You are on page 1of 10

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)

Volume 5, Nomor 5, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)


http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU KELUARGA DAN KONDISI


LINGKUNGAN DALAM RUMAH DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA
ANAK BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS HALMAHERA KOTA
SEMARANG

Juwita Ayang Nuretza*, Suhartono**, Sri Winarni***


*) Mahasiswa Peminatan Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Diponegoro
**) Dosen Peminatan Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Diponegoro
***) Dosen Peminatan Biostatistik Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Diponegoro
Jalan Prof. H. Soedarto, SH, Tembalang, Kota Semarang 50239, Indonesia
*) Email: juwitaayangnuretza@gmail.com

ABSTRACT
Pneumonia inchildren under five years old inIndonesiaisamajorhealthproblem.
Accoarding to city health offices Semarang, pneumonia is found in the third greatest
number withinthe community health centre working area of Halmahera. In 2016 the
occurence of pneumonia in health centre working area of Halmahera was 452 cases
(13%), greater than the occurrence of 440 cases (12,7%) in the previous year. The
aim of the research is to analyze the relationship between the behavior of family and
physical environment condition of the house with pneumonia incidence on children
under five years old in health centre working area of Halmahera. This research uses
a type of survey research that is analytic observation approach case control. The
population in this research was 106. Then obtained total samples of 90 respondent
consist of 45 cases groups and 45 control groups. Data was collected by interview,
observation, and measurement. Analysis of data using univariate analysis, bivariate
analysis with Chi square test with 95% confidence interval. The results showed that
the variables which had significant relationship with pneumonia incidence such as
index of natural lighting in the home (p=0,02; OR=3,0; 95%CI=1,3-7,2), exsistence of
family members smoked (p=0,001; OR=8,5;95%CI=2,3-31,7), and the habit use
mosquito coils (p=0,019; OR=3,6; 95%CI= 1,3-9,9). And variable which had not
significant are temperature (p=1,000; OR=1,2; 95%CI=0,4-3,3), the house of
humidity (p=0,812; OR=1,3; 95%CI=0,5-3,2) and type of cooking fuel (p=1,000;
OR=2,0; 95%CI=0,2-23,4). This conclusion is house physical environment that
associated with pneumonia incidence such as type of natural lighting in the home.
And the behavior that associated with pneumonia is the exsistence of family
members smoked and the habit use mosquito coils.

Keywords : Family behavior, Physical Environment of House, Pneumonia, Children


Under Five Years Old

696
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 5, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

PENDAHULUAN adanya kepadatan pada bagian paru.


Hal ini terjadi karena paru dipenuhi oleh
Penyakit saluran pernapasan sel radang dan cairan yang sebenarnya
merupakan salah satu penyebab berfungsi untuk mematikan kuman.4
kesakitan dan kematian utama yang Faktor risiko terjadinya pneumonia
sering menyerang anak-anak.Menurut pada anak balita tidak hanya faktor dari
World Health Organization (WHO) tahun individu anaknya saja melainkan faktor
2013, pneumonia merupakan salah satu lingkungan dan faktor perilaku
penyebab kematian pada anak di keluarga.5 Secara umum ada 3 (tiga)
seluruh dunia.1Pneumonia adalah faktor risiko terjadinya Pneumonia yaitu
infeksi akut yang mengenai jaringan faktor lingkungan, faktor individu anak,
paru-paru (alveoli). Pneumonia serta faktor perilaku.Faktor lingkungan
merupakan suatu proses inflamasi meliputi pencemaran udara dalam
parenkim paru yang terdapat konsolidasi rumah, kondisi fisik rumah, dan
dan terjadi pengisian rongga alveoli oleh kepadatan hunian rumah. Faktor
eksudat yang diakibatkan oleh bakteri, individu anak meliputi umur anak, berat
virus, jamur dan benda-benda asing.2 badan lahir, status gizi, vitamin A,dan
Pneumonia merupakan salah satu status imunisasi. Sedangkan faktor
penyakit infeksi saluran pernafasan akut perilaku berhubungan dengan perilaku
bagian bawah yang menjadi penyebab orangtua atau anggota keluarga lainnya
utama morbiditas dan mortalitas anak yang dapat meningkatkankerentanan
berusia dibawah lima tahun terutama di anak balita terhadap pneumonia.
negara yang sedang berkembang. Di Indonesia, pneumonia anak
Kematian anak balita di Indonesia yang bawah lima tahun merupakan penyebab
disebabkan penyakit respiratori kematian nomor dua setelah diare
terutama adalah pneumonia.2 dengan proporsi sebesar 15,5%.
Bakteri yang biasa menyebabkan Pneumonia selalu masuk ke dalam 10
pneumonia adalah Streptococcus dan penyakit kematian tertinggi di
Mycoplasma pneumonia, sedangkan Indonesia.6
virus yang menyebabkan pneumonia Menurut profil kesehatan Jawa
adalah adenoviruses, rhinovirus, Tengah presentase penemuan dan
influenza virus, respiratory syncytial penanganan penderita pneumonia pada
virus (RSV) dan para influenza virus.3 anak balita di Jawa Tengah mengalami
Anak-anak dibawah lima tahun fluktuasi, pada tahun 2009 yaitu sebesar
mudah sekali terkena penyakit karena 25,96%, kemudian meningkat pada
kekebalan tubuh yang dimiliki masih tahun 2010 yaitu 40,63%, pada tahun
rendah atau imunitas yang dimiliki 2011 menurun menjadi 25,5%,
belum terbentuk sempurna. Terjadinya sedangkan pada tahun 2012 juga lebih
pneumonia pada anak balita seringkali sedikit yaitu sebesar 24,74% dengan
bersamaan dengan terjadinya proses jumlah kasus yang ditemukan sebanyak
infeksi akut pada bronkus yang disebut 64.242 kasus. Namun, angka ini masih
bronchopneumonia. Gejala umum pada jauh dari target Standar Pelayanan
anak-anak maupun bayi yang terinfeksi Minimal (SPM) tahun 2010 yaitu 100%.7
pneumonia berupa sulit atau cepat Menurut Dinas Kesehatan Kota
bernafas, batuk, menggigil, sakit kepala, Semarang, didapatkan bahwa kasus
kehilangan nafsu makan serta demam.4 penyakit pneumonia pada anak balita di
Dan hasil rontgen memperlihatkan

697
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 5, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

Wilayah Kerja Puskesmas Halmahera Penelitian ini dilakukandi wilayah


pada tahun2014 yaitu sebesar 13,7% kerja Puskesmas Halmahera Kota
(342 kasus),kemudian mengalami Semarang.Populasi kasus dalam
sedikit penurunan pada tahun 2015 penelitian ini adalah anak balita usia 12
yaitu sebesar 12,7% (440 kasus), dan bulan - 59 bulan dan menjadi
kembali mengalami peningkatan pada pengunjung atau pasien pada bulan
tahun 2016 yaitu sebesar 13% (452 Januari 2017 hingga bulan Mei 2017
kasus).Selain itu, kasus pneumonia (106 anak balita) dan didiagnosis
pada anak balita di Puskesmas menderita penyakit pneumonia
Halmahera Kota Semarang masih tetap berdasarkan diagnosis dokter/ petugas
termasuk kedalam peringkat 5 besar paramedis terlatih. Dan populasi kontrol
puskesmas dengan jumlah penderita adalahanak balita usia 12-59 bulan
pneumonia tertinggi di Kota Semarang yang tidak menderita pneumonia yang
selama 3 tahun berturut-turut pada bertempat tinggal di wilayah kerja
tahun 2014-2016. Puskesmas Halmahera Kota Semarang.
Mengacu pada permasalahan Besar sampelyang diperoleh dari
kejadian pneumonia pada anak balita hasil perhitungan yaitu sebanyak 90
tersebut, maka dirasa perlu dilakukan anak balita yang terdiri dari 45 kelompok
penelitianmengenai hubungan perilaku kasus dan 45 kelompok kontrol. Pada
keluaraga dan lingkungan dalam rumah penelitian ini teknik sampling yang
dengan kejadian penyakit pneumonia digunakan yaitu dengan teknik simple
pada anak balita, karena faktor yang random sampling (pengambilan sampel
mempengaruhi terjadinya gangguan acak secara sederhana).9
pernafasan khususnya pada anak balita Penentuan sampel dilakukan
adalah kualitas dari lingkungan tempat dengan teknik pencocokan
tinggal, karena sebagian besar waktu (matching).Matching adalah usaha
anak balita dihabiskan di dalam rumah pencocokan yaitu memilih kelompok
dan lingkungan sekitarnya. Sehingga kontrol yang sebanding atau memiliki
peneliti tertarik melakukan karakteristik yang sama/hampir sama
penelitianuntuk mencari penyebab dengan kelompok kasus dalam semua
masih tingginya angka kejadian variabel yang mungkin berperan
pneumonia pada anak balita di wilayah sebagai faktor risiko kecuali variabel
kerja Puskesmas Halmahera Kota yang diteliti.10 Maka,baikpada kelompok
Semarang. kasus dan kelompok kontrol yang dipilih
yaitu: 1) Anak Balita yang berumur 12-
METODE PENELITIAN 59 bulan; 2) Anak balita yang memiliki
status gizi baik; 3) Anak balita yang
Jenis penelitian yang dilakukan mendapatkan ASI eksklusif selama 6
adalah Observasi Analitik dengan bulan; 4) Anak balita yang sudah
pendekatan Case Control.Studi ini diberikan imunisasi dasar lengkap; dan
menelusuri ke belakang untuk melihat 5) Anak balita yang sudah mendapatkan
penyebab-penyebab munculnya suatu vitamin A.
penyakit. Studi kasus membandingkan Data primer dalam penelitian ini
antara kelompok orang-orang yang sakit diperoleh melalui Pengumpulan data
(kasus) dan orang yang sehat (kontrol).8 dilakukan dengan melakukan
wawancara menggunakan kuesioner,

698
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 5, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

observasi dengan menggunakn lembar No. Variabel p-value


observasi dan pengukuran dengan
menggunakan alat ukur penelitian yaitu 1. Suhu Udara Rumah 1,000
Thermohygrometer untuk pengukuran 2. Tingkat Kelembaban 0,812
suhu dan kelembaban dan
pencahayaan alami rumahdengan Rumah
Luxmeter.Data sekunder berasal dari 3. Intensitas Pencahayaan 0,02
data jumlah kasus, gambaran lokasi
penelitian, data register kohort anak Alami
balita, data posyandu dan data 4. Keberadaan Anggota 0,001
demografi dari dinas kesehatan dan
puskesmas tempat penelitian dilakukan. Keluarga yang Merokok
Teknik analisis data dalam 5. Kebiasaan Penggunaan 0,019
penelitian ini adalah analisis univariat
dan bivariat pada masing-masing Obat Anti Nyamuk Bakar
variabel penelitian untuk mengetahui 6. Jenis Bahan Bakar 1,000
deskripsi distribusi
frekuensi,menggambarkan karakteristik Memasak
variabel tersebut, danuntuk melihat
hubungan antara variabel independen Berdasarkan rekapitulasi uji
dengan variabel dependen.Analis statistik pada tabel 1 dengan
bivariat menggunakan uji statistik yaitu menggunakan analisis
uji Chi-Square dengan koreksi bivariat,menunjukkan bahwa dari 6
kontinyuitas dengan tingkat signifikansi variabel bebas yang dianalisis, terdapat
atau tingkat kepercayaan sebesar 95% 3 variabel bebas yang memiliki
(p=0,05) untuk menguji hubungan hubungan yang signifikan dengan
dengan bantuan program software kejadian pneumonia pada anak balita di
SPSS. wilayah kerja Puskesmas Halmahera
Kota Semarang.Yaitu, terdapat
HASIL DAN PEMBAHASAN hubunganantara intensitas
pencahayaan alami rumah, keberadaan
Tabel 1.Hasil Rekapitulasi Analisis anggota keluarga yang merokok, dan
Faktor Risiko Perilaku kebiasaan penggunaan obat anti
Keluarga dan Kondisi nyamuk bakar dengan kejadian penyakit
Lingkungan dalam Rumah pneumonia pada anak balita di wilayah
dengan Kejadian kerja Puskesmas Halmahera Kota
Pneumonia pada Anak Semarang.Hal ini dibuktikan dengan
Balita di wilayah kerja ketiga variabel tersebut memiliki nilai p-
Puskesmas Halmahera Kota value< 0,05.
Semarang Sedangkan, untuk variabel yang
tidak mempunyai hubungan yang
signifikan dengan kejadian pneumonia
pada anak balita adalah suhu udara
rumah, tingkat kelembaban rumah, dan
kebiasaan penggunaan jenis bahan

699
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 5, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

bakar memasak. Hal ini dibuktikan Hubungan Tingkat Kelembaban


dengan nilai p-value> 0,05. Udara Rumah dengan Kejadian
Pneumonia pada Balita di Wilayah
Hubungan Kondisi Suhu Udara Kerja Puskesmas Halmahera Kota
Rumah dengan Kejadian Pneumonia Semarang
pada Anak Balita di Wilayah Kerja Hasil uji hubungan dengan
Puskesmas Halmahera Kota menggunakan uji Chi Square diperoleh
Semarang nilai p=0,812. Nilai p>0,05 menunjukkan
Hasil uji hubungan dengan bahwa tidak ada hubungan yang
menggunakan uji Chi Square diperoleh signifikan antara kelembaban udara
nilai p=1,000. Nilai p>0,05 menunjukkan rumah dengan kejadian pneumonia
bahwa tidak ada hubungan yang pada anak balita.
signifikan antara suhu udara rumah Berdasarkan fakta di lapangan
dengan kejadian pneumonia pada anak menunjukkan bahwa sebagian besar
balita. responden baik pada kelompok kasus
Berdasarkan fakta di lapangan maupun kelompok kontrol memiliki
ditemukan sebagian besar rumah anggota keluarga yang merokok di
responden memiliki ukuran rumah tipe dalam rumah yaitu sebesar 77,8%.
kecil dan berada di wilayah tempat Selain itu, ditemukannya responden
tinggal dengan tingkat kepadatan hunian yang masih menggunakan obat anti
yang padat (tidak memenuhisyarat) nyamuk bakar yaitu sebesar 27,8%. Hal
yaitu memiliki perbandingan luas rumah ini dapat menjadi penyebab bahwa tidak
dengan jumlah penghuni anggota ada hubungan antara kelembaban
keluarga <9 m2/orang yaitu sebesar udara rumah dengan kejadian
69%. Dan pada pengukuran pneumonia pada anak balita.
pencahayaan alami rumah, sebesar Hasil penelitian ini sejalan
55,5% responden memiliki intensitas dengan penelitian yang dilakukan oleh
pencahayaan alami yang tidak Pramudiyani pada tahun 2010.13Hasil ini
memenuhi syarat. Hal ini dapat menjadi juga diperkuat dengan penelitian yang
penyebab bahwa tidak ada hubungan dilakukan oleh Amanatun Nisa pada
antara suhu udara rumah dengan tahun 2015, yang memperoleh hasil
kejadian pneumonia pada anak balita. tidak ada hubungan yang signifikan
Hasil penelitian ini sejalan antara kelembaban udara dengan
dengan penelitian yang dilakukan oleh kejadian pneumonia pada anak balita.14
Fahimah tahun 2014.11Dan diperkuat
dengan penelitian yang dilakukan oleh Hubungan Intensitas Pencahayaan
Caesar pada tahun 2015, yang Alami Rumah dengan Kejadian
memperoleh hasil tidak adanya Pneumonia pada Anak Balita di
hubungan yang signifikan antara suhu di Wilayah Kerja Puskesmas Halmahera
dalam rumah dengan kejadian Kota Semarang
pneumonia pada anak balita.12 Hasil uji hubungan dengan
menggunakan uji Chi Square diperoleh
nilai p=0,02. Nilai p<0,05 menunjukkan
bahwa ada hubungan yang signifikan
antara pencahayaan alami rumah

700
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 5, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

dengan kejadian pneumonia pada anak keluarga yang merokokmerupakan


balita. faktor risiko kejadian penyakit
Nilai OR=3,0 menunjukkan pneumonia pada anak balita.
bahwa anak balita yang tinggal di rumah Hasil penelitian ini sejalan
dengan pencahayaan alami yang tidak dengan penelitian yang dilakukan oleh
memenuhi syarat memiliki risiko 3,0 kali Pramudiyani pada tahun 2010.13 Hasil
lebih besar untuk terkena penyakit ini juga diperkuat dengan penelitian Itma
pneumonia dibandingkan dengan anak Anna tahun 2012, bahwa keberadaan
balita yang tinggal di rumah dengan anggota keluarga yang merokok dalam
kondisi pencahayaan alami rumah yang rumah atau sekitar anak merupakan
memenuhi syarat. Dan nilai 95%CI=1,3- faktor dominan kejadian pneumonia
7,2 memiliki arti bahwa kondisi pada anak balita.17
pencahayaan alami rumah merupakan
faktor risiko kejadian penyakit Hubungan Kebiasaan Penggunaan
pneumonia pada anak balita. Obat Anti Nyamuk Bakar dengan
Hasil ini sejalan dengan Kejadian Pneumonia pada Anak
penelitian yang dilakukan oleh Sartika Balita di Wilayah Kerja Puskesmas
pada tahun 2011.15Dan relevan dengan Halmahera Kota Semarang
hasil penelitian Listyowati tahun 2013 Hasil uji hubungan dengan
yang mendapatkan bahwa ada menggunakan uji Chi Square diperoleh
hubungan yang signifikan antara nilai p=0,019. Nilai p<0,05 menunjukkan
pencahayaan alami dengan kejadian bahwa ada hubungan yang signifikan
pneumonia pada anak balita.16 antara kebiasaan penggunaan obat anti
nyamuk bakar dengan kejadian
Hubungan Keberadaan Anggota pneumonia pada anak balita.
Keluarga yang Merokok dengan Nilai OR=3,6 menunjukkan
Kejadian Pneumonia pada Anak bahwa anak balita yang tinggal dengan
Balita di Wilayah Kerja Puskesmas kebiasaan penggunaan obat anti
Halmahera Kota Semarang nyamuk bakar di dalam rumah memiliki
Hasil uji hubungan dengan risiko 3,6 kali lebih besar untuk terkena
menggunakan uji Chi Square diperoleh penyakit pneumonia dibandingkan
nilai p=0,001. Nilai p<0,05 menunjukkan dengan anak balita yang tidak tinggal
bahwa ada hubungan yang signifikan dengan kebiasaan penggunaan obat
antara keberadaan anggota keluarga anti nyamuk bakar di dalam rumah.
yang merokok dengan kejadian Hasil penelitian ini sejalan
pneumonia pada anak balita. dengan hasil penelitian yang dilakukan
Nilai OR=8,5 menunjukkan oleh Itma Anna tahun 2012.17Hasil
bahwa anak balita yang tinggal dengan Penelitian inidiperkuat oleh penelitian
anggota keluarga yang merokok di Sunyataningkamto tahun 2004yang
dalam rumah memiliki risiko 8,5 kali menghasilkan adanya hubungan yang
lebih besar untuk terkena penyakit signifikan antara penggunaan obat anti
pneumonia dibandingkan dengan anak nyamuk bakar dengan kejadian
balita yang tidak tinggal dengan anggota pneumonia pada anak balita.18
keluarga yang merokok di dalam
rumah.Dan nilai 95%CI=2,3-31,7
memiliki arti bahwa keberadaan anggota

701
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 5, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

Hubungan Kebiasaan Pengunaan pneumonia (kelompok kontrol)


Jenis Bahan Bakar Memasak dengan didapatkan lebih banyak responden
Kejadian Pneumonia pada Anak yang memiliki suhu udara rumah
Balita di Wilayah Kerja Puskesmas yaitu > 30oC dengan persentase
Halmahera Kota Semarang sebesar 82,2% pada kelompok
Hasil uji hubungan dengan kasus dan 80,0% pada kelompok
menggunakan uji Chi Square diperoleh kontrol.
nilai p=1,000. Nilai p>0,05 menunjukkan 2. Kelembaban rumah pada anak balita
bahwa tidak ada hubungan yang yang menderita peneumonia
signifikan antara jenis bahan bakar (kelompok kasus) maupun anak
memasakdengan kejadian pneumonia balita yang tidak menderita
pada anak balita. pneumonia (kelompok kontrol)
Fakta di lapangan menunjukkan didapatkanlebih banyak responden
bahwa sebagian besar kondisi yang memiliki tingkat kelembaban
lingkungan rumah responden baik pada rumah yaitu dengan tingkat
kelompok kasus maupun kelompok kelembaban sebesar 55%Rh –
kontrol ditemukan banyak responden 70%Rh dengan persentase sebesar
yang tidak memiliki sekat antara letak 40,0% pada kelompok kasus dan
dapur dengan ruang lainnya di dalam 48,9% pada kelompok kontrol.
rumah yaitu sebesar 71% . Hal ini dapat 3. Pencahayaan alami rumah pada
menjadi penyebab bahwa tidak ada anak balita yang menderita
hubungan antara jenis bahan bakar peneumonia (kelompok kasus)
memasak dengan kejadian pneumonia
maupun anak balita yang tidak
pada anak balita.
Hasil penelitian yang sejalan menderita pneumonia (kelompok
dengan hasil penelitian ini, yaitu kontrol) didapatkan lebih banyak
penelitian yang dilakukan oleh Yulianti responden yang memiliki intensitas
pada tahun 2012.19 Penelitian yang pencahayaan alami rumah yaitu
dilakukan oleh Ray Pribowo pada tahun sebesar < 60 Lux dengan
2014, juga memperkuat penelitian ini persentase sebesar 57,8% pada
yang menunjukkan bahwa tidak ada
kelompok kasus dan 35,6% pada
hubungan yang signifikan antara
kebiasaan penggunaan jenis bahan kelompok kontrol.
bakar memasak dengan kejadian 4. Tidak ada hubungan antara suhu
pneumonia pada anak balita.20 udara rumah dengan kejadian
pneumonia pada anak balita di
wilayah kerja Puskesmas Halmahera
KESIMPULAN DAN SARAN
Kota Semarang (p-value=1,000;
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan OR=1,2; 95%CI=0,4-3,3).
pembahasan penelitian , dapat 5. Tidak ada hubungan antara tingkat
disimpulkan bahwa: kelembaban rumah dengan kejadian
1. Suhu udara rumah pada anak balita pneumonia pada anak balita di
yang menderita peneumonia wilayah kerja Puskesmas Halmahera
(kelompok kasus) maupun anak Kota Semarang (p-value=0,812;
balita yang tidak menderita
OR=1,3; 95%CI=0,5-3,2).

702
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 5, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

6. Ada hubungan antara intensitas kejadian pneumonia pada anak


pencahayaan alami rumah dengan balita yaitu intensitas pencahayaan
kejadian pneumonia pada anak alami.
12. Faktor perilaku anggota keluarga
balita di wilayah kerja Puskesmas
yang berhubungan dengan kejadian
Halmahera Kota Semarang (p-value
pneumonia dari 3 variabel yang
= 0,02; OR = 3,0; 95%CI = 1,3-7,2).
diteliti, terdapat 2 variabel yaitu
7. Ada hubungan antara keberadaan
variabel keberadaan anggota
anggota keluarga yang merokok
keluarga yang merokok dan
dengan kejadian pneumonia pada
kebiasaan penggunaan obat anti
anak balita di wilayah kerja
nyamuk bakar yang berpengaruh
Puskesmas Halmahera Kota
secara signifikan terhadap kejadian
Semarang (p-value = 0,001; OR =
pneumonia pada anak balita.
8,5; 95%CI = 2,3-31,7).
8. Ada hubungan antara kebiasaan
Saran
penggunaan obat anti nyamuk bakar Berdasarkan hasil dan
dengan kejadian pneumonia pada pembahasan penelitian serta
anak balita di wilayah kerja kesimpulan penelitian, dapat diberikan
Puskesmas Halmahera Kota saran-saran bagi masyarakat sebagai
Semarang (p-value = 0,019; OR = berikut :
3,6; 95%CI = 1,3-9,9). 1. Sebaiknya masyarakat
9. Tidak ada hubungan antara memperhatikan kualitas kondisi
kebiasaan penggunaan jenis bahan rumah dengan cara selalu membuka
bakar memasak dengan kejadian jendela rumah baik pagi hari hingga
pneumonia pada anak balita di sore hari sebagai sarana pertukaran
wilayah kerja Puskesmas Halmahera udara. Sehingga dapat membuat
Kota Semarang (p-value = 1,000; pertukaran udara didalam ruangan
OR = 2,0; 95%CI = 0,2 -23,4).
dan cahaya matahari dapat masuk
10. Faktor anak balita yang
berhubungan dengan kejadian kedalam rumah.
pneumonia pada analisis bivariat 2. Menggunakan genteng kaca atau
menunjukkan dari 6 variabel yang fiber tembus cahaya sebagai atap
diteliti, terdapat 3 variabel yang rumah, terutama pada ruang kamar
berpengaruh signifikan terhadap tidur dan ruang keluarga sehingga
kejadian pneumonia yaitu intensitas
cahaya matahari dapat masuk ke
pencahayaan alami, keberadaan
anggota keluarga yang merokok, dalam rumah.
dan kebiasaan penggunaan obat 3. Hindari anak balita dari asap rokok,
anti nyamuk bakar. anggota keluarga yang merokok
11. Faktor lingkungan dalam rumah sebaiknya mengurangi kebiasaan
yang berhubungan dengan kejadian merokoknya dan tidak merokok di
pneumonia dari 3 variabel yang dalam rumah. Serta tidak berkontak
diteliti, terdapat 1 variabel
langsung dengan anak balita pada
berpengaruh signifikan terhadap

703
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 5, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

saat merokok ataupun baru saja Tahun 2012. Semarang: Dinas


selesai merokok. Kesehatan Provinsi Jawa Tengah;
4. Sebaiknya penggunaan obat anti 2012.
nyamuk bakar segera dihentikan. 8. Chandra, B. Metode Penelitian
Masyarakat dapat menggunakan Kesehatan.Jakarta: EGC; 2008.
kelambu sebagai penggantinya atau 9. Sugiyono. Metode Penelitian
pilihan jenis lain yang tidak Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
menimbulkan asap berlebih dalam Bandung: Alfabeta; 2012.
rumah seperti menggunakan lotion 10. Sastroasmoro S,dan Ismael S.
atau elektrik (listrik). Dasar-Dasar Metode Penelitian
Klinis Edisi Ke-4. Jakarta: CV.
Sagung Seto; 2011.
DAFTAR PUSTAKA 11. Fahimah R, Endah K, et al. Kualitas
Udara Rumah dengan Kejadian
1. World Health Organization. Ending Pneumonia Anak Bawah Lima
Preventable Child Deaths from Tahun (di Puskesmas Cimahi
Pneumonia and Diarrhoea by 2025. Selatan dan Leuwi Gajah Kota
The integrated Global Action Plan
Cimahi). Jurnal Makara Seri
for Pneumonia and Diarrhoea
(GAPPD). ISBN 978 92 4 150523 9; Kesehatan 2014; 18 (1): 25–33.
2013. 12. Caesar DL, et al. Hubungan Jumlah
2. Said, M. Pneumonia. Dalam: Buku Bakteri Patogen dalam Rumah
Ajar Respirologi Anak. Jakarta: dengan Kejadian Pneumonia pada
Ikatan Dokter Anak Indonesia Balita di Wilayah Kerja Puskesmas
(IDAI); 2012. Hlm 350-365. Ngesrep Banyumanik Semarang
3. Miller MA Ben-Ami T, Daum RS. Tahun 2014 (Relationship Between
Bacterial Pneumonia in Neonates Amount Bacterial Pathogen In The
and Older Children: Dalam Tausing House With Incidence Of
Lm, Landau LI, penyunting. Pneumonia On Children Under
Pediatric Respiratory Medicine.St Five). 2015; 14 (1): 21–6.
Louis: Mosby Inc; 1999. 595-664. 13. Pramudiyani NA & Prameswari.
4. WHO dan UNICEF. Pneumonia: GN. Hubungan Antara Sanitasi
The Forgotten Killer of Children. Rumah dan Perilaku dengan
New York: WHO; 2006. Kejadian Pneumonia Balita. Jurnal
5. Depkes, RI. Pedoman Kesehatan Masyarakat 2011; 2:
Pemberantasan Penyakit Infeksi 71–8.
14. Amanatun N. Hubungan Kondisi
Saluran Pernafasan Akut (ISPA)
Lingkungan Fisik Rumah dengan
untuk Penanggulangan Pneumonia Kejadian Pneumonia pada Balita di
pada Balita. Jakarta: Departemen Wilayah Kerja Puskesmas Tarub
Kesehatan RI; 2004. Kabupaten Tegal. Semarang:
6. Kemenkes, RI. Profil Kesehatan Universitas Diponegoro; 2015.
Indonesia Tahun 2013. Jakarta: 15. Sartika MHD, Setiani O, et al.
Kementrian Kesehatan RI; 2013. Faktor Lingkungan Rumah dan
7. Dinkes prov Jateng. Profil Praktik Hidup Orang Tua yang
Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Berhubungan dengan Kejadian

704
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 5, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

Pneumonia pada Anak Balita di


Kabupaten Kubu Raya Tahun 2011.
Jurnal Kesehatan Lingkungan
Indonesia 2012; 11(2): 153-159.
16. Listyowati. Hubungan Kondisi
Lingkungan Fisik Rumah dengan
Kejadian Pneumonia pada Balita di
Wilayah Kerja Puskesmas Tegal
Barat Kota Tegal. Semarang:
Universitas Diponegoro; 2013.
17. Annah I,et al. Faktor Risiko
Kejadian Pneumonia Anak Umur 6-
59 Bulan Di RSUD Salewangan
Maros Tahun 2012. Makassar:
Bagian Epidemiologi FKM
Universitas Hasanuddin Makassar;
2012.
18. Sunyatiningkamto, Iskandar Z, Alan
RT, Budiman I, Surjono A, Wibowo
T, et al. The Role of Indoor Air
Pollution and Other Factors in The
Incidence of Pneumonia in Under-
Five Children. Paediatrica
Indonesia. 2004;44(1-2), 25–29.
19. Yulianti, L. Setiani O, et al. Faktor-
Faktor Lingkungan Fisik Rumah
Yang Berhubungan Dengan
Kejadian Pneumonia Pada Balita Di
Wilayah Kerja Puskesmas
Pangandaran Kabupaten Ciamis.
Jurnal Kesehatan Lingkungan
Indonesia Oktober 2012; 11 (2).
20. Pribowo R. Hubungan Penggunaan
Bahan Bakar Masak dengan
Kejadian Pneumonia pada Balita di
Wilayah Kerja Puskesmas
Mranggen di Kabupaten Demak.
semarang: Universitas Diponegoro;
2014.

705

You might also like