Professional Documents
Culture Documents
27-31
Penelitian
Tanggal masuk 21 September 2015, Revisi pertama 5 Oktober 2015, Revisi terakhir 9 November 2015, Diterima 14
Desember 2015, Terbit daring 2 Januari 2016
Abstract. Worm disease caused by Soil Transmitted Helminth infection is a disease that is still a health problem in Indonesia,
one of which is a hookworm infection with the clinical symptoms were include listlessness, decreased concentration, pale and
anemic that will have a direct impact on work productivity. This study aimed to describe the proportion of the hookworm infection
incidence and anemia in traditional diamond mine workers. The research was a observational study with cross-sectional design
and was conducted in the Sungai Tiung Village on March to October 2014. The subject of research is the traditional diamond as
many as 129 people by purposive sampling. Data collected by a survey on the parasite examination of stool samples,
examination of hemoglobin, nutritional status with anthropometric measurements, and interviews related to defecation and use of
footwear behavior. The result were analyzed using descriptive analysis. The average age of respondents in the productive age and
59.7% of respondents with terms of between 1-5 years. Respondents who suffer from hookworm infection only 6 (4.7%) and who
were anemic is 8 (6.2%). A total of 29.4% of respondents with thin nutritional status and 18.6% said BAB around the workplace
and most do not use footwear at work (86.9%). Conditions are still finding workers who were infected with hookworm anemia
requiring an increase in health promotion of local health services related to a clean and healthy living behavior and awareness of
nutritional needs.
Keywords: Infection, hookworm, anemic, mine worker
Abstrak. Penyakit kecacingan yang diakibatkan oleh infeksi Soil Transmitted Helminth merupakan salah satu penyakit yang
masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia, salah satunya adalah infeksi cacing tambang dengan gejala klinik infeksi
antara lain lesu, kurang konsentrasi, pucat, dan anemia yang berdampak pada menurunnya produktivitas kerja. Penelitian
ini bertujuan mengetahui proporsi kejadian infeksi cacing tambang dan anemia pada pekerja tambang intan tradisional.
Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional dengan desain potong lintang dan dilaksanakan di Kelurahan Sungai
Tiung Kecamatan Cempaka Kota Banjarbaru pada bulan Maret-Oktober 2014. Subjek penelitian adalah penambang intan
tradisional di Kelurahan Sungai Tiung sebanyak 129 orang yang dipilih secara purposif. Pengumpulan data dilakukan
dengan survei pemeriksaan parasit pada sampel tinja, pemeriksaan hemoglobin, dan pengukuran status gizi dengan
antropometri, serta wawancara terkait perilaku buang air besar dan penggunaan alas kaki. Hasil penelitian dianalisis
secara deskriptif. Rata-rata umur responden pada usia produktif dan 59,7 % responden dengan masa kerja antara 1-5
tahun. Responden yang menderita infeksi cacing tambang hanya 6 orang (4,7%) dan yang mengalami anemia 8 orang
(6,2%). Sebanyak 29,4% responden dengan status gizi yang kurus dan 18,6 % menyatakan BAB di sekitar tempat kerja
serta sebagian besar tidak menggunakan alas kaki pada saat bekerja (86,9%). Kondisi masih ditemukannya pekerja yang
terinfeksi cacing tambang disertai anemia membutuhkan adanya peningkatan promosi kesehatan dari pelayanan
kesehatan setempat terkait dengan perilaku hidup bersih dan sehat serta kesadaran akan kebutuhan gizi.
Kata kunci: infeksi hookworm, cacing tambang, anemia, pekerja tambang
27
W. Sari RG. Sembiring Kecacingan dan anemia...
28
JHECDs Vol. I, No. 1, Desember 2015
Tabel 1. Karakteristik penderita infeksi cacing berdasarkan umur, masa kerja, anemia,
status gizi, dan kebiasaan BAB, serta penggunaan alas kaki saat bekerja
Infeksi cacing tambang
Variabel n
(+) (-)
Umur
<50 tahun 108 4 104
≥50 tahun 21 2 19
Masa Kerja
<5 tahun 77 4 73
>5 tahun 52 2 50
Status anemia 8 3 5
Ya 8 3 5
Tidak 121 3 118
Status gizi
Kurus 38 1 37
Tidak Kurus 91 5 86
Jumlah telur per mg tinja
≥20/mg tinja 0 0 0
≤20/mg tinja 129 6 123
Kebiasaan BAB di sekitar tempat kerja
Ya 24 0 24
Tidak 105 6 99
Penggunaan alas kaki pada saat bekerja
Tidak 125 6 119
Ya 4 0 4
29
W. Sari RG. Sembiring Kecacingan dan anemia...
Berdasarkan hasil wawancara dengan 129 sampel sampel. Hasil penelitian memperoleh total sampel
mengenai kebiasaan BAB di sekitar tambang intan sebanyak 129 sampel dengan hanya 6 diantaranya
tradisional sebagai tempat bekerja (≤ 10 meter). positif infeksi cacing tambang. Oleh karena itu,
Sebagian besar pekerja sebanyak 105 orang desain awal penelitian tidak dapat dilanjutkan
(81,39%) penambang intan tradisional menyatakan sehingga data dianalisis secara univariat dengan
tidak BAB disekitar tempat kerja dan dari 6 orang desain potong lintang.
yang terinfeksi cacing tambang semuanya
menyatakan tidak BAB disekitar tempat kerja. Masih ditemukannya pekerja yang terinfeksi
cacing tambang disertai anemia membutuhkan
Hasil penelitian Didik Sumanto 2010 adanya peningkatan promosi kesehatan dari
menunjukkan bahwa kebiasaan defekasi (buang air pelayanan kesehatan setempat terkait dengan
besar) di tanah terbuka berhubungan sangat perilaku hidup bersih dan sehat serta kesadaran
signifikan dengan kejadian infeksi cacing tambang. akan kebutuhan gizi. Bagi pekerja tambang
Namun sejalan dalam penelitian Sri Wartini disarankan agar menggunakan alat pelindung diri
(2011) menyatakan bahwa tidak ada hubungan (APD) selama bekerja dan asupan gizi yang
antara tempat BAB yang tidak saniter dengan seimbang.
kejadian infeksi kecacingan (p = 0,394).24
Ucapan Terima Kasih
Kebiasaan memakai alas kaki dalam Didik
Penulis mengucapkan terima kasih dan
Sumanto (2010) ternyata bukan merupakan
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada
faktor risiko kejadian infeksi cacing tambang.
responden yang telah bersedia membantu
Selain itu, dalam penelitian Sri Wartini (2011) juga
penelitian, kepada Kepala Dinas Kesehatan Kota
menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara
Banjarbaru, Kepala Puskesmas Cempaka;
tidak menggunakan alas kaki dengan kejadian
Kelurahan Sungai Tiung, Ketua RW 10, Ketua RT
infeksi kecacingan (p=0.094). Hal ini tidak sejalan
(24,30,31) atas pendampingan dan bantuan
dengan temuan Maryanti (2006), yang melakukan
sehingga penelitian ini dapat berjalan serta kepada
studi di Desa Tegal Badeng Timur, Bali dimana
seluruh tim peneliti dan staf Balai Litbang P2B2
penggunaan alas kaki berhubungan dengan
Tanah Bumbu yang telah banyak membantu dalam
kejadian infeksi cacing tambang. Penggunaan alas
kegiatan penelitian ini.
kaki merupakan faktor risiko terjadinya infeksi
cacing tambang. Perilaku jarang menggunakan
alas kaki memiliki risiko terinfeksi cacing tambang Daftar Pustaka
8,8 kali lebih besar dibandingkan dengan perilaku 1. Didik S. Faktor risiko infeksi cacing tambang pada
selalu menggunakan alas kaki setiap hari.1,20 anak sekolah (Studi kasus kontrol di Desa
Rejosari, Karangawen, Demak). Universitas
Berdasarkan jumlah telur, infeksi hookworm pada Diponegoro;Tesis; 2010.
pekerja tergolong sangat ringan dan tanpa gejala 2. Adi S, Heksa S, Rahmi S, Rizal S, Purnomo, Sri SM.
yang berarti. Meskipun infeksi ditemukan sangat Intestinal parasitic infections in primary school
sedikit namun sangat perlu diperhatikan karena children In Pulau Panggang and Pulau Pramuka,
Kepulauan Seribu. Makara Kesehatan. 2002; 6 (1).
melihat bahwa anemia terjadi pada penderita
3. Onggowaluyo, JS. Hookworm dalam Parasitologi
dengan perilaku berisiko yang masih tinggi. Medik 1 Helmintologi. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC. 2001; p.16–24.
Kesimpulan dan Saran 4. Gandahusada S, Ilahude HD, Pribadi W.
Parasitologi Kedokteran, Edisi ke III. Jakarta :
Kejadian infeksi cacing tambang masih ditemukan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
pada pekerja tambang intan tradisional yaitu Indonesia. 2003; p.11–17.
sebanyak 6 orang positif dan 3 diantaranya 5. Mardiana. Faktor risiko akibat penambangan
menderita anemia. batubara terhadap kejadian malaria dan kecacingan
di Kalimantan Selatan. Laporan Akhir Penelitian.
Selain itu, sebanyak 29,4% pekerja tambang Puslitbang Ekologi dan Status Kesehatan Badan
memiliki status gizi kurus, 18,6 % menyatakan Litbang Kesehatan Kementerian Kesehatan. 2010.
BAB di sekitar tempat kerja dan sebagian besar 6. As’ad. Pengelolaan lingkungan pada penambangan
rakyat (Studi kasus penambangan intan rakyat di
tidak menggunakan alas kaki pada saat bekerja
Kecamatan Cempaka Kota Banjarbaru Propinsi
(86,9%). Kalimantan Selatan). Universitas
Diponegoro;Tesis. 2005.
Desain awal penelitian ini adalah penelitian
7. Annida. Faktor risiko kecacingan pada anak sekolah
kuantitatif observasional dengan desain kasus dan kebijakan pengendalian kecacingan di Provinsi
kontrol. Target sampel adalah 2 kelompok yaitu Kalimantan Selatan (Tahap II). Laporan Akhir
kasus dan kontrol masing-masing sebanyak 60
30
JHECDs Vol. I, No. 1, Desember 2015
Penelitian. Balai Litbang P2B2 Tanah Badan 23. Sri Yani Wijianingsih. Hubungan Antara Infeksi
Litbangkes Kementerian Kesehatan. 2011. Kecacingan dan Anemia dengan Status Gizi Pada
8. Eni S. Penambangan Intan Cempaka Kalimantan Murid SD di SDN Purwosari I.I Kecamatan
Selatan; 2012 (diakses pada 4 Juli 2013). Available Tamban Kabupaten Barito Kuala Tahun 2010.
from: http://egeografer.blogspot.com/2012/05/v- Program Studi S1 Gizi Sekolah Tinggi Ilmu
behaviorurldefaultvmlo.html. Kesehatan Husada Borneo Banjarbaru. 2011.
9. James G Cumming, Joseph H White. Control of 24. Sri Wantini. Perilaku Anak Terhadap Infeksi
hookworm infection at the deep gold mines of Kecacingan Pada Siswa Sekolah Dasar.
the mother lode California. Department of the Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes
Interior. 1997. Kemenkes Tanjungkarang. Jurnal Kesehatan
10. WA Sawyer. Hookworm disease as related to Volume II Nomor 2, Oktober 2011, hlm
industry in Australia. Australia Hookworm 341-347.
Compaign. 1993. 25. Gandahusada S, Ilahude H.D, Pribadi W,
11. Dicky A. Hubungan antara infeksi cacing dan atopi Parasitologi Kedokteran. Edisi ke III. Jakarta
pada murid SDN Kampung Baru, Kecamatan : Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Kusan Hilir Kabupaten Tanah Bumbu Kalimantan Indonesia, 2003, p.11 – 17.
Selatan tahun 2011. Universitas Airlangga;Tesis.
2011.
12. Kesharvarz R. Hookworm infection; 2000
(Diakses pada 23 juni 2005). Available from:
http://www.eMedicine.com.
13. Weiss EL. Hookworm; 2001 (Diakses pada 23 juni
2005). Available from: http://www.eMedicine.com.
14. Samir S, Basta, Soekirman, Darwin Karyadi, Nevin
S, Scrimshaw. Iron deficiency anemia and the
productivity of adult males in Indonesia. The
American Journal of Clinical Nutrition.
1976;32:916-925.
15. Hotez, Peter J Brooker, Simon Bethony et al.
Hookworm Infection. Review article. The New
England Journal of Medicine. 2004; 351:799-80.
16. Mughees Anjum. Hookworm Infection; Its
Correlation With Haemoglobin In Rural
Population Of Mustafa Abad (Lulliani) District
Kasur. Professional Medicine Journal. 2006;13(1):
54-56.
17. Pawlowski, Schad, Stott. WHO. Hookworm
infection and anaemia. Geneva : World Health
Organization. 1991.
18. Elmi, Sembiring T, Dewiyani B.S, Hamid E.D,
Pasaribu S, Lubis C.P. Status Gizi Dan Infestasi
Cacing Usus Pada Anak Sekolah Dasar. Fakultas
Kedokteran Bagian Ilmu Kesehatan Anak
Universitas Sumatera Utara. 2004.
19. Erosie L, Merid Y, Ashiko A, Ayine M, Balihu A,
Muzeyin S, et al. Prevalence of Hookworm
infection and hemoglobin status among rural
elementary school children in Southern Ethiopia.
2000.
20. Maryanti. Hubungan Perilaku Pemakaian APD dan
Kebersihan Diri Dengan Kejadian Infeksi Cacing
Tambang. 2006 (diakses 10 Januari 2009) diunduh
dari : http://www.library@unair.ac.id.
21. Brentlinger PE, Capps L, Denson M. Hookworm
infection and anemia in adult women in rural
Chiapas, Mexico. Salud. Publica Mex. 2003 Mar-
Apr;45(2):117-9.
22. Jennifer L. Smith, Simon Brooker. Impact of
hookworm infection and deworming on anaemia
in non-pregnant populations: a systematic
review. Tropical Medicine & International Health.
2010. Volume 15, Issue 7, pages 776–795.
31