You are on page 1of 8

IJMS – Indonesian Journal on Medical Science – Volume 10 No.

2 – Juli 2023

Infeksi Nematoda Usus pada Petani di Kabupaten Sukoharjo Jawa Tengah dan
Faktor yang Mempengaruhinya

Intestinal Nematodes Infection among Farmers in Sukoharjo District, Central


Java Province and Its Caused Factors
Anggraeni Sih Prabandari1, Ajeng Novita Sari2, Ardita Ferlinda Ahtamagara3
1,2,3
Politeknik Santo Paulus Surakarta
anggraenisihp@gmail.com1, ajeng.meoww@gmail.com2, arditahitoo@gmail.com3

DOI: https://doi.org/10.55181/ijms.v10i2.432

Abstract: Farmers are a high-risk group infected with intestinal nematode worms due to close contact
with soil which is the medium of development of worm eggs into infective stages. Intestinal nematode
infection is associated with clean and healthy living behaviors and knowledge of helminthiasis. This
study aims to determine the prevalence of worms in farmers in Wonorejo Village, Polokarto Sukoharjo
District, Central Java. This type of study is observational with a cross sectional approach. The
identification of intestinal nematodes was carried out by formol ether sedimentation method using fecal
samples taken from 31 farmers. The relationship between clean and healthy living behavior and
knowledge of worms was analyzed using the Chi square test based on the questionnaire given. Based
on the results of the study, the prevalence of intestinal nematode infection was 3.33% (1/31) with
hookworm identified species. There was no association between clean and healthy living behavior
against intestinal nematode infection in farmers (pvalue 0.93 > 0.05), as well as the level of knowledge
about worms (pvalue 0.634 > 0.05).
Keywords: farmers, infection, intestinal nematodes, Sukoharjo district

Abstrak: Petani merupakan kelompok risiko tinggi terinfeksi cacing nematoda usus karena kontak erat
dengan tanah yang merupakan media perkembangan telur cacing menjadi stadium infektif. Infeksi
nematoda usus diasosiasikan dengan perilaku hidup bersih dan sehat serta pengetahuan tentang
penyakit kecacingan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi kecacingan pada petani di
Desa Wonorejo Kecamatan Polokarto Sukoharjo Jawa Tengah. Jenis penelitian adalah observasional
dengan pendekatan cross sectional. Identifikasi nematoda usus dilakukan dengan metode sedimentasi
formol eter menggunakan sampel feses yang diambil dari 31 petani, Hubungan perilaku hidup bersih
dan sehat serta pengetahuan tentang kecacingan dianalisa menggunakan uji Chi square berdasarkan
kuisioner yang diberikan. Berdasarkan hasil penelitian, prevalensi infeksi nematoda usus sebesar
3,33% (1/31) dengan spesies teridentifikasi hookworm (cacing tambang). Tidak ada hubungan antara
perilaku hidup bersih dan sehat terhadap infeksi nematoda usus pada petani (pvalue 0,93 > 0,05),
demikian juga dengan tingkat pengetahuan tentang kecacingan (pvalue 0,634 > 0,05).
Kata Kunci: infeksi, nematoda usus, petani, Sukoharjo

PENDAHULUAN nematoda usus pada petani juga dapat


Infeksi kecacingan, utamanya nematoda disebabkan minimnya penggunaan alat
usus yang menular melalui tanah (soil pelindung diri saat bekerja sehingga telur cacing
transmitted helminths) merupakan masalah yang berada di tanah dapat menempel pada
kesehatan yang sering diabaikan. Anak-anak kotoran kuku dan tertelan bersama makanan.
merupakan kelompok yang rentan terinfeksi Selain itu, infeksi secara aktif dapat terjadi akibat
cacing, disamping juga para pekerja yang larva cacing menembus kulit yang kontak
kesehariannya kontak erat dengan tanah, langsung dengan tanah (Apsari dkk., 2020).
misalnya petani, pemulung, pengrajin tanah, dan Jenis nematoda usus yang dapat menginfeksi
tukang sampah. Menurut Alamsyah dkk. (2017) manusia adalah Ascaris lumbricoides,
petani merupakan kelompok dewasa yang Ancylostoma duodenale, Necator americanus,
rentan terinfeksi kecacingan karena mereka Strongyloides stercoralis, Trichuris trichiura dan
selalu melakukan kontak langsung dengan Oxyuris vermicularis.
tanah, mulai dari mencangkul, menanam bibit, Berbagai penelitian menunjukkan
memupuk, membersihkan tanaman liar yang prevalensi infeksi nematoda pada petani di
tumbuh, dan memanen hasil. Tanah merupakan berbagai daerah. Sebanyak 7,14% petani sawi
media bagi perkembangan telur nematoda usus hijau di Lombok Barat terinfeksi Trichuris
untuk berkembang menjadi stadium infektif yang trichiura (Parweni dkk., 2018). Umamah dan
siap ditularkan kepada manusia. Infeksi Nugroho (2019) melaporkan 3,33 % petani

164 ISSN 2623-0038 - ejournal.poltekkesbhaktimulia.ac.id


IJMS – Indonesian Journal on Medical Science – Volume 10 No. 2 – Juli 2023

sayuran di Boyolali ditemukan telur Hookworm menjaga kebersihan diri, tidak menggunakan
(cacing tambang) pada fesesnya. Sampel alat pelindung diri serta resiko pekerjaan yang
kotoran kuku petani di Bulukumba yang selalu bersentuhan dengan tanah, baik tangan
diperiksa oleh Fatmasari dkk. (2020) juga maupun alas kaki memungkinkan terjadinya
ditemukan telur Ascaris lumbricoides dengan infeksi cacing nematoda usus. Oleh karena itu,
prevalensi sebesar 4%. Hasil penelitian Apsari perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui
(2020) menemukan dominansi infeksi Ascaris tingkat infeksi nematoda usus pada petani dan
lumbricoides pada petani di Klungkung, Bali melakukan analisa faktor-faktor yang
yaitu sebesar 13,58%. Mebiana dkk. (2021) mempengaruhi infeksi tersebut.
yang memeriksa kotoran kuku petani di
Purbalingga juga menemukan telur Ascaris METODE PENELITIAN
lumbricoides dengan prevalensi sebesar Jenis penelitian yang digunakan yaitu
47,05%. Prevalensi helminthiasis pada petani di penelitian observasional dengan desain cross
Kabupaten Kubu Raya Kalimantan Barat sectional study. Sampling dilakukan terhadap
sebesar 64%. Tingginya angka ini berhubungan petani di Dusun Jetis Desa Wonorejo
dengan kebersihan kuku, kebiasaan mencuci Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo.
tangan, penggunaan feses sebagai pupuk dan Jumlah responden sebanyak 31 orang, terdiri
penggunaan alat pelindung diri (Alamsyah dkk., dari 10 perempuan dan 21 laki-laki. Spesimen
2017). yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Data Dinas Kesehatan Jateng (2019) feses. Feses ditempatkan pada wadah plastik
menunjukkan tingkat kecacingan di Kabupaten bersih, bermulut lebar dan bertutup ulir yang
Sukoharjo sebanyak 3,3% pada tahun 2004. telah diberi larutan pengawet berupa formalin
Data ini tidak dilengkapi dengan kelompok umur 10% di dalamnya. Feses kemudian dibawa ke
penderita kecacingan dan tidak ditemukan data laboratorium untuk dilakukan pemeriksaan
terbaru setelahnya. Menurut Badan Pusat secara mikroskopis untuk melihat keberadaan
Statistik Sukoharjo (2019) sektor pertanian telur dan atau larva cacing. Metode pemeriksaan
tumbuh lebih tinggi 4,8 % dibandingkan tahun feses yang dipilih adalah metode sedimentasi
2018. Sukoharjo mempunyai lahan pertanian formol eter.
yang cukup luas sehingga sebagian besar mata Untuk mengetahui tingkat pengetahuan
pencaharian penduduk adalah petani, yang responden tentang infeksi cacing dan perilaku
terdiri dari petani padi, petani sayur, dan buah. hidup bersih, diberikan sejumlah pertanyaan
Kecamatan Polokarto memiliki luas wilayah melalui kuisioner. Sebelum diberikan kepada
terbesar dibandingkan dengan kecamatan lain responden, peneliti telah melakukan uji validitas
dengan luas sebesar 62,18 ha, termasuk di dan reabilitas dengan hasil valid dan reliable
Dusun Jetis Desa Wonorejo. Berdasarkan hasil (nilai r = 0,429). Data hasil penelitian dilakukan
observasi yang dilakukan peneliti, masyarakat di analisa secara deskriptif. Hasil kuisioner
Dusun Jetis Desa Wonorejo sebagian besar dilakukan uji normalitas Kolmogorov-Smirnov
bermata pencarian sebagai petani padi di sawah dan uji Chi square yang diolah menggunakan
dan palawija di ladang. Tingkat pendidikan program SPSS versi 26.0
mayoritas petani di desa ini adalah sekolah
menengah pertama sehingga pengetahuan HASIL PENELITIAN
tentang infeksi cacing masih kurang. Mereka Hasil pemeriksaan feses pada sampel
juga tidak menggunakan alat pelindung diri feses disajikan pada tabel 1.
dalam bekerja. Kurangnya kesadaran untuk

Tabel 1. Hasil Data Penelitian


Hasil Spesies teridentifikasi
Jenis Kelamin Jumlah
Positif Negatif
Laki-laki 21 1 20 Hookworm
Perempuan 10 0 10
Jumlah 31 1 (3,23%) 30 (96,77%)

ISSN 2623-0038 - ejournal.poltekkesbhaktimulia.ac.id 165


IJMS – Indonesian Journal on Medical Science – Volume 10 No. 2 – Juli 2023

Gambar 1. Kenampakan Telur Hookworm (Perbesaran 1000x) yang Ditemukan Dalam Feses
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2022)
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Variabel Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Persentase
Indikator Keterangan Frekuensi
(%)
Cara membersihkan diri Dibersihkan dengan air mengalir 4 12,9
setelah beraktivitas di Dibersihkan dengan air sungai 4 12,9
sawah/ladang Dibersihkan dengan air mengalir dan 23 74,2
sabun
Mencuci tangan dengan sabun Dilakukan 24 77,4
dan air mengalir sebelum Kadang-kadang 7 22,6
makan dan setelah BAB/BAK Tidak pernah 0 0
Tempat buang air besar Jamban 31 100
Sungai 0 0
Kebun 0 0
Alas kaki yang digunakan saat Kaki telanjang 21 67,74
bekerja Sandal 8 25,81
Sepatu boot 2 6,45
Menggunakan sarung tangan Tidak pernah 28 90,32
ketika bekerja Kadang-kadang 3 9,68
Selalu memakai 0 0
Kondisi kuku Pendek 25 80,64
Panjang 6 19,36
Konsumsi obat cacing dalam Tidak pernah 20 64,52
tiga tahun terakhir >6 bulan 11 35,48
<6 bulan 0 0
Sumber air bersih yang Air sumur 18 58,07
digunakan di rumah Air PDAM 11 35,48
Sumber lainnya 2 6,45

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Variabel Pengetahuan Kecacingan


Indikator Keterangan Frekuensi Persentase
Mengetahui tentang infeksi cacing Tidak tahu 13 41,94%
usus pada manusia Tahu 18 58,06%
Mengetahui gejala kecacingan secara Tidak tahu 3 8,82%
umum Tahu 2-3 gejala 19 61,29%
Tahu lebih dari 4 9 29,89%
gejala
Mengetahui cara penularan Tidak tahu 13 41,94%
kecacingan Tahu 18 58,06%

Tabel 4. Hasil Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat serta
Pengetahuan Kecacingan terhadap Infeksi Nematoda Usus
Kolmogorov-Smirnov
Parameter
Statistic Df Sig.
Perilaku hidup bersih .346 31 .000*
Pengetahuan kecacingan .379 31 .000*
Kecacingan .492 31 .000*
Keterangan : * Nilai sig < 0,05 maka data berdistribusi tidak normal.

Tabel 5. Hasi Uji Chi Square tentang Kebersihan Diri dan Pengetahuan Kecacingan terhadap Infeksi
Nematoda Usus
Chi Square
Parameter
Value Df Sig
a
Perilaku hidup bersih terhadap kecacingan 6.975 8 .930*
Pengetahuan kecacingan terhadap kecacingan 6.975a 3 .634*
Keterangan : *Nilai sig > 0,05 maka tidak ada hubungan variabel satu dengan yang lainnya.

166 ISSN 2623-0038 - ejournal.poltekkesbhaktimulia.ac.id


IJMS – Indonesian Journal on Medical Science – Volume 10 No. 2 – Juli 2023

sebesar 59,1%. Keberadaan cacing tambang


dalam feses petani disebabkan adanya kontak
langsung antara petani dengan tanah dalam
melakukan aktivitas di lahan pertanian, baik
PEMBAHASAN sawah maupun ladang. Keberadaan telur dan
Tingkat Infeksi Nematoda Usus pada Petani atau larva cacing tambang di tanah
Hasil pemeriksaan mikroskopis terhadap menunjukkan adanya cemaran dari feses yang
31 sampel feses ditemukan keberadaan telur mungkin berasal dari penggunaan pupuk
nematoda usus pada satu sampel sehingga maupun air irigasi.
prevalensi kecacingan dalam penelitian ini Telur cacing tambang di tanah menetas
sebesar 2,23% (Tabel 1). Angka ini berada di menjadi larva yang merupakan stadium infektif.
bawah angka nasional kecacingan, maksimal Larva masuk ke saluran pencernaan manusia
10%. Berdasarkan identifikasi terhadap ciri melalui kulit yang kontak langsung dengan
morfologisnya, telur yang ditemukan pada tanah. Untuk dapat menjadi infektif, cacing
sampel feses adalah telur Hookwom atau cacing tambang membutuhkan jenis tanah yang
tambang (Gambar 1). Hookworm merupakan lembab, basah, dan kaya oksigen dengan suhu
nematoda usus yang dapat menginfeksi optimal 26C – 28C (Soedarto, 2016). Hal ini
manusia melalui tanah. Larva yang berada di sesuai dengan kondisi lingkungan di lokasi
tanah dapat menembus kulit, ikut peredaran penelitian, yaitu jenis tanah lembab, basah, dan
darah dan menjadi dewasa di usus halus. terpapar sinar matahari secara langsung dengan
Keberadaan cacing tambang di usus halus suhu minimum 23C – 34C (Portal Resmi
dapat menyebabkan anemia karena cacing ini Sukoharjo, 2022).
memiliki mulut yang dilengkapi dengan lempeng Faktor lain yang mendukung
pemotong atau gigi untuk melekat pada mukosa ditemukannya cacing tambang dalam penelitian
usus dan menghisap darah. ini disebabkan oleh perilaku petani yang tidak
Manusia merupakan hospes definitif bagi menggunakan alat pelindung diri ketika bekerja
dua spesies cacing tambang, yaitu Necator (misalnya sepatu boot, dan sarung tangan),
americanus dan Ancylostoma duodenale. tidak mencuci kaki dengan air mengalir dan
Keduanya memiliki morfologi telur yang sama sabun setelah bekerja, penggunaan air sungai
yaitu berbentuk oval, berdiding transparan, isi untuk irigasi dan kebiasaan buang air besar di
telurnya beberapa sel atau berisi larva. Selain sungai serta kebun. Wijaya dkk. (2016)
kedua spesies di atas, terdapat cacing tambang menyatakan petani yang tidak mencuci kaki
dengan hospes definitif hewan peliharaan setelah bekerja terbukti dapat meningkatkan
seperti anjing, sapi, kucing, dan babi. Meskipun risiko infeksi cacing tambang sebesar 4,41 kali
spesies cacing tambang penginfeksi hewan lebih besar dibandingkan mereka yang
tidak dapat masuk ke dalam usus halus membersihkan kaki dengan sabun dan air
manusia, namun larvanya dapat menetap pada mengalir setelah bekerja.
jaringan sub kutan sehingga menyebabkan Prevalensi kecacingan pada petani dalam
kelainan berupa creeping eruption atau penelitian ini tergolong rendah, yaitu sebesar
cutaneus larva migrans (Soedarto, 2016). 3,23% (Tabel 1). Rendahnya prevalensi
Cacing tambang dengan hospes definitif hewan kecacingan pada petani dalam penelitian ini
ini juga memiliki morfologi telur yang sama mungkin disebabkan perilaku hidup bersih dan
dengan Necator americanus dan Ancylostoma sehat yang telah diterapkan, misalnya mencuci
duodenale. tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum
Spesies cacing tambang dapat makan dan setelah defekasi, rajin menjaga kuku
diidentifikasi secara pasti dengan melakukan tetap pendek sehingga tidak ada kotoran dan
kultur feses berdasarkan metode Harada Mori. tanah yang menempel pada sela-sela kuku serta
Identifikasi spesies pada metode ini dilakukan buang air besar di jamban. Kebersihan kuku dan
dengan melihat morfologi larva rhabditiform dan kebiasaan mencuci tangan berpengaruh secara
filariform yang menetas dari hasil kultur. Peneliti signifikan dalam infeksi nematoda usus Ali dkk.
tidak melakukan kultur Harada Mori karena (2016) menemukan tingginya kejadian
keterbatasan jumlah sampel feses yang helminthiasis pada petani sayur di Kelurahan
diberikan oleh responden sehingga hanya Maharatu Pekanbaru yang tidak menjaga
dimungkinkan dilakukan pemeriksaan feses kebersihan kuku dan mencuci tangan dengan
metode sedimentasi saja. baik, yaitu sebesar 70%. Meskipun air yang
Cacing tambang yang ditemukan dalam digunakan dalam irigasi pertanian berasal dari
penelitian ini sejalan dengan Saftarina dkk. sungai yang memungkinkan adanya cemaran
(2020) yang mengidentifikasi nematoda usus telur cacing yang berasal dari feses, namun
pada petani. Jenis nematoda yang mendominasi seluruh petani di Desa Wonorejo tidak ada yang
adalah cacing tambang dengan prevalensi menggunakan feses sebagai pupuk.

ISSN 2623-0038 - ejournal.poltekkesbhaktimulia.ac.id 167


IJMS – Indonesian Journal on Medical Science – Volume 10 No. 2 – Juli 2023

Prevalensi kecacingan pada petani di deskriptif perilaku hidup bersih dan sehat yang
Desa Wonorejo ini cukup rendah dibandingkan paling banyak dilakukan oleh petani yaitu buang
dengan hasil penelitian serupa di daerah lain. air besar di jamban (100%), menjaga kuku tetap
Apsari dkk. (2020) mendapatkan tingkat infeksi pendek (80,64%), mencuci tangan sebelum
sebesar 13,5% pada petani di Desa Gelgel makan dan setelah BAB (77,4%) dan
Klungkung Bali. Spesies yang ditemukan adalah membersihkan diri dengan air bersih dan sabun
Ascaris lumbricoides dan Trichuris trichiura. Ali setelah beraktivitas di lahan pertanian (Tabel 2).
dkk. (2016) menemukan adanya infeksi Ascaris Kebiasaan-kebiasaan tersebut terbukti dapat
lumbricoides dan hookworm pada 70% petani di menghidarkan dari infeksi nematoda usus.
Kelurahan Maharatu Pekanbaru. Spesies cacing Hasil penelitian ini sejalan dengan Ikawati
tambang Ancylostoma duodenale mendominasi dkk. (2016) yang menyatakan bahwa kebiasaan
infeksi pada petani sayur di Waiheru Ambon, defekasi di jamban dan kebiasaan mencuci
yaitu sebanyak 76% (Jusuf dkk., 2013). tangan dengan air mengalir dan sabun baik
Sementara itu Alamsyah dkk. (2017) sebelum makan maupun setelah buang air
mengidentifikasi tiga spesies nematoda usus, besar merupakan dua faktor utama yang
yaitu Ascaris lumbricoides, hookworm dan berpengaruh terhadap infeksi nematoda usus.
Trichuris trichiura pada feses petani sayur di Sementara itu, pemakaian alas kaki, sumber air
Lingga Kubu Raya, Kalimantan Barat. Dengan bersih yang digunakan, kebiasaan menjaga
demikian, sebanyak 64% petani sayur di wilayah kuku tetap pendek dan penggunaan alat
ini terinfeksi nematoda usus. Sementara itu, pelindung diri tidak menjadi faktor risiko infeksi
prevalensi kecacingan pada petani yang nematoda usus. Petani yang menjadi responden
tertinggi diperoleh dari hasil penelitian dalam penelitian ini telah melakukan personal
Nugraheni dan Wardani (2018) yaitu sebesar hygine dengan baik, utamanya buang air besar
95% dengan spesies teridentifikasi Ascaris di jamban serta mencuci tangan setelah BAB
lumbricoides. dan sebelum makan sehingga angka kejadian
Umamah dan Nugroho (2018) melakukan kecacingannya rendah.
penelitian tingkat infeksi nematoda pada petani Nematoda usus umumnya hidup pada usus
dan mendapatkan hasil sebesar 3,33% petani di halus. Organisme ini akan mengeluarkan telur
Desa Ngagrong Kabupaten Boyolali terinfeksi yang keluar dari tubuh manusia melalui feses
nematoda usus. Spesies yang ditemukan adalah atau tinja. Telur cacing ini akan mengalami
hookworm. Prevalensi kecacingan pada petani proses di dalam tanah. Jika dalam
dalam penelitian ini memiliki nilai yang sama kesehariannya, manusia melakukan kontak
dengan hasil penelitian Umamah dan Nugroho dengan tanah menggunakan tangan, maka
(2018) tersebut. Spesies nematoda yang kotoran atau tanah yang mengandung stadium
terindentifikasi juga sama, yaitu hookworm. Hal telur tadi dapat menempel pada sela-sela kuku.
ini disebabkan karena wilayah Sukoharjo dan Jika manusia makan tanpa mencuci tangan,
Boyolali memiliki kesamaan kondisi geografis, maka telur dapat ikut tertelan, masuk ke saluran
meliputi jenis tanah, suhu dan kelembaban pencernakan, menetas menjadi larva dan
sehingga mendukung perkembangan hookworm larvanya menjadi dewasa di usus halus. Telur
menjadi stadium infektif. yang ada di tanah juga dapat menetas menjadi
Pengaruh Perilaku Hidup Bersih dan Sehat larva. Larva ini dapat menembus kulit manusia,
terhadap Infeksi Nematoda Usus masuk ke peredaran darah dan menjadi dewasa
Selain melakukan pemeriksaan feses untuk di usus halus. Keberadaan nematoda usus pada
mengetahui keberadaan telur dan atau larva manusia seringkali tanpa gejala yang berarti dan
cacing nematoda usus, peneliti melakukan sering diabaikan, namun jangka panjang dapat
analisa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi menyebabkan gangguan kesehatan berupa
kejadian kecacingan melalui kuisioner. Kuisioner anemia. Infeksi dalam jumlah besar dapat
berisi pertanyaan seputar perilaku hidup bersih menyebabkan obstruksi usus sehingga
dan sehat yang dilakukan oleh petani, termasuk memerlukan tindakan pembedahan untuk
sanitasi lingkungan dan pengetahuan petani mengeluarkan cacing (Sutanto dkk., 2017).
tentang infeksi cacing usus pada manusia. Hasil analisis pengaruh perilaku hidup
Perilaku hidup bersih yang diamati dalam bersih dan sehat terhadap infeksi cacing
penelitian ini meliputi penggunaan alat menunjukkan tidak adanya hubungan antara
pelindung diri ketika bekerja (sarung tangan dan keduanya (Tabel 5.). Meskipun beberapa
sepatu boot), kebiasaan mencuci tangan penelitian menunjukkan adanya pengaruh yang
dengan sabun dan air mengalir, kebiasaan signifikan antara perilaku hidup bersih dan sehat
memotong kuku secara rutin, konsumsi obat terhadap risiko infeksi nematoda usus pada
cacing minimal enam bulan sekali, kebiasaan kelompok risiko tinggi misalnya abak-anak,
defekasi di jamban, dan penggunaan air bersih petani, pembuat kerajinan dari tanah dan
dalam kegiatan sehari-hari. Hasil analisa pemulung, namun tidak sedikit penelitian yang

168 ISSN 2623-0038 - ejournal.poltekkesbhaktimulia.ac.id


IJMS – Indonesian Journal on Medical Science – Volume 10 No. 2 – Juli 2023

membuktikan tidak ada hubungan antara oleh penulis mendapatkan data tingkat
keduanya. Penerapan pola hidup bersih dan pendidikan responden sebagian besar adalah
sehat (PHBS) yaitu perilaku personal hygine sekolah menengah lanjutan pertama yaitu
yang meliputi memotong kuku minimal sekali sebanyak 41,93% (13/31). Responden dengan
dalam dua minggu, penggunaan alas kaki ketika tingkat pendidikan terakhir sekolah menengah
bermain atau berada di luar rumah serta atas sebesar 32,26% (10/31) dan tingkat
mencuci tangan sebelum makan dengan sabun Pendidikan terendah yaitu sekolah dasar
dapat menghindarkan dari infeksi nematoda sebesar 25,81% (8/31). Dengan tingkat
usus. Sanitasi lingkungan yang baik, termasuk di pendidikan terakhir responden pada level
dalamnya jenis lantai rumah, ketersediaan sekolah menengah, ditambah kemudahan
jamban, pengelolaan sampah dan sumber air memperoleh akses informasi melalui internet,
bersih diketahui tidak berhubungan dengan maka dapat disimpulkan bahwa tingkat insidensi
kejadian kecacingan (Kartika dan Bedah, 2021). kecacingan yang rendah berhubungan dengan
Aksi (2020) dalam penelitiannya juga tidak baiknya pemahaman responden terhadap
menemukan adanya hubungan perilaku hidup penyakit kecacingan. Pendidikan diperlukan
bersih dan sehat terhadap infeksi nematoda untuk mendapatkan informasi. Semakin tinggi
usus. Parameter yang diteliti meliputi cara tingkat pendidikan, kemampuan menyerap
pembuangan sampah, cara mencuci tangan, informasi yang diberikan akan lebih baik
penggunaan jamban sehat dan penggunaan air sehingga pengetahuan dan wawasannya lebih
bersih. Kebiasaan mencuci tangan, terbuka. Pengetahuan dan wawasan yang
menggunakan alas kaki dan memotong kuku meningkat akan mempengaruhi tindakan
tidak berhubungan dengan infeksi nematoda perilaku pencegahan penyakit, baik untuk
usus kelompok soil transmitted helminths. dirinya sendiri maupun keluarganya (Gannika
Variabel kebiasaan mencuci tangan secara dan Erika, 2020).
khusus menjadi faktor risiko penularan cacing Hasil analisis statistik untuk mengetahui
kremi, Enterobius vermicularis (Bella, 2019). adanya hubungan antara pengetahuan terhadap
Sebaliknya, kegiatan mencuci tangan, infeksi nematoda usus menunjukkan tidak
memotong kuku, defekasi di jamban, adanya hubungan antara keduanya (Tabel 5).
ketersediaan sumber air bersih dan pengunaan Berbagai penelitian menguatkan hal ini. Tingkat
alat pelindung diri berpengaruh terhadap infeksi pengetahuan, sikap dan perilaku tentang
cacing tambang pada pekerja perkebunan kopi. pencegahan kecacingan tidak memiliki
Pekerja yang tidak menerapkan pola hidup hubungan yang bermakna dengan insidensi
bersih dan sehat (PHBS) memiliki risiko 62 kali kecacingan pada siswa SD (Lestari, 2014).
lebih tinggi terinfeksi nematoda usus Chadijah dkk. (2014) juga tidak menemukan
dibandingkan mereka yang melakukan PHBS adanya bukti yang cukup untuk menunjukkan
dengan baik dan disiplin (Al-Muzaky dkk., 2019). adanya hubungan antara tingkat pengetahuan
Pengaruh Pengetahuan tentang Infeksi yang dimiliki oleh siswa SD dengan infeksi
Cacing terhadap Kecacingan nematoda usus (pvalue 0,446 > 0,05). Hasil
Pengetahuan merupakan faktor yang penting penelitian Hadijah dkk. (2021) terhadap tingkat
dalam menentukan tindakan atau perilaku pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap
seseorang. Pengetahuan tentang kecacingan penyakit kecacingan dengan kejadian
dalam penelitian ini diukur dengan tingkat kecacingan menunjukkan tidak ada hubungan
pemahaman responden tentang infeksi cacing antara keduanya. Oleh karena itu, tingkat
pada manusia, gejala yang ditunjukkan jika pengetahuan tantang kecacingan dan tingkat
seseorang terinfeksi cacing dan cara penularan Pendidikan tidak berhubungan dengan besarnya
penyakit kecacingan. Analisa deskriptif terhadap infeksi nematoda usus.
indikator dalam variabel pengetahuan
menunjukkan lebih dari 50% responden memiliki SIMPULAN
pengetahuan yang baik tentang penyakit Tingkat infeksi nematoda usus pada
kecacingan. Pengetahuan-pengetahuan petani di Dusun Jetis Desa Wonorejo Kabupaten
tersebut mungkin diperoleh dari berbagai media, Polokarto Sukoharjo sebesar 3.33% dengan
misalnya melalui kegiatan penyuluhan yang spesies teridentifikasi adalah hookworm (cacing
dilakukan oleh Dinas Kesehatan setempat, tambang). Perilaku hidup bersih dan sehat serta
televisi dan internet. tingkat pengetahuan tentang penyakit
Pengetahuan dapat dipengaruhi oleh banyak kecacingan tidak berhubungan dengan infeksi
faktor, salah satunya adalah tingkat nematoda usus (pvalue= 0,930 dan 0,634).
pendidikan. Semakin tinggi tingkat
pendidikan seseorang maka pengetahuan yang
dimilikinya semakin baik, dan sebaliknya (Cici DAFTAR PUSTAKA
dkk., 2021). Hasil wawancara yang dilakukan

ISSN 2623-0038 - ejournal.poltekkesbhaktimulia.ac.id 169


IJMS – Indonesian Journal on Medical Science – Volume 10 No. 2 – Juli 2023

Alamsyah, D., Saleh, I., dan Nurijah. 2017. Dinas Kesehatan Jawa Tengah. 2021. Data
Faktor yang Berhubungan dengan Prevalensi Kecacingan Orang Dewasa di
Kejadian Infeksi Soil Transmitted Jawa Tengah. Tersedia pada laman
Helminths (STH) pada Petani Sayur di https://forms.gle/MJiQ4ord3isPasrf6.
Desa Lingga Kecamatan Sungai Diakses 15 Mei 2023.
Ambawang Kabupaten Kubu Raya Tahun
Fatmasari, K., Arwie, I., dan Fatimah. 2020.
2017. Jurnal Mahasiswa dan Penelitian
Identifikasi Telur Cacing Nematoda Usus
Kesehatan, 2 (4), 2-8.
Menggunakan Metode Sedimentasi pada
Aksi, A.M. 2020. Hubungan Perilaku Hidup Sampel Kuku Petani Sawah. Jurnal Analis
Bersih dan Sehat (PHBS) dengan Kejadian Medika Bio Sains, 2 (2), 18-20.
Kecacingan Pada Siswa di SD Inpres Kecil
Gannika, L. dan Erika, E.S. 2020. Tingkat
Salena Kota Palu Sulawesi Tengah Tahun
Pengetahuan dan Perilaku Pencegahan
2019. Skripsi, Palu, Universitas Tadulako.
Corona Virus Disease 2019 (COVID-19)
Ali, R.U., Zulkarnaini, dan Affandi, D. 2016. pada Masyarakat Sulawesi Utara. Jurnal
Hubungan Personal Hygiene dan Sanitasi Keperawatan, 16(2), 83-89.
Lingkungan dengan Angka Kejadian
Hadijah, S., Khair, A dan Noraida. 2021. Tingkat
Kecacingan (Soil Transmitted Helminth)
Pengetahuan dan Sikap Masyarakat
pada Petani Sayur di Kelurahan Maharatu
tentang Penyakit Kecacingan Berpengaruh
Kecamatan Marpoyan Damai Kota
terhadap Kejadian Penyakit Cacingan.
Pekanbaru. Jurnal Dinamika Lingkungan
Jurnal Kesehatan Lingkungan, 18(1), 7-11.
Indonesia, 3 (1), 24-32
Jusuf A., Ruslan, Selom M. 2013. Gambaran
Al-Muzaky, A.H., Hermansyah, B., Suswati, E.,
Parasit Soil Transmitted Helminths dan
Armiyanti, Y dan Nurdian, Y. 2019.
Tingkat Pengetahuan, Sikap serta
Hubungan Perilaku Hidup Bersih dan
Tindakan Petani Sayur di Desa Waiheru
Sehat dengan Kejadian Infestasi Soil
Kecamatan Baguala Kota Ambon. Jurnal
Transmitted Helminths pada Pekerja
Kesehatan Lingkungan, 9 (3), 320-324
Perkebunan Kopi Sumber Wadung
Kabupaten Jember. Jurnal Kedokteran dan Ikawati, K., Rahadi, W., Ariani, L dan Adi, M.S.
Kesehatan, 6 (1), 7-15 2016. Hubungan Perilaku Hidup Bersih
dan Sanitasi Lingkungan terhadap
Apsari, P.I.B., Winanti, N.W., Arwati, H., dan
Kecacingan pada Pemulung. Cendekia
Dachlan Y.P. 2020. Gambaran Infeksi Soil
Utama: Jurnal Keperawatan dan
Transmitted Helminth Pada Petani di Desa
Kesehatan Masyarakat, 2(4), 63-73.
Gelgel Kabupaten Klungkung. Jurnal
Lingkungan & Pembangunan, 4 (2), 22-28 Kartika, R dan Bedah, S. 2021. Gambaran
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
Badan Pusat Statistik Sukoharjo. 2021.
Terkait dengan Status Infeksi Kecacingan
Pertanian. Tersedia dari laman
pada Warga Kampung Serdang Desa
https://sukoharjokab.bps.go.id/. Diakses
Silebu Kecamatan Kragilan Kabupaten
Febuari 2023.
Serang Banten Tahun 2019. Anakes:
Bella, S.M. Hubungan Kebiasaan Perilaku Hidup Jurnal Imiah Analis Kesehatan, 7 (1), 88-
Bersih dan Sehat (PHBS) dengan Infeksi 97.
Soil Transmitted Helminths (STH) pada
Lestari, T.W. 2014. Hubungan Tingkat
Murid SD 5 Kendari. Karya Tulis Ilmiah,
Pengetahuan, Sikap dan Perilaku
Kendari, Politeknik Kesehatan
Pencegahan Kecacingan dengan Status
Kementerian Kesehatan Kendari.
Kecacingan pada Siswa SDN 03 Pontianak
Chadijah, S., Sumolang, P.P.F., dan Veridiana, Timur Kotamadya Pontianak pada Tahun
N.N. 2014. Hubungan Pengetahuan, 2014. Skripsi, Pontianak, Universitas
Perilaku dan Sanitasi Lingkungan dengan Tanjungpura.
Angka Kecacingan pada Anak Sekolah
Mebiana, M.S., Wardani, D.P.K., Muhajid, I. dan
Dasar di kota Palu. Media Litbangkes,
Supriyadi. 2021. Deteksi Keberadaan Soil
24(1), 50-56
Transmitted Helmint (STH) pada Kuku
Cici, A., Rahmawati, A., Indraswati, F dan Petani. Jurnal Meditory, 9 (2), 527-534
Hasrida, H.M. 2021. Analisis Sikap dan
Nugraheni, R & Wardani, S.W. 2018. Hubungan
Pengetahuan Remaja Rentang Umur 15-
Personal Higiene dengan Kejadian Infeksi
22 Tahun tentang Penyakit Kecacingan.
Cacing Soil Transmitted Helminths pada
Prosiding Seminar Biologi, 1(1), 818-829.
Petani di Desa Besuk Kecamatan Gurah

170 ISSN 2623-0038 - ejournal.poltekkesbhaktimulia.ac.id


IJMS – Indonesian Journal on Medical Science – Volume 10 No. 2 – Juli 2023

Kabupaten Kediri Tahun 2018. STRADA: Umamah, S & Nugroho, R.B. 2019. Prevalensi
Jurnal Ilmiah Kesehatan, 7 (2), 52-57. Nematoda Usus Golongan Soil
Transmitted Helminth (STH) Pada Kuku
Parweni, N.K.A., Getas, I.,W. dan Zaetun, Z.
dan Feses Petani Sayuran di Desa
2018. Infeksi Kecacingan Nematoda Usus
Ngagrong Kecamatan Ampel Kabupaten
yang Ditularkan melalui Tanah (Soil
Boyolali. Journal of Health,7 (2),59-62
Transmitted Helminth) pada Petani Sayur
Sawi Hijau di Desa Bug-Bug Kecamatan Wardanah, H. 2018. Hubungan Tingkat
Lingsar Kabupaten Lombok Barat. Jurnal Pengetahuan Anak SD tentang Penyakit
Analis Medika Bio Sains, 5 (2), 68-72. Kecacingan dengan Kejadian Kecacingan
di SDN 020 Samarinda Utara. KTI.
Saftarina, F., Hasan, M., Suwandi, J.F., Syani,
Samarinda, Universitas Muhammadiyah
A.Y. 2020. Kejadian Infeksi Soil-
Kalimantan Timur.
Transmitted Helminth pada Petani. Jurnal
Kedokteran Syiah Kuala, 20(1), 161-171. Wijaya, N.H., Anies., Hadisaputro S., Henry S.
2016. Faktor Risiko Kejadian Infeksi
Soedarto. 2016. Buku Ajar Parasitologi
Cacing Tambang pada Petani Pembibitan
Kedokteran Edisi Kedua, Jakarta: CV.
Albasia di Kecamatan Kemiri Kabupaten
Sagung Seto.
Purworejo. Jurnal Epidemiologi Kesehatan
Sutanto, I., Ismid, I.S., Sjarifuddin, P.K., dan Komunitas,1(1),15-24
Saleha, S. 2017. Buku Ajar Parasitologi
Kedokteran Edisi Ketujuh. Jakarta: Badan
Penerbit FK UI

ISSN 2623-0038 - ejournal.poltekkesbhaktimulia.ac.id 171

You might also like