You are on page 1of 13

27

Muhammadiyah Journal of Nursing

Isrofah1, Sagiran2, Moh. Afandi3 Efektifitas Salep Ekstrak Daun Binahong


1
Universitas Pekalongan (Anredera Cordifolia (Ten) Steenis)
2,3
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Terhadap Proses Penyembuhan Luka
isrofahhandoko@yahoo.co.id
Bakar Derajat 2 Termal pada Tikus Putih
(Rattus Novergicus)

ABSTRACT The result: The results of this study did not reveal any significant
differences in healing of second-degree thermal burns in rats
Background: Burns are the most often occur at whereas the macroscopic microscopic observations were no
home and found that second degree burns is significant differences in angiogenesis. Based on the clinical
the highest prevalence. The process of wound picture SEDB 40% had clinical features healing second-degree
healing can be accelerated by using traditional thermal burns better than the other group.
medicines, one of them is Binahong (Anredera
cordifolia (Ten.) Steenis) Key words: Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis), burns,
The aim of this research was to study the collagen, epitelisation, angiogenesis
effectivity of Binahong (Anredera Cordifolia
(Ten) Steenis) leaf extract ointment for burns
and to study the differences activity of Binahong
leaf extract ointment (Anredera cordifolia (Ten)
Steenis) with concentration 10%, 20 % dan 40%.
The Randomize Control Triall was applied. The PENDAHULUAN
subject in this research were 40 White rats chosen Luka bakar adalah kerusakan jaringan karena kontak
by random method, devided into five groups,
namely negative control, positive control and dengan agens, termal, kimiawi, atau listrik (Wong, 2001).
treatment group with concentration 10%, 20 % Luka bakar yang disebabkan oleh agen termal adalah
dan 40% of Binahong leaf extract ointment. Burn
induced in this research is scalds, 2x2 cm size. luka bakar yang paling sering terjadi (Betz dan Sowden,
All samples were induced with second degree 2009). Prevalensi kejadian luka bakar didunia adalah pada
burn for 21 days. The healing was assessed with
macroscopic (Sussman Wound Healing Tool ) tahun 2007-2009 tercatat per 100.000 orang yaitu negara
and microscopic (degree of collagen formation, yang mempunyai prevalensi terendah adalah Singapura
degree of new epitelization and number of
neovascularization) (0,05%) dan prevalensi tertinggi adalah Finlandia (1,98%)
One Way ANOVA analysis showed no significant (World Wire Statistic Center, 2008). Penyembuhan luka
difference in wound healing macroscopically
with p> 0.05 were obtained the results of Mann merupakan suatu hubungan yang kompleks antara
Whitney test p = 0.037, means there is no aksi seluler dan biokimia yang akan mengawali proses
difference between the control group picture
of necrosis negative with the positive control pemulihan integritas struktural dan fungsional dengan
group. One Way ANOVA analysis showed no menumbuhkan kembali kekuatan pada jaringan yang
significant difference in epithelial thickness
and collagen among the five groups with p> terluka tersebut meliputi interaksi sel-sel berkelanjutan
0.05. One Way Anova test results obtained dan sel-sel matriks yang menyebabkan terjadinya proses
for vascularisation p = 0.028 (p <0.05) which
means that there are significant differences inflamasi, kontraksi luka, reepitelisasi, remodeling
in vascularisation or angiogenesis in to five jaringan, dan pembentukan jaringan granulasi dengan
groups. Post Hoc Test test showed angiogenesis
differences between the negative control group angiogenesis. Normalnya perkembangan fase-fase
with the intervention group SEDB 20% with p = penyembuhan luka dapat diprediksi, sesuai dengan
0.005 between the intervention group and 40%
ESDB ESDB the intervention group 20% with p waktu yang diharapkan (Thakur et al., 2011).
= 0.023.
28
Muhammadiyah Journal of Nursing

Reepitelisasi merupakan tahapan perbaikan untuk proteksi integumen, yang merupakan


luka yang meliputi mobilisasi, migrasi, mitosis, salah satu dari 14 komponen basic nursing care
dan diferensiasi sel epitel. Penyembuhan luka dalam teori keperawatan Virginia Handerson
sangat dipengaruhi oleh re-epitelisasi, karena (Parker, 2001). Pemberian terapi suportif pada
semakin cepat proses reepitelisasi maka semakin luka bakar dapat membantu mengatasi masalah
cepat pula luka tertutup sehingga semakin keperawatan seperti kerusakan integritas kulit,
cepat penyembuhan luka. Kecepatan dari nyeri akut, resiko infeksi, dan gangguan body
penyembuhan luka dapat dipengaruhi dari zat- image (Hermand, 2012).
zat yang terdapat dalam obat yang diberikan, Teori basic nursing care memaparkan bahwa
jika obat tersebut mempunyai kemampuan seorang perawat wajib mengetahui keilmuan
untuk meningkatkan penyembuhan dengan cara dasar yang menyangkut kehidupan manusia,
merangsang lebih cepat pertumbuhan sel-sel baru termasuk dari segi anatomi biologi untuk
pada kulit (Prasetyo et al., 2010). mendukung kemampuan perawat pada proses
Kolagen merupakan protein matriks peningkatan kesehatan pasien, dalam hal ini
ekstraseluler yang berperan dalam formasi yaitu meminimalisir terjadinya skar akibat luka
skar pada fase penyembuhan jaringan ikat bakar (Parker 2001). Teori tersebut sejalan dengan
(Novriansyah 2008). Lebih dari 50% jaringan peran perawat dalam Permenkes (2010), yang
kulit terdiri dari kolagen (Friess, 1998). Sintesis menyebutkan bahwa pelaksanaan tindakan
kolagen pada fase proliferasi dapat optimal jika keperawatan komplementer merupakan area
masa inflamasi tidak mengalami perpanjangan praktik perawat, sehingga penelitian terkait
(Gauglitz et al 2011). Sebuah penelitian oleh dengan topikal untuk perawatan luka perlu
Novriansyah (2008) juga menyatakan bahwa dikembangkan (Permenkes 2010 dan Synder
tingginya densitas kolagen pada fase proliferasi dan Linquist 2010). Adanya senyawa flavonoid,
merupakan tanda proses penyembuhan luka dimana secara farmakologi senyawa flavonoid
terjadi lebih cepat dan menurunkan potensi berfungsi sebagai zat anti inflamasi, anti oksidan,
terbentuknya skar yang buruk. analgesik dan anti bakteri. sehingga perlu
Permasalahan yang dihadapi dalam penata- dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai
laksanaan luka bakar adalah proses inflamasi manfaat tanaman binahong sebagai obat
berkepanjangan menyebabkan kerapuhan antibiotik alami terhadap pertumbuhan bakteri
jaringan yang menimbulkan diskonfigurasi S. Aureus (Manoi, 2009).
struktur jaringan dan berakhir dengan deformitas Pada penelitian ini menggunakan sediaan
bentuk dan gangguan fungsi. Hal ini dapat salep karena memiliki beberapa kelebihan seperti
dicegah dengan penatalaksaan luka fase awal sebagai pelindung untuk mencegah kontak
yang meliputi kehilangan dan atau kerusakan permukaan kulit dengan rangsang kulit, stabil
epitel maupun jaringan yang menjadi struktur dalam penggunaan dan penyimpanan, mudah
di bawahnya (Moenajat, 2003). Saat ini sedang dipakai, mudah terdistribusi merata, sebagai efek
ini sedang dikembangkan terapi luka bakar antiinflamasi dalam inflamasi akut yang dapat
melalui pemberian topikal dengan ekstrak herbal menyejukkan dan sebagai vasokonstriksi, dan
(Gauglitz et al., 2011). Terapi topikal dinilai efektif sebagai efek proteksi terhadap iritasi mekanik,
mengatasi komplikasi luka bakar karena mudah panas, dan kimia (Ansel et al., 2005).
diserap kulit dan fungsi melembabkan bertahan Dasar salep berminyak terdiri dari minyak
lebih lama (Friess 1998). Terapi komplementer hidrofob seperti vaselin. Sifat dasar salep ini:
melalui pemberian topikal adalah terapi suportif tidak mengandung air, hidrofob, tidak larut air,
29
Muhammadiyah Journal of Nursing

tidak tercuci oleh air. Salep basis tercuci bersifat probability sampling dengan teknis simple
anhidrus, larut dalam air dan mudah dihilangkan randomize sampling. Pembagian perlakuan
dari kulit dengan dicuci dengan air (Ansel et al., sebagai berikut: Perlakuan A: perlakuan diberi
2005). Dalam penelitian ini menggunakan salep dasar salep (Kontrol Negatif), Perlakuan B: Luka
ekstrak daun binahong karena telah terbukti bakar derajat IIdiberi salep ekstrak daun Binahong
memiliki efek antinflamasi, antimikroba dan 40 %, Perlakuan C : Luka bakar derajat II diberi
antioksidan (Astuti et al 2011). Berdasarkan salep ekstrak daun Binahong 20 %, Perlakuan D:
uraian di atas maka perlu dikaji lebih lanjut Luka bakar derajat II diberi salep ekstrak daun
dan dilakukan penelitian tentang pengaruh Binahong 10 %, Perlakuan E: Luka bakar derajat
perawatan secara topikal dengan salep ekstrak II diberi salep Silver Sulfadazine (Kontrol Positif).
daun binahong dalam mempercepat proses
penyembuhan luka bakar derajat II karena termal. Bahan dan alat
Dipilih sediaan salep karena salep memiliki fungsi Alat-alat yang digunakan dalam penelitian
sebagai bahan pembawa obat-obat topikal, bahan ini ialah alat-alat gelas laboratorium, timbangan
pelumas kulit dan sebagai pelindung kulit. analitik, oven, blender, evaporator, batang
pengaduk, alumunium foil, kandang tikus,
METODE PENELITIAN pencukur bulu, pot salep, hot plate, magnetic
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif stirrer, mistar, water bath dan kamera. Bahan-
menggunakan desain penelitian eksperimental bahan yang digunakan dalam penelitian ini
double blind metoda RCT (Randomize ialah daun Binahong (Anredera cordifolia
Control Trial) dimana peneliti tidak melakukan (Ten.) Steen), kertas saring, etanol 96%, Nutrien
manipulasi/intervensi secara lansung (melalui Agar (NA), vaselin album, adeps lanae, kertas
assisten). Penelitian ini dilaksanakan pada bulan saring, tissue, NaCl 0,9%, serbet dan alkohol
Agustus – Oktober 2013. Tempat penelitian ini di 70%. Salep Ekstrak Daun Binahong Basis salep
laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran dan yang telah dibuat,ditambahkan dengan ekstrak
Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah daun Binahong dan diaduk hingga homogen
Yogyakarta sebagai tempat pemeliharaan, dengan menggunakan lumpang dan alu yang
perlakuan hewan coba dan pengambilan data panas yang disesuaikan dengan masing-masing
penelitian. Laboratorium Farmasi Fakultas konsentrasi. Formula standar dasar salep yang
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas digunakan menurut Agoes Goeswin (2006) ialah
Gadjah Mada sebagai tempat pembuatan formulasi :R/ Adeps Lanae 15 g, Vaselin Album 85 g, m.f
salep ekstrak daun binahong. Laboratorium salep 100 g. Sediaan salep yang akan digunakan
Histologi dan Biologi Sel Fakultas Kedokteran dan pada penelitian ini memiliki masing-masing
Ilmu Kesehatan Universitas Gadjah Mada sebagai konsentrasi ekstrak daun Binahong yaitu 10%,
tempat pembuatan preparat dan pemeriksaan 20% dan 40%.
mikroskopis pada jaringan luka bakar.
Pembuatan luka bakar
Populasi dan sampel Pembuatan luka bakar termal dengan
Populasi dan sampel penelitian ini adalah menggunakan alat penginduksi panas yang
tikus putih jantan jenis winstar yang telah berdiameter 20 mm dengan spesifikasi 80 watt,
dilakukan homogenisasi sesuai dengan kriteria 240 volt, menggunakan suhu 100ºC selama 10
inklusi yaitu : berat badan 200-250 gram , umur detik dengan kedalaman 2 mm tikus pada bagian
2-3 bulan, sebanyak 35 ekor yang diambil secara dorsal dekstra yang sebelumnya sudah dicukur
30
Muhammadiyah Journal of Nursing

dan diberikan tindakan anesthesia dengan eter 5 μm lalu di lakukan proses pewarnaan dengan
secara inhalasi (Aryeti 2009). HE dan Mallory. Proses pengukuran ketebalan
Hal ini dilakukan agar dapat luka bakar kolagen dan epitelisasi dilakukan dengan
derajat II yang meliputi seluruh kedalaman kulit pengambilan preparat jaringan kulit untuk dibuat
dan mungkin subkutis, yang dibuktikan dengan slide histologi dengan pemotongan vertikal
folikel rambut, kelenjar keringat dan kelenjar menggunakan pewarnaan HE (Hematoksilin-
sebasea mengalami kerusakan tidak dijumpai Eosin) untuk epitelisasi sedangkan Mallory
vesikel dan bula dengan kulit yang terbakar digunakan untuk pengamatan kolagen dan
berwarna abu-abu, pucat dan kering (Moenajat pembentukan pembuhuh darah baru atau
2003 dan Nagaoka et al 2000). angiogenesis. Slide histologi kemudian discan
menggunakan software Olyvia dan dilakukan
Observasi luka perbesaran 40x dan 4x. Bagian luka di-print screen
Selanjutnya dilakukan observasi luka dengan dan dimasukkan ke dalam software AutoCAD
mengunakan lembar observasi luka SWHT 2009.
(Sussmant Wound Healing Tool) untuk menilai Pengukuran ketebalan epitelisasi dan
adanya hemoragi, maserasi, undermaining, ketebabalan kolagen berdasarkan penelitian
eritema, nekrosis, tepi luka, granulasi, gambaran yang dilakukan oleh Panglinawan et al. (2008)
kontraksi, kontraksi kontinyu dan epitelisasi. jaringan granulasi diukur mulai dari tepi dasar
Penilaian mikroskopis penyembuhan luka luka turun ke dermis yang lebih rendah di mana
dilihat pada pembesaran 40x pada 3 lapangan proliferasi sel fibroblast berakhir. Pengukuran
pandang disetiap spesimen menggunakan hasil dilakukan pada tiga area berbeda yakni di sisi
pemeriksaan patologi anatomi dari biopsi insisi kiri, pertengahan, dan kanan. Setelah mendapat
luka yang mencakup tingkat pembentukan hasil dari pengukuran ketiga area tersebut
kolagen, tingkat pembenukan epitelisasi dan kemudian diambil nilai rata-rata.
jumlah pembentukanm pembuluh darah baru
serta jumlah sel inflamasi dengan kriteria Analisa Data.
modifikasi Nagaoka (2000) dan Hosseini (2011). Data yang didapat dari penelitian selanjutnya
dianalisis dengan uji normalitas data dengan uji
Pembuatan Preparat Kolmogorov Smirnov atau Shapiro-Wilk (p> 0,05).
Mencit kontrol dan perlakuan di anasthesi Uji One Way ANOVA (p < 0,05) untuk mengetahui
menggunakan kapas yang telah ditetesi eter dalam perbedaan yang signifikan antara kelompok uji
toples. Mencit dimasukkan ke dalam toples dan coba. Uji Post Hoc Tukey Homogenous Subset
ditunggu hingga mencit teranasthesi. Kemudian untuk mengetahui kelompok perlakuan mana
dilakukan pengambilan sediaan kulit berukuran yang paling signifikan diantara kelompok-
1,5 x 1,5 cm. Sample kulit diambil pada hari ke kelompok uji coba.
21 pasca perlakuan. Kulit yang sudah dipotong
difiksasi dengan larutan BNF (Buffer Neutral HASIL
Formaline) 10%. Kemudian sampel dikirim ke Analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui
Laboratorium Histologi Fakultas Kedokteran dan hubungan (corelation) untuk masing-masing
Ilmu Kesehatan Universitas Gadjah Mada untuk variabel bebas terhadap variabel terikat. Pada
pembuatan sediaan preparat sediaan kulit yang uji bivariat ini termasuk dalam variabel bebas
telah difiksasi menggunakan Buffer Neutral adalah pemberian dasar salep, salep ekstrak
Formalin atau BNF 10% lalu di trimming, dehidrasi daun binahong (ESDB) 10%, salep ekstrak
dengan alkohol bertingkat, lalu embedding atau daun binahong (ESDB) 20%, salep ekstrak
parafinisasi selanjutnya blok parafin yang sdh daun binahong (ESDB) 40% dan salep Silver
membeku dipotong dengan mikrotom ketebalan Sulfadiazine.
31
Muhammadiyah Journal of Nursing

Tabel 1. Uji Kruskal Wallis Data Makroskopis Sedangkan uji statistik Anova pada kolagen
didapatkan hasil f hitung (1,908) < f tabel (2,65)
Komponen N P
yang artinya tidak terdapat perbedaan signifikan
Hemoragi 38 1,000
ketebalan kolagen pada ke lima kelompok.
Maserasi 38 1,000
Sedangkan berdasarkan uji Post Hoc Test
Eritema 38 1,000
didapatkan hasil terdapat perbedaan ketebalan
Undermaining 38 1,000
kolagen antara kelompok kontrol negatif dengan
Nekrosis 38 0,238
kelompok kontrol positif dengan p=0,024 dan
Tepi Luka 38 1,000
antara kelompok kontrol positif dengan kelompok
Granulasi 38 1,000
intervensi SEDB 40% dengan p=0,043. Uji statistik
Gambaran Kontraksi 38 1,000
Anova untuk vaskularisasi didapatkan hasil p=
Kontraksi Kontinyu 38 1,000
0,028 (p < 0,05) yang artinya terdapat perbedaan
Epitelisasi 38 1,000
signifikan vaskularisasi atau angiogenesis pada ke
lima kelompok. Sedangkan berdasarkan uji Post
Berdasarkan tabel 1 didapatkan hasil p > 0,005 Hoc Test didapatkan hasil terdapat perbedaan
yang artinya tidak terdapat perbedaan hemoragi, angiogenesis antara kelompok kontrol negatif
maserasi, eritema, undermaining, nekrosis, tepi dengan kelompok intervensi SEDB 20% dengan p
luka, granulasi, gambaran kontraksi, kontraksi = 0,005 dan antara kelompok intervensi ESDB 40%
kontinyu, epitelisasi anatara kelima kelompok. dengan kelompok intervensi ESDB 20% dengan
Setelah dilanjutkan dengan uji Mann Whitney p = 0,023.10 Hasil rerata pengukuran ketebalan
didapatkan hasil yang signifikan pada data epitel, ketebalan kolagen dan angiogenesis antar
nekrosis dimana terdapat perbedaan nekrosis
kelima kelompok tampak pada grafik berkut ini :
antara kontrol negatif dengan kelompok kontrol
positif dengan p=0,037. Berdasarkan uji normalitas
Tabel 3. Perhitungan ketebalan epitelisasi,
data dengan menggunakan Saphiro Wilk Test
diperoleh nilai p > 0,05 untuk data kolagen granulasi dan vaskularisasi pada semua
dan epitelisasi dengan kata lain data tersebut kelompok
berdistribusi normal sehingga selanjutnya diuji
dengan Anova dan Post Hoc sedang pada data Rata-rata Rata-rata
ketebalan ketebalan
vaskularisasi didapatkan data p < 0,05 sehingga Kelompok Angiogenesis
epitelisasi kolagen
dilanjutkan dengan uji Kruskal Wallis dan Mann (m) (m)
Whitney. SEDB 40% 70,62 42,82 6,12
SEDB 40% 79,16 50,97 3,62
Tabel 2. Uji Anova dan Data Mikroskopis SEDB 40% 73,23 57,55 5,25
Kontrol negatif 82,75 39,86 10,12
Komponen N F P Kontrol positif 90,16 66,60 6,00
Kolagen 38 1,908 0,132 Sign ,325 ,050 2,60
Epitelisasi 38 0,372 0,827
Vaskularisasi 38 3,112 0,028 Berdasarkan tabel 3. dapat disimpulkan
bahwa hasil pengamatan histologis melalui
Berdasarkan uji statistik Anova didapatkan
pengukuran terhadap ketebalan epitelisasi antar
hasil f hitung (0,372) < f tabel (2,65) yang artinya
5 kelompok didapatkan hasil dimana kontrol
tidak terdapat perbedaan signifikan ketebalan
positif memiliki ketebalan epitel tertinggi yaitu
epitelisasi pada ke lima kelompok. Sedangkan
berdasarkan uji Post Hoc Test didapatkan hasil 90,16 μm sedang kelompok intervensi SEDB 40%
p < 0,05 yang artinya tidak terdapat perbedaan memiliki ketebalan epitelisasi terendah yaitu
ketebalan epitelisasi antara masing-masing. 70,62 μm . Sedangkan jika membandingkan antara
32
Muhammadiyah Journal of Nursing

ke 3 sedian salep ekstrak daun binahong dapat zat yang terkandung di dalamnya berupa saponin,
dilihat di tabel 4.6. terlihat yang paling efektif flavonoid, polifenol dan alkaloid.
untuk pembentukan epitelisasi adalah salep Saponin mempunyai kemampuan sebagai
ekstrak daun binahong (SEDB) 20%. Sedangkan pembersih dan antiseptik yang berfungsi
pengukuran terhadap ketebalan kolagen antar membunuh atau mencegah pertumbuhan dari
5 kelompok didapatkan data kontrol positif mikroorganisme yang timbul pada luka sehingga
memiliki ketebalan kolagen tertinggi yaitu luka tidak mengalami infeksi yang berat (Fisher
66,60 sedang kontrol negatif memiliki ketebalan et al 2003).
kolagen terendah yaitu 39,86 μm. Sedangkan jika Flavonoid bersifat anti inflamasi karena
membandingkan antara ke 3 sedian salep ekstrak kemampuannya mencegah oksidasi dan meng-
daun binahong dapat dilihat di tabel 4.5. ternyata hambat zat yang bersifat yang bisa timbul pada
yang paling efektif untuk pembentukan kolagen luka. Flavonoid juga dapat menyebabkan
adalah salep ekstrak daun binahong (SEDB) 10%. rusaknya susunan dan perubahan mekanisme
permeabilitas dari dinding sel bakteri (Harbone
PEMBAHASAN 1978).
a. Efektifitas salep ekstrak daun binahong Silver sulfadiazine memiliki gambaran histo-
terhadap gambaran makroskopis penyem- patologi yang lebih baik, tetapi gambaran klinis
buhan luka bakar derajad II termal tikus menunjukan tingkat kesembuhan yang lebih
Walaupun kelima sampel ini tidak memiliki rendah dari salep ekstrak daun binahong. Hal
perbedaan yang bermakna dari segi analisis data ini bisa disebabkan karena Silver sulfadiazine
statistik penyembuhan secara makroskopis mengkombinasi efek dari silver dan sulfadiazine.
dengan dimana nilai p > 0,05, hal disebabkan Silver yang dilepaskan dapat bersifat toksik pada
karena data diambil pada hari ke 21 dimana luka fibroblas dan keratinosit (Poon dan Burd, 2004).
yang sudah memasuki fase proliferasi sempurna, Silver sulfadiazine juga dapat menyebabkan
secara makroskopis menunjukkan proses leukopenia sementara akibat dari supresi sumsum
penyembuhan luka yang hampir sempurna dan tulang, dan ia merupakan produk antiinfeksi
hanya ada perbedaan pada penilaian nekrosis sehingga tidak dapat memberikan kelembaban
dengan uji Mann Whitney antara kelompok pada kulit untuk mendukung penyembuhan
kontrol negatif dengan kelompok kontrol luka yang cepat (Homman et al., 2007).
positif dengan p= 0,037. Tetapi, pada gambaran Selain itu terdapat banyak laporan tentang
klinis menunjukkan bahwa persentase rata- resistensi terhadap silver sulfadiazine (Waisak
rata tingkat kesembuhan kulit tikus yang diberi et al 2008). Sehingga dibutuhkan suatu produk
SEDB 40% memiliki persentase yang lebih baik baru untuk terapi luka bakar diindustri kesehatan
daripada silver sulfadiazine dikarenakan pada (Plas et al., 2005).
salep ekstrak daun binahong 40% terkandung
11 lebih banyak zat aktif yang dapat membantu b. Efektifitas salep ekstrak daun binahong
proses penyembuhan luka bakar lebih cepat. terhadap pembentukan epitel.
Hal ini sesuai dengan penelitian Niswah Paju Pada penelitian ini, ketiga salep membentuk
(2013) dimana pada salep ekstrak daun binahong epitelisasi antara 70, 62 - 90, 16 μm. Ketebalan
40% lebih cepat daya penyembuhan luka infeksi epitel tersebut dirasa cukup dalam penyembuhan
kemudian diikuti dengan salep ekstrak daun luka bakar dimana ketebalan epitelisasi normal
Binahong 20% yang memiliki daya penyembuhan antara 75–150 μm kulit tipis pada manusia
karena memiliki zat aktif yang lebih banyak dan dan ketebalan epitelisasi pada tikus lebih tipis
33
Muhammadiyah Journal of Nursing

dibanding manusia (Junqueira dan Caneiro, akan diinisiasi pada hari ke-2 atau ke-3 setelah
2007). terjadi injury (Schwartz, 2000).
Berdasarkan hasil tersebut dapat diambil Pada proses penyembuhan luka bakar derajat
kesimpulan bahwa perawatan dengan salep II, sangat penting untuk mengembalikan sel-sel
ekstrak daun binahong secara topikal berpengaruh epitel untuk memproteksi permukaan tubuh atau
dalam mempercepat proses penyembuhan luka organ. Menurut Schwartz dkk. (1999) epitelisasi
bakar derajat II karena termal pada tikus putih merupakan proses dimana keratinocytes
(Ratus novergius) pada pembentukan epitalisasi. bermigrasi dan membelah untuk menutup
Gambaran mikroskopik kembali permukaan kulit atau mukosa pada
reepitelisasi pada kelompok kontrol positif luka partial-thickness, misalnya pada luka bakar
lebih tebal dibanding kelompok perlakuan dan derajat satu dan dua. Keratynocytes merupakan
kontrol negatif. Hal ini dimungkinkan karena sel yang paling banyak pada epidermis.
silver sulfadiazine merupakan gold standard Keratynocytes memproduksi protein fibrosa
terapi topikal pada luka bakar. Obat silver yang memberi sifat protective properties pada
sulfadiazine sering dipakai dalam bentuk krim epidermis. Keratynocytes tumbuh pada bagian
1%. Krim ini sangat berguna karena bersifat terdalam epidermis dari lapisan sel (stratum
bakteriostatik, mempunyai daya tembus yang basale) yang mengalami mitosis hampir secara
cukup efektif terhadap semua kuman, tidak terus menerus (Syamsuhidayat dan Jong, 2005).
menimbulkan resistensi dan aman digunakan
(Fisher et al., 2003 dan Koller 2004).
Silver sulfadiazine mengkombinasi efek dari
silver dan sulfadiazine (Fisher et al., 2003).
Ketebalan epitelisasii diukur pada hari ke-21
yang dimana masih masuk dalam fase maturasi.
Pada fase proliferasi ketebalan granulasi yang
terbentuk harus banyak karena berfungsi untuk
mempercepat penyembuhan luka. Pada kelompok
salep ekstrak daun binahong telah memasuki fase
maturasi, hal ini dapat terlihat pembentukan
jaringan epitel yang mulai berkurang atau stabil Gambar 1. Epitelisasi pada kelima kelompok
dan panjang luka sudah mulai menyempit. (Pewarnaan HE, 4x) (A. Kelompok kontrol
Pada luka bakar derajat II kerusakan mengenai negatif, B.Kelompok intervensi SEDB 40%, C.
bagian superfisial dan dermis (Schwartz, 2000). Kelompok intervensi SEDB 20%, D. Kelompok
Luka bakar derajat II sembuh dengan secondary intervensi SEDB 10%, E. Kelompok kontrol
intention. Pada luka yang sembuh dengan positif)
secondary intention, segera setelah jaringan
granulasi terbentuk, tepi luka akan melakukan Reepitelisasi dimulai beberapa jam setelah
kontraksi untuk mengurangi ukuran celah yang terjadi kerusakan. Sel epidermal dari luka akan
harus diisi oleh jaringan granulasi dan daerah berploriferasi (aktif bermitosis) dari tepi dalam ke
dimana epitel baru harus direstorasi. Mekanisme tepi luka dan akhirnya membentuk barier yang
kontraksi tergantung dari sel yang disebut menutupi permukaan luka sehingga mencengah
myofibroblast, selain mirip dengan fibroblast sel masuknya mikroorganisme (Singer dan Dagum
ini juga memiliki contractile capability. Proses ini 2008).
34
Muhammadiyah Journal of Nursing

Proses reepitelisasi akan menghasilkan Sedangkan jika dibandingkan antara tiga


kembali lapisan epidermis yang utuh untuk sediaan salep ekstrak daun binahong (SEDB)
menutup luka sehingga dapat terlindungi dari maka dapat dilihat bahwa salep ekstrak daun
lingkungan luar. Proses reepitelisasi terdiri binahong (SEDB) 10% lebih efektif dalam kolagen.
dari fase migrasi, proliferasi dan diferensiasi Prosentase ketebalan kolagen pada kelima
keratinosit. Migrasi dan proliferasi keratinosit kelompok tidak berbeda nyata, tetapi untuk
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu Fibroblast kedua kelompok perlakuan memiliki nilai yang
Growth Factor (FGF), Epidermal Growth Factor lebih tinggi dibandingkan kelompok tanpa
(EGF), Transforming Growth Factor- β (TGF-β), pengobatan pada semua hari. Persentase luas
Transforming Growth Factor- α (TGF-α), Insulin- kolagen juga telah mencapai 100% lebih awal
like growth factor 1 (IGF-1), dan Hepatocyte untuk kelompok perlakuan yaitu pada hari ke-
Growth Factor (HGF). Re-epitelisasi merupakan 21. Hal ini menandakan persembuhan luka untuk
proses perbaikan sel-sel epitel kulit sehingga luka kelompok perlakuan jauh lebih cepat daripada
akan menutup. Semakin cepat terjadi reepitelisasi kelompok tanpa pengobatan. Pada hari ke-
akan membuat struktur epidermis kulit mencit 21 persentase kolagen mengalami penurunan
segera mencapai keadaan normal (Kalangi 2004). karena jika terdapat kolagen yang berlebihan
Re-epitelisasi merupakan tahapan perbaikan pada jaringan maka akan terbentuk jaringan
luka yang meliputi mobilisasi, migrasi, mitosis parut. Jaringan parut atau keloid memang tidak
dan diferensiasi sel epitel. Tahapan-tahapan ini membahayakan tapi dari segi estetika hal ini
akan mengembalikan intregitas kulit yang hilang. sangat mengganggu Jaringan parut hipertrofik
Mitosis dan migrasi sel epitel akan berfungsi adalah lesi yang menimbul. Hal itu muncul akibat
untuk mengembalikan integritas dari kulit. produksi berlebihan kolagen pada luka yang
Pada permulaan kulit re-epitelisasi akan terjadi menyembuh (Handayani 2006).
melalui pergerakan sel-sel epitel dari tepi jaringan
bebas menuju jaringan rusak.

c. Efektifitas salep ekstrak daun binahong


terhadap pembentukan kolagen.
Berdasarkan uji statistik kolagenisasi tidak
terdapat perbedaan bermakna ketebalan kolagen
antara 5 kelompok dengan p = 0,132. Setelah
dilakukan uji homogenitas pada ketebalan
kolagen didapatkan hasil kelompok kontrol
positif memiliki ketebalan kolagen yang tinggi
dibanding 4 kelompok yang lain dimana hasil Gambar 2. kolagen pada kelima kelompok
dapat dilihat pada tabel 4.2. Hal ini dimungkinkan (perwarnaan Mallory, 4x) (A. Kelompok kontrol
karena Silver sulfadiazine merupakan gold negatif, B.Kelompok intervensi SEDB 40%, C.
standard terapi topikal pada luka bakar. Obat Kelompok intervensi SEDB 20%, D. Kelompok
Silver sulfadiazine sering dipakai dalam bentuk intervensi SEDB 10%, E. Kelompok kontrol
krim 1%. Krim ini sangat berguna karena bersifat positif)
bakteriostatik, mempunyai daya tembus yang
cukup efektif terhadap semua kuman, tidak Studi ini menunjukkan bahwa pemberian daun
menimbulkan resistensi dan aman digunakan binahong ekstrak etanol mampu mempromosikan
(Koller 2004 dan Syamsuhidayat dan Jong 2005). luka penyembuhan untuk tingkat tinggi, yang
35
Muhammadiyah Journal of Nursing

mungkin karena anti-inflamasi, antioksidan, kontrol positif dengan kelompok kontrol negatif
efek antibakteri, dan analgesik dari ekstrak. Efek p=0,005. Kelompok kontrol negatif memiliki
ini mungkin disebabkan oleh saponin, alkaloid, vaskularisasi lebih banyak dibanding kontrol
flavonoid dan isi dari daun binahong etanol atau positif hasil dapat dilihat pada tabel 4.5. Jika
air ekstrak (Cloridina 2009). dibandingkan antara tiga sediaan salep ekstrak
Sejumlah studi sebelumnya menunjukkan daun binahong (SEDB) maka dapat dilihat
bahwa kehadiran saponin, alkaloid, polifenol, bahwa salep ekstrak daun binahong (SEDB)
flavonoid, glikosida, triterpen dan di berbagai 40% lebih efektif untuk vaskularisasi. Pada
bagian tanaman mungkin mungkin memiliki luka hari ke-21 terlihat bahwa antara kelompok
efek penyembuhan (Nayak et al 2008). perlakuan tidak berbeda nyata tapi keduanya
Penelitian lain menyatakan bahwa adanya berbeda nyata dengan kontrol negatif. Tingginya
saponin, alkaloid, dan flavonoid dalam daun neovaskularisasi pada kelompok kontrol negatif
binahong yang mungkin memainkan peran dalam menandakan bahwa proses persembuhan belum
penyembuhan luka proses kelinci percobaan selesai sedangkan untuk kelompok perlakuan
dalam penelitian ini. Namun, yang senyawa ini telah sembuh sempurna. Peningkatan jumlah
adalah yang paling bertanggung jawab untuk neokapiler menandakan berjalannya proses
penyembuhan luka, harus diselidiki dalam studi persembuhan luka pada fase proliferasi. Proses
masa depan, termasuk uji dari masing-masing kegiatan seluler yang penting pada fase ini
senyawa aktif terisolasi (Cloridina, 2009). adalah memperbaiki dan menyembuhkan luka
Penelitian yang dilakukan Nurul (2007) dan dan ditandai dengan proliferasi sel. Secara garis
Annisa (2007) menyatakan dalam simplisia daun besar proses yang terjadi pada fase ini meliputi,
binahong (Anredera scandens) terkandung reepitelisasi, fibroplasia,
senyawa saponin, alkaloid, polifenol. Saponin kontraksi luka, dan neovaskularisasi.
mempunyai kemampuan sebagai pembersih dan Jumlah neokapiler yang tinggi dipengaruhi
mampu memacu pembentukan kolagen I yang oleh jumlah makrofag. Makrofag mengeluarkan
merupakan suatu protein yang berperan dalam faktor angiogenesis (AGF) yang merangsang
proses penyembuhan luka (Suratman dan Gozali, pembentukan ujung endotel diakhir pembuluh
1996). darah. Makrofag dan AGF bersama-sama
Rachmawati (2007) telah melakukan skrining mempercepat proses persembuhan luka
fitokimia daun Binahong (Anredera cordifolia (Sumantri, 2007).
ten ) steenis dengan melakukan maserasi terhadap Makrofag juga menghasilkan FGF (Fibroblast
serbuk kering daun dengan menggunakan pelarut Growth Factor) yang menghasilkan sekresi
n-heksana dan metanol didapatkan kandungan proteinase oleh sel endotelial yg dapat memulai
kimia berupa saponin triterpenoid, flavanoiod pendegradasian membran basal dan merangsang
dan minyak atsiri (Rahmawati, 2009). migrasi sel endotelial dan proliferasi untuk
pembentukan pembuluh baru (Vegad, 1995).
d. Efektifitas salep ekstrak daun binahong Pada hari ke-21 jumlah neokapiler yang
terhadap pembentukan angiogenesis terbentuk mulai menurun pada kelompok
Hasil penelitian menunjukan terdapat kontrol positif dan kelompok sediaan salep
perbedaan vaskularisasi antara 5 kelompok ekstrak. Hal ini menunjukkan bahwa fase
dengan p=0,048. Setelah dilakukan uji antar 2 proliferasi persembuhan luka mendekati awal
kelompok berpasangan dapat dilihat bahwa fase maturasi, dimana peranan kapiler dalam
terdapat perbedaan angiogenesis antar kelompok menyediakan nutrisi bagi regenerasi sel-sel
36
Muhammadiyah Journal of Nursing

selama masa persembuhan luka sudah mulai karena jaringan yang luka mengalami hipoksia,
berkurang. Perbandingan antara kelompok dan merupakan suatu dasar growth faktor
salep ekstrak dengan kelompok kontrol positif fibroblast (Singer dan Dagum, 2008).
menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata Kehadiran makrofag pada daerah luka juga
(P>0,05), hal ini mengindikasikan bahwa kedua berfungsi mengeluarkan faktor angiogenesis
kelompok memiliki kandungan zat aktif yang (Astuti et al., 2011).
dapat mempercepat proses peradangan sehingga
meningkatkan pula pembentukan neokapiler. KESIMPULAN
Angiogenesis merupakan suatu proses Hasil penelitian ini tidak ditemukan adanya
pembentukan neovaskularisai di dalam luka. perbedaan yang signifikan penyembuhan luka
Kegagalan vaskularisasi akibat penyakit bakar derajat II termal pada tikus putih secara
(diabetes), pengobatan (radiasi) atau obat makroskopis sedangkan pada pengamatan
(preparat steroid) mengakibatkan lambatnya mikroskopis ditemukan perbedaan yang
proses persembuhan (Tawi 2008). signifikan pada angiogenesis. Berdasarkan
gambaran klinis SEDB 40 % mempunyai gambaran
klinis penyembuhan luka bakar derajat II termal
lebih baik dibanding kelompok yang lain.

SARAN
1. Diperlukan penelitian lebih lanjut terkait
kandungan binahong mana yang efektif
untuk pembentukan kolagen, epitelisasi dan
angiogenesis
2. Penelitian lebih lanjut dengan pengambilan
jaringan secara bertingkat pada hari ke 3, 5,
Gambar 3. Pembentukan pembuluh darah 7, 14 dan 21 agar diketahui efektifitas salep
baru (ditunjukan anak panah) pada ke lima ekstrak daun binahong mana yang paling
kelompok (A. Kelompok kontrol negatif efektif untuk penyembuhan luka bakar derajat
(A.Mallory Pembesaran 4x, A1. Mallory II termal
Pembesaran 40x), B.Kelompok intervensi SEDB 3. Penelitian lebih lanjut terkait perawatan luka
40% (B.Mallory Pembesaran 4x, B1. Mallory bakar pada derajat IIB atau derajat III dan
Pembesaran 40x), C. Kelompok intervensi SEDB atau dengan bentuk variasi sedian topikal
20%% (C.Mallory Pembesaran 4x, C1. Mallory lain seperti bentuk krim, gel dan bubuk untuk
Pembesaran 40x) , D. Kelompok intervensi meningkatkan efisiensi.
SEDB 10%%% (D.Mallory Pembesaran 4x, D1. 4. Penelitian lebih lanjut tentang uji toksisitas
Mallory Pembesaran 40x), E. Kelompok kontrol pada salep ekstrak daun binahong.
positif (E.Mallory Pembesaran 4x, E1. Mallory 5. Penelitian lanjutan yang berbasis setting klinik
Pembesaran 40x)) juga perlu dilaksanakan untuk menganalisa
efisiensi dan efektifitas penggunaan salep
Adanya invasi neovaskular dalam jaringan ekstrak daun binahong sebagai salah satu
juga merupakan pengaruh yang dikeluarkan oleh bentuk jenis perawatan luka pada pasien luka
platelet, adanya respon kebutuhan oksigen dan bakar derajat II.
nutrisi yang cukup untuk proses persembuhan
37
Muhammadiyah Journal of Nursing

DAFTAR PUSTAKA Friess, W. (1998). Collagen: Biomaterial for


Annisa, N. (2007). Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak drug delivery. European Journal of
Air Daun Binahong (Anredera scandens Pharmaceutics-Biopharmaceutics, 45: 113-
(L) Mor) Terhadap Bakteri Klebsiella 136.
pneumonia Dan Bacillus substilis ATCC Gauglitz GG, Korting HC, Pavicic T, Ruzucka T,
6633 Beserta Skrining Fitokimia Dengan and Jeschke MG. (2011). Hypertrophic
Uji Tabung. Skripsi Tidak Diterbitkan Scarring and Kelloid: Pathomechanisms
Yogyakarta : Fakultas Farmasi UGM and Current & Emerging Treatment
Yogyakarta. Strategies . Mol Med. 17 (1-2): 113-125
Ansel, H. C., Allen, L. V., and Popovich, N. G. Gupta N, Jain UK. (2010). Prominent wound
(2005). Ansel’s Pharmaceutical Dosage healing properties of indigenous
Forms and Drug Delivery Systems, Eight medicines. J Nat Pharmaceutic 2010;1:2-
Edition. Lippincott. 10.
Aryeti (2009). Pengaruh Pemberian getah batang Handayani I. (2006). Aktivitas Sediaan Gel dari
pisang Ambon (Musa Paradisiaca var Ekstrak Lidah Buaya (Aloe Barbadensis
Sapientum Lamb Terhadap Penyemuhan Miller) untuk Proses Persembuhan Luka
Luka Bakar pada tikus putih (Rattus pada Mencit. Skripsi.. Bogor: Fakultas
Novergicus). Tesis. Program Pasca Sarjana Kedokteran Hewan, Institut Pertanian
Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Bogor.
Mada Yogyakarta Harbone, J.B. (1987). Metode Fitokimia : Penentuan
Astuti, S.M., Sakinah A.M, M., Andayani B.M, R., cara modern menganalisis tumbuhan,
Risch, A. (2011). Determination of Saponin terbitan ke-2, Alih Bahasa: Dr. Kosasih
Compound from Anredera cordifolia Padmawinata dan Iwang Soediro, Institut
(Ten) Steenis Plant (Binahong) to Potential Teknologi Bandung, Bandung,84-85.
Treatment for Several Diseases. Journal Hermand, TH. (2012). NANDA International
of Agricultural Science, 3, 224–232. Nursing Diagnosis: Definitions &
Betz, C.L and Sowden, L. A. (2009). Buku Saku Classification, 2012-2014, Wiley Black
Keperawatan Pediatri Edisi 5. Jakarta : well, Oxford.
EGC. Homann, H.H., O. Rosbach., W. Moll., P.M Vogt.,
Cloridina H, Nugrohowati N.(2009). Identifikasi G. Germann., B. Langer., K. Reimer., H.U.
dan isolasi senyawa kimia ekstrak air dan Steinau. (2007). A Liposome Hydrogel
etanol daun Anredera cordifolia (Ten.) With Polyvinylpyrolidone Iodine in the
Steenis dengan kromatografi lapis tipis. Local Treatment of Partial-Thickness
Laporan Penelitian Internal; Fakultas Burnss. Ann Plast Surg. 59:423-
Kedokteran Universitas Islam Indonesia. Junqueira, L.C. & Carneiro, J.(2007). Basic
Comparison of the Effect of Chlorhexidine, Tap Histologi (terj), 8 th ed. Jakarta. Penerbit
Water, and Normal Saline on Healing Buku EGC.
Wounds. Int. J. Morphol., 24 (4): 673-676. Kalangi, JRS. 2004. Peranan Kolagen
Fisher, N.M., E. Marsh., R. Lazova. (2003). Scar- dalam Penyembuhan Luka. Dexa
Localized Argyria Secondary to Silver Medika17(4):168-74 .http://www.
Sulfadiazine Cream. Journal of the dexamedica.com/test/htdocs/dexamedica/
American Academy of Dermatology. articlefile/kolagen.pdf.html (15/11/2013).
49(4):730-2.
38
Muhammadiyah Journal of Nursing

Koller, J. 2004. Topical Treatment of Partial Panglinawan, Rey., Colic, Miodrag., Simon,
Thickness Burns by Silver Sulfadiazine Maryline. (2008). A Comparative Study of
Plus Hyaluronic Acid Compared to The Influence of Differen Pressure Levels
Silver Sulfadiazine Alone: A Double- Combined with Various Wound Dressings
Blind, Clinical Study. Drugs Exp Clin on Negative Pressure Wound Therapy
Res.30(5):183-90. (NPWT) Driven Wound Healing.
Mallefet, P., and Dweck, A.C. (2008). Mechanism Medela AG, Healthcare, Switzerland.
of Wound Healing Examined, Personal Salami, Ayodeji A., Imosemi, Innocent O.,
Care, 9 (3), 75 – 83. Owoeye, Olatunde O. 2006.
Manoi, F. (2009). Binahong (Anredera cordifolia) Parker, M. (2001). Nursing Theories and Nursing
(Ten) Steenis Sebagai Obat. Jurnal Warta Practice, Davis Company. Philadelphia, p.
Penelitian Dan Pengembangan Tanaman 144-149.
Industri.Volume 15 Nomor 1:3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Moenajat.Y.(2003). Luka Bakar dan no. HK.02.02 tahun 2010 tentang izin dan
Penanganannya. Edisi kedua . Balai Penyelenggaraan Praktik Keperawatan.
Penerbit FKUI. Jakarta. (2010). Kementerian Kesehatan. Jalakarta.
Nagaoka, T., Y. Kaburagi, Y., Hamaguchi., Plas, V.D.S., R.A. Yukna., E.T. Mayer., B.L.
M. Hasegawa., K. Takehara. (2000). Atkinson. 2005. Differential Cell Death
Delayed Wound Healing in The Absence Programmes Induced by Silver Dressings
of Intercellular Adhesion Molecule-1 In Vitro. Eur J Dermatologi. 18:416-42
Or L-Selectin Expression. Am Journal Poon, .K.M., A. Burd. 2004. In Vitro Cytotoxity
Pathology. 157:237-47. of Silver: Implication for Clinical Wound
Nayak BS, Raju SS, Ramsubhag A. (2008). Care. Burns. 30:140-47
Investigation of wound healing activity Prestyo, Bayu F.dkk. (2010). Aktivitas Sediaan
of Lantana camara L. in Sprague Dawley Gel Ekstrak Batang Pohon Pisang Ambon
rats using a burns 21 model. Int J Appl Res dalam Proses Penyembuhan Luka pada
Nat Prod 2008;1:15-9. Mencit. Jurnal Veteriner Juni 2010: IPB.
Novriansyah R. (2008). Perbedaan Kepadatan Vol. 11 No.2 : 70-73.
kolagen di Sekitar Luka Insisi Tikus Wistar Rahmawati. (2009). Pengaruh stimulasi elektrik
yang dibalut Kasa Konvensional dan terhadap pengurangan luas luka pada
Penutup Oklusif Hidrokoloid selama 2 penyembuhan luka (debth wound).
dan 14 Hari. Tesis. Tidak dipublikasikan, Jurnal Pendidikan Mutiara Ilmu. 2009; 4
Program Pasca Sarjana Magister Ilmu (2): 102-107.
Biomedik dan Program Pendidikan Rangaraj A, Harding K, Leaper D, Leaper
Dokter Spesialis I Ilmu Bedah Universitas D. (2011). Role of collagen in Wound
Diponegoro, Semarang. Management. Wounds UK. 7 (2): 54-63.
Nurul A, (2007). Efek Ekstrak EtanolKedelai Robinson. (1995). Kandungan Organik Tumbuhan
(Glyicine Max) Topical Terhadap tinggi diterjemahkan Padnawinata K,
Peningkatan Densitas Kolagen Pada Edisi ke-6 Institute Technology Bandung,
Perawatan Luka Bakar Derajat II Tikus Bandung 193
Wistar . Skripsi. Fakultas Kedokteran Schwartz SI. (2000). Intisari Prinsip-Prinsip Ilmu
Universitas Brawijaya. Bedah. Edisi 6. Laniyati (penterjemah),
EGC, Jakarta, 137-138.
39
Muhammadiyah Journal of Nursing

Senthil, P., Kumar, A.A., Manasa, M., Kumar, Syamsuhidayat, R. & Jong., W.D. (2005). Buku
K.A., Sravanthi, K., Deepa, D., (2011). Ajar Ilmu Bedah . Edisi Dua. Penerbit
Wound healing activity of alcoholic EGC. Jakarta
extract of “Guazuma ulmifolia” leaves on Tawi, M. 2008. Proses Penyembuhan Luka. http://
albino wistar rats. International Journal of syehaceh.wordpress.com/2008/05/13/.[10
Pharma and Bio Science, 2, 34–38. Desember 2013]
Singer A.J. and AB.. Dagum. (2008). Current Thakur R, Jain N, Pathak R, and Sandhu SS. (2011).
Management of Acute Cutaneous Wound. Practice in Wound Healing Studies of
The New England Journal of Medicine. Plants. Hindawi Publishing Corporation,
359:1037-46. India.
Snyder M. & Linquist R. (2010). Complementary Vegad JL. (1995). Textbook of Veterinary General
& Alternative Therapies in Nursing, Pathologi. Vikas Publishing House PVT
Springer Publising Comapany, New LTD: New Delhi.
York, p. 421-424 Wasiak, J., H. Cleland., F. Campbell. (2008).
Sukasah L. Chaula. (2007). Penggunaan Silicone Dressings for Superficial and Partial
Gel Sheet pada Keloid dan Jaringan Parut Thickness Burns. Cochrane Database
Hipertrofik. http://pusdiknakes.or.id/pers Syst. Rev. 4: CD002106
inew/?show=detailnews&kode=972&tbl=a Wong, DL. (2001). Wong’s Essentials Pediatric
rtikel. [15 Desember 2013]. Nursing, 6th Ed, Donna L, Wong, 2001.
Sumantri I. 2007. Definisi Luka. http://www. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik: Wong,
irmanthea.blogspot.com/2007/07[ 27Juli Edisi Keenam, Agus Sukarna, 2009, EGC,
2013]. Jakarta, Indonesia.
Suratman, S.A., D. Gozali. (1996). Pengaruh World Wire Statistic Center. (2008). Information
Ekstrak Antanan Dalam Bentuk Salep, Bulletin World of Fire Statistics Center,
Krim dan Jelly Terhadap Penyembuhan October 2008(No. 24). Geneva.
Luka Bakar. Cermin Dunia Kedokteran
No. 108.

You might also like