Professional Documents
Culture Documents
Spot Survei Reservoir Leptospira di Daerah Dataran Rendah dan Dataran Tinggi
Zumrotus Sholichah1) a)*, Tri Wijayanti1) a), Jarohman Raharjo1) a), Dyah Widiastuti1) a), Dewi Puspita Ningsih1) a),
Dwi Priyanto1) a), Agung Puja Kesuma1) a)
1) Balai Litbang Kesehatan Banjarnegara, Badan Litbang Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI
a) Jalan Selamanik No. 16 A Banjarnegara. 53415. Jawa Tengah
*Email:zumsh4@gmail.com
Naskah Masuk: 18 Pebruari 2020 Naskah Revisi: 27 April 2020 Naskah Diterima: 23 November 2020
ABSTRACT
The presence of rats and direct contact with rat is a risk factor of Leptospirosis. Rats play an important role in the trans-
mission of Leptospira to humans. Rats are able to adapt in all habitats from the coast to the highlands. The purpose of
this paper is to describe rats as Leptospira reservoirs in the lowlands and highlands as a picture of rats confirmed by the
source of Leptospira transmission for animals, humans and their environment and serovar circulating in the lowlands
and highlands. This research uses descriptif approach with a cross-sectional design, carried out around the latest lepto-
spirosis cases in Mojolawaran Village, Gabus District and Tajungsari Village, Tlogowungu District, Pati Regency. Data
collection was carried out in April-May 2011. The results of the research showed that the number of rats caught is higher
in the lowlands with almost the same number of species between the lowlands and highlands with trap success 15,33%.
Rats infected with Leptospira in the lowlands are Rattus tanezumi while in the highlands are Rattus tanezumi and Sun-
cus murinus so that R. tanezumi and S. murinus act as reservoirs of Leptospira and sources of transmission at the survey
sites with serovars infected are Hardjo, Autumnalis and Sejroe.
Keywords: Leptospira, pati, rat
ABSTRAK
Keberadaan tikus dan kontak dengan tikus merupakan salah satu faktor risiko terjadinya leptospirosis. Tikus berperan
penting dalam menularkan Leptospira kepada manusia serta mampu beradaptasi di segala habitat dari daerah pantai
hingga dataran tinggi. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan tikus sebagai reservoir Leptospira di dataran ren-
dah dan dataran tinggi sebagai gambaran jenis tikus yang terkonfirmasi sumber penularan Leptospira bagi hewan,
manusia, dan lingkungannya serta serovar yang bersirkulasi di dataran rendah dan dataran tinggi. Penelitian ini
menggunakan pendekatan deskriptif dengan rancangan potong lintang. Penelitian dilakukan di sekitar kasus leptospi-
rosis terbaru di Desa Mojolawaran Kecamatan Gabus dan Desa Tajungsari Kecamatan Tlogowungu Kabupaten Pati.
Pengumpulan data dilakukan pada April-Mei 2011. Hasil penelitian menunjukkan jumlah tikus tertangkap lebih banyak
di dataran rendah dengan jumlah spesies yang hampir sama antara dataran rendah dan tinggi dengan keberhasilan
penangkapan 15,33%. Spesies tikus yang terinfeksi Leptospira di dataran rendah adalah Rattus tanezumi, sedangkan di
dataran tinggi adalah Rattus tanezumi dan Suncus murinus. R. tanezumi dan S. murinus berperan sebagai reservoir
Leptospira dan sumber penularan di lokasi survei dengan serovar yang menginfeksi adalah Hardjo, Autumnalis dan
Sejroe.
Kata kunci: Leptospira, pati, tikus
Beban penyakit leptospirosis di- Sholichah, 2010; Yunianto & Ramadhani, 2010;
perkirakan sebesar 2,9 juta DALYs (Disability Wahyuni & Yuliadi, 2014; Mulyono dkk., 2015;
Adjusted Life Years) per tahun, yang terdiri dari Ristiyanto dkk., 2015; Sholichah & Ningsih,
2,8 juta YLLs (Years of Life Lost) dan 103.200 2015). Keberadaan tikus di dalam dan sekitar
YLDs (Years Lived with Disability). Satu DALYs rumah serta kontak dengan tikus juga menjadi
setara dengan kehilangan satu tahun kehidupan faktor risiko terjadinya leptospirosis di Pati
dalam kondisi sehat. Dua faktor yang paling (Pramestuti, Djati & Kesuma, 2015; Pertiwi, Se-
berperan terhadap tingginya beban penyakit tiani & Nurjazuli, 2016).
leptospirosis adalah kematian dini dan ting- Tikus sebagai reservoir penting dalam
ginya jumlah laki-laki usia dewasa muda yang penularan leptospirosis memiliki kemampun
menderita akibat leptospirosis di negara tropis. beradaptasi di segala habitat dari daerah
Dibanding penyakit lain, beban penyakit lepto- pesisir hingga dataran tinggi dengan berbagai
spirosis relatif setara dengan beban penyakit macam spesies masing-masing (Direktorat Jen-
filariasis, leishmaniasis, dan schistosomiasis deral Pengendalian Penyakit, 2014). Hal ini
serta >70% dari beban penyakit kolera. Angka memberikan peluang terjadinya penularan di
beban penyakit leptospirosis ini menempatkan semua tipe wilayah baik daerah pesisir/dataran
leptospirosis sebagai penyebab beban penyakit rendah hingga dataran tinggi. Namun demikian,
utama diantara zoonosis lainnya (Torgerson et terdapat perbedaan kemungkinan peluang ter-
al., 2015). Seiring dengan perubahan demografi infeksi berdasarkan ketinggian tempat. Ikawati
yang mendukung peningkatan jumlah & Widiastuti (2012) menyatakan bahwa keting-
penduduk miskin perkotaan di daerah tropis gian tempat ≤100 mdpl mempunyai risiko 2,3
dimana kelompok penduduk tersebut terkena kali lebih tinggi terinfeksi Leptospira sp.
banjir yang memburuk akibat perubahan iklim dibandingkan dengan ketinggian 101-600 mdpl.
diperkirakan akan meningkatkan beban global Leptospirosis dapat terjadi di dataran
leptospirosis (Haake & Levett, 2015). Namun rendah maupun dataran tinggi terkait
demikian, leptospirosis masih sering diabaikan keberadaan hewan reservoir khususnya tikus
(Goarant et al., 2019). di kedua tipe daerah tersebut. Berdasarkan
Leptospirosis merupakan penyakit pada habitatnya spesies tikus yang hidup di dataran
hewan. Manusia terinfeksi bakteri Leptospira rendah kemungkinan berbeda dengan tikus
karena kontak dengan Leptospira yang ada di yang hidup di dataran tinggi sehingga perlu
lingkungan. Hewan pembawa mengeluarkan diketahui spesies tikus penular bakteri Lepto-
bakteri Leptospira melalui urin yang mencema- spira di daerah dataran rendah dan dataran
ri lingkungan. Faktor lingkungan merupakan tinggi. Pati adalah salah satu kabupaten di Jawa
salah satu faktor yang mempengaruhi masalah Tengah yang melaporkan adanya kasus lepto-
kesehatan (Ernawati, 2017). spirosis di daerah dataran rendah dan dataran
Mamalia adalah hewan pembawa alami tinggi. Oleh karena itu perlu dilakukan identifi-
Leptospira, namun rodent merupakan reservoir kasi spesies tikus sebagai sumber penularan
yang berperan paling penting dalam menjaga bakteri Leptospira di wilayah tersebut sebagai
keberlangsungan penularan Leptospira di ling- dasar dalam menentukan upaya pengendalian
kungan (Haake & Levett, 2015; Day, 2020). Se- leptospirosis di Pati khususnya di dataran ren-
rangkaian survei reservoir yang dilaksanakan dah dan dataran tinggi.
di Kota Semarang, Demak, Purworejo, dan Pati Tujuan penelitian untuk mendeskripsikan
menemukan bahwa tikus terkonfirmasi sebagai jenis tikus yang terkonfirmasi sumber penu-
pembawa Leptospira yang berpotensi menjadi laran Leptospira bagi hewan, manusia, dan ling-
sumber penularan bagi manusia, hewan kungannya serta serovar yang bersirkulasi di
lainnya, dan lingkungan (Ramadhani & dataran rendah dan dataran tinggi.
130
Jurnal Litbang Vol. 16 No. 2 Bulan Desember 2020 Hal 129-138
131
Spot Survei Reservoir Leptospira Solichah, dkk
peliharaan (domestik) maupun mamalia liar. mampu bertahan di ginjal karena tubulus ginjal
Leptospirosis pada dasarnya adalah penyakit merupakan immunoprivileged site. Hal tersebut
yang menyerang hewan. Hingga tahun 2019, didukung dengan diketahuinya urin yang
Indonesia memiliki mamalia sebanyak 776 dikeluarkan oleh tikus mengekspresikan pro-
jenis (Kementerian LHK & LIPI, 2019). Banyak- tein yang dikenal sebagai respon imun humoral
nya komponen yang terlibat dan hewan yang pada tikus (Ko et al., 2009). Tikus merupakan
dapat berperan sebagai pembawa maka hewan kosmopolitan yaitu dapat ditemukan di
menambah kompleks siklus Leptospira di alam hampir semua habitat karena mampu beradap-
yang akan memengaruhi jalur penularannya. tasi dengan berbagai macam habitat. Tikus
Leptospira dapat menyebar diantara host ditemukan di daerah pantai hingga dataran
dan antar host. Jika salah seekor tikus positif tinggi (2000 mdpl). Ditemukan jenis tikus yang
membawa Leptospira maka tikus tersebut men- berbeda di berbagai macam habitat masing-
jadi sumber penularan diantara tikus sendiri masing sesuai dengan habitat tempat hidupnya.
dan juga bagi hewan lain selain tikus (antar Rattus tanezumi habitatnya di rumah/
host) misalnya sapi atau hewan lainnya. Kondisi pemukiman, Rattus norvegicus di got/saluran
tersebut berlaku untuk hewan lainnya apabila air, Rattus argentiventer di sawah, Rattus tio-
hewan tersebut positif Leptospira. manicus di pohon/belukar, Rattus exulans di
Hewan positif Leptospira berperan se- ladang, Rattus niviventer di hutan dan se-
bagai sumber penularan bagi hewan lain baik bagainya (Direktorat Jenderal Pengendalian
dalam spesies maupun antar spesies. Selain itu, Penyakit, 2014). Tikus yang terinfeksi Lepto-
hewan positif Leptospira dapat mengkontami- spira akan mengeluarkan Leptospira melalui
nasi lingkungan melalui urin yang mengandung urin dalam jangka waktu yang lama selama
Leptospira. Sebaliknya, lingkungan yang ter- hidupnya, tanpa mendapatkan pengaruh yang
kontaminasi dapat menjadi sumber penularan signifikan dari adanya infeksi tersebut sehingga
bagi hewan. Leptospira memiliki kemampuan tikus yang terinfeksi merupakan sumber penu-
agregasi sel dan juga terbentuknya biofilm laran yang penting bagi manusia (Haake & Le-
membuat Leptospira mampu bertahan hidup di vett, 2015).
tanah lembab dan dalam air selama berminggu Biasanya pada dataran rendah dijumpai
hingga berbulan-bulan. Manusia dapat terin- habitat pemukiman, persawahan, pantai, dan
feksi Leptospira melalui kontak dengan hewan ladang, sedangkan pada dataran tinggi biasanya
dan lingkungan yang terkontaminasi Leptospira dijumpai adanya habitat hutan, ladang, perke-
tetapi manusia tidak dapat berperan sebagai bunan dan mungkin juga pe-mukiman. Dengan
carrier menularkan (Ko, et al, 2009). demikian pada dataran rendah dengan jenis
habitat yang ada maka kemungkinan jenis tikus
Tikus sebagai Reservoir Leptospira
yang dapat dijumpai adalah tikus yang hidup di
Tikus merupakan reservoir Leptospira habitat tersebut se-perti tikus sawah, tikus got,
utama yang berperan dalam kelangsungan tikus rumah, sedangkan di dataran tinggi
keberadaan Leptospira di alam. Adanya Lepto- dengan jenis habitat yang ada kemungkinan
spira di alam ini menjadi sumber infeksi bagi dijumpai adanya tikus hutan, tikus pohon, tikus
manusia (Haake & Levett, 2015). Leptospira di ladang, dan lain sebagainya. tikus pohon, tikus
dalam tubuh tikus sebagai hewan reservoir me- ladang, dan lain sebagainya. Bakteri Leptospira
nyebabkan infeksi sistemik tetapi Leptospira dapat hidup secara alami pada tikus. Dengan
dapat dibersihkan dari semua organ kecuali di keberadaan tikus yang mampu hidup di
tubulus ginjal. Leptospira yang dikeluarkan me- berbagai macam habitat baik di dataran rendah
lalui urin tikus mempunyai konsentrasi tinggi maupun dataran tinggi, maka leptospirosis
sebanyak 107 organisme/ml yang dikeluarkan mempunyai kemungkinan dapat terjadi di data-
selama 9 bulan setelah diinfeksi. Leptospira ran rendah dan dataran tinggi.
132
Jurnal Litbang Vol. 16 No. 2 Bulan Desember 2020 Hal 129-138
Survei di Kabupaten Purworejo tahun rum tikus direaksikan dengan suspensi antigen
2011 menemukan bahwa reservoir bakteri Lep- Leptospira hidup, diinkubasi kemudian reaksi
tospira di daerah dataran rendah adalah R. antigen-antibodi tersebut dievaluasi secara
tanezumi dan cecurut S. murinus, sedangkan di mikroskopik dengan mikroskop lapang gelap
dataran tinggi adalah R. tanezumi (Balai Litbang untuk melihat ada tidaknya aglutinasi. Analisis
Kesehatan Banjarnegara, 2011). Survei Vektora data berupa hasil penangkapan tikus dan
di Kabupaten Pekalongan, Purworejo, dan Pati pemeriksaan MAT dilakukan secara deskriptif
tahun 2015 menyimpulkan bahwa R. norvegi- univariat yang disajikan dalam bentuk tabel.
cus, R. tanezumi, Maxomys surifer, R. argen-
tiventer, merupakan reservoir bakteri Leptospi- HASIL DAN PEMBAHASAN
ra di dataran tinggi, sedangkan R. argentiventer, Penangkapan tikus dilaksanakan di dua
R. tanezumi, R. norvegicus dan R. tiomanicus se- lokasi yaitu Desa Mojolawaran yang mewakili
bagai reservoir bakteri Leptospira di dataran dataran rendah dan Desa Tajungsari sebagai
rendah (Balai Besar Penelitian dan Pengem- dataran tinggi. Desa Mojolawaran merupakan
bangan Vektor dan Reservoir Penyakit, 2015). salah satu desa di Kecamatan Gabus yang berja-
rak 12 kilometer ke arah timur dari ibu kota
METODE PENELITIAN Kabupaten Pati, mempunyai rata-rata keting-
Penelitian yang dilakukan termasuk jenis gian desa 27 meter dpl, dengan luas wilayah
penelitian deskriptif dengan rancangan potong 102 ha berupa lahan persawahan seluas 78 ha
lintang (cross sectional). Kegiatan dilaksanakan (76,5%) dan lahan bukan pertanian 24 ha
dalam bentuk spot survei yaitu pengambilan (23,5%) yang berupa rumah penduduk dan
data atau survei dilakukan hanya satu kali dan pekarangan. Jumlah penduduk sebanyak 2.047
bersifat sewaktu. Penelitian dilaksanakan di jiwa, dan kepadatan penduduk 2.007 jiwa/km2.
dua desa terjadinya kasus terbaru leptospirosis Desa Mojolawaran memiliki kepadatan
yaitu: 1) Desa Mojolawaran, Kecamatan Gabus, penduduk lebih tinggi daripada kepadatan
Kabupaten Pati yang merupakan daerah data- penduduk Kabupaten Pati pada tahun 2019
ran rendah; dan 2) Desa Tajungsari Kecamatan (BPS Kab. Pati, 2019a).
Tlogowungu Kabupaten Pati sebagai daerah Desa Tajungsari terletak di Kecamatan
dataran tinggi. Pengumpulan data dilakukan Tlogowungu yang merupakan wilayah kecama-
pada April-Mei 2011. Populasi adalah semua tan dengan rata-rata ketinggian 576 mdpl.Jarak
tikus yang berada di lokasi survei sedangkan Desa Tajungsari dari ibukota Kabupaten Pati
sampel adalah tikus yang tertangkap pada saat adalah 18 kilometer ke arah utara. Rata-rata
survei. Selanjutnya data yang diambil adalah ketinggian Desa Tajungsari adalah 324 mdpl
tikus terinfeksi di dua lokasi tersebut. dengan total wilayah seluas 1.059 ha. Peman-
Penelitian dilakukan dengan menangkap tikus faatan lahan di Desa Tajungsari berupa lahan
di sekitar lokasi kasus leptospirosis. Perangkap pertanian persawahan 233 ha (22% ), lahan
tikus dipasang di rumah-rumah sekitar lokasi pertanian bukan sawah 565 ha (53%) dan la-
kasus leptospirosis. Dua buah perangkap tikus han bukan pertanian berupa rumah penduduk
berupa live trap dipasang di dalam rumah dan dan pekarangan 261 ha (24,6% ), Jumlah pen-
dua buah perangkap di sekitar rumah. Pe- duduk Desa Tajungsari sebanyak 5.440 jiwa
nangkapan tikus dilakukan selama tiga hari. dengan kepadatan penduduk 514 jiwa/km2.
Total jumlah perangkap tikus yang dipasang di Jumlah penduduk Desa Tajungsari lebih banyak
setiap desa adalah 600 buah. Tikus yang ter- daripada penduduk Desa Mojolawaran, Selain
tangkap setiap harinya diidentifikasi berdasar- itu Desa Tajungsari juga memiliki wilayah yang
kan kunci identifikasi. Tikus diambil darahnya lebih luas dibandingkan Desa Mojolawaran.
selanjutnya serumnya diuji menggunakan Kepadatan penduduk di Desa Tajungsari lebih
metode Microscopic Agglutination Test (MAT) rendah dibandingkan kepadatan penduduk di
untuk mengetahui serovar Leptospira yang Desa Mojolawaran dan kepadatan penduduk
menginfeksi. Cara kerja metode MAT yaitu se- Kabupaten Pati (BPS Kab. Pati, 2019b).
133
Spot Survei Reservoir Leptospira Solichah, dkk
Hasil penangkapan tikus di dua lokasi ra, Desa Tajungsari memiliki letak geografi
dapat dilihat pada Tabel 1, Tabel 2, dan Tabel 3. yang lebih tinggi yaitu 324 mdpl didapatkan
Tabel 1 menunjukkan jumlah perangkap tikus dua jenis rodentia yaitu R. tanezumi dan M.
di dataran tinggi dan dataran rendah jumlahnya musculus serta satu jenis insektivora yaitu S.
sama yaitu masing-masing 600 buah. Tikus murinus. Spesies yang paling banyak tertangkap
yang tertangkap jumlahnya berbeda. Hasil pe- adalah R. tanezumi dan S. murinus dengan
nangkapan tikus di dataran rendah lebih jumlah yang hampir sama dengan proporsi
banyak (15,33%) dari pada hasil penangkapan jenis kelamin hampir sama. Hasil penangkapan
tikus di dataran tinggi dengan keberhasilan pe- tersebut menunjukkan bahwa jumlah spesies
nangkapan (8%). Jumlah tikus yang tertangkap yang ditemukan di dataran rendah maupun da-
di dataran rendah hampir 2 kali lipat dari tikus taran tinggi hampir sama walaupun jumlah
yang tertangkap di dataran tinggi. tikus yang ditangkap di dataran rendah hampir
Adapun Tabel 2 menunjukkan tikus yang dua kali lipat lebih banyak daripada di dataran
tertangkap di dataran tinggi didominasi oleh R. tinggi. Hal tersebut dapat diartikan bahwa
tanezumi sebanyak 50% dan S. murinus keanekaragaman rodentia dan insektivora di
(cecurut) sebanyak 47,92%. Selain itu ter- dua lokasi survei hampir tidak berbeda. Hasil
tangkap juga seekor Mus musculus. Tabel 3 serupa juga didapatkan oleh Robi (2011) yang
menunjukkan bahwa penangkapan di dataran melakukan penelitian tentang pengaruh keting-
rendah R. tanezumi paling banyak tertangkap gian terhadap keanekaragaman insektivora dan
yaitu lebih dari separuh hasil penangkapan rodentia di Gunung Tujuh. Penelitian dilakukan
dengan angka keberhasilan penangkapan yang di dua lokasi dengan ketinggian berbeda,
tinggi. menemukan bahwa jumlah individu yang
Daerah dataran rendah Mojolawaran didapatkan di dua lokasi tersebut berbeda
dengan ketinggian 27 meter di atas permukaan secara signifikan akan tetapi dengan jumlah
laut (mdpl) didapatkan satu jenis rodentia yaitu spesies yang hampir sama. Selain itu, hasil in-
R. tanezumi dan satu jenis insektivora yaitu S. deks keanekaragaman insektivora dan rodentia
murinus dengan hewan yang paling banyak tidak terlalu tinggi dan keanekaragaman di dua
didapatkan adalah R. tanezumi betina. Sementa- lokasi tersebut tidak berbeda (Robi, 2011).
Tabel 1.
Tinggi Keberhasilan Penangkapan Tikus (Trap Success)
Jumlah Jumlah Tikus Trap
No Lokasi
Perangkap Tertangkap Succes
1 Tajungsari, Tlogowungu (dataran tinggi) 600 48 8
2 Mojolawaran, Gabus (dataran rendah) 600 92 15,33
Total 1200 140 11,67
Tabel 2.
Spesies dan Jumlah Tikus Tertangkap di Tanjungsari (Dataran Tinggi)
Jumlah Tertangkap
Species J B Jumlah %
L D
R. tanezumi 14 10 12 12 24 50
Mus musculus 0 1 0 1 1 2,08
S. murinus 10 13 12 11 23 47,92
Trap succes 8,16 7,84
Total 24 24 24 24 48 100
Keterangan: L = Luar rumah D = Dalam rumah J = Jantan B = Betina
134
Jurnal Litbang Vol. 16 No. 2 Bulan Desember 2020 Hal 129-138
Tabel 3.
Spesies dan Jumlah Tikus Tertangkap di Mojolawaran (dataran rendah)
Jumlah Tertangkap
No Species J B Jumlah %
L D
1. R. tanezumi 37 35 28 44 72 78,26
2. S. murinus 13 7 10 10 20 21,74
Trap succes 14,37 16,67
Total 50 42 38 54 92 100
Keterangan: L = Luar rumah D = Dalam rumah J = Jantan B = Betina
135
Spot Survei Reservoir Leptospira Solichah, dkk
Tabel 4
Hasil Pemeriksaan MAT pada Serum Tikus dan Insektivora di Lokasi Survei
No Lokasi Spesies Jenis kelamin Serovar
1 Tajungsari R. tanezumi Jantan Sejroe
(dataran tinggi) S. murinus
Betina Sejroe
2 Mojolawaran R. tanezumi Betina Hardjo
(dataran rendah) R. tanezumi Betina Autumnalis
136
Jurnal Litbang Vol. 16 No. 2 Bulan Desember 2020 Hal 129-138
Badan Pusat Statistik Kabupaten Pati (2019b) Pracoyo,N. E., Ristiyanto. (2016). Rickett-
Kecamatan Tlogowungu aalam Angka sia pada Pinjal Tikus (Xenopsylla Cheo-
2019. Pati: BPS Kabupaten Pati. pis) di Daerah Pelabuhan Semarang,
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Kupang dan Maumere. Buletin Penelitian
Vektor dan Reservoir Penyakit. (2015). Kesehatan, 44(4), 237–244. doi: 10.2243
Laporan Provinsi Jawa Tengah Riset Khu- 5/bpk.v44i4. 4920.237-244.
sus Vektor dan Reservoir Penyakit. Salati- Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
ga. & Lembaga Ilmu Penelitian Indonesia.
Balai Litbang Kesehatan Banjarnegara. (2011). (2019). Panduan Identifikasi Jenis Satwa
Laporan penelitian Identifikasi Mamalia Liar Dilindungi Mamalia. Jakarta: KLHK.
Kecil dan Keberadaan Bakteri Leptospira Ko, A. I., Goarant, C. and Picardeau, M. (2009)
di Daerah dengan Masalah Leptospirosis. ‘Leptospira: The Dawn of the Molecular
Banjarnegara. Genetics Era for an Emerging Zoonotic
Costa, F., Hagan, J.E., Calcagno, J., Kane, M., Torg- Pathogen’, Nat Rev Micribiol., 7(10), pp.
erson, P., Martinez-Silveira, M. S., Stein, C., 736–747. doi: 10.1038/nrmicro2208.
Abela-Ridder, B., Ko. A., I. (2015). Global Mulyono, A., Ristiyanto, Handayani, F. D., Putro,
Morbidity and Mortality of Leptospirosis: D. B. W., & Rahardianingtyas, E. (2015).
A Systematic Review. PLoS Neglected Seroprevalensi Leptospira pada Rattus
Tropical Diseases, 9(9), 0–1. doi:10.1371/ Norvegicus dan Rattus Tanezumi Ber-
journal.pntd. 0003 898. dasarkan Jenis Kelamin dan Umur.
Day, N. (2020) Leptospirosis: Epidemiology, mi- Vektora: Jurnal Vektor dan Reservoir Pen-
crobiology, clinical manifestations, and yakit, 7(1), 7–14. doi: 10.22435/vk.
diagnosis. https://www.uptodate.com/ v7i1.4254.7-14.
contents / leptospirosis-epidemiology- Munoz-Zanzi, C. (2020) Leptospirosis as a Global
microbiology-clini cal-manifestations-and Threat for both Animals and Humans: The
-diagnosis. Accessed 3 January 2020. GLEAN Story. Available at: https://
Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit. climate-services.org/wp-content/
(2014). Petunjuk Teknis Pengendalian uploads/2015/05/Munoz-Zanzi-ICCS-
Leptospirosis. Jakarta. Session-3.pdf (Accessed: 11 November
Ernawati, A. (2017). Faktor Risiko Penyakit Fi- 2020).
lariasis (Kaki gajah). Jurnal Litbang: Me- Pertiwi, S. M. B., Setiani, O., & Nurjazuli. (2016).
dia Informasi Penelitian, Pengembangan Faktor Lingkungan yang Berkaitan
dan IPTEK, XIII(2), 105-114. doi: https:// dengan Kejadian Leptospirosis di Kabu-
doi.org/ 10.33658 /jl.v1 3i2.98J. paten Pati Jawa Tengah. Jurnal Kesehatan
Goarant, C., Trueba, G., Bierque, E., Thibeaux, R., Lingkungan Indonesia, 13(2), 51–57. doi:
Davis, B., Pena-Moctezuma, A. (2019) 10.14710/jkli.13.2.51-57.
‘Leptospira and Leptospirosis’, in Global Pramestuti, N., Djati, A. P., & Kesuma, A. P.
Water Pathogens Project. eds. doi: (2015). Faktor Risiko Kejadian Luar Biasa
https:// (KLB) Leptospirosis Paska Banjir di Ka-
doi.org/10.14321waterpathogens.26. bupaten Pati Tahun 2014. Vektora : Jurnal
Haake, D. A., & Levett, P. N. (2015). Leptospiro- Vektor dan Reservoir Penyakit, 7(1), 1–6.
sis in Humans, Curr Top Microbiol Immu- doi: 10.22435/vk.v7i1.4253.1-6.
nol. doi: 10.1007/978-3-662-45059-8. Ramadhani, T., & Sholichah, Z. (2010). Studi
Ikawati, B. & Widiastuti, D. (2012). Dominant Inang reservoir dan kejadian Leptospirosis
Factors in Fluencing Leptospira sp Infec- di Daerah Endemis Kota Semarang. Semi-
tion in Rat and Suncus. Health Science nar Nasional Mewujudkan Kemandirian
Journal Indonesia, 3(2), 27–30. Kesehatan Masyarakat Berbasis Preventif
Joharina, A. S., Mulyono, A., Sari, T. F., Ra- dan Promotif. Semarang: Badan Penerbit
hardianingtyas,E., Putro, D. B. W., Universitas Diponegoro Press.
137
Spot Survei Reservoir Leptospira Solichah, dkk
138