Professional Documents
Culture Documents
bakar didominasi oleh luka bakar derajat dua (deep partial-thickness) yaitu
sebesar 75%, luka bakar derajat satu (superficial partial-thickness)
sebanyak 22%, dan sisanya sebanyak 3% adalah luka bakar derajat tiga
(full-thickness) (Rekam medis RSUD Kabupaten Buleleng 2013 s.d. 2017).
Kerusakan jaringan yang ditimbulkan oleh luka bakar akan diikuti oleh
proses penyembuhan yang relatif cukup lama. Proses penyembuhan luka
diawali dengan proses peradangan yaitu mekanisme pertahanan tubuh
akibat adanya respon jaringan terhadap pengaruh merusak yang bersifat
lokal atau yang masuk ke dalam tubuh. Fase proliferasi merupakan salah
satu tahap penting pada penyembuhan luka dan terjadi setelah fase
inflamasi. Fase ini akan cepat terjadi apabila tidak ada infeksi dan
kontaminasi pada fase inflamasi. Fase setelah proliferasi adalah adalah fase
remodeling. Komponen utama dalam proses penyembuhan luka dalah
kolagen disamping sel epitel (Nanda, dkk, 2017). Banyak faktor yang
memengaruhi proses penyembuhan luka bakar, yaitu: usia, stress, status
metabolik, nutrisi, dan oksigen (Guo dan DiPietro, 2010).
Penderita luka bakar memerlukan pengobatan langsung untuk
mengembalikan fungsi kulit normal. Salah satu terapi luka bakar saat ini
adalah dengan mengoleskan hidrogel sebagai obat topikal. Hidrogel efektif
digunakan untuk luka bakar, khususnya derajat dua. Kandungan dalam
hidrogel dapat memberikan efek pendingin dan kelembaban pada sat luka
fase proliferasi. Jaringan luka yang kehilangan protein akan digantikan oleh
gliserin (Erizal, 2008). Pengobatan tradisional menggunakan tanaman telah
berkembang diantara pengobatan modern saat ini karena besarnya potensi
kesembuhan dan beban keuangan yang lebih ringan. Salah satu tanaman
yang memiliki khasiat dalam mengobati luka bakar derajat dua adalah
ceremai (Phyllanthus acidus (L.) Skeels).
Flavonoid, saponin, dan tanin merupakan senyawa yang berperan dalam
proses penyembuhan luka. Saponin dapat membantu dalam proses
pembentukkan kolagen yang berperan dalam proses penyembuhan.
Flavonoid dapat meningkatkan pembentukkan kekuatan dari serat kolagen
yang diperlukan dalam penyembuhan luka karena memiliki sifat
3
Manfaat Teoritis
1. Dengan penelitian ini diharapkan dapat menambah dan
memperdalam wawasan mahasiswa mengenai proses penyembuhan
luka bakar yang diberikan ekstrak daun ceremai.
2. Dapat dijadikan acuan bagi mahasiswa Jurusan Pendidikan Biologi
FMIPA Undiksha lain yang ingin mengembangkan penelitian ini
dengan menggunakan variabel bebas yang berbeda.
Manfaat Praktis
1. Bagi instansi tertentu penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam
melakukan penelitian selanjutnya.
2. Bagi masyarakat hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai contoh
implementasi penggunaan ekstrak daun ceremai untuk mempercepat
proses penyembuhan pada hewan peliharaan khususnya mamalia.
G. Kajian Teori
a. Ceremai (Phyllanthus acidus)
Ceremai berasal dari India dan merupakan salah satu tumbuhan yang
ada di Indonesia serta memiliki beberapa sebutan yang berbeda
diberbagai daerah, antara lain ceremoi (Aceh), cerme (batak), camin-
camin (Minangkabau), carmen (Bali), caramel (Makassar), ceremin
(Ternate), chermai (Malaysia), kamay (Filiphine), mayom (Thailand)
dan lain-lain (Hasan, dkk., 2016). Tumbuhan ceremai banyak tumbuh
liar di hutan-hutan, pekarangan, bahkan di pinggir jalan. Ceremai
termasuk dalam kategori pohon karena memiliki tinggi ± 10 m.
Morfologi dari tumbuhan ini meliputi batang tegak, silindris, berkayu,
bagian dalam solid, kulit tebal, mudah patah, kasar, percabangan
monopodial, dan berwarna coklat tua. Daun berupa daun majemuk,
lonjong, tersusun berseling, panjang 5-6 cm, lebar 2-3 cm, tepi rata,
ujung runcing, pangkal tumpul (obtusus), pertualangan menyirip
(pinnate), tidak memiliki daun penumpu, permukaan halus, tangkai
silindris, panjang ± 2 cm, dan berwarna hijau tua. Bila tangkai gugur
akan meninggalkan bekas yang nyata pada cabang. Perbungaan berupa
6
b. Kandungan Ceremai
Daun, kulit batang, dan kayu ceremai mengandung saponin, tanin,
flavonoid dan polifenol. Senyawa tersebut dapat merusak permeabilitas
membran sel, koagulator protein, menghambat kerja enzim, dan
menghambat proses pencernaan protein (Pratiwi, dkk., 2013). Saponin
memiliki kemampuan sebagai pembersih sehingga efektif untuk
menyembuhkan luka terbuka, sedangkan tanin dapat digunakan sebagai
pencegahan terhadap infeksi luka karena mempunyai daya antiseptik
dan obat luka bakar. Flavonoid mempunyai aktivitas sebagai antiseptik.
Senyawa flavonoid juga memiliki antiinflamasi yang berfungsi sebagai
antiradang dan mampu mencegah kekauan dan nyeri (Anggraini, dkk.,
2011).
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Mamalia
Order : Rodentia
Family : Muridae
Genus : Mus
Spesies : Mus musculus
10
I. Kerangka Berpikir
Luka bakar merupakan suatu cedera serius yang mengakibatkan
kulit menjadi lepuh. Penanganan luka bakar yang tidak tepat dapat
mengakibatkan komplikasi yang berbentuk fisik, trauma, dan gangguan
15
K. Metode Penelitian
1) Rancangan Penelitian
Desain penelitian menggunakan The Randomized Post Test Only
Control Group Design. Kelompok dibagi menjadi lima yaitu kelompok
I (kelompok eksperimen dengan pemberian ekstrak daun ceremai 1%),
kelompok II (kelompok eksperimen dengan pemberian ekstrak daun
ceremai 3%), kelompok III (kelompok eksperimen dengan pemberian
ekstrak daun ceremai 5%), kelompok IV (kelompok eksperimen dengan
pemberian ekstrak daun ceremai 7%), kelompok V (kelompok kontrol).
Adapun bagan desain penelitiannya adalah sebagai berikut.
17
P : Populasi
S : Sampel
Rs : Random sampling
Ra : Random alokasi
K : Kontrol
T1 : Perlakuan 1 dengan konsentrasi 1%
T2 : Perlakuan 2 dengan konsentrasi 3%
T3 : Perlakuan 3 dengan konsentrasi 5%
T4 : Perlakuan 4 dengan konsentrasi 7%
O1- : Observasi
O5
Keterangan:
t : jumlah kelompok perlakuan
n : jumlah sampel tiap kelompok perlakuan
1) Tahap Persiapan
a. Membuat Ekstrak Daun Ceremai
Adapun tahapan pembuatan ekstrak daun ceremai yang
mengacu pada penelitian Oktiarni, dkk., (2012) adalah sebagai
berikut:
1) Membersihkan daun ceremai yang masih segar dengan air
mengalir sebanyak 2 kali lalu meniriskan pada nampan
yang beralaskan koran.
2) Menimbang dan menyortir daun ceremai sebanyak 1
kilogram.
3) Mengeringkan daun di tempat yang teduh tanpa terkena
sinar matahari langsung sampai daun tersebut benar-benar
kering. Ketika kering menggiling halus daun ceremai
dengan blender hingga menjadi serbuk.
4) Melarutkan 300 gram serbuk daun ceremai ke dalam etanol
sebanyak 1500 ml, dan di maserasi selama 5 hari. Hasil
maserasi disaring dengan kertas saring.
5) Filtrat yang di dapatkan, dipekatkan dengan menggunakan
rotatory evaporator dengan suhu 650C hingga didapatkan
ekstrak daun ceremai. Pembuatan ekstrak dengan
konsentrasi berbeda dapat dilakukan dengan cara
melarutkan ekstrak daun ceremai dalam labu ukur 50 ml
dan ditambahkan aquades sampai tanda batas.
b) Membuat Luka Bakar pada Mencit Putih Jantan
Adapun tahapan dalam pembuatan luka bakar pada mencit
menurut Handayani, dkk., (2017) adalah sebagai berikut.
1) Memodifikasi solder dengan menempelkan lempeng
stainless berukuran 1 × 1 cm berbentuk lingkaran
2) Menganestesi mencit menggunakan ketamin dengan dosis
0,02 mL per 20 gram bobot badan pada bagian otot
intramuscular (Vastus lateralis)
21
dx (1)
dx (4) dx (2)
dx (3)
Gambar 7. Bagan Teknik Pengukuran Luka Bakar
22
Keterangan:
𝑑𝑥 : diameter luka hari ke 𝑥
Persentase Penyembuhan Luka Bakar
Perhitungan persentase penyembuhan luka bakar
dilakukan dengan rumus sebagai berikut.
Keterangan:
L1 = Luas luka bakar hari pertama
Ln = Luas luka bakar hari ke-n
2. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara
lain daun ceremai (Phyllanthus acidus (L.) Skeels), kertas
saring, koran, mencit putih (Mus musculus) jantan galur Wistar,
etanol 96% (pelarut), Ketamin, aquades, dan alkohol 70%.
1. Uji Normalitas
Uji Normalitas data adalah uji prasyarat yang harus
dilakukan sebelum data dianalisis berdasarkan model-model
penelitian yang diajukan. Uji normalistas data digunakan untuk
menguji data benar-benar berdistribusi normal sehingga uji hipotesis
dapat dilakukan. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan
statistik Kolmogorov-Smirnov Test. Apabila angka signifikasi > 0,05
maka data berdistribusi normal, sedangkan jika angka signifikasi ≤
0,05 maka data tidak berdistribusi normal.
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas bertujuan untuk memperlihatkan bahwa
dua atau lebih kelompok data sampel berasal dari populasi yang
memiliki variansi yang sama. Uji homogenitas dilakukan dengan
statistik Levene. Kriteria pengujian data memiliki varian yang sama
(homogen) yaitu jika angka signifikansi yang diperoleh > 0,05.
Sementara jika angka signifikansi yang diperoleh < 0,05, maka data
tersebut tidak homogen.
3. Uji Hipotesis
Apabila data berdistribusi normal teknik analisis data yang
digunakan adalah Anova One Way dengan taraf signifikansi = 0,05.
Penggunaan uji Anova One Way dikarenakan dalam pengumpulan
data diperoleh > 2 kelompok data. Pada pengujian Anova One Way
dalam uji hipotesis berlaku apabila taraf signifikansinya < 0,05 maka
hipotesis alternatif (H1) diterima dan hipotesis nol (H0) ditolak.
Demikian sebaliknya, bila angka signifikansi > 0,05 maka hipotesis
alternatif (H1) ditolak dan hipotesis nol (H0) diterima.
4. Uji Beda Nyata Terkecil (BNT)
Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) dilakukan untuk mengetahui
perlakuan yang memiliki perbedaan yang bermakna. Uji BNT
dilakukan dengan menggunakan Post Hoc Test.
25
1 2 3
4 5 6 7 8 9 10
11 12 13 14 15 16 17
18 19 20 21 22 23 24
25 26 27 28 29 30 31
Keterangan:
Warna Kuning : Proses aklimatisasi mencit dan pembuatan ekstrak
daun ceremai
Warna biru : Kegiatan uji pendahuluan
M. Daftar Rujukan
Afifah, B.S., Wahyuningsih, S., Sukandar, E.Y., Riyanti, S., dan Vikasari,
S.N., 2013, Parameter Mutu Standar Simplisia Daun Ceremai
(Phyllanthus acidus (L.) Skeels) Asal Purwakarta - Jawa Barat.
Prosiding Seminar Nasional Tumbuhan Obat Indonesia ke-44:
Penggalian, Pelestarian, Pemanfaatan, dan Pengembangan
Tumbuhan Obat Indonesia untuk Peningkatan Kesehatan
Masyarakat, 14-16 Maret 2013. STIFI Bhakti Pertiwi Palembang, hal.
667-673.
Anggraini, T., Tai, A., Yoshino, T. and Itani, T., 2011. Antioxidative
activity and catechin content of four kinds of Uncaria gambir extracts
from West Sumatra, Indonesia. African Journal of Biochemistry
Research, 5(1), pp.33-38.
Arnyana, I. B. P. 2007. Buku Ajar Dasar-Dasar Metodologi Penelitian.
Denpasar: Bagian Ilmu Faal Fakultas Kedokteran Universitas
Udayana.
26
Balqis, U., Masyitha, D., & Febrina, F. 2014. Healing Process Of Burns
Using Ambarella Leaf (Spondias dulcis F.) and Vaselin in Rats
(Rattus norvegicus). Jurnal Medika Veterinaria, 8 (1).
Burhanudin, F.N., 2014. Uji Efektifitas Formulasi Gel Ekstrak Daun Cermai
(Phyllanthus acidus L.) Terhadap Lama Kesembuhan Luka Bakar
Pada Kelinci (Oryctolagus cuniculus) Jantan. Skripsi, Sarjana
Farmasi, Sekolah Tinggi Ilmu kesehatan Ngudi Waluyo, Semarang.
Corwin, Elizabeth J.2000. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Dalimartha, S. 2008. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Jakarta: Niaga
Swadaya.
Erizal, 2008. Pengaruh Pembalut Hidrogel Kopolimer Polivinilpirrolidon
(PVP)-κ -Karaginan Hasil Iradiasi dan Waktu Penyembuhan Pada
Reduksi Diameter Luka Bakar Tikus Putih Wistar. Indo Journal
Chem. 8(2). 271-278.
Fitri, N. 2015. Penggunaan Krim Ekstrak Batang Dan Daun Suruhan
(Peperomia pellucida L.H.B.K) Dalam Proses Penyembuhan Luka
Bakar Pada Tikus Putih (Rattus norvegicus). BIOPENDIX. 1(2):193-
203.
Fox, James G., Stephen W. Barthold, Muriel T. Davisson, Christian E.
Newcomer, Fred W. Quimby, dan Abigal L. Smith. 2007. The Mouse
In Biomedical Research, 2nd Edition. United States of America:
Elsevier.
Guo, S. Dan DiPietro, L.A., 2010. “Factors Affecting Wound Healing”. J
Dent Res 89(3), pp.219-229
Handayani, F., Sundu, R. and Karapa, H.N., 2017. Uji Aktivitas Ekstrak
Etanol Biji Pinang (Areca catechu L.) Terhadap Penyembuhan Luka
Bakar Pada Kulit Punggung Mencit Putih Jantan (Mus musculus).
Jurnal Ilmiah Manuntung, 2(2), pp.154-160.
Hasan, S., Ulfa, A. and Maryam, M., 2016. Pemanfaatan Sari Buah Ceremai
(Phyllanthus acidus) Sebagai Alternatif Koagulan Lateks. Jurnal
Teknik Kimia, 21(1).
Hidayat, T. S. N. (2013). Peran Topikal Ekstrak Gel Aloe Vera Pada
Penyembuhan Luka Bakar Derajat dalam Pada Tikus (Doctoral
Dissertation, Universitas Airlangga).
Mercandetti, M, dan Choen, A. 2002. A Wound Healing, Healing and
Repair. Dalam http:/www.eMedecine.com.Inc. (Diakses pada tanggal
1 Januari 2018 pukul 15.00 wita).
Moenadjat, Y. 2016. Luka Bakar Pediatrik. Jakarta: Sagung Seto.
Moriwaki, K, T. Shiroishi, H. Yonekawa. 1994. Genetic in Wild Mice. Its
Aplication to Biomedical Research. Tokyo: Japan Scientific Sosieties
Press. Karger
27
Nanda, Y., Salim, M.N. and Iskandar, C.D., 2017. Histopatologi Kulit
Mencit (Mus musculus) Fase Remodeling Pada Penyembuhan Luka
Sayat dengan Salep Getah Jarak Pagar (Jatropha curcas Linn). Jurnal
Ilmiah Mahasiswa Veteriner, 1(4), pp.780-787.
Negara, R. F. K., Ratnawati, R. and SLI, D.D., 2016. Pengaruh Perawatan
Luka Bakar Derajat II Menggunakan Ekstrak Etanol Daun Sirih (Piper
betle Linn.) Terhadap Peningkatan Ketebalan Jaringan Granulasi pada
Tikus Putih (Rattus norvegicus) Jantan Galur Wistar. Majalah
Kesehatan FKUB, 1(2), pp.86-94.
Oktiarni, D., Manaf, S. and Suripno, S., 2012. Pengujian Ekstrak Daun
Jambu Biji (Psidium guajava Linn.) Terhadap Penyembuhan Luka
Bakar Pada Mencit (Mus musculus). GRADIEN, 8(1), pp.752-755.
Persada, A.N., Windarti, I. and Fiana, D.N., 2009. The Second Degree
Burns Healing Rate Comparison between Topical Mashed Binahong
(Anredera cordifolia (Ten.) Steenis and Hydrogel on White
Rats. Lampung: Universitas Lampung.
Pratiwi, Y., Haryono, T. and Rahayu, Y.S., 2013. Efektivitas Ekstrak Daun
Ceremai (Phyllanthus acidus) Terhadap Mortalitas Larva Aedes
Aegypti. J LenteraBio, 2(3), pp.197-201.
Richard, B. 2004. Fibrocytes: Circulating Fibroblast That Mediate Tissue
Repair. Dalam http:/www.etrs.com. Diakses pada tanggal 1 Januari
2018 pukul 16.10 wita).
Somala, L. 2006 “Sifat Reproduksi Mencit (Mus musculus) Betina yang
Mendapatkan Pakan Tambahan Kemangi (Ocium basilicum) Kering”.
(Skripsi, Fakultas Peternakan IPB).
Sumosa, N.S. and Rahayu, R., 2014. Pengaruh Gambir (Uncaria gambir R.)
Terhadap Penyembuhan Luka Bakar Pada Mencit Putih (Mus
musculus L.) Jantan. Jurnal Biologi Unand, 3(4).
Suriadi. 2004. Perawatan Luka. Cetakan ke I. Jakarta: CV Sagung Seto.