You are on page 1of 10

ARTIKEL ILMIAH

KAJIAN PEMBUATAN GULA CAIR BERBAHAN DASAR


KULIT SINGKONG (Manihot utilissima Pohl.) DENGAN
PEMANFAATAN BAKTERI Bacillus licheniformis

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS JAMBI
OKTOBER, 2017

Nurul Rahmawati (RSA1C413022) Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jambi 1


Nurul Rahmawati (RSA1C413022) Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jambi 2
Study Making Liquid Sugar Based the Skin of Cassava
(Manihot utilissima Pohl.) With the Utilization of
Bacteria Bacillus licheniformis

Created by :
Nurul Rahmawati1), Retni S. Budiarti, S.Pd., M.Si2), Dra.Hj.Harlis, M.Si2)
1)
Mahasiswa Pendidikan Biologi Jurusan PMIPA FKIP Universitas Jambi
2)
Dosen Pendidikan Biologi Jurusan PMIPA FKIP Universitas Jambi
Email: 1)nurulrahmawati178@gmail.com

ABSTRACT

Sugar is one of basic that are common to use by the community to cultivate food or drink.
The skin cassava is waste from bulbs cassava (Manihot utilissima Pohl.) that can be used the
basis for creating the sugar in the liquid by using microorganisms. In this case
microorganisms used a bacterium Bacillus licheniformis, that is bacteria producing an
enzyme APPM (amilum a starch can break up a substrate starch to glucose). Besides as an
alternative a substitute for sugar cane, the use of the skin cassava into sugar liquid also as an
effort to minimize waste the skin cassava. Based on the sugar there are differences between
starch the skin cassava before and after received suspension B. licheniformis, namely 0.16 %
and 3,54 %. Besides has been conducted test the womb calories over the course of liquid
sugar the skin cassava by B. licheniformis is 113 kkal/100 g. While the calories in sugar cane
is 364 kkal/100 g. This proved that sugar liquid the skin cassava having the womb calories
low enough. In addition the results of the biochemistry sugar liquid the skin cassava
exhibiting positive in benedict test to prove the sugar reduction. Sample test results indicate a
change color from yellow to green tosca. According to the indicator with green color show
concentration sugar reduction namely <0.5 %. Based on the result of this research sugar
liquid the skin cassava can be produced by using B. licheniformis with the concentration of
1:1. Need to undergone a feasibility study consumption in sugar liquid the skin cassava and
also further research to know the best concentration to produce liquid sugar the skin cassava
through the use of B. licheniformis with optimal results.

Keywords : Liquid Sugar, Cassava skin, B. licheniformis.

Nurul Rahmawati (RSA1C413022) Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jambi 3


PENDAHULUAN yang dikomersilkan, kemudian didiamkan
Latar Belakang Masalah selama ±3 hari. Hasilnya larutan pati kulit
Indonesia kaya akan hasil alam yang singkong tersebut memiliki rasa lebih manis
dapat dimanfaatkan untuk memenuhi dibandingkan sebelum ditambahkan dengan
kebutuhan masyarakatnya. Salah satunya enzim amilase. Kandungan fruktosa pada
tanaman tebu yang digunakan sebagai bahan gula cair kulit singkong yaitu 4677.21
pembuatan gula. Gula tidak dapat mg/1000 g atau setara dengan 4,67721 %,
dipisahkan dari kebutuhan pangan kandungan kalorinya sekitar 1,06 kkal/g.
masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Sementara gula pasir tebu mengandung 3,64
Gula dijadikan sebagai salah satu sumber kkal/g, gula aren mengandung 3,68 kkal/g,
kalori, sebagai pemberi rasa manis, gula kelapa 3,86 kkal/g dan bahan pemanis
memperbaiki tekstur makanan dan minuman lainnya seperti madu mengandung kalori
menjadi lebih kental atau berwarna lebih 2,94 kkal/g. Sehingga gula cair kulit
pekat, dan juga untuk memberikan aroma singkong ini baik dikonsumsi oleh penderita
lebih lezat. diabetes yang menginginkan minuman
Berdasarkan angka kecukupan gizi manis namun rendah kalori (Rahmawati,
Indonesia kebutuhan energi orang dewasa 2015:2).
adalah sekitar 2300 kalori/hari. Setiap 1 g Menurut data terakhir Badan Pusat
gula mengandung energi 4 kkal. American Statistik (2016:1) produksi singkong di
Heart Fondation menyarankan sebaiknya Provinsi Jambi pada tahun 2015 mencapai
pada perempuan tidak mengkonsumsi gula 43.433 ton. Artinya limbah yang dihasilkan
>100 kalori/hari dan pada laki-laki >150 juga cukup banyak. Mastuti, dkk (2013:5)
kalori per hari, artinya untuk perempuan menyatakan bahwa persentase jumlah
tidak boleh lebih dari 25 g per hari dan limbah kulit singkong bagian luar sebesar
untuk laki-laki tidak boleh lebih dari 37,5 g 0,5-2% dari berat total singkong segar dan
per hari. Gula memiliki dampak buruk bagi limbah kulit bagian dalam sebesar 8-15%.
kesehatan apabila kadarnya dalam darah Berdasarkan latar belakang tersebut,
terlalu berlebihan, karena dapat memicu penulis akan melakukan penelitian mengenai
penyakit diabetes. Biasanya orang yang pembuatan gula cair berbahan dasar kulit
terkena diabetes mengalami peningkatan singkong (Manihot utilissima Pohl.), namun
rasa haus dan lapar, cepat lelah, mudah sakit dengan memanfaatkan mikroorganisme.
yang berkepanjangan, sering buang air kecil Sebagaimana kita ketahui bahwa
dan luka yang sulit disembuhkan (Shanty, mikroorganisme dapat menghasilkan enzim
2011:23). yang bisa dimanfaatkan dalam bidang
Salah satu potensi yang bisa industri. Penggunaan mikroorganisme dalam
dijadikan bahan dalam pembuatan gula suatu industi dianggap dapat meminimalisir
adalah kulit singkong. Farauq Arrahman, biaya. Suatu isolat mikroorganisme dapat
Galih Nugraha, Putri Vionita dan Abdul digunakan secara berkali-kali. Cukup
Aziz merupakan Mahasiswa Fakultas dengan pembelian isolat diawal dan
Pertanian dari Kampus IPB (Institut kemudian dapat diremajakan kembali
Pertanian Bogor) yang menginovasikan kulit dengan dibuat biakan dalam jumlah banyak.
singkong menjadi gula cair yang dinamai Sehingga menjadi persediaan dan dapat
GUCAKUSI (Gula Cair Kulit Singkong) digunakan secara terus-menerus. Namun
sebagai alternatif gula tebu. harus diperhatikan penyimpanannya agar
Pati kulit singkong ditambahkan air tetap steril dan tidak terkontaminasi oleh
dan kemudian ditetesi dengan enzim amilase mikroorganisme lainnya.

Nurul Rahmawati (RSA1C413022) Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jambi 4


Mikroorganisme yang akan ml aquadest. Kemudian dipanaskan hingga
digunakan dalam pembuatan gula cair ini mendidih dan dituangkan pada tabung reaksi
yaitu bakteri Bacillus licheniformis. B. sebanyak 5 ml setiap tabung. Kemudian
licheniformis merupakan salah satu bakteri tabung reaksi ditutup dengan kapas dan
yang dapat menghasilkan enzim amilase dibungkus aluminium foil. Selanjutnya
yang akan memecah pati menjadi glukosa. sterilisasi menggunakan Autoclave dengan
Sebagaimana yang dikatakan oleh Nangin suhu 121°C pada tekanan 15 lbs atau 1 atm.
dan Sutrisno (2015:1035) bahwa B. Setelah itu media didinginkan dengan posisi
licheniformis adalah salah satu mikroba miringkan untuk mendapatkan media
penghasil enzim APPM (Amilum Pemecah miring.
Pati Mentah) yang dapat memecah substrat Pengambilan sampel biakan
pati untuk menghasilkan molekul lebih dilakukan dengan cara menggoreskan jarum
sederhana seperti glukosa, maltose dan ose pada biakan murni, kemudian dilakukan
dekstrin. Streak pada media NA yang telah memadat.
Hingga saat ini, belum ditemukan Isolasi dilakukan didalam Incase dalam
pembuatan gula cair kulit singkong kondisi steril. Tabung reaksi ditutup kembali
menggunakan mikroorganisme B. dengan kapas, dilapisi dengan aluminium
licheniformis. Selain sebagai karya ilmiah, foil dan diberi label. Kemudian diinkubasi
penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai pada suhu 27-30°C selama 1x24 jam.
pengayaan praktikum Mikrobiologi pada Pembuatan Ekstrak Pati Kulit Singkong
progam studi pendidikan Biologi. Maka dari Kulit singkong sebanyak 500 g
itu, penulis melakukan penelitian dengan dibersihkan dengan air, kemudian direndam
judul “Kajian Pembuatan Gula Cair selama ±3 hari. Kulit singkong yang
Berbahan Dasar Kulit Singkong (Manihot digunakan yaitu bagian mesokarp yang
utilissima Pohl.) dengan Pemanfaatan masih segar atau baru dikupas dari kulit
Bakteri Bacillus licheniformis”. luarnya. Kulit singkong diblender dan
ditambahkan air sebanyak 500 ml
METODE PENELITIAN (perbandingan 1:1). Kemudian bubur pati
Jenis penelitian ini adalah penelitian disaring dan diendapkan. Setelah mendapat
deskriptif dengan melihat hasil uji kadar endapan terakhir, dipindahkan kedalam
glukosa sebelum dan sesudah terbentuknya erlenmeyer, ditutup dengan kapas steril dan
gula cair, kandungan kalori yang terkandung aluminium foil.
dalam gula cair kulit singkong (M. utilissima Pembuatan Suspensi B. licheniformis
Pohl.) dan uji biokimia. Adapun tahapan Pembuatan suspensi B. licheniformis
yang harus dilakukan adalah : dilakukan dengan menambahkan NaCl
Sterilisasi Alat Dan Bahan 0,85% sebanyak 9 ml pada tabung isolat.
Sterilisasi dilakukan dengan dua cara Kemudian dihomogenkan menggunakan
yaitu menggunakan Autoclave dengan suhu vortex atau dengan cara manual selama ±5
121°C dengan tekanan 15 lbs atau 1 atm menit.
dan melalui cara Boilling, yaitu perebusan Hidrolisis Pati Kulit Singkong oleh B.
atau pemanasan pada suhu 100°C selama licheniformis
10-15 menit (Hajoeningtijas, 2012:112). Sebanyak 5 ml ekstrak pati kulit
Pembiakan B. licheniformis singkong pada tabung reaksi ditambahkan
Media yang digunakan adalah media dengan suspensi bakteri sebanyak 5 ml.
NA (Natrium Agar) pada biakan miring. Sebelum ditambahkan biakan, dilakukan
Sebanyak 20 g NA dilarutkan dalam 1000 pengukuran kadar gula untuk mengetahui

Nurul Rahmawati (RSA1C413022) Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jambi 5


kandungan gula sebelum ditambahkan Uji Biokimia
suspensi B.licheniformis. Tutup Uji karbohidrat akan dilakukan
menggunakan kapas steril dan aluminium dengan dua cara yaitu melalui tes Seliwanoff
foil. Kemudian dibungkus koran dan dan tes Benedict. Tes Seliwanoff
didiamkan dalam kondisi anaerob selama 72 menggunakan pereaksi Seliwanoff dengan
jam (3hari) dengan suhu 37°C reaksi positif menunjukkan warna merah
(Widyatmoko, 2015:15). orange. Tes Benedict menggunakan pereaksi
Hasil hidrolisis disentrifuse dengan Benedict dengan reaksi positif menunjukkan
kecepatan 1500 rpm selama 30 menit warna warna biru kehijauan, kuning atau
sebanyak dua kali untuk mendapatkan merah bata tergantung kadar gula pereduksi
supernatant yang paling jernih. Pada tahap (Yazid dan Nursanti, 2006:10).
ini, senyawa yang tidak digunakan akan Waktu dan Tempat Penelitian
terpisah dan mengendap dibagian bawah. Penelitian dilaksanakan pada bulan
Sentrifugasi ini merupakan pemurnian yang Januari s/d Februari 2017 di Laboratorium
bertujuan untuk memisahkan enzim dari sel Pendidikan Biologi Universitas Jambi,
bakteri dan senyawa lainnya (Yandri dan Laboratorium Bioteknologi dan Rekayasa
Ibadurrahman, 2011:61). FST Universitas Jambi dan Laboratorium
Pemanasan Gula Cair Kulit Singkong Palaeoenviromental and Palynological
Gula cair hasil sentrifugasi (Laboratorium Dasar Terpadu) Universitas
dipanaskan (gelatinisasi) pada suhu 90°C Jambi.
selama ±30 menit. Warna gula cair kulit
singkong akan terlihat lebih menguning atau HASIL DAN PEMBAHASAN
pekat setelah dipanaskan. A. HASIL PENELITIAN
Pengukuran Kadar Gula Gula Cair Kulit Singkong
Pengukuran kadar gula dilakukan Sebanyak 500 g kulit singkong dan air
dengan menggunakan metode Fenol. sebanyak 500 ml menghasilkan 80 ml
Sampel sebanyak 1 ml ditambahkan dengan endapan akhir pati kulit singkong. Ekstrak
fenol 5% sebanyak 0,5 ml dan kemudian pati kulit singkong sebanyak 5ml dengan
H2SO4 sebanyak 2,5 ml. Setelah itu diberi suspensi bakteri B. licheniformis
dihomogenkan menggunakan vortex dengan sebanyak 5 ml pada 12 tabung reaksi dengan
kecepatan 1800 rpm selama 10 menit. sentrifuse sebanyak dua kali dapat
Setelah itu ditambahkan aquades hingga menghasilkan gula cair sebanyak 60 ml..
volume nya 10 ml dan divortex kembali. Adapun gula cair kulit singkong (M.
Kemudian dimasukkan kedalam water bath utilissima Pohl.)yang dihasilkan dapat
dengan suhu 25°C atau bisa dimasukkan dilihat pada Gambar 4.1.
kedalam lemari pendingin. Setelah itu
diukur menggunkan Spektrofotometer pada
490 nm. Tahap selanjutnya adalah
perhitungan absorbansi dan pembuatan
kurva standar (Apriyantono, dkk. 1989:50).
Pengukuran Kandungan Kalori
Pengukuran kandungan kalori gula
cair kulit singkong dilakukan menggunakan
alat khusus yaitu Bom Calorimeter.

Nurul Rahmawati (RSA1C413022) Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jambi 6


Pengukuran Kadar Gula Pada Gula Cair Tabel 4.2. Hasil uji kandungan karbohidrat pada gula
Kulit Singkong cair kulit singkong (M. utilissima Pohl.) melalui
pemanfatan bakteri B. licheniformis
Hasil analisa kadar gula yang N Nama Keadaan sampel
terkandung dalam gula cair kulit singkong
(M. utilissima Pohl.) sebelum dan sesudah o. Pereaksi Warna Awal Warna Akhir
diberi bakteri B.licheniformis dapat dilihat 1. Seliwanof Kuning kuning
pada Tabel 4.1. kecoklatan kecokelatan

Tabel 4.1 Hasil pengukuran kadar gula kulit


singkong (M. utilissima Pohl.) melalui pemanfatan
bakteri B. licheniformis
No Nama Sampel Hasil Analisa

Kadar gula
(%)
1. Sampel 1 (sebelum diberi 0,16
suspensi B.licheniformis)
2. Sampel 2 (sesudah diberi 3,54
suspensi B.licheniformis)
2. Benedict Kuning Hijau toska
Berdasarkan Tabel 4.1 pengukuran kecoklatan
diatas, dapat dinyatakan bahwa kadar gula
pada sampel ekstrak pati kulit singkong
sebelum ditambahkan suspensi bakteri B.
licheniformis sebanyak 5 ml yaitu 0,16 %.
Sedangkan setelah ditambahkan suspensi
bakteri B. licheniformis sebanyak 5 ml,
kadar gula yang terkandung meningkat
menjadi 3,54 %.

Pengukuran Kandungan Kalori Gula Berdasarkan hasil uji yang


Cair Kulit Singkong dilakukan, pada tes Seliwanoff tidak
Hasil analisa kandungan kalori gula menunjukkan perubahan warna, larutan
cair kulit singkong (M. utilissima Pohl.) tetap menunjukkan warna kecokelatan.
melalui pemanfaatan bakteri B. Sementara pada uji Benedict larutan
licheniformis adalah 113 kkal/100 g. menunjukkan perubahan warna dari
kecokelatan menjadi hijau tosca.
Uji Biokimia
Gula cair kulit singkong (M. utilissima B. PEMBAHASAN
Pohl.) positif mengandung karbohidrat. Gula Cair Kulit Singkong
Adapun hasil uji biokimia gula cair kulit Berdasarkan hasil penelitian,
singkong (M. utilissima Pohl.) melalui sebanyak 500 g kulit singkong bersih dan
pemanfaatan bakteri B. licheniformis dapat 500 ml aquadest menghasilkan 80 ml
dilihat pada Tabel 4.2. endapan akhir pati kulit singkong. Sebelum
dilakukan sentrifuse suspernatant yang
dihasilkan dari 12 tabung reaksi dengan
perbandingan antara pati dan suspensi yaitu
1:1 menghasilkan 120 ml. Setelah dilakukan
Nurul Rahmawati (RSA1C413022) Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jambi 7
sentrifuse sebanyak dua kali, hasil akhir yang digunakan yaitu kelompok singkong
didapatkan gula cair kulit singkong gembur yang memiliki kulit bagian dalam
sebanyak 60 ml. Gula cair kulit singkong nya tebal, bewarna merah muda dan mudah
yang dihasilkan dengan memanfaatkan dikupas, serta kulit arinya bewarna cokelat
bakteri B.licheniformis memiliki warna terkelupas. Menurut Prabawati, dkk (2012:2)
kuning kecoklatan menyerupai teh, tidak jenis singkong gembur memiliki kandungan
berbau, dan tidak lengket ditangan. Namun amilosa >20%. Berbeda dengan jenis
dalam hal ini tidak dilakukan uji singkong kenyal yang memiliki kandungan
organoleptik terhadap rasa karena belum amilosa <20%. Singkong ini memiliki
dilakukan uji kelayakan konsumsi. kandungan HCN <100 mg/kg dan lebih
Enzim amilase yang dihasilkan oleh manis, sehingga jenis ini layak dan aman
B. licheniformis mampu merombak pati kulit untuk dikonsumsi atau diolah secara
singkong menjadi glukosa. Pati kulit langsung.
singkong akan dirombak oleh enzim amilase
yang dihasilkan dari sel B. licheniformis Pengukuran Kadar Gula pada Gula Cair
menjadi senyawa lebih sederhana. Melalui Kulit Singkong
proses hidrolisis akan terjadi pemutusan Hasil pengukuran kadar gula pada
ikatan glikosidik pada rantai polimer oleh gula cair kulit singkong dengan
enzim amilase yang dibantu oleh air. Hasil memanfaatkan bakteri B. licheniformis
pemecahan akan membentuk gugus aldehid, menunjukkan perbedaan antara sebelum dan
sehingga senyawa menjadi lebih sederhana sesudah ekstrak pati dihidrolisis oleh bakteri
dengan membentuk glukosa. B. licheniformis. Kadar gula sebelum diberi
Nangin dan Sutrisno (2015:1035) suspensi B. licheniformis sebesar 0,16 %.
menyatakan bahwa B. licheniformis adalah Sedangkan kadar gula sesudah diberi
salah satu mikroba penghasil enzim APPM suspensi B. licheniformis adalah sebesar
(Amilum Pemecah Pati Mentah) yang dapat 3,54 %. Hal ini menunjukkan bahwa adanya
memecah substrat pati untuk menghasilkan kenaikan kadar gula atau tingkat kemanisan
molekul lebih sederhana seperti glukosa, yang terdapat pada gula cair kulit singkong
maltose dan dekstrin. Menurut Soeka, dkk setelah ditambahkan suspensi B.
(2011:93) B. licheniformis berbentuk batang licheniformis. Maka dapat dinyatakan bahwa
gram-positif. Bakteri ini sangat potensial gula cair kulit singkong dapat dihasilkan
digunakan sebagai sumber enzim, karena dengan memanfaatkan bakteri B.
bersifat termofilik yang dapat hidup pada licheniformis.
suhu tinggi 50-60°C. Hidayat, dkk (2006:19) Kenaikan kadar gula dikarenakan
menyatakan bahwa Bacillus sp. merupakan oleh adanya gula reduksi. Sebagian besar
genus dengan kemampuan yang paling luas. karbohidrat, terutama monosakarida dan
Pada mulanya hanya menghasilkan enzim disakarida. Contohnya glukosa, fruktosa,
amilase, namun kini berkembang untuk galaktosa, laktosa dan maltosa. Sifat
bioinsektisida maupun penanganan limbah. mereduksi ini disebabkan oleh adanya gugus
Kulit yang digunakan adalah bagian aldehida bebas atau karena mempunyai
mesokarp yang masih segar. Karena pada gugus hidroksil (-OH) bebas yang reaktif.
umumnya apabila kulit singkong terlalu Kemampuan mereduksi dari karbohidrat
lama terkelupas dari kulit umbi dan kulit akan mengubah ion-ion logam misalnya
luarnya, maka akan berubah menjadi Cu2+ dari bahan pereaksi menjadi Cu+ yang
kehijauan akibat dari HCN (sianida) yang mengendap sebagai Cu2O bewarna merah
terkandung didalamnya. Jenis singkong bata (Yazid dan Nursanti, 2006:31).

Nurul Rahmawati (RSA1C413022) Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jambi 8


Pengukuran Kandungan Kalori Gula Berdasarkan hasil uji Benedict
Cair Kulit Singkong sampel yang mulanya kuning kecoklatan
Kandungan kalori yang terdapat pada setelah diuji dengan reagen Benedict
gula cair kulit singkong adalah sebesar 113 berubah menjadi warna hijau tosca. Hal ini
kkal/100 g. Apabila dibandingkan dengan membuktikan bahwa pada gula cair kulit
kadar kalori pada gula pasir tebu singkong terdapat gula reduksi. Reaksi
menunjukkan bahwa kadar kalori gula cair positif ditandai dengan timbulnya endapan
kulit singkong lebih rendah dibandingkan biru kehijauan, kuning, atau merah bata
gula pasir tebu. Kadar kalori yang tergantung pada kadar gula pereduksi.
terkandung pada gula pasir tebu adalah 364 Adapun indikator penilaian kandungan gula
kkal/100 g. Kadar kalori gula cair kulit reduksi dapat dilihat pada Tabel 4.3.
singkong juga lebih rendah dibandingkan
dengan jenis gula lainnya. Misalnya dengan Tabel 4.3 Indikator penilaian konsentrasi gula
gula aren, gula kelapa, ataupun madu. reduksi pada uji Benedict
Warna Penilaian Konsentrasi
Menurut Rahmawati (2015:2)
kandungan kalori gula aren adalah 368 Biru / hijau - -
keruh
kkal/100 g, gula kelapa sebesar 384 Hijau / hijau +1 < 0,5 %
kkal/100 g dan madu sebesar 294 kkal/100 kekuningan
g. Hal ini menunjukkan bahwa gula cair Kuning +2 0,5 – 1.0 %
kulit singkong mengandung kalori yang kehijauan/
lebih rendah. Perbedaan gula cair dengan kuning keruh
Jingga +3 1,0 – 2,0 %
gula padat yaitu cara penggunaannya yang
tidak perlu dilarutkan lagi dengan air. Selain Merah bata +4 >2 %
itu, gula cair juga dapat langsung diminum Sumber : Yazid dan Nursanti (2006:10)
seperti sirup atau untuk tambahan pada
makanan dan minuman. Gula cair bisa Berdasarkan Tabel 4.3 dapat
disimpan dalam lemari es untuk dinyatakan bahwa konsentrasi gula reduksi
mempertahankan kesegarannya. dengan uji benedict pada gula cair kulit
Uji Biokimia singkong yaitu kurang dari 0,5 %. Semakin
Berdasarkan hasil uji Seliwanoff banyak adanya gula reduksi maka semakin
tidak terjadi perubahan warna menjadi tinggi tingkat kemanisan pada suatu larutan.
merah bata. Warna sampel sesudah Namun sudah dapat membuktikan bahwa
dilakukan uji tidak jauh berbeda dengan adanya gula reduksi pada gula cair kulit
warna awal. Hasil positif pada uji singkong melalui pemanfaatan bakteri B.
Seliwanoff akan menunjukkan warna merah licheniformis. Selain itu, tingkat kemanisan
bata atau merah oranye. Perubahan warna gula cair kulit singkong juga dapat dilihat
tidak terjadi pada sampel yang diujikan. Hal melalui warna larutan. Semakin pekat warna
ini dapat disebabkan karena sampel awal larutan gula cair, maka tingkat
bewarna kuning kecokelatan menyerupai kemanisannya semakin tinggi.
merah bata. Dalam hal ini diperlukan kertas PENUTUP
indikator warna untuk memastikannya. SIMPULAN
Selain itu juga diartikan bahwa sampel Hasil kajian pembuatan gula cair
menunjukkan reaksi negatif pada uji kulit singkong dengan memanfaatkan B.
Seliwanof dikarenakan tidak terjadi licheniformis memperoleh data yaitu dari
perubahan aldosa menjadi ketosa oleh HCl. 500 gram kulit singkong menghasilkan gula
cair kulit singkong sebanyak 60 ml. Uji

Nurul Rahmawati (RSA1C413022) Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jambi 9


kadar gula menunjukkan adanya kenaikan Agroindustri.Vol. 3 No 3. Juli 2015
kadar gula pada gula cair kulit singkong .hlm.1032-1039
sebelum diberi suspensi B. licheniformis Prabawati, S. Nur.R. dan Suismono. 2011.
yaitu 0,16 % dengan sesudah diberi suspensi Inovasi Pengolahan singkong
B. licheniformis yaitu 3,54 %. Uji meningkatkan pendapatan dan
kandungan kalori menunjukkan bahwa gula diversifikasi pangan. Edisi 4-10 Mei
cair kulit singkong mengandung kalori 113 2011 No.3404 Tahun XLI, Bogor :
Kkal/100 gram. Disamping itu, uji biokimia Badan litbang pertanian
tidak menunjukkan reaksi positif pada uji Rahmawati,L. 2015. Mahasiswa IPB Buat
Seliwanoff dan menunjukkan reaksi positif Gula dari Kulit Singkong. Diakses
pada uji Benedict dengan menunjukkan tanggal 3 September 2015. http://
perubahan warna menjadi hijau tosca www.antaranews.com/brita/515939/
dengan konsentrasi gula reduksi 0,5%. mahasiswa- ipb- buat-gula-
dari-kulit-singkong
SARAN Shanty,M. 2011. Silent Killer Diseases.
Penulis menyarankan agar dapat Yogyakarta : Javalitera
dilakukan uji kelayakan konsumsi pada gula Soeka,Y.S, Rahayu,S.H, Setianingrum,N
cair kulit singkong dan perlu dilakukan dan Naiola,E. 2011. Kemampuan
penelitian dengan berbagai perlakuan untuk Bacillus licheniformis dalam
mendapatkan konsentrasi yang optimal Memproduksi Enzim Protease yang
untuk menghasilkan gula cair kulit singkong bersifat Alkalin dan Termofilik.
terbaik. Dalam hal ini peneliti selanjutnya Bidang Mikrobiologi, Puslit Biologi-
dapat menggunakan konsentrasi awal yaitu LIPI,Jl.Raya Bogor Km 46,
dengan perbandingan antara ekstrak pati dan Cibinong 16911. Media
suspensi bakteri yaitu 1:1. LitbangKesehatan Volume 21 Nomor
2 Tahun 2011
DAFTAR PUSTAKA Widyatmoko,H.2015.Modifikasi Pati
Apriyantono, A. Fardiaz, D. Puspitasari, Singkong Secara Fermentasi Oleh
N.L. Sedarnawati dan Budiyanto, S. Lactobacillus manihot ivorans dan
1989. Analisis Pangan. Bogor : IPB Lactobacillus fermentum indigenud
Badan Pusat Statistik Provinsi Jambi. 2015. Gatot. Diakses tanggal 22 Februari
Produksi Palawija Provinsi Jambi 2016.http://repository.unej.ac.id/
2014 Survei Pertanian. Jambi : BPS bitstream/handle/123456789/73472
Provinsi Jambi 111710101069Heru%20Widyatmoko
Hidayat, N. Padaga, M.C. dan Suhartini, S. -1-38.pdf?sequence=1
2006. Mikrobiologi Industri. Yandri,A.S dan Ibadurrahman. 2011.
Yogyakarta : C.V Andi Offset Pengaruh Penambahan Sorbitol
Mastuti, E. Amanda, A.K. dan Purwanti. Terhadap Stabilitas Enzim Protease
2013. Hidrolisa Pati Dari Kulit dari Bacillus licheniformis. Sains
Singkong (Variabel Ratio Bahan Dan MIPA, Agustus 2011, Vol. 17, No. 2.
Konsentrasi Asam). EkuilibriumISSN ISSN 1978-1873. J. Sains MIPA,
: 1412- 9124 Vol. 12. No. 1. Agustus 2011, Vol. 17, No. 2.
Halaman : 5 – 10 edisi Januari 2013 ISSN 1978-1873. Hlm 59 – 66
Nangin,D dan Sutrisno,A. 2015. Raw Starch Yazid,E dan Nursanti,L. 2006. Penuntun
Degrading Amylase Enzyme From Biokimia untuk Mahasiswa Analis.
Microbes. Jurnal Pangan dan Yogyakarta : C.V Andi Offset

Nurul Rahmawati (RSA1C413022) Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jambi 10

You might also like