You are on page 1of 9

PERBEDAAN SOIL TRANSMITTED HELMINTHS (STH) PADA SAYURAN DI PASAR

TRADISIONAL DAN PASAR MODERN

Rian Primadi Jasman1, Rahmadani Sitepu2, Selly Oktaria2

1Mahasiswa Magister Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara


2Dosen Fakultas Kedokteran, Universitas Islam Sumatera Utara

Abstract: Differences in Transmitted Helminths (STH) Soil in Vegetables in


Traditional and Modern Markets. Soil Transmitted Helmiths (STH) infections are still a
problem in many regions of the world, there are more than 1.5 billion people or 2.4% of
the world's population infected by helminthiasis transmitted through land. STH
distribution in Indonesia covers all islands in Indonesia, where the highest prevalence is
found in Papua and North Sumatra with a prevalence between 50% to 80%. One source
of transmission is water and mud which is used in the cultivation of vegetables. Worm
contamination can occur mainly in vegetables that spread on the surface of the soil or
elevation close to the ground. The research that will be conducted is analytic research
with cross sectional research design. The research sample consisted of 50 vegetables
consisting of lettuce, leeks, cabbage, spinach, and mustard as many as 50 samples taken
from traditional markets and modern markets in Medan. From the results of this study it
was found that the highest positive STH results in traditional markets were 10 vegetables
or (40%) and the lowest positive STH results in the modern market were 3 vegetables or
(25%). Based on the results of this study it could be concluded that there were
differences in STH from vegetables sold in traditional markets with modern markets as
evidenced by the p value in this comparison is p = 0.035, so there is a difference
between Soil Transmitted Helmints contamination between traditional markets and
modern markets.

Keywords: Soil Transmitted Helminths, Traditional Market, Modern Market

Abstrak:Perbedaan Soil Transmitted Helminths (STH) pada Sayuran di Pasar


Tradisional dan Pasar Modern. Infeksi Soil Transmitted Helmiths (STH) masih
merupakan masalah di banyak daerah di dunia, terdapat lebih dari 1,5 milyar orang atau
2,4% dari populasi dunia terinfeksi kecacingan yang ditularkan melalui tanah.Distribusi
STH di Indonesia mencakup seluruh pulau yang ada di Indonesia, dimana prevalensi
tertinggi terdapat di Papua dan Sumatera Utara dengan prevalensi antara 50% hingga
80%. Salah satu sumber penularannya adalah air dan lumpur yang digunakan dalam
budidaya sayuran. Kontaminasi cacingan dapat terjadi terutama pada sayuran yang
menjalar di permukaan tanah atau ketinggiaannya dekat dengan tanah. Penelitian yang
akan dilakukan adalah penelitian analitik dengan desain penelitian cross sectional
(potong melintang). Sampel penelitian ini berupa sayuran yang terdiri dari selada, daun
bawang, kol, bayam, dan sawi sebanyak 50 sampel yang di ambil dari pasar tradisional
dan pasar modern di Kota Medan. Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa hasil STH
positif tertinggi di pasar tradisional sebanyak 10 sayuran atau (40%) dan hasil STH
positif terendah di pasar modern sebanyak 3 sayuran atau (25%).Berdasarkan hasil
penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan STH dari sayuran yang dijual di
pasar tradisional dengan pasar modern yang dibuktikan dengan nilai p pada
perbandingan ini adalah p=0,035, jadi terdapat perbedaan kontaminasi Soil Transmitted
Helmints antara pasar tradisional dan pasar modern.

Kata Kunci: Soil Transmitted Helmints, Pasar Tradisional, Pasar Modern

PENDAHULUAN
SoilTransmitted Helminths adalah dengan telur ataupun larva parasit itu
sekelompok cacing parasit (kelas sendiri yang berkembang di tanah yang
Nematoda) yang dapat menyebabkan lembab yang terdapat di negara yang
infeksi pada manusia melalui kontak beriklim tropis maupun
Jurnal Ilmu Kedokteran Dan Kesehatan, Volume 6, Nomor 1, Januari 2019 57
subtropics(Ashika, et al., 2014). Infeksi Trichuariasis 6,3%. Angka kontaminasi
Soil Transmitted Helmiths (STH) masih STH di pasar tradisional yaitu sebesar
merupakan masalah di banyak daerah di 85.0 %, dengan proporsi Strongyloides
dunia, terutama di negara yang sedang 35,0%, larva rhabditiform Strongyloides
berkembang dengan sanitasi lingkungan 30%, telur Hookworm 15%, dan
dan kebersihan diri yang sangat kurang. Toxocara 5%. Pada pasar modern angka
Terdapat lebih dari 1,5 milyar orang atau kontaminasi STHyaitu sebesar 90%,
2,4% dari populasi dunia terinfeksi dengan proporsi Strongyloides 35%,
kecacingan yang ditularkan melalui telur Hookworm 20% dan telur Toxocara
tanah(Gunawan, 2014). Angka kejadian 5%(Jusuf, et al., 2013).
tertinggi penyakit ini terdapat pada Berdasarkan penelitan yang pernah
kawasan sub-Sahara Afrika, Amerika, di lakukan di pasar tradisional dan pasar
China, dan Asia Timur. Berdasarkan modern di kota Medan, ditemukan angka
laporan hasil survey prevalensi penyakit kontaminasi STHpada sayuran selada
kecacingan pada 10 provinsi, didapatkan yang cukup tinggi. Angka kontaminasi
angka kecacingan nasional adalah STHdi pasar tradisional yaitu sebesar
30,95%. Berdasarkan data departemen 85,0 %, dengan proporsi Strongyloides
Parasitologi FKUI mulai 2002-2009 35,0 %, larva rhabditiform Strongyloides
angka kejadian penyakit kecacingan 30%, telur hookworm 15%, dan
berbeda-beda di setiap daerah di toxocara 5%. Pada pasar modern angka
Indonesia (Hastono dan Sabri, 2013). kontaminasi STHyaitu sebesar, 90%,
Jumlah infeksi STH sangat banyak di dengan proporsi Strongyloides (35%),
Asia Tenggara termasuk Indonesia, letak free living Strongyloides (30%), telur
geografis Indonesia yang beriklim tropis hookworm, 20%, dan telur toxocara,
sesuai untuk perkembangan parasit. 5%(Jusuf, et al., 2013).
Geographical Information System (GIS) Berdasarkan penelitian sebelumnya
menyatakan distribusi STH di Indonesia didapatkan hasil STH positif pada 32 dari
mencakup seluruh pulau yang ada di 44 sayuran selada dari pasar tradisional
Indonesia, dimana prevalensi tertinggi di Kota Padang dengan persentase 73%.
terdapat di Papua dan Sumatera Utara Tiga dari 5 sayuran selada dari pasar
dengan prevalensi antara 50% hingga modern di Kota Padang dinyatakan
80%(Hutasoit, 2015). positif dengan persentase 40%. Jenis
STH yang paling sering menginfeksi STH terbanyak yang peneliti temukan
manusia adalah Ascaris lumbricoides, pada penelitian ini adalah telur Ascaris
Trichuris trichiura, Ancylostoma sp (79%), larva Trichostrongylus
duodenale dan Necator americanus. orientalis (16%) dan telur cacing
Ascaris lumbricoides merupakan salah tambang (5%)(Hastono dan Sabri,
satu infeksi yang paling sering 2013). Secara keseluruhan, sayur
menginfeksi pada manusia sekitar selada, timun, kubis, daun perai, dan
49,02%, Ancylostomiasis menginfeksi daun bawang dari pasar tradisional dan
1,2 milliar di seluruh dunia, sedangkan pasar modern di kota
Trichuris Trichiura diperkirakan mencapai Medanmenunjukkan hasil positif
30% atau sebanyak 900 juta orang kontaminasi parasit yaitu masing-masing
terinfeksi1. Distribusi STH di Indonesia 57 sampel positif (75.0%) dan 19
mencakup seluruh pulau yang ada di sampel positif (25.0%) (Notoadmojo,
Indonesia, prevalensi A. lumbrocides 2012). Tingginya prevalensi ini sangat
sebanyak 60-90% dan cacing tambang didukung oleh keadaan alam yang cocok
(hookworm) sebanyak 40%. bagi siklus hidup cacing seperti daerah
Prevalensi infeksi cacing usus pada beriklim panas dan lembab, hygiene
10 propinsi tahun 2004, Sumatera Utara perorangan dan sanitasi lingkungan yang
menduduki peringkat ketiga (60,4 %) rendah, khususnya di lingkungan
dalam hal penyakit cacingan. Prevalensi pertanian sayur. Rendahnya tingkat
di Sumatera Utara diperkirakan yaitu, sanitasi pribadi mempengaruhi angka
Ascaris 50 – 79,9%, Trichuariasis 80 – kejadian penyakit ini, seperti tidak
100%, dan infeksi Hookworms 50 – mencuci tangan sebelum makan dan
79,9%. Di kota Medan ditemukan setelah buang air besar (BAB), tidak
prevalensi Ascariasis 29,2%,
Jurnal Ilmu Kedokteran Dan Kesehatan, Volume 6, Nomor 1, Januari 2019 58
menjaga kebersihan dan memotong pertumbuhan yang baik akan diperoleh
kuku. bila ditanam pada tanah gembur, lembab
Salah satu sumber penularannya dan mengandung cukup bahan organik.
adalah air dan lumpur yang digunakan Kondisi ini yang membuat banyak nya
dalam budidaya sayuran. Kontaminasi sayuran yang terkontaminasi STH.
cacingan dapat terjadi terutama pada Kontaminasi sayuran oleh telur
sayuran yang menjalar di permukaan nematoda usus diduga berasal dari air
tanah atau ketinggiaannya dekat dengan penyiram yang digunakan oleh para
tanah. Kebiasaan makan sayuran petani perkebunan sayur untuk
mentah ini, sudah mentradisi di menyiram sayuran, karena air penyiram
Indonesia sehingga kelihatannya sulit berasal dari kolam yang juga
diubah. Namun, dari segi keamanannya, dipergunakan untuk buang air besar oleh
lalapan mentah beresiko terkontaminasi masyarakat sekitar. Setelah sayuran
pestisida atau telur cacing. Selain itu dipanen, keesokan harinya kemudian
para petani seringkali menggunakan diangkut menuju kota/pasar untuk
pupuk organik berupa humus atau dijual, supaya tidak layu, sayuran
kotoran ternak (bahkan kotoran disiram dengan air selokan ataupun air
manusia) untuk meningkatkan sungai yang berada ditempat terdekat
kesuburan tanah. dengan perkebunan sayur tersebut. Air
Daerah yang tidak memiliki sanitasi selokan atau air sungai yang digunakan
yang baik dan kelembapan tinggi yang dikhawatirkan mengandung telur
mana sangat baik untuk berkembangnya nematoda usus sehingga dapat
telur STHmenjadi bentuk infektif. Infeksi mengkontaminasi sayuran pada saat
ditularkan oleh telur yang ada di kotoran proses penyiraman dan menempel pada
manusia, yang mencemari tanah dimana sayur-sayuran. Oleh karena itu, jika
adanya kebiasaan para petani sayur terdapat orang yang terinfeksi cacingan
menggunakan tinja sebagai pupuk yang maka telur cacing yang berada pada
mana hal tersebut akan menyebabkan kolam tersebut dapat mengalir menuju
tercemarnya sayuran oleh STH yang ada sungai sehingga dapat mencemari air
pada pupuk yang terbuat dari kotoran sungai. Apabila air sungai tersebut
dan melekatnya telur pada sayuran. Bila digunakan untuk mencuci dan menyiram
dalam proses pengolahan dan pencucian sayur-sayuran setelah dipanen
sayuran tidak baik, telur cacing dikhawatirkan telur nematoda usus
kemungkinan masih melekat pada dapat menempel pada sayuran
sayuran dan tertelan saat sayuran (Ravinchandran, 2015).
dikonsumsi. Meski sejauh ini belum Di kota Medan banyak sekali
dilaporkan adanya kasus orang yang masyarakat yang mengkonsumsi
keracunan atau meninggal gara-gara sayuran dalam keadaan mentah
mengkonsumsi lalapan mentah, tapi tak terutama sayuran lalapan pada
ada salahnya kita lebih memerhatikan restaurant cepat saji, restaurant jepang,
keamanan pangan yang dikonsumsi. restaurant korea, seafood, ayam penyet
Berdasarkan hasil survei awal dan pecel lele. Salah satu sayuran yang
dengan cara menanyakan kepada banyak di konsumsi masyarakat
pedagang sayuran tentang daerah asal Indonesia khusunya kota Medan adalah
sayuran yang di jual didapatkan suatu salada, dimana salada termasuk sayuran
kesimpulan bahwa sayuran yang di jual yang berkontak langsung dengan tanah.
di pasar tradisional di kota medan Terbukti dari selada yang mudah
berasal dari daerah perkebunan yaitu ditemukan pada makanan asing seperti
Berastagi. Kondisi perkebunan yang jauh salad, hot dog, ramen, hamburger,
dari sumber air dan tempat BAB, sandwich. Makanan Indonesia juga
membuat petani sering sekali BAB banyak menggunakan selada seperti
ditengah perkebunan, sehingga tanah gado-gado, lalapan nasi goreng, dan
tercemar oleh feses yang mengandung lalapan pecel lele. Berbeda dengan
telur cacing. STH akan berkembang biak sayuran lain, selada tidak pernah
dengan baik pada tanah gembur dan dimasak karena setelah dimasak rasanya
lembab. Sayuran dapat ditanam pada menjadi berubah. Hal ini memungkinkan
berbagai jenis tanah, namun telur STH dengan mudah masuk ke
Jurnal Ilmu Kedokteran Dan Kesehatan, Volume 6, Nomor 1, Januari 2019 59
dalam tubuh karena sayuran yang karakteristiknya akan diduga9. Populasi
dikonsumsi tidak dicuci bersih. Saat yang akan digunakan pada penelitian ini
memasak sayuran pun jarang sekali adalah seluruh pedagang sayuran yang
masyarakat mencuci sayuran dengan ada di pasar modern dan pasar
bersih sebelum di masak, hal ini tentu tradisional di Medan.
saja membuat STH yang ada pada Sampel adalah sebagian objek yang
sayuran dapat masuk ke tubuh saat akan diteliti dan dianggap mewakili
sayuran di makan. Masyarakat di kota seluruh populasi. Pengambilan sampel
medan cenderung lebih banyak membeli pada penelitian ini menggunakan
sayuran pada pasar tradisional dari pada metodePurposive Sampling yang
pasar modern. artinyasuatu cara pengambilan sampel
Dari hasil pengamatan peneliti, secara sengaja sesuai dengan
pedagang sayuran di pasar tradisional di persyaratan sampel yang diperlukan.
kota Medan sering kali mengabaikan Dengan menggunakan purposive
hygiene dari sayuran yang di jual nya. sampling, diharapkan kriteria sampel
Kebanyakan sayuran yang di jual di yang diambil benar-benar sesuai dengan
pasar tradisional dalam keadaan kotor, penelitian yang akan dilakukan10.
berlumpur, bertanah dan diletakan Teknik pengambilan sampel
sembarangan. Berbeda dengan pasar merupakan cara peneliti untuk
modern, hygiene sayuran di pasar mengumpulkan sampel yang akan
modern sangat baik, sayuran di pasar dilakukan dalam penelitian. Teknik
modern bersih, dibungkus plastik dan pengambilan sampel pertama kali
tersusun rapi. Berdasarkan uraian diatas dilakukan survei awal, setelah
bahwa telur cacing dapat ditemukan di mendapatkan populasi untuk dijadikan
sayuran yang terkontaminasi oleh STH, objek penelitian.Sampel yang digunakan
oleh karena itu peneliti tertarik untuk dalam penelitian ini menggunakan
mengetahui perbedaan STH pada sayuran yang terdapat di 5 pasar
sayuran di pasar modern dan pasar modern, yaitu: Hypermart, Carefour,
tradisional di kota Medan tahun 2016. Maju Bersama, Suzuya, Berastagi
supermarket dan 5 pasar tradisional,
METODE PENELITIAN yaitu: pasar johor, pasar setiabudi,
Penelitian yang akan dilakukan pasar simpang limun, pasar juanda,
adalah penelitian analitik dengan desain pasar jamin ginting. Sampel dipilih
penelitian cross sectional (potong dengan cara mengambil 5 jenis sayuran
melintang) yaitu dengan melakukan yaitu sawi, kol, daun bawang, selada,
pengamatan terhadap sayur – sayuran dan bayam. Selanjutnya sampel akan
yang terkontaminasi oleh telur diperiksa menggunakan mikroskop di
cacing.Desain cross sectional adalah ruang laboratorium mikrobiologiFK UISU.
suatu desain penelitian dimana Pemeriksaan dilakukan dengan
pengumpulan data atau variabel yang menemukan telur cacing yang terdapat
akan diteliti berupa variabel dependen disayuran.
dan independen, dinilai secara simultan Prosedur pengumpulan data dilakukan
pada satu saat yang dalam penelitian dengan cara:
(Sostroasmoro dan Isamel, 2014). a. Merendam sayur ke dalam larutan
Alasan peneliti menggunakan desain NaOH 0,2% sebanyak 1 liter dalam
cross sectional adalah mudah beker glass selama 30 menit.
dilaksanakan, sederhana, ekonomis b. Sayur dikeluarkan dari larutan.
dalam hal waktu, dan hasil dapat c. Air rendaman disaring dan
diperoleh dengan cepat dan dalam waktu dimasukan ke dalam beker glass
bersamaan dapat dikumpulkan variabel yang lainnya.
yang banyak, baik variabel independen d. Air yang ada di permukaan dibuang,
maupun variabel dependen. Penelitian ini sedangkan yang ada di bawah
dilaksanakan di pasar modern dan pasar diambil dengan pipet volume 10-
tradisional Medan, pada bulan Febuari 15ml.
tahun 2017. e. Air endapan di centrifuge dengan
Populasi (universe) adalah kecepatan 1500/rpm selama 5
keseluruhan unit analisis yang menit.
Jurnal Ilmu Kedokteran Dan Kesehatan, Volume 6, Nomor 1, Januari 2019 60
f. Air yang mengendap diambil modern di kota Medan. Sebanyak50
menggunakan pipet pasteur dan sampel sayur telah dilakukan
diteteskan di atas objek glass. pemeriksaan untuk penelitian ini yaitu
g. Kaca objek ditutup dengan kaca 25 sayur dari 5 pasar tradisional, setiap
penutup, kemudian diperiksa pasar tradisional masing-masing diambil
dibawah mikroskop dengan 5 jenis sayuran dan diambil sampel 25
pembesaran 40 kali (Jusuf, et al., sayur dari 5 pasar modern, setiap pasar
2013). modern masing-masing diambil 5 jenis
Pada penelitian ini menggunakan sayuran.
Analisa Univariat dan Bivariat.Analisa
Univariat merupakan analisis yang HASIL PENELITIAN
melibatkan satu variabel atau per Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Jenis
variabel. Dimana variabel dalam Sayuran
penelitian ini adalah sayuran yang Sayur Frekuensi Persentase
terinfeksi STH. Analisa Univariat ini (%)
bertujuan untuk menjelaskan atau Sawi 10 20,0
mendeskripsikan karakteristik masing- Selada 10 20,0
masing variabel yang diteliti. Analisa Daun
10 20,0
univariat berfungsi untuk meringkas Bawang
kumpulan data hasil pengukuran Kol 10 20,0
sedemikian rupa sehingga kumpulan Bayam 10 20,0
data tersebut berubah menjadi informasi Total 50 100,0
yang berguna.
Analisa Bivariat merupakan analisis Berdasarkan tabel 4.1 diatas
yang melibatkan dua variabel. Tujuan dapat dilihat dari 50 sampel
dari analisa bivariat ini untuk sayuranterdapat jumlah sawi, selada,
mengetahui perbedaan sayuran yang daun
terinfeksi STH di pasar tradisional dan bawang, kol, bayam masing-masing
pasar modern. Analisa data dengan
menggunakan uji Wilcoxon. Uji Wilcoxon berjumlah 10 sayur (20,0%).
adalah suatu pengujian yang digunakan
untuk mengetahui ada tidaknya Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi
perbedaan antara dua sampel dependen Sayuran BerdasarkanJenis
yang berpasangan atau berkaitan dan Pasar
digunakan sebagai alternatif pengganti Persentasi
uji Paired Sample T Test jika data tidak Jenis Pasar Frekuensi
(%)
berdistribusi normal. Uji Wilcoxon Pasar
digunakan untuk menganalisis hasil-hasil 25 50,0
Tradisional
pengamatan yang berpasangan dari dua Pasar
data apakah berbeda atau tidak. 25 50,0
Modern
Lokasi bagi penelitian ini merupakan Total 50 100,0
pasar tradisional dan pasar modern yang Berdasarkan tabel 4.2 diatas
menjual sayur selada, kol, daun bawang, didapatkan bahwa jumlah sayurpasar
bayam dan sawi di pasar tradisional dan tradisional dan pasar modern masing-
pasar modern di kota Medan. Terdapat 5 masing berjumlah 25 sayuran (50,0%).
pasar tradisional yaitu pasar johor, pasar
setiabudi, pasar simpang limun, pasar Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi
juanda, pasar jamin ginting dan 5 pasar Sayuran Berdasarkan STH
modern yaitu carefour, hypermart, maju Persentasi
bersama, berastagi supermarket, STH Frekuensi
(%)
suzuya. Sedangkan Lokasi pemeriksaan Negatif 37 74,0
sampel dilakukan di laboratorium Positif 13 26,0
mikrobiologi FK UISU yang berada di Total 50 100,0
jalan Sisingamangaraja no. 2A.
Sampel penelitian ini adalah sayur
Dari hasil pemeriksaan sampel
selada, kol, daun bawang, bayam dan
didapati hasil STH terbanyak yaitu
sawi di pasar tradisional dan pasar
Jurnal Ilmu Kedokteran Dan Kesehatan, Volume 6, Nomor 1, Januari 2019 61
negatif sebanyak 37 sayuran (74,0%) sebanyak 13 sayuran (24,0%).
dan yang paling sedikit yaitu positif
Tabel 4.4 Distribusi Jenis Parasit Berdasarkan Jenis Sayuran

Jenis Jenis Parasit


Sayuran Negative Telur Ascaris Larva Total
Hookworm
F % F % F % F %
Sawi 5 10 3 6 2 4 10 20
Selada 5 10 5 10 0 0 10 20
Daun 9 18 1 2 0 0 10 20
Bawang
Kol 9 18 1 2 0 0 10 20
Bayam 9 18 1 2 0 0 10 20
Total 37 18 11 20 2 4 50 100
Jenis sayuran yang banyak terkontaminasi parasit adalah daun
terkontaminasi parasit adalah sayur bawang, kol, bayam sebanyak 1 sayur
selada dan sawi sebanyak 5 sayur (10%) (2%) seperti yang terlihat pada tabel
dan diikuti sayuran yang paling sedikit 4.4.

Tabel 4.5 Distribusi Jenis Parasit Berdasarkan Jenis Pasar

Jenis Pasar Jenis Parasit


Negative Telur Ascaris Larva Total
Hookworm
F % F % F % F %
Pasar 15 60 9 36 1 4 25 100
Tradisional

Pasar 22 88 2 8 1 4 25 100
Modern

Total 37 74 11 22 2 4 50 100

Pada tabel 4.5 bisa dilihat bahwa jenis parasit paling sedikit terdapat di
jenis parasit yang paling banyak pasar tradisional dan pasar modern
terdapat di pasar tradisional adalah telur adalah larva hookworm masing-masing
ascaris sebanyak 9 telur (36%) dan sebanyak 1 larva (4%).

Tabel 4.6 Distribusi STH Berdasarkan Jenis Pasar

Jenis Pasar STH Negatif STH Positif Total


F % F % F %
Tradisional 15 60 10 40 25 100
Modern 22 88 3 12 25 100
Total 37 74 13 26 50 100

Dari hasil pemeriksaan sampel didapati normalitas. Setelah dilakukan uji


hasil STH positif terbanyak dipasar normalitas menggunakan metode
tradisional yaitu sebanyak 10 sayuran Shapiro-Wilk maka didapatkan hasil
atau (40%) sedangkan pada pasar signifikansi 0,001. Apabila nilai
modern hanya3 sayuran (12%), signifikansi < 0,05 maka data tidak
sebagaimana yang tercantum pada tabel terdistribusi normal. Maka selanjutnya
4.6. Untuk mengetahui data terdistribusi data akan di analisa menggunakan uji
normal atau tidak maka dilakukan uji Wilcoxon.

Jurnal Ilmu Kedokteran Dan Kesehatan, Volume 6, Nomor 1, Januari 2019 62


Tabel 4.7 Hasil Analisa Bivariat

STH STH
Jenis Pasar Negatif Positif Nilai p
F % F %

Tradisional 15 60,0 10 40,0 0,035

Modern 22 88,0 3 12,0


Total 37 74,0 13 26,0

Setelah dilakukan uji statistik modern dengan nilai probabilitas


dengan menggunakan uji (p)=0,035. Hal itu dapat dilihat pada
Wilcoxonmenunjukkan bahwa terdapat tabel 4.7, Jika nilai p < 0,05 maka Ho
adanya perbedaan yang signifikan antara ditolak.
STH di pasar tradisional dan pasar

PEMBAHASAN yang berasal dari ternak hewan sebagai


Berdasarkan tabel 4.4 didapatkan media penyuburan sayuran. Sama
bahwa jenis sayuran yang banyak halnya seperti pada manusia, jika
terkontaminasi parasit adalah sayur kotoran ternak tersebut mengandung
selada dan sawi sebanyak 5 sayur (10%) telur STH, maka dengan mudahnya telur
dan diikuti sayuran yang paling sedikit STH yang ada di dalam kotoran ternak
terkontaminasi adalah daun bawang, kol, yang digunakan sebagai pupuk akan
bayam sebanyak 1 sayur (2%).Hal ini berpindah ke sayur yang kontak
sesuai dengan penelitian yang dilakukan langsung dengan tanah. Berdasarkan
Ravicandran (2015)menunjukkan hasil pengamatan, sayur di pasar modern
kontaminasi terbanyak pada pasar diletakkan di lemari berpendingin.
modern dan pasar tradisional yaitu sayur Keberadaan STH pada sayur dari pasar
selada sebanyak 9 sayur (36%). Begitu modern mungkin dapat disebabkan
juga dengan penelitian Asihka (2014) karena teknik pencucian sayur yang
dimana penelitian ini dilakukan pada tidak tepat.
selada. Pada sayuran selada yang dijual Menurut Syahputri (2015) hal ini
di pasar tradisional dengn proporsi dapat disebabkan oleh sayur selada, kol,
sebesar 73% (32 sampel) dari 44 sampel daun bawang dan daun prei adalah
penelitian positif terkontaminasi dan tanaman yang menjalar atau dekat
pada pasar modern 40% (2 sampel) dari dengan tanah sehingga mudah
5 sampel penelitian positif terjadinya kontaminasi parasit, dan
terkontaminasi. Sayuran hijau seperti didukung oleh struktur sayur yang
selada memiliki permukaan yang tidak berlapis – lapis dan berlekuk – lekuk
rata sehingga lebih memudahkan sehingga memungkinkan telur/larva
melekatnya telur parasit walaupun sudah cacing menetap di dalamnya. Adapun
dicuci dengan air. Sayuran dengan saat dilakukan pengambilan sampel,
permukaan yang lembut ataupun licin pada pasar tradisional pedagang
seperti daun bawang dan daun prei umumnya menjual dagangannya
mempunyai proporsi kontaminasi yang menggunakan terpal yang diletakkan
rendah. Ini bisa disebabkan oleh sayur dekat dengan tanah sehingga terjadinya
yang diperoleh dalam keadaan fisik kotor kontaminasi menjadi lebih besar
dan tidak diberinya perlakuan mencuci sedangkan pada pasar modern sendiri
sebelum dijual ke pasar sehingga sayuran dijual dalam keadaan sudah
kemungkinan untuk terjadinya terplastik dan diletakkan di mesin
kontaminasi cukup besar. pendingin sayuran sesuai dengan jenis
Menurut Karuppiah (2010) dalam sayuran itu sendiri.
Ravichandran (2015) Faktor yang Dari tabel 4.5 diatas dapat
mempengaruhi keberadaan STH pada disimpulkan bahwa jenis parasit yang
sayur seperti penggunaan pupuk organik paling banyak terdapat di pasar
Jurnal Ilmu Kedokteran Dan Kesehatan, Volume 6, Nomor 1, Januari 2019 63
tradisional adalah telur ascaris sebanyak prosedur, lingkungan terkontaminasi
9 telur (36%) dan jenis parasite paling selama penanganan, transportasi dan
sedikit terdapat di pasar tradisional dan penyimpanan, atau langsung
pasar modern adalah larva hookworm kontaminasi dari individu yang terlibat
masing-masing sebanyak 1 larva (4%). dalam produksi dan pengolahan produk
Hal ini sejalan dengan penelitian Asihka juga tidak diselidiki.
(2014) dimana jenis STH terbanyak yang Hal ini sesuai dengan Karuppiah
peneliti temukan pada penelitian ini (2010), yang mengatakan kebiasaan
adalah telur Ascaris sp (79%), larva kesemua pengusaha pasar tradisional
Trichostrongylus orientalis (16%) dan dengan pasar modern yang ada
telur cacing tambang (5%). Hal ini di mengamalkan perlakuan mencuci sayur
dukung teori WHO (2016) Infeksi Soil sebelum ia dijual menunjukkan hasil
Transmitted Helminths ini merupakan negatif bagi kontaminasi parasit. Faktor
infeksi paling umum di daerah tropis ini yang mempengaruhi keberadaan STH
terutama pada masyarakat ekonomi pada sayur seperti penggunaan pupuk
lemah yang tinggal di daerah kumuh. organik yang berasal dari ternak hewan
Infeksi ini dapat terjadi bila manusia sebagai media penyuburan sayuran.
tertelan telur/larva infeksius Sama halnya seperti pada manusia, jika
(A.lumbricoides dan T.trichiura) atau kotoran ternak tersebut mengandung
dengan penetrasi bentuk larva filariform telur STH, maka dengan mudahnya telur
(larva hookworm) yang berada di STH yang ada di dalam kotoran ternak
tanah.Menurut Soedarto (2011) yang digunakan sebagai pupuk akan
keberadan dan penyebaran suatu parasit berpindah ke sayur yang kontak
di suatu daerah tergantung pada langsung dengan tanah. Berdasarkan
berbagai hal, yaitu adanya hospes yang pengamatan, sayur di pasar modern
peka, dan terdapatnya lingkungan yang diletakkan di lemari berpendingin.
sesuai bagi kehidupan parasit. Faktor Keberadaan STH pada sayur dari pasar
sosial ekonomi hospes, terutama modern mungkin dapat disebabkan
manusia, sangat mempengaruhi karena teknik pencucian sayur yang
penyebaran parasit. Daerah pertanian, tidak tepat.
peternakan, kebiasaan menggunakan Dari tabel 4.7diatas dapat
tinja untuk pupuk, kebersihan disimpulkan bahwa hasil STH negatif
lingkungan, higiene perorangan yang terbanyak di pasar modern yaitu
buruk, dan kemiskinan merupakan faktor sebanyak 22 sayuran (88,0%) dan hasil
– faktor yang meningkatkan penyebaran STH positif terbanyak di pasar tradisional
penyakti parasit. sebanyak 10 sayuran atau (40,0%).
Dari tabel 4.6diatas dapat Perbedaan STH di pasar tradisional dan
disimpulkan bahwa hasil STH negatif pasar modern melalui uji statistik
terbanyak di pasar modern yaitu dengan menggunakan uji
sebanyak 22 sayuran (88,0%) dan hasil Wilcoxonmenunjukkan bahwa terdapat
STH positif terbanyak di pasar tradisional adanya perbedaan antara STH di pasar
sebanyak 10 sayuran atau (40,0%). Hal tradisional dan pasar modern dengan
ini sejalan dengan penelitian nilai probabilitas (p)=0,035. Jika nilai p
Ravichandran (2015) menunjukkan hasil < 0,05 maka Ho ditolak sedangkan Ha
positif kontaminan parasit terbanyak diterima. Hal ini sejalan dengan
pada pasar tradisional sebanyak 75% penelitian Ravichandran (2015)
sedangkan hasil negatif terbanyak pada menunjukkan hasil positif kontaminan
pasar modern sebanyak 8,1%. Menurut parasit terbanyak pada pasar tradisional
Haq (2014), hasil tampaknya sebanyak 75% sedangkan hasil negatif
menunjukkan bahwa salah satu sebab terbanyak pada pasar modern sebanyak
penting dari infeksi parasit adalah 8,1% dan ada perbedaan yang signifikan
karena konsumsi sayuran mentah dan STH di pasar modern dan pasar
kotor. Semua sayuran harus dicuci tradisional dengan nilai signifikansi
sebelum memadai akan konsumsi dan p=0,011. Hal ini kemungkinan
mana mungkin, dekontaminan harus disebabkan karena kurangnya perhatian
dimasukkan dalam air cuci. Potensial dari pengusaha sayur dari pasar
lainnya kontaminasi seperti panen tradisional dalam higienitas sayuran
Jurnal Ilmu Kedokteran Dan Kesehatan, Volume 6, Nomor 1, Januari 2019 64
yang dijualnya. Pedagang sayuran di Modern di Kota Padang. Diakses
pasar tradisional di kota Medan sering pada tanggal05 November 2015
kali mengabaikan hygiene dari sayuran dari http://jurnal.fk.unand.ac.id
yang di jual nya. Kebanyakan sayuran Gunawan, C.A. (2014). Soil Transmitted
yang di jual di pasar tradisional dalam Helminth. Jakarta: Interna
keadaan kotor, berlumpur, bertanah dan Publishing.
diletakan sembarangan. Berbeda dengan Hastono, S.P., Sabri, L., (2013). Statistik
pasar modern, hygiene sayuran di pasar Kesehatan. Jakarta: PT. Raja
modern sangat baik, sayuran di pasar Grafindo Persada.
modern bersih, dibungkus plastik dan Hutasoit, H.P. (2015). Pencemaran Soil
tersusun rapi. Keterbatasan pada Transmitted Helminths Pada
penelitian ini adalah jumlah sampel yang Sayuran di Pasar Tradisional dan
kurang banyak untuk membandingkan Pasar Modern di kota Medan
kontaminasi STH antara sayuran di pasar Bagian Kota. Medan: Universitas
tradisional dan pasar modern, selain itu Sumatera Utara.
jumlah pasar tradisional dan pasar Jusuf, A., Ruslan., Seloma, M., (2013).
modern yang menjadi tempat Gambaran Parasit Soil
pengambilan sampel kurang banyak. Transmitted Helminths dan
Begitupun dengan biaya dan waktu, Tingkat Pengetahuan, Sikap Serta
keterbatasan biaya dan waktu untuk Tindakan Petani Sayur di Desa
penelitian ini menyebabkan penelitian ini Waiheru Kecamatan Baguala Kota
masih memiliki kekurangan. Ambon. Ambon: Universitas
Hasanudin.
KESIMPULAN Notoatmojo, S., (2012). Metodologi
Berdasarkan hasil yang didapatkan Penelitian Kesehatan. Jakarta:
dari penelitian ini perbedaan STH pada Rineka Cipta.
sayuran di pasar tradisional dan pasar Ravichandran, N.A.P. (2015).
modern, dapat ditarik kesimpulan Perbandingan Pencemaran Soil
sebagai berikut: Transmitted Helminth Pada
a. Pada pasar tradisional didapati hasil Sayuran di Pasar Tradisional dan
STH positif sebanyak 10 sayuran Pasar Modern di Medan Bagian
(40%), sedangkan STH negatif Barat kota Medan. Medan:
sebanyak 15 sayuran (60%). Universitas Sumatera Utara.
b. Pada pasar modern didapati hasil Sastroasmoro, S., Ismael, S., (2014).
positif sebanyak 3 sayuran, Dasar-dasar Metodologi Penelitian
sedangkan hasil negatif sebanyak 22 Klinis. Jakarta: Sagung Seto.
sayuran (44%). Suryani, D. (2012). Hubungan Perilaku
c. Terdapat perbedaan Soil Transmitted Mencuci Dengan Kontaminasi
Helminths pada sayuran di pasar Telur Nematoda Usus Pada
tradisional dan pasar modern Sayuran Kubis Pedagang Pecel
dengan nilai p=0,035. Lele di Kelurahan Warungboto
kota Yogyakarta.Diakses pada
DAFTAR PUSTAKA tanggal 05 November2016
darihttp://download.portalgaruda.
Asihka, V., Nurhayati., Gayatri., (2014). org/article
Distribusi Frekuensi Soil WHO.(2016). Soil Transmitted Helminth
Transmitted Hlminth Pada Infection.Diakses pada tanggal 04
Sayuran Selada yang Dijual di Desember 2016 dari
Pasar Tradisional dan Pasar http://who.int/mediacentre/sth

Jurnal Ilmu Kedokteran Dan Kesehatan, Volume 6, Nomor 1, Januari 2019 65

You might also like