You are on page 1of 11

http://journal.trunojoyo.ac.

id/jurnalkelautan Jurnal Kelautan


Volume 10, No. 1, 2017
ISSN: 1907-9931 (print), 2476-9991 (online)

KARAKTERISTIK HIDRODINAMIKA DI PERAIRAN TELUK AMBON UNTUK


MENDUKUNG WISATA SELAM
HYDRODYNAMIC CHARACTERISTICS IN AMBON BAY WATERS TO SUPPORT MARINE
DIVING TOURISM

Koko Ondara*), Ulung Jantama Wisha, Guntur Adhi Rahmawan

Research Institute for Coastal Resources and Vulnerability, Ministry of Marine Affairs and
Fisheries. Jl. Raya Padang-Painan KM. 16, Bungus, Padang – Sumatera Barat, Indonesia 25245
*Corresponding author e-mail: kornkoko@yahoo.com

Submitted: 24 Februari 2017 / Revised: 26 April 2017 / Accepted: 26 April 2017

http://doi.org/10.21107/jk.v10i1.2170

ABSTRACT

Ambon Bay is divided by two thresholds, namely Teluk Ambon Dalam and Teluk Ambon Luar.
Ambon bay is rich in marine potential both the unique of fisheries and coral reefs as well as the
objects such as shipwreck that could be developed as a maritime tourism potential. The aim of this
study is to investigate the characteristics of waves and tides in the waters of Ambon Bay (inner and
outer of Ambon Bay) by using numerical simulation. The method is using purposive quantitative,
the primary data are consisted of Bathymetry, Tide, and wind, while the secondary data is consisted
of tide forecasting by MIKE 21, Flow Model FM Hydrodynamic Module is used to simulate tidal and
current patterns that are used as input in the wave spectral module MIKE 21. From the data
obtained, the tidal type of Ambon Bay waters is mixed tide prevailing semidiurnal based on
Formzahl value 0. 0602 which obtained from the diurnal and semidiurnal major tide component
calculation, Mean Sea Level is 124.76 cm, Zo is 148.72 cm and the value of Chart Datum is -23.96
cm. Current speed ranged from 0009-1463 m/s while the significant wave height ranged from 0-
0.00279 m. Ambon Bay hydrodynamic conditions are calm and not too volatile, fortunately
supportive in marine tourism activities of SS.Aquila site.

Keywords: Currents, Hydrodynamics, SS. Aquila, Tides

ABSTRAK

Teluk Ambon terbagi oleh dua ambang yaitu Teluk Ambon Dalam dan Teluk Ambon Luar. Teluk
Ambon kaya akan potensi baharinya baik dari keunikan ikan, terumbu karang maupun benda-
benda seperti kapal tenggelam yang bisa dikembangkan potensinya sebagai wisata bahari.
Penelitian kali ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik gelombang dan pasang surut yang ada
di perairan Teluk Ambon dengan menggunakan simulasi numerik.Metode yang digunakan adalah
metode purposive kuantitatif, data primer terdiri dari batimetri, pasang surut dan angin, sedangkan
data sekunder terdiri dari data peramalan pasang surut menggunakan MIKE 21, Flow Model FM
Hydrodynamic Module digunakan untuk mensimulasikan pola pasang surut dan arus yang
kemudian dijadikan sebagai input dalam modul spectral wave MIKE 21. Dari data pengolahan pasut
didapatkan tipe pasut Teluk Ambon adalah condong harian ganda berdasarkan nilai bilangan
Formzahl yang diperoleh yaitu sebesar 0.602 dari komponen pasut tunggal utama dan ganda
utama, Mean Sea Level sebesar 124.76 cm, Zo 148.72 cm dan nilai Chart Datum -23.96 cm.
Kecepatan arus rata-rata 0.009-1.463 m/s sedangkan tinggi gelombang signifikan 0-0.00279 m.
Kondisi hidrodinamika Teluk Ambon sangat mendukung dalam kegiatan wisata bahari minat
khusus salah satunya adalah SS Aquila.

Kata Kunci: Hydrodinamika, SS.Aquila, Gelombang, Arus, Pasang Surut

67
Jurnal Kelautan, 10(1), 66-77 (2017)

PENDAHULUAN berkelanjutan tersebut tentu akan


menghambat pengembangan potensi Teluk
Teluk Ambon merupakan perairan pesisir
Ambon khususnya di bidang perikanan dan
yang berada di Pulau Ambon dan terbagi oleh
kelautan. Beberapa potensi dibidang
dua ambang yang sempit yaitu Teluk Ambon
perikanan dan kelautan yang bisa
Dalam dan Teluk Ambon Luar. Pulau Ambon
dikembangkan antara lain dibidang
sendiri berada diantara dua buah laut dalam
ekowisata (Pattipilohy, 2014), ikan baronang,
yaitu Laut Banda dan Laut Seram. Teluk
perikanan laut dalam, mangrove, wisata
Ambon memiliki garis pantai sepanjang 107,2
selam, budidaya perikanan serta di bidang
km dan Laut Banda merukan salah satu
perindustrian dan perdagangan (Latuconsina
wilayah pengelolaan perikanan (WPP) di
et al., 2012).Tujuan dari penelitian ini adalah
Maluku. Di perairan Maluku, diestimasi
untuk mengetahui keadaan pasang surut,
potensi sumberdaya perikanan sebesar
gelombang laut, karakteristik angin serta
2.627,5 juta ton per tahun (Kaihatu, 2010.
kondisi penyelaman di perairan teluk ambon
Beberapa rentetan sejarah sangat melekat
untuk menunjang pengembangan wisata
pada kota ini. Tak lepas dari itu tinggalan-
minat khusus di perairan tersebut.
tinggalan sejarah berupa banteng dan kapal-
kapal karam banyak ditemukan di dasar
MATERI DAN METODE
perairan laut Teluk Ambon.
Kegiatan penelitian dilakukan pada bulan 10
Teluk Ambon kini mengalami degradasi
Mei sampai 2 Juli 2016 berlokasi di Teluk
fungsi akibat pencemaran dan sampah serta
Ambon. Pengumpulan data primer yang
aktifitas manusia yang tidak terkendali
dilakukan adalah pengumpulan data pasang
(Pattipeilohy, 2014). Penurunan kualitas
surut, batimetri, kecepatan dan arah arus dan
tersebut antara lain berkurangnya ekosistem
suhu. Untuk data sekunder yang diperoleh
mangrove (Suyadi, 2012), perubahan tata
adalah data cuaca 10 tahun (2005-2016) dari
guna lahan pemukiman (Selanno et al.,
BMKG Bandara Pattimura, peta Dishidros,
20015) dan kerusakan daerah pesisir (Hiariey
LPI dan RBI.
dan Baskoro, 2011). Dampak dari
pemanfaatan sumberdaya yang tidak

Gambar 1. Peta lokasi penelitian

Tujuan dari analisa pemodelan ini adalah karakteristik cuaca menggunakan AWS
untuk menganalisis gelombang di Perairan (Automatic Wheater Station) dan arus
Teluk Ambon sehingga diketahui proses menggunakan HOBO. Data kedalaman
karakteristik, pola penjalaran, refraksi dan perairan diukur menggunakan echosounder.
difraksi. Pengambilan data primer berupa Pengolahan data pasang surut dilakukan
data batimetri, pasang surut, kecepatan untuk memperoleh nilai konstanta pasang
angin serta kecepatan dan arah arus. surut yang akan digunakan untuk
Pengukuran pasang surut menggunakan mendapatkan nilai MSL, HHWL dan LLWL.
ADCP (Accoustic Doppler Current Profiler), Nilai-nilai tersebut diperoleh dari perhitungan

68
Ondara et al., Karakteristik Hidrodinamika di Perairan Teluk Ambon

berdasarkan komponen penting pasang surut parametric formulation berdasarkan


berdasrakan analisa admiralty, sebagai parameterisasi dari persamaan konservasi
berikut: wave action. Parameterisasi dilakukan pada
MSL (muka air raut rerata)=Z0+1,1(M2+S2) frekuensi dominan dengan menjadikan
HHWL (muka air tinggi tertinggi) momen ke-nol dan momen ke-satu sebagai
= Z0+(M2+S2)+(O1+K1) variabel yang bergantung pada variabel lain
LLWL (muka air laut rendah terendah)=Z0- (Holthuijsen, 1989). Fully spectral formulation
(M2+S2) -(O1+K1) berdasarkan persamaan konservasi wave
action seperti dijelaskan pada Komen et al.
Data batimetri dikoreksi terhadap pasang (1994) dan Young (1999), dimana frekuensi
surut untuk mendapatkan nilai muka air rata- tiap arah dari spektrum wave action adalah
rata. Data kecepatan angin diolah untuk variabel yang bergantung pada variabel lain.
mendapatkan nilai tinggi dan periode Diskritsasi persamaan pembangun dalam
gelombang. Data pasang surut, kecepatan geographical dan ruang spektral
angin serta tinggi dan periode gelombang menggunakan metode cellcentered finite
digunakan sebagai data masukan untuk volume. Pada domain geographical
pemodelan hidrodinamika. digunakan unstructrured mesh. Integrasi
Flow Model FM Hydrodynamic Module waktu dengan pendekatan langkah fractional
digunakan untuk mensimulasikan pola dengan metode multi-sequence untuk
pasang surut dan arus. Modul ini didasarkan perhitungan penjalaran wave action. Model
pada solusi numerik persamaan perairan ini juga digunakan untuk perhitungan
dangkal dua dimensi–kedalaman terintegrasi transpor sedimen, yang sebagian besar
persamaan Navier-Stokes dengan ditentukan oleh kondisi gelombang dan
persamaan dasar sebagai berikut: gelombang yang dipengaruhi arus.
Gelombang yang dipengaruhi arus
𝜕𝑢 𝜕𝑣 𝜕𝑤 dibangkitkan oleh perbedaan fluks
𝑆 = 𝜕𝑥 + 𝜕𝑦 + 𝜕𝑧
.
momentum (radiation stress) yang muncul di
Model ini terdiri atas persamaan kontinuitas surf zone.
dan momentum. Directional decoupled

Studi Literatur

Pematangan Metode/
Tujuan Penelitian

Pengumpulan Data

Data Primer Studi Literatur


- Pasang Surut - Cuaca
- Batimetri - Peta Dishidros
- Arus - Peta LPI
- Wreck

Analisis

Pasang Surut Gelombang

Model Oseanografi

Kesimpulan

Gambar 2. Diagram alir penelitian

69
Jurnal Kelautan, 10(1), 66-77 (2017)

HASIL DAN PEMBAHASAN Data pasang surut pada gambar 3


menunjukkan fluktuasi muka air laut serta
Data pasang surut yang diperoleh dari dapat digunakan untuk menentukan elevasi
pengukuran langsung pada tanggal 19 Mei muka air laut. Tipe pasut di perairan Teluk
sampai dengan 3 Juni 2016 diolah sehingga Ambon adalah pasut campuran condong
mendapatkan pasang surut maksimum dan harian ganda dengan nilai F=0.602, hal
minimum. Untuk memperoleh data pasang tersebut terlihat dari besarnya nilai amplitudo
surut yang terjadi pada tahun 2016, pada konstanta pasut campuran M2 sebesar
digunakan pemodelan MIKE21 dengan 55.16 dengan beda fasa paling tinggi sebesar
modul Tidal Prediction of Heights. Hasil 207.24°. Mean Sea Level (muka laut rata-
pemodelan dan hasil lapangan diverifikasi rata) perairan Teluk Ambon sebesar 124.76
untuk mendapatkan keakuratan hasil pasang cm, Zo sebesar 148.72 cm dan nilai Chart
surut tahunan yang akan digunakan. Datum -23.96 cm.

Gambar 3. Verifikasi data pasang surut pemodelan dan lapangan


Pengukuran batimetri menggunakan kedalaman dasar laut di Perairan Teluk
echosounder dengan lajur pengukuran dibuat Ambon bagian luar dan Teluk Ambon bagian
dalam 2 interval yaitu 50 m dan 500 m.Dari dalam memiliki karakteristik yang berbeda.
hasil pengukuran batimetri terlihat

Gambar 4. Jalur pengeruman batimetri

Pada teluk Ambon bagian luar sangat curam antara 0 m sd 40 m dengan jarak interval
dengan interval 0-500 m, hal ini dapat dilihat yang relatif berjauhan pada tiap kedalaman.
dari kerapatan tiap-tiap interval kontur yang Berdasarkan penelitian sebelumnya oleh
jaraknya tidak terlalu jauh antara satu dengan Noya et al. (2016) ambang TAD memiliki
yang lainnya. Pada Teluk Ambon bagian lebar <900 m dan kedalaman <15 m,
dalam, dimana kondisi dasar perairan yang sedangkan TAL kedalaman maksimum
relatif dangkal berada pada kedalaman mencapai 145 m.

70
Ondara et al., Karakteristik Hidrodinamika di Perairan Teluk Ambon

Gambar 5. Hasil pengukuran batimetri Teluk Ambon

Data kecepatan dan arah angin yang angin dominan bergerak dari arah Selatan
digunakan dalam penelitian ini adalah data menuju ke Utara dengan arah rata-rata angin
selama 10 tahun (2006 s/d 2015) yang 296,500. Pada gambar 6.a. sampai dengan
diperoleh dari stasiun BMKG Bandara gambar 6.b. terdapat wind rose untuk 4
Pattimura Ambon. Hasil pengolahan data musim yang berbeda dari tahun 2006-2015
selama 10 tahun terlihat bahwa kecepatan untuk kecepatan rata-rata yang terjadi di
rata-rata angin sebesar 4,18 m/s dan arah Teluk Ambon.

a b

Gambar 6. a) Wind Rose rata-rata Musim Barat tahun 2006-2015, b) Wind Rose rata-rata Musim
Peralihan I tahun 2006-2015

Pada Musim Barat (Desember-Januari) kecepatan di Musim Barat. Dominasi arah


terlihat arah angin dominan menuju ke arah angin dipengaruhi oleh adanya perbedaan
Barat laut dengan kecepatan berkisar antara tekanan antara 2 benua, yang mebangkitkan
1,54 m/s - 2,57 m/s, sedangkan pada Musim osilasi meridional sehingga mempengaruhi
Peralihan I (Februari-Mei) terlihat arah angin dominasi arah angin dan kecepatannya
dominan juga menuju ke arah Barat laut dimana arah angin akan condong mendekati
dengan kecepatan berkisar antara 1,54 m/s - osilasi utara dan selatan, menurut Okamoto
2,57 m/s. Arah angin masih dominan ke arah et al. (2003) osilasi tahunan di perairan timur
Barat Laut karena masih dalam tahap Indonesia disebabkan oleh pergerakan angin
peralihan dari musim sebelumnya dan utara-selatan dari sirkulasi meridional
kecepatan angin rata-rata juga tidak banyak (Hardley type).
mengalami perubahan dibandingkan

71
Jurnal Kelautan, 10(1), 66-77 (2017)

a b
Gambar 7. a) Wind Rose rata-rata Musim Timur tahun 2006-2015, b) Wind Rose rata-rata Musim
Peralihan II tahun 2006-2015

Arah angin dominan ke arah Tenggara mengelilingi lautan serta memiliki arah yang
dengan kecepatan berkisar antara 1,54 m/s – konstan.
3,08 m/s pada Musim Timur (Juni-Agustus).
Terlihat juga sebagian arah angin ke arah Dalam perhitungan pembangkitan
Barat Laut dengan kecepatan berkisar 1,9 gelombang di laut, fetch dibatasi oleh bentuk
m/s – 2,1 m/s.Angin lebih dominan daratan yang mengililingi laut (Gambar 8).
berhembus ke arah Barat Laut dengan Pada daerah pembentukan gelombang,
kecepatan berkisar 1,54 m/s – 2,57 m/s pada pembangkit gelombang tidak hanya
Musim Peralihan II (September-November). dibangkitkan dalam arah yang sama dengan
Arah angin pada musim ini akan condong gelombang angin tetapi juga besarnya sudut
mendekati arah Barat laut karena topografi terhadap arah angin. Menggunakan gambar
Teluk Ambon yang sebagian besar dataran 7, fetch efektif dihitung dengan menggunakan
tinggi dan adanya peralihan ke Musim Barat. persamaan
Faktor yang mempengaruhi karakteristik
gelombang yang dibangkitkan oleh angin ∑ 𝑋𝑖 cos ∝
adalah lama angin bertiup, kecepatan angin 𝑓𝑒𝑓𝑓 =
∑ cos ∝
dan fetch (jarak yang ditempuh angin dalam
bergerak pada daerah pembangkitan Pengukuran dilakukan mulai dari awal titik
gelombang). Daerah yang dipengaruhi oleh pembangkitan gelombang dengan interval
angin dan dibatasi oleh daratan yang sudut sebesar 60.

Gambar 8. Peta fetch di Teluk Ambon

72
Ondara et al., Karakteristik Hidrodinamika di Perairan Teluk Ambon

Tabel 1. Perhitungan fetch efektif Teluk gelombang signifikan (Hs) di Teluk Ambon
Ambon sebesar 0,141 meter dengan periode
signifikan (Ts) sebesar 1,401 detik. Hasil
No Arah Mata Angin Feff (m)
perhitungan koefisien refraksi (Kr) pada tabel
1 Utara - 2 menunjukkan bahwa refraksi terjadi karena
2 Timur Laut 4439,95 adanya pengaruh perubahan kedalaman
3 Timur 5231,60 laut. Di daerah kedalaman perairan lebih
4 Tenggara 6492,84 besar dari setengah panjang gelombang,
5 Selatan 5655,52 yaitu di laut dalam, gelombang menjalar
6 Barat Daya - tanpa dipengaruhi dasar laut. Di daerah ini,
7 Barat 3597,21 bagian dari puncak gelombang yang berada
8 Barat Laut - di air lebih dangkal akan menjalar dengan
kecepatan yang lebih kecil daripada bagian
Menurut Soehedy (2011), didalam tinjauan air yang lebih dalam. Sehingga garis puncak
pembangkitan gelombang di laut, fetch gelombang akan membelok dan berusaha
dibatasi oleh bentuk daratan yang untuk sejajar dengan garis kedalaman laut.
mengelililngi laut. Jika data untuk menghitung Selama gelombang menjalar dari laut dalam
fetch terbatas (di laut lepas), maka panjang ke laut dangkal, gelombang akan mengalami
fetch di laut lepas adalah 200 km. Hubungan deformasi gelombang. Perubahan bentuk
antara angin di atas laut dan angin di daratan tersebut disebabkan oleh proses refraksi,
diberikan oleh persamaan RL=Uw/UL. Untuk shoaling, difraksi dan refleksi (Triatmodjo,
tegangan angin dihitung dengan 2011).Dalam perhitungan koefisien refraksi
menggunakan persamaan UA=0,71U1,23. dan koefisien shoaling, ditentukan 5
Setelah mengetahui nilai panjang fetch, kedalaman yang berbeda. Koefisien tersebut
faktor tegangan angin (UA) dan durasi angin kemudian akan digunakan untuk
maka tinggi dan periode gelombang menentukan tinggi gelombang pecah,
signifikan dapat ditentukan. Hasil kecepatan gelombang, daya gelombang dan
perhitungan menunjukkan bahwa nilai tinggi energi total gelombang.

Tabel 2. Nilai koefisien refraksi dan koefisien shoaling


Kedalaman
No 20 10 5 1 0,1
(meter)
Koefisien
1 0,95 1,08 1,31 0,98 0,85
Refraksi (KR)
Koefisien
2 0,018 0,020 0,025 0,018 0,016
Shoaling (Ks)
Kecepatan Grup
3 1,09 1,10 1,12 1,21 1,55
Gel (Cg)
Daya
4 27,47 27,56 28,22 30,46 38,96
Gelombang
5 Energi Total Gelombang 25,14

Pemodelan simulasi gelombang signifikan Januari), Musim Peralihan I (Februari-Mei),


yang terjadi di Teluk Ambon dilakukan pada Musim Timur (Juni-Agustus) dan Musim
empat musim yang berbeda. Keempat musim Peralihan II (September-November) di tahun
tersebut adalah Musim Barat (Desember- 2015.

73
Jurnal Kelautan, 10(1), 66-77 (2017)

a b

Gambar 9. a) Gelombang signifikan Teluk Ambon pada Musim Barat, b) Gelombang signifikan
Teluk Ambon pada Musim Peralihan I

Gelombang pada Musim Barat (gambar 9.a) Arah gelombang pada Musim Timur (gambar
masuk ke dalam Teluk Ambon dari arah 10.a) dominan bergerak ke arah mulut teluk
Utara dan kemudian di pertengahan Teluk dengan ketinggian gelombang signifikan
Ambon memutar ke arah selatan menuju berkisar 0-21,5 cm. Tinggi gelombang paling
keluar mulut teluk. Perputaran arah besar dominan terjadi di bagian selatan mulut
gelombang ini disebabkan karena perubahan teluk. Hal ini sesuai dikarenakan arah angin
kontur kedalaman, arah angin dan vektor yang bergerak dari Utara ke Selatan dan
kecepatan gelombang yang mempengaruhi menuju ke arah laut lepas sehingga terjadi
energi dan arah gelombang. Tinggi pembangkitan gelombang.Arah gelombang
gelombang signifikan di Teluk Ambon relatif pada Musim Peralihan II (gambar 10.b)
kecil berkisar 0-2,79 cm.Pada Musim dominan bergerak ke arah mulut teluk
Peralihan I (gambar 9.b) terlihat pada daerah dengan ketinggian gelombang signifikan
mulut teluk, gelombang dominan bergerak ke berkisar 0-46,1 cm. Tinggi gelombang paling
arah Timur dan Tenggara. Semakin ke arah besar dominan terjadi di bagian Selatan
dalam teluk, gelombang lebih condong untuk mulut teluk. Hal ini sesuai dikarenakan arah
bergerak ke arah Timur Laut. Perubahan angin yang bergerak dari Utara ke Selatan
arah gerak gelombang ini terjadi dominan dan menuju ke arah laut lepas sehingga
karena pengaruh angin yg berhembus, kontur terjadi pembangkitan gelombang. Arah
kedalaman serta bentuk topografi teluk. gelombang pada musim ini tidak jauh
Tinggi gelombang signifikan paling besar berbeda dengan musim sebelumnya
terjadi di bagian Timur mulut teluk dengan dikarenakan karakteristik cuaca yang hampir
ketinggian gelombang signifikan di seluruh sama dan dalam rentang waktu peralihan
bagian Teluk Ambon berkisar 0 – 21,7 cm. musim.

a b

Gambar 10. a) Gelombang signifikan Teluk Ambon pada Musim Timur, b) Gelombang signifikan
Teluk Ambon pada Musim Peralihan II

74
Ondara et al., Karakteristik Hidrodinamika di Perairan Teluk Ambon

Kedalaman perairan di titik situs kapal setiap kedalaman 3 meter. Pengukuran arus
tersebut sedalam 27 meter. Arus yang akan dari tanggal 18 April 2016 pukul 16.00 WIT
dianalisa adalah arus mulai dari dasar sampai 20 April 2016 pukul 10.30 WIT setiap
perairan hingga permukaan dengan interval kedalaman dengan range tiap 3 meter.

a b

Gambar 11. a) Current rose permukaan, b) Current rose kedalaman 8,5 m

a b

Gambar 12. a) Current rose kedalaman 20,5 m, b) Current rose kedalaman 26,5 m

Current rose yang terbentuk dari pengolahan hasil current rose bahwa arah arus
data arus laut menggambarkan arah dominan permukaan menunjukan pola yang hampir
arus laut. Hasil pada current rose searah dengan angin (Gambar 11 dan 12).
menunjukan bahwa arah dominan arus ke
Tenggara pada permukaan, kedalaman 3 m, Salah satu potensi wisata bawah air yang
8,5 m, 20,5 m, 23,5 m dan 26,5 m. terdapat di perairan Teluk Ambon terdapat
Sedangkan pada current rose juga situs kapal kargo Duke of Sparta (SS.Aquila)
menggambarkan bahwa dominasi arus yang diluncurkan pada tahun 1940 dari
bergerak ke Tenggara dan Barat Laut pada galangan kapal William Gray, West
kedalaman 5,5 meter. Perbedaan pola arus Hartlepool, dijual pada tahun 1951 untuk
permukaan dengan arus vertikal dipengaruhi sebuah perusahaan Italia dari Napoli dan
oleh faktor internal dan faktor eksternal. berganti nama SS Aquila sebelum tenggelam
Penelitian yang dilakukan oleh Fadli dan pada tahun 1958 di bagian Utara Perairan
Radjawane (2014) menyatakan bahwa Teluk Ambon saat pemberontakan Permesta.
pergerakan arus permukaan laut mengikuti Kapal tersebut di bom oleh pesawat
arah pergerakan angin. Kecepatan arus pada Douglash B26 Invader yang merupakan
lokasi penelitian antara 0.009-1.463 m/s. bagian dari rencana CIA untuk mengacaukan
perdagangan di Indonesia dengan
Menurut Hoekstra et al. (2012) dalam Wisha menargetkan kapal dagang asing untuk
et al. (2015) arus dipermukaan dipengaruhi melemahkan perekonomian Indonesia pada
oleh angin muson. Bulan Maret merupakan saat pemerintahan Ir.Soekarno (Wikipedia,
musim peralihan I, peralihan musim hujan 2016). Wreck Duke of Sparta (SS. Aquila)
kemusim kemarau dan angin berhembus dari sangat dikenal oleh para penyelam lokal
Australia ke Asia. Teori ini sesuai dengan maupun mancanegara. situs kapal

75
Jurnal Kelautan, 10(1), 66-77 (2017)

tenggelam tersebut berada di koordinat penyelaman situs sesuai matrik penyelaman


122.172oS dan-3.665oE. Kegiatan dengan level tertentu.

Tabel 3. Matrik Penyelaman

(Sumber: Indonesia Dive Directory, 2014)

Gambar 13. Wisata Selam Wreck SS.Aquila,Wayame, Teluk Ambon


(Sumber: Survei Lapangan, 2016)

KESIMPULAN DAN SARAN gelombang dominan bergerak ke arah Timur


dan Tenggara. Semakin ke arah dalam teluk,
Dari hasil pembahasan di atas didapatkan gelombang lebih condong untuk bergerak ke
tipe pasut di perairan Teluk Ambon adalah arah Timur Laut dengan ketinggian
pasut campuran condong harian ganda gelombang signifikan di seluruh bagian Teluk
dengankedalaman perairan Teluk Ambon Ambon berkisar 0 – 21,7 cm.Arah gelombang
Dalam 0-40 m sedangkan pada Teluk Ambon pada Musim Timur dominan bergerak ke arah
Luar kedalaman berkisar 0- 500 mserta mulut teluk dengan ketinggian gelombang
keadaan dasar laut yang curam. Gelombang signifikan berkisar 0-21,5 cm. Tinggi
pada Musim Baratmasuk ke dalam Teluk gelombang paling besar dominan terjadi di
Ambon dari arah Utara dan kemudian di bagian selatan mulut teluk.Arah gelombang
pertengahan Teluk Ambon memutar ke arah pada Musim Peralihan II dominan bergerak
selatan menuju keluar mulut teluk dengan ke arah mulut teluk dengan ketinggian
tinggi gelombang signifikan di Teluk Ambon gelombang signifikan berkisar 0-46,1 cm.
relatif kecil berkisar 0-2,79 cm. Pada Musim
Peralihan I terlihat pada daerah mulut teluk,

76
Ondara et al., Karakteristik Hidrodinamika di Perairan Teluk Ambon

Tinggi gelombang paling besar dominan ocean waves. Cambridge university


terjadi di bagian Selatan mulut teluk. press.
Latuconsina, H., Nessa, M. N., & Ambo-
Dasar laut teluk Ambon terdapat beberapa Rappe, R. (2012). Komposisi spesies
situs, salah satunya adalah SS.Aquila yang dan struktur komunitas ikan padang
terletak di teluk Ambon Luar pada posisi lamun di perairan Tanjung Tiram–
128.171495°; -3.665900°dengan kedalaman Teluk Ambon Dalam. Jurnal Ilmu dan
15 m- 40 m. Kecepatan arus di sekitar situs Teknologi Kelautan Tropis, 4(1), 36-
tersebut berkisar 0.0009-1.463 m/s. 46.
Berdasarkan hasil pembahasan Noya, Y. A., Purba, M., Koropitan, A. F., &
hidrodinamika tersebut dapat disimpulkan Prartono, T. (2016). Cohesive
bahwa kondisi perairan Teluk Ambon Sediment Transport Modelling on
berdasarkan Indonesia Dive Directory layak Inner Ambon Bay. Jurnal Ilmu dan
dijadikan sebagai tempat wisata minat Teknologi Kelautan Tropis, 8(2), 671-
khusus dengan kriteria arus yang lemah 687.
dengan ketinggian gelombang rendah dan Okamoto, N., Yamanaka, D. M., Ogino, S. Y.,
termasuk kategori penyelamanuntuk level 1, Hashiguchi, H., Nishi, N.,
2, 3. Sribimawati, T., & Numaguti, A.
(2003). Seasonal variations of
UCAPAN TERIMA KASIH tropospheric wind over Indonesia:
Comparison between collected
Ucapan Terimakasih kepada Loka Penelitian operational rawinsonde data and
Sumber Daya dan Kerentanan Pesisir NCEP reanalysis for 1992-99.
(LPSDKP) untuk DIPA anggaran 2016 Journal of the Meteorological Society
penelitian APBN riset Teluk Ambon, Wisnu of Japan. Ser. II, 81(4), 829-850.
Arya Gemilang ST yang telah membantu Pattipeilohy, M. (2014). Fenomena
dalam pembuatan peta dan semua pihak pendangkalan zona pasang surut
yang telah membantu dalam pelaksanaan hutan mangrove teluk dalam ambon
penelitian ini. serta upaya pengembangan
ekowisata. Jurnal Pena Sains, 1(2),
DAFTAR PUSTAKA 56-63.
Selanno, D. A. J., Tuahatu, J. W., Tuhumury,
Fadli, M., & Radjawane, I. M. (2014). N. C., & Hatulesila, G. I. (2014).
Pemodelan hidrodinamika di Analysis of Lead (Pb) content in the
perairan teluk ambon hydrodynamic mangrove forest area in Waiheru
modelling in ambon bay. Prosiding District, Ambon. Aquatic Science and
PIT X ISOI 2013, 1(1). Technology, 3(1), 59-69.
Hiariey, J., & Baskoro, M. S. (2011). Fishing Soehady, S. (2011). Analisis Kecepatan
Capacity of the Small-Pelagic Angin Terhadap Panjang Pemecah
Fishery at Banda Sea, Gelombang (Breakwater) pada Alur
Moluccas. Journal of Coastal Pelabuhan Pulau Baai Bengkulu.
Development, 14(2), 115-124. Jurusan Teknik Sipil Universitas
Holthuijsen, L. H., Booij, N., & Herbers, T. H. Bengkulu.
C. (1989). A prediction model for Suyadi, S. (2012). Satu Dekade Kondisi
stationary, short-crested waves in Hutan Mangrove di teluk Ambon,
shallow water with ambient Maluku. Jurnal Biologi Indonesia,
currents. Coastal Engineering, 13(1), 8(1), 197-203.
23-54. Triadmodjo, B. (2011). Perencanaan
Kaihatu, M. M. (2013). Strategi Bangunan Pantai. Cetakan Pertama.
pengembangan sektor perikanan Beta Offset Yogyakarta.
dalam mendukung perekonomian Wisha, U. J., Husrin, S., & Prihantono, J.
wilayah kabupaten maluku (2015). Hydrodynamics Banten Bay
tengah (Doctoral dissertation, during Transitional Seasons (August-
Universitas Pattimura). September). Ilmu kelautan:
Komen, G. J., Cavaleri, L., Donelan, M., Indonesian Journal of Marine
Hasselmann, K., Hasselmann, S., & Sciences, 20(2), 101-112.
Janssen, P. A. E. M. Young, I. R. (1999). Wind generated ocean
(1996). Dynamics and modelling of waves (Vol. 2). Elsevier.

77

You might also like