Professional Documents
Culture Documents
ABSTRACT
Development is the leading food commodities is one way to spur growth in the
region through increased productivity and at the same time in order to create a
regional food security. The study was conducted to identify the three leading food
commodities in the region Tapanuli District in order to increase food security. The
research method used Location Quotient (LQ), using secondary data with time
series 2005-2009. From the results of the study concluded: a) there are 2 (two)
types of food commodity that is superior in Toba Samosir namely; rice and peanuts,
b) there are 4 (four) types of food commodities in the pre-eminent North Tapanuli,
namely; rice, dry rice, corn and whereas peanuts, and there are 3(three) types of
food commodity that is superior in Humbang Hasundutan, namely; rice, corn and
peanuts, which commodities are included in government programs in order to
achieve sustainable food self-sufficiency, c) in developing this leading commodities
need to do specific efforts to increase productivity through appropriate programs,
d) food security in every region affected by the productivity of the commodity and
with a consistent increase in productivity will ensure the availability of food at
affordable prices. Furthermore, based on the results of this study is suggested: a)
that the government Toba Samosir, North Tapanuli and Humbang Hasundutan,
productivity improvement efforts are more focused on commodity crops seeded
either through intensification or extensification program supported by the
improvement of farm technology, infrastructure development and provision of
facilities production, cultivation and post harvest technology improvements as well
as perform a variety of training to extension workers and farmers themselves.
--------------
Keywords: leading commodities, agricultural, productivity, food crops.
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang.
Indonesia merupakan negara yang memiliki keunggulan komperatif untuk
sektor pertanian dan sektor kelautan, keunggulan ini merupakan modal
fundamental bagi pertumbuhan ekonomi yang perlu didorong dan dikelola dengan
baik. Kuncoro, M (2005), menyampaikan kegiatan ekonomi yang memanfaatkan
keungulan komperatif akan memberikan perkembangan bukan hanya pada sektor
itu saja melainkan juga sektor lain yang memiliki keterkaitan.
Negara Indonesia merupakan salah satu produsen terbesar untuk beberapa
komoditi pertanian, namun persoalannya adalah produk pertanian kita tidak
memiliki kemampuan untuk bersaing dengan produk negara produsen lainnya
dikancah perdagangan bebas. Disamping itu bahwa nilai tambah yang dapat
1043
_____________
ISSN 0853-0203
VISI (2012) 20 (3) 1043-1056
dinikmati petani dari keunggulan komperatif tersebut masih relative kecil sehingga
tingkat pendapatan petani tetap kecil maka dengan sendirinya ketahanan pangan di
tingkat petani itu sendiri juga tidak terjamin.
Usaha pengembangan komoditi unggulan dalam sektor pertanian yang
meliputi komoditi perkebunan, hortikultura dan tanaman pangan pada suatu
wilayah merupakan salah satu strategi regional untuk memacu pertumbuhan
ekonomi daerah yang pada gilirannya akan memberikan efek pengganda
(multiflier effect) pada sektor lain yang terkait. Beberapa wilayah kabupaten di
Sumatera Utara tentu memiliki komoditi unggulan masing-masing untuk
dikembangkan sebagai pendorong utama (prime mover) bagi pertumbuhan
ekonomi wilayahnya dan mendukung ketersediaan kebutuhan pangan dalam
rangka menciptakan kemandirian pangan secara regional (Nainggolan, H. L.
2011).
Propinsi Sumatera Utara dengan jumlah penduduk mencapai 12 juta
orang, memiliki tenaga kerja sebanyak 9.108.738 jiwa yang terdiri atas angkatan
kerja 6.298.070 jiwa. Dan sekitar 47,12% angkatan kerja itu diserap oleh sektor
pertanian dan sektor ini juga memiliki angka distribusi persentase sebesar 23,0%
terhadap pembentukan PDRB Sumatera Utara dan hanya terpaut 1,0% dari sektor
industri (BPS Sumut, 2008). Kabupaten Toba Samosir dengan luas wilayah
2.021,8 km2 memiliki jumlah penduduk 175.325 jiwa. Salah satu pilar
pembangunan di wilayah ini adalah terciptanya pertanian yang maju menuju
sektor andalan dalam menggerakkan perekonomian daerah. Pada tahun 2009,
bahwa sektor pertanian ini memberikan kontribusi sebesar 36,29 % bagi
pembentukan PDRB Toba Samosir (BPS Toba Samosir, 2010).
Sementara bagi Tapanuli Utara bahwa sampai saat ini sektor pertanian
merupakan tulang punggung perekonomian daerah, sumber devisa dan penyedia
lapangan pekerjaan. Tahun 2009 sektor pertanian ini memberikan kontribusi 54,74
% bagi pembentukan PDRB wilayah ini. (BPS Tapanuli Utara, 2010). Kemudian
bagi kabupaten Humbang Hasundutan bahwa sektor pertanian merupakan
penggerak perekonomian daerah, baik sebagai penghasil nilai tambah maupun
sumber penghasilan masyarakat, hal ini terlihat dari luas lahan yang digunakan
untuk sektor pertanian dan kontribusi sektor ini bagi PDRB kabupaten Humbang
Hasundutan yang mencapai 59,08%. (BPS Humbang Hasundutan, 2010).
Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka penelitian ini dilakukan untuk
“mengetahui Peranan Identifikasi Komoditi Pangan Unggulan Pada Tiga
Kabupaten yaitu Toba Samosir, Tapanuli Utara dan Humbang Hasundutan di
Kawasan Tapanuli Dalam Rangka Peningkatan Ketahanan Pangan Wilayah“.
1047
_____________
ISSN 0853-0203
VISI (2012) 20 (3) 1043-1056
1048
_____________
ISSN 0853-0203
VISI (2012) 20 (3) 1043-1056
1049
_____________
ISSN 0853-0203
VISI (2012) 20 (3) 1043-1056
tanaman pangan yang terdiri dari tanaman padi, plawija dan hortikultura. Pada
tahun 2005 luas lahan padi sawah yang dikelola masyarakat mencapai 22.772 ha
dengan produksi mencapai 131.792 ton. Luas lahan komoditi ini mengalami
pertumbuhan hingga tahun 2007 yang mencapai 24.470 ha dengan produksi
140.931 ton dan tahun 2009 luas lahan komoditi padi sawah yang dikelola oleh
masyarakat Tapanuli Utara mencapai 24.046 ha dengan total produksi mencapai
138.131 ton. Kemudian untuk tanaman jagung yang dikelola oleh masyarakat
mencapai 2.850 ha dengan produksi mencapai 9.634 ton (tahun 2005) dan terus
mengalami peningkatan hingga tahun 2009, dengan luas lahan menjadi 4.589 ha
dengan produksi 15.601 ton (BPS Tapanuli Utara, 2010).
Disamping perkembangan luas lahan dan produksi, berdasarkan data yang
diperoleh bahwa produktifitas komoditi tanaman pangan di kabupaten Tapanuli
Utara cenderung fluktuatif. Tahun 2005 produktifitas padi sawah 5,79 ton/ha,
turun menjadi 5,76 ton/ ha pada tahun 2007 atau turun 0,49% dari tahun
sebelumnya. Kemudian produktifitas komoditi jagung pada tahun 2005 tercatat
3,38 ton/ ha dan mengalami penurunan pada tahun 2008 menjadi 3,37 ton/ ha atau
turun 0,66% dari tahun sebelumnya. Untuk lebih jelasnya mengenai
perkembangan produktifitas komoditi pangan di Tapanuli Utara dapat di lihat pada
tabel 3 di bawah ini:
Tabel 3. Perkembangan Produktifitas Komoditi Tanaman Pangan Tapanuli Utara
Produktiftas (ton/ ha) Perubahan Produktifitas
No Jenis Komoditi 2005 2006 2007 2008 2009 05/06 06/07 07/08 08/09
1 Padi Sawah 5.79 5.79 5.76 5.77 5.74 0.01% -0.49% 0.25% -0.51%
2 Padi Ladang 2.53 2.53 2.53 2.48 2.53 0.05% 0.08% -1.98% 1.99%
3 Jagung 3.38 2.93 3.40 3.37 3.40 -13.22% 15.74% -0.66% 0.80%
4 Kacang Tanah 1.76 1.99 1.77 1.77 1.53 13.32% -11.12% 0.19% -13.66%
5 Ubi Kayu 7.71 7.68 7.70 7.69 7.69 -0.43% 0.26% -0.09% -0.09%
6 Ubi Jalar 6.72 6.92 6.79 6.63 6.77 2.96% -1.88% -2.33% 2.15%
Sumber : Data sekunder diolah. 2012.
1050
_____________
ISSN 0853-0203
VISI (2012) 20 (3) 1043-1056
padi sawah yang dikelola masyarakat adalah 17.527 ha dengan produksi 92.086
ton. Luas lahan komoditi padi sawah ini terus mengalami pertumbuhan hingga
tahun 2008 yang mencapai 20.834 ha dengan produksi 110.213 ton, namun tahun
2009, mengalami penurunan yang dikuti dengan penurunan produksi. Pada tahun
2005 luas lahan komoditi tanaman jagung di Humbang Hasundutan adalah 1.352
ha dengan produksi 5.195 ton. Dan kemudian pada tahun 2009 luas lahan komoditi
ini mengalami penurunan menjadi 578 ha yang diikuti dengan penurunan produksi
menjadi 2.485 ton. (BPS Humbang Hasundutan, 2010).
Disamping perkembangan luas lahan dan produksi berdasarkan data yang
diperoleh dapat disajikan bahwa tahun 2005 produktifitas padi sawah di kabupaten
Humbang Hasundutan adalah 5,25 ton/ha, dan turun menjadi 5,13 ton/ ha pada
tahun 2006. Kemudian tahun 2009 menjadi 5,32 ton / ha atau naik sebesar 0,54 %
dari tahun sebelumnya. Kemudian produktifitas komoditi jagung pada tahun 2005
tercatat sebesar 3,84ton/ ha dan produktifitas komoditi ini terus mengalami
kenaikan menjadi 4,30 ton/ ha pada tahun 2009 atau naik sebesar 2,47% dari tahun
sebelumnya. Untuk lebih jelasnya mengenai perkembangan produktifitas komoditi
pangan di kabupaten Humbang Hasundutan dapat dilihat pada tabel 4 di bawah
ini:
Tabel 4. Perkembangan Produktifitas Komoditi Tanaman Pangan Kabupaten
Humbang Hasundutan.
Produktiftas (ton/ ha) Perubahan Produktifitas
No Jenis Komoditi
2005 2006 2007 2008 2009 05/06 06/07 07/08 08/09
1 Padi Sawah 5.25 5.13 5.13 5.29 5.32 -2.34% -0.05% 3.15% 0.54%
2 Padi Ladang 1.50 2.96 3.00 3.00 3.08 97.57% 1.23% 0.13% 2.42%
3 Jagung 3.84 3.88 4.12 4.20 4.30 0.88% 6.38% 1.75% 2.47%
4 Kacang Tanah 1.75 1.77 1.86 1.88 1.82 1.00% 5.33% 0.80% -2.91%
5 Ubi Kayu 6.51 7.90 7.97 8.05 8.09 21.42% 0.83% 1.04% 0.42%
6 Ubi Jalar 7.07 7.14 7.07 7.05 7.16 0.99% -1.00% -0.29% 1.59%
Sumber : Data sekunder diolah. 2012.
1051
_____________
ISSN 0853-0203
VISI (2012) 20 (3) 1043-1056
Tabel 5. Nilai LQ Komoditi Pangan Kabupaten Toba Samosir, Tapanuli Utara dan
Humbang Hasundutan.
Nilai LQ Komoditi Pangan
Jenis Komoditi
No Toba Samosir Tapanuli Utara Humbang Hasundutan
Tahun 2005 2006 2007 2008 2009 2005 2006 2007 2008 2009 2005 2006 2007 2008 2009
1 Padi Sawah 1.06 1.05 1.04 1.38 1.57 1.46 1.59 1.56 1.99 2.25 1.42 1.36 1.33 1.71 1.94
2 Padi Ladang 0.75 0.85 0.99 0.65 1.78 1.05 1.22 1.16 1.34 1.60 0.67 1.38 1.32 1.53 1.80
3 Jagung 12.14 1.20 1.00 0.96 1.10 12.46 1.04 1.18 1.16 1.31 15.23 1.33 1.38 1.36 1.53
4 Kacang Tanah 1.36 1.43 1.43 1.37 1.37 1.76 2.15 1.88 2.41 2.41 1.88 1.85 1.90 2.40 2.66
5 Ubi Kayu 0.90 1.05 1.07 0.88 0.68 0.67 0.74 0.75 0.62 0.54 0.61 0.74 0.74 0.62 0.53
6 Ubi Jalar 0.79 0.83 0.85 1.12 1.21 0.76 0.87 0.85 0.94 1.10 0.86 0.86 0.85 0.94 1.08
Sumber : Data Sekunder diolah. 2012.
Berdasarkan hasil pengolahan data sebagaimana pada tabel 5 di atas
bahwa di kabupaten Toba Samosir, Tapanuli Utara dan Humbang Hasundutan,
komoditi padi sawah memiliki nilai LQ > 1 mulai dari tahun 2005-2009 secara
konsisten, hal ini menunjukkan bahwa komoditi ini memiliki tingkat spesialisasi
yang lebih besar pada ke tiga kabupaten tersebut dibandingkan dengan Propinsi
Sumatera Utara. Artinya komoditi padi sawah ini merupakan komoditi unggulan
di kabupaten Toba Samosir, Tapanuli Utara dan Humbang Hasundutan. Untuk
komoditi padi ladang di kabupaten Tapanuli Utara yang memiliki nilai LQ > 1
mulai tahun 2005-2009 secara kontinu, berarti komoditi ini memiliki spesialisasi
di kabupaten Tapanuli Utara di banding Propinsi Sumatera Utara, dengan
demikian komoditi pada ladang ini merupakan komoditi pangan unggulan di
kabupaten Tapanuli Utara.
Sementara itu di kabupaten Toba Samosir dan Humbang Hasundutan
tahun 2005 – 2009 komoditi padi ladang ini memiliki nilai LQ yang selalu
berubah, maka komoditi ini tidak dikategori sebagai komoditi unggulan Toba
Samosir dan Humbang Hasundutan, karena berdasarkan analisis LQ dengan data
time series menunjukkan bahwa nilai LQ tidak konsisten (Tarigan, R. 2005).
Dapat dilihat bahwa di kabupaten Toba Samosir komoditi padi ladang pada tahun
2005-2006 memiliki nilai LQ<1 dan tahun 2007 komoditi ini memiliki nilai LQ :
1,05 (LQ>1) artinya pada tahun 2007 komoditi ini memiliki spesialisasi komoditi
di kabupaten jika dibandingkan dengan di Propinsi. Dan tahun 2008 komoditi ini
memiliki nilai LQ: 0,86 (LQ<1) dan tahun 2009 memiliki LQ : 1, 86 (LQ>1).
Sementara itu di kabupaten Humbang Hasundutan komoditi padi ladang
tahun 2005 – 2009 memiliki nilai LQ yang selalu berubah sehingga komoditi ini
tidak dikategori sebagai komoditi unggulan Humbang Hasundutan, karena
berdasarkan analisis LQ dengan data time series menunjukkan bahwa nilai LQ
tidak konsisten (Tarigan, R. 2005), tahun 2005 memiliki nilai LQ sebesar 0,67
atau <1. Kemudian pada tahun 2006 komoditi ini memiliki nilai LQ: 1,38 (LQ>1)
artinya tahun 2006 komoditi ini memiliki spesialisasi komoditi di kabupaten jika
1052
_____________
ISSN 0853-0203
VISI (2012) 20 (3) 1043-1056
dibandingkan dengan di Propinsi. Dan tahun 2008 komoditi ini memiliki nilai LQ:
1,53(LQ<1) dan tahun 2009 memiliki LQ : 1,80 (LQ>1).
Berdasarkan hasil analisis data sebagaimana pada tabel 5 di atas bahwa di
kabupaten Toba Samosir komoditi tanaman jagung, tidak dikategorikan sebagai
komoditi unggulan karena tidak memiliki nilai LQ >1 secara konsisten tahun
2005-2008. Sehingga komoditi ini tidak memiliki tingkat spesialisasi di kabupaten
jika dibandingkan dengan Propinsi. Sementara itu di kabupaten Tapanuli Utara
dan Humbang Hasundutan bahwa komoditi jagung secara konsisten memiliki nilai
LQ>1 sejak tahun 2005 hingga 2009, maka komoditi ini juga dikategorikan
sebagai komoditi unggulan di samping komoditi tanaman padi sawah, artinya
komoditi ini juga memiliki tingkat spesialisasi di kabupaten Tapanuli Utara dan
Humbang Hasundutan jika dibandingkan dengan Propinsi, karena berdasarkan
analisis LQ dengan data time series (2005-2009) menunjukkan bahwa komoditi
jagung ini memiliki nilai LQ> 1, secara konsisten (Tarigan, R. 2005).
Kemudian sesuai dengan hasil analisis data sebagaimana pada tabel 5 di
atas bahwa komoditi kacang tanah untuk kabupaten Toba Samosir, Tapanuli Utara
dan Humbang Hasundutan secara konsisten memiliki nilai LQ>1 sejak tahun
2005, dimana komoditi ini disamping komoditi tanaman padi sawah adalah
merupakan komoditi unggulan bagi ketiga kabupaten dimaksud, artinya komoditi
ini memiliki tingkat spesialisasi di kabupaten jika dibandingkan dengan propinsi,
karena berdasarkan analisis LQ dengan data time series (2005-2009) menunjukkan
bahwa komoditi kacang tanah ini memiliki nilai LQ> 1, secara konsisten (Tarigan,
R. 2005).
Berdasarkan hasil analisis data sebagaimana pada tabel 5 diatas bahwa
komoditi ubi kayu dan ubi jalar tidak memiliki nilai LQ>1 sejak tahun 2005
hingga tahun 2009, untuk ketiga kabupaten tersebut, artinya kedua komoditi ini
tidak dikategorikan sebagai komoditi pangan unggulan pada wilayah tersebut
sesuai dengan hasil yang ditunjukkan oleh analisis LQ dengan data time series
(2005-2009) dimana komoditi ubi kayu dan ubi jalar tidak memiliki nilai LQ> 1,
secara konsisten (Tarigan, R. 2005).
4.4. Analisis Komoditi Pangan Unggulan Dan Ketahanan Pangan pada Tiga
Kabupaten di Kawasan Tapanuli
Berdasarkan hasil analisis LQ sebagaimana pada tabel 5 diatas dengan
data time series (2005-2009) diketahui bahwa di kabupaten Toba Samosir terdapat
2 (dua) jenis komoditi tanaman pangan yang memiliki nilai LQ>1 secara berturut-
turut yaitu komoditi padi sawah dan kacang tanah. Sementara di kabupaten
Tapanuli Utara terdapat 4 (empat) jenis komoditi tanaman pangan yang memiliki
nilai LQ> 1 yaitu komoditi padi sawah, padi ladang, jagung dan kacang tanah dan
di kabupaten Humbang Hasundutan terdapat 3 (tiga) jenis komoditi pangan yang
memiliki nilai LQ> 1 yaitu komoditi padi sawah, komoditi jagung dan komoditi
kacang tanah.
1053
_____________
ISSN 0853-0203
VISI (2012) 20 (3) 1043-1056
1054
_____________
ISSN 0853-0203
VISI (2012) 20 (3) 1043-1056
5.2. Saran
Berdasarkan kajian yang dilakukan, maka saran yang dapat diberikan adalah
sebagai berikut; 1) agar pemerintah kabupaten kabupaten Tapanuli Utara, Toba
Samosir dan Humbang Hasundutan dapat melakukan upaya peningkatan
produktifitas dan lebih fokus pada komoditi tanaman pangan unggulan yang
terdapat diwilayah masing-masing baik melalui program intensifikasi maupun
ekstensifikasi yang didukung oleh perbaikan teknologi usahatani, pengembangan
infrastruktur serta penyediaan sarana produksi, perbaikan teknologi budidaya dan
pascapanen,2) agar pemerintah kabupaten Tapanuli Utara, Toba Samosir dan
Humbang Hasundutan juga mengembangkan sektor-sektor ekonomi potensial dan
bidang usaha yang sesuai dengan potensi agroekologis dan ekogeografis wilayah
masing-masing dalam rangka peningkatan dan pemenuhan akan kebutuhan pangan
wilayah masing-masing.
DAFTAR PUSTAKA
1055
_____________
ISSN 0853-0203
VISI (2012) 20 (3) 1043-1056
1056
_____________
ISSN 0853-0203
VISI (2012) 20 (3) 1043-1056
CURRICULUM VITAE
1057
_____________
ISSN 0853-0203
VISI (2012) 20 (3) 1043-1056
1058
_____________
ISSN 0853-0203