You are on page 1of 11

HUBUNGAN LINGKAR KEPALA DAN PERKEMBANGAN BAYI DI

POLI BAYI & TUMBUH KEMBANG RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU

Dennis Thezar, Nurhayati Masloman, Jose M. Mandei


Home > Vol 4, No 1 (2016) > Thezar

Jurnal e-CliniC (eCl)


https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/eclinic/article/view/11001/10590

Abstract

Background: Around 10% of the world’s children have delayed development. Head
circumference is used as one of the indicator to identify neurological impairment and to
detect the cause of developmental delay. Yet, microcephaly or macrocephaly are not always
indicated a delayed development on children. Objectives: To find out the overview of head
circumference and child’s development in the Child Development Center of Kandou Public
Hospital and to determine the relation between both of it. Methods: This study is an analytical
cross-sectional study. Data were collected with head measurement and KPSP (Kuesioner
praskrining perkembangan) to assess development in the Growth and Development Clinic of
Kandou Public Hospital from November 2015 to January 2016. The data were analyzed using
Fisher’s exact statistical test. Results: From 34 subjects who qualified the inclusion criteria:
50% of the subjects are male, most subjects were using the third month KPSP, there are
97.1% subjects with normal head circumference, 88.2% with normal development, and the
study is not statistical significant with Fisher’s exact test (p = 0.882). Conclusions: There is
no significant relation between head circumference and development. Most of the infants
have normal head circumference and development.
Keywords: Head circumference, development, KPSP

Latar Belakang: Anak-anak dengan keterlambatan perkembangan secara umum meliputi


10% anak-anak di seluruh dunia. Ukuran lingkar kepala adalah salah satu indikator yang
umum diperiksa untuk mengidentifikasi kelainan neurologis dan menyingkirkan penyebab
keterlambatan perkembangan. Namun, mikrosefali atau makrosefali belum tentu menandakan
penyimpangan perkembangan pada anak. Tujuan: Untuk mengetahui gambaran lingkar
kepala dan perkembangan bayi di Poli Bayi & Tumbuh Kembang RSUP Prof. Dr. R.D.
Kandou serta hubungan antara keduanya. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian
analitik potong lintang. Data dikumpulkan dengan cara pengukuran lingkar kepala dan KPSP
(Kuesioner praskrining perkembangan) untuk penilaian perkembangan di Poli Bayi &
Tumbuh Kembang RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou dari November 2015 hingga Januari 2016.
Analisa data menggunakan uji statistik Fisher’s exact. Hasil: Dari 34 subjek yang memenuhi
kriteria inklusi: 50% berjenis kelamin laki-laki, terbanyak menggunakan KPSP 3 bulan,
97,1% dengan lingkar kepala normal, 88,2% dengan perkembangan normal, dan penelitian
ini tidak signifikan secara statistik dengan uji Fisher’s exact (p = 0,882). Kesimpulan: Tidak
terdapat hubungan yang bermakna antara lingkar kepala dan perkembangan. Sebagian besar
bayi memiliki ukuran lingkar kepala dan perkembangan yang normal.
Kata kunci: Lingkar kepala, perkembangan, KPSP
Jurnal kesehatan
Home > Vol 4, No 1 (2013) > Helmi

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI


PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MARGOTOTO
KECAMATAN METRO KIBANG KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

Rosmalia Helmi

Abstract

Rosmalia Helmi1

Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Tanjungkarang

e-mail : lia.helmy@yahoo.com

ABSTRACT : Factors Correlating With Nutritional Status Of Under Five Years Old
Children In The Region Of Society Health Center Of Margototo, Metro Kibang
Subdistric, Lampung Timur Distric. This study is aimed to determine the nutritional status
of under five years old children as well as to identify the correlation between risk factors and
nutritional status on the region of society health center of Margototo, Metro Kibang
Subdistric, Lampung Timur Distric, in 2012.

The design of this study was analytical with case control study. The population of this study
is all the under five years old children in the region of society health center of Margototo in
year 2012 with the amount 1767 children. And as the sample of this study is 160 under five
years children. Total sampling is used toward malnutrition under five years children which is
80 children and accidential sampling toward normal nutritional status under five years
children. Nutritional status is measured with indicator weigh for age and also as dependent
variable. While infection disease,nutritional intake,mother knowledge, parental income,
children care practices as independent variable in this study. The instruments are : weigh-
beam, microtoise, software WHO anthro, nutrisurvey, questionaries, and recall sheets.
Correlation among variables was then analyzed using chi-square test with believe degree
95%.

Based on the chi-square test, infection disease, intake energy, carbohidrat and fat has p
value=0,000. Intake protein has p value = 0,003, parental income has p value = 0,007, and
concluded there is significant correlation with the nutritional status. While mother knowledge
has p value= 0,057, and children care practices has p value=1,000, so can concluded have no
significant correlation with nutritional status.
Key Words : nutritional status, under five years children, malnutrition, lampung
timur,

puskesmas margototo.

Abstrak : Faktor-Faktor Yang berhubungan dengan Status Gizi pada balita Di Wilayah
Kerja Puskesmas Margototo kecamatan metro Kibang Kabupaten Lampung Timur.
Hasil RISKESDAS tahun 2010 menunjukkan balita kurang gizi secara nasional adalah
sebesar 17,9%, dengan 4,9% gizi buruk, prevalensi balita pendek 35,6%, dan prevalensi gizi
kurus 13,3%. Untuk provinsi lampung prevalensi gizi kurang 13,4%, balita pendek 36,3%
dan balita gizi kurus 13,9%.dan prevalensi gizi kurang di puskesmas Margototo 2.14%.
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan status
gizi balita di wilayah kerja puskesmas Margototo Kecamatan Metro Kibang kabupaten
Lampung Timur. Jenis penelitian analitik dengan rancangan Case control. Subjek penelitian
adalah ibu yang memiliki balita dengan jumlah sampel 160 balita dengan status gizi kurang
dan status gizi baik. Varibel yang diteliti status Gizi balita (BB/U), penyakit infeksi, asupan
makan, pengetahuan ibu, pendapatan keluarga dan pola asuh. Analisis data yang digunakan
adalah uji Chi square.hasil penelitian menunjukkan proporsi balita gizi kurang menurut
indikator BB/U sebanyak 4,77% dari populasi balita. Berdasarkan hasil uji statistik didapat
ada hubungan yang bermakna antara penyakit infeksi, asupan energi, asupan karbohidrat,
asupan protein dengan nilai p=0,000, sedangkan variabel pendapatan orang tua, pengetahuan
ibu dan pola asuh tidah ada hubungan yang bermakna dengan status gizi. Dari kesimpulan
diatas peneliti menyarankan, untuk mengurangi kejadian penyakit infeksi, petugas kesehatan
dapat lebih meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang bagaimana mencegah dan
menanggulangi penyakit infeksi tersebut. Untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas asupan
makanan pada balita, disarankan untuk petugas gizi dan kader dapat bersama-sama menggali
informasi tentang bahan-bahan makanan yang tersedia di masyarakat setempat kemudian
membuat resep dan mengolah bahan makanan tersebut menjadi produk-produk makanan
untuk balita dengan kandungan gizi yang lengkap. Selanjutnya resep tersebut dapat diajarkan
kepada ibu balita dan diaplikasikannya.

Kata Kunci : status gizi, asupan makan, pengetahuan ibu, pendapatan dan pola asuh
http://ejournal.almaata.ac.id/index.php/IJND/article/view/332

Home > VOLUME 4, NOMOR 1, JANUARI 2016 > Siolimbona

Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) Anak Umur 6-24
Bulan Di Dusun Pedes, Bantul, Yogyakarta

Asriyanti Siolimbona, Edi Sampurno Ridwan, Febrina Suci Hati

Abstract

ABSTRACT

Background: Undernutrition problem could be happened in young children above 6 months


old because only breastmilk intake is not suffi cient for the physiological need of baby,
especially growth and developmental. Therefore, they must be given the complementary
feeding that are produced according to the baby’s stomach ability to digest. Giving
complementary feeding and breast milk to the baby until the age of 2 years old is very
important.

Objectives: To know the description of knowledge level of mothers about complementary


feeding in young children 6-24 months old in Pedes, Argomulyo, Sedayu, Bantul, Yogyakarta.

Methods: This was quantitative descriptive research with cross sectional design. Samples
were 39 mothers having young children 6-24 months old. Questionnaires were used to collect
the data. Data were then analyzed in univariate.

Results: Most of mothers had good category knowledge level about definition, function, role,
the way and the risk of complementary feeding. The percentage of these knowledge levels
were 92.3% (36 mothers), 87.1% (34 mothers), 61.5% (24 mothers), 74.3% (29 mothers), and
43.5% (17 mothers), respectively.

Conclusions: Knowledge level of mothers about complementary feeding in young children 6-


24 months old in Pedes, Argomulyo, Sedayu, Bantul, Yogyakarta were categorized as good.

KEYWORDS: knowledge level, complementary feeding, young children 6-24 months old,
mother

ABSTRAK
Latar belakang: Masalah gizi kurang pada bayi dapat terjadi setelah bayi berumur di atas 6
bulan akibat air susu ibu (ASI) yang diberikan tidak lagi mencukupi kebutuhan fisiologi bayi
untuk tumbuh dan berkembang. Selain ASI, bayi pada umur 6 bulan juga perlu diberi
makanan tambahan yang disesuaikan dengan kemampuan lambung bayi untuk mencerna
makanan. Pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) dan ASI hingga bayi berumur 2
tahun sangat penting bagi bayi.

Tujuan: Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan ibu tentang MP-ASI anak umur 6-24
bulan di Dusun Pedes, Desa Argomulyo, Kecamatan Sedayu, Kabupaten Bantul, Yogyakarta.

Metode: Jenis penelitian ini deskriptif kuantitatif dengan rancangan cross sectional. Sampel
diambil dengan teknik total sampling yaitu seluruh ibu yang mempunyai anak umur 6-24
bulan yang berjumlah 39 orang. Instrumen penelitian adalah kuesioner. Analisis data
menggunakan univariat.

Hasil: Secara keseluruhan, tingkat pengetahuan ibu tentang MP-ASI sebagian besar baik
yaitu 71,7% (28 orang). Secara parsial, tingkat pengetahuan ibu sebagian besar tentang
pengertian, manfaat, peranan, cara pemberian, dan risiko pemberian MP-ASI tergolong baik
berturut-turut dengan persentase 92,3% (36 orang), 87,1% (34 orang), 61,5% (24 orang),
74,3% (29 orang), dan 43,5% (17 orang).

Kesimpulan: Tingkat pengetahuan ibu tentang MP-ASI anak umur 6-24 bulan di Dusun
Pedes, Desa Argomulyo, Kecamatan Sedayu, Kabupaten Bantul, Yogyakarta termasuk dalam
kategori baik.

KATA KUNCI: tingkat pengetahuan, makanan pendamping ASI, bayi usia 6-24 bulan, ibu

Keywords

knowledge level;complementary feeding;young children 6-24 months old;mother;tingkat


pengetahuan;makanan pendamping ASI;bayi usia 6-24 bulan;ibu
Jurnal Ilmu dan Teknologi Kesehatan
http://ejurnal.poltekkesjakarta3.ac.id/index.php/JITEK/article/view/97

Home > Vol 2, No 2 (2015) > Yulita Ichwan

Pemberian ASI Eksklusif Dan Makanan Pendamping ASI Berhubungan Dengan Status Gizi Balita
Usia 12-24 Bulan

Erika Yulita Ichwan, Rosni Lubis, Ayi Diah Damayanti

Abstract

ABSTRAK

Masalah kurang gizi masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan dapat menjadi
penyebab kematian terutama pada kelompok resiko tinggi (bayi dan balita). Faktor utama
yang berkontribusi terhadap gizi kurang adalah praktik menyusui dan pemberian makanan
pendamping ASI yang kurang tepat.Jenis penelitian analitik metode survei dengan
pendekatan cross sectional. Sampel sebanyak 75 responden yaitu ibu balita usia 12 - 24 bulan
yang berada di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Cipinang Besar Utara Tahun 2014. Data
di ambil menggunakan kuesioner.Analisis menggunakan uji Chi-square dan Regresi Logistik
Ganda.Hasil penelitian: Responden mayoritas pada kelompok umur 20-34 (88%), lama
pendidikan ? 9 tahun (69%), jumlah anak yang dimiliki 3-4 orang (53%), dan penghasilan per
bulan ?Rp2.441.301,- (80%) serta ibu tidak bekerja (77%). Balita yang pada status gizi baik
(61%), Pemberian ASI eksklusif (48%), usia pemberian MP-ASI < usia 6 bulan dan >usia 7
bulan (57%) dan jenis MP ASI buatan pabrik (50%). Faktor yang berhubungan dengan status
gizi balita yaitu pemberian ASI eksklusif p-value=0,000 dan usia pemberian MP-ASI p-
value=0,000 . Saran yang dapat penulis ajukan terkait penelitian ini adalah agar ibu
balita,kader posyandu dan bidan setempat lebih memperhatikan faktor-faktor yang
berpengaruh pada status gizi balita sehingga dapat menentukan sikap yang baik dan
intervensi yang tepat dalam meningkatkan status gizi balita

Keywords

ASI eklsklusif, MP-ASI,status gizi balita

pengukuran lingkar lengan,dada,kepala (tumbang)

SURANGGA JAYA. AMD.KEP


A.lingkar lengan atas
Pada masa pertumbuhan bayi dan balita, berlangsung perubahan ukuran dan jumlah sel, serta
jaringan intraseluler pada tubuh bayi dan balita. dengan kata lain ukuran-ukuran tubuhnya
akan membesar, misalnya ditandai dengan meningkatnya berat dan tinggi badan, ukuran
lingkar kepala, lingkar lengan atas, menguatnya tulang dan membesarnya otot, dan
bertambahnya organ tubuh lain seperti rambut, kuku, gigi, dan sebagainya.
Salah satu cara untuk mengetahui baik atau tidaknya pertumbuhan anak, adalah dengan
menukur lingkar lengan atasnya. berdasarkan standar Walanski,perkembangan ukuran lingkar
lengan atas bayi dan balita berdasarkan umur terbilang normal pada ukuran berikut:

6- 8 bulan 14.75 cm
9-11 bulan 15.10 cm
1 tahun 16.00 cm
2 tahun 16.25 cm
3 tahun 16.50 cm
4 tahun 16.75 cm
5 tahun 17.00 cm

Ukuran di atas adalah ukuran pada pertumbuhan normal. Jika ukuran lebih kecil, yaitu 85%
ukuran normal, pertumbuhan anak masih kurang. Sedangkan jika ukuran lebih kecil lagi,
yaitu sekitar 70% ukuran normal, maka pertumbuhan anak buruk dan perlu asupan gizi yang
lebih baik lagi.
Lingkar Lengan Atas (Lila)
Pertambahan lingkar lengan atas ini relatif lambat. Saat lahir, lingkar lengan atas sekitar 11
cm dan pada tahun pertama, lingkar lengan atas menjadi 16 cm. Selanjutnya ukuran tersebut
tidak banyak berubah sampai usia 3 tahun.
Ukuran lingkar lengan atas mencerminkan pertumbuhan jaringan lemak dan otot yang tidak
berpengaruh oleh keadaan cairan tubuh dan berguna untuk menilai keadaan gizi dan
pertumbuhan anak prasekolah.
Cara pengukuran lingkar lengan atas sebagai berikut :
a. Tentukan lokasi lengan yang diukur. Pengukuran dilakukan pada lengan bagian kiri, yaitu
pertengahan pangkal lengan dan siku. Pemilihan lengan kiri tersebut dengan pertimbangan
bahwa aktivitas lengan kiri lebih pasif dibandingkan dengan lengan kanan sehingga
ukurannya lebih stabil.
b. Hindari penekanan pada lengan yang diukur saat pengukuran.
c. Tentukan besar lingkar lengan sesuai dengan angka yang tertera pada pita pengukur
d. Catat hasil pada KMS

Lingkar Kepala

Pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan ukuran, jumlah pada tingkat sel.
Sedangkan perkembangan adalah pertambahan kemampuan fungsi tubuh. Proses
perkembangan dan pertumbuhan terjadi secara simultan (bersamaan), sehingga setiap
pertumbuhan disertai dengan perubahan fungsi, salah satunya adalah otak. Biasanya ukuran
pertumbuhan tengkorak mengikuti perkembangan otak, sehingga bila ada hambatan pada
pertumbuhan tengkorak maka perkembangan otak anak juga terhambat. Inilah tujuan dari
pengukuran lingkar kepala, disamping untuk mengetahui perkembangan otak anak juga untuk
mengetahui kelainan-kelainan yang mungkin terjadi.
Ukuran otak meningkat secara cepat selama tahun pertama, akan tetapi besar lingkar kepala
tidak menggambarkan keadaan kesehatan gizi. Bagaimana juga ukuran otak dan lapisan
tulang kepala dan tengkorak bervariasi sesuai dengan keadaan gizi.
Di beberapa kartu menuju sehat dapat kita ketahui beberapa kurva yang menunjukkan
perkembangan lingkar kepala. untuk bayi yang baru lahir berjenis kelamin perempuan
mempunyai kisaran 31-36 cm, sementara untuk bayi laki-laki berkisar antara 32-38 cm.
pertambahan ukuran lingkar kepala bayi dalam setiap bulan mempunyai rata-rata 2 cm di 3
bulan pertama, kemudian bertambah 1 cm untuk bulan berikutnya hingga berusia 6 bulan.
Untuk 6 bulan berikutnya perkembangan ukuran kepala hanya bertambah sekitar 0,5 cm
setiap bulan. Pertambahan ukuran lingkar kepala ini akan melambat seiring dengan
pertumbuhan bayi hingga menginjak remaja. Untuk bayi prematur maka lingkar kepalanya
akan lebih kecil sehingga hasil pengukurannya dikurangi satu bulan. Jika bayi sudah berumur
dua bulan maka akan dicatat sesuai dengan bayi berusia satu bulan.

 Pengukuran

Dasar utama dalam menilai pertumbuhan fisik anak adalah penilaian menggunakan
alat baku (standard). Pengukuran perlu dilakukan dalam kurun waktu tertentu untuk menilai
kecepatan pertumbuhan. Alat yang sering digunakan dibuat dari serat kaca dengan lear
kurang dari 1 cm, fleksibel dan tidak mudah patah.
Pengukuran dilakukan pada diameter occipitofrontal dengan mengambil perata 3 kali
pengukuran sebagai standard. Hal yang harus diperhatikan saat mengukur adalah untuk
memperhatikan tonjolan depan & tonjolan belakang kepala yang dijadikan acuan, bukan
telinga. Selain itu, pengukuran harus sejajar dan tidak mengukur dari arah belakang atau
belakang, tetapi penempatan skala harus dilihat dari samping.
 Hubungan antara lingkar kepala dan perkembangan anak

Menurut Siswono (2008), bahwa lingkar kepala seorang anak mencerminkan besarnya
volume otak yang ada di dalamnya. Lingkar kepala dipengaruhi oleh status gizi, jenis
kelamin, usia dan riwayat penyakit. Lingkar kepala di atas maupun di bawal normal
cenderung terjadi pada anak yang dipengaruhi oleh status gizinya. Anak yang mempunyai
lingkar kepala normal da perkembangan normal cenderung dalam pemberian gizi yang baik.
Maka ukuran kepala tepatnya peningkatan volume otak menunjang dalam perkembangan dan
kecerdasan anak. Oleh karena itu, pemberian gizi yang baik dan benar seperti mengkonsumsi
makanan yang kaya protein, asam folat, mineral, dan nutrisi sejak awal kehamilan hingga
usia 5 tahun dapat meningkatkan volume otak dan sangat menunjang perkembangan dan
kecerdasan pada anak.

Pendapat Siswono (2008) lingkar kepala bayi baru lahir kurang 30 cm atau lebih besar
dari 37 cm kemungkinan besar ada gangguan penyakit yaitu mikrosefalus atau hidrosefalus.
Kondisi seperti ini perkembangan otaknya akan terganggu, jika perkembangan otak tidak
sempurna dengan sendirinya kemampuan masing-masing bagian otak juga tidak sempurna,
ini akan berpengaruh pada kemampuan motorik pada anak dan kemampuan lainnya.

Berikut video cara mengukur lingkar kepala :


https://www.youtube.com/watch?v=xIE68l9xNAE

Referensi :
Asuhan Gizi Nutritional Care Process.Adisty Cynthia Anggraeni, S. Gz. Edisi pertama-Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2012 (hlm 34)
Jurnal Involusi Kebidanan, Vol. 1, No. 2, Juni 2011, 37-44
Jurnal Pendidikan Khusus Vol 5 No.2 Nopember 2009
Penilaian Status Gizi. I Dewa Nyoman Supriasa, Bachyar Bakri, Ibnu Fajar. Jakarta : EGC, 2001

Tabel 1. Lingkaran Kepala Anak

Umur Anak Angka normal anak Hasil


Ketika Diperiksa Laki-laki (cm) Perempuan (cm) pengukuran
0 bulan 32 – 37.5 32 – 36.5
1 Bulan 34.5 – 40.5 34 – 39
2 Bulan 36.5 – 42 36 – 41
3 Bulan 38 – 43.5 37 – 42
4 Bulan 39 – 44.5 38.5 – 43.5
5 Bulan 40.5 – 45 39 – 45
6 Bulan 41 – 46 40 – 46
7 Bulan 42 – 47 41 – 47
8 Bulan 43 – 48 41.5 – 47.5
9 Bulan 43.5 – 48.5 42 – 48
10 Bulan 44 – 49 42.75 – 48.5
11 Bulan 44.5 – 49.5 43.5 – 48.75
12 bulan 45 – 49.75 43.75 – 49
13 Bulan 45 – 49.75 43.75 – 49
14 Bulan 45.5 – 50.5 44.5 – 49.5
15 Bulan 45.5 – 50.5 44.5 – 49.5
16 Bulan 46.25 – 51 45 – 50
17 Bulan 46.25 – 51 45 – 50
18 Bulan 46.25 – 51 45 – 50
19 bulan 46.25 – 51.5 45 – 50
20 Bulan 46.5 – 51.5 45.5 – 50.75
21 Bulan 46.5 – 51.5 45.5 – 50.75
22 Bulan 46.5 – 51.5 45.5 – 50.75
23 Bulan 46.5 – 51.5 45.5 – 50.75
24 Bulan 47 – 52 45.75 – 51
2.5 Tahun 47 – 52 45.75 – 51
3 Tahun 48 – 53 46.5 – 52
3.5 Tahun 48 – 53 46.5 – 52
4 Tahun 48.5 – 53.5 47 – 53
4.5 Tahun 48.5 – 53.5 47 – 53
5 Tahun 48.75 – 53.75 48 – 53
5.5 Tahun 48.75 – 53.75 48 – 53
6 Tahun 49 – 54 48 – 53

bagian belakang kepala yang paling menonjol. Hasil pengukuran dicatat, kemudian
dibandingkan dengan angka normal yang tercantum pada tabel 1 tersebut di muka, sesuai
dengan umur dan jenis kelamin anak. Perlu diperhatikan bahwa ukuran lingkar kepala anak
laki-laki dengan anak perempuan berbeda.

Apabila hasil perbandingan angka hasil pengukuran dengan angka dalam tabel ternyata
berbeda, maka perbedaan itu menunjukkan adanya indikasi penyimpangan. Penyimpangan
hasil pengukuran dapat dalam arti kurang dari angka dalam tabel maupun penyimpangan
dalam arti lebih dari angka dalam tabel. Apabila ukuran lingkar kepala anak tidak sesuai
dengan angka normal maka anak sebaiknya segera dirujuk untuk mendapatkan perlakukan.

Frekuensi pengukuran lingkar kepala anak sebaiknya dilakukan sebulan sekali sampai umur 2
tahun. Setelah itu pengukuran dilakukan tiap 6 bulan sekali.

You might also like