You are on page 1of 17

MODEL PERILAKU KESEHATAN KELUARGA

PENERIMA JAMKESMAS

MODEL PERILAKU KESEHATAN KELUARGA


PENERIMA JAMKESMAS

SANDU SIYOTO

STIKes SURYA MITRA HUSADA KEDIRI

ABSTRACT

To prevent the worse health condition especially for poor society because of monetary
crises since 1997, the government launched Public Health Assurance or Jamkesmas
(Jaminan Kesehatan Masyarakat). This program gave health service freely to the poor
society at the choosen health service places. However, the advantages of this program were
still low. It was around 39.8% (Public Health Department, 2011). Beside, based on
monitoring, poor society behavior didn't support this program also. They showed unhealthy
behavior. The goal of this research was to develope health behavior model of Jamkesmas
recipients in Kediri City East Java, also the factors which influenced them.
This research was Observation Research with crosssectional design. There were 270
respondents taken by using two stage cluster sampling technique. The data were gathered by
valid and reliable questionnaire. After that, the data were analyzed descriptively by using
binnary logistic regression statistic analysis to test model feasibility and regression
coefficient.
The results of research showed that ost of Jamkesmas recipients had unhealthy
behavior, many sick complaints and worries, ut they didn't go to the health services which
were refered. This research also found that ck complaint level (need) was influenced by
dwelling ownership status, family status, he th value and knowledge about disease and
Jamkesmas at predisposing factors, also sp ding money for food at enabling factor, and
health behavior practice.
Health behavior practice of Jamkesi s recipients and their family were influenced by
education level, health value at predispo ng factor and spending money for cigarette and
perception toward health service at abling factor. As well as health service utilization was
influenced by worry level of t e sickness that they felt and spending money for food.

Key words : Health behavior, health ne , health service utilization, poor family, Jamkesmas.

PENDAHULUAN dimulainya krisis, jumlah masyarakat


miskin naik secara drastic menjadi 49,5
Krisis multidimensi yang melanda juta jiwa atau 24,5% penduduk (SNPK,
Indonesia, ternyata memiliki risiko yang 2002).
sangat besar terhadap kelangsungan Kondisi ini tentu semakin me-
bangsa. Krisis yang terjadi sekitar tahun nperbesar disparitas status kesehatan
1997 tersebut telah meningkatkan jurnlah penduduk mampu dan penduduk kurang
masyarakat kurang mampu. Berdasarkan mampu. Berbagai data menunjukkan
data, pada tahun 1998 atau setahun setelah bahwa status kesehatan penduduk kurang

86
MODEL PERILAKU KESEHATAN KELUARGA
PENERIMA JAMKESMAS

mampu lebih rendah jika dibandingkan tahun 1999 hingga kini Pemerintah
dengan penduduk kaya. Hal ini antara lain membuat kebijakan strategis, khususnya
dapat dilihat dari tingginya angka untuk melindungi kesehatan masyarakat
kematian bayi dan angka kematian balita kurang mampu, melalui program Jaring
pada kelompok penduduk kurang mampu. Pengaman Social Bidang Kesehatan (JPS-
Menurut Asnani dalam Thabrany BK), yang dalam perkembangannya
(2005) dampak krisis ekonomi terhadap berevolusi menjadi Jaminan Pen-teliharaan
bidang kesehatan adalah sebagai berikut: Kesehatan Masyarakat Miskin (JPKMM),
a. Menurunnya status gizi masyarakat Asuransi Kesehatan Masyarakat Miskin
b. Menurunnya akses terhadap fasilitas keskin), dan kemudian menjadiJaminan
pelayanan Kesehatan Masyarakat M skin (Mukti,
c. Menurunnya perhatian terhadap 2007).
lingkungan. Dengan adanya program ini, maka,
d. Menurunnya partisipasi masyarakat pemerintah menjamin biaya pelayanan
dalam berbagai kegiatan yang kesehatan masyarakat kurang mampu
mendukung kesehatan secara cuma-cuma baik pada Pemberi
e. Mengabaikan perilaku sehat Pelayanan Kesehatan I (PPK 1), maupun
Akibat dari kondisi tersebut di atas, rujukan pelayanan pada jenjang yang lebih
maka terjadi penUruna- derajat kesehatan tinggi (PPK II, III), yang pelaksanaannya
masyarakat Indonesia yang ditandai menggunakan prinsip-prinsip Asuransi
dengan tingginya Angka Kematian Ibu Kesehatan. Adapun sasaran dari progam
(AKI) yakni yang 304 per 100.000 ini adalah semua penduduk berkategori
kelahiran hidup, dan kenaikan untuk Masyarakat Miskin (Miskin) yang
Angka Kematian Bayi, Angka Kematian, penetapannya didasarkan pada kriteria-
dan Angka Kematian Balita (AKB). kriteria yang telah ditentukan, yang
Bahkan, tingkat kematian bayi dan berdasarkan data Depkes (2009) terdapat
balita di Indonesia ini masih yang tertinggi 76.400.000 jiwa dan pembiayaannya
di antara negara-negara anggota menjadi tanggung jawab Pemerintah Pusat
Association of South-East Asian Nations melalui APBN (quota maskin) serta
(ASEAN). Masalah lain timbul dari masyarakat kurang mampu yang diluar
besarnya variasi antar propinsi, serta relatif quota yang pembiayaannya menjadi
besarnya perbedaan tingkat kematian tanggung jawab Pemerintahan
antara daerah perkotaan dan pedesaan. Propinsi dan Kabupaten/Kota.
Sedangkan status gizi juga Namun, masyarakat penerima
mengalami keterpurukan, yakni ditandai Jamkesmas yang mendapatkan berbagai
dengan tingginya prevalesi Balita dengan fasilitas jaminan sosial dari pemerintah,
gizi buruk atau gizi kurang, yakni sebesar menurut Nirwanto, dkk (2000), justru
31% (Depkes, 2002). Akibat dari sektor semakin menunjukkan
kesehatan yang terpuruk, maka Indek ketidakberdayaannya, baik secara
Pembangunan Manusia (Human ekonomi, sosial maupun lingkungannya
Development Index) Indonesia juga ikut (tridaya). Adanya program Jamkesmas
terpuruk, yang berdasarkan publikasi bagi masyarakat penerima Jamkesmas
UNDP tahun 2003, Indonesia berada pada berupa pemberian pelayanan kesehatan
ranking 112 dari 175 negara. gratis, ternyata belum diikuti oleh perilaku
Untuk mencegah semakin kesehatan masyarakat (Trisnantoro, 2004),
terpuruknya kondisi derajat kesehatan seperti masih rendahnya kunjungan
sebagai akibat krisis ekonomi, maka sejak (utilisasi) masyarakat kurang mampu ke

87
MODEL PERILAKU KESEHATAN KELUARGA
PENERIMA JAMKESMAS

pelayanan kesehatan dasar dan perilaku Jamkesmas dari pemerintah sebanyak


tidak sehat yang ditunjukkan oleh 11.587.474 (99,59%) yang artinya hampir
masyarakat kurang mampu, berupa seluruh masyarakat penerima Jamkesmas
merokok, mengkonsurnsi minum- telah ditanggung biaya kesehatannya oleh
minuman keras, buang sampah pemerintah. Adapun tingkat pemanfaatan
sembarangan, perilaku buang air kotor pelayanan kesehatan Jamkesmas di
yang sembarangan dan semakin Puskesmas pada tahun 2010 tercatat
menurunnya kesadaran dan partisipasi sebanyak 5.403.249 terdiri dari 45,38%
masyarakat dalam pembangunan kesehatan (kurang lebih 3,9% / bln) untuk pelayanan
di wilayahnya, sebagaimana pengamatan rawat jalan dan 1,06% untuk pelayanan
sementara yang dilakukan oleh peneliti. rawat inap, sedangkan yang memanfaatkan
Data Susenas Tahun 2000 rumah sakit sebanyak 1.074.844 terdiri
menunjukkan bahwa di antara penduduk dari 7,32% untuk pelayanan rawat jalan
yang mempunyai keluhan sakit hanya 36,6 dan 1,92% untuk pelayanan rawat inap
persen yang berobat jalan ke sarana (Dinkes Prop.Jatim, 2011)
pelayanan kesehatan, sebesar 27,8 persen Kota Kediri dengan penduduknya
berobat ke Puskesmas dan Puskesmas pada Tahun 2010 berjumlah 297.961 jiwa
Pembantu, 30,55 persen ke dokter praktek, yang tersebar di 3 (tiga) wilayah
14,54 persen ke rumah sakit, 14,37 persen kecamatan dan dilayani 9 Puskesmas
ke petugas kesehatan lain, serta 3,5 persen induk, terdapat masyarakat kurang mampu
ke dukun/tabib/sinshe. Hasil Susenas 2001 sebanyak 37.216 jiwa yang masuk
menunjukkan bahwa dari penduduk yang Jamkesmas (biaya ditanggung APBN/
mengeluh sakit dalam 1 bulan terakhir ada pemerintah pusat) dan 36.923 jiwa
sekitar 56,3 persen yang mengobati masyarakat kurang mampu yang
sendiri. Kondisi ini lebih rendah dari ditanggung Jamkesda (anggaran
Susenas 1998 yang mencapai 62,2 persen. ditanggung daerah/APBD Kota Kediri).
Di antara yang mengobati sendiri sekitar Artinya, seluruh masyarakat kurang
85,2 persen menggunakan obat modern, mampu di Kota Kediri telah tercakup
28,7 persen menggunakan obattradisional, dalam asuransi kesehatan, baik yang
dan 8,5 persen menggunakan cara lainnya. masuk dalam Jamkesmas maupun
Penggunaan obat tradisional meningkat Jamkesda.
hampir 2 kali lipat, di mama pada tahun Profil Kesehatan Kota Kediri
1998 hanya mencapai 15 persen. Tahun 2010 menunjukkan bahwa
Menurut Budiharto (2009), tingkat pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh
kunjungan/ pemanfaatan (utilisasi) peserta Jamkesmas maupun Jamkesda
pelayanan kesehatan bagi penduduk ternyata belum optimal, yakni pada kisaran
miskin masih cukup rendah yakni sekitar 37% per tahun atau rata-rata 3% per bulan.
2,76-7,6 %. Pemanfaatan pelayanan Data tersebut menjadi menarik
kesehatan bagi masyarakat miskin juga kemudian karena eksistensi pelaksanaan
disampaikan oleh Departemen Kesehatan program Jamkesmas kepada masyarakat
(2011). Bahkan secara khusus kurang mampu di Kota Kediri berupa
pemanfaatan Jamkesmas secara nasional pemberian pelayanan kesehatan gratis
oleh ibu hamil juga belum optimal. ternyata belum diikuti oleh penerapan
Untuk di Jawa Timur, jumlah perilaku kesehatan masyarakat maupun
penduduk miskin di Jawa Timur adalah pemanfaatan pelayanan kesehatan di Kota
sebanyak 11.634.718 jiwa dan yang telah Kediri. Sehingga, perhatian utama
mendapat jaminan kesehatan melalui penelitian ini akan difokuskan pada

88
MODEL PERILAKU KESEHATAN KELUARGA
PENERIMA JAMKESMAS

permasalahan belum optirnalnya (perceived need) pada keluarga


penerapan perilaku kesehatan penerima Jamkesmas.
masyarakat penerima Jamkesmas maupun 2. Menganalisis pengaruh faktor
pemanfaatan pelayanan kesehatan (use predisposing terhadap penerapan
health service) masyarakat penerima perilaku kesehatan keluarga penerima
Jamkesmas di Kota Kediri. Jamkesmas.
3. Menganalisis pengaruh faktor
Rumusan Masalah predisposing terhadap pemanfaatan
1. Adakah pengaruh faktor predisposing pelayanan kesehatan oleh keluarga
dan faktor enabling terhadap kejadian penerima Jamkesmas.
sakit (Need dan Non Need) pada 4. Menganalisis pengaruh faktor enabling
keluarga penerima Jamkesmas? jumlah pengeluaran keluarga untuk
2. Adakah pengaruh faktor predisposing kebutuhan makan dan rokok, jarak ke
dan faktor enabling terhadap pelayanan kesehatan dan persepsi
penerapan perilaku kesehatan tentang pelayanan kesehatan) terhadap
keluarga pada penerima kejadian sakit (Need dan Non Need)
Jamkesmas? pada keluarga penerima Jamkesmas.
3. Adakah pengaruh faktor predisposing, 5. Menganalisis pengaruh faktor enabling
faktor enabling dan perceived severity terhadap penerapan perilaku kesehatan
need terhadap pemanfaatan pelayanan keluarga penerima Jamkesmas.
kesehatan oleh keluarga penerima 6. Menganalisis pengaruh faktor enabling
Jamkesmas? terhadap pemanfaatan pelayanan
4. Apakah penerapan perilaku kesehatan kesehatan oleh keluarga penerima
berpengaruh terhadap kejadian sakit Jamkesmas.
(Need dan Non Need) pada keluarga 7. Menganalisis pengaruh penerapan
penerima Jamkesmas? perilaku kesehatan terhadap kejadian
5. Apakah persepsi tentang keparahan sakit (Need dan Non Need).
sakit yang dirasakan berpengaruh 8. Menganalisis pengaruh penerapan
terhadap pemanfaatan pelayanan perilaku kesehatan terhadap kejadian
kesehatan oleh keluarga penerima sakit (perceived need). Menganalisis
Jamkesmas? pengaruh persepsi tentang keparahan
sakit (perceived severity need) yang
Tujuan penelitian dirasakan terhadap pemanfaatan
Tujuan umum penelitian ini adalah pelayanan kesehatan oleh keluarga
untuk mengembangkan model perilaku penerima Jamkesmas.
kesehatan keluarga penerima Jamkesmas.
Hipotesis
Sedangkan tuj uan khusus Berdasarkan rumusan masalah, tujuan dan
penelitian ini adalah sebagai berikut: kerangka konseptual serta kerangka
1. Menganalisis pengaruh faktor analisis penelitian ini, maka hipothesis
predisposing (umur, pendidikan, besar dalam penelitian ini adalah sebagai
keluarga, status keluarga, status rumah, berikut:
pekerjaan, interaksi sosial, nilai 1. Hipotesis 1. Ada pengaruh faktor
tentang kesehatan, sikap tentang predisposing terhadap kejadian sakit
pelayanan kesehatan, serta yang membutuhkan pelayanan
pengetahuan tentang sehat dan kesehatan (need) pada keluarga
Jamkesmas) terhadap kejadian sakit penerima Jamkesmas.

89
MODEL PERILAKU KESEHATAN KELUARGA
PENERIMA JAMKESMAS

2. Hipotesis 2. Ada pengaruh faktor menggunakan skala Likert untuk


enabling terhadap kejadian sakit yang pertanyaan yang berkaitan dengan sikap,
membutuhkan pelayanan kesehatan nilai dan persepsi, dan menggunakan
(need) pada keluarga penerima jawaban dikotomi (Benar — Salah) untuk
Jamkesmas. pertanyaan yang berhubungan dengan
3. Hipotesis 3. Ada pengaruh faktor pengetahuan, serta untuk pertanyaan
predisposing terhadap penerapan kuesioner lainnya, telah tersedia daftar
perilaku kesehatan keluarga penerima pilihan jawaban yang relevan. Sebelum
Jamkesmas. digunakan untuk mengarnbil data,
4. Hipotesis 4. Ada pengaruh faktor kuesioner telah diuji coba dan dilakukan
enabling terhadap penerapan perilaku uji validitas dan reliabilitas.
kesehatan keluarga penerima Prosedur pengumpulan data
Jamkesmas dilakukan dengan cara survei yang
5. Hipotesis 5. Ada pengaruh penerapan dilakukan di wilayah Kota Kediri Jawa
perilaku kesehatan keluarga terhadap Timur dan waktu pelaksanaannya antara
kejadian sakit (need) keluarga bulan April sampai dengan Juli 2012.
penerima Jamkesmas. Setelah data dari kuesioner
6. Hipotesis 6. Ada pengaruh faktor terkumpul, selanjutnya dilakukan
predisposing dan faktor enabling pengecekan, pengcodean (coding), dan
terhadap pemanfaatan pelayanan pengolahan dengan menggunakan program
kesehatan oleh keluarga penerima SPSS versi 18, balk untuk analisis
Jamkesmas. deskriptif maupun analitik. Analisis
7. Hipotesis 7. Ada pengaruh persepsi deskriptif digunakan untuk
tentang keparahan sakit yang dirasakan mendeskripsikan frekuensi, persentasi,
terhadap pemanfaatan pelayanan rerata (mean), dan tabulasi silang antar
kesehatan pada keluarga penerima variabel yang relevan. Sedangkan analisis
Jamkesmas. analitik dilakukan dengan menggunakan
uji regresi logistik, untuk menguji adanya
METODE PENELITIAN pengaruh antara variabel sebagaimana
Penelitian ini menggunakan hipotesis yang telah ditetapkan, mengukur
metode penelitian survey atau kekuatan pengaruh dan odd ratio variabel
observasional. Sedangkan ditinjau dari serta kelayakan model.
segi waktu penelitian ini menggunakan
desain cross-sectional (potong melintang) HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN
dengan pendekatan kuantitatif. Berdasarkan hasil uji statistik regresi
Sampel penelitian adalah seluruh logistik tahap pertama dengan metode
rumah tangga penerima Jamkesmas di backward pada variabel-variabel yang
wilayah Rukun Tetangga (RT) terpilih dari tergabung dalam faktor predisposing dan
hasil tehnik pengambilan sampel two stage faktor enabling yang berpengaruh terhadap
cluster random sampling dari Populasi kejadian sakit yang membutuhkan
seluruh rumah tangga penerima pelayanan kesehatan (need) dan penerapan
Jamkesmas yang tersebar di 1.200 Rukun perilaku kesehatan keluarga penerima
Tetangga (RT = N) di Kota Kediri. Besar Jamkesmas, dan juga hasil uji statistik
sampel dalam penelitian ini didapatkan regresi logistik tahap kedua dengan
sejumlah 270 KK. metode backward pada variabel-variabel
Instrumen yang digunakan di yang tergabung dalam faktor predisposing
dalam penelitian ini adalah kuesioner yang dan faktor enabling, serta persepsi tentang

90
MODEL PERILAKU KESEHATAN KELUARGA
PENERIMA JAMKESMAS

keparahan sakit yang dirasakan yang Kota menunjukkan bahwa rata–rata


berpengaruh terhadap pemanfaatan umur kepala keluarga adalah 49,80
pelayanan kesehatan oleh keluarga tahun, mayoritas merupakan keluarga
penerima Jamkesmas, maka disusun model inti dengan rata-rata besar keluarga 4
perilaku kesehatan keluarga penerima orang, serta sudah memiliki rumah
Jamkesmas yang bermakna: sendiri. Data ini menunjukkan
1. Kejadian sakit yang membutuhan bahwasanya karakteristik dari
pelayanan kesehatan (need) keluarga keluarga penerima Jamkesmas di
penerima Jamkesmas di Kota Kediri Kota Kediri adalah produktif (masih
dipengaruhi oleh status tempat tinggal, mampu bekerja dan menghasilkan
jumlah pengeluaran keluarga setiap sesuatu), 1.3 beban tanggungan
bulan untuk kebutuhan makan, keluarga tidak terlalu besar serta telah
pengetahuan tentang sakit dan status memiliki kepastian kepemilikan tanah
keluarga (inti atau extended), nilai dan rumah. Hal ini juga bisa
tentang kesehatan, dan penerapan dimaklumi, mengingat lokasi
perilaku kesehatan keluarga. penelitian merupakan daerah
2. Penerapan perilaku kesehatan kepala perkotaan, dengan tingkat
keluarga penerima Jamkesmas di Kota pertumbuhan ekonomi dan sosiologi
Kediri dipengaruhi secara signifikan yang cukup baik, sehingga
oleh pendidikan kepala keluarga, karakteristik demografi dari keluarga
jumlah pengeluaran keluarga penerima Jamkesmas yang pada
kebutuhan rokok, persepsi tentang hakekatnya dikhususkan untuk
pelayanan kesehatan, dan nilai tentang masyarakat miskin ini tentu sedikit
kesehatan. berbeda dengan indikator kemiskinan
3. Nilai tentang kesehatan adalah satu- menurut Bappenas (2006), BPS
satunya variabel yang selain (2005) maupun BKKBN (2006), yang
berpengaruh pada kejadian sakit yang salah satunya ditandai dengan adanya
membutuhan pelayanan kesehatan ketidakmampuan baik secara fisik
(need), juga berpengaruh pada maupun kepemilikan aset.
penerapan perilaku kesehatan keluarga 1.2 Struktur Sosial Keluarga Penerima
penerima Jamkesmas. Jamkesmas di Kota Kediri Tahun
4. Pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh 2012
keluarga penerima Jamkesmas Hasil penelitian karakteristik
dipengaruhi secara signifikan oleh struktur sosial dari faktor
persepsi tentang keparahan sakit yang predisposing penerima Jamkesmas di
dirasakan dan jumlah pengeluaran Kota Kediri, yang terdiri atas
keluarga untuk kebutuhan makan. pendidikan kepala keluarga,
pekerjaan, interaksi sosial
PEMBAHASAN menunjukkan bahwasanya kepala
1. Faktor Predisposing Keluarga keluarga mayoritas berpendidikan
Penerima Jamkesmas di Kota Kediri SMP dan SMA, namun bekerja tidak
1.1. Karakteristik Demografi Keluarga tetap sebagai modus terbanyak,
Penerima Jamkesmas di Kota kemudian disusul sebagai buruh tani
Kediri Tahun 2012 dan buruh bangunan, serta keaktifan
Hasil penelitian karakteristik kegiatan RT di lingkungan tempat
demografi dari faktor predisposing tinggalnya dikategorikan cukup.
dari keluarga penerima Jamkesmas di

91
MODEL PERILAKU KESEHATAN KELUARGA
PENERIMA JAMKESMAS

Data penerima Jamkesmas yang kategori penting dan sangat


pada hakekatnya sebagai kategori penting (lebih dari 80%), artinya
masyarakat miskin ini sedikit berbeda nilai pentingnya kesehatan bagi
dengan indikator kemiskinan menurut keluarga dalam tinggi.
BPS (2005) dan Bappenas (2006))
yang salah satunya ditandai dengan Data penelitian juga
rendahnya tingkat pendidikan dan menunjukkan bahwa meskipun
kurangnya apresiasi terhadap berstatus masyarakat miskin, namun
lingkungan serta keterbatasan akses untuk hal-hal menyangkut aspek
dalam lapangan kerja dan mata kesehatan, ternyata suclah dipahami
pencaharian yang berkesinambungan. dengan baik. Hal ini kemungkinan
Fakta penelitian ini terjadi mengingat berkaitan dengan tingkat pendidikan,
lokasi penelitian adalah di Kota interaksi sosial maupun tempat
Kediri. tinggal yang berada di Kota Kediri,
sehingga berbagai informasi dan
1.3 Keyakinan Kesehatan Keluarga akses begitu mudah didapatkan,
Penerima Jamkesmas di Kota sehingga menambah wawasan,
Kediri Tahun 2012 pendapat dan persepsi atas hal-hal
Hasil penelitian tentang yang berkaitan dengan kesehatan.
keyakinan kesehatan pada variabel Fakta ini tentu saja berbeda dengan
keyakinan faktor predisposing yang indikator kemiskinan menurut BPS
terdiri atas subvariabel pengetahuan (2005), bahwa salah satu tanda
sehat-sakit dan Jamkesmas, nilai kemiskinan adalah terbatasnya akses
pentingnya kesehatan serta sikap terhadap pelayanan kesehatan.
terhadap pelayanan Puskesmas adalah
sebagai berikut : 2. Faktor Enabling Keluarga
1. Pengetahuan keluarga penerima Penerima Jamkesmas di Kota
Jamkesmas tentang sehat dan Kediri Tahun 2012
sakit menunjukkan bahwa Hasil penelitian dari faktor
mayoritas penerima Jamkesmas enabling keluarga penerima
kurang memiliki pengetahuan Jamkesmas di Kota Kediri yang
yang benar tentang sehat-sakit, terdiri atas pendapatan yang diukur
namun baik untuk manfaat dan dari pengeluaran keluarga tiap bulan,
penggunaan Jamkesmas. jarak dan persepsi terhadap pelayanan
2. Sikap keluarga penerima kesehatan menunjukkan bahwa
Jamkesmas terhadap mutu sebagian besar penerima Jamkesmas
layanan Puskesmas menunjukkan rata–rata pengeluaran per bulannya
bahwa mayoritas responder diatas Upah Minimum Regional
menyatakan sangat setuju dan (UMR) Kota Kediri, dengan
setuju dalam kategori cukup. prosentase pengeluaran terbesar setiap
3. Nilai keluarga yang berhubungan bulan untuk memenuhi kebutuhan
dengan kesehatan menunjukkan makan dan tembakau (rokok).
bahwa berdasarkan temuan hasil Sedangkan untuk jarak tempat
penelitian memperlihatkan bahwa tinggal dan persepsi dengan
mayoritas penerima Jamkesmas pelayanan kesehatan, mayoritas
memiliki karakteristik nilai menyatakan dekat dan cukup dekat,
tentang kesehatan yang masuk serta hanya minim yang mempunyai

92
MODEL PERILAKU KESEHATAN KELUARGA
PENERIMA JAMKESMAS

persepsi tidak baik terhadap keluarga penerima Jamkesmas di


pelayanan kesehatan yang ditetapkan Kota Kediri ternyata dipengaruhi oleh
bagi keluarga penerima Jamkesmas. status rumah tempat tinggal yang
Hasil penelitian dapat dimaklumi, milik sendiri dan status keluarga inti
mengingat lokasi tempat tinggal (karakteristik demografi pada faktor
adalah di perkotaan, dimana fasilitas predisposing), nilai tentang kesehatan
pelayanan kesehatan di Kota Kediri yang berkategori tidak penting dan
cukup banyak, tersebar merata, dan biasa, pengetahuan tentang penyakit
mudah dijangkau. dan Jamkesmas yang buruk
Fakta penelitian ini tentu saja (karakteristik keyakinan kesehatan
sangat bertentangan dengan parameter pada faktor predisposing), jumlah
–parameter keuangan, yang biasanya pengeluaran untuk makan setiap bulan
menggunakan ukuran uang dan (faktor enabling), dan penerapan
keterbatasan akses terhadap fasilitas perilaku kesehatan keluarga. Hasil
pelayanan kesehatan, sebagaimana penelitian ini tentu saja sedikit
parameter kemiskinan menurut BPS berbeda dengan model Perilaku
(2011), Bappenas (2006) dan Kesehatan dari Andersen dan
BKKBN (2000). Newman (1995), bahwasanya seluruh
Faktor Need Keluarga Penerima karakteristik pada faktor predisposing
Jamkesmas di Kota Kediri Tahun dan enabling berpengaruh terhadap
2012 Hasil penelitian tentang kejadian tingkat kesakitan.
sakit yang membutuhkan pelayanan
kesehatan (need) pada keluarga 4. Penerapan Perilaku Kesehatan
penerima Jamkesmas di Kota Kediri Keluarga Penerima Jamkesmas di
menunjukkan bahwasanya keluarga Kota Kediri Tahun 2012
penerima Jamkesmas yang mengalami Hasil penelitian menunjukkan
kejadian sakit dan membutuhkan bahwa kepala keluarga penerima
pelayanan kesehatan (need) cukup Jamkesmas di Kota Kediri mayoritas
tinggi, yakni 143 keluarga atau menerapkan perilaku kesehatan yang
143/270=52,9%. Frekuensi kejadian tidak sehat, yakni merokok dan atau
sakit dalam keluarga adalah 513/143= minum minuman beralkohol,
1,8 kali. Hal ini menggambarkan sedangkan istri dari kepala keluarga
bahwa keluarga penerima Jamkesmas penerima Jamkesmas mayoritas sudah
dan Jamkesda memiliki risiko melakukan penerapan perilaku
kejadian sakit dan jumlah kejadian kesehatan yang sehat. Secara khusus
dalam keluarga relatif besar, hampir angka penerapan perilaku merokok
dua kali selama tiga bulan. kepala keluarga penerima Jamkesmas
Adapun untuk tingkat keparahan di Kota Kediri pada tahun 2012 ini di
atas sakit (need) yang dirasakan, atas rata – rata data Susenas (2001).
100% menyatakan sangat khawatir. Temuan ini tentu saja tidak sesuai
Temuan penelitian ini juga tidak jauh dengan tujuan program Jamkesmas
berbeda dengan hasil kajian yang yang telah ditetapkan, yakni agar
dilakukan Sarwono (2007) dan derajat kesehatan masyarakat kurang
Dimateo (1991) serta Biro Pusat mampu dapat meningkat optimal 5.
Statistik (2005) sebelumnya. Hasil secara efektif dan efisien (Depkes,
penelitian juga menunjukkan 2009), mengingat perilaku yang tidak
bahwasanya kejadian sakit (need) sehat akan berpotensi untuk

93
MODEL PERILAKU KESEHATAN KELUARGA
PENERIMA JAMKESMAS

menurunkan derajat kesehatan, baik sebagai sesuatu yang tidak penting


secara individu, keluarga serta bagi diri dan keluarganya.
masyarakat. Temuan penelitian ini
tidak jauh berbeda dengan penelitian 5. Pola Pemanfaatan Pelayanan
Trisnantoro (2000), bahwa penerima Kesehatan Penerima Jamkesmas di
Jamkesmas yang mendapatkan Kota Kediri Tahun 2012
pelayanan kesehatan gratis, ternyata Hasil penelitian menunjukkan
tidak diikuti dengan perilaku sehat. bahwa keluarga penerima Jamkesmas
Penerapan perilaku kesehatan di Kota Kediri pada saat terjadi sakit
pada keluarga penerima Jamkesmas di baik yang membutuhkan pelayanan
Kota Kediri ini, berdasarkan hasil kesehatan (need) maupun yang tidak
penelitian ternyata tidak dipengaruhi membutuhkan pelayanan kesehatan,
oleh seluruh karaketeristik pada faktor mayoritas ternyata tidak
prediposing dan enabling memanfaatkan pelayanan kesehatan
sebagaimana dinyatakan oleh yang telah ditetapkan yakni
Andersen dan Newman (1995) serta Puskesmas dan Puskesmas Pembantu,
Green (1980), namun hanya meskipun tidak dikenakan biaya sama
dipengaruhi oleh tingkat pendidikan sekali (gratis) serta ada rasa sangat
kepala keluarga, khususnya yang khawatir atas sakit yang dirasakan.
tidak tamat Sekolah Dasar (SD), Adapun fasilitas pelayanan kesehatan
penilaian keluarga tentang kesehatan lain yang dipilih saat kepala keluarga
yang berkategori biasa dan penting dan anggota keluarga sakit adalah
(faktor predisposing), dan persepsi dokter praktek swasta, diobati sendiri
yang tidak baik tentang pelayanan dengan beli obat di apotik dan toko
kesehatan yang ditetapkan dalam obat serta Bidan/mantri Praktek
program Jamkesmas sertajurnlah Swasta. Hasil penelitian ini
pengeluaran untuk memenuhi kemungkinan besar 6 disebabkan
kebutuhan rokok setiap bulan (faktor karena karakteristik dari penerima
enabling). Jamkesmas di Kota Kediri bukan
Analisis lanjut dari hasil tabulasi merupakan keluarga yang benarbenar
silang menunjukkan bahwasanya miskin, sebagaimana parameter dan
keluarga penerima Jamkesmas yang inclikator kemiskinan yang
melakukan penerapan perilaku tidak ditetapkan, sehingga mereka me-niliki
sehat, mayoritas pendidikan dasar dan kemampuan untuk membayar dan
menengah (SD-SMA), tidak bekerja, atau memilih tempat pelayanan
rata–rata pengeluaran untuk kesehatan lain, meskipun harus
tembakau/rokok lebih dari 80 % dari mengeluarkan biaya.
total pengeluaran tiap bulan, dan tetap Temuan ini tentu saja berbeda
menempatkan aspek kesehatan dengan tujuan adanya program
menjadi nilai yang penting dalam Jamkesmas (Depkes, 2009), yakni
kehidupan sehari-hari. Hasil ini beri- meningkatkan cakupan masyarakat
nakna bahwa perilaku tidak sehat kurang mampu dalam mendapatkan
pada keluarga penerima Jamkesmas pelayanan kesehatan secara curna-
tidak hanya didominasi oleh keluarga cuma di puskesmas dan.jaringannya.
yang berpendidikan rendah saja Hasil ini juga tidak jauh berbeda
ataupun yang menempatkan kesehatan dengan penelitian Depkes (2011) dan
Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur

94
MODEL PERILAKU KESEHATAN KELUARGA
PENERIMA JAMKESMAS

(2011), bahwasanya tingkat sehat-sakit ((3=0,657.,P=0,019)


pemanfaatan pelayanan kesehatan serta nilai pentingnya kesehatan
bagi masyarakat kurang mampu bagi keluarga ((3=-
masih belum optimal. Penelitian ini .1,355.,P=<0,001). Jadi hipotesis 1.
juga menemukan bahwasanya tidak Terbukti
ada satupun karakteristik pada faktor 2. Hipotesis 2. Ada pengaruh faktor
predisposing keluarga penerima enabling terhadap need
Jamkesmas yang berpengaruh Pengaruh faktor enabling yang
terhadap pemanfaatan pelayanan berpengaruh pada Need adalah
kesehatan di Kota Kediri. Adapun tingkat ekonomi keluarga, yang
variabel yang berpengaruh adalah diwakili oleh besar alokasi
jumlah pengeluaran keluarga setiap pengeluaran untuk makan
bulan untuk memenuhi kebutuhan ((3=0,516.,P=0,004), artinya makin
makan (faktor enabling) dan persepsi rendah tingkat ekonomi keluarga
tentang keparahan sakit yang lebih berisiko mengalami need
dirasakan oleh keluarga penerima Hipotesis 2. terbukti
Jamkesmas, khususnya yang Temuan ini tentu tidak berbeda
berkategori sangat khawatir. Temuan dengan Model Perilaku Kesehatan
ini tentu saja berbeda dengan Teori dari Andersen dan Newman (1995),
Andersen dan Newman (1995), hasil bahwasanya kejadian sakit (need)
penelitian Lukiono W (2011) dan itu dipengaruhi secara bersama-
hasil penelitian Widyastuti (2009), sama oleh karakteristik keluarga
bahwasanya pemanfaatan pelayanan untuk faktor predisposing dan
kesehatan dipengaruhi karakteristik enabling.
demografi, struktur sosial, dan 3. Hipotesis 3. Ada pengaruh faktor
kepercayaan kesehatan predisposing terhadap penerapan
(faktor predisposing) serta faktor perilaku kesehatan keluarga
enabling balk secara partial dan atau penerima Jamkesmas.
secara bersama sama. Variabel pendidikan kepala
keluarga (P=4,311.,P=0,034), besar
6. Uji Hipotesis pengeluaran keluarga untuk rokok
Hasil analisis jalur seperti pada ((3=0,963.,P<0,001) dan Nilai
Gambar 2 digunakan untuk pentingnya kesehatan bagi keluarga
membuktikan dan menjelaskan ( =-1,825.,P=0,002),.
hipotesis penelitian. 4. Hipotesis 4. Ada pengaruh faktor
1. Hipotesis 1. Ada pengaruh faktor enabling terhadap penerapan
predisposing terhadap kejadian sakit perilaku kesehatan keluarga
(need). penerima Jamkesmas
Faktor yang mempengaruhi Faktor enabling untuk
Kejadian sakit yang membutuhan persepsi tentang pelayanan
pelayanan kesehatan (need) kesehatan (P= -1,395.,
keluarga penerima Jamkesmas di P=0,041), artinya keluarga yang
Kota Kediri, dari faktor demografi memiliki persepsi positif tentang
adalah status kepemilikan rumah pelayanan Puskesmas (secara
( = -,1.919; P=0,023) dan status umum), cenderung berperilaku tidak
keluarga inti ((3=0,948., menerapkan perilaku kesehatan
P=0,014), pengetahuan tentang keluarga yang positif juga. Salah

95
MODEL PERILAKU KESEHATAN KELUARGA
PENERIMA JAMKESMAS

situ kemungkinan untuk jawaban pemanfaat pelayanan Puskesmas


ini, bila sakit pasti dilayani dan adalah ((3= -6,665.,P=<0,001),
bebas biaya bila berobat ke artinya semakin mempersepsikan
Puskesmas. Menurut Andersen dan keparahan sakit bila sakit, orang
Newman (1995), penerapan perilaku akin cenderung memanfaatkan
kesehatan dipengaruhi secara Puskesmas. Hipotesis 7. Terbukti.
bersama-sama oleh faktor Dari uji hipotesis tersebut,
demografi, struktur sosial dan hasil penelitian ini berbeda dengan
keyakinan pada faktor predisposing, penelitian Lukiono (2011)
faktor enabling serta faktor need. bahwasanya pemanfaatan pelayanan
Hal serupa diperkuat oleh Green kesehatan di puskesmas pada
(1980) dan Fishbein dalam Glanz masyarakat miskin dipengaruhi oleh
(2008), bahwasanya Perilaku persepsi atas mutu pelayanan
Kesehatan itu dipengaruhi oleh kesehatan yang meliputi fasilitas,
variabel demografis, yang terdiri sikap petugas, dan kesulitan akses.
atas pengetahuan, pendidikan, sikap, Sedan-kan Widiastuti (2009)
tradisi, kepercayaan, sosial, menyampaikan bahwa pemanfaatan
ekonomi, d1l. pelayanan kesehatan di puskesmas
5. Hipotesis 5. Ada pengaruh oleh masyarakat miskin
penerapan perilaku kesehatan berhubungan dengan transcation
keluarga terhadap kejadian sakit convinence, benefit convinence dan
(need). ((3=,0641.,P=0,029), artinya postbenefit convinence.
penerapan perilaku kesehatan yang Menurut Andersen dan
negatif cenderung terjadi risiko sakit Newman (1995), pemanfaatan
dalam keluarga. Hipoteis 5. terbukti pelayanan kesehatan dipengaruhi
6. Hipotesis 6. Ada pengaruh faktor secara bersama–sama oleh
predisposing dan faktor enabling karakteristik demografi, struktur
terhadap pemanfaatan pelayanan sosial dan keyakinan pada faktor
kesehatan. predisposing, dan faktor enabling
Faktor enabling yang memiliki serta dan faktor need. Pendapat
pengaruh terhadap pemanfaatan tersebut sama dengan model
Puskesmas yakni variabel tingkat Zschock (1979) dan Model
pengeluaran keluarga untuk makan Andersen dan Anderson (1979)
((3=0,843.,P=,034), artinya mereka dalam Ilyas (2003). Hal serupa
yang tingkat pengeluaran tinggi atau diperkuat oleh Notoadmojo (2003)
makin miskin cenderung lebih terkait faktor yang berhubungan
memanfaatkan Puskesmas bila sakit. perilaku pencarian pengobatan
Hipotesis 6 hanya untuk faktor (health seeking behaviour).
enabling terbukti, sedangkan untuk Meskipun teorinya
faktorpredisposisi tidak terbukti. demikian, namun hasil uji hipotesis
7. Hipotesis 7. Ada pengaruh persepsi menemukan bahwa ternyata
tentang keparahan sakit yang hanya jumlah pengeluaran untuk
dirasakan terhadap pemanfaatan memenuhi kebutuhan makan dan
pelayanan kesehatan pada keluarga tingkat keparahan atas kelullan sakit
penerima Jamkesmas. yang dirasakan yang berpengaruh
Hasil penelitian pengaruh terhadap pemanfaatan pelayanan
tingkat keparahan penyakit terhadap kesehatan pada keluarga penerima

96
MODEL PERILAKU KESEHATAN KELUARGA
PENERIMA JAMKESMAS

Jamkesmas di Kota Kediri. Temuan lain pada variabel


Sedangkan faktor enabling yang yang tidak berpengaruh terhadap
meliputi karakterisitik demografi pemanfaatan pelayanan kesehatan
yang terdiri atas umur, besar adalah sikap dan persepsi
keluarga, status keluarga, status keluargapenerima Jamkesmas
tempat tinggal, karakteristik struktur terhadap pelayanan kesehatan
sosial yang tediri atas pendidikan, Puskesmas dan jaringannya.
pekerjaan, interaksi sosial, Meskipun mayoritas kepala
karakteristik keyakinan kesehatan keluarga penerima Jamkesmas di
yang terdiri atas pengetahuan Kota Kediri menyatakan sikapnya
tentang penyakit dan Jamkesmas, setuju dan sangat setuju, serta
nilai tentang kesehatan dan sikap persepsinya tentang mutu pelayanan
terhadap pelayanan kesehatan, serta kesehatan balk dari sumber daya
faktor enabling yang terdiri atas manusia, fasilitas dan akses, yang
pengeluaran untuk rokok, jarak cukup baik dan sangat baik, namun
tempat tinggal dengan tempat fakta ini tidak cukup mempengaruhi
pelayanan dan persepsi tentang penerima Jamkesmas untuk
pelayanan kesehatan, semuanya memanfaatkan pelayanan kesehatan
tidak berpengaruh terhadap ini pada saat keluarga dan
pemanfaatan pelayanan kesehatan anggotanya mengalami sakit,
yang ditetapkan bagi penerima ternyata hanya dipengaruhi oleh
Jamkesmas di Kota Kediri. prioritas pengeluaran untuk makan
Temuan ini menarik dantingkat keparahan atas sakit
mengingat sebagai penerima yang dirasakan. Adapun kekuatan
Jamkesmas yang pada hakekatnya pengaruh jumlah pengeluaran
masyarakat miskin, yang keluarga untuk makan dan tingkat
berdomisili di perkotaan, yang jarak keparahan atas keluhan sakit yang
tempat tinggal dengan fasilitas dirasakan terhadap pemanfaatan
pelayanan kesehatan puskesmas dan pelayanan kesehatan, berclasarkan
jaringannya cukup dekat, tidak ada hasil uji didapatkan nilai sebesar
dipungut biaya pelayanan pada 0,843 dan -6,665 serta dengan an
tempat yang ditentukan, namun odd ratio yang 2,323 dan 0,001.
ternyata karakateristik dan fasilitas Temuan ini menunjukkan betapa
yang didapatkan oleh masyarakat jumlah pengeluaran untuk makan
penerima Jamkesmas tidak dan persepsi tentang keparahan sakit
berpengaruh terhadap pemanfaatan yang dirasakan keluarga penerima
pelayanan kesehatan pada saat Jamkesmas menjadi faktor dominan
kepala keluarga dan anggota atas tindakan yang diambil oleh
keluarganya sakit. Bahkan beberapa keluarga penerima Jamkesmas
keluarga penerima Jamkesmas lebih dalam rangka pemanfaatan
suka memilih dokter praktek swasta, pelayanan kesehatan yang
diobati sendiri dengan membeli obat ditetapkan.
diapotek dan toko obat, bidan dan
mantri praktek swasta, sebagai 7. Temuan Teoritis Penelitian
tempat pelayanan kesehatan , yang Penelitian ini juga menemukan
tentu Baja memerlukan biaya dan determinan barn pada faktor
dana. predisposisi keluarga penerima

97
MODEL PERILAKU KESEHATAN KELUARGA
PENERIMA JAMKESMAS

Jamkesmas yang mempengaruhi terdapat kepala keluarga penerima


kejadian sakit (need), yaitu status Jamkesmas yang berpendidikan tinggi
kepemilikan rumah tempat tinggal yakni sarjana, meskipun sedikit; (5)
(rumah milik sendiri lebih berisiko mayoritas kepala keluarga penerima
sakit dibanding rumah sewaan dan Jamkesmas di Kota Kediri tidak
kost keluarga) dan status besar menerapkan perilaku kesehatan yang
keluarga yang mana keluarga inti sehat, yakni merokok dan minum-
(orangtua dan anak berisiko sakit minuman beralkohol, dan (6)
dibanding dengan keberaclaan anggota mayoritas penerima Jamkesmas di
lain orang tua, saudara). Kedua Kota Kediri tidak memanfaatkan
variabel tersebut tidak ada dalam pelayanan kesehatan gratis Puskesms
faktor predisposisi menurut sebagaimana tempat yang ditetapkan
Andersen dan Newman (1995). pada saat terjadi sakit, namun justru
Temuan lain yang juga berbeda memanfaatkan pelayanan kesehatan
dengan Andersen dan Newman (1995), yang harus membayar tunai.
adalah bahwa pemanfaatan pelayanan
kesehatan oleh keluarga penerima Keterbatasan Penelitian
Jamkesmas selain bisa dipengaruhi Keterbatasan dalam penelitian ini
secara langsung oleh variabel pada adalah bahwa responder dalam penelitian
faktor enabling (yakni ju-nlah ini adalah keluarga yang memiliki kartu
pengeluaran keluarga untuk makan Jamkesmas, tanpa melihat kebenaran dan
setiap bulan atau tingkat kemiskinan), ketepatan parameter dan kriteria
juga keparahan dari need dan non need kemiskinan sebagaimana prasyarat
yang dirasakan keluarga. penerima Jamkesmas yang telah
ditetapkan, sehingga berpeluang adanya
8. Temuan Praktis Penelitian responder yang sebenarnya tidak masuk
Penelitian ini menemukan kategori keluarga miskin namun memiliki
bahwasanya ada beberapa kartu Jamkesmas.
karakteristik dari keluarga penerima
Jamkesmas di Kota Kediri yang KESIMPULAN
berbeda dengan kriteria kemiskinan 1. Pola pencarian pelayanan kesehatan
yang ditetapkan yang merupakan penerima Jamkesmas di Kota Kediri,
prasarat dari keluarga penerima baik yang menjadi kebiasaan dan saat
Jamkesmas. Karakteristik 2. tersebut penelitian sebagian besar
diantaranya adalah : (1) mayoritas memanfaatkan pelayanan di luar
keluarga penerima Jamkesmas di Kota Puskesmas.
Kediri masih berumur produktif; (2) 2. Karakteristik demografi sebagai faktor
beberapa keluarga penerima predisposing pada keluarga penerima
Jamkesmas memiliki penclapatan Jamkesmas menunjukkan bahwa
yang diukur dari pengeluaran rata-rata mayoritas (94,1%) memiliki jumlah
setiap bulannya melebihi Upah sendiri, berusia produktif, memiliki
Minimum Regional, dengan keluarga inti (84,1%) dengan jumlah 4
pengeluaran terbesar pertama dan jiwa.
kedua dari total pengeluaran untuk 3. Karakteristik struktur sosial sebagai
memenuhi kebutuhan rokok ; (3) faktor predisposing pada keluarga
mayoritas suclah memiliki rumah penerima Jamkesmas menunjukkan
sendiri sebagai tempat tinggal; (4) pendidikan kepala keluarga sebagian

98
MODEL PERILAKU KESEHATAN KELUARGA
PENERIMA JAMKESMAS

besar SLTP ke bawah, pekerjaan terhadap risiko kejadian sakit


kepala keluarga modus terbanyak tidak keluarga. Hipotesis 1. Terbukti.
tetap, kemudian disusul buruh., dan 8.2 Faktor enabling terhadap need:
interaksi sosial mayoritas masih aktif adalah jumlah pengeluaran
dalam kegiatan sosial (RT). keluarga untuk kebutuhan makan
4. Karakteristik keyakinan kesehatan atau tingkat kemiskinan
pada faktor predisposing pada keluarga berpengaruh pada need, artinya
penerima Jamkesmas menunjukkan makin miskin keluarga risiko need
mayoritas keluarga telah memiliki tinggi. Hipotesis 2 terbukti.
pengetahuan sehat sakit yang kurang 8.3 Faktor predisposing keluarga
dan memiliki pengetahuan tentang penerima Jamkesmas yang
Jamkesmas yang baik dan berpengaruh terhadap penerapan
menempatkan pentingnya nilai perilaku kesehatan adalah tingkat
kesehatan dalam- kehidupan sehari- pendidikan kepala keluarga
hari dalam kategori cukup baik. (variabel struktur sosial), nilai
5. Faktor enabling keluarga penerima tentang kesehatan (variabel
Jamkesmas menunjukkan pengeluaran keyakinan kesehatan). Hipotesis 3
keluarga per bulan di atas Upah Terbukti.
Minimum Regional (UMR) yang 8.4 Faktor enabling yang berpengaruh
berlaku, dengan alokasi jumlah adalah jumlah pengeluaran
pengeluaran terbesar untuk memenuhi keluarga untuk tembakau/rokok
kebutuhan makan (urutan pertama = 66 (meningkat) dan persepsi terhadap
% dan urutan kedua=29%). pelayanan kesehatan (memburuk),
Keterjangkauan atau akses ke tempat maka penerapan perilaku
pelayanan kesehatan sangat dekat dan kesehatan dalam keluarga makin
mudah. jelek. Hipotesis 4 terbukti.
6. Kejadian sakit (need) pada keluarga 8.5 Ada pengaruh antara penerapan
penerima Jamkesmas menunjukkan perilaku kesehatan keluarga
Prevalensi kejadian sakit dalam tiga terhadap kejadian sakit (need).
bulan relatif tinggi, yakni 52,9% Perilaku kesehatan yang
keluarga dari seluruh total sampel cenderung tidak sehat berisiko
dalam tiga bulan dengan frekuensi kejadian sakit meningkat.
kejadian 1,8 kali. Hipotesis 5 terbukti.
7. Penerapan perilaku kesehatan 8.6 Faktor predisposing tidak
didominasi perilaku ayah yang tidak berpengaruh pada pemanfaatan
sehat, yang mana mayoritas ayah pelayanan Puskesmas dan faktor
berperilaku merokok dan minum enabling (pengeluaran untuk
minuman ber-alkohol. makan) ada pengaruh positif
8. Hasil Analisis Jalur adalah sebagai terhadap pemanfaatan pelayanan
berikut: Puskesmas. Keluarga yang
8.1 Faktor predisposing berpengaruh cenderung miskin, berisiko kuat
terhadap Need; adalah status terhadap kejadian sakit meningkat.
tempat tinggal (milik sendiri), Hipotesis 6 Sebagian terbukti.
status keluarga (keluarga inti), 8.7 Persepsi tentang keparahan sakit
pengetahuan sehat sakit (kurang) yang dirasakan keluarga
nilai tentang kesehatan (kurang), berpengaruh positif
semua memiliki pengaruh negatif

99
MODEL PERILAKU KESEHATAN KELUARGA
PENERIMA JAMKESMAS

terhadap pemanfaatan pelayanan Jaminan Sosial Nasional,


Puskesmas. Hipotesis 7 terbukti. Kerjasama antara Kementerian
Riset dan Teknologi dan Badan
DAFTAR PUSTAKA Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Kementerian Kesehatan
Andreasen R.A. 1995. Marketing Social RI, Jakarta.
Change. Changing Behavior to Corner, Lorraine and Yulfita Rahardjo,
Promote Health, Social 1993, Indonesia Health Policy into
Development, and the The Twenty-first Century: the Role
Environment. Jossey-Bass., of Demand, Canberra: Research
Washington School of Australia
Andersen R., 1995, Revisiting the Departemen Kesehatan RI, 2001, Pedoman
Behavioral Model and Acces to Kerja Badan Pembina JPKM, Jakarta
Medical Care : Does it Matter? Departemen Kesehatan RI, 2009, Pedoman
Journal of Health and Social Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Behavior vol 36, Universitas of Masyarakat (Jamkesmas 2009),
California at Los Angeles. Jakarta
Andersen R. and J.F. Newman, Dunlap, L (2006), berjudul "The
2005, Societal and Individual Relationship Between Health
Determinants of Medical Care Insurance Characteristics And The
Utilizationin the United State, The Use Of Behavioral Health
Milbank Quarterly, Vol. 83No. 4. Treatment Service
Amin, Ruhul, Sifiq A.Chowdhury, Australian Health Riview, Sydney
G.M.Kamal, J.Chowdhury, 1978, Ghufron, Ali Mukti dan Moertjahjo, 2008,
"Community Health Services and Sistem Jaminan Kesehatan: Konsep
Health Care Utilization in Rural Desentralisasi Terintegrasi. PT
Bangladesh", Social Science and KHM, Yogyakarta
Medicine (12) 1343-1349 Gonzales, Kristin A, 2005, The Effect of
Azwar A, 1996, Reformasi Pelayanan Health Insurance on Health Care
Kesehatan, Departemen Kesehatan Utilization in Mexico,The
RI, Jakarta University of North Carolina at
Bappeda dan BPS Kota Kediri, 2011, Kota Chapel Hill
Kediri Dalam Angka, Kediri. Glanz K., Rimer K., Viswanath K., 2008,
Benyoussef, A and Wessen, A.F, 1974, Health Behavior and Health
"Utilization of Health Services in Education: Theory, Research, and
Developing Countries – Tunisia", Practice. 4 Edition, Jossey-Bass
Social Science and Medicine (5) : Wiley Imprint, San Francisco
287-304 Ilyas, Y, 2003 Asuransi Kesehatan,
BPS, 2005, Tingkat Kemiskinan di Review Utilisasi, Manajemen
Indonesia, Jakarta Klaim Dan
Bappenas, 2009, Strategi Penanggulangan Fraud, Pusat Kajian Ekonomi Kesehatan
Kemiskinan di Indonesia, Jakarta. FKM UI, Jakarta
Budiarto, Wasis, 2010, Model Pemenuhan Laura, Dunlap, 2006, The Relationship
Kebutuhan Dasar Kesehatan bagi Between Health Insurance
Masyarakat Miskin oleh Characteristics and The Use of
Pemerintah Kabupaten/Kota dalam Behavioral Health Treatment
Rangka Implemetasi Sistem

100
MODEL PERILAKU KESEHATAN KELUARGA
PENERIMA JAMKESMAS

Service, The University of North Rebhan, David P, 2008, Health Care


Carolina at Chapel Hill Utilization: Understanding and
Lasser EK, Himmelstein D, Woolhandler, Applying Theories and Models of
2006, Acces to Care, Health Status, Health Care Seeking Behavior,
and Health Disparitas in the United Case Western Reserve University.
State and Canada. Results of A Retnowati, 2008, "Pelayanan Kesehatan
Cross National Population – Base Miskin, Persepsi Stakeholder di
Survey, American Journal of Kota Kupang", Laporan Penelitian,
Public Health, Washington. Kupang.
Lukiono, Wahyu Tri, 2011, Pengaruh Sasongko, Argo Baskoro dan Sri Suwitri,
Pengetahuan dan Sikap Terhadap 2006, Implementasi Keb~akan
Pemanfaatan Jaminan Kesehatan Program Jamkesmas di Kecamatan
pada Ibu Hamil Miskin di Kota Banyumanik Semarang, Laporan
Blitar, Laporan Penelitian, Blitar Penelitian Universitas Diponegoro,
Nasikun, 2005, Problematika Kemiskinan Semarang.
Perkotaan Dunia III, Jakarta Surpiyanto S., Ernawati, 2009, Strategi
Notoadmodjo, Soekidjo, 1997, Pemasaran Jasa Kesehatan,
Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat,
Rineka Cipta, Jakarta Universitas" Airlangga, Surabaya
Notoadmodjo, Soekidjo, 1997,Sosiologi Supriyanto S., Ernawati, 2010, Pemasaran
Untuk Kesehatan, Rineka Cipta, Industri Jasa Kesehatan, PT. Andi
Jakarta Notoadmodjo, Soekidjo, Offset, Yogyakarta.
2003, Pendidikan dan Perilaku Sulastomo, 2003, Manajemen Kesehatan,
Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta PT Gramedia Pustaka Utama,
Marmot, M dan Wilkinson, R, 2006, Jakarta.
Social Determinants of Health, Struckler D, Basu S, Suhecke M, Coultts
Oxford University press. A, Me Kee M, 2009, The Public
Meessen B, Van Dame W, Tasyobya, CK, Health Effect Of Economic Crises
2007, Poverty and User Fees for and Alternative Policy Responses
Public Health Care in Low Income in Europe : an Emperical Analysis,
Countries: Lesson from Uganda the Lancet London.
and Cambodia, The Lancet, Tataw, David and Hejazi, BS, 2010,
London. Impact of the Health Services
Mooney, Gavin, 2003, Economic, Utilization and Improvment Model
Medecine and Health Care, Third (HUIM) On Self Efficacy And
Edition, Prentice Hall, England. Satisfaction Among A Head Start
Park JM, Metraux, Culhane D (2010), Population, American Journal of
berjudul "Behavioral Health Health Studies.
Service Use among Heads of Thabrany, Hasbullah, 2005, Pendanaan
Homeless and Housed Poor Kesehatan dan Alternatif
Family". Australian Health Mobilisasi Dana Kesehatan di
Review, Sydney Indonesia, Raja Grafindo Persada,
Purwanto, EA dan Sulistyastuti, DR, 2007, Jakarta
Metode Penelitian Kuantitatif Walker A, Percival R, Turect L and Peares
Untuk Administrasi Publik dan J, 2007, Public Policy and Private
Masalah-masalah Sosial, Gava Health Insurance Distributional
Media, Yogyakarta. Impact on Public and Private

101
MODEL PERILAKU KESEHATAN KELUARGA
PENERIMA JAMKESMAS

Hospital Usage, Australian Health


Review, Sidney.
Wardhani, Reny Kusuma, 2009, "Polo
Pelayanan Kesehatan Bagi
Pengguna Kartu Askeskin, Studi
Deskriptif mengenai Akses
Pengguna Kartu Askeskin terhadap
Pelayanan Kesehatan di Kec.
Semampir Wonokusumo
Surabaya", Surabaya.
Widhiasthuti, 2006, "Analysis Faktor yang
Mempengaruhi Angka Utilisasi
Puskesmas yang Rendah oleh
Masyarakat Miskin Kota Surabaya
Berdasarkan Service Convenience:
Studi Kasus di Puskesmas
Sidotopo Surabaya", Surabaya
Wijono, Djoko, 1999, Manajemen Mutu
Pelayanan Kesehatan, Airlangga
University Press, Surabaya.

102

You might also like