH CH2=CH-CH3
Asam galat Eugenol
Gambar 4. Struktur kimia dari senyawa fenolik yang teridentifikasi dalam ekstrak metanol daun cengkeh

DAFTAR PUSTAKA Antioxidant Activity of Extracts from


Citrus Peels. J. Agric. Food Chem. 52,
Ames, B.N. & Shigenaga, M.K. 1993. Oxidants 3389-3393.
are a Major Contributor in Cancer and Julkunen-Tiitto, R. 1985. Phenolics Constituens
Aging. Dalam B. Haliwell and O.I. in the Leaves of Northern Willows:
Aruoma (Eds). DNA and Free Radicals, Methods for the Analysis of Certain
West Sussex, U.K: Ellis Horwoosd Ltd., Phenolics. J. Agric. Food Chem. 33,
AOAC. 1990.”Official and Tentative Methods”. 213-217.
American Oil Chemists Society, Juntachote, J. & Berghofer, E. 2005. Antioxidant
Champaign, IL. Properties and Stability of Ethanol
Bradley, D.G. & Min, D.B. 1992. Singlet extracts of Holy basil and Galangal.
Oxygen Oxidation of Foods. Crit. Rev. Food Chemistry. 92, 193-202.
Food Sci. Nutr. 31, 211-236. Lee, K.H., Jung, M.Y. & Kim, S.Y. 1997.
Dey, P.M. & Harbone, J.B. 1989. Methods in Quenching Mechanism and Kinetics of
Plant Biochemistry: Plant Phenolics. Ascorbyl Palmitate for the Reduction of
London: Academic Press the Photosensitized Oxidation of Oils. J.
Espin, J.C., Soler-Rivas, C. & Wichers, H.J. Am. Oil Chem. Soc. 74, 1053-1057.
2000. Characterization of The Total Lee, K-G. & Shibamoto, T. 2001. Antioxidant
Free Radical Scavenger Capacity of property of aroma extraxt isolated from
Vegetable Oils and Oil Fractions Using clove bud (Syzygium aromaticum (L)
2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl Radical. Merr. Et Perry). Food Chemistry. 74,
J. Agric. Food Chem. 48, 648-656. 443-448
Frankel E.N. 1985. Chemistry of Autoxidation: Matthaus, B. 2002. Antioxidant Activity of
Mechanism, Products and Flavor Extracts Obtained from Residues of
Significance. In: Min DB, Smouse TH Different Oilseeds. J. Agric. Food
(eds). Flavor chemistry of fats and oils. Chem. 50, 3444-3452.
Champaign, Ill: American Oil Chemists’ Meda, A., C.E. Lamien, M. Romito, J., Miliogo
Society. p 1-34. & Nacoulina, O.G. 2005. Determination
Jeong, S.M., Kim, S.Y., Kim, D.R., Jo, S.C., of the Total Phenolic., Flavonoid, and
Nam, K.C., Ahn, D.U & Lee, S.C. Proline Contents in Burkina Fasan
2004. Effect of Heat Treatment on the Money, as well as their Radical

104
Chem. Prog. Vol. 7, No. 2, November 2014
Scavenging Activity. Food Chemistry. Photosensiting Effect of Synthetic Food
91,571-577. Colorant FD&C Red No. 3. J. Food. Sci.
Min, D.B. & Boff, J.M. 2002. Chemistry and 67, 507-510.
Reaction of Singlet Oxygen in Foods. Pan, X., Ushio, H. & Ohshima, T. 2005. Effects
Food Science and Food Safety. 1, 58-72. of Molecular Configurations of Food
Miean, K.H & Mohamed, S. 2001. Flavonoid Colorants on their Efficacies as
(Myricetin, Quercetin, Kaempferol, Photosensitizers in Lipid Oxidation.
Luteolin, and Apigenin) Content of Food Chemistry. 92, 37-44.
Edible Tropical Plants. J. Agric Food Rorong, J.A. 2008. Uji aktivitas antioskidan dari
Chem.49, 3106-3112. daun cengkeh (Eugenia carryophyllus
Molyneux, P. 2004. The use of The Stable Free Thumb) dengan metode DPPH.
Radical Diphenylpicrylhidrazyl (DPPH) Chemistry Progress. 2, 111-116
for Estimating Antioxidant Activity. Shahidi, F. & Naczk, M., 1995. Food Phenolics:
Songklanakarin J. Sci Technol. 26, 211- Sources, Chemistry, Effects and
219 Applications. Lancaster: Technomic
Mukai, KN, Souichi, K. & Ohara. 2005. Kinetic Publication Company, Inc.
study of the quenching reaction of Silva, F.A.M., Borges, F., Guimarães, C., Lima,
singlet oxygen by tea catechins in J.L.F.C., Matos, C. & Reis, S. 2000.
ethanol solution, Free Radical Biology Phenolics acid and derivatives: studies
and Medicine. 39, 752-761 on the relationship among structure,
Tournaire C., Croux, S., Maurette, M-T., Beck, radical scavenging activity and
I., Hocquaux, M., Braun, A.M. & physiochemical parameters J. Agric.
Oliveros, E. 1993. Antioxidant activity Food Chem. 48, 2122-2126.
of flavonoids: efficiency of singlet Shan, B., Cai, Y.Z., Sun M., & Corke, H. 2005.
oxygen (1∆g) quenching. J. Photochem. Antioxidant Capacity of 26 Spice
Photobiol, 19, 205-215 Extracts and Characterization of Their
Yang, W.T., J.H. Lee & Min, D.B. 2002.
Phenolic Constituents. J. Agric. Food
Quenching Mechanisms and Kinetics of
Chem. 53, 7749-7759.
α-Tocopherol and β-Carotene on the

105

You might also like