You are on page 1of 10

STRATEGI PENGEMBANGAN DESTINASI PARIWISATA BUDAYA

(Studi Kasus pada Kawasan Situs Trowulan sebagai Pariwisata Budaya Unggulan di
Kabupaten Mojokerto)

Khusnul Khotimah
Wilopo1)
Luchman Hakim2)
1)
Fakultas Ilmu Administrasi
2)
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Brawijaya
Malang
Email : khaka.chusnul@gmail.com

ABSTRACT
One of the things that can be developed in field of tourism is cultural diversity. Trowulan site area is one of
the cultural tourism that can be featured in Mojokerto regency, East Java. But there are problems in Trowulan
sites related to community involvement, promotion of tourist attraction, cooperation of stakeholders and
accessibility as well as supporting infrastructure of tourism. Therefore, it takes tourism destination
development strategy associated with potential tourist attraction, accessibility, amenities, support facilities
and tourism institutional. This research used a qualitative approach to the type of explorative. The data in
this paper are taken through interviews, observation and documentation. The results of this paper is drafting
development strategies of cultural tourism destination in Trowulan site include 1). Product packaging of
special interest tourism. 2). Development of Destination Image. 3). Promotion development through print and
electronic media and follow national events. 4). Development of road, transport, directions accessibility. 5).
Amenities development, such as hotels, homestays, tourism information center and art center craft. 6).
Additional supporting facilities such as health clinic, security post tourism, money changer, ATM. 7).
Establishment of institutional tourism in Trowulan sites and 8). Human Resources development in field of
tourism.

Keywords: Destination Development, Cultural Tourism, Trowulan.

ABSTRAK
Salah satu hal yang dapat dikembangkan dalam bidang pariwisata adalah keberagaman budaya. Kawasan situs
Trowulan merupakan salah satu pariwisata budaya yang dapat diunggulkan di Kabupaten Mojokerto, Jawa
Timur. Namun terdapat permasalahan di kawasan situs Trowulan terkait dengan keterlibatan masyarakat,
promosi daya tarik wisata, kerjasama stakeholders dan aksesibilitas maupun sarana prasarana penunjang
pariwisata. Oleh sebab itu, dibutuhkan strategi yang terkait dengan potensi daya tarik wisata, aksesibilitas,
amenitas, fasilitas pendukung dan kelembagaan pariwisata dalam mengembangkan destinasi pariwisata
kawasan situs Trowulan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis exploratif. Data
dalam penulisan ini diambil melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Hasil dari penulisan ini adalah
tersusunnya strategi yang dapat digunakan dalam pengembangan destinasi pariwisata budaya di kawasan situs
Trowulan meliputi 1). Pengemasan produk daya tarik wisata melalui paket wisata minat khusus. 2).
Pengembangan Destination Image. 3). Pengembangan promosi melalui media cetak maupun elektronik dan
mengikuti event-event nasional. 4). Pengembangan aksesibilitas jalan, transportasi, petunjuk arah. 5).
Pengembangan amenitas berupa hotel, homestay, pusat informasi pariwisata dan pusat seni kerajinan. 6).
Penambahan fasilitas pendukung berupa klinik kesehatan, pos keamanan pariwisata, money changer, ATM.
7). Pembentukan badan pengelola kawasan situs Trowulan dan 8). Pengembangan SDM di bidang pariwisata.
Kata Kunci : Pengembangan Destinasi, Pariwisata Budaya, Trowulan.

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 41 No.1 Januari 2017| 56


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
PENDAHULUAN destinasi pariwisata budaya masih tergolong rendah.
Pariwisata adalah bidang yang saat ini banyak Sunaryo (2013: 26) menjelaskan bahwa pariwisata
dibicarakan oleh banyak pihak. Undang-undang budaya adalah jenis obyek daya tarik wisata
tentang kepariwisataan mendefinisikan pariwisata (ODTW) yang berbasis pada hasil karya cipta
sebagai berbagai macam hal yang berhubungan manusia baik yang berupa peninggalan budaya
dengan kegiatan wisata dan didukung berbagai maupun nilai budaya yang masih hidup sampai
fasilitas serta layanan/jasa yang disediakan oleh sekarang. Pariwisata budaya ini perlu
pihak-pihak terkait seperti masyarakat, pengusaha, dikembangkan dengan tujuan untuk melestarikan
pemerintah maupun pemerintah daerah. kebudayaan itu sendiri agar tidak hilang seiring
Keberadaan potensi pariwisata yang unik dan dengan perkembangan jaman.
menarik di suatu daerah seharusnya dapat Pariwisata budaya yang dapat diunggulkan di
dimanfaatkan melalui pengembangan pariwisata Kabupaten Mojokerto salah satunya adalah situs
yang baik. Trowulan. Kawasan situs Trowulan adalah salah
Salah satu daerah yang memiliki potensi satu destinasi pariwisata yang termasuk dalam
pariwisata menarik untuk dikembangkan adalah Kawasan Strategis Pariwisata tingkat Nasional
Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Kabupaten (KSPN). Kawasan situs Trowulan banyak terdapat
Mojokerto mempunyai potensi pariwisata situs dan artefak yang menunjukkan kehidupan
diantaranya adalah Pemandian Ubalan, Air terjun masyarakat dari Kerajaan Majapahit diantaranya
Coban Canggu, Wana Wisata Padusan Pacet, air Kolam Segaran, saluran irigasi, landasan
terjun Dlundung, Makam religi Troloyo, Museum pemukiman berbentuk rumah Majapahit, Gapura
Trowulan, Siti Inggil, Petirtaan Jolotundo, Wringin Lawang, Gapura Bajangratu dan petirtaan
Ekowisata Tanjungan, dan lain-lain. Obyek wisata (Tribinuka, 2013). Keberadaan situs Trowulan ini
tersebut memiliki kunjungan wisata yang berbeda- seharusnya dapat dijadikan destinasi pariwisata
beda. Tabel 1 di bawah ini merupakan data total budaya unggulan di Kabupaten Mojokerto.
wisatawan atau pengunjung obyek wisata Kegiatan pariwisata yang ada di kawasan situs
Kabupaten Mojokerto tahun 2012-2015. Trowulan sudah mulai berkembang. Hal ini
Tabel 1. Total Pengunjung obyek wisata Mojokerto dibuktikan dengan adanya pelaksanaan pemugaraan
Tahun 2012-2015 296 rumah warga yang tersebar di sejumlah desa di
No Obyek Daya Tarik Total Lokasi obyek Kecamatan Trowulan untuk dijadikan kampung
Wisata/ODTW Pengunjung daya tarik wisata
khas Majapahit tempo dulu (Taselan, 2014). Sejak
1 Petirtaan Jolotundo 68.244 Desa Seloliman-
Trawas Desember 2013 melalui SK Menteri Pendidikan dan
2 Air terjun Dlundung 168.481 Desa Kebudayaan Republik Indonesia nomor
Ketapanrame- 260/M/2013, kawasan situs Trowulan sudah
Trawas ditetapkan sebagai Kawasan Cagar Budaya tingkat
3 Wana wisata 1.634.092 Desa Padusan- Nasional (BPCB Mojokerto, 2014). Namun
Padusan Pacet Pacet
4 Air terjun Coban 79.043 Desa Padusan
penetapan KCBN ini mendapat respon pro maupun
Canggu Pacet kontra dari masyarakat.
5 Pemandian air panas 758.721 Desa Padusan- Masyarakat yang tergabung dalam Forum
Padusan Pacet Pacet lapangan kerja menolak penetapan cagar budaya
6 Makam religius 1.606.386 Desa Sentonorejo- Trowulan dengan alasan hilangnya lapangan
Troloyo* Trowulan
pekerjaan masyarakat karena tidak ada industri yang
7 Museum Trowulan* 150.374 Desa Trowulan-
Trowulan boleh masuk kawasan Trowulan (Ishomuddin,
8 Ekowisata 21.442 Desa Tanjungan- 2014). Hal ini juga bersamaan dengan kasus
Tanjungan Kemlagi diadakannya industrialisasi pembangunan pabrik
9 Siti Inggil* 48.165 Desa Bejijong- baja oleh PT. Manunggal Sentra Baja di kawasan
Trowulan situs Trowulan. Masyarakat yang tergabung dalam
Jumlah 4.534.948
aktifis “Save Trowulan” dengan slogannya
Catatan: *daya tarik wisata dalam kawasan situs
“Selamatkan Trowulan dari Industrialisasi”
Trowulan
Sumber: Hasil olahan peneliti dari sumber berupaya agar pembangunan pabrik baja ini
Disporabudpar Kabupaten Mojokerto, 2016. dihentikan karena dapat menghilangkan citra
Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa Trowulan sebagai kawasan cagar budaya dan
kunjungan wisatawan di Kabupaten Mojokerto mengancam keberadaan budaya Majapahit (Zuraya,
mayoritas mengarah pada wisata alam di wilayah 2013). Bahkan World Monumument Fund (WMF)
Pacet, sedangkan kunjungan wisatawan pada juga telah mengumumkan bahwa Trowulan
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 41 No.1 Januari 2017| 57
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
dinyatakan sebagai situs pusaka yang terancam utama dalam suatu pengembangan kepariwisataan
kehancuran (Thamrin, 2013). adalah unsur daya tarik wisata.
Berdasarkan kasus tersebut dapat dilihat Obyek daya tarik wisata (ODTW) dijelaskan
bahwa permasalahan dalam pengembangan oleh Hadiwijoyo (2012: 49) sebagai suatu bentukan
kawasan situs Trowulan adalah karena kurangnya dan fasilitas yang saling berhubungan dan menjadi
keterlibatan masyarakat dalam pengembangan alasan/sebab wisatawan mengunjungi suatu daerah
kegiatan pariwisata. Hal ini menjadikan adanya atau tempat tertentu. Obyek daya tarik wisata dapat
kesalahpahaman antara masyarakat dengan dibedakan menjadi 3 (tiga) yaitu: obyek wisata alam
pengelola wisata sehingga menjadikan masyarakat atau lingkungan (ekowisata), obyek wisata sosial
menolak penetapan Trowulan sebagai cagar budaya. budaya dan obyek wisata minat khusus (Special
Selain itu cenderung ada upaya pengrusakan dari Interest).
masyarakat terutama pembuatan batu bata yang
dilakukan dengan cara menggali tanah dalam Konsep Pariwisata Budaya
jumlah besar dan di lokasi yang luas (Ishomuddin, Sillberberg dalam Damanik (2013: 118)
2014). mendefinisikan pariwisata budaya sebagai
Kurangnya kegiatan promosi pariwisata kunjungan orang dari luar destinasi yang didorong
Trowulan juga menjadikan rendahnya kunjungan oleh ketertarikan pada objek-objek atau
wisatawan dibandingkan dengan daya tarik wisata peninggalan sejarah, seni, ilmu pengetahuan dan
lain yang berada di Kecamatan Pacet dan Trawas, gaya hidup yang dimiliki oleh kelompok,
Mojokerto. Kemudian berdasarkan data dari masyarakat, daerah ataupun lembaga. Sedangkan
Disporabudpar Kabupaten Mojokerto dapat Kristiningrum (2014: 47) mendefinisikan
diketahui bahwa aksesibilitas, fasilitas dan sarana pariwisata budaya sebagai wisata yang didalamnya
prasarana penunjang pariwisata di Kecamatan terdapat aspek/nilai budaya mengenai adat istiadat
Trowulan juga masih minim. Hal ini menjadikan masyarakat, tradisi keagamaan, dan warisan budaya
wisatawan sulit mendapatkan kemudahan dan di suatu daerah.
kenyamanan ketika melakukan kegiatan wisata di Pariwisata budaya berhubungan erat dengan
Trowulan. daya tarik wisata budaya. Penjelasan Rencana Induk
Berdasarkan latar belakang di atas, maka perlu Pembangunan Kepariwisataan Nasional
dilakukan penelitian terkait strategi pengembangan (RIPPARNAS) pasal 14 ayat (1) huruf b
destinasii pariwisata budaya di kawasan situs menjelaskan bahwa daya tarik wisata budaya adalah
Trowulan. Strategi tersebut terkait dengan upaya daya tarik wisata berupa hasil olah cipta, rasa dan
yang tepat dalam penyelesaian permasalahan yang karsa manusia sebagai makhluk budaya. Daya tarik
terjadi dan menjadikan kawasan Trowulan agar wisata budaya dibedakan menjadi dua yaitu daya
dapat memberikan kontribusinya dalam tarik wisata budaya yang bersifat berwujud
peningkatan pemasukan atau pendapatan asli (tangible) dan daya tarik wisata budaya yang
daerah, membuka lahan kerja baru dan membantu bersifat tidak berwujud (intangible).
dalam usaha pengentasan kemiskinan di wilayah
sekitar kawasan situs Trowulan. Atas dasar Pengembangan Destinasi Pariwisata
permasalahan tersebut, maka peneliti menentukan Menurut UU nomor 10 tahun 2009 tentang
judul “Strategi Pengembangan Destinasi kepariwisataan, daerah tujuan wisata yang
Pariwisata Budaya (Studi kasus pada kawasan selanjutnya disebut destinasi pariwisata adalah
situs Trowulan sebagai pariwisata budaya kawasan geografis yang spesifik berada dalam satu
unggulan di Kabupaten Mojokerto)”. atau lebih wilayah administratif yang didalamnya
terdapat kegiatan kepariwisataan dan dilengkapi
KAJIAN PUSTAKA dengan ketersediaan daya tarik wisata, fasilitas
Konsep Kepariwisataan umum, fasilitas pariwisata, aksesibilitas, serta
Istilah kepariwisataan sebenarnya merupakan masyarakat yang saling terkait.
gabungan atau cakupan dari beberapa istilah Menurut Cooper dkk dalam Sunaryo (2013:
sebelumnya yakni istilah wisata, pariwisata dan 159) menjelaskan bahwa kerangka pengembangan
kepariwisataan. Kepariwisataan ini berarti destinasi pariwisata terdiri dari komponen-
keseluruhan kegiatan wisata yang dilakukan oleh komponen utama sebagai berikut:
wisatawan dengan dilengkapi oleh fasilitas dan a. Obyek daya’ tarik wisata (Attraction) yang
infrastuktur pendukung yang disediakan oleh para mencakup keunikan dan daya tarik berbasis
stakeholders pariwisata. Namun unsur yang paling alam, budaya, maupun buatan/artificial.
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 41 No.1 Januari 2017| 58
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
b. Aksesibilitas (Accessibility) yang mencakup wisatawan, namun dengan kurangnya amenitas
kemudahan sarana dan sistem transportasi. akan menjadikan wisatawan menghindari destinasi
c. Amenitas (Amenities) yang mencakup fasilitas tertentu.
penunjang dan pendukung wisata. d. Ancillary Service
d. Fasilitas umum (Ancillary Service) yang Sunaryo (2013: 159) menjelaskan ancillary
mendukung kegiatan pariwisata. service lebih kepada ketersediaan sarana dan
e. Kelembagaan (Institutions) yang memiliki fasilitas umum yang digunakan oleh wisatawan
kewenangan, tanggung jawab dan peran dalam yang juga mendukung terselenggaranya kegiatan
mendukung terlaksananya kegiatan pariwisata. wisata seperti bank, ATM, telekomunikasi, rumah
sakit dan sebagainya. Sedangkan Sugiama (2011)
Aspek 4A (Attraction, Accessibility, Amenities, menjelaskan bahwa ancillary service mencakup
Ancillary Service). keberadaan berbagai organisasi untuk memfasilitasi
a. Attraction dan mendorong pengembangan serta pemasaran
Menurut Suwena (2010: 88), atraksi atau obyek kepariwisataan destinasi bersangkutan.
daya tarik wisata (ODTW) merupakan komponen
yang signifikan dalam menarik kedatangan Kelembagaan Pariwisata
wisatawan. Hal yang dapat dikembangkan menjadi Kelembagaan kepariwisataan dijelaskan dalam
atraksi wisata disebut dengan modal atau sumber UU tentang Kepariwisataan nomor 10 tahun 2009
kepariwisataan (tourism resources). Modal atraksi sebagai “keseluruhan institusi pemerintah, baik
yang menarik kedatangan wisatawan ada tiga, yaitu pemerintah pusat maupun daerah, swasta dan
1) Natural Resources (alami) seperti gunung, danau, masyarakat, sumberdaya manusia, mekanisme
pantai dan bukit; 2) atraksi wisata budaya seperti operasional serta regulasi yang terkait dengan
arsitektur rumah tradisional di desa, situs arkeologi, kepariwisataan”. Sunaryo (2013: 117) menjelaskan
seni dan kerajinan, ritual, festival, kehidupan peran dan fungsi dari komponen pelaku usaha
masyarakat sehari-hari, keramahtamahan, makanan; maupun pemangku kepentingan pengembangan
dan 3) atraksi buatan seperti acara olahraga, kepariwisataan sebagai berikut:
berbelanja, pameran, konferensi dan lain-lain. a. Pemerintah pusat maupun daerah
Modal kepariwisataan menurut Suwena (2010: Peran pemerintah di Indonesia disamping
89) dapat dikembangkan menjadi atraksi wisata di berfungsi utama sebagai regulator dalam
tempat modal wisata ditemukan (in situ) dan di luar menentukan norma, standar, prosedur dan kriteria
tempatnya yang asli (ex situ). Atraksi wisata pengembangan kepariwisataan, juga masih terlibat
dibedakan lagi menjadi atraksi penahan dan atraksi secara langsung dalam manajemen pengembangan
penangkap wisatawan. kepariwisataan. Selain itu peran pemerintah adalah
b. Accessibility sebagai fasilitator dalam program promosi dan
Menurut Sunaryo (2013: 173), aksesibilitas pemasaran kepariwisataan nasional serta
pariwisata dimaksudkan sebagai “segenap sarana pengembangan Destinasi Pariwisata pada tingkat
yang memberikan kemudahan kepada wisatawan Nasional (DPN), Kawasan Strategis Pariwisata
untuk mencapai suatu destinasi maupun tujuan tingkat Nasional (KSPN) maupun Kawasan Khusus
wisata terkait”. Menurut French dalam Sunaryo Pariwisata Nasional (KPPN). Pemerintah daerah
(2013: 173) menyebutkan faktor-faktor yang Provinsi mempunyai fungsi melaksanakan tugas
penting dan terkait dengan aspek aksesibilitas pembantuan untuk melakukan promosi dan
wisata meliputi petunjuk arah, bandara, terminal, pemasaran kepariwisataan provinsi. Sedangkan
waktu yang dibutuhkan, biaya perjalanan, frekuensi untuk Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota,
transportasi menuju lokasi wisata dan perangkat mempunyai peran utama untuk bekerjasama dengan
lainnya. pemangku kepentingan yang lain (Industri dan
c. Amenities Masyarakat) untuk menyusun Peraturan Daerah
Sugiama (2011) menjelaskan bahwa amenitas Kabupaten/Kota dan mengimplementasikannya
meliputi “serangkaian fasilitas untuk memenuhi sesuai dengan amanah Undang-Undang No.10
kebutuhan akomodasi (tempat penginapan), Tahun 2009.
penyediaan makanan dan minuman, tempat hiburan
(entertainment), tempat-tempat perbelanjaan b. Swasta atau industri pariwisata
(retailing) dan layanan lainnya”. French dalam Organisasi swasta/industri juga dijelaskan
Sunaryo (2013: 173) memberikan batasan bahwa dalam UU No. 10 tahun 2009 pasal 1 angka 7 dan 8
amenitas bukan merupakan daya tarik bagi yang berarti orang atau sekelompok orang
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 41 No.1 Januari 2017| 59
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
(pengusaha) yang menjadi penyedia barang dan atau orang masyarakat yang aktif dalam komunitas di
jasa untuk memenuhi kebutuhan wisatawan dan Trowulan dan 3 orang wisatawan yang
penyelenggaraan kegiatan pariwisata. Menurut UU mengunjungi situs Trowulan.
tentang kepariwisataan juga dijelaskan bahwa ada Fokus dalam penelitian ini terkait dengan
dua lembaga swasta yang ditetapkan sebagai mitra strategi pengembangan destinasi pariwisata yang
kerja pemerintah baik pemerintah pusat maupun meliputi 1) potensi daya tarik wisata yang menjadi
daerah dan masyarakat dalam pengembangan serta keunikan di kawasan situs Trowulan, 2)
pengelolaan kepariwisataan di Indonesia. Kedua ketersediaan aspek aksesibilitas, amenitas dan
lembaga swasta tersebut adalah: ancillary service dalam pengembangan kawasan
1) Badan Promosi Pariwisata Indonesia (BPPI) dan situs Trowulan, 3) kesiapan dan peran kelembagaan
Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD). dalam pengembangan kegiatan pariwisata di
2) Gabungan Industri Pariwisata Indonesia, yang kawasan situs Trowulan, serta 4) faktor pendorong
keanggotaannya terdapat unsur-unsur yang dan penghambat dalam pelaksanaan strategi
terdiri dari pengusaha pariwisata, asosiasi usaha pengembangan kawasan situs Trowulan. Teknik
pariwisata, asosiasi profesi dan asosiasi lain pengumpulan data dilakukan dengan metode
yang terkait langsung dengan pariwisata interaktif model Milles dan Huberman diantaranya
c. Masyarakat pariwisata adalah pengumpulan data, penyajian data, reduksi
Menurut penjelasan pasal 5 huruf e UU data dan penarikan kesimpulan. Sedangkan
Kepariwisataan No.10 tahun 2009 menyebutkan keabsahan data dalam penelitian ini dilakukan
bahwa organisasi masyarakat adalah masyarakat dengan triangulasi sumber.
yang bertempat tinggal di dalam wilayah destinasi
pariwisata yang berperan aktif mengorganisir HASIL DAN PEMBAHASAN
kegiatan pariwisata dan diprioritaskan untuk Gambaran umum Trowulan
mendapatkan manfaat dari penyelenggaraan Trowulan merupakan sebuah kecamatan yang
kegiatan pariwisata di tempat tersebut. Masyarakat berada dalam wilayah Kabupaten Mojokerto,
setempat yang berdomisili di sekitar destinasi yang Provinsi Jawa Timur. Atmodjo dalam Sadilah
dikunjungi wisatawan memegang peranan yang (2013: 2) menjelaskan bahwa secara administratif
sangat penting, baik sebagai pelaku usaha, tenaga situs Trowulan berada di wilayah Kecamatan
kerja maupun sebagai tuan rumah (Host) dalam Trowulan dan Kecamatan Sooko, Kabupaten
menyelenggarakan kegiatan kepariwisataan di suatu Mojokerto serta di Kecamatan Mojoagung,
destinasi. Kabupaten Jombang. Letaknya sekitar 10 kilometer
dari Kota Mojokerto atau 55 kilometer dari Kota
METODOLOGI PENELITIAN Surabaya.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian Berdasarkan data 16 desa yang masuk wilayah
exploratif (Exploratory Research) dengan Kecamatan Trowulan, terdapat lima desa yaitu Desa
pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data Sentonorejo, Desa Trowulan, Desa Bejijong, Desa
dilaksanakan dengan observasi nonpartisipan dan Temon dan Desa Jatipasar yang terdapat kandungan
wawancara semi terstruktur dimana teknik situs bekas peninggalan Kerajaan Majapahit.
penentuan sumber data (teknik sampling) Kelima desa tersebut disebutkan secara rinci pada
menggunakan gabungan dari purposive sampling Tabel 2 dibawah ini mengenai sebaran situs di
dan snowball sampling. Selain itu peneliti juga sejumlah desa di Kecamatan Trowulan.
melakukan dokumentasi untuk mengumpulkan data Tabel 2. Sebaran situs di sejumlah desa di
sekunder yang telah tersedia di lokasi dan situs Kecamatan Trowulan
penelitian. Desa Situs
Peneliti melakukan penelitian di kawasan situs Trowulan - Kolam Segaran
Trowulan yang berada di Kabupaten Mojokerto. - Candi Minak Jinggo
- Makam Putri Campa
Sedangkan situs penelitian berada di Balai - Kubur Panjang
Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Provinsi Jawa - Kubur Panggung
Timur, Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan - Pemukiman Nglinguk
Pariwisata (Disporabudpar) Kabupaten Mojokerto - PIM (Pusat Informasi Majapahit)
dan kawasan situs Trowulan itu sendiri. Jumlah - Pendopo Agung
Temon - Candi Tikus
informan dalam penelitian terdiri dari 12 orang - Gapura Bajangratu
yakni 2 orang pejabat Disporabudpar Kabupaten Sentonorejo - Lantai segi enam
Mojokerto, 3 orang pejabat BPCB Jawa Timur, 4
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 41 No.1 Januari 2017| 60
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
- Candi Kedaton (Sumur kuno, dikembangkan dengan baik kurang menjadi
sumur upas, batu umpak) ketertarikan bagi wisatawan untuk berkunjung.
- Makam Troloyo
Sampai saat ini masih banyak temuan situs baru
Bejijong - Candi Brahu
- Candi Gentong yang ditemukan oleh masyarakat maupun pengelola
- Siti Inggil kawasan situs Trowulan yang masih bersifat alami
Jatipasar - Gapura Wringin Lawang dan belum dikelola dengan baik. Temuan tersebut
Sumber : Hasil olahan penulis, 2016 tentu dapat menjadi potensi yang akan
mendatangkan wisatawan sama halnya dengan situs
Potensi daya tarik wisata (Atraksi) yang menjadi yang sudah terkenal saat ini. Selain itu terdapat pula
keunikan di kawasan situs Trowulan. daya tarik wisata baru yang bersifat bukan
Kawasan situs Trowulan merupakan obyek daya peninggalan Kerajaan Majapahit yakni rumah
tarik wisata unggulan di Kabupaten Mojokerto yang majapahit atau kampung majapahit dan Maha
berbasis pada budaya dan sejarah. Hal ini karena di Vihara Trowulan.
kawasan situs Trowulan tersebar benda-benda 2. Something to Do (Sesuatu yang dapat
peninggalan Kerajaan Majapahit berupa situs dikerjakan)
Candi, Pendopo Agung, sistem pengairan, situs Kawasan situs Trowulan harus menyediakan
pemukiman, artefak, makam raja Majapahit dan sarana atau fasilitas bagi wisatawan untuk
benda-benda lain yang diperkirakan berasal dari melakukan kegiatan yang unik sehingga dapat
peradaban Majapahit. Kecamatan Trowulan memperpanjang lama tinggal wisatawan (Length of
menjadi pusat pengembangan utama kawasan situs Stay). Salah satu cara yang dilakukan oleh pengelola
Trowulan karena memiliki sebaran situs terbanyak kawasan situs Trowulan adalah menciptakan paket
yakni 35 situs yang tersebar di 6 desa dan diduga wisata yang menarik seperti paket ekskavasi, paket
menjadi ibukota Kerajaan Majapahit. Situs atau membuat batik pola hias Majapahit, membuat
Benda Cagar Budaya tersebut tentunya dapat patung cor kuningan, terakota dan lain-lain. Namun
menjadi ragam dan keunikan tersendiri yang paket wisata ini tidak dijadikan sebagai paket wisata
menarik untuk dikembangkan di kawasan situs utama yang ditawarkan kepada wisatawan dan
Trowulan khususnya bidang wisata budaya. Selain hanya dilakukan ketika ada permintaan saja. Hal ini
situs atau Benda Cagar Budaya, terdapat potensi menjadi salah satu keluhan wisatawan yang
daya tarik wisata lain yang dikelompokkan dalam merasakan keterbatasan kegiatan dan pengalaman
tiga aspek yakni Something to See, Something to Do yang dapat dilakukan oleh wisatawan di kawasan
dan Something to Buy. situs Trowulan.
1. Something to See (Sesuatu yang dapat dilihat) Potensi di kawasan situs Trowulan yang dapat
Daya tarik wisata yang dapat dilihat (Tangible) dikembangkan menjadi obyek daya tarik wisata
merupakan daya tarik utama di kawasan situs tidak hanya dari segi budaya saja tetapi juga dari
Trowulan. Hal ini karena situs yang ada di Trowulan potensi alam atau lingkungan (ekowisata). Daya
berwujud bendawi dan sifatnya dapat dilihat oleh tarik wisata (DTW) berbasis alam atau lingkungan
wisatawan yang berkunjung. Situs bendawi tersebut yang dimaksud disini adalah berupa kegiatan yang
seperti candi, gapura, situs pemukiman, artefak, ada di lingkungan masyarakat yang dapat menjadi
kolam, petirtaan, makam kuno, sumur kuno, dan nilai edukasi bagi wisatawan seperti aktifitas
lain-lain. bekerja di sawah, aktifitas membuat batu bata, dan
Potensi obyek daya tarik wisata yang dijelaskan lain-lain. Namun jenis DTW yang berbasis alam
dalam perspektif pengelola dan perspektif atau ekowisata masih belum ada atau belum
wisatawan hampir sama. Ketertarikan utama di dikembangkan di kawasan situs Trowulan.
mata wisatawan adalah karena Trowulan Daya tarik wisata lain yang dapat menarik
merupakan tempat bersejarah yang terkenal dengan kunjungan wisatawan adalah keberagaman event
banyaknya peninggalan kerajaan Majapahit budaya yang biasanya diselenggarakan oleh
sehingga dapat menjadi wahana edukasi dan cocok Disporabudpar Kabupaten Mojokerto bekerjasama
untuk berfoto-foto dengan keluarga atau teman. dengan BPCB Jawa Timur maupun komunitas-
Namun wisatawan mayoritas hanya mengetahui dan komunitas pecinta budaya yang ada di kawasan
tertarik mengunjungi daya tarik wisata berupa situs Trowulan dan sekitarnya. Event budaya
candi-candi yang terkenal dengan bangunan fisik tersebut merupakan kegiatan rutin tahunan dan
yang sifatnya utuh dan terawat. Sedangkan sudah masuk dalam kalender wisata Provinsi dari
beberapa situs temuan baru yang belum Kabupaten Mojokerto. Event-event budaya ini
meliputi festival musik patrol, Ruwat Agung
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 41 No.1 Januari 2017| 61
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
Nuswantara Majapahit, Haul Syekh Jumadil Kubro, Meskipun begitu pemerintah Kabupaten
Larung Sesaji, Gaung Sangkala Majapahit dan lain- Mojokerto sudah berupaya memperbaiki
lain. Event-event budaya tersebut diharapkan dapat aksesibilitas lain seperti jalan raya yang sudah dicor
menjadi sarana bagi wisatawan untuk berinteraksi menyerupai jalan tol sehingga kendaraan wisatawan
langsung dengan masyarakat sekaligus menjadi baik itu bis, elf, maupun kendaraan pribadi dapat
peserta dalam kegiatan tersebut. dengan mudah menuju ke kawasan situs Trowulan.
3. Something to Buy (Sesuatu yang dapat dibeli) Selain itu petunjuk arah di setiap persimpangan
Sesuatu yang dapat dibeli oleh wisatawan di menuju ke lokasi wisata juga sudah banyak
kawasan situs Trowulan berupa souvenir khas yaitu terpasang. Namun petunjuk arah tersebut masih
kerajinan patung cor kuningan, kerajinan terakota, kurang memadai bagi wisatawan karena masih
kerajinan tanah liat dan batik pola hias majapahit, banyak wisatawan yang bingung ketika
serta makanan khas yaitu sambel wader. Selain itu mengunjungi kawasan situs Trowulan.
pengelola juga masih berupaya menciptakan
makanan khas Majapahit yang benar-benar 2. Amenitas
mencerminkan ciri khas Trowulan sebagai kawasan Aspek amenitas di kawasan situs Trowulan
peninggalan Kerajaan Majapahit. Cinderamata lain sudah tersedia namun masih minim sehingga masih
yang dijual di kawasan situs Trowulan adalah kaos, perlu pengembangan lagi. Ketersediaan tempat
tas, maupun pernak-pernik yang diberi gambar dan menginap sudah memadai yakni terdapat lima
pola yang mencerminkan ciri khas Majapahit seperti penginapan atau hotel yang ada di kawasan situs
surya Majapahit, candi-candi, tokoh-tokoh Kerajaan Trowulan dengan harga Rp.150.000,- sampai
Majapahit, dan lain-lain. Namun wisatawan masih Rp.200.000,- untuk penginapan biasa, sedangkan
jarang yang mengetahui souvenir khas tersebut hotel membutuhkan budget sekitar Rp.400.000,- ke
karena lokasi penjual yang sulit dijangkau oleh atas. Namun jumlah tersebut masih tergolong
wisatawan. sedikit dibandingkan dengan jumlah penginapan
yang ada di Pacet maupun Trawas.
Ketersediaan aspek 3A dalam pengembangan Selain hotel dan penginapan yang digunakan
kawasan situs Trowulan sebagai tempat menetap sementara wisatawan,
Pengembangan destinasi pariwisata tidak hanya restoran atau rumah makan yang menjual makanan
berfokus pada potensi daya tarik wisata saja, namun khas dari suatu daerah akan menjadi ketertarikan
juga harus memperhatikan aspek 3A (Accessibility, tersendiri di mata wisatawan. Berdasarkan data dari
Amenities dan Ancillary Service). Hal ini karena sumber Disporabudpar Kabupaten Mojokerto
aspek 3A tersebut yang menjadi pelengkap (2016) menyebutkan bahwa terdapat enam rumah
keberadaan daya tarik wisata. Adanya daya tarik makan yang menjual makanan tradisional maupun
wisata saja tanpa adanya aksesibilitas, amenitas dan makanan cepat saji.
fasilitas pendukung lainnya, menjadikan suatu Aspek amenitas berikutnya yang cukup penting
kawasan atau daerah tidak layak menjadi destinasi dalam pengembangan kawasan situs Trowulan
pariwisata. Ketersediaan tiga aspek tersebut yang adalah biro atau agen perjalanan wisata. Biro
dapat dijadikan patokan untuk mengukur kualitas perjalanan wisata menawarkan beragam paket
suatu destinasi pariwisata. wisata mulai dari paket wisata konvensional yang
1. Aksesibilitas hanya sekedar mengelilingi situs-situs atau Benda
Aksesibilitas yang dapat memudahkan Cagar Budaya saja ataupun paket wisata yang
wisatawan menuju lokasi wisata meliputi sarana berbasis edukasi, dan lain-lain. Biro perjalanan
transportasi, petunjuk arah, bandara, stasiun atau wisata ini membawa wisatawan domestik (wisdom),
terminal, jalan dan lain-lain. Bandara terdekat wisatawan mancanegara (wisman) ataupun
adalah Bandara Juanda yang berada di Sidoarjo, wisatawan dari kapal pesiar. Ketersediaan toko
Stasiun terdekat berada di Kota Mojokerto dan souvenir di kawasan situs Trowulan sudah cukup
Terminal terdekat adalah terminal Kertajaya yang banyak, namun lokasinya kadang sulit dijangkau
berada di perbatasan Kota Mojokerto dan oleh wisatawan. Beberapa rumah majapahit yang
Kabupaten Mojokerto yakni di Kecamatan ada di beberapa desa di Kecamatan Trowulan juga
Magersari. Namun dari masing-masing mulai dijadikan sebagai galeri atau toko
pemberhentian masih belum ada transportasi khusus cinderamata.
menuju ke kawasan situs Trowulan sehingga Aspek amenitas di kawasan situs Trowulan
wisatawan yang tidak menggunakan jasa travel akan masih perlu dikembangkan lagi seperti ketersediaan
kesulitan menuju ke lokasi wisata. pusat informasi pariwisata, money changer, dan
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 41 No.1 Januari 2017| 62
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
lain-lain. Pusat informasi pariwisata hanya berupa turut berperan aktif dalam pengembangan kawasan
Badan Promosi (Bapro) yang dikelola oleh situs Trowulan, yakni Balai Pelestarian Cagar
Disporabudpar Kabupaten Mojokerto untuk Budaya (BPCB) Jawa Timur yang berada di bawah
mempromosikan seluruh daya tarik wisata di Direktorat Pendidikan dan Kebudayaan. Peran
Kabupaten Mojokerto. Namun mengenai utama BPCB Jawa Timur adalah lebih mengarah
ketersediaan pusat informasi pariwisata pada pelestarian situs. Diantara pihak pemerintah
(TIC/Tourism Information Center) di kawasan situs baik pemerintah daerah maupun pemerintah pusat,
Trowulan masih belum ada, sehingga wisatawan pihak yang paling memiliki porsi besar adalah
yang berkunjung ke kawasan situs Trowulan tanpa Disporabudpar Kabupaten Mojokerto dan BPCB
menggunakan jasa biro perjalanan wisata akan Jawa Timur. Keduanya mengadakan kerjasama
kebingungan dalam mendapatkan informasi lokasi dalam hal pengembangan kawasan situs Trowulan
wisata. Selain itu di kawasan situs Trowulan ini juga dibuktikan dengan adanya MoU (Memorandum of
belum tersedia fasilitas penukaran uang (Money Understanding) diantara kedua belah pihak.
Changer).
2. Kelembagaan dari unsur swasta
3. Fasilitas pendukung (Ancillary Service) Lembaga dari unsur swasta yang berperan aktif
Ketersediaan fasilitas umum di kawasan situs secara khusus dalam pengembangan kawasan situs
Trowulan yang mendukung kegiatan pariwisata Trowulan masih belum ada. Namun masih ada
masih minim, seperti rumah sakit yang hanya lembaga swasta seperti biro perjalanan wisata,
berupa klinik kecil atau puskesmas. Kemudian Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI),
fasilitas bank dan ATM hanya berada di lokasi Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI),
tertentu yang kadang sulit dijangkau oleh Association of Indonesia Travel Agencies (ASITA),
wisatawan. Sedangkan untuk pos keamanan sudah dan lain-lain yang berperan aktif dalam
ada koordinasi antara polsek dan koramil untuk pengembangan pariwisata secara umum di
mengawasi kegiatan pariwisata di Trowulan, namun Indonesia. Salah satu lembaga swasta yang dibentuk
belum ada petugas secara khusus seperti polisi oleh Disporabudpar Kabupaten Mojokerto adalah
wisata, dan lain-lain. Badan Promosi (Bapro) yang bertugas
mempromosikan seluruh obyek daya tarik wisata
Kesiapan dan peran kelembagaan dalam yang ada di Kabupaten Mojokerto.
pengembangan kegiatan pariwisata di kawasan
situs Trowulan 3. Kelembagaan dari unsur masyarakat
1. Kelembagaan dari unsur pemerintah Saat ini kawasan situs Trowulan masih belum
Pihak pemerintah yang berperan aktif adalah memiliki kelembagaan yang berasal dari unsur
pemerintah Kabupaten Mojokerto, pemerintah masyarakat. Masyarakat yang aktif dalam
Provinsi Jawa Timur, Kementerian Pariwisata, pengembangan pariwisata di Trowulan hanya
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, maupun tergabung dalam suatu komunitas-komunitas
pihak-pihak lain yang saling bersinergi dalam tertentu seperti Save Trowulan, Genta Majapahit
pengembangan Trowulan. Pemerintah Kabupaten (Gerakan Cinta Majapahit), dan lain-lain. Selain itu
Mojokerto sebagai tuan rumah yang menguasai di Desa Bejijong juga terdapat Lembaga Desa
wilayah Kabupaten Mojokerto memiliki peran yang Wisata (Ladewi), namun kiprahnya dalam
lebih dalam pengembangan Trowulan. pengembangan kawasan situs Trowulan masih
Disporabudpar Kabupaten Mojokerto menjadi salah kurang terlihat, sehingga lembaga tersebut hanya
satu pihak yang paling berperan baik dalam dijadikan embel-embel suatu desa saja tanpa ada
pengembangan produk, pengadaan event, promosi, kegiatan yang menunjukkan aktifitas desa wisata.
pengembangan fasilitas pariwisata dan lain-lain di Kemudian lembaga masyarakat pariwisata yang
wilayah Trowulan. Selain itu pihak Disporabudpar berupa kelompok sadar wisata (Pokdarwis) juga
Kabupaten Mojokerto juga bertugas memberikan belum ada di kawasan situs Trowulan.
masukan-masukan atau ide-ide terkait
pengembangan pariwisata suatu daerah kemudian Faktor pendorong dan penghambat dalam
bekerjasama dengan Dinas Perhubungan, Dinas PU pelaksanaan strategi pengembangan kawasan
Cipta Karya, Bina Marga, Disperindag dan pihak- situs Trowulan
pihak lain dalam pelaksanaan kegiatannya. 1. Faktor pendorong
Selain Disporabudpar Kabupaten Mojokerto, Faktor pendorong yang paling utama dari
terdapat pula unsur lain dari pemerintah pusat yang pengembangan kawasan situs Trowulan adalah
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 41 No.1 Januari 2017| 63
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
nama besar Kerajaan Majapahit yang banyak kurangnya dana, kurangnya promosi, minimnya
dikenal oleh masyarakat. Nama besar Majapahit sarana prasarana, minimnya SDM profesional di
tersebut tentu saja akan memudahkan dalam hal bidang pariwisata dan munculnya isu-isu negatif
promosi pariwisata budaya, sehingga banyak terkait dengan pengembangan kawasan situs
wisatawan yang tertarik mengunjungi kawasan situs Trowulan.
Trowulan. Selain itu jumlah kunjungan wisatawan
dan dukungan dari pemerintah juga menjadi salah Saran
satu pendorong dalam pengembangan kawasan situs Sedangkan saran yang dapat digunakan sebagai
Trowulan. strategi pengembangan kawasan situs Trowulan
adalah :
2. Faktor penghambat 1. Pengembangan produk wisata berupa paket
Faktor penghambat dalam pengembangan wisata yang dikemas lebih menarik sehingga
kawasan situs Trowulan adalah kurangnya dana, akan meningkatkan minat wisatawan untuk
kurangnya promosi dan minimnya sarana prasarana mengunjungi kawasan situs Trowulan.
maupun fasilitas pendukung kegiatan pariwisata. 2. Pengembangan Destination Image untuk lebih
Selain itu, minimnya sumberdaya manusia (SDM) mengenalkan kawasan situs Trowulan kepada
di bidang pariwisata dan kurangnya pengetahuan wisatawan melalui slogan-slogan tertentu
masyarakat mengenai kawasan situs Trowulan juga seperti Trowulan “The City of Majapahit
menjadi penghambat dalam pengembangan Kingdom”, Trowulan Kota Sejarah, Trowulan
kawasan situs Trowulan. Kemudian banyak pula Heritage City ataupun slogan-slogan lain yang
isu-isu negatif yang beredar mengenai mencerminkan wilayah tersebut.
pengembangan kawasan situs Trowulan, seperti 3. Pengembangan promosi kawasan situs
hinduisasi, bantuan dari Cina, penghapusan Trowulan dengan cara mengikuti event-event
lapangan kerja dan lain-lain yang mengakibatkan nasional seperti Majapahit Travel Fair (MTF),
masyarakat terprovokasi dan kurang bisa menerima bekerjasama dengan biro perjalanan wisata
adanya pengembangan pariwisata budaya di untuk menjual paket wisata Trowulan,
kawasan situs Trowulan. pembuatan media promosi baik media cetak
seperti brosur, buku wisata, peta wisata maupun
KESIMPULAN DAN SARAN media online seperti blog, website, facebook,
Kesimpulan twitter, youtube, dan media sosial lainnya.
Kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai Promosi juga dapat dilakukan dengan
berikut : memasang spanduk atau banner mengenai
1. Potensi yang dapat dikembangkan menjadi obyek daya tarik wisata Trowulan di lokasi yang
obyek daya tarik wisata (ODTW) di kawasan menjadi persinggahan wisatawan seperti
situs Trowulan berupa daya tarik wisata sejarah bandara, stasiun, dan lokasi strategis lain.
dan budaya, wisata minat khusus, wisata buatan 4. Pengembangan aksesibilitas yang memudahkan
yang berbasis budaya dan wisata berbasis wisatawan menuju lokasi wisata meliputi jalan,
lingkungan (ekowisata) yang didukung dengan transportasi, petunjuk arah dan lain-lain.
keberagaman event budaya dan cinderemata Pengembangan aksesibilitas dapat dilakukan
khas dari Trowulan. dengan cara pengalihfungsian Pusat Perkulakan
2. Ketersediaan aspek aksesibilitas, amenitas dan Sepatu Trowulan (PPST) sebagai pusat transit
ancillary service sudah cukup memadai namun kendaraan wisatawan, kemudian dari lokasi
masih perlu perbaikan dalam penyediaan transit kendaraan wisatawan disediakan
transportasi khusus Trowulan, penyediaan transportasi khusus yang menghubungkan antar
homestay, pos informasi pariwisata, money situs dalam satu kawasan situs Trowulan yang
changer, gedung pertunjukan, fasilitas ATM, sifatnya tradisional seperti dokar, becak, kereta
pos kesehatan dan pos keamanan. kelinci, sepeda ontel, dan lain-lain.
3. Kesiapan dan peran kelembagaan dalam 5. Pengembangan amenitas atau fasilitas
kegiatan pariwisata perlu diperbaiki lagi pariwisata yang menunjang kegiatan pariwisata
terutama dalam hal kerjasama antara lembaga seperti pemanfaatan rumah majapahit sebagai
dari unsur pemerintah, swasta dan masyarakat. homestay. Pemanfaatan Museum Trowulan
4. Terdapat faktor pendorong meliputi nama besar sebagai Pusat Informasi Pariwisata yang juga
Majapahit dan dukungan pemerintah. sekaligus menjual paket-paket wisata.
Sedangkan faktor penghambat berupa Kemudian pemusatan lokasi seni kerajinan juga
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 41 No.1 Januari 2017| 64
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
dapat memudahkan wisatawan untuk mencari 058543395/kelompok-warga-tolak-kawasan-
oleh-oleh atau cinderamata khas Trowulan. cagar-budaya-trowulan
6. Penambahan fasilitas pendukung seperti klinik Kristiningrum, Nur Dwi. 2014. Heritage Tourism
kesehatan yang buka 24 jam dan berlokasi di dan Creative Tourism : Eksistensi Pasar Seni
dekat lokasi pariwisata, pos keamanan (Central market) di Malaysia sebagai salah satu
pariwisata yang bertugas mengawasi dan pasar bersejarah. Jurnal Hubungan
mengontrol kegiatan pariwisata di masing- Internasional tahun VII, No.1 Januari-Juni 2014
masing situs, pengadaan money changer (Diakses 2 Februari 2016, pukul 17.39 WIB).
(penukaran uang), penambahan fasilitas ATM di
dekat lokasi wisata dan lain lain. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
7. Pembentukan Badan Pengelola kawasan situs 50 tahun 2011 tentang Rencana Induk
Trowulan yang terdiri dari aspek pemerintah, Pembangunan Kepariwisataan Nasional Tahun
swasta dan masyarakat. Badan pengelola ini 2010-2025.
dibentuk untuk memperjelas kewenangan dan Sugiama, A Gima. 2011. Ecotourism :
tanggung jawab agar pengembangan maupun Pengembangan Pariwisata berbasis konservasi
pengelolaan kawasan situs Trowulan lebih alam. Bandung : Guardaya Intimarta.
terarah dan tidak saling tumpang tindih.
8. Pengembangan SDM di bidang pariwisata baik Sunaryo, Bambang. 2013. Kebijakan Pembangunan
pengelola maupun masyarakat secara umum. Destinasi Pariwisata Konsep dan Aplikasinya di
Pengembangan SDM ini dilakukan dengan cara Indonesia. Yogyakarta : Gava Media.
melakukan sosialisasi atau penyuluhan rutin Suwena, I Ketut & Widyatmaja, I Gst Ngr. 2010.
mengenai pelestarian budaya dan sadar wisata, Pengetahuan Dasar Ilmu Pariwisata. Bali :
menyelenggarakan pelatihan-pelatihan yang Udayana University Press.
berhubungan dengan pengembangan pariwisata
seperti pelatihan hospitality, pelatihan Taselan, Faishol. 2014. “296 Rumah di Trowulan
kepemanduan, pelatihan teknologi informasi, Disulap Jadi Kampung Majapahit”. Diakses
pelatihan manajemen homestay, pelatihan pada tanggal 4 Februari 2016 dari
kewirausahaan dan lain-lain. http://news.metrotvnews.com/read/2014/03/26/
223478/296-rumah-di-trowulan-disulap-jadi-
DAFTAR PUSTAKA kampung-majapahit

BPCB Mojokerto. 2014. ”Sosialisasi Penetapan Thamrin, Mahandis Y. 2013. “Repihan Majapahit,
Cagar Budaya Trowulan oleh Direktorat Diabaikan Terlalu Lama dan Kini menderita”.
Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman di Diakses pada tanggal 4 Februari 2016 dari
Museum Majapahit”, diakses pada tanggal 4 http://nationalgeographic.co.id/berita/2013/10/r
februari 2016 dari epihan-majapahit-diabaikan-terlalu-lama-dan-
http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbjatim/ kini-menderita
2014/05/05/sosialisasi-penetapan-kawasan- Tribinuka, Tjahja. 2013. “Trowulan sebagai
cagar-budaya-nasional-trowulan-oleh- Kawasan Wisata Budaya Majapahit”. Diakses
direktorat-pelestarian-cagar-udaya-dan- pada tanggal 13 Januari 2016 dari
permuseuman-di-museum-majapahit/ iplbi.or.id/2013/08/trowulan-sebagai-kawasan-
Damanik, Phil Janianton. 2013. Pariwisata wisata-budaya-majapahit/
Indonesia : Antara Peluang dan Tantangan. Undang-undang Nomor 10 tahun 2009 tentang
Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Kepariwisataan.
Hadiwijoyo, Suryo Sakti. 2012. Perencanaan Zuraya, Nidia. 2013. “Mendikbud : Pembangunan
Pariwisata Pedesaan Berbasis Masyarakat Trowulan selain untuk budaya tidak
(Sebuah Pendekatan Konsep). Yogyakarta : diperbolehkan”. Diakses pada tanggal 4
Graha Ilmu. Februari 2016 dari
Ishomuddin. 2014. “Kelompok Warga Tolak http://www.republika.co.id/berita/nasional/umu
Kawasan Cagar Budaya Trowulan”. Diakses m/13/10/27/mvbldz-mendikbud-pembangunan-
pada tanggal 4 Februari 2016 dari trowulan-selain-untuk-budaya-tidak-
http://nasional.tempo.co/read/news/2014/01/09/ diperbolehkan

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 41 No.1 Januari 2017| 65


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

You might also like