You are on page 1of 16

EVALUASI KESIAPAN PELAKSANAAN PROGRAM INDONESIA SEHAT

DENGAN PENDEKATAN KELUARGA

Evaluation of Readiness in Implementation of Program Indonesia Sehat Dengan


Pendekatan Keluarga

Eva Laelasari1, Athena Anwar1, Rachmalina Soerachman1


1
Pusat Penelitian dan Pengembangan Upaya Kesehatan Masyarakat, Badan Litbang Kesehatan
Email: eva.laela77@gmail.com

Diterima: 6 Nopember 2017; Direvisi: 6 Nopember 2017; Disetujui: 7 Nopember 2017

ABSTRACT

Data of Riskesdas 2016 shows increasing in some diseases (underweight, stunting, hypertension, TB, AIDS,
etc.) compared to 2007 and 2013 datas. To solve the problems, the government has strengthening the basic
health effort by conducting Program Indonesia Sehat Dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK). This
evaluation study aimed to assess the readiness in PIS-PK implementation in several regions which have
been collected more than 50% of data (OKI and Jeneponto), less than 50% (Muara Enim, Gowa, Serang)
and 0% (Lebak). The methode of evaluation was qualitative through in-depth interview with the heads of
district health office and the program managers and also focus group discussion with the heads and data
collectors at puskesmas. The result indicates that all regions, either have or have not conducted data
collection, have made planning on human resources, budgeting, and facilities. Some regions have
conducted data collection despite of the limited resources. Budgeting issue is on of the problem in Lebak
causing of the delay on data collection. Cross-sector support is quite good in regions, either have been
conducted more than and less than 50% of data collection. Cross-sector support is not maximum in regions
that have not conducted data collection. It can be concluded that despite of encountering some constraints,
PIS-PK implementation is keep running. Cross-sector involvement is crucial in mobilizing the apparatus to
facilitate the PIS-PK data collection.

Keywords: Evaluation, readiness, PIS-PK

ABSTRAK

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 dan 2013 menunjukkan bahwa telah terjadi
peningkatan prevalensi beberapa penyakit (underweight, stunting, hipertensi, TB, AIDS, dll). Dalam
rangka mengatasi hal tersebut, pemerintah melakukan penguatan upaya kesehatan dasar yang salah satunya
dilakukan melalui Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK). Penelitian ini
merupakan studi evaluatif yang bertujuan untuk menilai kesiapan provinsi dalam melaksanakan PIS-PK
tahun 2016 di beberapa kabupaten yang telah melakukan pendataan lebih dari 50% (OKI dan Jeneponto),
kurang dari 50% (Muara Enim, Gowa, Serang), dan belum melakukan pendataan (Lebak). Metode evaluasi
dilakukan secara kualitatif melalui wawancara mendalam terhadap kepala dinas dan penanggung jawab
PIS-PK dinas kesehatan kabupaten/kota, dan diskusi kelompok dengan kepala dan penanggung jawab PIS-
PK di puskesmas. Hasil studi menunjukkan bahwa di seluruh lokasi yang telah maupun belum melakukan
pendataan, telah mempunyai perencanaan SDM, anggaran, sarana dan prasarana. Beberapa lokasi telah
melakukan pendataan meskipun dengan keterbatasan sumber daya. Salah satu penyebab belum
dilakukannya pendataan di kabupaten Lebak, karena adanya kendala anggaran. Dukungan lintas sektor
dalam pelaksanaan PIS-PK di kabupaten yang telah melakukan pendataan lebih dari 50% maupun kurang
dari 50% cukup baik. Dukungan lintas sektor di kabupaten yang belum melakukan pendataan, belum
maksimal. Dapat disimpulkan bahwa meskipun ditemui kendala, PIS-PK dapat tetap berjalan. Keterlibatan
lintas sektor sangat penting dalam menggerakkan aparat pemerintahan untuk kelancaran kegiatan pendataan
PIS-PK.

Kata kunci: Evaluasi, kesiapan, PIS-PK

57
Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 16 No 2, September 2017 : 57 - 72

PENDAHULUAN Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.


Untuk meningkatkan derajat kesehatan
Sampai saat ini kondisi kesehatan
masyarakat pemerintah memfokuskan
masyarakat di Indonesia semakin kompleks.
kebijakan pembangunan kesehatan tahun
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar
2015-2019 pada penguatan upaya kesehatan
(Riskesdas) tahun 2013 prevalensi beberapa
dasar (primary health care) berkualitas yang
penyakit dan faktor risikonya semakin
salah satunya dilakukan melalui pendekatan
meningkat. Masalah anak balita yang pendek
keluarga yang dikenal dengan Program
(stunting), sampai saat ini masih belum
Indonesia Sehat melalui Pendekatan
tersesaikan. Walaupun data SDKI
Keluarga (PIS-PK). Dalam menjangkau
menunjukkan bahwa Angka Kematian Ibu
keluarga, puskesmas tidak hanya
pada periode tahun 1994 (390 per 100.000
mengandalkan upaya kesehatan berbasis
kelahiran hidup) sampai dengan tahun 2007
masyarakat (UKBM) yang ada sebagaimana
(228 per 100.000 kelahiran hidup)
selama ini dilaksanakan, melainkan juga
mengalami penurunan, akan tetapi tahun
langsung berkunjung ke keluarga. Sasaran
mulai tahun 2012 meningkat kembali
dari PIS-PK adalah meningkatkan derajat
menjadi sebesar 359 dan pada tahun 2015
kesehatan dan status gizi masyarakat melalui
menrun kembali manjadi 305 per 100.000
upaya kesehatan dan pemberdayaan
kelahiran hidup. Untuk AKB dapat dikatakan
masyarakat. PIS-PK dilaksanakan dengan
terus menurun, pada 2012 menunjukan angka
menegakkan 3 pilar utama; yaitu penerapan
32/1.000 KH (SDKI 2012), dan pada tahun
paradigma sehat, penguatan pelayanan
2015 sebesar 22,23 per 1.000 kelahiran hidup
kesehatan dan pelaksanaan Jaminan
(Direktorat Kesehatan Keluarga Kementerian
Kesehatan Nasional- JKN.
Kesehatan, 2016). Untuk permasalahan gizi,
Indonesia saat ini tidak hanya menghadapi Dalam PIS – PK telah ditetapkan dua
masalah gizi kurang, tetapi juga masalah belas indikator utama sebagai penanda status
kelebihan gizi. Dalam hal underweight dan kesehatan sebuah keluarga yang meliputi
stunting, data Riskesdas menunjukkan keluarga mengikuti program Keluarga
terjadinya peningkatan penduduk yang Berencana, Ibu melakukan persalinan di
mengalami underweight dari 18,4% (2007) fasilitas kesehatan, bayi mendapat imunisasi
menjadi 19,6% (2013) dan stunting dari dasar lengkap, bayi mendapat air susu ibu
36,8% (2007) menjadi 37,2% (2013) (Badan (ASI) eksklusif, balita mendapatkan
Litbang Kesehatan, 2008; Badan Litbang pemantauan pertumbuhan, penderita
Kesehatan, 2013). Dalam hal gizi lebih, tuberkulosis paru mendapatkan pengobatan
menunjukkan bahwa prevalensi obesitas sesuai standar, penderita hipertensi
sentral (lingkar perut >90 cm untuk laki-laki melakukan pengobatan secara teratur,
dan >80 cm untuk perempuan) mengalami penderita gangguan jiwa mendapatkan
peningkatan dari tahun 2007 ke tahun 2013 pengobatan dan tidak ditelantarkan, anggota
(Badan Litbang Kesehatan, 2008; Badan keluarga tidak ada yang merokok, keluarga
Litbang Kesehatan, 2013). Dalam hal sudah menjadi anggota Jaminan Kesehatan
pengendalian penyakit, sektor kesehatan Nasional (JKN), keluarga mempunyai akses
masih dihadapkan pada beban ganda, yaitu sarana air bersih, keluarga mempunyai akses
tingginya prevalensi penyakit menular seperti atau menggunakan jamban. Keadaan masing-
AIDS dan tuberkulosis, serta penyakit tidak masing indikator, mencerminkan kondisi
menular seperti hipertensi, diabetes, kanker, PHBS dari keluarga yang bersangkutan.
dan gangguan jiwa yang terus meningkat Pemerintah Daerah dapat menetapkan
(Badan Litbang Kesehatan, 2013). indikator tambahan selain indikator utama
sesuai dengan kondisi dan kebutuhan daerah
Meskipun pada beberapa indikator
(Kementerian Kesehatan, 2016).
mengalami peningkatan status, namun belum
berhasil mencapai target Milenium Tahapan PIS-PK dimulai dengan
Development Goals (MDG’s) tahun 2015. melakukan pendataan kesehatan keluarga
Diperlukan upaya pembangunan kesehatan oleh Pembina Keluarga (dapat dibantu oleh
untuk meningkatkan kualitas sumber daya kader kesehatan), membuat dan mengelola
manusia sesuai dengan Undang-Undang pangkalan data puskesmas oleh tenaga

58
Evaluasi kesiapan pelaksanaan program...(Eva L, Athena A, Rachmalina S)

pengelola data puskesmas, menganalisis, Komering Ilir (OKI) dan Muara Enim,
merumuskan intervensi, masalah kesehatan, Provinsi Sumatera Selatan; Kabupaten
dan menyusun rencana puskesmas oleh Jeneponto dan Kabupaten Gowa, Provinsi
pimpinan puskesmas, melaksanakan Sulawesi Selatan, Kabupaten Serang dan
penyuluhan kesehatan melalui kunjungan Kabupaten Lebak Provinsi Banten.
rumah oleh pembina keluarga, sampai Berdasarkan data dari Pusat Data Dan
dengan melaksanakan pelayanan profesional Informasi, Kementerian Kesehatan;
(dalam gedung dan luar gedung), oleh tenaga Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI),
teknis/profesional puskesmas, melaksanakan Kabupaten Jeneponto telah melakukan
sistem informasi dan pelaporan puskesmas pendataan lebih dari 50%. Kabupaten Muara
oleh tenaga pengelola data puskesmas. Enim, Kabupaten Gowa, dan Kabupaten
Kegiatan dalam tahapan tersebut harus Serang, pelaksanaan pendataan baru
diintegrasikan ke dalam langkah-langkah dilakukan kurang dari atau sama dengan
manajemen puskesmas yang mencakup P1 50%. Kabupaten Lebak belum melakukan
(perencanaan), P2 (penggerakan pendataan (Kementerian Kesehatan, 2017).
pelaksanaan), dan P3 (pengawasan Pengumpulan data dilakukan dengan
pengendalian-penilaian) (Kementerian wawancara mendalam terhadap kepala atau
Kesehatan, 2016). sekretaris dinas kesehatan, serta
penanggungjawab PIS-PK di kabupaten/kota.
Dalam penyelenggaraan
Selain wawancara mendalam, dilakukan juga
pembangunan kesehatan selama kurun waktu
kelompok diskusi terarah (focus group
2015 – 2019 guna mencapai Indonesia Sehat
discussion/FGD) terhadap kepala puskesmas
dengan Pendekatan Keluarga dapat mengacu
dan petugas puskesmas yang telah dilatih.
pada buku Pedoman Umum Program
Instrumen pengumpulan data berupa daftar
Indonesia Sehat Dengan Pendekatan
pertanyaan untuk mengetahui kesiapan dinas
Keluarga. Petunjuk yang mengatur lebih
kesehatan kabupaten/kota, wawancara
lanjut pelaksanaan dari aspek teknis
mendalam dan FGD yang meliputi variabel
kementerian telah mengeluarkan buku
tentang perencanaan dan pelaksanaan
petunjuk Teknis Penguatan Manajemen
kegiatan sosialisasi, pengumpulan data,
Puskesmas dengan Pendekatan Keluarga,
pengolahan dan analisis data, sampai dengan
sebagai acuan pelaksanaan Program
intervensinya, sumber pendanaan,
Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga
sumberdaya manusia/SDM, dan kendala
yang dapat digunakan oleh puskesmas, dinas
dalam pelaksanaannya. Pengolahan dan
kesehatan kabupaten/kota, Dinas kesehatan
analisis data dilakukan secara tematik
provinsi, dan institusi lain yang terkait. di
berdasarkan kategori proporsi pendataan
tingkat puskesmas dalam pelaksanaan PIS-
(wilayah yang telah menyelesaikan
PK. Dalam implementasinya, program ini
pendataan lebih dari 50%, kurang dari 50%,
perlu dievaluasi untuk kesesuaian dengan
dan wilayah yang belum melakukan pendatan
acuan yang telah ditetapkan, maka pada
sama sekali).
tahun anggaran 2016; Puslitbang Upaya
Kesehatan Msyarakat, Badan Litbang
Kesehatan melakukan Studi Evaluasi
HASIL
Pelaksanaan PIS-PK di beberapa
kabupaten/kota di Indonesia; dengan tujuan Hasil pengumpulan data kabupaten/kota
untuk mendapatkan informasi sejauh mana dengan pendataan lebih dari 50%
konsep pendekatan keluarga di tingkat Bagi kabupaten/kota yang telah
kabupaten/kota dapat berjalan. melakukan pengumpulan data lebih dari 50%
(Kabupaten Ogan Komering Ilir dan
Jeneponto), informan yang merupakan
BAHAN DAN CARA
penanggung jawab PIS-PK di kabupaten
Penelitian ini merupakan studi pada umumnya menyatakan siap
kualitiatif dengan disain studi kasus. Lokasi melaksanakan program ini. Hal ini terbukti
penelitian adalah meliputi dua kabupaten di dari pengalokasian dana, walaupun program
tiga provinsi, yaitu Kabupaten Ogan ini dilaksanakan pada pertengahan tahun

59
Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 16 No 2, September 2017 : 57 - 72

anggara 2016; tetapi kepala dinas kesehatan sebagai tenaga pengumpul data (staf
mengambil kebijakan perubahan (revisi) puskesmas dan bidan desa).
pembiayaan, agar pelaksanaan pendataan
Dalam hal dukungan lintas sektor,
segera terealisasi pada tahun 2016 juga. Para
para informan menyatakan bahwa dalam
pengambil kebijakan memiliki komitmen
implementasi PIS-PK; dukungan lintas sektor
dalam melaksanakan pendataan PIS-PK.
sangat penting; seperti perangkat desa
Sebagai contoh kesiapan Dinas penting dilibatkan terutama pada saat petugas
Kesehatan Jeneponto berkaitan dengan kesehatan melakukan kunjungan rumah
pendataan ditunjukan dengan dibentuknya (pendataan) di masyarakat. Sebagai contoh di
Tim Pembina yang didukung oleh SK Kabupaten OKI, kepala desa ikut melakukan
Kadinkes. Kesiapan juga diwujudkan dengan sosialisasi kegiatan PIS-PK kepada aparat
pemberdayaan SDM yang terlibat dalam desa, dan memerintahkan aparatnya untuk
program PIS-PK di lingkungan Dinas membantu pelaksanaan pendataan. Demikian
Kesehatan Jeneponto yaitu sebanyak 34 juga pada saat melakukan intervensi,
orang yang terbagi dalam 3 bidang (bidang terutama di wilayah dengan permasalahan
pengembangan sumber daya, bidang terkait faktor risiko penyakit (bukan domain
koordinasi dan bimbingan, bidang pemantaun sektor kesehatan).
dan pengendalian). Kriteria SDM yang
Pemahaman para petugas kesehatan
terlibat adalah pegawai yang sudah terpapar
yang terkait program ini di tingkat dinas
program PIS-PK, pernah mengikuti
kesehatan kabupaten/kota maupun
pelatihan, dan merupakan staf di program
puskesmas sudah cukup baik. Para
yang terkait langsung dengan program PIS-
penanggung jawab program di dinas
PK. Selain mempersiapkan SDM, kesiapan
kabupaten/kota maupun puskesmas telah
dinas kesehatan diwujudkan dengan
memperoleh pelatihan terutama yang menjadi
penyediaan anggaran dan sarana prasarana.
lokus telah terpapar informasi berbagai hal
Pendanaan dialokasikan dari dana Biaya
tentang PIS-PK, baik ketika mengikuti
Operasional Kesehatan (BOK) dan APBD
sosialisasi maupun pelatihan. Berikut
sebesar Rp. 40 – 60 juta dengan mekanisme
penrnyataan salah satu informan yang
pencairan yang mudah dan sudah tersalurkan
merupakan penanggungjawab PIS-PK di
semua ke puskesmas. Hal ini seperti yang
Kabupaten Ogan Komering Ilir tentang
dikatakan oleh salah seorang informan:
pemahaman terhadap program ini:
“…sumber nya dari BOK 40-60 juta
“....Secara keseluruhan sudah
untuk 10 PKM. Sebatas kegiatan sosialisasi
paham karena ada sosialisasi ke seluruh staf
dan evaluasi KS ada dana dari APBD sekitar
di puskesmas disampaikan oleh yang
16 juta. Kebetulan ada di DIPA promkes.
mengikuti pelatihan. Kita pernah minta
Akses terhadap dana mudah, Program KS
bantuan dari dinkes kab untuk sosialisasi
ada di Juknis BOK bunyinya 40-60 juta
Keluarga Sehat...”(PJ KS Kab Ogan
dialokasikan untuk program KS
Komering Ilir)
(pengumpulan data dll). Mekanisme
pencairan lancar. Sudah tersalurkan semua Dukungan lintas sektor sangat
ke PKM untuk dana BOK.” (PJ KS Dinkes penting dalam implementasi PIS-PK di
Jeneponto) daerah. Pendataan di semua wilayah
puskesmas di Kabupaten OKI mendapat
Hampir serupa dengan Dinas
dukungan dari lintas sektor, terutama dari
Kesehatan Kabupaten Jenponto, kesiapan
perangkat desa/kelurahan. Kepala desa ikut
Dinas Kesehatan Kabupaten OKI dalam
melakukan sosialisasi kegiatan PIS-PK
implementasi program PIS-PK diwujudkan
kepada aparat desa, dan memerintahkan
dengan membuat target pendataan untuk
mereka untuk membantu pelaksanaan
seluruh puskesmas selesai di akhir tahun
pendataan. Berikut adalah kutipan informasi
2016. Kesiapan implementasi PIS-PK tidak
yang diperoleh dari informan:
hanya di tingkat dinas kesehatan saja, namun
juga di tingkat puskesmas yang ditunjukan “Perangkat desa membantu ke
dengan pengadaan kuesioner maupun SDM lapangan untuk menunjukkan rumahnya
warga. Kepala desa menyampaikan tentang
60
Evaluasi kesiapan pelaksanaan program...(Eva L, Athena A, Rachmalina S)

apa dan bagaimana KS ke aparat desa dan Pemahaman tentang PIS-PK tidak
meminta mereka membantu memudahkan hanya ditunjukan oleh petugas di kabupaten
pendataan KS, juga mencarikan solusi untuk saja, namun demikian ditunjukkan juga oleh
warga yang tidak mau didata....” (Staf puskesmas. Informan petugas puskesmas
Puskesmas, Kabupaten OKI) telah memahami konsep PIS-PK. Sebaiknya
pemahaman para informan ditunjang dengan
Dalam rangka mendapatkan
informasi bahwa beberapa petugas baik di
dukungan lintas sektor, Dinas Kesehatan
kabupaten maupun di puskesmas, telah hadir
Jeneponto telah melakukan sosialisasi
dalam pertemuan evaluasi, dan sudah
mengenai PIS-PK dan memasukkan kedua
mengikuti pelatihan. Bagi mereka PIS-PK
belas indikator PIS-PK dalam Rencana
penting sebab dari hasil pendataan yang
Strategis (Renstra) Dinas Kesehatan.
dilakukan akan diperoleh tingkatan status
Dukungan juga ditunjukkan oleh Camat yang
kesehatan masyarakat di wilayahnya untuk
memberikan fasilitas pengumpulan data serta
membuat intervensi yang tepat sasaran.
membantu menyampaikan ke masyarakat
mengenai kegiatan pendataan ini. Mengenai Kesiapan puskesmas di Jeneponto
berbagai kesiapan ini dikatakan oleh salah dalam melakukan pendataan bervariasi
seorang informan: terkait dengan keterbatasan SDM,
anggaran,dan sarana prasarana. Sebagian
“….sekarang kami sedang menyusun
informan (kepala puskesmas) menyatakan
renstra, kami akan memasukkan 12 indikator
siap melakukan pendataan, yang ditunjukan
KS kedalam indikator renstra. Dari pak
dengan dibuatnya SK atau surat penugasan
camat sangat mendukung, dalam bentuk
khusus bagi tenaga yang terlibat. Disisi lain
memfasilitasi pengumpulan data dengan
terdapat informan (staf puskesmas) yang
menyampaikan ke masyarakat”(Staf Dinkes
merasa mempunyai keterbatasan anggaran,
Jeneponto)
SDM, maupun sarana yang diperlukan dalam
Hampir sama dengan Kabupaten PIS-PK. Berkaitan dengan kesiapan
OKI, sebagai wilayah dengan strata lebih dari anggaran, ternyata belum semua puskesmas
50% yang telah melakukan pendataan PIS- mempunyai kesiapan anggaran karena
PK, para pengambil kebijakan di Dinas mekanisme pencairan dana dari BOK
Kesehatan Kabupaten Jeneponto telah membutuhkan waktu. Untuk mengatasinya,
memahami konsep PIS-PK. Baiknya sebagian petugas menggunakan dana pribadi
pemahaman para pengambil kebijakan terlebih dahulu. Berkaitan dengan pendanaan
tentang PIS-PK, ditunjukan dengan pendapat berikut adalah ungkapan dari beberapa
informan tentang intervensi yang harus informan:
dilakukan sesudah pendataan. Menurut
“Untuk pendataan, sampai saat ini
informan, dari hasil pendataan dapat
...yaa masih dana pribadi, karena belum ada
ditemukan masalah kesehatan di wilayah,
pencairan.” (Staf Puskesmas Arungkeke)
sehingga dapat dilakukan intervensi dengan
model intervensi yang sesuai dengan hasil Untuk kesiapan sarana prasarana,
pendataandi wilayah. Hal ini seperti yang dari diskusi kelompok terarah diperoleh hasil
dikatakan oleh salah seorang informan: bahwa hampir semua informan puskesmas
(kelompok kepala puskesmas maupun staf) di
“…dari hasil KS ini ditemukan
kedua lokasi, menyatakan dalam pelaksanaan
masalah kesehatan malah lebih bagus lagi,
pendataan masih menggunakan sarana
baru dilakukan intervensi dan dibuat model
pribadi, baik itu telpon genggam android
intervensi seperti dari hasil data, kita
maupun laptop untuk menginput dan
mungkin ada semacam ada MMD
mengirimkan data. Hal ini karena kegiatan
(Musyawarah Masyarakat Desa), dari situ
PIS-PK baru masuk pada pertengahan tahun,
kita lihat apa dia punya permasalahan,
sehingga untuk penyediaan sarana dan
linsek apa yang bisa kita libatkan akan kita
prasarananyabelum bisa diakomodir dari
libatkan, kita bahas bersama kira2 apa jalan
anggaran yang ada.
keluarnya tergantung kesepakatan…” (Seksi
Promkes, Jeneponto) Meskipun kedua kabupaten telah
melaksanakan pendataan lebih dari 50%,

61
Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 16 No 2, September 2017 : 57 - 72

tetap ditemui berbagai kendala. Kendala ” Yang dilibatkan yang sudah ikut
tersebut antara lain berhubungan dengan pelatihan, pengelola program, honorer,
pendanaan artinya untuk tahun 2016 sukalerawan, dan bidan desa.”(Petugas
anggaran untuk PIS-PK masih terbatas. Tidak kesehatan, Kab Muara Enim)
tersedianya sarana prasarana laptop atau
Kesiapan pendataan PIS-PK sangat
komputer khusus untuk PIS-PK,
ditentukan dengan pendanaan, sarana dan
ditanggulangi dengan meminjam dari
prasarana penunjang. Hasil wawancara
program lain atau milik pribadi para
mendalam dengan penenggung jawab
penanggung jawab PIS-PK. Selain itu
program PIS-PK Kabupaten Muara Enim,
keterbatasan waktu dan tenaga pendata,
menunjukkan bahwa pendanaan kegiatan
dimana sebagian besar petugas pengumpul
sudah dianggarkanmelalui dana BOK yaitu
data di lapangan bukan petugas khusus, tetapi
sebesar Rp. 50 juta yang dialokasikan untuk
petugas puskesmas yang memiliki tanggung
pengumpulan data, penggandaan kuesioner,
jawab lain dan harus memberikan pelayanan
dan sosialisasi. Anggaran tersebut akan turun
terlebih dahulu di dalam gedung sebelum
langsung ke tiap puskesmas yang menjadi
turun ke lapangan untuk mendata. Kendala
lokus PIS-PK, namun sampai pada saat
lain adalah ketika warga yang didatangi tidak
evaluasi ini berjalan, dana tersebut belum
ada di tempat sehingga petugas harus
cair. Keterlambatan turunnya dana
kembali lagi ke rumah tersebut, walaupun
merupakann salah satu terlambatnya
penerimaan masyarakat cukup baik.
pelaksanaan pendataan di kabupaten tersebut.
Keterbatasan jaringan (sinyal internet) di
Dalam pelaksanaan pendataan, pihak Dinas
sebagian wilayah sangat mengganggu
Kesehatan Muara Enim tidak memberikan
kelancaran pengiriman data.
sarana laptop bagi petugasnya. Hal ini
diperkuat dengan informasi yang diberikan
oleh petugas puskesmas yang menggunakan
Hasil pengumpulan data kabupaten/kota
komputer milik puskesmas untuk pendataan
dengan pendataan kurang atau sama
PIS-PK. Seperti yang dikatakan oleh seorang
dengan 50%
informan berikut ini:
Terdapat beberapa hal yang berbeda
“Belum ada. Sementara pake pribadi
dalam kesiapan dinas kesehatan dalam
dulu”(Petugas Puskesmas Muara Enim)
pendataan PIS-PK di lokasi dengan
pendataan kurang atau sama dengan 50% “Kalo pelaksanaan di dinas
(Kabupaten Muara Enim, Gowa, dan kesehatan sampe sekarang belum ada dana
Serang). Hasil wawancara dengan pemegang khusus KS. Jadi kemarin pun kita
program PIS-PK Kabupaten Muara Enim mengadakan sosialisasi juga ini nebeng-
yang menyatakan bahwa dukungan dari dinas nebeng dengan pertemuan program.”(PJ KS
kesehatan masih kurang, yang dibuktikan Dinkes Muara Enim)
dengan belum adanya surat keputusan (SK)
Sehubungan dengan kesiapan sarana
sebagai tim pelaksana PIS-PK dari kepala
prasarana, hampir semua puskesmas di
dinas kesehatan. Hal ini terjadi pula di
Kabupatena Muara Enim masih
puskesmas, dari hasil diskusi kelompok
menggunakan sarana pribadi untuk kegiatan
terarah (staf puskesmas) sebagian besar
pendataan, baik itu telpon genggam, android,
informan menyatakan bahwa tenaga yang
maupun laptop untuk entri data. Kegiatan
terlibat dalam pendataan PIS-PK di
pendataan PIS-PK baru diinstruksikan pada
puskesmas yang telah menjalankan PIS-PK
pertengahan tahun, sehingga belum bisa
belum mendapatkan SK sebagai pelaksana
melakukan pengadaan sarana dan prasarana
PIS-PK. Petugas yang mendata hanya
pendukung. Semua prasarana dan sarana
diberikan surat penugasan khusus saja.
untuk kegiatan pendataan ini menggunakan
Sebagian besar informan merasa keberatan
barang milik puskesmas. Hal ini didukung
dengan kebijakan yang mensyaratkan SDM
oleh pernyataan salah seorang informan:
di semua puskesmas yang terlibat dalam
pendataan PIS-PK harus sudah mengikuti “Komputer hanya 1 selainnya
pelatihan. Hal ini seperti yang dikatakan oleh menggunakan laptop pribadi. Internet di
salah seorang informan: Puskesmas ada, kalo di desa-desa gak ada.
62
Evaluasi kesiapan pelaksanaan program...(Eva L, Athena A, Rachmalina S)

Sinyal tidak terlalu sulit.” (Staf Puskesmas pusat. Informan menyatakan bahwa melalui
Tebat Agung, Muara Enim) program PIS-PK bisa memperoleh data
langsung dari masyarakat yang sangat
Sedikit berbeda dengan Kabupaten
berguna untuk menyusun perencanaan
Muara Enim, hasil wawancara mendalam
kesehatan. Berikut kutipan pernyataannya:
dengan penanggung jawab PIS-PK di
Kabupaten Gowa menunjukkan bahwa di “Keluarga Sehat itu ada 12
kabupaten tersebut menyatakan siap program, 12 program ini sebenarnya sudah
melaksanakan PIS-PK. Kebijakan lokal telah terintegrasi ke program-program kami baik
disesuaikan dengan PIS-PK, seperti forum UKMnya maupun UKPnya,memang
kabupaten sehat dan pembinaan kabupaten langsung menyentuh masyarakat karena
sehat dengan melibatkan SKPD. Di memang petugas kami langsung ke
Kabupaten Gowa, sosialisasi PIS-PK telah masyarakat menyampaikan. Jadi 12 program
dilakukan di tingkat puskesmas. Upaya ini ditambah dengan program-program kami
sosialisasi dilakukan mendapatkan dukungan yang ada di kab/kota. Kita sosialisasi ke
dari aparat pemerintah juga sudah sampai ke masyarakat, kemudian ke tokoh masyarakat
tingkat desa dan kecamatan. Pada saat turun kemudian pemerintah kecamatan dengan
lapangan untuk melakukan pengumpulan desa itu harus kita libatkan dengan beberapa
data, petugas dibantu oleh ketua RT dan RW pendamping, untuk kegiatan ini ada
setempat. Menurut informan, karena konsep beberapa forum yang mendampingi kami
PIS-PK itu sendiri bukanlah suatu hal yang untuk kegiatan ini”(Kadinkes Kab. Gowa)
baru. Selain itu telah ditunjuk kader untuk
Untuk dukungan daerah, Dinas
pendampingan termasuk PKK dan
Kesehatan Kabupaten Serang juga sangat
melibatkan darma wanita dalam pelaksanaan
mendukung kegiatan PIS-PK yang kemudian
PIS-PK. Dari segi pendanaan, kegiatan
diwujudkan dengan melakukan beberapa
pendataan telah dianggarkan dari tiga sumber
kegiatan seperti launching pendataan PIS-PK
yaitu dana operasional puskesmas, BOK, dan
pada 1 November 2016, dan berencana untuk
JKN. Pada tahun 2016 pendanaan yang
mengadakan workshop. Kegiatan launching
berjalan baru menggunakan dana BOK
yang dibuka oleh Bupati Serang serta dihadiri
meskipun agak terhambat dalam
oleh para kepala desa sekaligus sebagai
pencairannya, sebagaimana pernyataan
upaya sosialisasi kegiatan PIS-PK. Terdapat
informan berikut:
12 puskesmas lokus di Kabupaten Serang
“…..pendanaan sementara masih yang sudah disiapkan dana untuk
menggunakan dana BOK, kalau dari APBD implementasi PIS-PK. Untuk sarana, dinas
belum. Mungkin tahun 2017 baru diusulkan. kesehatan sedang melakukan pembenahan
Untuk pelatihan juga belum pernah untuk pengadaan komputer. Dana kegiatan
menggunakan dana APBD kabupaten tapi disiapkan dari BOK yang disalurkan ke
dari dinkes Kab Gowa....”(PJ KS Dinkes puskesmas, seperti pernyataan berikut ini:
Gowa)
“Selama itu dananya ada, artinya
“…Sedikit bermasalah, sekarang pemda itu punya kemampuan, kita tidak akan
dana BOK agak terlambat cairnya. Dari dilewatkan. Visi misi Pemda Kabupaten
pusatnya yang terlambat. Dari empat termin Serang (bupati), targetnya hanya
yg seharusnya keluar, baru cair satu termin. meningkatkan indeks pembangunan manusia
Tahap berikutnya belum ada sampai (IPM). Otomatis kan kesehatan, salah satu
sekarang…”(Kadinkes Gowa) yang mempunyai cukup besar. Sehingga
bupati sangat support terhadap program-
Secara umum pemahaman mengenai
program kesehatan” (Dinkes Kab. Serang)
PIS-PK di Kabupaten Gowa sebagai
kabupaten yang baru menyelesaikan Hampir semua pejabat dan staf di
pendataan kurang dari 50%, sudah cukup tingkat dinas kesehatan yang terlibat dalam
baik. Pemegang program di dinas kesehatan kegiatan PIS-PK sudah memahami konsep
kabupaten menyatakan mengetahui informasi PIS-PK, antara lain kepala dinas, kepala
tentang PIS-PK dari sosialisasi kegiatan pada bidang promosi kesehatan (promkes), kepala
pertemuan yang telah dilakukan di tingkat seksi promkes, kepala bidang perencanaan,

63
Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 16 No 2, September 2017 : 57 - 72

kepala seksi KIA, dan staf promkes. Di mengetahui permasalahan kesehatan


Kabupaten Gowa, tenaga yang terlibat masyarakat dengan karakteristik masing-
diupayakan yang bisa menguasai IT, karena masing. Berikut pernyataan salah seorang
terkait dengan leading sector kegiatan PIS- informan:
PK. Untuk mendukung kelancaran
“ ..... Kalau menurut saya sih, ideal
pengumpulan data, telah dilakukan pelatihan
sebetulnya. Kemudian data itu kalau tidak
terhadap petugas puskesmas oleh Balai
lengkap, menjadi kurang bermanfaat gitu ya.
Pelatihan Kesehatan Kota Makassar,
Jika total coverage, berarti memang kita
sehingga untuk kebutuhan SDM cukup
misalnya 1 desa, dapat diketahui itu keluarga
memadai. Dari 26 puskesmas yang ada,
itu statusnya seperti apa. Sehingga
sudah 24 puskesmas yang dilatih. Di tingkat
intervensinya lebih fokus lebih efisien ini
puskesmas yang berada di kabupaten Gowa,
yang kita harapkan”(PJ PIS-PK Dinkes Kab.
pemahaman mengenai PIS-PK juga cukup
Serang)
baik. Para informan menganggap bahwa PIS-
PK sangat bermanfaat, sebab dari hasil Terkait dengan SK tim pelaksana
pendataan yang dilakukan bisa mengetahui PIS-PK, hanya sebagian puskesmas yang
permasalahan, sebenarnya yang ada di sudah membuat SK bagi petugas yang
masyarakat sehingga datanya dapat terlibat; sementara puskesmas belum dibuat
digunakan sebagai bahan perencanaan untuk SK, karena susunan atau struktur tim
melakukan kegiatan puskesmas. Hal ini pelaksana PIS-PK masih belum jelas. Di
seperti yang dikatakan oleh salah seorang beberapa puskesmas masih menggunakan SK
informan salah satu PKM di Kabupaten yang sama pada saat mereka mengikuti
Gowa: pelatihan, sehingga dalam pelaksanaan
kegiatan pendataan; petugas hanya dibuatkan
“…kalau saya tuh lebih kepada
surat penugasan khusus. Hal ini dibuktikan
pendataannya, jadi kenapa kita adakan
dari pernyataan informan dalam diskusi
pendataan keluarga sehat, kalau dari sisi
kelompok terarah sebagi berikut:
manfaatnya mungkin sudah termasuk PHBS
karena semuanya itu sudah pasti, tapi dari “…Puskesmas Sapaya sudah ada
perencanaan itu kita sudah bisa mengetahui SKnya..”(Petugas PIS-PK, PKM Sapaya)
bisa mengambil satu kesimpulan dari “..belum ada SK yang ada untuk
masyarakat bahwa inilah kebutuhan pelatihan..”(Petugas PIS-PK, PKM Tompo
masyarakat yang diharapkan untuk kita Bulu)
laksanakan untuk kita masukkan dalam
kegiatan Puskesmas. Misalnya kalau angka Petugas puskesmas yang terlibat
kesakitan disuatu kecamatan dari keluarga dalam kegiatan PIS-PK adalah mereka yang
sehat itu dari pendataan kita bisa tau, sudah dilatih di tingkat provinsi. Beberapa
misalnya kalau sudah tau “oh ternyata kriteria petugas yang diikutkan pelatihan
kebanyakan dia penyakit TB, jadi nanti adalah petugas puskesmas baik PNS maupun
intervensinya kita ke sana lebih banyak pada honorer dari berbagai program, seperti
program kegiatan TB. Dari data inilah awal merupakan petugas konseling (gizi, KIA,
dari perencanaan setiap Puskesmas karena P2), perawat, dan bidan. Hampir semua
selama ini data yang kita gunakan itu masih petugas yang terlibat dalam pengumpulan
acakadul, ndak ada data yang real yang bisa data PIS-PK telah mempunyai tugas lain
kita gunakan untuk perencanaan....”(Petugas (jabatan rangkap), oleh karena itu sebagian
KS, PKM Tamauna) puskesmas telah melibatkan tenaga sukarela
untuk membantu pengumpulan data. Hal ini
Demikian juga informan dari terungkap dari pernyataan beberapa informan
puskesmas di Kabupaten Serang, cukup dalam diskusi kelompok terarah Kabupaten
memahami konsep PIS-PK. Hal ini Gowa:
dibuktikan dari hasil wawancara mendalam
terhadap penanggung jawab PIS-PK, yang “….kalau Puskesmas Sapaya itu bu
menyatakan bahwa kegiatan pendataan memang, yang ikut dalam tim pendataan ini
keluarga yang ada di lingkungan kerja melibatkan tenaga sukarela. Dari 10 itu kan
puskesmas dilakukan untuk dapat satu jadi koordinator, trus kan kami punya 7
desa, satu orang itu mendata didampingi
64
Evaluasi kesiapan pelaksanaan program...(Eva L, Athena A, Rachmalina S)

oleh 2 sukarela. 1 desa itu 2 yang sudah ikut menyerahkan saja ketika pembentukan tim
pelatihan….”(Petugas PIS-PK, Puskesmas desa, kurang respon, ya. Enak ini dapat
Sapaya) makan, saya hampir pingsan lapar, jalannya
jauh dan nanjak, lemes mungkin efek lapar,
“…kalau puskesmas tampobulu
bekal air dan roti, kalau saya pingsan
perencanaan kedepan dari kepala puskesmas
bingung saya.”(Dinkes Kabupaten Serang)
itu masing-masing petugas yang sudah
dilatih itu didampingi sama petugas Berdasarkan hasil diskusi di
sukarela, jadi 1 petugas yang sudah dilatih, kabupaten, pada dasarnya kendala yang
dapat 1 desa gitu…”( Petugas PIS-PK, dihadapi terkait dengan pengumpulan data
Puskesmas Tompo Bulu) PIS-PK di lapangan hampir sama, yaitu
keterlambatan pendanaan, terdapat lokasi
Berkaitan dengan kesiapan anggaran,
yang cukup sulit sehingga menghambat
ternyata belum semua puskesmas mempunyai
dalam proses pengumpulan dan entri data,
kesiapan anggaran untuk pendataan PIS-PK,
serta adanya masalah terkait aplikasi
meskipun hampir semua kepala puskesmas
diantaranya ketidak sesuaian antara program
menyatakan bahwa dana untuk pendataan
yang dipelajari saat pelatihan dengan
dapat diambil dari dana BOK. Namun untuk
program terbaru yang digunakan saat entri
pencairannya membutuhkan waktu yang
data di lapangan. Berikut pernyataan
cukup lama sehingga sebagian petugas
informan:
menggunakan dana pribadi terlebih dahulu.
Berkaitan dengan pendanaan berikut adalah “…kami kendalanya tidak bisa
ungkapan dari beberapa informan: melihat ada dikasih waktu pelatihan itu tidak
bisa dibuka, kan ada kita bisa lihat tapi itu
“….kalau kami bu yang sekarang ini
tidak bisa terbuka, kita sudah mencoba untuk
berjalan kan kuesioner sudah disiapkan dari
membuka tapi tidak bisa…”(Petugas PIS-
puskesmas, terutama transpornya itu ke desa,
PK, Puskesmas Sapaya)
kami pakai dana sendiri, masih dana
pribadi…” (Petugas PIS-PK, Puskesmas Kendala lain yang terkait dengan
Kanjilo) pengumpulan data adalah: (1) keterbatasan
tenaga pengumpul data dimanatenaga yang
Dalam hal dukungan dari lintas
terlibat dalam PIS-PK seluruhnya adalah staf
program maupun lintas sektor, pemerintah
inti di puskesmas sehingga pada saat mereka
daerah pada dasarnya mendukung PIS-PK
turun ke lapangan pelayanan di PKM
ini. Salah satu bentuk dukungan berupa
menjadi agak tersendat, (2) perangkat IT
instruksi kepada semua kecamatan untuk
belum tersedia; (3) penanggung jawab PIS-
membantu kelancaran pengumpulan data.
KS belum jelas dan belum ada instruksi dari
Terkait dengan instruksi pemda (bupati)
program mana; (4) belum ada peningkatan
disampaikan dalam pertemuan dengan kepala
pengetahuan terutama mengenai IT dan
SKPD dan kecamatan. Bappeda akan
analisis data; (5) belum ada juknis sebagai
memasukkan agenda kegiatan PIS-PK ke
pedoman untuk melaksanakan kegiatan; (6)
dalam anggaran tahun 2017. Di Kabupaten
kondisi geografis yang sulit sehingga
Serang, daerah yang sudah melakukan
menghambat kegiatan pengumpulan data dan
pengumpulan data, dukungan dari RT/RW
entri data dengan menggunakan aplikasi.
setempat sangat bervariasi. Terdapat ketua
RT ataupun kader yang ikut terlibat aktif
menemani dan mengantarkan petugas
Hasil pengumpulan data kabupaten/kota
pengumpul data untuk mengunjungi rumah
belum melakukan pendataan
penduduk. Namun ada pula daerah dimana
petugas puskesmas harus melakukan Kabupaten Lebak adalah salah satu
pendataan sendiri tanpa didampingi oleh kabupaten yang pada saat penelitian
aparat setempat. Berikut pernyataan informan dilakukan, belum mulai melakukan
mengenai kondisi pada saat pengumpulan pendataan PIS-PK (0%), tetapi beberapa
data: petugas telah mengikuti pelatihan yang
diselenggarakan oleh pusat. Kepala dinas
“Kepala desanya itu pasif, yang
kesehatan telah mempunyai rencana, untuk
berperan aparat yang lain, kepala desa pasif,
mensiasati kebutuhan tenaga yang bertugas
65
Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 16 No 2, September 2017 : 57 - 72

melakukan pendataan oleh petugas sehubungan dengan perubahan perencanaan


tambahan. Sebelum pelaksanaan anggaran BOK. Program PIS-PK adalah
pengumpulan data, para petugas tersebut kegiatan yang baru diluncurkan pada
akan diberi pelatihan. Pelatih adalah petugas pertengahan tahun 2016 dan pendataan pada
kesehatan yang telah mengikuti pelatihan di puskesmas lokus di kabupaten terpilih pada 9
tingkat provinsi. Hal ini dilakukan karena provinsi prioritas harus sudah dimulai pada
tenaga yang telah dilatih tidak memadai, tahun yang sama. Dengan adanya kebutuhan-
yaitu hanya 2 orang per Puskesmas, kebutuhan dana yang harus dianggarkan,
sementara target pengumpul data disamping maka secara langsung harus merevisi
jumlahnya cukup banyak, lokasi tempat anggaran yang ada di dalam BOK, karena
tinggal masyarakat yang didata cukup sesuai permenkes yang ditetapkan, kegiatan
tersebar. Kepala dinas kesehatan pengumpulan data dan penggandaan
mengeluarkan kebijakan, bahwa yang kuesioner dianggarkan melalui dana BOK.
mengumpulkan data harus petugas yang telah Proses revisi hingga pencairan anggaran
dilatih. Berikut penyataannya BOK membutuhkan waktu yang cukup lama,
sehingga akhirnya kegiatan PIS-PK menjadi
“Kemarin sebenarnya ada juga
tertunda hingga pencairan dana BOK
pertanyaan, bolehkah kita melatih lagi? Jadi
terealisir.
yang lima orang itu didampingi lima bidan,
rencananya begitu. Bolehkah begitu? Kalau “Belum pendataan. Menunggu
bidan desa kan hanya mendampingi, yang pengadaan kuesioner yang dicetak bersama
mendata tetap yang sudah dilatih itu..” dibantu Dinkes…. Sambil menunggu
(Dinkes Kabupaten Lebak) anggaran BOK perubahan 2016.
Rencananya dimulai akhir November atau
Pihak dinas kesehatan berinisiatif
awal Desember 2016 (Petugas Puskesmas
untuk melibatkan tenaga lain di luar pegawai
Lebak).
puskesmas. Berbeda dari pelatihan yang
diadakan oleh provinsi untuk melatih petugas “Program-program kita juga yang
puskesmas dengan lama waktu pelatihan 5 menyusun, kalau Forum biasanya diisi oleh
hari, para tenaga enumerator dari akademi purna, sekarang sedang pembentukan,
kebidanan ini hanya diberikan sosialisasi harapannya dari Keluarga Sehat bisa
selama 1 hari mengenai daftar pertanyaan menjadi Kabupaten Lebak Sehat nanti bisa
yang ada di kuesioner PIS-PK. Mereka tidak dipadukan. Karena baru masuk di anggaran
dibekali pemahaman mengenai definisi perubahan kita baru mau jalan. Prolanis
operasional dari masing-masing pertanyaan. JKN bisa diintegrasikan. Sama-sama ke
Dikhawatirkan apabila tidak dibekali dengan rumah, sasarannya peserta JKN” (Dinkes
pengetahuan yang cukup, maka enumerator Kabupaten Lebak)
dalam melakukan tugasnya di lapangan tidak
Pada daerah-daerah yang termasuk
sesuai dengan sasaran yang ingin dicapai.
dalam strata 0% yaitu daerah yang sudah
Rencana pengumpulan data di mendapatkan pelatihan tapi belum
puskesmas di Kabupaten Lebak baru akan melaksanakan pendataan, dukungan lintas
dilakukan secara manual, mengingat sampai sektor memang belum ada. Hal ini dapat
saat ini aplikasi untuk entri data belum siap dimengerti karena PIS-PK merupakan
digunakan. Salah seorang informan dinas program baru dari Kementerian Kesehatan,
kesehatan menyatakan bahwa sistem online sehingga masih memerlukan sosialisasi untuk
tidak bisa digunakan, sehingga mereka harus mendapatkan dukungan dari lintas sektor.
mencetak kuesioner untuk keperluan Sebelum sosialisasi kepada lintas sektor,
pendataan: sosialisasi ini juga diperlukan oleh para
pemangku kebijakan itu sendiri seperti
“Pengumpulan data menggunakan
kepala dinas kabupaten sehingga
hard copy, karena sistem online tidak bisa.
mendapatkan dukungan dalam
Baru dilaksanakan di bulan Oktober (Dinkes
pelaksanaannya. Hal ini dapat diketahui dari
Kabupaten Lebak).
pernyataan salah seorang kepala dinas
Pencetakan kuesioner pada beberapa berikut ini :
kabupaten baru mulai dilaksanakan,
66
Evaluasi kesiapan pelaksanaan program...(Eva L, Athena A, Rachmalina S)

“Sampai saat ini belum, seperti yang menunjukkan dimana suatu organisasi
dikatakan tadi ini program baru, sudah itu berada, arah kemana organisasi harus menuju
kami juga sebagai pemangku kebijakan juga dan bagaimana strategiyang digunakan untuk
baru tersosialisasi. Kementerian langsung mencapai tujuan itu. Pembuatan renstra
memanggil pengelola program untuk dilatih. dilakukan dengan merumuskan visi dan misi
Saya jadi koordinator KS baru dua minggu. organisasi, melakukan analisis lingkungan
Selama ini tidak ada dipanggil dulu internal dan lingkungan eksternal
sekretarisnya lah sebagai koordinator kamu merumuskan tujuan dan sasaran, serta
ngapain. Tahu-tahu kementerian panggil merumuskan strategi-strategi yang digunakan
pengelola program, ya kita kirim aja. Jadi untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut
kami pemangku kebijakannya sendiri (Wijayanti et al., 2012). Mengelola sebuah
terlambat banget. Jadi saya minta kalau organisasi berarti mengelola sumber daya
pengelola program dipanggil, saya datang yang ada dalam organisasi tersebut.
juga dengan dana APBD karena harus tahu Sumberdaya yang sering digambarkan
kegiatan ini apa, karena keingintahuan sebagai sumber daya sebuah organisasi yaitu
sendiri. Jadi saya baru memahami dari man (manusia), money (anggaran), material
teman-teman (kepala puskesmas yang (bahan baku kerja), machine
diundang) dan dari evaluasi ini tadi. (peralatan/sarana penunjang) dan methods
Konsepnya itu dulu yang seharusnya (prosedur kerja), maka pada masa sekarang
diberikan pada kami supaya kami ini sumber daya informasi tidak kalah
mengarahkan kawan-kawan lebih enak. Ini pentingnya (Sinaga and Haryanto, 2016).
kita kan permasalahannya sudah berapa Puskesmas yang telah menjalankan
bulan. Tapi begitu kita kumpul eksekusinya pendataan PIS-PK harus mempersiapkan
cuma sebentar. Kalau dipikir ini kan sumber daya tersebut agar kegiatan berjalan
galaunya sudah berapa bulan, begitu kita sesuai dengan pedoman.
eksekusi selesai…2 bulan lagi ini selesai.
Dinas kesehatan merupakan lembaga
Padahal ini sudah mengendap berapa lama.
birokrat yang harus memahami good
Secara teknis tidak semua paham.”
governance atau menjadi holding company
(Pengambil Kebijakan, Dinas Kesehatan
dari puskesmas (Sopacua and Budijanto,
Lebak)
2007). Kesiapan dinas kesehatan di daerah
Kendala yang dihadapi terkait yang telah melakukan pendataan lebih dari
dengan pengumpulan data PIS-PK di lokasi 50% terlihat dari beberapa aspek. Kesiapan
ini hampir sama dengan lokasi lainnya yang ditunjukkan dengan perencanaan program
telah melakukan pendataan, yaitu: yang matang. Perencanaan strategis akan
keterbatasan tenaga pengumpul data, belum memberi arahan bagi kegiatan yang akan
tersedianya perangkat IT (gadget, program datang (Seymond, 2007). Kegiatan
entry yang masih belum pasti, tenaga yang perencanaan akan menjadi dasar pijakan bagi
dilatih belum menadai, kondisi geografis pelaksanaan kegiatan berikutnya, yaitu
yang sulit sehingga menghambat kegiatan implementasi. Berhasil tidaknya
pengumpulan data dan entri data dengan implementasi ini akan sangat tergantung pada
menggunakan aplikasi. Walaupun Kabupaten sejauh mana kualitas perencanaan dapat
Lebak masih dekat dengan ibukota provinsi, dijadikan sebagai dasar pijakan yang kuat
tetapi wilayahnya cukup luas, sehingga dan berkualitas bagi tahap implementasi
pengumpulan data memerlukan waktu yang (Wijayanti et al., 2012). Perencanaan
cukup panjang. program hendaknya berorientasi pada seluruh
masyarakat dalam suatu wilayah, misal
kabupaten, kecamatan dan desa tanpa
PEMBAHASAN diskriminasi terhadap ras, suku, agama atau
Pentingnya pendekatan keluarga juga golongan umur, dan status sosial ekonomi
diamanatkan dalam Rencana Strategis (Achmadi, 2008).
(Renstra) Kementerian Kesehatan Tahun Berdasarkan hasil wawancara
2015 – 2019 (Kementerian Kesehatan, 2016). mendalam terhadap kepala dinas kesehatan
Renstra merupakan kegiatan yang atau penggung jawab PIS-PK di tingkat

67
Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 16 No 2, September 2017 : 57 - 72

kabupaten/kota seluruh lokasi penelitian Bagi SDM yang mengikuti pelatihan PIS-PK
(baik yang telah melakukan pendatan yang diselenggarakan oleh pusat atau
maupun yang belum sama sekali), secara provinsi, mereka telah memahami konsep
umum menyatakan bahwa daerah telah siap PIS-PK dengan baik dan dapat melaksanakan
melaksanakan PIS-PK. Akan tetapi dalam program atau sitem kerja dengan baik.
kenyataannya, kesiapan satu daerang dengan Berbeda halnya dengan SDM yang hanya
daerah yang lainnya terdapat hal yang memperoleh informasi dari kegiatan
berbeda. Untuk mendukung kelancaran sosialisasi, misalnya pada saat pelaksanaan
kegiatan pendataan, dinas kesehatan yang lokakarya mini puskesmas. Mereka kurang
telah mengumpulkan data lebih dari 50%, memahami konsep, tujuan, serta mekanisme
telah membentuk tim yang akan dilibatkan pelaksaaan pendataan PIS-PK.Dalam
untuk kegiatan pendataan, walaupun belum melaksanaan pendataan, seharusnya SDM
didukung oleh SK (hanya surat penugasan yang sudah mengikuti pelatihan tetap
khusus. Agar pelaksanaan pendataan sesuai mendampingi SDM lain yang ditugaskan
dengan petunjuk dari pusat, puskesmas namun dengan pengetahuan yang terbatas.
mensyaratkan SDM yang terlibat adalah Proses pembelajaran dan sosialisasi materi
petugas yang sudah mengikuti pelatihan. suatu modul untuk meningkatkan
Tenaga lain seperti bidan desa juga dilibatkan keterampilan SDM kesehatan juga dapat
dalam kegiatan pendataan, namun tetap dikategorikan sebagai pelatihan, namun
didampingi oleh petugas yang sudah dilatih. disarankan agar implementasi modul tersebut
Fungsi dari bidan desa selain untuk dengan pendampingan (Sopacua and
membantu mempercepat target pendataan, Budijanto, 2007).
juga untuk memudahkan petugas puskesmas
Peningkatan struktur organisasi tidak
masuk ke lingkungan warga yang akan
akan berjalan baik jika tidak dibarengi
didata. Berbeda halnya dengan dinas
dengan peningkatan kualitas sumber
kesehatan maupun puskesmas pada daerah
dayanya. Perencanaan tenaga kesehatan
dengan pendataan kurang dari 50%. Secara
harus tepat sesuai dengan beban kerja
umum mereka belum memiliki komitmen
puskesmas karena merupakan unit pelayanan
kuat untuk melakukan pendataan. Hal ini
kesehatan terdepan yang fungsinya sangat
dapat dilihat dari beberapa hal, seperti di
menunjang pencapaian visi Indonesia sehat
sebagian daerah, penugasan tim belum
(Seymond, 2007). Puskesmas merupakan
didukung dengan SK dan terkesan berjalan
ujung tombak dalam pelaksanaan PIS-PK
tanpa arahan, ketidaksiapan anggaran, sarana
sehingga SDM yang ada harus memiliki
dan prasarana.
kemampuan melaksanakan tahapan kegiatan
Sistem kerja dalam organisasi dengan baik dan sesuai dengan pedoman.
membutuhkan investasi sumber daya Tidak hanya SDM di puskesmas, dinas
manusia yang dapat dilakukan melalui kesehatan sebagai holding company dari
pelatihan (Leggat et al., 2011). Pelatihan puskesmas juga dituntut memiliki SDM yang
berfungsi untuk memberikan bekal menjadi penanggung jawab kegiatan PIS-PK
keterampilan pada saat yang tepatguna di kabupaten. Menurut Gani dalam
mendukung tugas-tugas dalam suatu (Seymond, 2007) ketersedian dan
organisasi sehingga tercapai tujuan dan kemampuan sumber daya manusia dalam
sasaran yang telah ditentukan (Kurniadi, penyiapan perencanaan masih terbatas dan
2007). Selain memberi pembekalan berupa permasalahan perencanaan program
keterampilan, pelatihan juga dapat kesehatan kabupaten/kota salah satunya
meningkatkan prestasi kerja bagi SDM adalah lemahnya sumber daya manusia pada
kesehatan karena tugas-tugas yang diberikan unit perencanaan dinas kesehatan. Masalah
dikerjakan sesuai dengan pedoman. Terdapat kemampuan dapat diatasi dengan
perbedaan prestasi kerja perawat sebelum mengikutsertakan pegawai dalam pelatihan.
dan sesudah mengikuti pelatihan di Rumah Pelatihan pada jenjang kabupaten/kota
Sakit Umum Daerah Langsa, dimana prestasi diselenggarakan oleh Badan PPSDM
kerja perawat yang mengikuti pelatihan Kementerian Kesehatan yang dilakukan
melebihi rekan sejawat yang tidak mengikuti secara bertahap sejak awal tahun 2016.
pelatihan (Lumbanraja and Nizma, 2010). Pelatihan tersebut bertujuan untuk
68
Evaluasi kesiapan pelaksanaan program...(Eva L, Athena A, Rachmalina S)

meningkatkan kompetensi SDM terkait intervensi kesehatan yang tepat sasaran. Hal
dengan PIS-PK. Pola peningkatan ini karena hampir seluruh penanggung jawab
kompetensi SDM kesehatan diawali dengan PIS-PK di tingkat kabupaten maupun
suatu pengkajian kebutuhan pelatihan yang puskesmas, telah mengikuti pelatihan.
menjelaskan gap antara harapan dan Menurut informan (wawancara mendalam
kenyataan yang ada. Hasil kajian digunakan maupun peserta dikusi kelompok), konsep
sebagai dasar perencanaan pelatihan bagi PIS-PK dipandang bagus karena mendukung
SDM kesehatan yang diharapkan berdampak program lain yang sudah berjalan di
pada kinerja organisasi baik dinas kesehatan, puskesmas. Menurut mereka, konsep PIS-PK
rumah sakit dan puskesmas (Sopacua and itu sendiri bukanlah sesuatu hal yang baru
Budijanto, 2007). karena bentuk kegiatan semacam ini sudah
dilakukan sejak lama, misalnya adalah
Untuk transfer pengetahuan dari
program pola hidup bersih dan sehat (PHBS).
SDM di dinas kesehatan kepada SDM di
Yang membedakan adalah jumlah dan jenis
puskesmas maka dilakukan pelatihan dengan
indikator serta target pendataan. Masalahnya
modul yang sama di tingkat kabupaten.
adalah jika tenaga puskesmas harus
Hambatan terjadi saat jumlah petugas
melakukan kunjungan rumah dan
puskesmas yang dilatih tidak sebanding
menlakukan pendataan terhadap seluruh
dengan area wilayah dan jumlah keluarga
anggota keluarga, mereka merasa kesulitan
yang akan didata. Sebagian puskesmas yang
untuk waktunya. Hal ini terungkap dari hasil
idealis tetap menggunakan tenaga yang sudah
diskusi kelompok, bahwa petugas/
dilatih karena menginginkan kualitas data
penanggungjawab PIS-PK di kabupaten/kota
yang bagus. Apabila pendataan dilakukan
maupun puskesmas mempunyai tugas lain
oleh tenaga lain yang belum dilatih, terlebih
(tidak khusus melaksanakan PIS-PK).
lagi tidak mempunyai basic kesehatan,
dikhawatirkan data yang diperoleh tidak Dalam hal pendanaan kegiatan PIS-
valid. Berbeda halnya dengan puskesmas lain PK di tahun 2016 belum dianggarkan dari
yang berorientasi pada pencapaian target, tahun sebelumnya. Di era desentralisasi,
maka mereka menggunakan tenaga lain di daerah diberikan wewenang untuk
luar tenaga puskesmas terlatih, antara lain menentukan sendiri prioritas pembangunan
menggunakan tenaga sukarela, mahasiswa, kesehatan daerahnya sesuai kemampuan,
bidan desa, dan kader. Tidak semua tenaga kondisi dan kebutuhan setempat (Seymond,
tersebut mempunyai basic kesehatan 2007). Pada saat merancang kegiatan dan
sehingga puskesmas perlu melakukan anggaran di tahun sebelumnya, PIS-PK
sosialisasi instrumen dan pengawasan belum menjadi kegiatan prioritas. Agar
terhadap kualitas data yang dikumpulkan. kegiatan dapat tetap berjalan maka dinas
Proses pembelajaran dan sosialisasi materi kesehatan dan puskesmas harus melakukan
suatu modul untuk meningkatkan revisi anggaran terlebih dahulu agar semua
keterampilan SDM kesehatan juga dapat komponen yang dibutuhkan untuk kelancaran
dikategorikan sebagai pelatihan, namun kegiatan, seperti anggaran sosialisasi,
disarankan agar implementasi modul tersebut transpor petugas, penggandaan kuesioner dan
dengan pendampingan (Sopacua and pengadaan pinkesga dapat terakomodir dan
Budijanto, 2007). tidak mengganggu anggaran kegiatan
program yang lain. Kondisi ini berlaku bagi
Dilihat dari pemahaman daerah
daerah yang sudah melakukan pendataan
mengenai konsep PIS-PK tidak didasarkan
lebih maupun kurang dari 50%. Alokasi
pada jumlah pendataan yang telah
anggaran untuk kegiatan PIS-PK pada tahun-
disesesaikan. Di kabupaten baik yang sudah
tahun berikutnya diharapkan sudah
melaksanakan pendataan lebih dari 50%,
dipertimbangkan disesuaikan dengan
kurang atau sama dengan 50%, ataupun
kebutuhan, terutama karena PIS-PK
belum melakukan pendataan telah memahami
merupakan program prioritas pemerintah
bahwa konsep pendekatan keluarga sangat
dalam menyelesaikan masalah kesehatan di
baik dilakukan sebagai registrasi data
wilayah. Alokasi anggaran selanjutnya
kesehatan masyarakat, melihat tingkat dan
diprioritaskan pada kebutuhan lokal spesifik,
status kesehatan masyarakat, dan membuat
terlebih lagi jika jumlah anggarannya terbatas
69
Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 16 No 2, September 2017 : 57 - 72

(Seymond, 2007). Bagi beberapa daerah yang Kendala teknis lainnya adalah belum
memiliki komitmen tinggi untuk sempurnanya aplikasi entri data yang
melaksanakan pendataan, maka baik pihak dikembangkan oleh Pusdatin, Kementerian
dinas kesehatan maupun puskesmas berusaha Kesehatan. Mengingat PIS-PK adalah
mengalokasikan dana yang dibutuhkan untuk program baru di Kemenkes, dapat dimaklumi
keperluan kegiatan PIS-PK dengan bahwa sistem yang mendukung kelancaran
menggunakan dana yang ada. Bahkan banyak kegiatan belum sepenuhnya sempurna dan
juga petugas puskesmas yang memiliki terus mengalami pengembangan. Kesulitan
integritas tinggi rela menggunakan uang lain yang berkaitan dengan aplikasi adalah
pribadi untuk keperluan transpor dan keterbatasan sinyal iternet di daerah. Bagi
penggandaan kuesioner. Kendala ini tidak daerah di pelosok yang belum ter-cover
menjadi penghalang bagi puskesmas yang dengan sinyal internet yang bagus akan
memang telah siap untuk melaksanakan menemui kesulitan pada saat harus mengentri
pendataan karena menganggap bahwa data data secara online. Di era teknologi informasi
yang akan diperoleh bermanfaat untuk dan komunikasi, keterbatasan ini akan
pemetaan kesehatan di wilayah kerjanya. menjadi kendala bagi keberlanjutan program
Mereka bersedia menggunakan dana pribadi apabila tidak dicarikan solusinya.
sambil menunggu pencairan anggaran PIS-
Peralatan penunjang pelayanan
PK terealisir.
medis yang berbasis elektronik (e-Health)
Keterbatasan anggaran juga seperti ponsel, internet, teks dan multimedia
berakibat pada keterbatasan sarana prasarana messaging mendorong komunikasi antara
(sarpras) yang berkaitan dengan pengadaan penyedia layanan kesehatan dan klien,
barang penunjang untuk entri data, misalnya berbagi informasi dan pengetahuan di antara
komputer, laptop, dan ketersediaan sinyak penyedia layanan kesehatan dan membangun
yang bagus untuk mengirim data. Untuk perawatan kesehatan yang lebih baik untuk
menunjang entri data di lapangan, seharusnya pasien. Penggunaan internet sebagai alat
petugas menggunakan android. Namun komunikasi juga berkontribusi terhadap
penggunaan andorid untuk mengentri data di pengelolaan masalah kesehatan yang lebih
lapangan pada umumnya belum dilaksanakan baik. Keberadaan sarpras ini dapat berpotensi
di daerah karena aplikasi program entri masih memperbaiki beberapa tantangan kesehatan
terkendala. Beberapa puskesmas yang sudah di negara-negara berkembang, seperti di
menjalankan pendataan tidak menyiapkan Indonesia, di mana distorsi peralatan, waktu,
komputer atau laptop khusus untuk entri data keterbatasan sumber daya manusia dan
dikarenakan tidak ada anggaran untuk kurangnya strategi penggunaan fasilitas
pengadaan komputer, sehingga untuk kesehatan berbasis elektronik tetap menjadi
keperluan entri data menggunakan fasilitas penghalang utama yang berkontribusi
yang ada di puskesmas. terhadap kualitas layanan kesehatan yang
buruk. Penilaian kesiapan teknologi dalam
Dengan keterbatasan sarpras,
kaitannya dengan infrastruktur fisik,
pendataan PIS-PK tetap dilakukan karena
peralatan teknologi, keterampilan, kebijakan,
adanya komitmen tinggi dari kepala
peraturan dan pedoman pengguna harus
puskesmas dan petugas lainnya. Komitmen
dilakukan sebelum menerapkan sistem e-
yang baik dapat tercipta karena puskesmas
Health. Sebelum menerapkan sistem ini
sudah menerapkan sistem kerja yang baik.
seharusnya dibuat perencanaan yang
Praktik high performance work system yang
memadai dan memanfaatkan sumber daya
berlaku dalam suatu organisasiakan
yang dimilikiagar program kegiatan dapat
mempengaruhi kinerja dengan meningkatkan
berkelanjutan dengan baik (Kiberu et al.,
pengetahuan, keterampilan, kemampuan, dan
2017)
komitmen karyawan dengan cara memberi
mereka informasi dan kebijaksanaan yang Pemanfaatan teknologi informasi dan
diperlukan untuk memanfaatkan komunikasi pada setiap penyelenggaraan
keterampilan dan komitmen dalam pemerintahan merupakan kebutuhan yang
menyelesaikan pekerjaan mereka (Leggat et mendesak dalam rangka mendukung
al., 2011). pertukaran data dan informasi serta

70
Evaluasi kesiapan pelaksanaan program...(Eva L, Athena A, Rachmalina S)

penyaluran berita secara cepat, tepat dan (baik yang telah melakukan pendatan
akurat. Pemanfaatan sistem informasi ini maupun yang belum sama sekali), secara
diharapkan dapat meningkatkan kinerja umum menyatakan bahwa daerah telah siap
aparatur. Teknologi informasi dan melaksanakan PIS-PK. Akan tetapi dalam
komunikasi bermanfaat untuk berbagai kenyataannya, kesiapan satu daerah dengan
keperluan, tidak terkecuali keperluan daerah yang lainnya terdapat hal yang
pengolahan informasi dalam organisasi berbeda.
pemerintahan (Ellyana et al., 2009).
Dalam melaksanakan suatu
KESIMPULAN DAN SARAN
intervensi, diperlukan kerjasama lintas
program dengan bidang/bagian yang terkait Kesimpulan
kegiatan tersebut. Selain itu perencanaan Dari hasil evaluasi dapat disimpulkan
strategis dilakukan dengan menggali sumber bahwa seluruh kabupaten yang telah maupun
daya yang ada, termasuk upaya keterpaduan yang belum melakukan pendataan siap
antara pemegang program dan dukungan melaksanakan PIS-PK. Dengan adanya
politis pemerintah daerah, pihak swasta, dan komitmen dan arahan-arahan dari pihak dinas
patisipasi masyarakat untuk dijadikan sebagai kesehatan, puskesmas juga akan memiliki
suatu kekuatan dan peluang mencapai komitmen tinggi dalam menyelesaikan target
sasaran kebutuhan lokal (Seymond, 2007). pendataan di wilayah kerjanya. Beberapa
Demikian halnya dengan kegiatan pendataan kabupaten telah menunjukkan komitmen
PIS-PK diperlukan dukungan lintas sektor yang tinggi terhadap PIS-PK, yang
demi kelancaran kegiatan. Pada kabupaten diwujudkan dengan perencanaan SDM yang
yang sudah melaksanakan lebih dari 50% matang, pengalokasian anggaran,
pendataan, dinas kesehatan kabupaten perencanaan mekanisme pengumpulan data
terlebih dahulu melakukan sosialisasi yang matang, serta menyiapkan sarana dan
mengenai kegiatan dan manfaat PIS-PK ke prasarana penunjang yang diperlukan untuk
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) kegiatan pengumpulan data. Kelancaran
seperti bappeda, kecamatan, keluarahan/desa. kegiatan pendataan PIS-PK, memerlukan
Kegiatan sosialisasi ini umumnya dilakukan keterlibatan lintas sektor terutama untuk
pada saat rapat koordinasi SKPD. Selain menggerakkan aparat pemerintahan dan
bertujuan untuk memperkenalkan program meningkatkan pertisipasi masyarakat.
baru, sosialisasi juga diperlukan untuk
membangun jaringan. Dalam melaksanakan
suatu implementasi kebijakan terdapat Saran
jaringan yang harus dibentuk guna
merealisasikan tujuan kebijakan melalui Komitmen dinas kesehatan maupun
aktivitas instansi yang melibatkan berbagai puskesmas pada kabupaten yang baru
pihak yang berkepentingan (Akib, 2010). melaksanakan pendataan kurang dari 50%
Dalam PIS-PK implementasi kebijakan maupun kabupaten yang belum
melibatkan peran serta dinas kesehatan, melaksanakan pendataan, perlu ditingkatkan
puskesmas, dan lintas sektor terkait yang lagi. Daerah perlu melakukan perencanaan
saling bersinergi. Dukungan dari perangkat matang dalam hal alokasi anggaran, tenaga
desa atau kelurahan juga sangat diperlukan dan mekanisme pengumpulan data, serta
untuk memudahkan akses ke masyarakat. sosialasi ke lintas sektor untuk kelancaran
Untuk daerah yang belum melaksanakan kegiatan pendataan.
pendataan, perlu menggalang dukungan dari
lintas sektor karena baik pihak dinas
kesehatan maupun puskesmas belum UCAPAN TERIMAKASIH
melakukan sosialisasi. Penulis mengucapkan terima kasih
Berdasarkan hasil wawancara kepada Pusat Upaya Kesehatan Masyarakat
mendalam terhadap kepala dinas kesehatan yang telah memfasilitasi kegiatan studi ini.
atau penggung jawab PIS-PK di tingkat Ucapan terima kasih juga disampaikan
kabupaten/kota seluruh lokasi penelitian kepada seluruh anggota tim studi evaluasi

71
Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 16 No 2, September 2017 : 57 - 72

PIS-PK yang telah bekerja sama dengan baik A Literature Review. African J. Prim. Heal.
dalam melakukan kegiatan evaluasi. Care Fam. Med. 9, 1–10.
doi:10.4102/phcfm.v9i1.1277
Kurniadi, D., 2007. Prinsip Prinsip Dasar Manajemen
Pelatihan. Bandung.
DAFTAR PUSTAKA Leggat, S.G., Bartram, T., Stanton, P., 2011. High
performance work systems: the gap between
Achmadi, U.F., 2008. Manajemen Penyakit Berbasis policy and practice in health care reform. J.
Wilayah. J. Kesehat. Masy. Nas. 3, 147–153. Health Organ. Manag. 25, 281–297.
doi:10.9774/jmk.13.1.61-75 doi:10.1108/14777261111143536
Akib, H., 2010. Implementasi Kebijakan: Apa, Lumbanraja, P., Nizma, C., 2010. Pengaruh Pelatihan
Mengapa, dan Bagaimana. J. Adm. Publik 1, dan Karakteristik Pekerjaan Terhadap
1–11. Prestasi Kerja Perawat di Badan Pelayanan
Badan Litbang Kesehatan, 2013. Riset Kesehatan Kesehatan Rumah Sakit Umum Daerah
Dasar. Badan Penelitian dan Pengembangan Langsa. J. Manaj. dan Kewirausahaan 12,
Kesehatan RI, Jakarta. pp.142–155.
Badan Litbang Kesehatan, 2008. Riset Kesehatan Seymond, D., 2007. Kajian Perencanaan Dan
Dasar. Jakarta. Penganggaran Kesehatan Di Dinas Kesehatan
Direktorat Kesehatan Keluarga Kementerian Kota Padang Tahun 2006. J. Kesehat. Masy.
Kesehatan, 2016. Laporan Tahunan 2, 116–123.
Direktorat Kesehatan Keluarga Tahun 2016. Sinaga, E., Haryanto, 2016. Evaluasi Penerapan Sistem
Jakarta. Informasi Kesehatan (SIK) Puskesmas di
Ellyana, D.D., Redy, A., Hamzah, A., 2009. Variabel Kabupaten Bangli. J. Inf. Syst. Public Heal.
Anteseden Dan Konsekuensi Pemanfaatan 1, 44–51.
Sistem Informasi (Studi Empiris Pada Sopacua, E., Budijanto, D., 2007. Opsi-Opsi Kebijakan
Pemerintahan Kabupaten Di Pulau Madura). Untuk Pelatihan Sumber Daya Manusia
J. Akunt. dan Keuang. Indones. 6, 71–88. Kesehatan: Pembelanjaran Dari Penelitian
Kementerian Kesehatan, 2017. Aplikasi Keluarga Sehat Pola Peningkatan Kompetensi Sumber Daya
[WWW Document]. URL Manusia Dalam Otonomi Daerah Bidang
https://keluargasehat.kemkes.go.id/ (accessed Kesehatan. J. Manaj. Pelayanan Kesehat. 10,
11.11.17). 173–180.
Kementerian Kesehatan, 2016. Pedoman Umum Wijayanti, A.W., Rahman, M., Muluk, K., Nurpratiwi,
Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan R., 2012. Perencanaan Anggaran Berbasis
Keluarga. Kementerian Kesehatan, Jakarta. Kinerja di Kabupaten Pasuruan. Wacana 15,
Kiberu, V.M., Mars, M., Scott, R.E., 2017. Barriers 10–17.
And Opportunities To Implementation Of
Sustainable e-Health Programmes In Uganda:

72

You might also like