You are on page 1of 14

EFEKTIVITAS MEDIA PENYULUHAN YANG DIBERIKAN KEPADA PETANI

KARET (Hevea brasiliensis) DI DESA GUNUNG BUNGSU KECAMATAN XIII


KOTO KAMPAR
(Studi Kasus Penyuluhan Pengendalian Jamur Akar Putih)

THE EFFECTIVENESS OF EXTENSION MEDIA GIVEN TO RUBBER ( Hevea


brasiliensis ) FARMERS IN GUNUNG BUNGSU VILLAGE OF XIII KOTO KAMPAR
SUBDISTRICT
(Case Study White Root Fungus Control Extension )

Nur Isnaini Abidin1, Rosnita2, and Roza Yulida2


Department of Agriculture, Universitas Riau, Jl. Bina Widya No.30 Simpang Baru Kec.
Tampan, Pekanbaru,28293, Indonesia Phone +62761-63270/ Fax +62761-63270
Hp: 085271765486, Email: sahabatkita73@gmail.com

ABSTRACT

This study aimed to analyze the effective extension of media used by farmers in the
cultivation of rubber (Hevea brasiliensis) and goal attainment white root fungus control
counseling viewed from the aspect of knowledge, attitude and skills of farmers in the village
of Gunung Bungsu XIII Koto Kampar subdistrict, as well as analyzing media relations
counseling towards the achievement of objectives in the Village of Gunung Bungsu extension
XIII Koto Kampar subdistrict. The number of samples taken as many as 74 people from 14
farmer groups interviewed as respondents. Retrieval technique is purposive sampling of
respondents. Data analysis was done descriptively and then converted to Likert Scale's
Summated Rating (SLR) and Rank Spearman. The results showed that the use of agricultural
extension media field (PPL) is more effective than the media leaflets and goal attainment
extension as seen from the aspect of knowledge, attitudes and skills achieved enough. PPL
media relations with the achievement of the objectives of extension seen from the aspect of
knowledge has the power of a very strong relationship with a correlation value is 0,833 while
media relations leaflet with the achievement of the objectives extension as seen from the
aspect of knowledge has a low correlation with the strength of the correlation is 0,236.

Key words: effectiveness, media outreach, rubbers farmer, and controlling white root fungus

I. PENDAHULUAN sesuai dengan sasaran. Memilih cara atau


metode/teknik ini akan menentukan
Penyuluhan pertanian merupakan keberhasilan di dalam penyelenggaraan
upaya pemberdayaan petani dan program penyuluhan pertanian yang
keluarganya beserta masyarakat pelaku merupakan bagian dari pembangunan
agribisnis melalui kegiatan pendidikan pertanian.
nonformal dibidang pertanian, agar Program penyuluhan pertanian
mampu menolong dirinya sendiri baik adalah rencana penyuluhan/kegiatan
dibidang ekonomis, sosial maupun politik, pertanian dengan memadukan aspirasi
sehingga peningkatan pendapatan dan pelaku utama dan pelaku usaha dengan
kesejahteraan mereka dapat tercapai potensi wilayah dan program
(Rasyid, 2011). pembangunan yang menggambarkan
Dalam proses penyuluhan keadaan saat ini, tujuan yang ingin dicapai,
pertanian keberhasilan yang dicapai yaitu masalah-masalah dan alternatif
dapat menetapkan pesan/materi yang tepat pemecahannya serta bagaimana mencapai
1.
Mahasiswa Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Riau
2.
Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Riau

Jom Faperta Vol. 2 No. 2 Oktober 2015


tujuan, yang disusun secara partisipatif, pembangunan pembangkit listrik tenaga air
sistematis dan tertulis. (PLTA), sehingga pada saat itu pemerintah
Wilayah Kecamatan XIII Koto setempat memberikan perkebunan karet
Kampar merupakan wilayah yang pada setiap kepala keluarga seluas 2
berpotensi terhadap pengembangan Ha/KK sebagai ganti rugi. Berdasarkan
perkebunan karet. Luas bakunya mencapai hal tersebut, maka diperlukan adanya
92.037 Ha dan luas potensi 35.187 Ha. kegiatan penyuluhan pengendalian jamur
Dari luas wilayah tersebut 92,28 % akar putih ini. Kegiatan penyuluhan
merupakan lahan kering yang sebagian pertanian berhadapan dengan keterbatasan
sudah ditanam tanaman perkebunan seperti jumlah penyuluh, keterbatasan dipihak
komoditi karet, gambir, dan kelapa sawit. sasaran, seperti pendidikan formal yang
Dilihat dari produktivitas komoditi yang bervariasi, keterbatasan sarana dan waktu
diusahakan ternyata belum sesuai dengan belajar bagi petani, sehingga perlu
yang diharapkan dan masih dapat diimbangi dengan pemilihan metode,
ditingkatkan, hal ini karena masih meningkatkan peranan dan penggunanaan
rendahnya tingkat pengetahuan, sikap dan media penyuluhan pertanian.
keterampilan petani dalam menerapkan Media penyuluhan adalah sebagai
teknologi. Disamping itu pengembangan alat penyampaian suatu informasi yang
industri karet hingga saat ini terus harus tepat sasaran agar dapat
dilakukan. Namun, terdapat hambatan tersampaikan dengan baik pada target
dalam pengembangan budidaya karet sasaran, sehingga dapat bermanfaat bagi
tersebut antara lain adanya serangan pembuat dan penerima informasi.
penyakit. Diantaranya penyakit penting Penyuluh menggunakan beberapa metode
yang menyerang karet adalah penyakit dan media penyuluhan untuk memudahkan
jamur akar putih (JAP) yang disebabkan petani karet dalam penerimaan informasi
oleh cendawan Rigidoporus lignosus. yang diberikan penyuluh kepada petani,
Rigidoporus lignosus dikenal sehingga tujuan penyuluhan dapat tercapai.
sebagai jamur akar putih (JAP) merupakan Di Desa Gunung Bungsu Kecamatan XIII
jamur Polyporaceae penyebab penyakit Koto Kampar terdapat beberapa jenis
akar putih pada tanaman industri, terutama media penyuluhan yang digunakan oleh
karet, lada dan ubi kayu. Serangan patogen petani karet dalam menjalankan usahatani
Rigidoporus lignosus menyebabkan akar khususnya dalam melakukan pengendalian
menjadi busuk dan umumnya ditumbuhi jamur akar putih, akan tetapi efektif atau
Rizomorf cendawan. Gejala tampak pada tidaknya media penyuluhan tersebut bagi
daun yang berubah menjadi layu, berwarna petani, serta sudah tercapainya tujuan
kusam, dan akhirnya kering. Jamur ini penyuluhan yang dilihat dari aspek
menimbulkan lapuk pada akar dan leher pengetahuan, sikap dan keterampilan
akar sehingga menyebabkan kematian petani itu yang belum penulis ketahui.
tanaman (Tim Penulis PS, 2005). Memperhatikan hal tersebut, maka
Desa Gunung Bungsu merupakan penulis ingin melakukan penelitian dengan
salah satu desa yang perkebunan karetnya MXGXO ³(IHNWLYLWDV 0HGLD 3HQ\XOXKDQ <DQJ
terserang penyakit jamur akar putih (JAP) Diberikan Kepada Petani Karet (Hevea
di Kecamatan XIII Koto Kampar. brasiliensis) Di Desa Gunung Bungsu
Perkebunan karet di Desa Gunung Bungsu Kecamatan XIII Koto Kampar (Studi
sudah lama terkena serangan penyakit Kasus Penyuluhan Pengendalian Jamur
jamur akar putih ini, yaitu pada tahun 2000 $NDU 3XWLK ´
atau sekitar 3-4 tahun setelah penduduk Tujuan dari penelitian ini adalah :1.
desa berpindah dari desa kampung lama ke Menganalisis media penyuluhan yang
desa kampung baru pada tahun 1996. efektif digunakan oleh petani dalam
Perpindahan tersebut dikarenakan adanya berbudidaya karet (Hevea brasiliensis)

Jom Faperta Vol. 2 No. 2 Oktober 2015


dengan studi kasus penyuluhan 2005). Dalam penelitian ini, syarat yang
pengendalian jamur akar putih di Desa ditetapkan responden adalah petani karet
Gunung Bungsu Kecamatan XIII Koto di Desa Gunung Bungsu, petani yang
Kampar, 2. Menganalisis pencapaian perkebunan karetnya terserang penyakit
tujuan penyuluhan pengendalian jamur jamur akar putih (JAP) dari berbagai umur,
akar putih dilihat dari aspek pengetahuan, tergabung ke dalam kelompok tani, dan
sikap dan keterampilan petani di Desa aktif dalam mengikuti kegiatan
Gunung Bungsu Kecamatan XIII Koto penyuluhan. Sehingga, didapat populasi
Kampar, 3. Menganalisis hubungan media sampel sebanyak 74 responden.
penyuluhan terhadap pencapaian tujuan Data yang dikumpulkan dalam
penyuluhan dilihat dari aspek penelitian ini terdiri atas dua macam yaitu,
pengetahuan, sikap, dan keterampilan data primer dan data sekunder. Data
petani di Desa Gunung Bungsu Kecamatan primer diperoleh dengan wawancara
XIII Koto Kampar. langsung dan kuesioner terhadap petani
dengan mengunakan daftar pernyataan
II. METODE PENELITIAN yang telah disiapkan untuk petani karet,
serta pengamatan langsung dilapangan.
Tempat dan Waktu Penelitian Data primer juga terdiri dari identitas
Penelitian ini dilakukan di Desa petani dan sumber media penyuluhan.
Gunung Bungsu Kecamatan XIII Koto Sedangkan data sekunder diperoleh dari
Kampar. Pemilihan lokasi ini dengan kantor kecamatan, kantor desa, intitusi
pertimbangan di Desa Gunung Bungsu terkait, tokoh masyarakat, dan sumber lain
merupakan salah satu desa yang yang berhubungan dengan penelitian
perkebunan karetnya terserang penyakit berupa monografi desa, laporan dan
jamur akar putih (JAP) dan dari 12 desa catatan-catatan informasi yang
lainnya yang memiliki kegiatan berhubungan dengan literatur.
penyuluhan aktif di Kecamatan XIII Koto
Kampar. Selain itu, Kecamatan XIII Koto Analisis Deskriptif
Kampar juga merupakan salah satu Analisis deskriptif digunakan untuk
wilayah yang memiliki lahan untuk mengukur media penyuluhan mana yang
komoditi perkebunan karet terluas dari paling efektif di gunakan oleh petani karet
komoditi perkebunan lainnya. Penelitian di Desa Gunung Bungsu Kecamatan XIII
ini dilaksanakan selama 5 bulan mulai dari Koto Kampar dalam studi kasus
Februari 2015 sampai Juni 2015, yang penyuluhan pengendalian jamur akar putih
terdiri dari tahap pembuatan proposal, (JAP) dengan menggunakan indikator
pengumpulan data, analisis data serta sesuai dimensi EPIC model (Emphaty,
penulisan laporan akhir. Persuation, Impact, Communication),
digunakan alat analisis tabulasi sederhana
Metode Pengambilan Sampel dan Data dan skor rata-rata, kemudian dikonversi ke
Populasi dalam penelitian ini rentang skala likert.
adalah petani karet di Desa Gunung
Bungsu Kecamatan XIII Koto Kampar. Korelasi Rank Spearman
Jumlah populasi adalah 290 orang dari 14 Menganalisis hubungan media
kelompok tani dengan jumlah yang penyuluhan terhadap pencapaian tujuan
berbeda disetiap kelompok taninya. Teknik penyuluhan dilihat dari aspek
pengambilan sampel dalam penelitian ini pengetahuan, sikap, dan keterampilan
adalah dengan metode purposive sampling petani di Desa Gunung Bungsu Kecamatan
(pemilihan sampel dilakukan dengan XIII Koto Kampar diketahui dengan
mempertimbangkan syarat-syarat yang menggunakan analisis korelasi Rank
telah ditetapkan sebelumnya) (Umar, Spearman sebagai uji korelasi bagi data

Jom Faperta Vol. 2 No. 2 Oktober 2015


nonparametrik, karena data yang diperoleh melakukan kegiatan penyuluhannya, PPL
dari hasil kuesioner merupakan data menggunakan beberapa metode agar
dengan skala ordinal, sehingga korelasi ini tujuan penyuluhan dapat tercapai dengan
dapat memberikan hasil yang mendekati baik yaitu dengan cara demplot, demcara
kenyataan. Setiap data Xi maupun Yi dan anjangsana. Karena PPL di Desa
ditetapkan peringkatnya relatif terhadap X Gunung Bungsu tamatan jurusan
dan Y yang lain dari yang terkecil sampai perikanan, maka beliau juga mengajarkan
terbesar. Peringkat terkecil diberi 1 jika, cara membuat pakan buatan (pellet)
diantara nilai-nilai X atau Y terdapat angka kepada petani.
sama, masing-masing nilai sama diberi Informasi/materi lain yang pernah
peringkat rata-rata dari posisi yang disampaikan PPL kepada petani yaitu
seharusnya. Sebelum dilakukan analisis tentang cara pemupukan kacang tanah,
terhadap data media penyuluhan terlebih budidaya jagung manis, cabe, sayur-
dahulu dianalisis secara deskriptif dengan sayuran dan yang sedang dikembangkan
distribusi frekuensi, rataan dan nilai tengah sekarang yaitu padi sawah. Informasi dari
(Umar, 2002). media PPL ini bisa diterima dengan cukup
baik oleh petani, selain itu tempat tinggal
III. HASIL DAN PEMBAHASAN penyuluh pertanian lapangan tersebut juga
berada dekat dengan lokasi tempat tinggal
Media Penyuluhan Pertanian Karet petani, sehingga memudahkan petani
Media penyuluhan di Desa Gunung menemuinya untuk menyampaikan
Bungsu Kecamatan XIII Koto Kampar permasalahan yang mereka hadapi dan
yang digunakan petani karet dalam permasalahan atau apa yang mereka
pengendalian jamur akar putih (JAP) ada butuhkan cepat teratasi. Selain PPL datang
dua jenis, yaitu media perorangan (PPL) kerumah petani atau petani datang ke
dan media cetak (leaflet). rumah PPL langsung untuk mendapatkan
penyuluhan, petani juga tidak sungkan
1. Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) untuk datang langsung ke BBP Kecamatan
Penyuluh pertanian lapangan XIII Koto Kampar yang berada di
(PPL) adalah orang yang mengemban Kelurahan Batu Besurat. Biasanya petani
tugas memberikan dorongan dan datang ke BPP Kecamatan XIII Koto
pengarahan kepada petani agar mau .DPSDU \DLWX SDGD KDUL MXP¶DW NDUHQD
mengubah cara berfikir, sikap, dan pada hari itu semua PPL di kecamatan
perilakunya terhadap perkembangan tersebut hadir melakukan pertemuan.
teknologi. Di Desa Gunung Bungsu
terdapat satu orang penyuluh pertanian 2. Media Leaflet
lapangan (PPL) yang bernama Aminah, Danim (2004), menyatakan bahwa
S.Pi. leaflet berisi karangan ilmiah dan praktis
Beliau bertugas di desa tersebut sifatnya, diedarkan dalam bentuk kertas
dari tahun 2008 hingga sekarang. Karena terlipat. Leaflet biasanya diterbitkan oleh
minimnya tenaga PPL di Kecamatan XIII kelembagaan penelitian, instansi
Koto Kampar, maka setiap PPL tersebut pemerintah atau swasta secara tidak
ditugaskan untuk membina dua desa teratur. Media leaflet yang digunakan
sekaligus yaitu Desa Gunung Bungsu dan petani karet di Desa Gunung Bungsu
Desa Muara Takus. Sasaran utama PPL di Kecamatan XIII Koto Kampar
Desa Gunung Bungsu yaitu petani karet, menginformasikan ciri-ciri serangan
karena sebagian besar masyarakat penyakit jamur akar putih (JAP), penyebab
setempat bekerja sebagai petani karet serangan dan cara pengendaliannya. Media
meskipun ada juga yang berprofesi sebagai leaflet tersebut dibuat langsung oleh
nelayan dan peternak sapi. Dalam penyuluh di BPP Kecamatan XIII Koto

Jom Faperta Vol. 2 No. 2 Oktober 2015


Kampar pada tahun 2011 dengan anggaran karet di Desa Gunung Bungsu Kecamatan
biaya Rp. 195.000. Penyuluh membagikan XIII Koto Kampar yang dilihat dari
media leaflet tersebut kepada setiap ketua GLPHQVL (3,& PRGHO VXGDK ³HIHNWLI´ \DQJ
kelompok tani dan ketua kelompok tanilah ditunjukkan dengan nilai 3,51 dengan
yang memperbanyak selanjutnya untuk alasan bahwa komunikasi petani dengan
menyebarkan kepada setiap anggota. PPL dinilai baik oleh petani, karena pada
saat PPL melakukan penyuluhan dengan
Efektivitas Media Penyuluhan yang menggunakan suara yang jelas dan tegas
Digunakan Petani Karet sehingga informasi yang disampaikan jelas
Efektivitas media penyuluhan yang diterima oleh petani. Bahasa yang
digunakan petani karet di Desa Gunung digunakan PPL sama dengan petani
Bungsu Kecamatan XIII Koto Kampar setempat, yaitu bahasa melayu/ocu.
dalam pengendalian jamur akar putih dapat Menurut Wilbur Schramm dalam
diukur dengan dimensi EPIC model. EPIC Pradiana,W dan Haryanto,Y (2011),
model menurut Durianto dalam Danar suatu proses atau kegiatan komunikasi
(2012), adalah salah satu alat ukur akan berjalan baik apabila terdapat
efektivitas iklan dengan pendekatan overlaping of interest (pertautan minat dan
komunikasi yang dikembangkan oleh AC kepentingan) diantara sumber dan
Nielsen, salah satu perusahaan peneliti penerima pesan. Untuk terjadinya
pemasaran terkemuka di dunia, yang overlaping of interest dituntut adanya
mencakup empat dimensi kritis, yaitu SHUVDPDDQ GDODP KDO ³NHUDQJND UHIHUHQVL´
empati, persuasi, dampak, dan komunikasi (tingkat pendidikan, pengetahuan, latar
(Emphaty, Persuation, Impact, and belakang budaya, kepentingan dan
Communication). orientasi) dari kedua pelaku komunikasi
(sumber dan penerima).
1. Dimensi EPIC Model terhadap Media Semakin besar tingkat persamaan
PPL dalam hal kerangka referensi maka
EPIC model petani karet di Desa semakin besar pula overlaping of interest,
Gunung Bungsu terhadap penggunaan dan ini berarti akan semakin mudah proses
media PPL yang dapat disimpulkan pada komunikasi berlangsung. Hal ini,
Tabel 1 berikut ini. berpengaruh terhadap perubahan sikap dan
perilaku petani dalam melakukan usahatani
TABEL 1. karet setelah mendapatkan informasi dari
EPIC MODEL TERHADAP MEDIA PPL media PPL, sehingga petani tertarik
menggunakan media tersebut untuk
Rata- mencari informasi pertanian. Penyuluh
No Variabel Rata Kategori pertanian lapangan (PPL) juga mudah
Skor dicari, sehingga petani dapat dengan
1 Emphaty 3,21 Cukup mudah bertanya dan mendapatkan solusi
Efektif dalam menyelesaikan permasalahan
2 Persuation 3,59 Efektif usahatani mereka.
Impact Cukup
3 3,27 Efektif 2. Dimensi EPIC Model terhadap Media
4 Communication 3,99 Efektif Leaflet
Jumlah Rata-Rata 3,51 Efektif EPIC model petani karet di Desa
Sumber : Data Olahan, 2015 Gunung Bungsu terhadap penggunaan
media leaflet yang dapat disimpulkan pada
Berdasarkan Tabel 1 dapat Tabel 2 berikut ini.
disimpulkan bahwa efektivitas media
penyuluhan PPL yang digunakan petani

Jom Faperta Vol. 2 No. 2 Oktober 2015


TABEL 2. diperoleh baik secara formal maupun non
EPIC MODEL TERHADAP MEDIA formal melalui pengalaman diri sendiri
LEAFLET maupun pengalaman orang lain, sehingga
mereka lebih terbebas dari keterbatasan
Rata- dan subjektivitasnya. Jadi, dapat
No Variabel Rata Kategori disimpulkan bahwa pengetahuan
Skor
merupakan hasil pemahaman petani
1 Emphaty 2,77 Cukup
Efektif
terhadap penyuluhan pengendalian jamur
2 Persuation 2,41 Tidak
akar putih yang diperoleh dari media PPL
Efektif dan media leaflet yang digunakan petani di
Impact Cukup Desa Gunung Bungsu, dengan adanya
3 2,68
Efektif pemahaman terhadap hal tersebut
4 Communication 3,65 Efektif diharapkan petani dapat memberikan peran
Cukup secara lebih optimal terhadap kegiatan
Jumlah Rata-Rata 2,88
Efektif
penyuluhan pengendalian jamur akar putih
Sumber : Data Olahan, 2015
sehingga dapat mengurangi serangan
Berdasarkan Tabel 2 dapat terhadap tanaman karet yang sedang
disimpulkan bahwa efektivitas media diusahakan. Rata-rata skor penilaian
penyuluhan leaflet yang digunakan petani pencapaian tujuan penyuluhan dari aspek
karet di Desa Gunung Bungsu Kecamatan pengetahuan dapat dilihat pada Tabel 3.
;,,, .RWR .DPSDU VXGDK ³FXNXS HIHNWLI´
ditunjukkan dengan jumlah rata-rata 2,88. TABEL 3.
Hal tersebut menginformasikan bahwa RATA-RATA SKOR JAWABAN
informasi yang disampaikan media leaflet PETANI KARET TERHADAP
dinilai sudah jelas dan mudah dipahami, PENCAPAIAN TUJUAN
meskipun kurang berpengaruh terhadap PENYULUHAN PENGENDALIAN
sikap dan perilaku petani dalam JAMUR AKAR PUTIH (JAP) DILIHAT
mengendalikan jamur akar putih yang DARI ASPEK PENGETAHUAN
sedang dihadapi. Petani yang mendapatkan
Rata-
media leaflet malas untuk membaca ulang
No Pertanyaan Rata Kategori
informasi yang ada pada media tersebut. Skor
1 Mengetahui ciri- 3,51 Tercapai
Pencapaian Tujuan Penyuluhan ciri penyakit
Pengendalian Jamur Akar Putih (JAP) jamur akar putih
dilihat dari Aspek Pengetahuan, Sikap 2 Mengetahui 3,41 Tercapai
dan Keterampilan penyebab
Menjawab tujuan penelitian kedua serangan jamur
tentang analisis pencapaian tujuan akar putih
penyuluhan pengendalian jamur akar putih 3 Mengetahui cara 3,15 Cukup
(JAP) dilihat dari aspek pengetahuan, pengendalian Tercapai
jamur akar putih
sikap dan keterampilan petani di Desa
4 Memahami cara- 3,11 Cukup
Gunung Bungsu Kecamatan XIII Koto cara pengendalian Tercapai
Kampar maka dapat dijelaskan hasil jamur akar putih
penilaiannya pada uraian-uraian berikut. Cukup
Jumlah Rata-Rata 3,29
Tercapai
1. Tujuan Penyuluhan dilihat dari Sumber : Data Olahan, 2015
Aspek Pengetahuan
Maulid (2013), mengatakan bahwa Berdasarkan Tabel 3 menunjukkan
pengetahuan merupakan hasil pemahaman bahwa pencapaian tujuan penyuluhan yang
seseorang terhadap suatu objek yang dilihat dari aspek pengetahuan

Jom Faperta Vol. 2 No. 2 Oktober 2015


GLNDWHJRULNDQ ³FXNXS WHUFDSDL´ GHQJDQ satu petani dengan perkebunan petani
rata-rata skor 3,29. Hal tersebut lainnya yang sama-sama terkena serangan
menginformasikan bahwa petani jamur akar putih, sehingga dapat
mengetahui ciri-ciri penyakit jamur akar menyebabkan penularan serangan penyakit
putih dan penyebab serangannya, dalam waktu yang singkat. Selain itu juga
meskipun cara pengendaliannya tidak bisa melalui hembusan angin yang
semua yang dipahami oleh petani membawa spora penyakit JAP. Dilihat dari
berdasarkan informasi yang telah kondisi areal perkebunan karetnya, banyak
disampaikan oleh media penyuluhan. rumput-rumput liar yang dapat menjadi
Indikator dalam mengetahui ciri- inang timbulnya penyakit ini. Areal yang
ciri serangan penyakit jamur akar putih tidak bersih inilah yang dapat
GLNDWHJRULNDQ ³WHUFDSDL´ GHQJDQ UDWD-rata menimbulkan serangan penyakit jamur
skor 3,51. Hal tersebut menjeskan bahwa akar putih.
38 orang petani responden mengetahui Indikator dalam mengetahui cara
ciri-ciri penyakit jamur akar putih yang pengendalian jamur akar putih
menyerang tanaman karet dan sesuai GLNDWHJRULNDQ ³FXNXS WHUFDSDL´ GHQJDQ
dengan pengalaman mereka. Petani rata-rata skor 3,15. Begitupun pada
mengetahui hal tersebut dari saluran indikator pemahaman cara-cara
informasi yang mereka gunakan seperti pengendalian jamur akar putih sesuai yang
media PPL dan media leaflet. Ciri-ciri diinformasikan media penyuluhan
serangan penyakit jamur akar putih yaitu memperoleh rata-rata skor 3,11. Hal
dilihat pada daun-daun tanaman berubah tersebut menjelaskan bahwa petani cukup
warna menjadi pucat kekuningan, mengetahui cara pengendalian jamur akar
kemudian gugur dan ujung rantingnya putih meskipun tidak secara keseluruhan
mati. Adakalanya tanaman yang sakit dan mereka juga cukup paham dengan cara
mengeluarkan lateks dengan jumlah yang pengendalian yang telah dijelaskan oleh
banyak dan kemudian habis perlahan media penyuluhan. Cara pengendalian
dalam waktu yang singkat kemudian mati. yang disampaikan oleh PPL sama dengan
Pada akar tanaman tampak benang-benang yang ada di dalam media leaflet. Sehingga
jamur putih dan agak tebal. Akar tanaman dapat dipresentasikan petani yang benar-
yang sakit akhirnya membusuk, lunak dan benar paham dan ingin mencoba hanya 11
berwarna cokelat. orang petani saja. Sedangkan yang lainnya
Indikator dalam mengetahui hanya tahu tetapi tidak terlalu paham
penyebab serangan jamur akar putih dengan cara pengendaliannya secara
GLNDWHJRULNDQ ³WHUFDSDL´ GHQJDQ UDWD-rata langsung.
skor 3,41. Hal tersebut menjelaskan bahwa
petani mengetahui penyebab serangan 2. Tujuan Penyuluhan dilihat dari
jamur akar putih. Penyebab serangan Aspek Sikap
jamur akar putih yaitu jamur Rigidoporus Maulid (2013), mengatakan bahwa
lignosus. Jamur ini tumbuh pada pangkal sikap pada hakikatnya merupakan
batang atau tunggul-tunggul tanaman. tanggapan atau penilaian seseorang
Areal bekas tanaman yang pernah terhadap suatu hal atau suatu objek
terserang penyakit JAP sering menjadi tertentu, sebagai hasil interaksi dengan
sarang penyakit tersebut. lingkungannya, yang disertai
Penularan penyakit akar putih kecenderungan untuk bertindak. Tindakan
terjadi melalui persinggungan antara akar atau perilaku seseorang terhadap suatu hal
karet dengan sisa-sisa akar tanaman lama, sangat dipengaruhi dari bagaimana
tunggul-tunggul, atau pohon yang sakit. tanggapan seseorang terhadap hal tersebut,
Hal ini dapat dilihat dari dekatnya jarak apakah setuju atau tidak atau mendukung
penanaman antara areal perkebunan salah atau tidak dalam batas skala sikap tertentu.

Jom Faperta Vol. 2 No. 2 Oktober 2015


Jadi, dapat disimpulkan bahwa sikap menginformasikan bahwa petani cukup
merupakan tanggapan atau penilaian petani percaya dengan pengendalian jamur akar
terhadap suatu hal tertentu salah satunya putih yang telah dilakukan tersebut benar,
penyuluhan pengendalian jamur akar meskipun kurang termotivasi untuk
putih, sebagai hasil dari interaksi dengan mempraktekkannya.
lingkungannya yang disertai Indikator kepercayaan petani
kecenderungan untuk bertindak. bahwa cara pengendalian yang dilakukan
Penilaian aspek pengetahuan EHQDU GLNDWHJRULNDQ ³FXNXS WHUFDSDL´
dilihat pada beberapa indikator yang dengan rata-rata skor 2,65. Hal tersebut
mempengaruhinya yaitu percaya bahwa menginformasikan bahwa petani cukup
cara pengendalian yang telah percaya dengan cara pengendalian jamur
diinformasikan benar, pengendalian jamur akar putih yang telah dilakukan tersebut
akar putih dinilai baik, termotivasi untuk benar, ada sedikit perubahan pada tanaman
mempraktekkan pengendalian jamur akar karet yang telah dikendalikan meskipun
putih, dan kepuasan terhadap hasil cara pengendalian jamur akar putih yang
produksi lateks setelah melakukan diajarkan tidak efektif dari segi waktu,
pengendalian jamur akar putih. Penilaian biaya dan tenaga kerja.
pencapaian tujuan penyuluhan dari aspek Indikator petani termotivasi untuk
sikap dapat dilihat pada Tabel 4. mempraktekkan pengendalian jamur akar
SXWLK NDWHJRUL ³FXNXS WHUFDSDL´ GHQJDQ
TABEL 4. rata-rata skor 2,61. Hal tersebut
RATA-RATA SKOR JAWABAN menjelaskan bahwa petani cukup
PETANI KARET TERHADAP termotivasi untuk mempraktekkan
PENCAPAIAN TUJUAN pengendalian jamur akar putih terhadap
PENYULUHAN PENGENDALIAN tanaman karet yang terserang. Karena ada
JAMUR AKAR PUTIH (JAP) DILIHAT sedikit peningkatan terhadap produksi
DARI ASPEK SIKAP lateks setelah dilakukan pengendalian.
Pada indikator kepuasan petani
Rata- terhadap hasil produksi karet setelah
No Pertanyaan Rata Kategori melakukan pengendalian jamur akar putih
Skor NDWHJRUL ³FXNXS WHUFDSDL´ GHQJDQ UDWD-rata
1 Percaya bahwa cara 2,65 Cukup skor 2,62. Hal tersebut menginformasikan
pengendalian yang Tercapai
telah dilakukan
bahwa petani cukup puas terhadap hasil
benar produksi lateks setelah melakukan
pengendalian jamur akar putih, karena
2 Termotivasi untuk 2,61 Cukup
mempraktekkan Tercapai produksi lateks cukup meningkat
pengendalian jamur meskipun masih ada tanaman yang
akar putih terserang penyakit jamur akar putih.
3 Kepuasan terhadap 2,62 Cukup Produktivitas usahatani karet
hasil produksi lateks Tercapai sebelum mendapatkan penyuluhan yaitu
setelah melakukan rata-rata mencapai 15 kg/hari. Tetapi,
pengendalian jamur setelah dilakukan pengendalian meningkat
akar putih
menjadi 25-30 kg/hari. Peningkatan
Cukup produksi tidak terlalu banyak dan hanya
Jumlah Rata-Rata 2,63
Tercapai
Sumber : Data Olahan, 2015 sebagian petani saja atau sekitar 7 orang
dari petani responden yang cukup
Tabel 4 menunjukkan pencapaian merasakan dampak dari peningkatan
tujuan penyuluhan yang dilihat dari aspek produktivitas tersebut.
VLNDS GLNDWHJRULNDQ ³FXNXS WHUFDSDL´
dengan rata-rata skor 2,63. Hal tersebut

Jom Faperta Vol. 2 No. 2 Oktober 2015


3. Tujuan Penyuluhan dilihat dari Tabel 5 menunjukkan pencapaian
Aspek Keterampilan tujuan penyuluhan yang dilihat dari aspek
Maulid (2013), mengatakan bahwa NHWHUDPSLODQ GLNDWHJRULNDQ ³FXNXS
keterampilan adalah kemampuan WHUFDSDL´ dengan rata-rata skor 2,62. Hal
seseorang menerapkan pengetahuan tersebut menginformasikan bahwa petani
kedalam bentuk tindakan. Dengan kata lain tidak hanya tahu teorinya saja, tetapi juga
keterampilan merupakan kemampuan sudah sudah cukup bisa mempraktekkan
petani karet menerapkan pengetahuan cara pengendalian jamur akar putih
tentang pengendalian jamur akar putih meskipun masih ragu, sehingga petani
yang telah diterimanya dari media tidak bisa mengajarkan hal tersebut kepada
penyuluhan ke dalam bentuk tindakan. petani yang lain dikarenakan tidak
Penilaian pencapaian tujuan penyuluhan memiliki keterampilan khusus dalam
dari aspek keterampilan dapat dilihat pada pengendalian jamur akar putih.
Tabel 5. Indikator petani sudah terampil
melakukan pengendalian jamur putih dan
TABEL 5. telah sesuai dengan materi yang diajarkan
RATA-RATA SKOR JAWABAN GLNDWHJRULNDQ ³FXNXS WHUFDSDL´ dengan
PETANI KARET TERHADAP rata-rata skor 2,64. Begitupun pada
PENCAPAIAN TUJUAN indikator bahwa petani bisa
PENYULUHAN PENGENDALIAN mempraktekkan pengendalian jamur akar
JAMUR AKAR PUTIH (JAP) DILIHAT putih pada tanaman diperoleh rata-rata
DARI ASPEK KETERAMPILAN skor 2,64. Hal tersebut menginformasikan
bahwa petani sudah bisa mempraktekkan
Rata- pengendalian jamur akar putih tersebut
No Pertanyaan Rata Kategori pada tanaman yang terserang, hanya saja
Skor mereka masih kurang terampil dan ragu
1 Petani sudah 2,64 Cukup bahwa yang mereka lakukan itu benar,
terampil melakukan Tercapai karena masih ada ditemukan tanaman karet
pengendalian jamur
putih dan telah
mereka yang terserang penyakit JAP.
sesuai dengan Indikator bahwa petani terampil
materi yang mempraktekkan pengendalian jamur akar
diajarkan putih kepada tanaman karet yang terserang
GLNDWHJRULNDQ ³FXNXS WHUFDSDL´ GHQJDQ
2 Bisa 2,64 Cukup tara-rata skor 2,62. Hal tersebut
mempraktekkan Tercapai
menginformasikan bahwa petani kurang
pengendalian jamur
akar putih pada terampil dalam melakukan pengendalian
tanaman jamur akar putih kepada tanaman karet
yang terserang, meskipun mereka sudah
3 Terampil 2,62 Cukup pernah mempraktekkannya langsung
mempraktekkan Tercapai
pengendalian jamur
kepada tanaman karet mereka yang
akar putih terserang.
Indikator yang menyebutkan
4 Memiliki 2,58 Tidak bahwa petani memiliki keterampilan
keterampilan khusus Tercapai
dalam pengendalian
khusus dalam pengendalian JAP dan bisa
JAP dan bisa diajarkan kepada orang lain dikategorikan
diajarkan kepada ³WLGDN WHUFDSDL´ GHQJDQ UDWD-rata skor 2,58.
orang lain Hal tersebut menginformasikan bahwa
Cukup petani kurang terampil dalam
Jumlah Rata-Rata 2,62
Tercapai mempraktekkan langsung pengendalian
Sumber : Data Olahan, 2015 jamur akar putih kepada tanaman karet

Jom Faperta Vol. 2 No. 2 Oktober 2015


yang terserang, karena mereka masih ragu pengetahuan tentang cara
untuk mempraktekkanya, sehingga mereka pengendaliannya. Hal ini berpengaruh
belum bisa mengajarkannya kepada petani terhadap sikap dan keterampilan mereka
karet yang lain. yang masih ragu-ragu untuk
mempraktekkannya kepada tanaman karet
4. Rekapitulasi Pencapaian Tujuan yang terserang. Sebagian petani hanya
Penyuluhan Jamur Akar Putih (JAP) mengetahui teorinya saja, tetapi untuk
dilihat dari Aspek Pengetahuan, mempraktekkannya langsung petani
Sikap dan Keterampilan tersebut masih ragu dan belum terampil.
Rekapitulasi ini diperoleh dari rata- Keterampilan petani dapat berhasil
rata skor indikator terhadap pencapaian jika ditunjang oleh pengetahuan mereka
tujuan penyuluhan yang dilihat dari aspek tentang pengendalian jamur akar putih
pengetahuan, sikap dan keterampilan yang dapat berimplikasi pada
petani karet di Desa Gunung Bungsu dapat berkurangnya serangan JAP terhadap
disimpulkan pada Tabel 6 berikut ini. tanaman karet mereka. Selain itu, Petani
merasa bahwa cara pengendalian yang
TABEL 6. mereka dapat dari media penyuluhan PPL
PENCAPAIAN TUJUAN dan leaflet tersebut sulit untuk
PENYULUHAN YANG DILIHAT DARI dilaksanakan, karena dinilai tidak efektif
ASPEK PENGETAHUAN, SIKAP DAN dari segi waktu, biaya dan tenaga kerja.
KETERAMPILAN Cara pengendalian yang didapat dari
media penyuluhan tersebut yaitu membuat
Rata- lubang disekeliling akar tanaman karet
No Variabel Rata Kategori yang terserang, agar tidak menular kepada
Skor tanaman karet lainnya. Hal tersebut
1 Pengetahuan 3,29 Cukup membuat petani merasa kesulitan jika
Tercapai harus membuat lubang pada setiap
2 Sikap 2,63 Cukup
tanaman karet yang terserang.
Tercapai
3 Keterampilan Cukup
2,62 Analisis Hubungan Media Penyuluhan
Tercapai
Cukup Terhadap Pencapaian Tujuan
Jumlah Rata-Rata 2,85 Penyuluhan dilihat dari Aspek
Tercapai
Sumber : Data Olahan, 2015 Pengetahuan, Sikap dan Keterampilan
Petani
Berdasarkan Tabel 6 dapat Setiap media memiliki karakteristik
disimpulkan bahwa pencapaian tujuan masing-masing. Banyaknya media
penyuluhan yang dilihat dari aspek penyuluhan yang digunakan, belum tentu
pengetahuan, sikap dan keterampilan efektif dalam pencapaian tujuan
petani karet dalam melakukan penyuluhan. Semakin efektif media
pengendalian jamur akar putih penyuluhan yang digunakan petani, maka
GLNDWHJRULNDQ ³FXNXS WHUDSDL´ GHQJDQ UDWD- tujuan penyuluhan akan lebih mudah
rata skor keseluruhan adalah 2,85. Hal tercapai, sehingga perlu adanya analisis
tersebut menginformasikan bahwa tujuan terhadap hubungan masing-masing media
pengendalian jamur akar putih yang penyuluhan yang digunakan petani karet di
disampaikan oleh media penyuluhan Desa Gunung Bungsu dengan pencapaian
kepada petani sudah cukup tercapai, tujuan penyuluhan pengendalian jamur
karena 38 orang petani sudah cukup akar putih yang dilihat dari aspek
mengetahui ciri-ciri dan penyebab pengetahuan, sikap dan keterampilan.
serangan penyakit jamur akar putih, Hubungan masing-masing media
meskipun masih kurang terhadap penyuluhan terhadap pencapaian

Jom Faperta Vol. 2 No. 2 Oktober 2015


penyuluhan akan dijabarkan seperti berikut pengetahuan memiliki hubungan yang
ini. positif dan signifikan, terlihat dari nilai
sign.(2-tailed) yang lebih kecil dari 0,01.
1. Hubungan Media Penyuluh Penggunaan media PPL dalam
Pertanian Lapangan (PPL) terhadap penyuluhan pengendalian jamur akar putih
Pencapaian Tujuan Penyuluhan mempunyai hubungan yang positif dengan
dilihat dari Aspek Pengetahuan, pencapaian tujuan penyuluhan yang dilihat
Sikap dan Keterampilan dari aspek pengetahuan. Artinya, semakin
Semakin kuat hubungan antara baik penggunaan media terhadap
media penyuluhan PPL dengan ketiga pencapaian tujuan penyuluhan yang dilihat
aspek tersebut, maka semakin baik media dari aspek pengetahuan, maka semakin
tersebut dalam pencapaian tujuan tercapai tujuan penyuluhan pengendalian
penyuluhan. Hubungan media penyuluh jamur akar putih yang dilihat dari aspek
pertanian lapangan (PPL) terhadap ketiga pengetahuan. Sebelum mendapatkan
aspek pencapaian tujuan penyuluhan penyuluhan dari media PPL, petani sama
dalam pengendalian jamur akar putih sekali tidak mengetahui tentang penyakit
(JAP) tersebut dapat dilihat pada Tabel 7 jamur akar putih. Setelah mendapatkan
berikut ini. penyuluhan pengendalian jamur akar putih
dari media PPL, petani sudah sedikit
TABEL 7. mengetahui ciri-ciri serangan, penyebab
HUBUNGAN MEDIA PENYULUH serangan dan cara pengendalian jamur akar
PERTANIAN LAPANGAN (PPL) putih.
TERHADAP PENCAPAIAN TUJUAN
PENYULUHAN DILIHAT DARI ASPEK b. Hubungan Media Penyuluh
PENGETAHUAN, SIKAP DAN Pertanian Lapangan (PPL) terhadap
KETERAMPILAN Pencapaian Tujuan Penyuluhan
dilihat dari Aspek Sikap
Spearman's rho Pengetahuan Sikap Keterampilan Berdasarkan Tabel 7 dapat dilihat
bahwa angka koefisien korelasi media PPL
Correlation 0,883** 0,718* 0,745**
Coefficient * dan pencapaian tujuan penyuluhan yang
Media
Sig. 0,000 0,000 0,000 dilihat dari aspek sikap yaitu 0,718. Angka
PPL koefisien 0,718 menunjukkan kekuatan
(2-tailed)
N 74 74 74 hubungan yang kuat. Hubungan antara
Keterangan : **. Correlation is significant at the 0,01 level (2-tailed). media PPL dan pencapaian tujuan
penyuluhan pengendalian jamur akar putih
a. Hubungan Media Penyuluh yang dilihat dari aspek sikap memiliki
Pertanian Lapangan (PPL) terhadap hubungan yang signifikan dilihat dari nilai
Pencapaian Tujuan Penyuluhan sig.(2-tailed) yang lebih kecil dari 0,01.
dilihat dari Aspek Pengetahuan Media penyuluh pertanian
Pada Tabel 7 dapat dilihat bahwa lapangan (PPL) mempunyai hubungan
angka koefisien korelasi penggunaan yang positif dengan sikap petani karet
media PPL terhadap pencapaian tujuan dalam pengendalian jamur akar putih
penyuluhan yang dilihat dari aspek (JAP) di Desa Gunung Bungsu Kecamatan
pengetahuan yaitu 0,883. Angka koefisien XIII Koto Kampar. Hal tersebut dilihat
0,883 menunjukkan kekuatan hubungan dari tingkat hubungan yang kuat yaitu
yang sangat kuat. Penggunaan media PPL 0,718. Artinya, semakin baik sikap petani
terhadap pencapaian tujuan penyuluhan dalam menggunakan media penyuluh
pengendalian jamur akar putih pada aspek pertanian lapangan sebagai sumber
informasi pengendalian jamur akar putih
maka semakin baik juga pencapaian tujuan

Jom Faperta Vol. 2 No. 2 Oktober 2015


penyuluhan yang dilihat dari aspek sikap 2. Hubungan Media Leaflet terhadap
petani dalam melakukan pengendalian Pencapaian Tujuan Penyuluhan
jamur akar putih (JAP). Hal ini dibuktikan dilihat dari Aspek Pengetahuan,
dengan adanya kemauan petani untuk Sikap dan Keterampilan
mencoba mengendalikan penyakit jamur Semakin kuat hubungan antara
akar putih kepada tanaman karet mereka ketiga aspek ini dengan media leaflet,
yang terserang dan merasakan peningkatan maka semakin baik media tersebut dalam
hasil produksi lateks. pencapaian tujuan penyuluhan. Hubungan
media leaflat dengan ketiga aspek
c. Hubungan Media Penyuluh pencapaian tujuan penyuluhan dalam
Pertanian Lapangan (PPL) terhadap pengendalian jamur akar putih (JAP) dapat
Pencapaian Tujuan Penyuluhan dilihat pada Tabel 8 berikut ini.
dilihat dari Aspek Keterampilan
Hasil korelasi rank spearman untuk TABEL 8.
media penyuluh pertanian lapangan (PPL) HUBUNGAN MEDIA LEAFLET
berdasarkan Tabel 7 dapat diketahui TERHADAP PENCAPAIAN TUJUAN
bahwa angka koefisien korelasi PPL dan PENYULUHAN DILIHAT DARI ASPEK
keterampilan yaitu 0,745. Angka koefisien PENGETAHUAN, SIKAP DAN
0,745 menunjukkan kekuatan hubungan KETERAMPILAN
yang kuat. Hubungan antara PPL dan
keterampilan terhadap pengendalian jamur Spearman's rho Pengetahuan Sikap Keterampilan
akar putih (JAP) di Desa Gunung Bungsu Correlation 0,236 *
0,072 0,095
Coefficient
Kecamatan XIII Koto Kampar memiliki Media
Sig. 0,043 0,544 0,420
hubungan yang signifikan dilihat dari nilai Leaflet
(2-tailed)
Sig. (2-tailed) yang lebih kecil dari 0,01. N 74 74 74
Media penyuluh pertanian Keterangan : *Correlation is significant at the 0.05 level (2- tailed).
lapangan (PPL) mempunyai hubungan
yang positif dengan keterampilan petani a. Hubungan Media Leaflet dan
karet dalam pengendalian jamur akar putih Pencapaian Tujuan Penyuluhan yang
(JAP) di Desa Gunung Bungsu Kecamatan dilihat dari Aspek Pengetahuan
XIII Koto Kampar. Hal tersebut dilihat Berdasarkan Tabel 8 dapat dilihat
dari tingkat hubungan yang kuat yaitu bahwa angka koefisien korelasi media
0,745. Artinya, baiknya keterampilan leaflet dan pencapaian tujuan penyuluhan
petani dalam melakukan pengendalian yang dilihat dari aspek pengetahuan yaitu
jamur akar putih (JAP) yang telah 0,236. Angka koefisien 0,236
dijelaskan oleh penyuluh pertanian menunjukkan kekuatan hubungan yang
lapangan (PPL) di Desa Gunung Bungsu rendah. Hubungan antara media leaflet dan
Kecamatan XIII Koto Kampar maka pencapaian tujuan penyuluhan
semakin baik juga pencapaian tujuan pengendalian jamur akar putih yang dilihat
penyuluhan yang dilihat dari aspek dari aspek pengetahuan memiliki
keterampilan petani dalam melakukan hubungan yang signifikan dilihat dari nilai
pengendalian jamur akar putih (JAP). Hal sig.(2-tailed) yang lebih kecil dari 0,5
ini dibuktikan dengan sudah cukup yaitu 0,043.
terampilnya beberapa orang petani dalam Penggunaan media leaflet dalam
melakukan pengendalian jamur akar putih penyuluhan pengendalian jamur akar putih
meskipun masih ragu untuk mempunyai hubungan yang positif dengan
mengajarkannya kepada petani lain yang pencapaian tujuan penyuluhan yang dilihat
mengalami masalah hal yang sama. dari aspek pengetahuan. Artinya, semakin
baik penggunaan media terhadap
pencapaian tujuan penyuluhan yang dilihat

Jom Faperta Vol. 2 No. 2 Oktober 2015


dari aspek pengetahuan, maka semakin karena petani malas untuk membaca ulang
tercapai tujuan penyuluhan pengendalian media leaflet tersebut.
jamur akar putih yang dilihat dari aspek
pengetahuan. Sebelum mendapatkan c. Hubungan Media Leaflet dan
penyuluhan dari media leaflet, petani sama Pencapaian Tujuan Penyuluhan yang
sekali tidak mengetahui tentang penyakit dilihat dari Aspek Keterampilan
jamur akar putih. Setelah mendapatkan Tabel 8 menjelaskan bahwa angka
penyuluhan pengendalian jamur akar putih koefisien korelasi media leaflet dan
dari media leaflet, petani sudah sedikit pencapaian tujuan penyuluhan yang dilihat
mengetahui ciri-ciri serangan, penyebab dari aspek keterampilan yaitu 0,95. Angka
serangan dan cara pengendalian jamur akar koefisien 0,095 menunjukkan kekuatan
putih. hubungan yang sangat rendah. Hubungan
antara media leaflet dan pencapaian tujuan
b. Hubungan Media Leaflet dan penyuluhan pengendalian jamur akar putih
Pencapaian Tujuan Penyuluhan yang yang dilihat dari aspek keterampilan
dilihat dari Aspek Sikap memiliki hubungan yang tidak signifikan
Berdasarkan Tabel 8 dapat dilihat dilihat dari nilai sig.(2-tailed) yang lebih
bahwa angka koefisien korelasi media besar dari 0,05 yaitu 0,420.
leaflet dan pencapaian tujuan penyuluhan Penggunaan media leaflet dalam
yang dilihat dari aspek sikap yaitu 0,072. penyuluhan pengendalian jamur akar putih
Angka koefisien 0,072 menunjukkan mempunyai hubungan yang positif dengan
kekuatan hubungan yang sangat rendah. pencapaian tujuan penyuluhan yang dilihat
Hubungan antara media leaflet dan dari aspek keterampilan. Artinya, semakin
pencapaian tujuan penyuluhan baik penggunaan media leaflet terhadap
pengendalian jamur akar putih yang dilihat pencapaian tujuan penyuluhan yang dilihat
dari aspek sikap memiliki hubungan yang dari aspek keterampilan, maka semakin
tidak signifikan dilihat dari nilai sig.(2- tercapai tujuan penyuluhan pengendalian
tailed) yang lebih besar dari 0,05 yaitu jamur akar putih yang dilihat dari aspek
0,544. keterampilan. Sangat rendahnya
Penggunaan media leaflet dalam keterampilan petani di dalam pengendalian
penyuluhan pengendalian jamur akar putih jamur akar putih dikarenakan mereka
mempunyai hubungan yang positif dengan hanya sekedar mengetahui bahwa media
pencapaian tujuan penyuluhan yang dilihat leaflet menginformasikan tentang
dari aspek sikap. Artinya, semakin baik pengendalian jamur akar putih. Kemudian,
penggunaan media leaflet terhadap mereka malas untuk membaca lebih lanjut
pencapaian tujuan penyuluhan yang dilihat penjelasan informasi yang ada di dalam
dari aspek sikap, maka semakin tercapai media tersebut. Sehingga, berdampak
tujuan penyuluhan pengendalian jamur terhadap pencapaian tujuan penyuluhan
akar putih yang dilihat dari aspek sikap. yang dilihat dari aspek keterampilan petani
Petani cukup tertarik mengunakan media sangat tidak tercapai.
leaflet ini. Karena, cukup kreatif dalam
bentuk dan cara menginterpretasikan IV. KESIMPULAN DAN SARAN
informasi khusus tentang pengendalian
jamur akar putih, namun hubungan yang Kesimpulan
sangat rendah terlihat dari rendahnya 1. Media penyuluhan yang digunakan
keinginan petani untuk menggunakan petani karet dalam pengendalian
media leaflet sebagai sumber informasi jamur akar putih (JAP) di Desa
tentang cara pengendalian jamur akar putih Gunung Bungsu Kecamatan XIII
kepada tanaman karet yang terserang, Koto Kampar ada dua, yaitu media
penyuluh pertanian (PPL) dan

Jom Faperta Vol. 2 No. 2 Oktober 2015


leaflet. Dari kedua media tersebut, pencapaian tujuan penyuluhan
ternyata media penyuluh pertanian dinilai masih rendah, sehingga
lapangan (PPL) lebih efektif dari perlu adanya peningkatan terhadap
media leaflet, hal ini dapat dilihat efektivitas media leaflet agar tujuan
dari rekapitulasi rata-rata skor penyuluhan dapat tercapai sesuai
EPIC model terhadap media PPL yang diharapkan.
yaitu 3,51.
2. Pencapaian tujuan penyuluhan DAFTAR PUSTAKA
pengendalian jamur akar putih
(JAP) dilihat dari aspek Danar, Deny Rahayu. 2012. Pengaruh
pengetahuan, sikap dan Iklan Dengan Model Pada Media
keterampilan yaitu cukup tercapai, Televisi Terhadap Sikap Penonton
karena rata-rata petani sudah (Studi Kasus Pada Iklan Minuman
mengetahui ciri-ciri, penyebab Isotonik Fatigon Hydro Versi
serangan dan cara pengendaliannya ³0DFHW¶ GL .RWD 3HNDQEDUX . Jurnal
meskipun petani masih kurang Sosial Ekonomi Pembangunan
terampil dalam mempraktekkannya Fakultas Ekonomi Universitas
langsung kepada tanaman karet Riau. Tahun II No.6 Juli 2012
yang terserang. Danim Sudarwan. 2004. Metode
3. Media penyuluh pertanian Penelitian untuk Ilmu-Ilmu
lapangan (PPL) memiliki hubungan Prilaku. Ed.1, Cet. 3. Bumi
yang sangat kuat dan signifikan Aksara. Jakarta
terhadap aspek pengetahuan Maulid, Awal Sari. 2013. Kinerja
dengan nilai korelasi yaitu 0,883. Penyuluh Pertanian Dalam
Media penyuluh pertanian Pengembangan Usaha Peternakan
lapangan (PPL) juga memiliki Sapi Bali di Kabupaten Muna
hubungan yang kuat dan signifikan Provinsi Sulawesi Tenggara. Tesis
terhadap aspek sikap dan Program Pascasarjana Universitas
keterampilan dengan nilai korelasi Udayana. Denpasar
masing masing yaitu 0,718 dan Pradiana Wida dan Haryanto Yoyon. 2011.
0,745. Sedangkan media leaflet Komunikasi dalam Penyuluhan
memiliki hubungan yang rendah Pertanian. Jurnal Sekolah Tinggi
dan signifikan terhadap pencapaian Penyuluhan Pertanian (STPP)
tujuan penyuluhan dari aspek Bogor
pengetahuan dengan nilai korelasi Rasyid Anuar. 2011. Buku Ajar
yaitu 0,236. Komunikasi Penyuluhan. Pusat
Pengembangan Pendidikan UR.
Saran Pekanbaru.
1. Media leaflet harusnya dibuat lebih Tim Penulis PS. 2005. Karet : Budidaya
kreatif dan inovatif lagi agar petani dan Pengolahan, Strategi
tidak malas untuk membaca ulang Pemasaran. PT Penebar Swadaya.
informasi yang ada pada media Jakarta
tersebut. Umar, H. 2002. Metode Riset
2. Perlu adanya bimbingan penyuluh Komunikas Organisasi. PT
dalam meningkatkan keterampilan Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
petani dalam melakukan . 2005. Riset Pemasaran dan
pengendalian jamur akar putih Perilaku Konsumen. PT
3. Hubungan media leaflet yang Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
digunakan petani karet di Desa
Gunung Bungsu terhadap

Jom Faperta Vol. 2 No. 2 Oktober 2015

You might also like