You are on page 1of 10

Jurnal HPT Vol. 11 No.

1 Maret 2023
e-ISSN: 2580-6459
doi: 10.21776/ub.jurnalhpt.2023.011.1.1

PERSEPSI PETANI TERHADAP KONSEP PHT DALAM MENGENDALIKAN


PENYAKIT TANAMAN PADI DI KABUPATEN BEKASI, JAWA BARAT

FARMERS' PERCEPTIONS OF THE CONCEPT OF IPM IN CONTROLLING


RICE PLANT DISEASE IN BEKASI REGENCY, WEST JAVA

Chika Gianni Handayani, Abdul Latief Abadi*

Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya


Jl. Veteran, Malang 65145, Indonesia
*Penulis korespondensi : latiefabadi@ub.ac.id

ABSTRACT
Cultivating crops and processing land used by farmers on their land is usually carried out
based on the knowledge gained, such as learning to farm from generation to generation from
parents, learning independently, learning through discussions with fellow farmers, and
participating in farming training. Those ways cause farmers to have different perceptions of
agricultural science. So that each agricultural land has different criteria such as plant varieties
used, cropping systems, pest control, environmental conditions, and others. This study aimed
to determine farmers' perceptions of the IPM concept in controlling rice plant diseases in rice
production centers in Bekasi Regency, West Java. The research was conducted in September
2021 in several rice fields in Bekasi Regency. This research was exploratory with survey
methods, namely identification of rice plant diseases and interviews with farmers who own or
cultivate land to determine farmers' perceptions of the concept of IPM in controlling rice plant
diseases. The results showed that farmers' perceptions of IPM could affect the way farmers
cultivate rice fields. For example, 3 out of 4 farmer respondents negatively perceived IPM and
chose not to implement it.
Keywords: Farmers, IPM, perception, rice

ABSTRAK
Praktik budidaya tanaman dan pengolahan lahan yang digunakan petani di lahannya biasanya
dilakukan berdasarkan ilmu yang didapatkan, seperti belajar bertani turun temurun dari orang
tua, belajar secara mandiri, belajar melalui diskusi sesama petani dan mengikuti pelatihan
bertani. Hal tersebut menyebabkan petani memiliki persepsi yang berbeda-beda terhadap
suatu ilmu pertanian. Sehingga setiap lahan pertanian memiliki kriteria yang berbeda seperti
varietas tanaman yang digunakan, sistem tanam, pengendalian OPT, kondisi lingkungan dan
lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi petani terhadap konsep PHT
dalam mengendalikan penyakit tanaman padi di daerah sentra produksi padi di Kabupaten
Bekasi, Jawa Barat. Penelitian dilakukan pada bulan September 2021 di beberapa lahan padi
di Kabupaten Bekasi. Penelitian ini merupakan penelitian eksplorasi dengan metode survei,
yaitu identifikasi penyakit tanaman padi dan wawancara dengan petani pemilik atau pengolah
lahan untuk mengetahui persepsi petani terhadap konsep PHT dalam mengendalikan penyakit
tanaman padi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi petani terhadap PHT dapat
mempengaruhi cara petani dalam pengolahan lahan tanaman padi. 3 dari 4 petani yang
menjadi responden, memiliki persepsi yang kurang baik mengenai PHT dan memilih untuk
tidak menerapkannya.
Kata kunci : Padi, persepsi, petani, PHT

1
Handayani et al., Persepsi Petani Terhadap Konsep PHT dalam Mengendalikan Penyakit...

PENDAHULUAN METODE PENELITIAN

Padi (Oryza sativa L.) merupakan Penelitian dilaksanakan pada bulan


tanaman pangan sumber karbohidrat September 2021 di lahan pertanian padi di
terpenting di Indonesia. Menurut FAO (2016) Kabupaten Bekasi yang meliputi 5 lokasi
Indonesia merupakan negara pengonsumsi yaitu Kelurahan Bahagia (1 lokasi),
beras terbesar di Asia setelah Cina dan India. Kelurahan Muara Bakti (2 lokasi),
Permintaan padi terus meningkat seiring dengan Kelurahan Kedung Pengawas (1 lokasi) dan
pertumbuhan penduduk dan meningkatnya Kelurahan Kebalen (1 lokasi).
konsumsi beras. Dalam upaya meningkatkan Alat yang digunakan dalam penelitian
produksi padi, terdapat program Upsus ini adalah form wawancara petani, meteran,
Pajale (Upaya Khusus Peningkatan Produksi alat tulis dan kamera sebagai dokumentasi.
Padi, Jagung dan Kedelai) yang bertujuan Penelitian ini merupakan penelitian
menciptakan Indonesia Swasembada Pangan eksplorasi dengan metode survei, yaitu
dengan meningkatkan produksi padi, jagung identifikasi penyakit dan intensitas penyakit
dan kedelai di berbagai wilayah sentra pada tanaman padi di beberapa lahan padi di
produksi pertanian (Muis et al., 2018). daerah Kabupaten Bekasi. Selain itu,
Namun sering kali terdapat masalah dalam dilakukan wawancara dengan petani pemilik
budidaya tanaman padi yang menyebabkan atau pengolah lahan untuk mengetahui
produksi padi nasional pada tahun 2018 pandangan serta pemahaman petani terhadap
hingga 2020 mengalami penurunan dari 59,2 konsep PHT dalam mengendalikan penyakit
juta ton menjadi 54,6 juta ton (BPS, 2021). tanaman padi. Penelitian dilakukan secara
Salah satu permasalahan dalam sengaja, menurut Ochola & Tusiime, (2011)
budidaya tanaman padi yaitu disebabkan dalam Pratiwi (2020) pengamatan dilakukan
oleh serangan penyakit. Petani memiliki secara langsung melalui petak sampel yang
berbagai cara dalam mengendalikan penyakit diletakkan secara diagonal mengelilingi areal
tanaman. Mulai dari penggunaan bahan pertanaman padi. Terdapat 5 petak sampel
kimia, pengendalian hayati, hingga dengan ukuran masing-masing 1x1 meter
menerapkan konsep PHT (Pengendalian (Gambar 1). Kemudian pengamatan beberapa
Hama Terpadu). Praktik budidaya tanaman parameter dilakukan melalui petak sampel.
dan pengolahan lahan yang digunakan petani
di lahannya biasanya dilakukan berdasarkan
ilmu yang didapatkan, seperti belajar bertani
turun temurun dari orang tua, belajar secara
mandiri, belajar melalui diskusi sesama
petani dan mengikuti pelatihan bertani. Hal
ini menyebabkan petani memiliki persepsi
yang berbeda-beda terhadap suatu ilmu
pertanian. Sehingga setiap lahan pertanian
memiliki kriteria yang berbeda seperti Gambar 1. Teknik pengambilan petak sampel di
varietas tanaman yang digunakan, sistem lapang
tanam, pengendalian OPT, kondisi lingkungan
dan lainnya. Berdasarkan uraian di atas, Penentuan Lokasi Penelitian
dilakukan penelitian mengenai survei Penelitian dilaksanakan di lahan padi
persepsi petani terhadap konsep PHT dalam milik petani. Penentuan lokasi penelitian
mengendalikan penyakit tanaman padi di dilakukan secara sengaja berdasarkan kriteria
daerah sentra produksi padi di Kabupaten atau pertimbangan tertentu. Kriteria lahan
Bekasi, Jawa Barat. yang dibutuhkan adalah lahan pertanian padi

2
Jurnal HPT Volume 11 Nomor 1 Maret 2023

yang memiliki penyakit endemis dengan Perhitungan intensitas penyakit metode


umur tanaman yang sama atau hampir sama. skoring menurut Apriyani et al. (2014)
menggunakan rumus:
Wawancara Petani
Wawancara dilakukan secara langsung n v
IP 100%
dengan petani pemilik atau pengolah lahan Z N
untuk mengetahui informasi terkait lahan
padi yang akan diamati. Keterangan:
IP : Intensitas Penyakit (%)
Pengamatan Lapang n : Jumlah daun dari tiap kategori serangan
Pengamatan lapang dilakukan dengan v : Nilai skala dari kategori serangan
mengamati gejala penyakit yang terdapat Z : Nilai skala tertinggi
pada tanaman padi. Kemudian dilakukan N : Jumlah daun yang diamati
identifikasi penyakit secara visual untuk Skor:
menentukan jenis penyakit. Dilanjutkan 0 : untuk luas daun yang terserang 0%
dengan pengamatan parameter lainnya 1 : untuk luas daun yang terserang 1% - 25%
seperti tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah 2 : untuk luas daun yang terserang 26% - 50%
anakan dan intensitas penyakit. 3 : untuk luas daun yang terserang 51% - 75%
4 : untuk luas daun yang terserang 76% - 100%
Parameter pengamatan
Tinggi tanaman. Pengamatan tinggi Analisis Data
tanaman dilakukan dengan mengukur Data kualitatif yang diperoleh berdasarkan
tanaman dimulai dari pangkal batang hingga wawancara petani dianalisis untuk
ujung daun terpanjang dengan menggunakan mengetahui hubungan antara pertumbuhan
meteran (Hartanti dan Jayantika, 2017). tanaman, intensitas penyakit dan pengelolaan
Jumlah daun. Perhitungan jumlah yang dilakukan petani. Data kuantitatif yang
daun tanaman dilakukan dengan menghitung telah diperoleh dianalisa lebih lanjut
seluruh daun tanaman padi per rumpun menggunakan Anova (Analysis of Varience)
(Pratiwi, 2020). dengan taraf nyata 5%. Bila hasil Anova
Jumlah anakan. Jumlah anakan padi berbeda nyata dilakukan uji lanjut
dihitung dengan menghitung batang padi menggunakan uji DMRT (Ducan Multiple
yang tumbuh dari batang utama (Hartanti Range Test) dengan taraf nyata 5%. Analisis
dan Jayantika, 2017). data dilakukan dengan menggunakan
Intensitas penyakit. Pengamatan software Microsoft Excel dan DSAASTAT.
intensitas penyakit dilakukan dengan melihat
secara langsung gejala penyakit. Terdapat HASIL DAN PEMBAHASAN
dua metode pengamatan intensitas penyakit,
yaitu metode skoring dan metode mutlak. Praktik Budidaya Tanaman Padi oleh
Rumus perhitungan intensitas penyakit Petani
metode mutlak menurut Rahardjo (2008) Berdasarkan wawancara dengan 4
dalam Pratiwi (2020) sebagai berikut: petani di 5 lahan padi berbeda diperoleh
beberapa informasi mengenai masing-
n masing lahan serta cara petani mengolah
IP 100% lahannya masing-masing (Tabel 1).
v
Latar belakang yang dimiliki petani
Keterangan: akan berpengaruh berpengaruh terhadap
IP : Intensitas Penyakit (%) persepsi petani dalam menerima suatu
n : Jumlah tanaman terserang informasi. Berdasarkan hasil wawancara,
v : Total populasi petani yang menjadi responden berusia

3
Tabel 1. Hasil wawancara dengan petani

4
Keterangan : Lahan 1 = lahan padi sawah kelurahan Bahagia ; Lahan 2 = lahan padi sawah kelurahan Muara Bakti; Lahan 3 = lahan padi sawah organik kelurahan Muara
Handayani et al., Persepsi Petani Terhadap Konsep PHT dalam Mengendalikan Penyakit...

Bakti; Lahan 4 = lahan padi sawah kelurahan Kedung Pengawas; Lahan 5 = lahan padi sawah kelurahan Kebalen.
Jurnal HPT Volume 11 Nomor 1 Maret 2023

berkisar 50 - 62 tahun dan tergolong petani tersebut mengindikasikan bahwa petani


usia produktif. Sesuai Sari et al. (2016) yang memilih menggunakan fungisida sintetis
menyatakan bahwa usia berkisar 15 - 64 dengan alasan harga yang murah, mudah
tahun merupakan usia produktif petani. diaplikasikan dan efektif dalam mengendalikan
Adapun Nurdin (2013) menyatakan bahwa penyakit pada tanaman padi.
petani dengan usia produktif memiliki
penalaran yang baik sehingga memungkinkan Persepsi Petani terhadap Pengendalian
dalam menyerap informasi baru dan Penyakit dengan Konsep PHT
mengembangkan inovasi. Selain itu, petani Berdasarkan wawancara dengan 4
dengan usia produktif memiliki kemampuan petani di 5 lahan padi berbeda diperoleh
dan pengalaman yang lebih dibanding petani bagaimana persepsi serta pandangan petani
dengan usia muda. terhadap pengendalian penyakit dengan
Lama berusaha tani yang telah konsep PHT (Tabel 2). Petani yang
dilakukan responden yaitu berkisar 31 - 42 mengetahui konsep PHT ada 3 orang
tahun. Berdasarkan wawancara dengan sedangkan 1 petani tidak mengetahui konsep
petani, belajar bertani diperoleh dari orang PHT. Kemudian hanya 1 petani yang
tua secara turun temurun. Lama berusaha menerapkan konsep PHT yaitu petani di
tani yang dilakukan petani akan bepengaruh Lahan 3, dengan alasan dapat membantunya
terhadap bagaimana cara petani mengolah dalam mengendalikan hama dan penyakit di
lahan dan respon petani terhadap lapang terutama pada pertanian organik.
berkembangnya ilmu pertanian. Menurut Menurut Laba et al. (2014) konsep PHT
Sari et al. (2016) lama petani dalam berusaha menggunakan lebih dari satu komponen
tani berpengaruh terhadap respon, tanggapan pengendalian dan menerapkan teori ekologi
dan penerimaan petani pada suatu informasi terhadap populasi OPT untuk menyelesaikan
mengenai teknologi dan ilmu pertanian, masalah di lapang, sehingga populasi OPT
sehingga semakin lama berusaha tani dapat akan selalu berada pada kondisi yang tidak
meningkatkan respon petani terhadap merugikan secara ekonomis dan tetap aman
teknologi dan ilmu pertanian semakin tinggi. terhadap lingkungan. Pemanfaatan agens
Kendala yang sering kali dihadapi hayati dengan menanam tanaman refugia
oleh petani dalam praktik budidaya tanaman oleh petani di lahan 2 dan lahan 3
padi yaitu adanya serangan hama dan mengindikasikan bahwa tanaman refugia
penyakit. Terdapat 2 penyakit, yaitu penyakit tersebut digunakan sebagai naungan untuk
hawar daun bakteri yang terdapat di lahan 1, agens hayati yang dapat membantu petani
lahan 2, lahan 3 dan lahan 5, dan penyakit dalam mengendalikan OPT di lapang.
blas yang terdapat di lahan 4. Dalam Konsep PHT cukup membantu petani
mengendalikan penyakit, seluruh petani dalam mengendalikan penyakit yang
yang diwawancara memilih menggunakan menyerang tanaman padi di lapang, namun 3
bahan kimia seperti fungisida sintetis, dari 4 petani memilih untuk tidak
kecuali lahan 3 yang merupakan lahan padi menerapkan konsep PHT pada lahannya
organik dengan alasan mudah diaplikasikan. masing-masing. Berdasarkan latar belakang
Menurut Affandi dan Sinaga (2014), petani petani dan cara petani dalam mengendalikan
menganggap harga fungisida sintetis cukup penyakit padi di lahan. Petani berpotensi
murah dan terjangkau. Adapun Apriani et al. dalam menerima suatu informasi baru seperti
(2014) menyatakan bahwa dalam beberapa konsep PHT. Namun, petani memiliki
kasus, penggunaan fungisida sintesis efektif persepsi yang kurang baik terhadap konsep
dalam menghambat pertumbuhan patogen PHT dengan berbagai alasan. Seperti kurang
dan menekan laju intensitas serangan efektif dalam mengendalikan penyakit
penyakit pada berbagai tanaman. Hal tanaman, sulit diterapkan, dan terbiasa

5
Tabel 2. Hasil wawancara pandangan petani terhadap PHT

6
Keterangan : Lahan 1 = lahan padi sawah kelurahan Bahagia ; Lahan 2 = lahan padi sawah kelurahan Muara Bakti; Lahan 3 = lahan padi sawah organik kelurahan Muara
Handayani et al., Persepsi Petani Terhadap Konsep PHT dalam Mengendalikan Penyakit...

Bakti; Lahan 4 = lahan padi sawah kelurahan Kedung Pengawas; Lahan 5 = lahan padi sawah kelurahan Kebalen.
Jurnal HPT Volume 11 Nomor 1 Maret 2023

melakukan pertanian konvensional. Hal ini Tabel 3. Intensitas penyakit pada tanaman padi
menunjukkan bahwa motivasi yang dimiliki Lahan Intensitas Penyakit %
petani tergolong rendah. Hal tersebut 1 3,14 ab
menyebabkan kurangnya minat petani untuk 2 2,94 a
mengetahui dan belajar lebih mengenai 3 3,8 c
konsep PHT. Sehingga memiliki persepsi
4 7d
yang kurang baik terhadap konsep PHT
5 3,21 b
tanpa mencobanya terlebih dahulu. Jika
dibandingkan dengan petani Lahan 3 yang DMRT 0,05 **
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama
memiliki persepsi baik terhadap konsep
menunjukkan perbedaan yang tidak nyata
PHT. Konsep PHT tidak mudah untuk berdasarkan uji DMRT dengan taraf nyata
diterapkan, tetapi memiliki beberapa 5%; 1 = lahan padi sawah kelurahan
keunggulan. Seperti tanaman yang lebih Bahagia; 2 = lahan padi sawah kelurahan
sehat karena mengurangi input kimia dengan Muara Bakti; 3 = lahan padi sawah organik
kelurahan Muara Bakti; 4 = lahan padi
memanfaatkan agens hayati untuk
sawah kelurahan Kedung Pengawas; 5 =
mengendalikan OPT dan tanah lebih subur lahan padi sawah kelurahan Kebalen; ** =
dengan menggunakan pupuk organik. sangat berbeda nyata.

Keberadaan Penyakit pada Tanaman Padi Lahan 1, lahan 2, lahan 3 dan lahan 5
Berdasarkan pengamatan visual di terdapat peyakit yang sama, yaitu penyakit
lapang dan wawancara dengan petani, hawar daun bakteri. Namun, lahan 3
ditemukan 2 jenis penyakit. Yaitu penyakit memiliki intensitas lebih tinggi dibanding
hawar daun bakteri di lahan 1, lahan 2, lahan lahan lain. Hal ini disebabkan karena lahan 3
3 dan lahan 5, dan penyakit blas di lahan 4. merupakan lahan organik yang tidak
Hasil uji DMRT 5% menunjukkan bahwa menggunakan input kimia, melainkan
lahan 2 memiliki intensitas penyakit menggunakan pengendalian mekanik dan
terrendah dibanding lahan lain, sedangkan memanfaatkan agens hayati sebagai
lahan 4 memiliki intensitas penyakit tertinggi pengendali penyakit. Konsep PHT yang
dibanding lahan lain (Tabel 3). Skala diterapkan oleh petani lahan 3 adalah
intensitas penyakit yang berbeda-beda memanfaatkan agens hayati dalam
diduga karena perbedaan penyakit yang mengendalikan OPT. Berdasarkan penelitian
menyerang. Penyakit hawar daun bakteri yang telah dilakukan Suriyanto (2020)
mulai menginfeksi tanaman padi di umur 5 penanaman tanaman refugia berpotensi
MST dan berkembang cepat hingga 8 MST. dalam mengendalikan OPT di lahan padi.
Sedangkan penyakit blas mulai menginfeksi Walaupun jika dibandingkan dengan lahan
tanaman padi di 3 MST dan terus lain, lahan 3 memiliki intensitas penyakit
berkembang hingga mencapai puncaknya yang lebih tinggi. Namun menurut petani
pada 8 MST (Subiadi dan Sipi, 2017). Lahan konsep PHT cukup membantu dalam
4 memiliki intensitas penyakit yang tinggi mengendalikan OPT di lahan pertanian
karena penyakit blas menginfeksi tanaman organik.
lebih cepat dibanding penyakit hawar daun
bakteri di lahan lain. Hal ini Pertumbuhan Tanaman Padi
mengindikasikan bahwa setiap patogen Parameter pertumbuhan tanaman
memiliki kemampuan yang berbeda-beda bertujuan untuk menganalisa pertumbuhan
dalam menginfeksi tanaman sehingga tinggi, daun dan anakan tanaman padi di 5
terdapat perbedaan skala intensitas penyakit lahan berbeda. Tabel 4 menunjukkan adanya
yang terdapat di berbagai lahan. perbedaan pertumbuhan tanaman di 5 lahan

7
Handayani et al., Persepsi Petani Terhadap Konsep PHT dalam Mengendalikan Penyakit...

Tabel 4. Parameter pertumbuhan tanaman padi


Lahan Umur Tanaman Tinggi Jumlah Daun Jumlah Anakan
1 5 MST 67,51 b 95,86 b 24,52 a
2 5 MST 68,03 b 96,05 b 24,8 ab
3 5 MST 71,64 d 99,52 c 26,56 c
4 5 MST 69,9 c 98,92 c 25,64 bc
5 5 MST 65,75 a 93,82 a 23,9 a
DMRT 0,05 ** ** **
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan perbedaan yang tidak nyata berdasarkan uji
DMRT dengan taraf nyata 5%; 1 = lahan padi sawah kelurahan Bahagia ; 2 = lahan padi sawah
kelurahan Muara Bakti; 3 = lahan padi sawah organik kelurahan Muara Bakti; 4 = lahan padi sawah
kelurahan Kedung Pengawas; 5 = lahan padi sawah kelurahan Kebalen; ** = sangat berbeda nyata.

berbeda. Lahan 3 memiliki rata-rata tinggi melainkan hanya menggunakan input


tanaman, jumlah daun dan jumlah anakan organik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
lebih tinggi dibanding lahan lain. Hal ini tanaman padi di lahan 3 tumbuh dengan baik
karena lahan 3 menggunakan sistem tanam karena lahan organik memiliki tanah yang
jajar legowo. Sedangkan lahan 1, lahan 2, subur dibanding lahan lainnya yang
lahan 4 dan lahan 5 menggunakan sistem merupakan lahan konvensional.
tanam SRI. Sesuai dengan Hatta (2011) yang
menyatakan bahwa tanaman padi dengan Hasil Produksi Padi
sistem tanam jajar legowo dapat tumbuh Lahan yang digunakan petani
dengan baik serta menghasilkan populasi memiliki luas berkisar antara 0,7 - 1,2 ha.
lebih banyak dibanding tanaman padi yang Luas lahan akan mempengaruhi hasil
ditanam dengan sistem tanam konvensional produksi. Tabel 5 menunjukkan bahwa lahan
dan SRI. Jarak tanam merupakan faktor 3 memiliki hasil produksi lebih besar
penting dalam pertumbuhan tanaman. Lahan dibanding lahan padi lain. Hal ini disebabkan
3 memiliki jarak tanam 25 x 12,5 x 50 cm karena lahan 3 memiliki luas lahan yang juga
yang merupakan rekomendasi jarak tanam lebih besar dibanding lahan padi lain.
dalam jajar legowo. Jarak tanam yang sesuai, Semakin luas lahan pertanian maka akan
tidak terlalu rapat dan tidak terlalu lebar akan semakin besar jumlah produksi yang akan
menunjang pertumbuhan tanaman dengan dihasilkan oleh lahan tersebut.
baik.
Lahan 3 merupakan lahan organik, Tabel 5. Hasil produksi padi di 5 lahan berbeda
sedangkan lahan 1, lahan 2, lahan 4 dan Hasil produksi Luas lahan
Lahan
lahan 5 merupakan lahan konvensional. (ton/ha) (ha)
Penggunaan sistem pertanian organik dapat 1 5,5 0,8
mempengaruhi kesuburan tanah. Sardiana 2 6,2 0,9
(2017) menyatakan bahwa pertanian 3 8 1,2
konvensional berpotensi dalam penurunan 4 5 0,7
kesuburan tanah karena bahan kimia yang
5 6 0,9
digunakan, tanah yang kurang subur akan Keterangan: Lahan 1 = lahan padi sawah kelurahan
mendorong kehancuran struktur tanah dan Bahagia ; Lahan 2 = lahan padi sawah
hilangnya hara pada tanah. Hal ini kelurahan Muara Bakti; Lahan 3 = lahan
menunjukkan bahwa pertanian organik padi sawah organik kelurahan Muara
memiliki tanah yang lebih subur dibanding Bakti; Lahan 4 = lahan padi sawah
kelurahan Kedung Pengawas; Lahan 5 =
pertanian konvensional, karena pertanian lahan padi sawah kelurahan Kebalen.
organik tidak menggunakan input kimia

8
Jurnal HPT Volume 11 Nomor 1 Maret 2023

Sistem pertanian organik yang DAFTAR PUSTAKA


digunakan pada lahan 3 juga dapat
mempengaruhi hasil produksi. Menurut Affandi, A., & Sinaga, A. (2014). Hubungan
Mayrowani (2012) pertanian organik yang pengetahuan dan persepsi harga
dilakukan secara tepat akan meningkatkan dengan penggunaan pestisida dalam
kesuburan tanah dan produktivitas lahan usahatani. Jurnal Agribisnis Indonesia, 2(2),
secara alami. Adapun Nurhasanah et al. 93-106. https://doi.org/10.29244/jai.
(2012) menyatakan bahwa lahan pertanian 2014.2.2.93-106 .
konvensional yang menggunakan pupuk Apriani, L. A. S. T. R. I., Suprapta, D. N., &
kimia dan pestisida kimia secara terus- Temaja, I. G. R. M. (2014). Uji
menerus akan mengalami penurunan efektivitas fungisida alami dan sintetis
kandungan hara yang menyebabkan dalam mengendalikan penyakit layu
berkurangnya kesuburan tanah, penurunan fusarium pada tanaman tomat yang
produktivitas lahan dan degrasasi lahan. disebabkan oleh Fusarium oxysporum
Hasil produksi yang tinggi pada lahan 3 sp. lycopersici. E-Jurnal Agroekoteknologi
menunjukkan bahwa pengelolaan pertanian Tropika, 3(3), 137-147.
organik yang dilakukan petani cukup baik. Badan Pusat Statistik (BPS). (2021). Luas
Tanah yang subur akan menunjang panen, produksi dan produktivitas
pertumbuhan tanaman dengan baik dan padi menurut provinsi 2018-2020.
menghasilkan hasil panen yang tinggi. Selain [Online] Diakses melalui: http://bps.
itu, setiap petani memiliki cara yang go.id/ (25 Juni 2021 pukul 19.50
berbeda-beda dalam mengolah lahannya WIB).
masing-masing. Baik dalam pemilihan Food and Agriculture Organization of the
varietas tanaman padi, sistem tanam, United Nation (FAO). (2016). Rice
pemakaian pupuk hingga pengendalian hama market monitor. 19(1):1–41.
dan penyakit. Perbedaan pengolahan lahan Hartanti, A., & Jayantika, R. (2017). Induksi
yang dilakukan petani juga diduga pertumbuhan dan hasil tanaman padi
menyebabkan perbedaan pertumbuhan (Oryza sativa L.) varietas IR64 dengan
tanaman, hasil produksi dan intensitas aplikasi jarak tanam dan jumlah bibit
penyakit di setiap lahan. per titik tanam. Agrotechbiz, 4(1).
Hatta, M. (2011). Pengaruh tipe jarak tanam
KESIMPULAN terhadap anakan, komponen hasil dan
hasil dua varietas padi pada metode
Persepsi petani yang kurang baik SRI. J. Floratek, 6(2), 104-113.
terhadap PHT mempengaruhi cara petani Laba, I. W., Wahyuno, D., & Rizal, M.
dalam pengolahan lahan tanaman padi (2014). Peran PHT, pertanian organik
sehingga sebagian besar petani memilih dan biopestisida menuju pertanian
untuk tidak menerapkan PHT. Petani pada berwawasan lingkungan dan
lahan padi sawah organik cenderung berkelanjutan. Prosiding seminar
memiliki persepsi yang baik terhadap konsep nasional pertanian organik. 18-19.
PHT sehingga menerapkan konsep PHT. Mayrowani, H. (2012). Pengembangan
pertanian organik di Indonesia. Forum
UCAPAN TERIMA KASIH Penelitian Agro Ekonomi, 30 (2), 91-
108. http://dx.doi.org/10.21082/fae.
Penulis mengucapkan terima kasih v30n2.2012.91-108 .
kepada semua pihak yang telah mendukung Muis, A., Suriani, S. H., & Nurnina, N.
dan membantu penelitian ini. (2018). Penyakit bulai pada tanaman

9
Handayani et al., Persepsi Petani Terhadap Konsep PHT dalam Mengendalikan Penyakit...

jagung dan upaya pengendaliannya. Sari, N., Fatchiya, A., & Tjitropranoto, P.
Yogyakarta: Deepublish. (2016). Tingkat penerapan pengendalian
Nurdin, M. (2013). Kajian pola dan faktor hama terpadu (PHT) sayuran di
penentu distribusi penerapan inovasi Kenagarian Koto Tinggi, Kabupaten
pertanian PTT padi sawah di Agam, Sumatera Barat. Jurnal
Kabupaten Buru. Jurnal Agribisnis Penyuluhan, 12(1). https://doi.org/
Kepulauan, 2(2), 1-15. 10.25015/penyuluhan.v12i1.11316 .
Nurhasanah, N., Sufardi, S., & Syakur, S. Subiadi, & Sipi, S. (2017). Tingkat serangan
(2012). Kesuburan tanah pada sistem penyakit blas daun dan penyakit blas
budidaya konvensional dan SRI di leher pada padi sawah varietas
Kabupaten Aceh Besar. Jurnal cigeulis. Seminar nasional:
Manajemen Sumberdaya Lahan, 1(2), Mewujudkan kedaulatan pangan
151-158. melalui penerapan inovasi teknologi
Pratiwi, W. (2020). Survei penyakit hawar pertanian spesifik lokasi pada kawasan
upih (Rhizoctonia solani Kuhn.) pada pertanian.
tanaman padi (Oryza sativa L.) di Suriyanto, R. (2020). Efektivitas refugia
beberapa lokasi di Sumatera Utara. terhadap populasi penggerek batang
Skripsi. Medan: Universitas Sumatera Utara. padi putih (Schirpophaga innotata)
Sardiana, I. K. (2017). Strategi transisi dari pada sawah tadah hujan di Kecamatan
pertanian konvensional ke sistem Malangke Barat Kabupaten Luwu
organik pada pertanian sayuran di Utara. Perbal: Jurnal Pertanian
Kecamatan Baturiti, Kabupaten Berkelanjutan, 8(2), 87-92. http://dx.
Tabanan Bali. Jurnal Bumi Lestari, doi.org/10.30605/perbal.v8i2.1538 .
17(1), 49-57. https://doi.org/10.24843/
blje.2017.v17.i01.p06 .

10

You might also like