You are on page 1of 9

JURNAL FARMASI SAINS DAN KOMUNITAS, Mei 2014, hlm. 23-31 Vol. 11 No.

1
ISSN : 1693-5683

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOLIK


DAGING BUAH BUNI (Antidesma bunius (L.) Spreng) TERHADAP
Staphylococcus aureus ATCC 25922 dan Escherichia coli ATCC 25923
BRIGITTA LYNDA RAKASIWI DAN C.J.SOEGIHARDJO
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Email korespondensi: constantinus_soegihardjo@yahoo.com

Abstract: The aim of the study was to determine the antibacterial activity of buni skin-pulp
ethanolic extract against Staphylococcus aureus ATCC 25923 and Escherichia coli ATCC
25922. Profile of antibiotic resistance which is growing among Staphylococcus aureus and
Escherichia coli need some exploration of antibacterial activity buni skin-pulp because the
contain of anthocyanin which has antibacterial activity. The research was purely experimental
research with randomized complete direct sampling design. The extraction method was done by
macerated in ethanol solvent. Tube tests and Thin Layer Chromatography (TLC) were used to
determine the content of the secondary metabolites substance in buni skin-pulp ethanolic extract.
Antibacterial activity test was done by diffusion method, then followed with liquid dilution
method to determine the Minimum Inhibitory Concentration (MIC) and Minimum Bactericidal
Concentration (MBC). The antibacterial activity was evaluated based on the result of inhibition
zone diameter then analyzed with Kruskal-Wallis test followed with Mann-Whitney test.
The results showed that the chemical substances of the buni skin-pulp ethanolic extract predicted
with TLC assay were phenolic, flavonoids, and anthocyanin compounds. The antibacterial
activity showed that the ethanolic extract only had antibacterial activity against Staphylococcus
aureus ATCC 25923 with MIC and MBC values 30% and 33%, respectively.

Keywords: antibacterial potency, buni skin-pulp, Staphylococcus aureus, Escherichia coli

1.Pendahuluan (Farthing, et al., 2012).


Diare adalah gangguan saluran Penularan penyakit diare dapat terjadi
pencernaan berupa terjadinya likuiditas dan melalui kontak langsung dan biasanya terjadi
frekuensi buang air besar yang abnormal di tempat yang memiliki sanitasi dan
(lebih dari tiga kali dalam sehari) (Sukandar, lingkungan yang kurang bersih. Infeksi
dkk., 2009). Diare merupakan salah satu Escherichia coli sering kali berupa diare
penyakit yang paling banyak terjadi, yang disertai darah, kejang perut, demam,
khususnya di negara berkembang dengan dan terkadang dapat menyebabkan gangguan
insiden dan mortalitas yang tinggi. Menurut pada ginjal. Sebagian besar penyakit yang
World Health Organization (WHO) dan disebabkan oleh Escherichia coli ditularkan
United Nations International Children's melalui makanan yang tidak masak dan
Emergency Fund (UNICEF), sekitar dua daging yang terkontaminasi, sedangkan
miliar kasus penyakit diare setiap tahun. Staphylococcus merupakan penyebab
Sebanyak satu juta sembilan ratus anak-anak penting dalam keracunan makanan sehingga
berusia kurang dari 5 tahun setiap tahunnya dapat menyebabkan diare. Diare sering kali
meninggal karena diare, terutama di negara- diobati dengan pemberian antibiotika.
negara berkembang. Kematian anak akibat Penggunaan antibiotika yang tidak rasional
diare ini 78% terjadi di daerah Afrika dan bisa membuat mikroba menjadi resisten.
Asia Tenggara. Diare dapat disebabkan oleh Untuk mengatasi hal ini, perlu dilakukan
bakteri (Vibrio cholerae, Escherichia coli, pencarian senyawa antibakteri baru yang
Salmonella spp., Campylobacter jejuni, memungkinkan untuk penemuan obat baru
Shigella sp.), virus (Rotavirus), dan parasit yang dapat menggantikan senyawa
24 RAKASIWI, SOEGIHARDJO Jurnal Farmasi Sains dan Komunitas

antibakteri yang sudah ada. Salah satu cara apa saja yang terdapat dalam ekstrak etanolik
untuk menemukan senyawa antibakteri yang daging buah buni?, Apakah ekstrak etanolik
baru, yaitu dengan melakukan eksplorasi daging buah buni mempunyai potensi
bahan alam hingga memodifikasi struktur antibakteri terhadap Staphylococcus aureus
antibiotik yang sudah ada. ATCC 25923 dan Escherichia coli ATCC
Antosianin merupakan pigmen yang 25922 ?, Berapa KHM dan KBM dari ekstrak
bertanggung jawab memberikan warna pada etanol daging buah buni terhadap
buah, sayur, bunga, dan jaringan tanaman Staphylococcus aureus ATCC 25923 dan
lainnya. Beberapa penelitian terakhir, Escherichia coli ATCC 25922 ?
antosianin ternyata memiliki aktivitas
biologi yang menguntungkan. Salah satu 2. Bahan dan Metode Penelitian
aktivitas biologi dari antosianin adalah Bahan Bakteri yang digunakan dalam
antimikroba (Mazza, 2007). Jenis bahan penelitian ini, yaitu Staphylococcus aureus
pangan yang mengandung antosianin ATCC 25923 yang diperoleh dari Balai
diantaranya adalah berbagai jenis buah berry. Laboratorium Kesehatan Yogyakarta,
Salah satu jenis berry dan merupakan buah Escherichia coli ATCC 25922 yang
lokal adalah buni (Antidesma bunius). diperoleh dari Balai Besar Teknik Kesehatan
Berdasarkan penelitian Butkhup dan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit
Samappito (2011) menunjukkan bahwa Yogyakarta. Sampel berupa daging buah
ekstrak metanol biji dan daging buah buni buni didapat di dari tanaman yang tumbuh di
mengandung flavonoid (katekin, epikatekin, Taman Universitas Sanata Dharma, Kampus
rutin, mirisetin, trans-resveratrol, lutein, III, Paingan, Maguwoharjo, Yogyakarta.
kuersetin, naringenin, dan kaempferol), Pelarut yang digunakan yaitu: Etanol 96%
antosianin (prosianidin B1 dan prosianidin farmasetis sebagai pelarut ekstrak yang
B2), dan asam fenolat (asam galat, asam diperoleh dari PT Brataco Yogyakarta.
kafeat, asam elagat, dan asam ferulat). Oleh Aquadest diperoleh dari Laboratorium
karena itu, sangat dimungkinkan dilakukan Farmakognosi-Fitokimia Universitas Sanata
eksplorasi senyawa antibakteri baru dari Dharma Yogyakarta dan aquabidestilata
buah buni. Eksplorasi tanaman ini steril yang diperoleh dari Lucas
diharapkan dapat dijadikan bentuk sediaan Pharmaceutichal Industry. Bahan pelarut
antimikrobia, sehingga perlu diketahui ekstrak dan kontrol negatif adalah sebagai
Konsentrasi Hambat Minimal (KHM) dan kontrol negatif adalah dimetilsulfoksida p.a
Konsentrasi Bunuh Minimal (KBM). (Merck) yang diperoleh dari Laboratorium
Konsentrasi yang diperoleh dapat digunakan Farmakologi Universitas Gadjah Mada.
sebagai konsentrasi dasar dalam pengujian Bahan uji tabung adalah Bouchardat LP,
secara in vivo. Dragendroff LP, Mayer LP, besi (III) klorida
Sehubungan dengan potensi yang LP, serbuk zink P dan serbuk magnesium P,
dimiliki daging buah buni dan dalam usaha natrium hidroksida LP, Liebermann-
mendapatkan bukti secara ilmiah tentang Burchard LP, asam klorida p.a, asam sulfat
khasiat daging buah buni terutama sebagai p.a, etanol p.a (Merck) yang diperoleh dari
obat diare yang disebabkan oleh bakteri, Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia
maka penelitian ini dilakukan untuk Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
mengetahui senyawa-senyawa yang Bahan uji antibakteri adalah timol p.a sebagai
terkandung di dalam ekstrak etanolik daging kontrol positif yang diperoleh dari
buah buni dan membuktikan aktivitas Laboratorium Biologi Farmasi Universitas
antibakteri ekstrak etanol daging buah buni Gadjah Mada. Fase diam yang digunakan
terhadap Staphylococcus aureus ATCC dalam uji KLT adalah silika gel GF254 dan
25923 dan Escherichia coli ATCC 25922. selulosa (Merck) yang diperoleh dari
Permasalahan yang bisa diambil Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia
dari penelitian ini yaitu: Golongan senyawa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Fase
RAKASIWI, SOEGIHARDJO Jurnal Farmasi Sains dan Komunitas 25

gerak yang digunakan dalam uji KLT adalah hari dan setiap enam jam sekali diaduk,
etil asetat p.a, asam format p.a, asam asetat kemudian disaring. Hasil maserasi (maserat)
glasial p.a, toluena p.a, dan n-butanol p.a disimpan di dalam almari es. Remaserasi
(Merck) yang diperoleh dari diperoleh dari selama enam hari sambil setiap 6 jam sekali
Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia diaduk, kemudian disaring. Setelah itu,
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. kedua maserat didiamkan selama 24 jam,
Bahan media pertumbuhan bakteri adalah disaring, dan diuapkan menggunakan rotary
Muller Hinton Broth CM0405, Nutrien Broth evaporator.
No. 2 CM0067 (Oxoid), dan Agar (Merck) 3.4. Skrining fitokimia
yang diperoleh dari Balai Besar Teknik Skrining fitokimia meliputi uji tabung dan uji
Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Kromatografi Lapis Tipis (KLT).
Penyakit Yogyakarta. 3.4.1. Uji tabung
Alat yang digunakan dalam penelitian Uji tabung ekstrak etanol daging buah buni
berupa Alat-alat gelas, autoklaf (TOMY SX- meliputi uji alkaloid, uji tanin, uji flavonoid,
500), inkubator (Binder), oven (Memmert), uji antosianin, uji saponin, dan uji
rotary evaporator (Buchi), jarum ose, triterpenoid.
timbangan analitik dengan kepekaan 0,1 mg Uji alkaloid. Sebanyak 2 g ekstrak dan 2 g
(Mettler Toledo), timbangan elektrik serbuk daun kecubung masing-masing
(Denver), jangka sorong dengan ketelitian ditambahkan satu milliliter asam klorida 2N
0,02 mm (Oscano), ball pipet, mikropipet dan sembilan milliliter aquadest.
(Socorex Acura 825) dan mikropipet P200 Dipanaskan di penangas air selama 2 menit,
(Gilson 0503356), bunsen, show case didinginkan dan disaring. Dipindahkan ke
(Modena), cawan petri (Pyrex), Class II tiga tabung reaksi masing-masing sebanyak 3
Biological Safety Cabinet (ESCO), vortex mL dan masing-masing ditetesi pereaksi
(Maxi Mix II), PhoenixSpec Nephelometer, Dragendroff, Mayer, dan Bourchadat. Kedua
pompa vakum (EZ-STREAM™) dan hasil yang diperoleh dibandingkan
Millipore®, serta seperangkat alat-alat KLT. (Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
1995).
3. Tata Cara Penelitian Uji tanin. Sebanyak 3 mL larutan sampel dan
3.1 Pengambilan bahan buah buni larutan tanin masing-masing dimasukkan ke
Buah buni diperoleh dari Taman dalam tabung reaksi ditambahkan lima tetes
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. pereaksi besi (III) klorida. Kedua hasil yang
Cara pemanenan buah buni yang digunakan diperoleh dibandingkan (Hayati dan
pada penelitian ini, yaitu diambil buah yang Halimah, 2010).
berwarna hitam berbentuk bulat telur dan Uji flavonoid. Sebanyak 3 mL larutan sampel
buah tidak jatuh ke tanah. Pemanenan buah dan larutan rutin masing-masing dimasukkan
buni dilakukan bulan Maret 2013 pada pagi ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan
hari sebelum pukul 10.00 WIB. sedikit logam zink atau logam magnesium,
3.2. Determinasi tanaman buah buni serta diberi lima tetes asam klorida 5N. Hasil
Determinasi dilakukan di yang diperoleh dibandingkan (Krishnan,
Laboratorium Kebun Tanaman Obat, 2009).
Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Uji antosianin. Sebanyak 3 mL larutan
Dharma, Yogyakarta. Proses determinasi sampel dan sebagai standar digunakan
dilakukan dengan menggunakan bagian larutan ekstrak metanolik daging buah
tanaman buni seperti daun, buah, dan bunga . anggur merah masing-masing dimasukkan
3.3. Penyarian daging buah buni ke dalam tabung reaksi. Tambahkan natrium
Sebanyak 300 g buah buni direndam hidroksida dan asam sulfat masing-masing 3
dengan etanol 96% setinggi kurang lebih dua mL. Hasil yang diperoleh dibandingkan
sentimeter dari tinggi buah buni dan dengan standar (Krishnan, 2009).
didiamkan dalam tempat gelap selama enam Uji saponin. Sebanyak 5 mL larutan sampel
26 RAKASIWI, SOEGIHARDJO Jurnal Farmasi Sains dan Komunitas

dikocok kuat selama 10 detik. Tabung asam format- toluena- air dengan
dikondisikan berdiri tegak dan diamati yang perbandingan 6:1,5:3:0,5 (v/v.). Sebagai
terjadi dan dibandingkan dengan standar pembanding digunakan asam galat. Hasil
daging buah lerak yang diperlakukan sama dideteksi di bawah sinar UV 254 nm, UV 365
(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, nm, dan pereaksi semprot besi (III) klorida
1995). (Wagner & Bladt, 2009).
Uji triterpenoid. Sebanyak 3 mL larutan Uji KLT antosianin. Uji KLT antosianin
sampel dan pembanding Succus liquiritiae menggunakan fase diam selulosa dan fase
direaksikan dengan lima tetes Liebermann- gerak yang digunakan, yaitu n-butanol - asam
Burchard (LP). Diamati cincin yang asetat glacial - air dengan perbandingan 4:1:5
terbentuk pada perbatasan kedua larutan (v/v), fase atas. Sebagai pembanding
(Hayati dan Halimah, 2010). digunakan ekstrak metanolik daging buah
anggur merah. Hasil dideteksi pada sinar
3.4.2. Uji KLT tampak (Harborne, 1987).
Uji KLT flavonoid. Fase diam yang
digunakan, yaitu silika gel GF254 dan fase 3.5. Uji potensi antibakteri ekstrak etanol
gerak yang digunakan adalah etil asetat- daging buah buni terhadap Staphylococcus
asam format- asam asetat glacial- air dengan aureus ATCC 25923 dan Escherichia coli
perbandingan 100:11:11:27 (v/v). Standar ATCC 25922
pembanding yang digunakan adalah rutin. Pembuatan orientasi konsentrasi larutan uji.
Hasil dideteksi dengan UV 254 nm, UV 365 Larutan uji yang digunakan untuk orientasi
nm, dan pereaksi semprot sitroborat (Wagner uji aktivitas antibakteri ekstrak etanolik
& Bladt, 2009). daging buah buni dibuat dalam konsentrasi
Uji KLT tanin. Uji KLT tanin menggunakan 40%, 60%, dan 80%.
fase diam, yaitu silika gel GF254 dan fase Pembuatan variasi konsentrasi larutan uji.
Larutan uji yang digunakan untuk uji
gerak yang digunakan adalah etil asetat-
aktivitas antibakteri merupakan ekstrak

Tabel I. Hasil Pengamatan Uji Tabung Terhadap Ekstrak Etanolik Daging Buah Buni
RAKASIWI, SOEGIHARDJO Jurnal Farmasi Sains dan Komunitas 27

etanolik yang dibuat dalam berbagai digunakan adalah tanaman buni. Hasil
konsentrasi, yaitu 40,5%; 27%; 18%; 12%; determinasi menunjukkan bahwa buah buni
dan 8%. yang digunakan memiliki nama ilmiah
Metode difusi. Pengujian potensi antibakteri Antidesma bunius (L.) Spreng.
ekstrak etanolik daging buah buni dilakukan
dengan metode difusi sumuran bi-layer. 4.2. Pembuatan ekstrak etanolik daging buah
Lapisan I merupakan media agar 1,5% dan buni
lapisan II merupakan media Mueller Hinton Prinsip dari maserasi, yaitu cairan
Agar (MHA) yang sudah bercampur dengan penyari akan menembus dinding sel dan
suspensi bakteri uji. Media padat yang telah masuk ke dalam rongga sel yang
berisi bakteri dibuat sumuran berdiameter 5 mengandung zat aktif sehingga zat aktif
mm dan ditetesi dengan seri konsentrasi dapat terlarut. Setelah maserasi pertama
senyawa uji sebanyak 50 µl. Kontrol positif selama enam hari maka dilakukan remaserasi
digunakan timol dan kontrol negatif agar didapatkan maserat yang lebih optimal.
digunakan DMSO 1,1%. Diinkubasi selama Remaserasi dilakukan juga selama enam
24 jam pada suhu 37ºC. hari. Hal ini dilandasi pada penelitian Drahici
Metode dilusi cair. Metode dilusi cair dan Rapeanu (2011) yang menunjukkan
digunakan blanko berupa 4 mL MHB steril bahwa semakin lama maserasi anggur
ditambah 1 mL dari masing-masing dilakukan, maka akan meningkatkam
konsentrasi ekstrak etanolik daging buah kandungan polifenolnya. Hasil rendemen
buni yang digunakan. Kelompok perlakuan yang diperoleh sebesar 11,3 % b/b.
dilakukan dengan cara, 4 mL media MHB
steril ditambahkan 1 mL suspensi bakteri uji 4.3. Hasil Skrining Fitokimia
yang telah disetarakan dengan standar Mc Tujuan utama skrining fitokimia adalah
Farland II dan 1 mL ekstrak etanolik daging untuk mengidentifikasi kandungan bioaktif
buah buni dengan kadar tertentu, sesuai atau kandungan yang mempunyai aktivitas
dengan hasil pada uji difusi padat. dalam pengobatan sebagai antibakteri.
Pengamatan dilakukan pada jam ke-0, 24, 4.3.1. Uji tabung
dan 48 jam dengan suhu inkubasi 37ºC Hasil uji tabung ekstrak etanol daging
(Mohamedkassm, et al., 2013). Uji buah buni yang diperoleh dibandingkan
penegasan dilakukan dengan cara melakukan dengan standar yang digunakan. Hasil
streak plate pada media agar darah domba dikatakan positif jika terdapat persamaan
dan diinkubasi selama 24 serta 48 jam. atau kemiripan warna dengan standar.
Berdasarkan hasil penelitian ini,
4. Hasil dan Pembahasan diduga bahwa di dalam ekstrak etanolik
4.1. Hasil determinasi daging buah buni mengandung senyawa
Identifikasi tanaman ini bertujuan flavonoid, tanin, antosianin dan triterpenoid
untuk memastikan bahwa tanaman yang

Tabel II. Diameter Zona Hambat yang Dihasilkan Pada Orientasi Kontrol Positif Timol
28 RAKASIWI, SOEGIHARDJO Jurnal Farmasi Sains dan Komunitas

Tabel III. Diameter Zona Hambat yang Dihasilkan pada


Orientasi Konsentrasi Ekstrak Etanol Daging Buah Buni

sesuai dengan Tabel I. Untuk mempertegas berasal dari tanaman Thymus vulgaris yang
hasil uji tabung maka dapat dilanjutkan memiliki mekanisme kerja merusak
dengan analisis semi kuantitatif secara KLT. membran sel bakteri, sehingga bakteri
kehilangan struktur yang kaku dan terjadi
4.3.2. Uji Kromatografi Lapis Tipis kebocoran bahan-bahan intrasel. Kontrol
Sistem KLT yang digunakan dalam positif ini memiliki kemiripan dengan
penelitian ini adalah fase normal (uji KLT antosianin dalam mekanisme aksi dalam
flavonoid dan tanin) dan fase terbalik (uji membunuh bakteri. Antosianin dapat
KLT antosianin). Interaksi yang terjadi antara memberikan efek antibakteri dengan
analit dengan fase diam adalah adsorbsi. mekanisme merusak permeabilitas dinding
Analit yang berinteraksi dengan fase diam sel, sehingga terjadi kebocoran bahan-bahan
akan terpartisi kemudian terelusi oleh fase intraseluler dan bakteri mati. Kontrol positif
gerak. Nilai Rf yang baik berkisar 0,09 – 0,9 timol diuji dengan variasi konsentrasi, yaitu
(Srivastava, 2011). 0,2%; 0,4%; 0,8%, dan 1%.
Berdasarkan hasil uji kromatografi Pada umumnya, diameter zona hambat
lapis tipis diketahui bahwa ekstrak etanol cenderung meningkat sebanding dengan
daging buah buni mengandung senyawa meningkatnya konsentrasi ekstrak. Hasil
flavonoid dan antosianin. Hal ini karena yang diperoleh menunjukkan bahwa hanya
adanya kemiripan warna dan nilai Rf antara timol 0,2% memberikan zona hambat pada S.
standar dan sampel. aureus dan E. coli. Tidak terbentuknya zona
hambat pada konsentrasi 0,4%; 0,8%; dan
4.4. Hasil Orientasi Kontrol Positif Timol 1% diduga disebabkan perbedaan kecepatan
dan Ekstrak Etanolik Daging Buah Buni difusi senyawa antibakteri pada media agar.
terhadap Staphylococcus aureus ATCC Oleh karena itu, timol 0,2% akan dilanjutkan
25923 dan Escherichia coli ATCC pengujiannya dengan metode dilusi cair.
25922 dengan Metode Difusi Padat dan Menurut Nurmahani, et al. (2012), KHM
Dilusi Cair didefinisikan sebagai konsentrasi terendah
Pada penelitian ini dilakukan orientasi ekstrak yang dapat menghambat
untuk menentukan konsentrasi awal yang pertumbuhan bakteri dalam waktu 24 jam
dapat memberikan zona penghambatan pada inkubasi. KBM merupakan konsentrasi dari
bakteri uji. Orientasi dilakukan pada kontrol
sebuah senyawa antibakteri untuk
positif timol, kontrol negatif DMSO 1,1 %
membunuh bakteri dalam waktu 48 jam
dan ekstrak etanolik daging buah buni.
inkubasi. Setelah dilakukan uji penengasan,
4.4.1. Penetapan konsentrasi kontrol positif pada timol 0,2% menunjukkan bahwa tidak
Kontrol positif timol dipilih karena ada pertumbuhan bakteri didaerah sekitar
timol merupakan senyawa antibakteri yang streak plate dengan lama inkubasi 24 jam dan
RAKASIWI, SOEGIHARDJO Jurnal Farmasi Sains dan Komunitas 29

48 jam. Oleh karena itu, pada konsentrasi tersebut, maka ekstrak etanolik daging buah
timol 0,2% dijadikan konsentrasi uji pada buni 40% akan dijadikan sebagai konsentrasi
pengujian antibakteri dengan metode difusi dasar pada pengujian antibakteri dengan
padat. metode difusi sumuran.

4.4.2. Penetapan variasi konsentrasi ekstrak 4.5. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol
etanolik daging buah buni Daging Buah Buni terhadap
Pada orientasi konsentrasi ekstrak Staphylococcus aureus ATCC 25923
etanolik daging buah buni, yaitu 40%, 60%, dan Escherichia coli ATCC 25922
dan 80%. Selain variasi ekstrak, dilakukan dengan Metode Difusi Padat
juga pengujian terhadap kontrol negatif Variasi konsentrasi ekstrak etanol
DMSO 1,1%. Kontrol negatif berfungsi daging buah buni yang digunakan, yaitu
untuk mengetahui apakah pelarut yang 40,5%; 27%; 18%; 12%; dan 8%. Berikut ini
digunakan memiliki kemampuan merupakan hasil pengamatan diameter zona
menghambat pertumbuhan S. aureus dan E. hambat yang diperoleh.
coli atau tidak. Pelarut yang memiliki Berdasarkan Tabel IV, zona hambat
kemampuan untuk menghambat bakteri uji yang terbentuk dari ekstrak etanol daging
dapat membiaskan hasil penelitian. buah buni hanya mampu menghambat
Pada Tabel III diketahui bahwa ekstrak pertumbuhan bakteri uji S. aureus.Tidak
etanol daging buah buni 40%; 60%; dan 80% adanya zona hambat yang diberikan pada
memberikan zona hambat pada bakteri S. bakteri E. coli dapat disebabkan karena
aureus dengan lama inkubasi 24 jam, senyawa antibakteri tidak dapat merusak
sedangkan pada bakteri E. coli tidak membran sitoplasma E. coli. Hal ini karena
menunjukkan zona hambat. Setelah diuji outer membran E. coli bersifat lipofilik
secara statistik ekstrak etanol daging buah karena mengandung lipopolisakarida.
buni pada konsentrasi 40%, 60%, dan 80%
Senyawa-senyawa yang dapat ditarik oleh
memiliki daya antibakteri terhadap
etanol merupakan senyawa yang bersifat
Staphylococcus aureus. Hal ini terbukti
semipolar, sehingga sukar berdifusi pada
dengan adanya nilai diameter zona hambat
yang lebih besar dengan perbedaan membran yang lipofilik. Berdasarkan
bermakna dari kontrol negatif. Dari data perhitungan statistik, ekstrak etanolik daging

Tabel IV. Diameter Zona Hambat yang Dihasilkan pada


Beberapa Konsentrasi Ekstrak Etanolik Daging Buah Buni
30 RAKASIWI, SOEGIHARDJO Jurnal Farmasi Sains dan Komunitas

Tabel V. Hasil Uji Daya Antibakteri Ekstrak Etanol Daging Buni


terhadap Staphylococcus aureus ATCC 25923 Menggunakan Metode Dilusi Cair

buah buni pada konsentrasi 40,5; 27%; dan beberapa konsentrasi. Oleh karena itu,
18% memiliki daya antibakteri terhadap S. ekstrak etanolik daging buah buni 18%
aureus. Hal ini terbukti dengan adanya nilai dibuat seri konsentrasi. Seri konsentrasi yang
diameter zona hambat yang lebih besar digunakan, yaitu 15%, 18%, 21%, 24%,
dengan perbedaan bermakna dari kontrol 27%, 30%, dan 33%.
negatif. Jika dibandingkan dengan kontrol Pada Tabel V terlihat bahwa terdapat
positif (timol 0,2%), ekstrak etanol daging penurunan kekeruhan media pada kelompok
buah buni tidak memiliki daya antibakteri ekstrak etanolik daging buah buni dengan
sekuat timol 0,2%. Dari data tersebut, maka lama inkubasi 48 jam jika dibandingkan
ekstrak etanol daging buah buni 40,5%; 27%, dengan inkubasi 24 jam. Hasil ini dapat
dan 18% akan digunakan dalam dilusi cair. diartikan bahwa ekstrak etanol daging buah
buni dapat membunuh atau menghambat
4.6. Penentuan Kadar Hambat Minimun pertumbuhan bakteri uji.
(KHM) dan Kadar Bunuh Minimum Uji penegasan dilakukan pada ekstrak
(KBM) Ekstrak Etanol Daging Buah etanolik daging buah buni 24%, 27%, 30%,
Buni terhadap Staphylococcus dan 33% dengan lama inkubasi 24 jam dan 48
aureusATCC 25923 dengan Metode jam. Berdasarkan hasil penelitian diketahui
Dilusi Cair bahwa nilai KHM pada konsentrasi 30% dan
Prinsip metode dilusi adalah senyawa nilai KBM pada konsentrasi 33%.
antimikroba diencerkan sehingga diperoleh
RAKASIWI, SOEGIHARDJO Jurnal Farmasi Sains dan Komunitas 31

5. Kesimpulan dan Saran Lemair, A., 2012, Acute Diarrhea in Adults and
Berdasarkan uji tabung yang Children: A Global Perspective, World
Gastroenterology Organisation Global
dilakukan, ekstrak etanolik daging buah buni Guidelines, 1-20.
diduga mengandung senyawa flavonoid, Harborne, J. B., 1987, Metode Fitokimia: Penuntun
polifenol, antosianin, dan triterpenoid. Uji Cara Modern Menganilisis Tumbuhan, edisi II,
KLT menunjukkan ada profil bercak yang Penerbit ITB, Bandung, 76-78.
Hayati, E. K., dan Halimah, N., 2010, Phytochemical
mirip dengan profil bercak flavonoid dan Test and Brine Shrimp Lethality Test
antosianin. Ekstrak etanol daging buah buni AgainstArtemia salina Leach of Anting-
hanya memiliki aktivitas antibakteri terhadap Anting (Acalypha indica Linn.) Plant Extract,
Staphylococcus aureus ATCC 25923. Nilai Alchemy, 1 (2), 75-82.
Krishnan, A., 2009, Phytopharmacological Study on
Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Antidesma acidium Retz. – A Folk Plant,
Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM) Dissertation, Rajiv Gandhi University of
ekstrak etanolik daging buah buni terhadap Health Sciences.
bakteri Staphylococcus aureus ATCC 25923 Mazza, G. J., 2007, Anthocyanins and Heart Health,
Pacific Agri-Food Research Centre, 43 (4),
berurutan, yaitu 30% dan 33%. 369-374.
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut Mohamedkassm, N., Fessehaye, N., Mebrahtu, D.,
mengenai kandungan kimia dari buah buni Teaghes, K., Fessehaye, Y., Kaushik, A., dan
secara kuantitatif sehingga dapat diketahui Medhanie, G., 2013, The Etno-botanic
Significance and Antimicrobial Activities of
berapa kadar senyawa flavonoid, antosianin, Two Plant Extracts used in Eritrea, American
dan polifenol yang terkandung di dalam buah Journal of Phytomedicine and Clinical
buni. Perlu diteliti pula potensi antimikroba Therapeutics, 1 (7), 520-529.
dari batang, daun, atau bagian lainnya dari Nurmahani, M. M., Osma, A., Hamid, A. A., Ghazali,
F. M., dan Dek, P., 2012, Short Communication
tanaman buni. Antibacterial Property of Hylocereus and
H y l o c e re u s u n d a t u s P e e l E x t r a c t s ,
Daftar Pustaka International Food Research Journal,19 (1),
Butkhup, L., dan Samappito, S., 2011, Phenolic 77-84.
Constituents of Extract from Mao Luang Seeds Rota, M. C., Herrera, A., Martinez, R. M., Sotomayor,
and Skin-Pulp Residue ands Its Antiradical and J. A., dan Jordan, M. J., 2008, Antimicrobial
Antimicrobial Capacities, Journal of Food Activity and Chemical Composition of Thymus
Biochemistry, 35, 1671-1679. vulgaris, Thymus zygis and Thymus hyemalis
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995, Essential Oils, Food Control, 19 (2008), 681-
Materia Medika Indonesia, Departemen 687.
Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, Jilid V, Srivastava, M., 2011, High Performance Thin Layer
333-337. Chromatography (HPTLC), Springer
Drahici, L., dan Rapeanu, G., 2011, Evolution of Heidelberg Dordrecht, London, 290.
Polyphenols During The Maceration of The Wagner, H., dan Bladt, S., 2009, Plant Drug Analysis:
Red Grapes, Journal of Agroalimentary A Thin Layer Cromatography Atlas, 2nd edition,
Processes and Technologies, 17 (2), 169 – 172. Springer Dordrecht Heidelberg, New York,
Farthing, M., Salam, M., Lindberg, G., Dite, P., Khalif, 330.
I., Lindo, E. S., Ramakrishna, B. S., Goh, K.,
Thomson, A., Khan, A. G., Krabshuis, J., dan

You might also like