You are on page 1of 10

Penerapan Kesehatan «............. (Lusianawaty et.

al)

PENERAPAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA DI PUSKESMAS


DI TIGA PROVINSI DI INDONESIA

Lusianawaty Tana*1, FX Suharyanto Halim1, Delima1, Vivi Lisdawati2 dan Emiliana Tjitra1

1 Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik, Badan Litbangkes


2 Pusat Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan, Badan Litbangkes
E-mail : lusianawaty@yahoo.com

IMPLEMENTATION OF OCCUPATIONAL HEALTH AND SAFETY IN PRIMARY


HEALTH CARE IN THREE PROVINCES OF INDONESIA

Abstract
Active pulmonary Tuberculosis (TB) cases and drug resistance Myco-baterium
tuberculosis strain increase the risk of health workers who contact to TB patients.
Primary Health Care (PHC) workers in Indonesia have the risk to be exposed to M.
tuberculosis in workplace. This study aimed to evaluate the implementation of
occupational health and safety concerning prevention of M. tuberculosis transmission in
PHC and the obstacles. It was a cross sectional study in 50 microscopic referral PHCs
(PRM) and PHCs with capability in microscopic examination (PPM) in Banten Province,
Gorontalo Province, and South Kalimantan Province. Data collection was conducted in
2012 through interview and observation to obtain data on PHC characteristic,
occupational health and safety implementation, the completeness of guidelines, and
facilities. Occupational health and safety implementation on pulmonary TB prevention in
PHCs had not fulfilled all the WHO M. tuberculosis transmission prevention guideline
yet. Training on TB prevention for the PHC workers had been conducted. Only 58 % of
PHCs implemented the program and 56 % had regular health check-up and TB screening
activities. Health promotion equipments and facilities for occupational health and safety
were still lacking in 26 % of PHCs. Personal Protection Equipments (PPE) such as
gloves and disposable maskers were available in almost all PHCs (98 % and 96 %).
General facilities and laboratory facilities were still lacking in 68 % and 40 % of PHCs
(n=50), respectively.
Conclusions : Occupational health and safety implementation in PRM/PPM need to be
improved by completing the facilities of PHC, laboratory, and health promotion.

Key words : Primary health care, occupational health and safety

Abstrak
Munculnya kasus TB paru aktif dan kedaruratan strain TB resisten obat, meningkatkan
risiko bagi pekerja yang kontak dengan penderita TB. Pekerja puskesmas di Indonesia
mempunyai risiko terpajan kuman TB dari lingkungan kerja. Penelitian bertujuan
mengevaluasi penerapan kesehatan dan keselamatan kerja (K3) dalam pencegahan
penularan Mycobaterium tuberculosis di puskesmas dan hambatannya. Disain cross
sectional, pada 50 puskesmas (PRM/PPM puskesmas rujukan mikroskopis/puskesmas
pelaksana mandiri) di provinsi Banten, Gorontalo, dan Kalimantan Selatan, tahun 2012,

Submit : 18-02-2013 Review : 13-03-2012 Review : 15-03-2012 revisi : 02±05-2013

142
Bul. Penelit. Kesehat, Vol. 41, No. 3, 2013: 142 - 151

data dikumpulkan melalui wawancara dan pengamatan. Data yang dikumpulkan meliputi
karakteristik puskesmas, penerapan K3, kelengkapan pedoman, sarana dan prasarana.
Penerapan K3 dalam rangka pencegahan TB paru di puskesmas belum seluruhnya sesuai
dengan Pedoman Pencegahan Penularan M. tuberculosis WHO. Pelatihan pekerja
puskesmas terhadap pencegahan penularan TB telah dilaksanakan oleh puskesmas.
Penerapan K3 yang masih kurang adalah pelaksanaan kegiatan yang perlu dilakukan dan
pemeriksaan kesehatan berkala/skrining TB masing-masing pada 58 % dan 56 %
puskesmas. Alat promosi kesehatan terkait K3 masih kurang pada 26 % puskesmas. Alat
pelindung diri berupa sarung tangan dan masker tersedia pada hampir semua puskesmas
98% dan 96%. Sarana prasarana masih kurang pada 68 % puskesmas dan sarana
prasarana laboratorium masih kurang pada 40 % puskesmas (n=50). Penerapan K3 di
PRM/PPM perlu ditingkatkan dengan melengkapi sarana dan prasarana puskesmas dan
laboratorium, serta alat promosi kesehatan.

Kata kunci : puskesmas, kesehatan dan keselamatan kerja

tertinggi adalah Papua Barat (1,02% dan


PENDAHULUAN
2,55%), Nusa Tenggara Timur (0,40% dan
Pekerjaan dapat menimbulkan ber- 2,05%) Banten (1,13% dan 2,01%), dan
bagai permasalahan kesehatan bagi para Papua (0,89 % dan 1,73 %).
pekerjanya dan risiko pekerjaan masuk dalam
sepuluh urutan terbanyak penyebab penyakit Beberapa provinsi lain di Indonesia
dan kematian.1, 2 Banyak penyakit infeksi dengan prevalensi TB paru yang relatif lebih
yang dicatat atau mikroorganisme yang di- tinggi dibandingkan dengan angka nasional
perkirakan sebagai penyebab yang ber- adalah Provinsi Gorontalo (0,24% dan
hubungan dengan pekerjaan.3 Salah satu pe- 1,11%), Provinsi Kalimantan Selatan (0,47%
nyakit infeksi yang perlu mendapat perhatian dan 1,36 %).7
adalah infeksi karena kuman TB. Risiko ter- Data Riskesdas 2010, prevalensi diag-
tular TB bagi pekerja meningkat dengan nostik TB oleh tenaga kesehatan (wawan-
munculnya kasus TB paru aktif dan ke- cara) 2009/2010 sebesar 725/100.000 pen-
daruratan strain TB resisten obat yang resis- duduk, crude point prevalence (minimal 1
ten terhadap pengobatan biasa.4 sediaan apus positif) sebesar 704/100.000,
Diperkirakan jumlah pasien TB di point prevalence (2 sediaan apus positif)
Indonesia 5,8% dari total jumlah pasien TB 289/100.000. Provinsi Banten, Gorontalo,
di dunia dan ada 429.730 kasus baru setiap dan Kalimantan Selatan termasuk provinsi
tahun. Perkiraan incidence rate kasus baru yang berada pada urutan ke dua, ke empat
dengan BTA + : 102 per 100.000/th.5 dan ke sebelas dari provinsi dengan angka
Soemantri S et al 6, tahun 2004 melaporkan yang lebih tinggi dari angka nasional. 8
80 orang dewasa positif sedikitnya 2 sediaan Pekerja yang bekerja di pelayanan
apus (104 per 100.000 penduduk, 95% CI 66- kesehatan adalah kelompok pekerja yang be-
142). Prevalensi relatif lebih tinggi di risiko terpajan oleh agen menular, salah satu-
wilayah Sumatra 160/100.000 dan Kawasan nya adalah kuman TB. Epidemi TB pernah
Timur Indonesia 189/100.000. Riskesdas terjadi di rumah perawatan, penampungan
2007 melaporkan prevalensi TB paru di Indo tuna wisma, dan rumah sakit. 9Joshi R4 me-
nesia berdasarkan diagnosis tenaga medis nyimpulkan risiko penularan kuman TB dari
0,4% dan berdasarkan diagnosis dan gejala pasien ke pekerja kesehatan merupakan
0,99%. Provinsi dengan prevalensi TB paru masalah yang sering terabaikan pada banyak

143
Penerapan Kesehatan «............. (Lusianawaty et. al)

negara berpendapatan rendah dan menengah. kopis (PRM), Puskesmas Satelit, dan Puskes-
Prevalensi TB laten pekerja kesehatan 54% mas Pelaksana Mandiri (PPM).13 - 14
(33% -79%). Perkiraan annual risk di negara
Dalam melaksanakan pekerjaannya,
dengan pendapatan rendah 0,5% - 14,3%,
pekerja Puskesmas berisiko terpajan mikro-
dan incidence TB pada pekerja kesehatan
organisme menular (kuman TB) dan tidak
pertahun 69 - 5780/100.000. Attributable risk
semua melindungi diri dengan baik terhadap
TB pada pekerja kesehatan 25 - 5361 per
kemungkinan tertular kuman TB yang
100.000 setiap tahun, lebih tinggi dibanding-
mengancamnya.
kan dengan risiko pada populasi umum.
Berdasarkan hal tersebut di atas, di-
Berbagai langkah untuk mengurangi
lakukan penelitian analisis penerapan ke-
risiko penularan telah tersedia. Medical
sehatan dan keselamatan kerja pada pekerja
Center Occupational Health Section and
puskesmas dalam rangka pencegahan pe-
Occupational and Environmental Lung Dis-
nyakit menular TB paru. Penelitian diharap-
orders Committee menyarankan penyuluhan
kan dapat memberi gambaran tentang pe-
dan pelatihan secara periodik diperlukan bagi
nerapan K3 pada PRM atau PPM untuk
pekerja di fasilitas kesehatan agar dapat men-
perbaikan dan pengembangan PRM/PPM di
jaga kewaspadaan terhadap risiko potensial
masa mendatang.
TB. Diperlukan tindakan mengoptimalkan
disain, ventilasi, alur pasien di ruang klinik,
melakukan surveilans TB test secara periodik BAHAN DAN METODE
pada pekerja fasilitas kesehatan, penggunaan Disain penelitian ini adalah potong
alat pelindung pernafasan dengan benar, pro- lintang pada 50 puskesmas (PRM/PPM) yang
sedur pengendalian infeksi, dan memper- memenuhi kriteria dan ditentukan secara pro-
baharui rencana pengendalian TB secara ber- porsional, jumlahnya 6 kabupaten/kota yaitu
kala. 10 The American College of Oc- di kabupaten/kota Tangerang Provinsi
cupational and Environmental Medicine Banten, Kabupaten dan Kota Gorontalo di
(ACOEM) mendukung penerapan Pedoman Provinsi Gorontalo, Kabupaten Banjar dan
pencegahan penularan Mycobaterium tuber- Kota Banjarmasin di Provinsi Kalimantan
culosis di fasilitas pelayanan kesehatan Selatan, tahun 2012. 15, 16, 17 Puskesmas yang
(Guidelines for Preventing the Transmission didata terdiri dari total PRM, sedangkan PPM
of Myco-bacterium Tuberculosis in Health merupakan perwakilan dari semua PPM di
Care Faci-lities, 2005) yang ditetapkan oleh lokasi terpilih yang ditentukan secara random
Centers for Disease Control and Pre- sampling.
vention.11
Data dikumpulkan melalui wawan-
Di Indonesia, telah tersedia Surat cara kepada kepala puskesmas dan melalui
Keputusan Menteri Kesehatan no. pengamatan langsung. Variabel independen
432/menkes/SK/IV/2007 tentang Pedoman meliputi karakteristik puskesmas, tersedianya
manajemen kesehatan dan keselamatan kerja pedoman, sarana dan prasarana, dan variabel
(K3) di Rumah Sakit. 12 Program penang- dependen adalah penilaian penerapan K3,
gulangan Tuberkulosis Nasional dalam men- yang merupakan gabungan dari beberapa
jalankan fungsinya menggunakan puskesmas faktor, mengacu kepada buku pedoman pen-
sebagai fasilitas dalam struktur pelayanan cegahan penularan penyakit menular di
kesehatan nasional. Sehubungan dengan rumah sakit dan fasilitas lainnya dan
program tersebut, fungsi Puskesmas dibagi 3 masukan dari narasumber.
kategori yaitu Puskesmas Rujukan Mikros-

144
Bul. Penelit. Kesehat, Vol. 41, No. 3, 2013: 142 - 151

Penilaian setiap faktor yang didata prasarana yang didata berdasarkan: 16 sarana
diberikan nilai skor yang sama. Penjumlahan prasarana di puskesmas dan 8 sarana pra-
dari nilai skor merupakan nilai kelengkapan. sarana laboratorium. Kelengkapan kondisi
Berdasarkan angka median maka kriteria ke- lingkungan didata berdasarkan : 5 kondisi
lengkapan ditentukan dalam kurang, cukup, lingkungan di dalam puskesmas dan 4 kon-
dan baik. Kriteria baik untuk kelengkapan disi lingkungan di luar puskesmas. Data di-
100%, cukup untuk kelengkapan rentang analisis secara univariat untuk variabel yang
median sampai dengan kurang dari 100 %, didata dan kriteria kelengkapan.
kurang untuk kelengkapan lebih kecil dari
angka median. Penerapan K3 didata ber-
dasarkan kelengkapan : 5 kegiatan yang perlu HASIL
dilakukan di puskesmas, ketersediaan 4 APD, a. Karakteristik puskesmas
pelaksanaan 6 pemeriksaan kesehatan ber-
kala/skrining dan pencatatan, pelaksanaan 2 Jumlah puskesmas yang didata
pelatihan, dan ketersediaan 8 alat (tanda) sebanyak 50 puskesmas meliputi PRM dan
promosi kesehatan. Kelengkapan ketersedia- PPM di 6 kabupaten/kota di 3 provinsi.
an pedoman, rencana kegiatan, SOP yang Gambaran puskesmas berdasarkan karak-
didata berdasarkan : 2 pedoman, 9 rencana teristik provinsi, kabupaten/kota, jenis dan
kegiatan, dan 8 SOP. Kelengkapan sarana fungsi puskesmas (Tabel 1.).

Tabel 1. Gambaran Puskesmas berdasarkan Karakteristik (N=50)


Puskesmas
Karakteristik
n( %)
Provinsi
Banten 23(46,0)
Kalimantan Selatan 17(34,0)
Gorontalo 10(20,0)
Kota/kabupaten
Kota 21(42,0)
Kabupaten 29(58,0)
Jenis Perawatan
Perawatan 8(16,0)
Non perawatan 42(84,0)
PRM/PPM
PRM 18(36,0)
PPM 32(64,0)
Total 50(100)

Tabel 2. Proporsi Puskesmas berdasarkan Ketersediaan APD (N=50)


Jenis APD Tersedia
APD
n( %)
Masker kertas sekali pakai 48(96,0)
Sarung tangan 49(98,0)
Penutup kepala 16(32,0)
Baju laboratorium 38(76,0)

145
Penerapan Kesehatan «............. (Lusianawaty et. al)

Tabel 3. Proporsi Puskesmas Berdasarkan Kelengkapan Penerapan K3(N=50)

Penerapan K3 Kelengkapan*
Kurang Cukup Baik
n( %) n( %) n( %)
Penerapan kegiatan 29(58,0) 21(42,0) 0(0)
Ketersediaan 4 jenis APD 12(24,0) 22(44,0) 16(32,0)
Pemeriksaan kesehatan berkala/skrining 28(56,0) 21(42,0) 1(2,0)
Pelatihan 0(0) (0) 50(100,0)
Alat promosi kesehatan di puskesmas 13(26,0) 37(74,0) 0(0)
*Kelengkapan: Kurang:<median Cukup:median² <100% Baik:100%

Tabel 4. Proporsi Puskesmas berdasarkan Kelengkapan Pedoman, Rencana Kegiatan, SOP,


Sarana Prasarana, dan Kondisi Lingkungan (N=50)

Ketersediaan/ Penerapan/ Kelengkapan


kondisi
Kurang Cukup Baik
n( %) n( %) n( %)
Pedoman/ kegiatan/ SOP
Pedoman 34(68,0) 16(32,0) 0(0)
Kegiatan 23(46,0) 26(52,0) 1(2,0)
SOP 21(42,0) 27(54,0) 2(4,0)
Sarana Prasarana
Sarana Prasarana Puskesmas 34(68,0) 16(32,0) 0(0)
Sarana prasarana laboratorium 20(40,0) 27(54,0) 3(6,0)
Lingkungan
Lingkungan yang baik di 14(28,0) 17(34,0) 19(38,0)
dalam puskesmas
Lingkungan yang baik di luar 0(0) 6(12,0) 44(88,0)
puskesmas
*Kelengkapan: Kurang:<median Cukup:median - <100% Baik: 100%
puskesmas yang menyediakan baju labo-
Pada Tabel 1 terlihat, sebagian besar
ratorium.
puskesmas dari Provinsi Banten, berlokasi di
kabupaten, merupakan puskesmas perawatan c. Kelengkapan Pelaksanaan Penerapan K3.
dan PPM. Untuk penerapan K3 yang dianalisis
b. Ketersediaan APD. adalah penerapan kegiatan, ketersediaan 4
jenis APD, pemeriksaan kesehatan ber-
Jenis APD yang didata adalah masker
kala/skrining, pelatihan, dan tersedianya alat
kertas sekali pakai, sarung tangan, penutup
promosi kesehatan di puskesmas. Proporsi
kepala, dan baju laboratorim. Proporsi pus-
puskesmas berdasarkan kelengkapan pe-
kesmas berdasarkan ketersediaan APD
nerapan K3 (Tabel 3). Terlihat, penerapan
(Tabel 2). Pada Tabel 2 terlihat, hampir
K3 dalam hal pelatihan bagi pekerja pus-
semua puskesmas menyediakan sarung
kesmas terkait pencegahan TB telah di-
tangan dan masker, tetapi hanya 76,0 %
laksanakan oleh seluruh puskesmas.

146
Bul. Penelit. Kesehat, Vol. 41, No. 3, 2013: 142 - 151

Penerapan K3 terkait pelaksanaan kegiatan pelatihan bagi pekerja di fasilitas kesehatan


yang perlu dilakukan oleh puskesmas dan pe- termasuk puskesmas penting dilakukan
meriksaan kesehatan berkala/skrinning masih secara periodik, agar pekerja puskesmas
kurang pada sebagian besar puskesmas. dapat menjaga kewaspadaan terhadap risiko
Ketersediaan 4 jenis APD masih belum potensial TB. 10 Penerapan kegiatan yang
lengkap pada sebagian puskesmas. Untuk perlu dilakukan yang dilaksanakan paling
alat promosi kesehatan terkait K3 belum rendah adalah penggunaan masker bagi
tersedia lengkap pada sebagian puskesmas. pasien TB selama berobat di puskesmas.
d. Kelengkapan ketersediaan pedoman, ren- Terkait dengan hal ini, puskesmas yang tidak
cana kegiatan yang perlu dilakukan, SOP, menerapkan kegiatan ini memberikan alasan
sarana prasarana, dan kondisi lingkungan. tidak menyediakan masker, keterbatasan
dalam menyediakan masker, baru sebatas
Kelengkapan ketersediaan pedoman, saran kepada pasien untuk menggunakan
rencana kegiatan yang perlu dilakukan, SOP, masker, dan masih mempertimbangkan
sarana prasarana, dan kondisi lingkungan kemungkinan dampak yang timbul seperti
disajikan dalam Tabel 4. Sarana prasarana di- rasa malu dan rendah diri bagi pasien yang
bedakan antara sarana prasarana di puskes- mungkin berdampak menurunnya kunjungan
mas dan di dalam laboratorium. Untuk ling- pasien TB ke puskesmas. The American
kungan kerja dibedakan antara lingkungan di College of Occupational and Environmental
dalam puskesmas dan di luar puskesmas. Med. Protecting Health Care Workers from
Pada Tabel 4 terlihat, puskesmas Tuberculosis menyarankan perlunya pe-
dengan kelengkapan ketersediaan pedoman makaian alat pelindung pernafasan dan
pencegahan penularan TB paru, kegiatan, penggunaannya dengan benar. 10
SOP, sarana prasarana di puskesmas maupun Dalam KDO NHJLDWDQ µSHQLODLDQ ULVLNR
di laboratorium puskesmas untuk kriteria . GL OLQJNXQJDQ SXVNHVPDV¶ GLSHUROHK
lengkap hampir tidak ada. hanya 54,0 % yang menerapkannya. Alasan
ter-banyak yang diberikan oleh puskesmas
PEMBAHASAN yang tidak menerapkan kegiatan tersebut
adalah bahwa kegiatan masih dalam bentuk
Hasil penelitian ini menunjukkan pe- rencana kegiatan dan belum dilaksanakan.
nerapan K3 dalam pencegahan penyakit Untuk penilaian risiko tertular TB di puskes-
menular TB paru dengan lengkap masih mas, puskesmas yang belum melaksanakan-
belum baik yaitu dalam hal kegiatan yang nya memberikan alasan bahwa kegiatan ter-
perlu dilakukan, alat/tanda promosi sebut masih belum merupakan kegiatan di
kesehatan di puskesmas, dan pemeriksaan puskesmas.
kesehatan berkala. Apabila ditinjau dari 5
IDNWRU µNHJLDWDQ \DQJ SHUOX GLODkukan untuk Menurut Joshi R et al 4 dan
pencegahan penularan penyakit menular TB Widoyono 9, penilaian risiko tertular TB
SDUX¶ \DQJ GLGDWD PDND SHQ\XOXKDQ SH- penting dilakukan karena adanya risiko ter-
ngendalian penyakit infeksi TB kepada infeksi kuman TB dan tergantung dari lama
pasien telah dilakukan oleh semua pus- dan kualitas pajanan dengan sumber infeksi,
kesmas. Hal ini telah sesuai dengan Medical lokasi kerja, kategori pekerjaan, dan seberapa
Center Occupational Health Section and baik organisme tersebut dibersihkan dari
Occupational and Environmental Lung udara yang terkontaminasi.
Disorders Committee yang menyarankan 7HUNDLW SHQHUDSDQ NHJLDWDQ µVNULQLQJ
penyuluhan dan pelatihan. Penyuluhan dan dan penandaan pasien rawat jalan dengan

147
Penerapan Kesehatan «............. (Lusianawaty et. al)

JHMDOD EDWXN¶ KDQ\D dilaksanakan oleh 30,0 Untuk pekerja yang bukan pegawai negeri,
% puskesmas. Alasan yang disampaikan oleh tidak dilakukan pemeriksaan kesehatan
puskesmas yang tidak menerapkannya adalah sebelum bekerja dan hanya dinilai dari
belum ada rencana kegiatan terkait hal itu. tampilan fisik. Untuk kegiatan pemeriksaan
Dilaporkan oleh Joshi R et al 4 bahwa kesehatan berkala bagi pekerja, puskesmas
risiko penularan M. tuberculosis dari pasien yang tidak melaksanakan kegiatan ini mem-
ke pekerja kesehatan masih merupakan berikan alasan : belum ada kegiatan tersebut
masalah bagi fasilitas pelayanan kesehatan di di puskesmas, kegiatan tersebut belum ter-
suatu negara. Hal ini terkait kurangnya usaha program dan tergantung dari Dinas Ke-
untuk mencegah terjadinya transmisi noso- sehatan setempat, dan pemeriksaan tersebut
komial TB di fasilitas kesehatan. Ditinjau terbatas hanya pada pekerja berusia 40 tahun
dari ketersediaan kegiatan yang perlu dilaku- ke atas. Sehubungan dengan pemeriksaan
kan dan SOP terkait pencegahan penyakit kesehatan berkala, kepustakaan menganjur-
menular di puskesmas, hanya tersedia dengan kan perlunya melakukan surveilans TB test
lengkap pada 5,0 % puskesmas, dengan secara periodik pada pekerja fasilitas ke-
kriteria cukup pada separuh puskesmas, sehatan agar dapat mengidentifikasi pajanan
sisanya dengan kriteria kurang. Hal ini perlu terhadap TB. 10 Apabila ditinjau dari keter-
men-dapat perhatian karena pedoman terkait sediaan rencana kegiatan yang perlu di-
pen-cegahan penyakit menular di fasilitas lakukan, hanya 30,0 % puskesmas memiliki
kesehatan telah tersedia, namun penjabaran- kegiatan yang perlu dilakukan terkait pe-
nya dalam rencana kegiatan dan SOP belum meriksaan kesehatan berkala. Untuk pe-
dilaksanakan dengan baik oleh sebagian meriksaan kesehatan khusus bagi pekerja
puskesmas. puskesmas yang mengalami kecelakaan
kerja, sebagian puskesmas yang tidak me-
Penerapan K3 terkait ketersediaan, laksanakannya memberi alasan belum ada
distribusi dan penggunaan APD di pus- rencana kegiatan tersebut dan belum ada
kesmas, hanya 32,0 % puskesmas menerap- kasus kecelakaan kerja.
kannya dengan lengkap. Sebagian besar pus-
kesmas menyediakan masker kertas sekali Untuk penerapan kegiatan skrining
pakai dan sarung tangan, tetapi hanya 76,0 % berkala petugas kesehatan terhadap gejala TB
dari puskesmas yang menyediakan baju labo- minimal 1 tahun sekali, puskesmas yang
ratorium. Terkait dengan kurangnya keter- tidak melaksanakan kegiatan ini memberikan
sediaan APD di puskesmas, responden mem- alasan belum melaksanakan kegiatan tersebut
beri alasan bahwa puskesmas hanya bersifat di puskesmas dan belum ada program terkait
menerima APD tersebut dari Dinas hal tersebut.
Kesehatan setempat. Ditinjau dari ketersediaan kegiatan
Sebagian besar puskesmas belum me- yang perlu dilakukan terkait skrining gejala
nerapkan pemeriksaan kesehatan berkala di TB pada pekerja puskesmas minimal 1 tahun
puskesmas. Terkait dengan pemeriksaan hanya terdapat pada 14,0 % puskesmas.
kesehatan pekerja baru/prakarya, alasan yang Pencatatan, pelaporan, dan penyim-
diberikan oleh puskesmas ; pekerja baru yang panan data penyakit yang berhubungan pe-
bekerja di puskesmas merupakan keputusan kerjaan dan kecelakaan kerja, hanya dilak-
dari Instansi yang membawahi puskesmas sanakan oleh 32,0 % puskesmas dan yang
dan sudah dilakukan pemeriksaan kesehatan, tidak melaksanakan memberikan alasan
pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja belum ada program terkait kegiatan tersebut.
hanya dilakukan pada sebagian pekerjanya,

148
Bul. Penelit. Kesehat, Vol. 41, No. 3, 2013: 142 - 151

The American College of Occupatio- kan penyakit. 9 Tempat mendahak yang me-
nal and Environmental Med. Protecting menuhi syarat yaitu ada di tempat terbuka
Health Care Workers from Tuberculosis dan terkena matahari langsung, tidak dilalui
menganjurkan untuk membuat rencana oleh umum dapat memperkecil risiko ter-
prosedur pengendalian infeksi dan rencana tularnya kuman TB.
pengendalian TB dan memperbaharuinya se-
Apabila ditinjau dari ketersediaan
cara berkala. 10
pedoman dalam melakukan pencegahan dan
Sebagian besar puskesmas telah ter- pengendalian infeksi di puskesmas, hanya
sedia alat (tanda) promosi kesehatan di pus- tersedia pada 30,0 % puskesmas. Hasil
kesmas dengan kriteria cukup, namun masih analisis menunjukkan walau ada perbedaan
ada 26,0 % puskesmas dalam kriteria kurang. antara puskesmas yang memiliki pedoman
Hal ini sesuai dengan penelitian Saputri IAD dengan ketersediaan APD dan pemeriksaan
18
yang melaporkan bahwa secara ke- kesehatan, namun ketersediaan pedoman di
seluruhan sarana prasarana penunjang K3 puskesmas tidak berhubungan dengan pe-
belum lengkap dan hanya cukup lengkap nerapan K3 di puskesmas tersebut. Hal ini
pada 40,0 % puskesmas di wilayah Surabaya mungkin dapat diterangkan sebagai berikut,
Barat. walaupun pedoman tersedia di puskesmas
Ditinjau dari alat promosi kesehatan namun mungkin belum dibaca oleh pekerja
yang disediakan, sebagian besar puskesmas puskesmas. The American College of Oc-
menyediakan tanda larangan merokok, liftlet cupational and Environmental Medicine
tentang pencegahan penularan TB bagi (ACOEM) mendukung penerapan Pedoman
pasien, namun tidak ada puskesmas yang me- pencegahan penularan M. tuberculosis di
masang tanda biohazard di laboratorium. fasilitas pelayanan kesehatan. 11
Selain itu, hanya sebagian kecil puskesmas Pedoman keselamatan dan kesehatan
memasang tanda dilarang masuk bagi yang kerja puskesmas dari Kemenkes RI tahun
tidak berkepentingan ke dalam laboratorium, 2011 telah tersedia namun mungkin belum
tanda larangan lalulalang bagi umum di terdistribusikan ke semua puskesmas. 19
daerah tempat khusus mendahak, dan tanda Kemungkinan diperlukan suatu kesepakatan
larangan berludah di sembarang tempat. lebih lanjut untuk menggolongkan faktor-
Tanda larangan lalu lalang bagi faktor tersebut menjadi faktor yang mutlak
umum di tempat khusus mendahak menjadi harus ada, faktor yang penting, dan faktor
penting karena hanya 16,0 % puskesmas me- yang perlu ada pada suatu puskesmas
nyediakan tempat khusus mendahak yang PRM/PPM.
tidak dilalui umum, dengan kata lain 84,0 %
menyediakan tempat khusus mendahak yang
KESIMPULAN
masih dilalui umum. Joshi R et al 4 dan
Widoyono 9 melaporkan risiko terinfeksi Penerapan K3 dalam pencegahan pe-
kuman TB tergantung dengan lama dan nyakit menular TB paru pada 50 puskesmas
kualitas pajanan dengan sumber infeksi dan PRM/PPM di provinsi Banten, Kalimantan
banyaknya organisme di dalam dahak yang Selatan, dan Gorontalo belum sepenuhnya
dikeluarkan atau udara yang dihembuskan, sesuai dengan Pedoman Pencegahan Pe-
dan seberapa baik organisme tersebut di- nularan M. tuberculosis WHO, yaitu dalam
bersihkan dari udara yang terkontaminasi. melaksanakan kegiatan yang perlu dilakukan,
Pasien yang diduga BTA postitif dengan pemeriksaan kesehatan berkala/skrining,
derajat positifnya tinggi berpotensi menular- penyediaan alat promosi kesehatan dan APD.

149
Penerapan Kesehatan «............. (Lusianawaty et. al)

Semua puskesmas telah melaksanakan pe- DAFTAR RUJUKAN


latihan terkait pencegahan penularan TB ke- 1. Departemen Kesehatan RI, Direktorat Bina
pada pekerjanya. Hampir semua puskesmas Kesehatan Kerja, Direktorat Jenderal Bina
menyediakan sarung tangan dan masker Kesehatan Masyarakat 2007. Strategi Nasional
kertas sekali pakai. Hanya 32,0 % puskesmas Kesehatan Kerja di Indonesia. Jakarta. 2007.
menyediakan sarana prasarana cukup 2. Barientos MC, Nelson DI, Driscoll T, Steenland
lengkap dan 54 % puskesmas menyediakan NK, Punnett L, Fingerhut MA. Chapter 21.
sarana prasarana laboratorium cukup Selected occupational risk factors. World Health
Organization. Comparative quantification of
lengkap. Health risks. Global and Regional Burden of
Disease. Attributable to Selected Major Risk
Factors. Ezzati M, Lopez AD, Rodgers A, Murray
SARAN
CJL.Volume 1. Geneva; 2004:1651-1652.
Penerapan K3 di Puskesmas 3. Departemen Kesehatan RI, Direktorat Bina
PRM/PPM perlu ditingkatkan dengan me- Kesehatan Kerja. Seri Pedoman Tatalaksana
lengkapi ketersediaan pedoman/SOP terkait Penyakit Akibat Kerja Bagi Petugas Kesehatan.
pencegahan TB paru dan mensosialisasikan- Pengantar Penyakit Akibat Kerja. Jakarta. 2007.
nya. Sarana dan prasarana baik di puskesmas 4. Joshi R, Reingold AL, Menzies D, Pai M.
maupun di laboratorium, alat promosi Tuberculosis among Health-Care Workers in
kesehatan perlu dilengkapi untuk mendukung Low- and Middle-Income Countries: A
Systematic Review.2006. Available in
kegiatan yang berhubungan dengan pe- http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC17
nerapan K3 dalam pencegahan TB paru di 16189/. Cited November 12, 2010.
puskesmas dan di laboratorium.
5. WHO report 2010. Global Tuberculosis Control.
[Disitasi: 3 April 2012]. Diunduh dari:
http://whqlibdoc.who.int/publications/2010/97892
UCAPAN TERIMA KASIH 41564069_eng.pdf
Ucapan terimakasih kami sampaikan 6. Soemantri S, Senewe FP, Tjandrarini D.H, Day R,
kepada Dr. Siswanto, MHP selaku Kepala Basri C, Manissero D, Mehta, F, Dye C. Three-
fold reduction in the prevalence of tuberculosis
Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan
over 25 years in Indonesia. Availabel in
Epidemiologi Klinik Badan Litbangkes http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/17394685.
Kemenkes RI yang telah membimbing Cited at November 12, 2010.
penelitian ini. Ucapan terimakasih dan peng- 7. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
hargaan setinggi-tingginya kami sampaikan Departemen Kesehatan RI. Laporan Nasional
pula kepada Drg. Dyah Erti Mustikawati, Riset Kesehatan Dasar 2007. Jakarta. 2008.
MPH dan Dr.dr Astrid Widajati Sulistomo, 8. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
MPH, SpOK selaku narasumber pada Departemen Kesehatan RI. Laporan Riskesdas
penelitian ini, atas masukan dan saran yang 2010. Jakarta.2010.
sangat bermanfaat bagi penelitian ini. 9. Widoyono. Penyakit Tropis. Epidemiologi,
Ucapan terimakasih kami ucapkan pula Penularan, Pencegahan dan Pemberantasan-
kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dan nya.Erlangga. Volume 1.Jakarta; 2008: 3-16.
Kepala Dinas Kabupaten/kota di provinsi 10. The American College of Occupational and
Banten, Kalimantan Selatan dan Gorontalo Environmental Med. Protecting Health Care
yang memberikan kesempatan terlaksananya Workers from Tuberculosis. Medical Center
penelitian ini. Occupational Health Section and Occupational
and Environmental Lung Disorders Committee.
2008. Available in http://journals.lww.com/joem/
Fulltext/2008/07000/Protecting_Health_Care_Wo

150
Bul. Penelit. Kesehat, Vol. 41, No. 3, 2013: 142 - 151

rkers_from_Tuberculosis.16.aspx. Cited at dari:http://www.tbindonesia.or.id/tbnew/struktur/


November 12, 2010. article/56/00020022/3.
11. Centers for Disease Control and Prevention. 15. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Guidelines for preventing the transmission of Departemen Kesehatan RI. Laporan Hasil Riset
Mycobacterium tuberculosis in health-care Kesehatan Dasar 2007 Provinsi Banten. Jakarta.
settings, 2005. MMWR Recomm Rep. 2005;54:1- 2008.
141.
16. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
12. Menteri Kesehatan. Keputusan Menteri Departemen Kesehatan RI. Laporan Hasil Riset
Kesehatan Republik Indonesia no. Kesehatan Dasar 2007 Provinsi Gorontalo.
432/menkes/SK/IV/2007. Tentang Pedoman Jakarta. 2008.
Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja
17. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
(K3) Di Rumah Sakit. Jakarta.2007. available in
Departemen Kesehatan RI.Laporan Hasil Riset
http://www.depkes.go.id/downloads/Kepmenkes/
Kesehatan Dasar 2007 Provinsi Kalimantan
KMK %20432-IV %20K3 %20RS.pdf cited at
Selatan. Jakarta. 2008.
November 15, 2010.
18. Saputri IAD. Faktor yang Menghambat
13. Kementerian Kesehatan RI. Surat Keputusan
Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan Kerja di
Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Puskesmas Wilayah Surabaya Utara. [ Disitasi: 8
No.128/Menkes/SK/II/2004 tentang Kebijakan
Mei 2013]. Diunduh dari :
Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat Menteri
http://alumni.unair.ac.id/kumpulanfile/520584326
Kesehatan Republik Indonesia. [Disitasi : 8 Juli
1_abs.pdf
2011]. Diunduh dari :
http://dinkessulsel.go.id/new/images/pdf/Peratura 19. Kementerian Kesehatan RI, Direktorat Bina
n/sk %20kebijakan %20dasar %20puskesmas.pdf. Kesehatan Kerja dan Olah Raga, Direktorat
Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak.
14. Gerakan Terpadu Penanggulangan TB Terpadu.
Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Struktur program Penanggulangan Tuberculosis
Puskesmas.Jakarta. 2011.
Nasional. [Disitasi: 8 Juli 2011]. Diunduh

151

You might also like